BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan. Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang
tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus
demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari
demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni.
Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional
dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik
pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian
akibat DBD bisa ditekan. Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus
meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan
tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya
adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen.
Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian
26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang
tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN.
Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi
penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada
150.000 kasus. Menurut Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota
ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara
lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi
komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya
permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan
muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah
bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik
karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat
lambatnya penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien
An. W dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul
“ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat
diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
DHF, kelompok akan dapat :
a. Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak
usia prasekolah tentang penyakit DHF
b. Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul
jika seorang anak terinveksi virus dengue.
c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan
DHF
d. Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak
dengan DHF
e. Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan
DHF
f. Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak
dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua tindakan.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga secara langsung.
b. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya rekan-rekan
Mahasiswa jurusan keperawatan dan program profesi Ners Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Makassar .
2 . Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan askep ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul
renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002). DHF (Dengue Haemorragic Fever)
adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan
arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).DHF
(Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty
(DR. Nursalam, 2005). Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000). Penyakit demam berdarah dengue adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (Soegeng Soegijanto, 2002).
2.Etiologi
Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).Virus
dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan
4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun1953–1954. Virus dengue berbentuk batang,
bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil
pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.
3. Klasifikasi
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori penderita menurut
derajat beratnya sebagai berikut :
Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa
touniket tes yang positif.
3
Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan
dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.
Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah penyempitan
tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang dingin dan
gelisah.
Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak
terukur.
( Soegeng Soegijanto, 2005)
4. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam
asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam
dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi
yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus
dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali,
mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu
reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi
(kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam
Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk
mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
4
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie
Effendy,1995).
5.Gambaran Klinis
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi
lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit
ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang
dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala,
anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau
seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji
tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa
perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan
perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan
biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali
ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa Dengue
Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan
hematemesis melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik menurun
5
sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.
( Nursalam, 2005).
6. Pemeriksaan diagnostik
1. Darah
a. Trombosit menurun.
b. HB meningkat lebih 20 %
c. HT meningkat lebih 20 %
d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah
2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
a. Rontgen thorax : Efusi pleura.
b. Uji test tourniket (+)
7. Penatalaksanaan
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic
Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk
mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas paracetamol 10-
15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata diatas 38,5 C. Obat panas
salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan
asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini
adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan manifestasi panas hari
pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi
penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.
b. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai
resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan tatanan 7,5%.
6
Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa
dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga
normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat
diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan
yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara
tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu
dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong
terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar
diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (ringer
laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-
20 ml/kg/1 jam.
d. Obat penanganan
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat
gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan
dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat
hipnotik.
e. Terapi oksigen
f. Transfusi darah.
g. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah
benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam
sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1
mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan
kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum
dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu
dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
h. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk
menilai hasil pengobatan.
i. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
7
1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari setelah syok teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
7) Tidak disertai distress pernapasan.
8) Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
8.Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah
dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos
(abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah
dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah
dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate
SG 1 % per 10 liter air.
8
b.Tanpa insektisida
Caranya adalah :
1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal
1. Orang Tua klien mengatakan Klien / anaknya demam sejak 3 hari yang lalu.
2. Ibu klien juga mengatakan kalau anaknya mengeluh sakit pada perutnya disertai demam, muntah- muntah, sakit kepala dan tidak mau makan
3. Orang tua klien mengatakan kondisi anaknya lemah di mana aktivitas klien di bantu oleh kedua orang tuanya.
1 .Klien nampak lemah2. Mukosa bibir klien nampak kerimg3. Lidah klien nampak kotor4. Nampak porsi makan klien tidak di habiskan5. Nampak bercak- bercak merah/ piteki pada tangan kanan klien.6. Terdapat nyeri tekan pada abomen7.Nampak terpasang infus RL 60 Tpm pada tangan kanan klien8. kekuatan otot klien 4 di mana ada gerakan tapi tidak penuh9. Nampak dalam melakukan aktivitas dan pemenuhan ADL klien di bantu oleh orang tuanya.10. Nampak klien mengalami kesulitan dalam bergerak karena tangan kanan klien di infuse.12.Hasil TTV klien tgl 13 mei 2013 : - TD : 110/70 mmHg - Nadi : 88 kali/ menit - Suhu : 39,4 O C - Pernapasa : 30 kali/ menit13. BB klien sebelum sakit : 25 kg BB klen saat sakit : 23 kg14.Hasil uji trombosit : 12.000 tgl 13 mei 201315.Hasil uji eritrosit : 5.530000 tgl 13 Mei 13 201316.Hasil uji hematokrit : 43,9% tgl 13 mei 2013
30
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1.
2.
DS :Orang Tua klien mengatakan klien demam sejak 3 hari yang lalu.
DO :- Klien nampak lemah- Mukosa bibir klien Nampak
kering- Nampak bercak- bercak
merah/ piteki pada tangan klien
- Hasil uji trombosit : 12.000 tgl 13/05/2013
- Hasil uji eritrosit : 5.530000 tgl13/05/2013
- Hasil uji hematokrit :43,9% tgl13/5/2013
- Hasil TTV klien 13/05/2013: - TD : 100/70 mmHg - Nadi : 88/ menit - Suhu : 39,4 O C - Pernapasa : 30 kali/ Menit
DS :- Ibu klien mengatakan
anaknya malas makan dan minum.
- Ibu klien mengatakan kalau anaknya mengeluh sakit pada perutnya di sertai sakit kepala.
DO :- Klien nampak lemah- Lidah klien nampak kotor
Infeksi Dengue
Pelepasan toksin dan virus
Pemecahan virus
Pengeluaran zat virogen
Mencapai Hipothalamus( merangsang sel point )
Reaksi peningkatan suhu
Menggigil
Tubuh menyesuaikan diri
Reaksi demam
Hipertermi
Infeksi dengue
Mual muntah
Nafsu makan menurun
Intake tidak adekuat
Metabolisme glukosa terganggu
Pembentukan ATP/ADP terganggu
Hipertermi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
31
3.
- Nampak terpasang infus RL 60 Tpm pada tangan kanan klien
- Nampak porsi makan klien tidak di habiskan
- BB klien sebelum sakit : 25 kg
- BB klien saat sakit : 23 kgDS :Orang tua klien mengatakan kondisi anaknya lemah di mana aktivitas klien di bantu oleh kedua orang tuanya.
DO :- Klien nampak lemah- Kekuatan otot klien 4 di
mana ada gerakan tapi tidak penuh
- Nampak dalam melakukan aktivitas dan pemenuhan ADL klien di bantu oleh orang tuanya.
- Nampak klien mengalami kesulitan dalam bergerak karena tangan kanan klien di infus