Top Banner
BAB I A. IDENTITAS PASIEN - Nama Pasien : Tn. S - Usia : 62 tahun - Alamat : Muntilan - Agama : Islam - Jenis Kelamin : Laki-laki - No. RM : Diketahui - Masuk RS :22 Juni 2014 pkl 13.30 wib - Dirawat di : Bangsal Flamboyan No. B2 RSUD Muntilan B. ANAMNESIS Keluhan utama : BAK tidak lancar, nyeri saat BAK Riwayat penyakit sekarang : 1 bulan sebelum masuk RS, pasien mengeluh sulit BAK, saat BAK sering terasa nyeri, aliran tersendat- sendat, ada perasaan tidak puas selesai BAK, terkadang pasien harus mengejan dahulu untuk mengeluarkan air seni, dan nyeri perut bawah. 5 HSMRS keluhan yang dirasakan pasien semakin memberat, pasien sulit kencing, perut bawah semakin nyeri, jika ingin BAK harus mengejan, warna air seni 1
34

Presus Bph

Dec 21, 2015

Download

Documents

Zulhida Yuni

tt
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Presus Bph

BAB I

A. IDENTITAS PASIEN

- Nama Pasien : Tn. S

- Usia : 62 tahun

- Alamat : Muntilan

- Agama : Islam

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- No. RM : Diketahui

- Masuk RS :22 Juni 2014 pkl 13.30 wib

- Dirawat di : Bangsal Flamboyan No. B2 RSUD Muntilan

B. ANAMNESIS

Keluhan utama : BAK tidak lancar, nyeri saat BAK

Riwayat penyakit sekarang :

1 bulan sebelum masuk RS, pasien mengeluh sulit BAK, saat BAK sering

terasa nyeri, aliran tersendat-sendat, ada perasaan tidak puas selesai BAK,

terkadang pasien harus mengejan dahulu untuk mengeluarkan air seni, dan

nyeri perut bawah. 5 HSMRS keluhan yang dirasakan pasien semakin

memberat, pasien sulit kencing, perut bawah semakin nyeri, jika ingin BAK

harus mengejan, warna air seni kemerahan, saat BAK pancaran kencing

lemah, pasien harus terbangun untuk kencing saat tidur kurang lebih 5x

semalam, demam (-), mual (-), muntah (-), 1 hari SMRS pasien datang ke

poliklinik bedah RSUD Muntilan untuk rencana operasi prostat, dari

poliklinik dipasang DC.

RPD: Riwayat mondok dengan keluhan yang sama (-), riwayat operasi (-),

riwayat mondok (-)

Riwayat alergi obat : tidak diketahui

1

Page 2: Presus Bph

RPK: Keluarga tidak ada yang menderita sakit yang sama

C. PEMERIKSAAN FISIK

Kesan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign : T : 150/70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 84 x/menit, reguler, ekual, tegangan dan isi cukup

S : 36,8 0C aksila

Status Gizi : Kurang

BB : 39 kg

TB : 160 cm

1. - Bentuk Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada

deformitas

- Rambut : Warna putih, distribusi merata,

tidak mudah dicabut

- Inflamasi : (-)

2. Pemeriksaan Mata

- Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-)

2

Page 3: Presus Bph

- Konjunctiva : Anemis (-/-)

- Sklera : Ikterik (-/-)

- Pupil : Reflek cahaya (+/+)

4. Pemeriksaan Telinga : nyeri tekan (-/-), discharge (-)

5. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-),

epistaksis (-), deviasi septum (-)

6. Pemeriksaan Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, epistaksis

posterior (-), tonsil dbn

7. Pemeriksaan Leher

- Trakea : Deviasi trakea (-)

- Kelenjar Tiroid : Membesar (-)

- Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

- JVP : Tidak meningkat

8. Pemeriksaan Dada

:

3

Page 4: Presus Bph

Paru-paru Dx/sn:

inspeksi: simetris (+) ketinggalan gerak (-), retraksi dada (-),

skikatrik (-)

Palpasi: Nyeri tekan (-), fokal fremitus simetris (+), massa (-),

krepitasi (-)

Perkusi: sonor +/+

Auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)

9. Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Datar, tidak ada distensi

- Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

- Palpasi : Tidak terdapat defans muskular, distensi maupun

asites, nyeri tekan positif terutama di regio

suprapubic. Tidak teraba masa, hepar, maupun

lien. Ballotement ginjal tidak teraba, nyeri ketok

sudut kostovertebra tidak ada

- Perkusi : Timpani (+)

10.

4

Page 5: Presus Bph

Urogenital : tidak terdapat kelainan bentuk genitalia, terpasang DC,

nyeri tekan supra pubic, meatus uretra externa tidak ditemukan tanda

peradangan maupun discharge

10. Pemeriksaan ekstremitas

Superior Inferior

Edema -/- -/-

Sianosis - / - - / -

Akral Hangat Hangat

CRT < 2 detik < 2 detik

Turgor baik baik

11 Pemeriksaan Tambahan

Rectal Toucher : Kesan keadaan sfingter ani mencengkram, mukosa

rectum licin dan halus, benjolan di dalam rectum (-), teraba sulcus

lateralis prostat (+), teraba sulcus mediana prostat (+), batas atas prostat

tidak teraba, nodul (-), konsistensi kenyal (+), darah (-)

5

Page 6: Presus Bph

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin

Hasil Hasil

AL 6 (4,5-11 x 103) AT 160 (150-450 x 103)

AE 4,8 (4,5-5,5 x 106) MCV 87 (85-100)

HB 14,2 (14-18) MCH 28,5 (28-31)

HMT 42 (40-54) MCHC 35,5 (33-37)

Gula Darah sewaktu : 98 mg/dl

Ureum : 42 mg/dl

Kreatinin : 1,00 mg/dl

Dari pemeriksaan USG abdomen ditemukan adanya :

Hepar : struktur echo dbn, sudut lancip

VF ; struktur echo dbn, saluran bilier dbn

Ren dextra et sinistra : besar dan struktur echo dbn

Lien : besar dan struktur echo dbn

VU : struktur echo dbn

Prostat : Struktur echo homogen, ukuran 5,4 x 3,8 cm, volume 45 ml

Free fluid : -/neg

Kesan : hipertropi prostat

6

Page 7: Presus Bph

E. DIAGNOSIS KERJA :

Benign Prostat Hiperplasia

F. PENATALAKSANAAN

Infus RL 20 tpm

Pro prostatektomi

Inform Consent

Puasa

Konsul anestesi

Injeksi Ceftriaxon 1 gr (pre op)

Konsul UPD untuk penatalaksanaan hipertensi

7

Page 8: Presus Bph

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi :

Benign Prostat hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah suatu

pembesaran prostat yang disebabkan bertambahnya struktur kelenjar dan jaringan

ikat, hal ini terjadi karena adanya pengaruh hormon testosteron yang diubah menjadi

dihidrodrotestosteron pada sel prostat.

Anatomi

Prostat mulai terbentuk pada minggu ke 12 dari kehidupan mudigoh dibawah

pengaruh hormon androgen yang berasal dari testis fetus. Sebagian besar kompleks

prostat berasal dari sinus urogenitalis, sebagian dari duktus ejakulatorius, sebagian

veromontanum dan sebagian dari asiner prostat (zona sentral) berasal dari duktus

wolfii. Prostat merupakan kelenjar kelamin laki-laki yang terdiri dari jaringan

fibromuskular stroma dan asiner

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck

dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20

gram dengan ukuran rata-rata : panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm. Secara

embriologis terdiri dari 5 lobus yaitu lobus medius 1 buah, lobus anterior 1 buah,

lobus posterior 1 buah, lobus lateral 2 buah. Selama perkembangannya lobus medius,

lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi satu disebut lobus medius. Pada

potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat

terdiri dari:

a. Kapsul anatomis.

8

Page 9: Presus Bph

Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler. Jaringan

kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian :

1) Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya.

2) Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai

adenomatus zone.

3) Di sekitar uretra disebut periuretral gland. Saluran keluar dari ketiga kelenjar

tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus

ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Menurut Mc Neal, prostat

dibagi atas : zona perifer, zona sentral, zona transisional, segmen anterior dan zona

spingter preprostat. Prostat normal terdiri dari 50 lobulus kelenjar. Duktus kelenjar-

kelenjar prostat ini lebih kurang 20 buah, secara terpisah bermuara pada uretra

prostatika, dibagian lateral verumontanum, kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selaput

epitel torak dan bagian basal terdapat sel-sel kuboid.

Fisiologi

Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada orang

dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba. Sedangkan pada

penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik.

Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi

lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke

abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan, keluar cairan seperti susu. Apabila

jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak

mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretr dari

lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat

menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur

mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan

9

Page 10: Presus Bph

Etiologi

1. Teori DHT (dehidrotestosteron) : testosterone dengan bantuan enzim 5 α

reduktase dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar

prostat

2. Teori reawakening : Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk

merangsang pertumbuhan epitel. Menurut Mc Neal, seperti pada embrio, lesi

primer BPH adalah penonjolan kelenjar yang kemudian bercabang

menghasilkan kelenjar-kelenjar baru di sekitar prostat. Ia menyimpulkan

bahwa hal ini merupakan reawakening dari induksi stroma yang terjadi pada

usia tua

3. Teori stem cell hypothesis : Pada kelenjar prostat selain ada hubungannya

dengan stroma dan epitel, juga ada hubungan antara jenis-jenis sel epitel yang

ada dalam jaringan prostat. Stem sel akan berkembang menjadi sel

amplifying. Keduanya tidak tergantung pada androgen. Sel amplifying akan

berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen,

sehingga dengan adanya androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini

akan berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.

4. Teori growth factor : teori ini berdasarkan adanya hubungan interaksi antara

unsure stroma dan unsure epitel prostat yang berakibat BPH. Faktor

pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di bawah pengaruh androgen.

Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis growth factor dan atau fibroblast

growth factor dan atau adanya penurunan ekspresi transforming growth

factor-b akan menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan

menghasilkan pembesaran prostat.

Patofisiologi

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan

menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan

10

Page 11: Presus Bph

intravesikal. Untuk mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna

melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan

anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,

sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada bulu-buli tersebut, oleh

pasien disarankan sebagai keluhkan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower

urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus.

Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak

terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat

menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko

ureter. Keadaan keadaan ini jIka berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,

hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal. Obstruksi yang

diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya disebabkan oleh adanya

massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga disebabkan oleh tonus

otot polos yang pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-

buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus

pudendus. Pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada

saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi

pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat,

serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.

Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut,

maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak

mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat

menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

Manifestasi Klinis

1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :

a. Obstruksi :

1) Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi)

2) Pancaran waktu miksi lemah

11

Page 12: Presus Bph

3) Intermitten (miksi terputus)

4) Miksi tidak puas

5) Distensi abdomen

6) Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.

b. Iritasi : frekuensi sering, nokturia, disuria.

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis.

3. Gejala di luar saluran kemih :

Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi prostat.

Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga

mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Sjamsuhidayat, 2004). Adapun

gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan

Benigna Prostat Hipertroplasi:

a. Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan buang air kecil, sulit

mengeluarkan atau menghentikan urin. Mungkin juga urin yang keluar hanya

merupakan tetesan belaka.

b. Sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena keinginan buang air kecil yang

berulang-ulang.

c. Pancaran atau lajunya urin lemah

d. Kandung kemih terasa penuh dan ingin buang iar kecil lagi

e. Pada beberapa kasus, timbul rasa nyeri berat pada perut akibat tertahannya urin

atau menahan buang air kecil (Alam, 2004).

Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan, anoreksia, mual dan

muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik (Brunner & Suddarth, 2002).

Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:

Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (digital rectal

examination) atau colok dubur ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang

dari 50 ml.

12

Page 13: Presus Bph

Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih menonjol,

batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.

Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin

lebih dari 100 ml.

Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.

Penegakan Diagnosis

Anamnesis : Keluhan yang dirasakan, seberapa lama keluhan itu telah

mengganggu, riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia,

riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual, obat-obat yang

saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan miksi

Skor symptom menurut IPSS :

1 Miksi tidak tuntas

Dalam satu bulan yang lalu ada sisa urin

setelah kencing

0 1 2 3 4 5

2 Frekuensi

Dalam satu bulan yang lalu sering kencing

(setiap < 2 jam)

0 1 2 3 4 5

3 Intermitensi

Dalam 1 bulan yang lalu seberapa sering

kencing terhenti dan mulai lagi

0 1 2 3 4 5

4 Urgensi

Dalam 1 bulan yang lalu seberapa sering tak

dapat menahan kencing

0 1 2 3 4 5

5 Pancaran lemah

Dalam satu bulan yang lalu seberapa sering

pancaran kencing lemah

0 1 2 3 4 5

13

Page 14: Presus Bph

6 Mengejan

Dalam 1 bulan yang lalu seberapa sering

harus mengejan untuk memulai kencing

0 1 2 3 4 5

7 Nocturia

Dalam 1 bulan yang lalu kali harus terbangun

untuk kencing waktu tidur

0 1 2 3 4 5

Jumlah skor

Pedoman :

0 : Tidak sama sekali

1 : Kadang-kadang ( kurang dari 1x dalam 5x kencing)

2 : Kurang dari separuh dari seluruh frekuensi kencing

3 : Kira-kira separuh dari seluruh frekuensi kencing

4 : Lebih dari separuh dari seluruh frekuensi kencing

5 : Hampir selalu

Khusus untuk pertanyaan nomer 7 :

0 : tidak sama sekali 1: 1x, 2: 2x, 3: 3x, 4: 4x, 5 ; 5x

Skor kualitas hidup menurut IPSS:

Bila anda harus mengalami keluhan kencing seperti sekarang ini sepanjang

hidup anda, bagaimana perasaan anda ?

0 : gembira

1 : menyenangkan

2 : sebagian besar memuaskan

3 : Campuran, kadang memuaskan kadang tidak

4 ; Sebagian besar tidak memuaskan

5 : Tidak bahagia

6 : menakutkan

14

Page 15: Presus Bph

Keadaan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh

adalah sebagai berikut :

1. Skor 0-7 bergejala ringan

2. Skor 8-19 bergejala sedang

3. Skor 20-35 bergejala berat

Pengisian kuesioner IPSS

Ringan < 8 : tidak ada tindakan/watchful waiting

Sedang 8-18 : Medikamentosa

Berat > 18 : Operasi

Pemeriksaan Fisik :

Ginjal : Inspeksi, palpasi bimanual kalau membesar -> ballottement,

nyeri ketok

Vesika Urinaria : Penuh -> inspeksi, palpasi perkusi

Genitalia eksterna : sirkumsisi, Orifisium urethra externa, perabaan

urethra, testis, epididimis, vas deferens, hernia, hidrokel

RT : Tonus sfingter ani, prostat, menonjol, konsistensi, batas tegas,

nodul, asimetris, perkiraan besar

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

1. Urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. BPH

yang sudah menimbulkan komplikasi saluran kemih, batu buli-buli atau

penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, diantaranya : karsinoma buli-

buli in situ atau striktur uretra, pada pemeriksaan urinalisis menunjukan

adanya kelainan. Kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan

pemeriksaan kultur urin, dan ada kecurigaan karsinoma buli-buli dilakukan

sitologi urin. Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urin dan telah

15

Page 16: Presus Bph

memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena

seringkali telah ada leukosituria maupun eritrosituria.

Flow rate maximal (Qmax) :

15 ml/detik : non abstruktif

10-15 ml/detik : Borderline

< 10 ml/detik : obstruktif

Catatan harian miksi : untuk menilai fungsi traktus urinarius bagian

bawah dengan reliabilitas dan validitas yang cukup baik

Pemeriksaan residual urin : adalah sisa urin yang tertinggal didalam buli-

buli setelah miksi. Jumlah residual urin pada orang normal adalah 0,09-

2,24 ml. Peningkatan residual urin menunjukan adanya obstruksi karena

pembesaran prostat. Residual urin lebih dari 50-100 cc adalah abnormal.

Mengukur residu urin :

Stadium 1 : < 50 cc

Stadium 2 : 50-100 cc

Stadium 3 : > 100 cc

Stadium 4 : Retensi urin kronis

2. Pemeriksaan PSA

Pemeriksaan petanda tumor (Prostat specific antigen = PSA) sudah banyak

digunakan, juga merupakan salah satu sarana untuk menyingkiran dugaan

keganasan. Harap diingat bahwa masa prostat yang besar dapat menaikkan

kadar PSA dalam darah dalam batas-batas tertentu. Hasil PSA yang normal

merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum memulai terapi

medikamentosa BPH.

PSA diinterpretasikan sebagai berikut :

Normal : 0,5-4 ng/ml

4-10 ng/ml : kemungkinan Ca 20% ( perlu TRUS dan biopsi)

10 ng/ml : kemungkinan Ca 50% (perlu TRUS dan biopsy)

16

Page 17: Presus Bph

Pemeriksaan radiologis

1. BNO-IVP : untuk mengungkapkan adanya divertikel atau selule pada buli-

buli, batu buli-buli, perkiraan volume residual urin, dan indentasi prostat.

2. USG : untuk menilai prostat Bila terdapat gambaran hipoechoic

(keganasan) maka dilakukan biopsi pada daerah tersebut dengan TRUS, bila

terdapat gambaran shadawacustic (hiperechoic) menunjukan adanya batu

prostat (prostatitis calculosa), untuk menilai volume prostat

3. Sistografi dan sistogram Apabila fungsi ginjal buruk sehingga ekskresi

ginjal kurang baik atau penderita sudah dipasang kateter menetap dapat

dilakukan sistogram retrograde. Pemeriksaan ini untuk dapat memberi

gambaran kemungkinan tumor di dalam kandung kemih atau sumber

perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen

dalam vesika

4. URS : Pemeriksaan ini secra visual dapat mengetahui keadaan uretra pars

prostatika dan buli-buli. Terlihat adanya pembesaran prostat, obstruksi uretra,

dan leher buli-buli, batu buli-buli, trabekulasi buli-buli, selule, dan divertikel

buli-buli.

Komplikasi

Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi (meskipun prostatektomi

perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal yang tidak

dapat dihindari). Pada kebanyakan kasus, aktivitas seksual dapat dilakukan kembali

dalam 6 sampai 8 Minggu, karena saat ini fossa prostatik telah sembuh. Setelah

ejakulasi, maka cairan seminal mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan

bersama urin (Brunner & Suddarth, 2002). Apabila buli-buli menjadi dekompensasi,

akan terjadi retensio urin. Karena produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat

buli-buli tidak mampu lagi menampung urin sehinnga tekanan intravesika meningkat,

dapat timbul hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.

17

Page 18: Presus Bph

Penatalaksanaan

Jika gejala masih ringan, sebaiknya dilakukan pengamatan lebih lanjut. Pada keadaan

tidak dapat buang air kecil (berarti sumbatan sudah total), maka pertolongan pertama

yang dilakukan adalah pemasangan kateter. Jika upaya pemasangan kateter ini gagal,

maka dapat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, tindakan operasi dapat dilakukan

jika : terjadi infeksi saluran kemih yang berulang, buang air kecil yang berdarah, ada

batu saluran kemih, divertikulum kandung kemih, atau gagal ginjal.

Pengobatan oral

1. α blockers

Kelenjar prostat memiliki suatu reseptor yang dinamakan α 1 adrenoreseptor, dengan

menghambat reseptor ini, maka kontraksi kelenjar prostat dapat dikurangi sehingga

dapat mengurangi gejala pada pasien BPH. Contoh obatnya adalah fenoxibenzamin

dan prazosin. Keduanya memiliki efektivitas dan hasil nyata yang berkaitan dengan

perbaikan gejala. Namun banyak memiliki efek samping seperti hipotensi yang

dipengaruhi posisi (ortostatik), pusing, rasa lelah, dan sakit kepala.

2. 5 α reduktase inhibitor

5 α reduktase inhibitor adalah obat yang mencegah pengubahan testoteron menjadi

dihidrotestoteron. Contoh obat ini adalah finasteride. Obat ini dapat mengurangi

ukuran kelenjar prostat. Dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk melihat efek

maksimum pengobatan pada ukuran prostat maupun pada gejala penyakit. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa 5 α reduktase inhibitor merupakan obat yang efektif

dan aman untuk digunakan namun perbaikan gejala penyakit hanya dijumpai pada

pasien dengan pembesaran prostat yang lebih dari 40 cm3. Efek samping yang

ditimbulkan antara lain turunnya libido, berkurangnya volume ejakulasi, dan

impotensi. Penurunan PSA dijumpai pada sekitar 50% pasien yang dirawat dengan

menggunakan 5 α reduktase inhibitor sehingga mungkin saja hal ini dapat

mengganggu deteksi kanker. Laporan terakhir menyatakan bahwa penggunaan

18

Page 19: Presus Bph

finasteride dapat mengurangi kejadian tidak dapat berkemih (retensi urin) dan

kebutuhan tindakan bedah pada pria dengan pembesaran prostat dengan gejala sedang

sampai berat.

3. Bedah Konvensional

1. Pembedahan terbuka

Indikasi absolut yang memerlukan pembedahan terbuka dibanding pilihan bedah

lainnya adalah terdapatnya keterlibatan kandung kemih yang perlu diperbaiki seperti

adanya divertikel atau batu kandung kemih yang besar. Prostat yang melebihi 80-100

cm3 biasanya dipertimbangkan untuk dilakukan pengangkatan prostat secara terbuka.

Pembedahan terbuka mempunyai nilai komplikasi setelah operasi seperti tidak dapat

menahan buang air kecil dan impotensi. Perbaikan klinis yang terjadi sebesar 85-

100%.

2. Transurethral resection of the prostate (TURP)

TURP merupakan metode paling sering digunakan dimana jaringan prostat yang

menyumbat dibuang melalui sebuah alat yang dimasukkan melalui uretra (saluran

kencing). Secara umum indikasi untuk metode TURP adalah pasien dengan gejala

sumbatan yang menetap, progresif akibat pembesaran prostat, atau tidak dapat diobati

dengan terapi obat lagi. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi regional atau umum

dan membutuhkan perawatan inap selama 1-2 hari.

3. Transurethral incision of the prostate (TUIP)

Metode ini digunakan pada pasien dengan pembesaran prostat yang tidak terlalu besar

dan umur relative muda.

4. Laser prostatekomi

Dengan teknik laser ini komplikasi yang ditimbulkan dapat lebih sedikit, waktu

penyembuhan lebih cepat, dan dengan hasil yang kurang lebih sama. Sayangnya

terapi ini membutuhkan terapi ulang setiap tahunnya. Penggunaaan laser ini telah

berkembang pesat tetapi efek lebih lanjut dari pemakaian laser belum diketahui secara

pasti.

19

Page 20: Presus Bph

Terapi Invasi Minimal

1. Transurethral needle ablation of the prostate (TUNA)

TUNA termasuk dalam teknik minimal invasif yang biasa digunakan pada pasien

yang gagal dengan pengobatan medikamentosa, pasien yang tidak tertarik pada

pengobatan medikamentosa, atau tidak bersedia untuk tindakan TURP. Teknik ini

menggunakan kateter uretra yang didesain khusus dengan jarum yang menghantarkan

gelombang radio yang panas sampai mencapai 100 oC di ujungnya sehingga

dapat menyebabkan kematian jaringan prostat. Pasien dengan gejala sumbatan dan

pembesaran prostat kurang dari 60 gram adalah pasien yang ideal untuk tindakan

TUNA ini. Kelebihan teknik TUNA dibanding dengan TURP antara lain pasien

hanya perlu diberi anestesi lokal. Selain itu angka kekambuhan dan kematian TUNA

lebih rendah dari TURP.

2. Transurethral electrovaporization of the prostate

Teknik ini menggunakan rectoskop (seperti teropong yang dimasukkan melalui anus)

standar dan loop konvensional. Arus listrik yang dihantarkan menimbulkan panas

yang dapat menguapkan jaringan sehingga menghasilkan timbulnya rongga di dalam

uretra.

3. Termoterapi

Metode ini menggunakan gelombang mikro yang dipancarkan melalui kateter

transuretral (melalui saluran kemih bagian bawah). Namun terapi ini masih

memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektivitasannya.

4. Intraurethral stents

Alat ini dapat bertujuan untuk membuat saluran kemih tetap terbuka. Setelah 4-6

bulan alat ini biasanya akan tertutup sel epitel. Biasanya digunakan pada pasien

dengan usia harapan hidup yang minimum dan pasien yang tidak cocok untuk

menjalani operasi pembedahan maupun anestesi. Saat ini metode ini sudah jarang

dipakai.

5. Transurethral balloon dilation of the prostate

20

Page 21: Presus Bph

Pada tehnik ini, dilakukan dilatasi (pelebaran) saluran kemih yang berada di prostat

dengan menggunakan balon yang dimasukkan melalui kateter. Teknik ini efektif pada

pasien dengan prostat kecil, kurang dari 40 cm3. Meskipun dapat menghasilkan

perbaikan gejala sumbatan, namun efek ini hanya sementara sehingga cara ini

sekarang jarang digunakan.

BAB III

Masalah yang dikaji

Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini?

Analisis masalah

Berdasarkan keluhan utama pasien yaitu BAK tidak puas sejak 1 bulan sebelum

masuk RS, sulit BAK, saat BAK sering terasa nyeri, aliran tersendat-sendat, ada

perasaan tidak puas selesai BAK, terkadang pasien harus mengejan dahulu untuk

mengeluarkan air seni, dan nyeri perut bawah warna air seni kemerahan, pasien harus

terbangun 5x semalam untuk BAK, pasien sering mengeluh pancaran BAK nya

lemah dan rasa ingin BAK tak bisa ditahan.

21

Page 22: Presus Bph

Skor symptom menurut IPSS :

1 Miksi tidak tuntas

Dalam satu bulan yang lalu ada sisa urin

setelah kencing

0 1 2 3 4 5

2 Frekuensi

Dalam satu bulan yang lalu sering kencing

(setiap < 2 jam)

0 1 2 3 4 5

3 Intermitensi

Dalam 1 bulan yang lalu seberapa sering

kencing terhenti dan mulai lagi

0 1 2 3 4 5

4 Urgensi

Dalam 1 bulan yang lalu seberapa sering tak

dapat menahan kencing

0 1 2 3 4 5

5 Pancaran lemah

Dalam satu bulan yang lalu seberapa sering

pancaran kencing lemah

0 1 2 3 4 5

6 Mengejan

Dalam 1 bulan yang lalu seberapa sering

harus mengejan untuk memulai kencing

0 1 2 3 4 5

7 Nocturia

Dalam 1 bulan yang lalu kali harus terbangun

untuk kencing waktu tidur

0 1 2 3 4 5

Jumlah skor 28

Pedoman :

0 : Tidak sama sekali

1 : Kadang-kadang ( kurang dari 1x dalam 5x kencing)

22

Page 23: Presus Bph

2 : Kurang dari separuh dari seluruh frekuensi kencing

3 : Kira-kira separuh dari seluruh frekuensi kencing

4 : Lebih dari separuh dari seluruh frekuensi kencing

5 : Hampir selalu

Khusus untuk pertanyaan nomer 7 :

0 : tidak sama sekali 1: 1x, 2: 2x, 3: 3x, 4: 4x, 5 ; 5x

Dari pemeriksaan Rectal Toucher : Kesan keadaan sfingter ani mencengkram,

mukosa rectum licin dan halus, benjolan di dalam rectum (-), teraba sulcus lateralis

prostat (+), teraba sulcus mediana prostat (+), batas atas prostat tidak teraba, nodul

(-), konsistensi kenyal (+), darah (-)

Dari pemeriksaan USG :

Prostat : Struktur echo homogen, ukuran 5,4 x 3,8 cm, volume 45 ml

Kesan : hipertropi prostat

Berdasarkan hasil anamnesis, skor IPSS yaitu 28, hasil pemeriksaan RT, dan USG

menunjukan adanya hyperplasia prostat, maka perencanaan yang tepat untuk kasus ini

adalah prostatektomi.

23

Page 24: Presus Bph

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R & Wimde Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.

EGC : Jakarta

2. Snell, Richard. 2008. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC :

Jakarta

3. Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto. Jakarta

4. Ali, Rudi. 2012. Ultimate Surgery Revealed Digesti and Urologi. Yogyakarta

24