1 BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT DAN LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2011 UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT DAN LAPORAN KASUS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DISUSUN OLEH : Andhini Afliani Putri.F C 111 07 255 PEMBIMBING : dr.Musmiani DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT DAN LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2011
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT DAN LAPORAN KASUS
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
DISUSUN OLEH :
Andhini Afliani Putri.F
C 111 07 255
PEMBIMBING :
dr.Musmiani
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AW
Umur : 68 tahun
Alamat : Paccinongang
No.Rekam Medik : 483344
Tanggal Pemeriksaan : 19 Oktober 2011
B. ANAMNESIS
Tipe Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Sesak napas
- Dialami sejak ± 3 bulan SMRS, memberat sejak ± 1 hari SMRS, dirasakan terus
menerus, tanpa dipengaruhi aktivitas.
- Batuk (+) sejak ± 3 bulan SMRS, dahak (+) warna putih, darah (-).
- Pasien bisa tidur dengan 1 bantal, terbangun karena sesak di malam hari (-), sesak tidak
bertambah dengan perubahan cuaca.
- Demam (-), riwayat demam (-)
- Mual (-), muntah (-)
- Nyeri dada (-) Nyeri perut (-)
- Penurunan BB (-), keringat malam (-)
- BAB : biasa, kuning. BAK: lancar, kuning.
Riwayat penyakit Sebelumnya :
- Riwayat DM (-)
- Riwayat OAT (-)
- Riwayat Hipertensi (+) sejak ± 3 tahun yang lalu
- Riwayat sakit jantung (-)
- Riwayat merokok sejak 20 tahun, 2 bungkus perhari
C. STATUS PRESENT
Sakit sedang / Gizi cukup / Compos mentis
3
- BB : 45 kg
- TB : 155
- IMT : 18,75
Tanda Vital :
- Tensi : 170/100
- Nadi : 96x/menit
- Pernapasan : 28x/menit
- Suhu : 36,5o C
Pemeriksaan fisis :
- Kepala : Anemis(-), Ikterus(-), Sianosis(-)
- Leher : NT (-), MT(-). DVS R-2 cmH2O
- Thoraks :
Inspeksi : Emfisematous, simetris ki=ka
Palpasi : Vocal Fremitus ↑ ki=ka
Perkusi : Hipersonor
BPH di ICS VI kiri depan
BPB kiri V th.XI
BPB kanan V. Th.X
Auskultasi : BP : Bronkial. Rh Wh - / -
- Jantung :
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak teraba
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni reguler
- Abdomen :
Inspeksi : datar ikut gerak napas
Palpasi : H/L ttb
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan N
- Ekstremitas
Edema : -/-
4
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG
Darah rutin :
- Leukosit : 10,1 x 103
- Eritrosit : 4,58
- Hemoglobin : 11,5
- Trombosit : 516.000
- LED I / II : 7/11
- Limfosit : 23,4
- Neutrofil : 59,1
Elektrolit :
- K : 5,1
- Na : 132
- Cl : 9,7
- Ca : 7,74
- pH : 7,74
Kimia Klinik :
- Ureum : 92,8
- Kreatinin : 1,4
Foto Thorax
- Kesan : Bronkitis
Sputum BTA 3x :
I : (-), II : (-), III: (-)
E. DIAGNOSIS SEMENTARA
- PPOK Eksaserbasi Akut
- HT grade 2
F. TATALAKSANA AWAL
- O2 2-3 L/m
- Nebulizer combivent / 8jam
- Ambroxol 3 dd1 cth
5
- Amlodipine 1-0-0
G. RENCANA PEMERIKSAAN AWAL
- Darah rutin
- LED
- Sputum BTA 3x, gram, jamur
- SGOT, SGPT
- Ureum, Kreatinin
- GDS
- Tes Faal Paru
- Foto thoraks
H. FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi
20/10/11
T : 140/90
N : 88x/i
P : 30x/i
S: 36,9oC
S : sesak (+), batuk (+) lendir putih,
nyeri dada (-)
O: SS / GC / CM
Kepala : anemis (-), ikterus (-), sianosi
(-)
Leher : NT(-), MT(-), R -1 cmH2O
Toraks : BP : Bronkovesikuler, Rh
Wh -/-
Jantung : BJ I/II murni reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan N
Ekstremitas : Edema -/-
A : PPOK
- O2 2-3 L/m
- Nebulizer combivent /
8jam
- Ambroxol 3 dd1 cth
- Ceftriaxone
2gr/24jam/IV
- Inj.Dexametason
1amp/8jam/IV
- Amlodipine 1-0-0
21/10/11
T : 120/70
N : 88x/i
S : sesak (+), batuk (-), nyeri dada (-)
O: SS / GC / CM
- O2 2-3 L/m
- Nebulizer combivent /
8jam
6
P : 28x/i
S: 36,7oC
Kepala : anemis (-), ikterus (-), sianosi
(-)
Leher : NT(-), MT(-), R -1 cmH2O
Toraks : BP : Bronkovesikuler, Rh
Wh -/-
Jantung : BJ I/II murni reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan N
Ekstremitas : Edema -/-
A : PPOK
- Ambroxol 3 dd1 cth
- Inj.Dexametason
1amp/8jam/IV
- Ceftriaxone
2gr/24jam/IV
- Amlodipine 1-0-0
22/10/11
T : 130/80
N : 88x/i
P : 26x/i
S: 36,6oC
S : sesak (+) ↓, batuk (+), nyeri dada (-)
O: SS / GC / CM
Kepala : anemis (-), ikterus (-), sianosi
(-)
Leher : NT(-), MT(-), R -1 cmH2O
Toraks : BP : Bronkovesikuler, Rh
Wh -/-
Jantung : BJ I/II murni reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan N
Ekstremitas : Edema -/-
A : PPOK
- O2 2-3 L/m
- Nebulizer combivent /
8jam
- Ambroxol 3 dd1 cth
- Inj.Dexametason
1amp/8jam/IV
- Ceftriaxone
2gr/24jam/IV
- Amlodipine 1-0-0
23/10/11
T : 130/80
N : 84x/i
P : 36x/i
S: 36,5oC
S : sesak (+) , batuk (-), nyeri dada (-)
BAK tidak lancar
O: SS / GC / CM
Kepala : anemis (-), ikterus (-), sianosi
(-)
Leher : NT(-), MT(-), R -1 cmH2O
Toraks : BP : Bronkovesikuler, Rh
Wh -/-
- O2 2-3 L/m
- Nebulizer combivent /
8jam
- Inj.Dexametason
1amp/8jam/IV
- Ceftriaxone
2gr/24jam/IV
- Amlodipine 1-0-0
7
Jantung : BJ I/II murni reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan N
Ekstremitas : Edema -/-
A : PPOK
I. RESUME
Seorang laki-laki usia 68 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang dialami
sejak ± 3 bulan SMRS, memberat sejak ± 1 hari SMRS, dirasakan terus menerus, tanpa
dipengaruhi aktivitas, pasien bisa tidur dengan 1 bantal, terbangun karena sesak di malam hari
(-), sesak tidak bertambah dengan perubahan cuaca. Batuk (+) sejak ± 3 bulan SMRS, dahak
(+) warna putih, darah (-) . Demam (-), riwayat demam (-). Mual (-), muntah (-). Nyeri dada (-
) Nyeri perut (-). Penurunan BB (-), keringat malam (-). BAB : biasa, kuning. BAK: lancar,
kuning.
Riwayat penyakit Sebelumnya :
- Riwayat DM (-)
- Riwayat OAT (-)
- Riwayat Hipertensi (+) sejak ± 3 tahun yang lalu
- Riwayat sakit jantung (-)
- Riwayat merokok sejak 20 tahun, 2 bungkus perhari
Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah tinggi yaitu 170/100 mmHg, nadi normal
yaitu 96x/menit, pernapasan cepat (takipneu) 28x/menit, dan suhu normal yaitu 36,5oC. Pada
pemeriksaan thoraks di dapatkan Emfisematous pada inspeksi, vokal fremutus meningkat
pada palpasi ke dua bagian paru, hipersonor pada perkusi kedua bagian paru, dan bunyi
pernapasan bronkial pada auskultasi disertai bunyi tambahan wheezing di bagian apeks paru
kiri dan kanan. Berdasarkan klinis pasien dapat di assessment dengan diagnosa PPOK
eksaserbasi akut dan hipertensi grade 2. Pada penatalaksanaan diberikan O2 2-3 L, nebulizer
combivent/8jam/ ambroxol 3 kali 1 sendok teh perhari, dan amlodipin di pagi hari.
8
J. DISKUSI
Pada kasus didapatkan seorang laki-laki usia 68 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak napas yang dialami sejak ± 3 bulan SMRS, memberat sejak ± 1 hari SMRS, dirasakan
terus menerus, tanpa dipengaruhi aktivitas, pasien bisa tidur dengan 1 bantal, terbangun
karena sesak di malam hari (-), sesak tidak bertambah dengan perubahan cuaca.Dari
anamnesa yang berhubungan dengan keluhan utama ditanyakan gejala sesak akibat penyakit
respirasi dan sesak akibat penyakit jantung. Pada kasus didapatkan gejala sesak akibat
penyakit respirasi. Selanjutnya didapatkan gejala batuk sejak ± 3 bulan SMRS, dahak (+)
warna putih, darah(-), riwayat demam(-), penurunan BB(-), keringat malam(-), dan riwayat
konsumsi OAT(-) maka diagnosa ke arah penyakit TB dapat disingkirkan. Selanjutnya
gejala yang menunjang diagnosa adalah adanya riwayat merokok sejak 20tahun yang
dikonsumsi sebanyak 2 bungkus perhari, selain itu ditunjang dengan pemeriksaan fisis pada
pemeriksaan thoraks didapatkan dada emfisematous kiri dan kanan, vokal fremitus
meningkat pada kedua lapangan paru, perkusi hipersonor pada kedua lapangan paru, dan
bunyi pernapasan bronkial serta bunyi tambahan berupa wheezing pada auskultasi. Maka
berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, lendir, riwayat merokok, serta
pemeriksaan fisis dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronis. Selain itu terdapat penyakit lain yang menyertai yaitu hipertensi
grade 2 dimana tekanan darah tinggi yaitu 170/100 mmHg.
Namun untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan tes faal paru (spirometri), selain itu
juga dilakukan pemeriksaan sputum BTA 3x,gram,jamur untuk menyingkirkan diagnosa TB.
Adapun pemeriksaan darah rutin, LES, SGOT,SGPT,GDS,ureum,kreatinin adalah untuk
memeriksa adanya kelainan lain.
Penyakit paru obstruksi adalah penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan
ventilasi berupa gangguan obstruksi saluran napas. Penyakit dengan kelainan tersebut antara
lain adalah asma bronkial, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan sindrom obstruksi
pasca Tb (SOPT). Meskipun semuanya memberikan kelainan berupa obstruksi saluran napas,
tetapi mekanisme terjadinya kelainan itu berbeda pada masing-masing penyakit.
9
Pada terapi diberikan O2
2-3 L/menit hal ini bertujuan untuk perbaikan psikis,
koordinasi otot, toleransi beban kerja dan pola tidur karen hipoksemi dapat mencetuskan
dekompensatio kordis pada penderita PPOK terutama pada saat adanya infeksi saluran napas.
Selanjutnya diberikan Nebulizer Combivent yang berisi Ipatropium bromida dan Salbutamol
sulfat yang bertujuan sebagai bronkodilator utama pada PPOK, karena pada PPOK obstruksi
saluran napas yang terjadi lebih dominan disebabkan oleh komponen vagal. Ambroxol juga
diberikan untuk mengobati gejala batuk disertai lendir. Ceftriaxone merupakan antibiotik
yang juga diberikan pada pasien karena infeksi sangat berperan pada perjalanan penyakit
paru obstruksi, terutama pada keadaan eksaserbasi. Infeksi virus paling sering
menimbulkan eksaserbasi diikuti oleh infeksi bakteri. Karena Apabila infeksi berlanjut
maka perjalanan penyakit akan makin memburuk. Pemberian kortikosteroid berupa
Dexametason diberikan ada penderita dengan hipereaktivitas bronkus karena pemberian
kortikosteroid menunjukkan perbaikan fungsi paru dari gejala penyakit. Pemberian
kortikosteroid jangka lama memperlambat progresivitas penyakit. Dan Amlodipine
merupakan obat anti hipertensi Golongan Calcium Channel Blocker Dihidropirin yang
digunakan untuk mengendalikan hipertensi.
10
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK)
A. PENDAHULUAN
Pada tahun 2004, Institut Nasional Inggris mendefinisikan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) ditandai dengan obstruksi aliran udara. Obstruksi aliran udara biasanya progresif,
tidak sepenuhnya reversibel dan tidak berubah tajam selama beberapa bulan. Penyakit ini
didominasi disebabkan oleh merokok. Istilah PPOK yang lebih disukai untuk obstruksi aliran
udara terkait dengan penyakit kronis bronkitis dan emfisema. Ini terkait erat dengan, tetapi tidak
identik dengan, PPOK. Meskipun asma dikaitkan dengan obstruksi aliran udara biasanya
dianggap sebagai entitas klinis terpisah. Beberapa pasien dengan asma kronis juga
mengembangkan obstruksi aliran udara yang relatif tetap (konsekuensi dari saluran napas
renovasi) dan sering dibedakan dari PPOK. Karena prevalensi tinggi asma dan PPOK, kondisi ini
hidup berdampingan pada banyak pasien, menciptakan ketidakpastian diagnostik. Kondisi
lainnya juga berhubungan dengan obstruksi aliran udara yang buruk reversibel termasuk cystic
fibrosis, bronkiektasis, dan bronkiolitis obliteratif. Meskipun syarat yang harus dipertimbangkan
dalam diagnosis diferensial saluran napas obstruktif penyakit, mereka tidak konvensional
dicakup oleh definisi PPOK.1
B. DEFINISI
Istilah penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructif Pulmonary
Disease (COPD) ditujukan untuk mengelempokkan penyakit-penyakit yang mempunyai
gejala berupa terhambatnya arus
udara pernapasan. Istilah ini mulai
dikenal pada akhir 1950an dan
permulaan tahun 1960an. Masalah
yang menyebabkan terhambatmya
arus udara tersebut bisa terletak pada
saluran pernapasan maupun pada
Gambar 1 Gambaran Bronkus Pada Penderita PPOK.3
11
parenkim paru. Kelompok penyakit yang dimasksud adalah Bronkitis Kronik (masalah
dalam saluran pernapasan), emfisema (masalah dalam parenkim). Ada beberapa ahli yang
menambahkan ke dalam kelompok ini yaitu Asma Bronkial Kronik, Fibrosis Kistik dan
Bronkiektasis. Secara logika penyakit asma bronkial seharusnya dapat digolongkan ke
dalam golongan arus napas yang terhambat, tetapi pada kenyataannya tidak dimasukkan ke
dalam golongan PPOK.2
Suatu kasus obstruksi aliran udara ekspirasi dapat digolongkan sebagai PPOK bila
obstruksi aliran udara ekspirasi tersebut cenderung progresif. Kedua penyakit tadi (bronkitis
kronik, emfisema) hanya dapat dimasukkan ke dalam kelompok PPOK jika keparahan
penyakitnya telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif. Pada fase awal, kedua
penyakit ini belum dapat digabungkan ke dalam PPOK.2
Jika dilakukan pemeriksaan patologik pada pasien yang mengalami obstruksi saluran
napas, diagonosis patologiknya ternyata sering berbeda satu sama lain. Diagnosis patologik
tersebut dapat berupa emfisema sebesar 68%, bronkitis 66%, sedangkan bronkiolitis sebesar
41%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelainan patologik yang berbeda menghasilkan gejala
klinik yang serupa.2
Mengingat PPOK mempunyai banyak sinonim, yaitu Chronic Obstruction Airway
Disease, Chronic Obstructive Lung Disease, Chronic Obstructive Pulmonary Disease, bisa
dibayangkan bahwa banyak perdebatan yang
timbul ketika golongan penyakit ini dibahas.
Patofisiologi terjadinya obstruksi adalah
peradangan pada saluran pernapasan kecil. Pada
PPOK yang stabil, ciri peradangan yang dominan
adalah banyaknya sel neutrofilik yang ditarik oleh
Inter Leukin-8. Walaupun jumlah limfosit juga
meningkat, namun yang meningkat hanya sel T
CD8 helper tipe 1. Berbeda pada asma, yang
dominan adalah eosonofi, sel mast, dan sel T CD4
helper tipe 2. Ketika terjadi eksaserbasi akut pada
PPOK maka jumlah eosonofil meningkat tiga
puluh kali lipat. Perbedaan jenis sel yang
Gambar 2 Paru-paru normal dan penderita PPOK.4
12
menginfilttrasi inilah yang menyebabkan perubahan respon terhadap pengobatan
kortikosteroid. Penurunan FEV1 pertahun pada PPOK adalah antara 50-70 mL/detik jika
akhirnya FEV1 menjadi di bawah 1 liter maka angka kesakitannya mencapai 10%.2
C. ANATOMI PULMO
Pulmo adalah parenchym yang berada
bersama-sama dengan bronchus dan
percabangan-percabangannya. Dibungkus oleh
pleura, mengikuti gerakan dinding thorax pada
waktu inspirasi dan expirasi. Bentuknya
dipengaruhi oleh organ-organ yang berada
disekitarnya. Berbentuk conus dengan bagian-
bagiannya, sebagai berikut :
apex
basisi
facies costalis
facies mediastinalis
margo anterior
margo inferior
margo pulmonis5
C.1. PLEURA
Pleura adalah suatu membrana serosa yang membungkus pulmo, mempunyai asal yang
sama dengan peritoneum. Terdiri atas pleura parietalis dan pleura visceralis. Di antara
kedua lapisan pleura tersebut terbentuk suatu rongga (celah) tertutup, disebut cavum
pleurae, yang memungkinkan pulmo bebas bergerak pada waktu respirasi. Di dalam celah
tersebut terdapat sedikit cairan serous yang membuat permukaan pleura parietalis dan pleura
visceralis menjadi licin sehingga mencegah terjadinya gesekan. Pleura parietalis melapisi
facies interior cavitas thoracis dan pleura visceralis langsung melekat pada pulmo. Pleura
parietalis dibagi menjadi :
Gambar 3 Anatomi Pulmo.6
13
pleura costalis, melapisi costa ;
pleura mediastinalis, berbatasan dengan mediastinum ;