BAB I
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Umur
: 74 tahun
Agama
: Islam
Alamat : Karang Tengah
Pekerjaan
: Buruh tani
Tgl periksa: 11 Mei 2014
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSMS dengan keluhan benjolan di lipat paha kiri
sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan hilang timbul, benjolan timbul
saat posisi berdiri, berjalan, dan saat pasien batuk atau saat
beraktivitas. Benjolan menghilang saat pasien beristirahat atau
berbaring. Benjolan juga masih dapat dimasukan kembali oleh pasien
dengan menggunakan tangannya.
Pasien menyangkal adanya nyeri pada benjolan. Pasien mengatakan
jika BAB dan BAK nya tidak ada keluhan. Pasien menyangkal adanya
demam, mual maupun muntah. Pasien juga menyangkal adanya penurunan
berat badan
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit darah tinggi disangkal
Riwayat batuk lama
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat keluhan yang sama disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki sakit sama.
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat sakit darah tinggi disangkal
Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai buruh tani dan memiliki riwayat
mengangkat beban yang berat
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,40C
N : 88x/menit
RR : 18x/menit
Status Generalis:
Kepala : mesosefal
Mata : reflek cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor, diameter pupil 3 mm.
Hidung : discharge (-/-), deviasi septum (-/-).
Mulut
: sianosis (-/-).
Telinga: simetris, tidak ada kelainan bentuk
Thoraks
Cor : Inspeksi: iktus cordis tidak tampak
Palpasi
: iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas kiri atas SIC II LMC sinistra
batas kanan atas SIC II LPS Dextra
batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
batas kanan bawah SIC IV LPS Dextra
Auskultasi: S1 > S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi: dada kanan dan kiri simetris
Palpasi: vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi: sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi: SD dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen:
Inspeksi :datar
Auskultasi: Bising Usus (+) normal
Perkusi: timpani
Palpasi
: supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas :
Superior dextra: Udem (-)Superior sinistra: Udem (-)
Inferior dextra
: Udem (-)
Inferior sinistra: Udem (-)
Status Lokalis:
Regio inguinal sinistra skrotalis sinistraInspeksi:
Pada posisi berdiri
Tanpa mengedan : tidak tampak benjolan, tidak tampak tanda tanda
radang.
Mengedan : Tampak benjolan lonjong di lipat paha yang turun ke
skrotum, tidak berwarna merah.
Pada posisi berbaring : Tidak tampak benjolan.
Palpasi :
Saat berdiri mengedan.
Teraba benjolan yang berukuran 3cmx3cmx3cm , konsistensi kenyal,
permukaan licin, batas atas tidak tegas, nyeri tekan (-).
Saat tiduran, benjolan tidak teraba.Testis teraba, ukuran dan
konsistensi normal.
Fingertip test: benjolan hernia menyentuh ujung jari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto rontgen :
LABORATORIUM DARAH (9 MEI 2014) :
Jenis PemeriksaanHasil
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hb13.514 - 18 gr/dl
Ht4142- 52%
Eritrosit4.74.2 6.1 juta/L
Leukosit95104.800 10.800/L
Trombosit335.000150.000 -450.000/L
MCV88.379 99 fL
MCH29.127 31 pg
MCHC33.033 37 gr/dL
RDW14.411,5 14,5 %
Hitung Jenis
Basofil0.40 1 %
Eosinofil1.72 4 %
Batang0.32 5 %
Segmen68.940 70 %
Limfosit24.425 40 %
Monosit4.32 -8 %
SGOT (AST)2015 - 37 /L
SGPT (ALT)1430 65 /L
Ureum22.714.98 38.52 mg/dL
Kreatinin1.060.60 1.00 mg/dL
Natrium (Na)139136 145 mmol/L
Kalium (K)4.43,1 5,1 mmol/L
Klorida (Cl)9998 107mmol/L
GDS121 10.000 18.000 / mm3 Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam
posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%.
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia
incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab
lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang
sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau
sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis.CT scan dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia
obturator.
DIAGNOSIS BANDING
Tabel 2. Diagnosa banding hernia
PENATALAKSANAAN
1) Konservatif : a. Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah
cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi
reposisi
b. Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas
hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada
hari berikutnya.
2) Operatif : Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin kemudian dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan herniotomi.
Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena
masalahnya pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen
masih kuat (tidak lemah), maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit
setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka
kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi
bilateral
Teknik operasi :Berdasarkan pendekatanoperasi, banyak teknik
herniorraphy dapat diklompokkan dalam 4 kategori utama :
a. Kelompok 1: Open Anterior RepairKelompok 1 operasi hernia
(teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan
funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka,
dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.
Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.
Teknik BassiniKomponen utama dari teknik bassini adalah
1. Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus
dikanalis ingunalis hingga ke cincin ekternal
2. Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari
hernia indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal
untuk mencari hernia direct.
3. Memisahkan bagian dasar atau dinding posteriorkanalis
inguinalis (fascia transversalis)
4. Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
5. Rekonstuksi didinding posteriordengan menjahit fascia
tranfersalis, otot transversalis abdominis dan otot abdominis
internus ke ligamentum inguinalis lateral.
Gambar 10.McVay open anterior repair.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekontruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk
mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis
inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan
tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi
neckosis otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan
mengakibatkan kekambuhan
b. Kelompok 2: Open Posterior RepairPosterior repair (iliopubic
tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan
dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian
kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik
open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam.
Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan
karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi
ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
c. Kelompok 3: Tension-Free Repair With MeshKelompok 3 operasi
hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan pendekatan
awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi
menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defekhernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan disekitar fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh
dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1
persen.
Gambar 11.Open mesh repair
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan
implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan.
Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh hernia telah mulai
menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer.Teknik ini
dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general.
d. Kelompok4: Laparoscopic Operasi hernia Laparoscopic makin
populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapijuga menimbulkan
kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki
dengan menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal
diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi
usus halus dan pembentuka fistel karena paparan usus terhadap
mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies
dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan
TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomendan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan
mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan
pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic langsungyang
mengharuskan masuk kecavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama
operasi.
Gambar 12.Laparoscopic mesh repairHERNIA LAINNYA
1) Hernia umbilicalis :
Merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus (pusar) akibat peninggian tekanan intra
abdomen.Umbilicus merupakan salah satu lokasi yang lemah pada
abdomen dan tempat yang sering mengalami herniasi. Hernia umbilicus
muncul lebih sering pada wanita. Obesitas dan kehamilan berulang
merupakan precursor, dan ascites sering mencetuskan masalah. Hernia
umbilicus pada dewasa tak ada hubungannya dengan hernia umbilicus
pada anak-anak. Sering terjadi strangulasi pada colon atau omentum.
Hernia umbilicalis sering terjadi pada bayi dan merupakan kelainan
kongenital.
2) Hernia paraumbilicalis :
Hernia melalui suatu celah di garis tengah tepi atas
umbilicus.
Gambar 13.Hernia menurut lokasi
3) Hernia Epigastric
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus
dan processus xyphoideus. Hernia pada linea alba muncul lebih
sering diatas umbilicus dari pada dibawahnya. Hernia-hernia ini
biasanya kecil dan sulit diagnosis pada pasien obes. Pasien
mengeluhkan nyeri, sensasi tertarik dibagian tengah perut. Hernia
ini juga bisa diperbaiki dengan jahitan sederhana. Harus diwaspadai
adalah hernia ini sering multiple.4) Hernia Littre's
Adanyadiverticulum Meckel sebagai komponen tambahan pada kantung
hernia menjadi ciri dari Littre's hernia. Keadaan yang tak lazim
ini bisa sangat sulit di diagnosa karena gejala obstruktif yang
sedikit.. Strangulasi dari diverticulum Meckel bisa terjadi yang
menyebabkan fistel sebagai keluhan utama. Menejemen operasi berupa
reparasi hernia dengan atau tanpa reseksi diverticulum Meckel.
Suatudiverticulum Meckel yang menyebabkan gejala atau mengalami
strangulasi harus direseksi. Reseksi dari suatu diverticulum meckel
tanpa gejala harus berdasarkan usia dan keadaan umum pasien.
5) Spigelian HerniaSuatu hernia melalui fascia pada sepanjang
tepi lateral otot rectus abdominis pada celah antara linea
semilunar dan tepi lateral dari otot rectus abdominis adalah suatu
hernia spigelian. Fascia Spieghel sebenarnya adalah aponeurosis dan
terdiri dari gabungan aponeurosis otot oblique abdominis dan
transversesabdominis dibagian lateral dan otot rectus abdominis
pada bagian medial. Meskipun dapat muncul disepanjang linea
semilunar, ia paling sering muncul dimana fascia sphiegel lebih
lebar dan lemah.Diatas umbilicus, serat-serat aponeurosis saling
bersilangan dan membentuk barier yang kuat. Dibawah umbilicus
seratnya lebih parallel dan dapat di pisah, memudahkan peritoneum
dan lemak properotoneal menonjol melalui defek yang seperti belahan
tetapi tertahan oleh aponeurosis otot obliquus abdominis
eksternus.
Umumnya, hernia spigelian muncul pada bawah linea semilunaris.
Banyak pasien pasien datang dengan hernia spigelian mengalami
obesitas dan diagnosis klinis preoperative yang benar ditegakkan
hanya pada 50% pasien. HerniaSpigelian dapat ditemukan secara
incidental dengan ultrasonografi atau CT scan. Computed tomography
dilakukan dengan pasienmelakukan suatuValsalva maneuver
meningkatkan sensitivitas diagnostic. Hernia spigelian yang besar
dapat salah diduga sebagai sarcoma dari dinding abdomen.
Terjepitnya nervus cutaneus anterior T10 sampai T12 menyebabkan
rasa tak nyaman yang menyerupai hernia spigelian.
Hernia Spigelian biasanya berhasil diperbaiki pada operasi awal.
Aproksimasi jaringan yang berdekatan ke defek dengan jahitan
terputus biasanya berhasil pada kebanyakan pasien. Akantetapi jika
defeknya besar atau jeringan didekatnya lemah, penguatan dengan
prosthetic mesh menjadi indikasi.
6) Hernia Obturator
Canalis obturator ditutup oleh membran dan dilewati oleh nervus
dan pembuluh darah obturator. Kelemahan pada membrane obturator dan
pelebaran dari canal dapat menyebabkan suatu kantung hernia, yang
dapat menyebabkan incarserasi atau obstruksi saluran cerna. Canal
obturator, yang panjangnya 2-3 cm dapat terisi bantalan lemak, yang
dianggap oleh banyak ahli bedah hal yang patologik. Pasien muncul
dengan bukti kompresi pada nervus obturator, menghasilkan nyeri
pada bagian dalam paha. Ini digambarkan oleh John Howship pada
tahun 1840 dan secara terpisah oleh Moritz Heinrich
Romberg1848.
Operasi dari hernia obturator telah banyak dilakukan dengan
banyak pendekatan. Pendekatan melalui abdomen terbuka atau
laparoscopic dianjurkan ketika ada dugaan gangguan saluran cerna.
Pendekatan Retropubic (preperitoneal) dilakukan oleh banyak ahli
bedah ketikatidak ada keterlibatan atau obstruksi saluran cerna.
pendekatanobturator, inguinal, dan kombinasi telah pernah
dilakukan. Tanpa memandang pendekatan yang digunakan, reduksi isi
dan inversi kantung hernia adalah langkah awal dalam terapi
operatif pada hernia obturator. Dilatasi foramen obturator
diperbaiki dengan jahitan terputus.
7) Hernia Lumbar (Dorsal)
Hernia lumbalis atau dorsalis dapat terjadi didaerah lumbal
melalui dinding posterior abdomen. Grynfeltt's hernia muncul
melalui trigonum lumbal superior sedangkan Petit's hernia muncul
melalui trigonum lumbal inferior. Hernia lumbalis generalisata,
tipe yang ketiga paling sering iatrogenic setelah insisi pinggang
pada operasi ginjal.
Hernia lumbal biasanya besar dan menjadi progressif dan menjadi
masalah dari segi penampilan. Jahitan sederhana dapat dilakukan
pada hernia yang kecil. Pada hernia yang lebih besar dilakukan
rekonstruksi. Bagaimanapun pasien dengan hernia yang besar dan
muncul dengan jaringan yang sangat lemah memerlukan penggunaan mesh
atau free tissue flaps.
8) Sciatic Hernia
Foramen siaticus mayor dapat menjadi lokasi dari suatu hernia.
Hernia tipe ini sangat jarang dan sulit di diagnose dan asien
mungkin tidak memiliki keluhan hingga timbul obstruksi saluran
cerna. Pasien lain muncul dengan massa pada daerah gluteal atau
infragluteal, yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada saat berdiri.
Nyeri pada nervus siatikus jarang disebabkan oleh penekanan hernia
siatikus. Hernia ini dapat diperbaiki dengan operasi transabdominal
atau transgluteal.9) Hernia Perineal
Hernia perineal yang bersifat congenital atau didapat sangat
jarang terjadi. Hernia ini bisa terjadi setelah reseksi
abdominoperineal, prostatectomy, atau pengangkatan organ pelvis.
flap Myocutaneous atau mesh sering diperlukan untuk memperbaiki
sutau hernia perineal.KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS1) Hernia
inkarserasi
Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan
gejala obstruksi usus yang sederhana, menyebabkan gangguan dari
pasase usus, mual, dan muntah. Hernia yang membesar mengakibatkan
nyeri dan tegang. Pada hernia inkarserasi, hernia tidak dapat
direposisi.
2) Hernia strangulasi
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan
isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi
oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam
kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan
berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Komplikasi akibat operasi adalah infeksi pada luka sayatan
operasi akibat perawatan yang kurang baik. Infeksi pada luka
operasi erat kaitannya dengan angka rekurensi. Dengan keadaan umum
pasien dan teknik operasi yang baik, prognosis penderita hernia
umumnya baik. Rekurensi dapat terjadi akibat teknik operasi yang
kurang baik dan adanya penyakit yang mendasari. Angka rekurensi
operasi HIL pada orang dewasa 0,6-3% walaupun insidennya mungkin
lebih dari 5-10%.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada presentasi kasus, anamnesis pasien berjenis kelamin
laki-laki dengan usia 74 tahun. Pasien mengeluh terdapat bejolan di
lipat paha kiri sejak 1 bulan yang lalu, benjolan hilang timbul
saat posisi berdiri, berjalan dan batuk atau saat aktivitas.
Benjolan menghilang saat pasien istrirahat atau berbaring. Benjolan
dapat dimasukkan kembali oleh pasien dengan menggunakan tangannya.
Pasien menyangkal adanya nyeri pada benjolan dan mengatakan bahwa
jika BAB dan BAK lancar. Pasien menyangkal adanya demam, mual,
muntah. Riwayat penyakit dahulu pasien mengakui mempunyai riwayat
batuk lama. Riwayat psikososial pasien sebagai buruh tani yang
memiliki aktivitas mengangkat beban berat.Pada pemeriksaan fisik
pasien didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg (normal), nadi
88x/menit (normal), suhu 36,4oC (normal), respiratory rate
18x/menit (normal). Status lokalisregio inguinal sinistra-skrotalis
sinistra :Inspeksi :
1. Pada posisi berdiri
a. Tanpa mengedan : tidak tampak benjolan, tidak tampak tanda
tanda radang.
b. Mengedan : Tampak benjolan lonjong di lipat paha yang turun
ke skrotum, tidak berwarna merah.
2. Pada posisi berbaring : Tidak tampak benjolan.
Palpasi :
1. Saat berdiri mengedan.
Teraba benjolan yang berukuran 3cmx3cmx3cm , konsistensi kenyal,
permukaan licin, batas atas tidak tegas, nyeri tekan (-).
2. Saat tiduran, benjolan tidak teraba.Testis teraba, ukuran dan
konsistensi normal.
Fingertip test : benjolan hernia menyentuh ujung jariDari
serangkaian anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat didiagnosis
pasien menderita hernia inguinalis lateralis sinistra reponible.
Hernia inguinalis lateralis sinistra reponible terjadi bila isi
hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap. Isinya tidak
ikut muncul secara spontan, namun terjadi bila didorong oleh gaya
gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus.Tata laksana operatif merupakan satu-satunya pengobatan
rasional hernia inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas
herniotomi dan hernioplastik.BAB III
KESIMPULAN
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan
melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.
Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Pada kasus ini terjadi terdapat benjolan dilipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan
menghilang setelah berbaring. Penatalaksaan pasien dilakukan teknik
operatif hernioraphy.DAFTAR PUSTAKA
R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2000. Hal 313-317
Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair
(a step by step approach). Edisi I. Penerbit Global Digital
Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery Institute. New
Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 juli 2010)
H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III.
2003. Hal 348-356
C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery.
Edisi I. Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi
XXIII. Penerbit Hodder Arnold. 2006.
Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis).
Edisi I. Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company.
1997.
Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery.
Edisi II. 2005.
R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall
Hernias (Principles and Management). Edisi I. Penerbit
Sringer-Varlag. New York. 2001. (Ebook, di akses 10 Juli 2010)
Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit
Harwood Academic Publishers. Amsterdam. 1997. (Ebook, diakses 10
Juli 2010)