i PELAKSANAAN TERAPI BAGI PASIEN SKIZOFRENIA DI MADANI MENTAL HEALTH CARE JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Disusun Oleh : Nurkholisoh 104052001991 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2009 M.
94
Embed
Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8618/1/... · Skizofrenia Tipe Paranoid dalam Program Transit House Di Madani
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PELAKSANAAN TERAPI
BAGI PASIEN SKIZOFRENIA
DI MADANI MENTAL HEALTH CARE
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh :
Nurkholisoh
104052001991
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2009 M.
ii
PELAKSANAAN TERAPI
BAGI PASIEN SKIZOFRENIA
DI MADANI MENTAL HEALTH CARE
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh :
Nurkholisoh
NIM: 104052001991
Dibawah Bimbingan :
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 150244766
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2009 M.
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di
Madani Mental Health Care Jakarta Timur telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, 27 Nopember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam
(S. Sos. I) pada program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 27 Nopember 2008
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Study Rizal, L.K., M.A g Nasichah, MA
Nip. 150 262 876 Nip. 150 276 298
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag
Nip. 150 202 342 Nip. 150 268 782
Pembimbing,
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum
Nip. 150 244 766
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini, yang berjudul
Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care
Jakarta Timur adalah hasil karya sendiri, bukan merupakan jiplakan dari karya
orang lain.
Apabila di kemudian hari di temukan adanya kecurangan dalam karya ini,
saya bersedia menerima sanksi apapun di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Jakarta, sesuai dengan aturan yang berlaku.
Jakarta, 27 Nopember 2008
Nurkholisoh
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di
Madani Mental Health Care Jakarta Timur merupakan hasil karya asli
saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Nopember 2008
Nurkholisoh
vi
ABSTRAKSI
NURKHOLISOH
Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care
JakartaTimur
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikosa yang ditandai dengan
berbagai macam gejala seperti hilangnya kontak dengan realitas, penyimpangan kepercayaan atau delusi, adanya halusinasi, berkurangnya motivasi dan emosi
yang tumpul. Gambaran perilaku skizofrenia sangat beragam, mulai dari yang tampak
dengan mata sampai yang tersamarkan. Adapun perilaku skizofrenia yang tampak
dengan mata seperti berbicara kacau, gelisah, agresif, bicara dengan semangat,
dan gembira berlebihan.
Sedangkan perilaku skizofrenia yang tersamarkan atau sulit
diidentifikasikan secara jelas seperti kontak emosional yang amat miskin, sukar
diajak bicara, pendiam, dan suka melamun, tidak ada/kehilangan dorongan
kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas,
monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu.
Ketika seseorang menderita skizofrenia, dirinya sangat membutuhkan
bantuan baik itu dalam bentuk dukungan maupun tempat yang dapat memberikan
kesembuhan dari penyakitnya. Salah satu tempat yang dapat memberikan bantuan
bagi klien skizofrenia adalah Madani Mental Health Care yang terletak Jl. Panca
Warga III Cipinang Besar Jakarta Timur. Adapun jenis bantuan yang diberikan dengan menggunakan sistem terpadu Prof. Dadang Hawari melalui pendekatan
BPSS (Bio-Psiko-Sosio-Spiritual). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Terapi Bagi Klien
Skizofrenia Tipe Paranoid dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun sampel dalam hal ini 1 orang pimpinan yayasan, 1 orang terapis dan 4 orang klien skizofrenia,
sebagai data primer dalam penelitian ini adalah seorang terapis dan data sekunder
diperoleh dari klien atau informan lain dan catatan-catatan atau dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa Pelaksanaan terapi
bagi pasien skizofrenia yang diterapkan di lembaga ini adalah dengan
menggunakan terapi medik-psikiatrik, terapi psikososial, terapi psikoreligius, dan
terapi pilihan. Terapi ini dilakukan secara direktif baik personal maupun
kelompok. Adapun terapi medik-psikiatrik yang dilakukan bekerjasama dengan
R.S. Thamrin rujukan Prof. Dadang Hawari dengan melakukan detoksifikasi dan
psikofarmaka, terapi psikososial dengan memberikan dorongan atau motivasi,
membangun rasa percaya diri, komunikasi dengan teman, keluarga, dan
masyarakat, terapi psikoreligius dengan melakukan pembinaan keagamaan dan
mempolakan hidup yang agamis meliputi mengaji dan mengkaji al-Qur’an, relaksasi, simulasi, pengamalan nilai-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah,
dan peringatan hari-hari besar Islam.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berkat taufik,
hidayah, dan inayah-Nya, skripsi ini dapat tersusun dengan baik.
Teriring salam dan do’a tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih atas
keterlibatan semua pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi
memberikan bantuan dan kerja samanya pada proses penyusunan skripsi ini,
ucapan ini ditujukan kepada :
1. Dr. H. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Pembantu Dekan I.
3. Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II.
4. Drs. Study Rizal, L.K., M. Ag, selaku Pembantu Dekan III.
5. Drs. M. Luthfi, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
6. Nasichah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
7. Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan
juga motivator penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis. Terutama teruntuk Ibu Nini Fitriani, S. Psi dan
Dra. Rochimah Imawati, S. Psi yang telah memberikan semangat pantang-
menyerah dan mengajarkan penulis untuk ber-positif thinking serta berkat
viii
ilmu yang mereka ajarkan, penulis dapat menyelesaikan studi S1 di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
9. Segenap pegawai perpustakaan yang telah membantu penulis atas
tersusunnya skripsi ini. Terutama untuk Mas Kardi yang telah membantu
penulis dalam pencarian referensi. Terima kasih Mas, semoga Allah
membalas kebaikanmu dan senantiasa dalam rahmat dan kasih-
sayangNya, Amin.
10. Keluarga besar almarhum H. A. Aseni yang telah membantu penulis baik
berupa materi maupun immateri. Terutama teruntuk ayahanda almarhum
H. A. Aseni dan Ibunda Hj. Musyidah yang telah memberikan nasehat-
nasehat dan do’a yang tak pernah putus kepada penulis. I Love You Dad
and Mam, You are my hero and inspirations in my life.
11. Keluarga besar Madani Mental Health Care Jakarta Timur, khususnya
kepada ustad Darmawan, S. Ag selaku Pimpinan Yayasan Madani Mental
Health Care, ustad Jami HW, S. Sos. I selaku Kabid Internal Yayasan
Madani Mental Health Care, ustad Fuad Salim, Lc selaku Terapis Islam,
dan seluruh klien Madani Mental Health Care yang telah membantu
memberikan data-data terkait pada penyusunan skripsi ini.
12. Keluarga besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terutama untuk
angkatan 2004, dan khususnya teruntuk Juriah, M. Shopa Indah, Yusi
Luthfiani, S. Sos. I dan Siti Muthmainnah, S. Sos. I yang bersedia
membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama proses
ix
persidangan, tak lupa juga teruntuk Tini Aulawiyah Komba, S. Sos. I dan
Lulu Fajriah, S. Sos. I yang bersedia memberikan dukungan moril dan
support kepada penulis. You are my best friends.
13. Keluarga besar Ikhya yang telah membantu penulis atas penyusunan
skripsi ini. Terutama teruntuk Muhammad Abdullah, S. H. I yang telah
rela mengorbankan waktu, tenaga, saran dan do’a yang tak pernah henti
kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Semoga Allah membalas kebaikan kalian dan senantiasa dalam
lindungan-Nya, Amin.
14. Para siswa/I Madrasah Diniyah Nurul Falah yang telah mendo’akan
penulis, agar penulis diberikan kelancaran dan kemudahan. Thanks my
students, Allah SWT bless you.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
Thanks for all and I always remember you are.
Semoga segala apa yang telah kalian berikan kepada penulis atas
tersusunnya skripsi ini, mendapatkan berkah, rahmat, dan balasan dari Allah
BAB III Profil Madani Mental Health Care Jakarta Timur yang mencakup
gambaran umum lembaga Madani Mental Health Care, tenaga
konselor dan struktur organisasi Madani Mental Health Care,
skema penerimaan dan pembinaan program Madani Mental Health
Care, sarana dan prasarana Madani Mental Health Care.
BAB IV Analisa dan Hasil Penelitian meliputi deskripsi informan,
pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia, dan analisis
pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia .
BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
xxviii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TERAPI
1. Pengertian Terapi
Dalam Kamus Psychologi Therapy dijelaskan bahwa terapi adalah
prosedur untuk menyembuhkan atau meringankan suatu penyakit.15
Menurut J. S.
Badudu dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia
menjelaskan bahwa terapi merupakan cara pengobatan untuk menyembuhkan
orang sakit dari penyakitnya, dan perawatan penyakit.16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai usaha
memulihkan kesehatan orang yang sakit, pengobatan penyakit, dan perawatan
penyakit.17 Selain itu istilah terapi dalam Kamus Kedokteran diartikan sebagai
pemberian pertolongan kepada orang yang sakit, usaha menyembuhkan orang
15
Dali Gulo, Kamus Psychologi, (Bandung : Tonis, 1982), h. 298.
16 J.S Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Gramedia, 2005), h. 346.
17 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 1180-1181.
xxix
yang sakit atau bisa juga diartikan sebagai cara pengobatan.18
Sementara dalam
Bahasa Arab kata terapi sepadan dengan kata “Isytisyfa” dimana kata tersebut
berasal dari akar kata “Syafa-Yasfi-Syifa” yang artinya menyembuhkan.19
Menurut Halmuth H. Schaefer & Patrick L. Martin dalam bukunya yang
berjudul Behavioral Therapy mengatakan bahwa terapi adalah “Any set of
procedures which produces a beneficial change in a patient ideally, theraphy
results in permanent change”. Terapi adalah serangkaian prosedur yang menghasilkan suatu perubahan kepada pasien, yang idealnya terapi dapat
menghasilkan suatu perubahan yang sifatnya permanen.20
Andrew M. Colman dalam Dictionary of Psychology mengatakan bahwa
terapi adalah “Any form of treatment for a disorder by a method other than
surgery, such treatment in general”. Yakni berbagai macam bentuk perlakuan
atau perawatan dengan menggunakan teknik yang secara keseluruhan tidak sama
dengan teknik pembedahan bagi seseorang yang mengalami penyimpangan atau
sakit.21
Dalam Kamus Istilah Konseling dan Psikoterapi disebutkan bahwa istilah
Therapy secara umum, menunjuk pada suatu proses korektif atau kuratif atau
penyembuhan, yang sangat lazim dipakai dalam medikal : kerapkali pula
18
Ahmad A. K Muda, Kamus Lengkap Kedokteran, (Surabaya : Gita Media Press, 1994),
h. 249-250, dan Ahmad Ramli, Kamus Kedokteran (Jakarta : Janbatan, 1999), h. 354.
19 A. Warsono Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta : Pondok
Pesantren Al-Munawwir, 1984), h. 782.
20 Halmuth H. Schaefer and Patrick L. Martin, Behavioral Theraphy, (United State of
America : Mc Graw-Hill, inc, 1975), h. 5.
21 Andrew M. Colman, A Dictionary of Phsychology, (New York : Oxford University
Press inc, 2001), h. 740.
xxx
digunakan secara bertukar-pakai dengan konseling (counseling) dan psikoterapi
(pshychotheraphy).22
Sedangkan menurut DR. M. Solihin M. Ag yang mengutip pendapat
Gerald Corey menyimpulkan bahwa “terapi juga dapat berarti upaya sistematis dan terencana dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi klien dengan
tujuan mengembalikan, memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proporsional.
Manusia-manusia yang akal dan kalbunya proporsional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia dan akhirat.”23
Disamping itu M. A Subandi mengungkapkan bahwa “terapi merupakan
proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah profesional
penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong), dengan
catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan. Perubahan
itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku dan kebiasaan yang ditimbulkan
dengan adanya tindakan profesional penolong (terapis) dengan latar ilmu perilaku
dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya.”24
Dari uraian tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa terapi
adalah proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh
seorang terapis, baik itu penyakit mental, spiritual, moral maupun fisik yang
dilakukan oleh seorang terapis dengan latar belakang ilmu perilaku dan teknik-
teknik usaha yang dikembangkannya dengan tujuan mengembalikan memelihara,
menjaga dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam
kondisi dan posisi yang proporsional.
2. Bentuk-bentuk Terapi
22
Andi Mappiare A. T., Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta : Rajawali Pers,2005), h.
Berdasarkan PPPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa Di Indonesia III), skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit tidak
kronis yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya skizofrenia ditandai
dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul.38
Menurut Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja dalam buku Psikologi
Abnormal menjelaskan bahwa skizofrenia adalah kelompok gangguan psikosis
atau psikotik yang ditandai terutama oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, juga
sering melihat adanya perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta
disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi.39
Dari beberapa uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan berbagai macam
gejala seperti hilangnya kontak dengan realitas, penyimpangan kepercayaan atau
delusi, penyimpangan isi pikiran, persepsi pendengaran maupun penglihatan atau
halusinasi, berkurangnya motivasi dan emosi yang tumpul.
2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia
Skizofrenia salah satu bentuk gangguan jiwa yang berat, dulu sering
dianggap sebagai akibat dari kerasukan roh halus atau ilmu gaib. Akibatnya
penderita sering dikucilkan, dipasung, dan diperlakukan tak manusiawi.
38
http://drliza.wordpress.com
39 Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2005), h. 134.
xxxix
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja dari berbagai bangsa, negara,
maupun kelompok sosio-ekonomi dan budaya. Padahal jika diketahui sejak dini
dan ditangani dengan baik, maka skizofrenia bisa diatasi. Memang tak bisa 100%,
namun penggunaan obat-obatan yang tepat mampu mengontrol gejala. Sebaliknya
jika tidak ditangani secara benar, gangguan skizofrenia menjadi makin parah,
penderita akan terganggu fungsi sosial dan konfliknya. Ia akan mengalami
gangguan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, sehingga tak mampu berfikir dan
bertindak wajar.
Persoalannya, gejala skizofrenia tak mudah dikenali. Tanda awal yang bisa
dideteksi, antara lain mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang tersinggung,
dan marah. Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu makan, kehilangan
energi dan motivasi, sulit mengingat dan berkonsentrai. Tanda lainnya penderita
merasa asing di lingkungannya sehingga menarik diri dari kehidupan sosial.
Gejala skizofrenia baru disadari di lingkungan pada saat penderita
mengalami periode akut, yaitu ketika timbul gejala positif seperti gaduh, gelisah,
tidak bisa tenang, selalu ingin bergerak, pikirannya kacau dan bicara melantur,
penderita sering berpindah topik pembicaraan dan tak ada kaitannya. Gejala ini
disertai curiga yang berlebihan.
Selain itu penderita mulai meyakini sesuatu yang tak wajar (delusi atau
waham), misalnya menganggap dirinya titisan Hittler atau Cleopatra, bisa juga
merasa mendengar, melihat, mencium atau merasakan sesuatu yang sebenarnya
tidak ada (halusinasi). Oleh karena itu, penderita sering bicara atau tertawa
sendiri.
xl
Pada tahap lanjut atau kronis penderita biasanya menjadi pasif, seperti tak
ada perhatian pada lingkungan, hidup didunianya sendiri. Penderita tak mau
mengurus dirinya sendiri dan kehilangan perasaan serta emosi. Pada tahap tertentu
dia menunjukan gejala negatif seperti depresi dan menarik diri.40
Dalam buku Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa
dijelaskan bahwa skizofrenia adalah ganggun jiwa yang penderitanya tidak
mampu menilai realitas (Reality Testing Ability/ RTA) dengan baik dan
pemahaman diri (Self Insight) buruk. Adapun gejala-gejala skizofrenia dapat
dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
a. Gejala positif antara lain :
• Halusinasi semacam pikiran yang dihasilkan dari ketajaman indera
yang berlebihan dan ketidakmampuan otak untuk mengartikan dan
merespon secara tepat setiap pesan yang datang. Seorang skizofrenia
dapat mendengar suara-suara dan melihat bayangan-bayangan yang
sesungguhnya tidak ada atau mengalami sensasi yang janggal pada
tubuhnya.
• Delusi atau waham adalah kekuatan dan kemantapan keyakinan yang
hanya dialami oleh si penderita dan tetap dipertahankannya meskipun
bukti-bukti yang ada berlawanan dengan kepercayaannya itu.
• Gangguan berpikir merujuk pada cara seseorang skizofrenia
memproses dan menata pikirannya.
40
Kumpulan Artikel Kesehatan Kompas, 2001
xli
• Perasaan hadirnya alter-ego (diri yang lain) adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan ketidakjelasan kesadaran seseorang
tentang siapa dirinya.41
• Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembira berlebihan.
• Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
• Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
• Menyimpan rasa permusuhan.42
b. Gejala negatif skizofrenia antara lain :
• Kurangnya motivasi atau apatis yakni keadaan mental dimana
berkurangnya semangat atau keinginan untuk hidup yang sering
disertai dengan kemalasan.
• Tumpulnya indera atau perasaan merujuk pada kekosongan emosi
karena terbatas atau tidak adanya ekspresi muka dan gerakan tangan,
penderita terlihat tidak mampu merasakan atau menunjukkan emosi
sama sekali.
41
Jimmi Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,
(Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-6.
42 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 594-595.
xlii
• Penarikan diri dari dunia sosial dapat terjadi sebagai akibat dari
depresi, hasil dari perasaan aman yang tercipta dalam kesendirian,
terperangkap dalam perasaannya sendiri dan takut bila ditemani oleh
orang lain.43
• Sulit untuk berpikir abstrak.
• Pola pikir stereotif.
• Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam, dan
suka melamun.
• Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak
ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, mononton, serta tidak
ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu.44
• Avolition atau apatis merupakan kondisi kurangnya energi dan
ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa
yang biasanya merupakan aktivitas rutin.
• Alogia merupakan suatu gangguan pikiran negatif dan dapat terwujud
dalam beberapa bentuk. Miskin percakapan, jumlah total percakapan
sangat jauh berkurang. Miskin isi percakapan, jumlah percakapan
memadai namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung
membingungkan serta diulang-ulang.
43
Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,
(Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-7.
44 Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 595-596.
xliii
• Anhedonia merupakan ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan.
Tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas
rekresional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan
orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks.
• Asosialitas merupakan ketidakmampuan dalam hubungan sosial.
Mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang
rendah, dan sangat berminat untuk berkumpul bersama orang lain.45
Sedang menurut kategori DSM-IV gejala-gejala skizofrenia terbagi
menjadi 2 yakni :
a. Simtom positif, terdiri dari delusi, halusinasi, disorganisasi pikiran dan
pembicaraan, serta disorganisasi perilaku atau tingkah laku katatonik.
b. Simtom negatif, terdiri dari affective flattening (bentuk pengurangan atau
hilangnya respon-respon afektif terhadap lingkungan, terganggu dalam
menampilkan reaksi-reaksi emosionalnya), alogia, dan avolition.
Gejala-gejala klinis di atas umumnya terjadi pada seseorang yang
mempunyai kecenderungan skizofrenia. Gejala positif biasanya muncul pada
episode akut, sedangkan pada stadium kronis (menahun) gejala negatif skizofrenia
lebih menonjol.
45
Gerald C. Davidson, Psikologi Abnormal, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 448-449.
xliv
Secara klinis gejala tersebut akan menjadi skizofrenia apabila memenuhi
kriteria diagnostik skizofrenia. Kriteria tersebut, menurut pedoman penggolongan
diagnostik gangguan jiwa (PPDGJ III), yaitu :
• Thought Echo, thought insertion or whitdrawl, dan thought
broadcasting.
• Delusion of control (waham dikendalikan), delusion of influence
(waham dipengaruhi), delusion of passivity (waham ketidakberdayaan
atau pasrah), dan delusional perception (pengalaman inderawi yang tak
wajar bersifat mistik atau mukjizat).
• Halusinasi auditorik yakni suara halusinasi yang berkomentar secara
terus-menerus dan mendiskusikan perihal pasien diantara mereka
sendiri (diantara suara yang berbicara).
• Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil. Misal perihal
keyakinan kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa seperti
mampu berkomuniasi dengan makhluk asing dari dunia lain.
• Halusinasi yang menetap dari panca indera mana saja dan disertai oleh
ide-ide berlebihan (overvalue ideas) yang menetap atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu dan berbulan-bulan.
• Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme. Perilaku katatonik seperti keadaan
xlv
gaduh, gelisah (excitement) posisi tubuh tertentu (postering) atau
flexsibilitas serea, dan negativisme.
• Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung kurun
waktu 1 bulan atau lebih.46
3. Sebab-sebab Terjadinya Skizofrenia
Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit skizofrenia hingga
saat ini belum dapat diketahui secara pasti tentang penyebab skizofrenia. Banyak
faktor yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia yang berperan bagi
munculnya gejala-gejala skizofrenia dan hingga sekarang telah banyak teori yang
dikembangkan oleh para psikiater mengenai penyebab skizofrenia. Adapun faktor-
faktor yang menyebabkan skizofrenia, sebagai berikut :
a. Faktor biologis
Dalam faktor biologis terdapat faktor penting yakni keturunan (hereditas),
dan biokimiawi. Pentingnya faktor keturunan telah dibuktikan secara meyakinkan.
Resiko bagi masyarakat umum 0,9%, pada orang tua 5,6%, pada saudara kandung
10.1%, pada anak 12,8%, pada kembar monozygote 59,2%, dan pada kembar
dizygote 15,2%.47 Selain itu faktor biokimiawi yang dikenal dengan teori
dopamine atau neoutransmitter dopamine bahwa dalam skizofrenia diperoleh
46
www.google.com
47 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 570-571.
xlvi
adanya psikosis amphetamine. Aktivitas dopamine yang tidak biasa mendorong
lahirnya simtom positif.48
b. Faktor psikososial
Faktor psikososial menunjuk pada adanya kerawanan herediter yang
semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya
hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam
keluarga.
c. Faktor kesalahan belajar
Tidak tepat mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang
tidak benar. Penderita mempelajari dengan baik orang-orang skizofrenia atau
mempelajari perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik.
d. Peran-peran sosial
Tidak adanya pegangan mengenai siapa orang disekitarnya yang dapat
atau patut dijadikan panutan. Ia mengikuti kebiasaan dua orang yang bertentangan
sehingga menimbulkan stres kehidupan yang obsesif dan dekompensasi.49
e. Faktor religius
Manusia sebagai makhluk fitrah yang berarti mempunyai kodrat
keagamaan, yang apabila tetap pada kodrat itu maka akan selamat. Penelitian yang
48
Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2005), h. 158.
49 Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2005), cet ke-1, h. 151-165.
xlvii
dilakukan oleh D.B. Larson menyatakan bahwa komitmen agama amat penting
dalam pencegahan agar seseorang tidak jatuh sakit, meningkatkan kemampuan
seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat
penyembuhan selain terapi medik yang diberikan.
Sebagaimana Snyderman menyatakan bahwa terapi medik tanpa agama
(do’a dan dzikir) tidaklah lengkap sementara agama (do’a dan dzikir) tanpa
terapi medik tidaklah efektif.50
4. Tipe-tipe Kepribadian Skizofrenia
a. Skizorenia Tipe Hebefrenik
Seseorang yang menderita skizofrenia tipe hebefrinikk disebut juga
disorganized type atau “kacau balau” ditandai dengan gejala-gejala antara lain
sebagai berikut :
• Inkoherensi yakni jalan pikiran yang kacau, tidak dapat di mengerti
apa maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan
tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
• Alam perasaan (mood affect) yang datar tanpa ekspresi serta tidak
serasi.
• Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan
rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
• Waham tidak jelas dan tidak sistematik dan tidak terorganisir sebagai
suatu kesatuan.
50
Dadang Hawari, Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa SKIZOFRENIA, (Jakarta :
FKUI, 2007),h. 582.
xlviii
• Halusinasi yang terpecah-pecah yang isinya tidak terorganisir sebagai
satu kesatuan.
• Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-
gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan
kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.
b. Skizofrenia Tipe katatonik
Seseorang yang menderita skizofrenia tipe katatonik menunjukkan gejala-
gejala sebagai berikut :
• Stupor katatonik, yaitu suatu pengurangan hebat dalam reaktivitas
terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau
aktivitas spontan sehingga nampak seperti “patung” atau diam
membisu.
• Negativisme katatonik yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa
motif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan
dirinya.
• Kekakuan katatonik yaitu mempertahankan suatu sikap kaku terhadap
semua upaya untuk menggerakkan dirinya.
• Kegaduhan katatonik yaitu kegaduhan aktivitas motorik yang
nampaknya tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar.
• Sikap tubuh katatonik yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh.
c. Skizofrenia Tipe Paranoid
Seseorang yang menderita skozofrenia tipe parnoid menunjukan gejala-
gejala sebagai berikut :
xlix
• Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa,
misi atau utusan sebagai penyelamat bangsa, dunia atau agama, misi
kenabian, atau perubahan tubuh, dan waham cemburu.
• Halusinasi yang mengandung isi kebesaran.
• Gangguan alam perasaan dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak
menentu, kemarahan, suka bertengkar dan berdebat dan tindak
kekerasan. Seringkali ditemukan kebingungan tentang identitas jenis
kelamin dirinya atau ketakutan bahwa dirinya diduga sebagai seorang
homoseksual, atau merasa dirinya didekati oleh orang-orang
homoseksual.
d. Skizofrenia Tipe Residual
Tipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu
menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi,
penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan
tidak rasional.
e. Skizofrenia Tipe Tak Tergolongkan
Tipe ini tidak dimasukkan dalam tipe-tipe yang telah diuraikan di atas,
hanya gambaran kilnisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau
tingkahlaku kacau.
f. Golongan “Skizofrenia” Lainnya.
l
Selain gambaran gejala klinis skizofrenia yang jelas dengan
pengelompokkan tersebut di atas ada pula pengelompokkan gangguan
“skizofrenia” lainnya yaitu :
• Skizofrenia simplek yaitu suatu bentuk psikosis (gangguan jiwa yang
ditandai terganggunya realitas/RTA dan pemahaman diri/insight yang
buruk) yang perkembangannya lambat dan perlahan-lahan dari
perilaku yang aneh, ketidakmampuan memenuhi tuntutan masyarakat,
dan penurunan kemampuan/keterampilan total. Tidak terdapat waham
atau halusinasi.
• Gangguan skizofreniform (episode skizofrenia akut). Secara klinis si
penderita lebih menunjukkan gejolak emosi dan kebingungan seperti
dalam keadaan mimpi.
• Skizofrenia laten. Hingga kini belum terdapat suatu kesepakatan yang
dapat diterima secara umum untuk memberi gambaran klinis kondisi
ini, oleh karenanya kategori ini tidak dianjurkan untuk dipakai secara
umum. Meskipun demikian gambaran yang dapat dicatat antara lain
perilaku yang eksentrik atau tidak konsekuen dan keanehan alam
perasaan yang memberi kesan seperti skizofrenia.
• Gangguan skizoafektif. Gambaran klinis tipe ini didominasi oleh
gangguan pa da alam perasaan disertai waham dan halusinasi.
Gangguan alam perasaan yang menonjol adalah perasaan gembira
li
yang berlebihan dan atau kesedihan yang mendalam (depresi) yang
silih berganti.51
51
Ibid, h. 64-72.
lii
BAB III
PROFIL MADANI MENTAL HEALTH CARE
A. Gambaran Umum Madani Mental Health Care
Berdasarkan data yang penulis peroleh selama penelitian di Madani
Mental Health Care yang bertempat di Jl. Panca warga III No. 34 Cipinang Besar
Selatan ini merupakan lembaga yang bergerak dan fokus pada masalah
penyalahgunaan naza dan gangguan skizofrenia.
Kurang lebih sudah hampir 5 tahun lembaga ini berjalan, sejak akhir tahun
Agustus 2003 mulai bergerak dan atas prakarsa para aktivis muda yang prihatin,
memiliki kepedulian, dan komitmen yang kuat untuk menyelamatkan generasi
muda Indonesia dari masalah-masalah sosial hingga penyakit-penyakit sosial yang
sulit di atasi dan membutuhkan perhatian yang intensif.
Atas dasar itulah akhirnya para aktivis muda yang dipimpin oleh oleh
Darmawan bertekad untuk membuat salah satu wadah yang dapat membantu atau
memulihkan keadaan mereka dari masalah-masalah sosial hingga penyakit-
penyakit sosial, yang salah satunya adalah skizofrenia.
Lembaga ini didirikan atas persetujuan Prof. Dadang dan mengacu kepada
metode Prof. Dadang melalui pendekatan holistik yakni BPSS (Bio-Psiko-Sosio-
liii
Spiritual). Metode ini dikenal sebagai metode yang mutakhir dan telah disahkan
oleh WHO pada tahun 1984.
Setelah 5 tahun berjalan, akhirnya Madani Mental Health Care berupaya
mengajukan diri ke notaris, agar mendapatkan status badan hukum yang jelas dan
diakui negara. Dengan berbagai perjuangan dan proses yang cukup berat, akhirnya
tepat pada tanggal 11 November 2007 yayasan Madani Mental Health Care
diresmikan, dan disahkan oleh Departemen Hukum dan HAM sebagai : Yayasan
Pusat Rehabilitasi Mental Madani Mental Health Care Metode Prof. Dr. dr.
H. Dadang Hawari, Psikiater.
Madani Mental Health Care adalah sarana rehabilitasi yang menggunakan
pembinaan berbasis masyarakat (community base) dengan pendekatan Bio – Psiko
– Sosio – Spiritual (BPSS), didirikan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab,
dengan menggunakan Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, sebagai metode
mutakhir yang menggunakan pendekatan holistik BPSS.
Adapun yang menjadi visi dan misi lembaga ini adalah menyelamatkan
dan mengembalikan masa depan dan citra diri keluarga, masyarakat dan bangsa,
serta meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik dan dapat melaksanakan
usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi
mengenai bahaya yang ditimbulkan dari masalah-masalah sosial dan penyakit-
penyakit sosial seperti penyalahgunaan naza, maupun mengobati serta
meningkatkan kualitas hidup korban naza dan skizofrenia sehingga dapat kembali
ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.
liv
Di samping itu tedapat pula program pembinaan lembaga yang terkait
pada pasien skizofrenia, program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman di bidangnya. Ini
dijalankan dalam jangka waktu 3 bulan, dan dapat diperpanjang sesuai
kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama 3 bulan serta masuk fase
kemandirian 6 bulan. (Transit House, Day Care, dan Home Care merupakan jenis
estafe/tahapan dari program pembinaan).
Tujuan dari program pembinaan ini adalah apabila klien mengikuti dan
menjalankan program pembinaan dengan baik maka akan dapat diharapkan dapat
sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya
perilaku sosial yang baik.52
Ada beberapa bentuk yang akan penulis uraikan terkait pada program
pembinaan secara khusus terhadap klien skizofrenia dan akan penulis sajikan
dalm bentuk tabel, sebagai berikut :
Tabel 1. Bentuk-bentuk Program Pembinaan Skizofrenia Madani Mental
Health Care
Program Medik Program Psiko Sosial
1. Konsultasi Dokter 2. Minum Obat Teratur
3. Komplikasi medik dapat dilakukan rawat jalan dengan
rujukan ke pihak rumah sakit
1. Penguatan tekad, niat dan kehendak yang baik
2. Komunikasi (berkomunikasi yang baik dengan teman, keluarga dan
masyarakat)
3. Pengetahuan tentang diri, keluarga
dan masyarakat
4. Sharing person
Program Psiko Religi Program Pilihan
1. Praktek Ibadah Sholat dan Puasa 1. Melakukan kegiatan hobby
52
Dokumentasi lembaga Madani Mental Health Care 2008
lv
2. Do’a dan Dzikir
3. Menulis dan membaca al-qur’an
4. Akhlak dan tasawuf
5. Fiqih dan muamalat
6. Pengetahuan wawasan Islam
(olahraga)
2. Penguasa keahlian (komputer)
3. Keterampilan memasak
4. Bahasa Inggris dan Arab
5. Seni (Lukis, handycraft, musik)
6. Pariwisata
Sumber : Madani Mental Health Care 2008
Metode mengajar lebih mengedepankan pada pendekatan individual
daripada klasikal (general), hal ini dilihat lebih kepada kompetensi klien, latar
belakang kehidupan, masalah yang dihadapi dan harapan serta cita-cita mereka.
Metode dan teknik yang digunakan dalam melaksanakan bentuk-bentuk program
pembinaan tersebut adalah :
Tabel 2. Metode dan Teknik Pengajaran Bentuk-bentuk Program
Pembinaan Madani Mental Health Care
Metode Pembinaan Teknik Pengajaran
1. Keteladanan
2. Nasehat 3. Cerita atau kisah-kisah
4. Hukuman 5. Hadiah
1. Ceramah
2. Diskusi/debat 3. Simulasi/sosiodrama
4. Pariwiasata 5. Dzikir/perenungan
6. Seni dan olahraga
Sumber : Madani Mental Health Care 2008
B. Tenaga Konselor dan Struktur Organisasi Madani Mental Health Care
Pembinaan ini adalah kehidupan beragama Islam. Jumlah tenaga konselor
yang tersedia adalah 124 orang, yakni :
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja Madani Mental Health Care
No Tenaga Konselor Jumlah
1. Sarjana Agama 12
2. Sarjana Umum 4
3. D III-II 6
4. SMU 2
lvi
5. Aktif 21
6. Tidak Aktif 11
7. Perempuan 7
8. Laki-laki 25
9. Pengalaman Kurang Dari 3 tahun 11
10. Pengalaman Lebih Dari 3 Tahun 21
11. Keterampilan Program Pilihan 4
Jumlah 124
Sumber : Madani Mental Health Care 2008
Adapun tenaga konselor yang masih aktif
Tabel 4. Tenaga Konselor Yang Masih Aktif
No Tenaga Konselor
1. Agus Tri Darpito
2. Suryanto
3. Darmawan, S. Ag
4. Taufik Permadi, S. P
5. Santi Rachmawati, SE
6. Ahmad Jami H. W, S. Sos. I
7. Ginanjar Maulana F., S. Si
8. H. Andre Fuad Salim, Lc
9. Krisna Jaya SS, MM
10. Faisal, S. Sp. I
11. Heria Widya Hernomo
12. Yanto Abdul Latief, S. Th. I
13. Ade C. Hidayat, S. Pd. I
15. Ishtihori, S. Sos. I
16. Sugeng
Sumber : Madani Mental Health Care 2008
Selain itu, struktur Madani Mental Health Care terbagi atas :
1. Struktur fungsional yakni yang memegang kendali dibidang pembinaan
dibagi atas :
a. Terapi Mental (Ginanjar Maulana F, S. Si)
b. Terapi Agama (H. A. Fuad Salim, Lc)
c. Konselor (Heria Widya Hernomo, Yanto Abdul Latief, Ade C
Hidayat, Ishtihori, Sugeng, dan lain-lain)
lvii
2. Struktur organisasi yakni orang-orang yang memegang kendali utama
dibidang manajemen Madani Mental Health Care.53
Struktur Organisasi Madani Mental Health Care
Gambar 1. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care
53
Ibid
lviii
Sumber : Madani Mental Health Care, 2008
C. Skema Penerimaan dan Pembinaan Skizofrenia Di Madani Mental
Health Care
Berikut ini penulis akan menguraikan sistematika proses penerimaan dan
pembinaan klien skizofrenia yang ada di Madani Mental Health Care, sebagai
berikut :
Gambar 2. Skema Penerimaan dan Pembinaan Madani Mental Health Care
Pasien Korban NAZA
Penderita Skizofrenia
Klinik Prof. Dr.dr.
H. Dadang Hawari,
Psikiater
Rumah Sakit
MH Thamrin
Transit House
Madani Mental
Health Care
Day Care
Madani
-Konsultasi
-Saran atau rekomendasi
-Detoksifikasi – 7 s/d 10 hari
-Pengobatan komplikasi Medik
-Saran dan Rekomendasi
-Lama 3 bulan terapi Medik, Psikososial, Psikiatri
dan Relegius
-Tempat pembinaan 24 jam –terpadu (tertutup)
-Melaksanakan juga pelayanan DAY Care
(1/2 hari)
Setelah melakukan program transit klien dapat
memilih program Day Care dimanan klien
datang ke Madani secara harian untuk
mengikuti program
-Keluhan pemakai NAZA dan penderita
Skizofrenia -Perlunya tindakan
Penyembuhan yang terbaik
- perlunya lingkungan tempat rehabilitasi
lix
Sumber : Madani Mental Health Care 2008
D. Sarana dan Prasarana Madani Mental Health Care
Adapun saran dan prasarana yang tersedia di lembaga ini adalah atas
kerjasama dengan keluarga H. Radi, antara lain :
Tabel 5. Sarana dan Prasana Madani Mental Health Care
No Fasilitas Jumlah Keterangan
1. Kantor 1 Ruang konsultasi dan pustaka
2. Kamar Tidur 6 Ber AC kapasitas 13 tempat tidur
3. Ruang belajar/lab
skill
1 3 Unit komputer, alat service HP, alat-alat
cetak sablon
4. Ruang santai 1 TV, Tape, DVD dan Play Station
5. Pendopo 1 Terbuka dan tempat olahraga
6. Taman 1 Terbuka
7. Musholla 1 -
8. Kamar mandi 5 Tertutup
Sumber : Madani Mental Health Care 2008
Home Care
Di Rumah Klien
-Klien yang Mandiri , sesudah dari Transit
House dan masa Day Care-Klien bekerja dan
melanjutkan pendidikan – Konsellor
melakukan kunjungan ke Rumah Snatri dan
Progran dilakukan di rumah Klien tersebut
lx
BAB IV
ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
Berdasarkan data yang penulis peroleh dan demi keamanan serta
kenyamanan masing-masing informan, maka dalam skripsi ini, penulis
merahasiakan nama asli informan dengan memberikan nama inisial. Adapun
identitas informan secara umum terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 6. Identitas Informan Penelitian
No Inisial
Klien Usia
Jenis
Kelamin
Pendidikan
Akhir Kasus
Program
Rehab
1. PW 48 th LK Mhs/IX Skizofrenia
Paranoid Transit House
2. BR 21 th LK Mhs/IV Skizofrenia
Paranoid Transit House
3. DB 25 th LK Mhs/IV Skizofrenia
Paranoid Transit House
4. AF 25 th LK Mhs/IV Skizofrenia
Paranoid Transit House
1) Pimpinan Yayasan
Darmawan, S. Ag kelahiran Jakarta tahun 1972, putera ke-7 dari 9
bersaudara merupakan salah satu pendiri yayasan Madani Mental Health Care
Jakarta Timur yang bertempat di Jl. Panca Warga III Cipinang-Besar Jakarta-
Timur. Memiliki latar belakang pendidikan Fakultas Syari’ah Jurusan Al-Ahwalus
Syahkhsiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta, mulai terjun dan menekuni
lxi
bidang sosial khususnya dalam penangangan narkoba dan gangguan skizofrenia
sejak tahun 1996 hingga sekarang.
Walaupun berlatar belakang pendidikan hukum Islam, beliau mampu
meng-eksiskan diri dalam bidang sosial, hal ini sebagaimana motto yang beliau
miliki yakni “Menjadi Manusia yang Bermanfaat bagi Umat Islam”
Mengawali karir sebelum beliau menjabat sebagai seorang pemimpin
yayasan Madani Mental Health Care Mental Health Care, beliau aktif dalam
bidang dakwah di mulai dari masjid ke masjid hingga berdakwah ke pesantren
narkoba salah satunya adalah Pesantren Modern Darul Ihsan di wilayah Cariu,
Jawa-Barat.
Dari berbagai pengalaman dakwahnya, beliau memiliki ketertarikan untuk
dapat melanjutkan perjuangan dakwahnya dengan mewujudkan dan mengabdikan
diri terlibat dalam pembinaan santri-santri korban narkoba dan gangguan
skizofrenia. Selama 3 tahun lamanya beliau aktif berdakwah di lingkungan
pesantren narkoba dan dengan sahabat-sahabatnya beliau bertekad mendirikan
sebuah tempat rehabilitasi dengan nama Madani Mental Health Care Home Care
pada tahun 2003 dan hingga kini lembaga tersebut berganti nama dengan Madani
Mental Health Care dengan menggunakan sistem terpadu Prof. Dadang yakni
BPSS.54
2) Terapis
54
Buletin Madani cet ke-1, September 2006.
lxii
Fuad Salim, Lc kelahiran September 1978 merupakan putera betawi
keturunan Arab, lulusan dari tiga universitas yang berada di daerah timur tengah
yakni Universitas Damaskus, Universitas Majma’ Ilmy ‘Aly, dan Ma’had Ta’lim
Al-Lughoh, dengan mengambil jurusan Hukum Islam, hingga mendapatkan gelar
S1, setelah itu beliau melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Jakata
dengan mengambil bidang yang sama yakni Hukum.
Dimulai sejak tahun 2003, beliau mulai bergabung dengan lembaga
Madani Mental Health Care, bermula beliau menjabat sebagai konselor yang
bertugas mendampingi dan memantau perkembangan klien skizofrenia.
Selama 2 tahun menjabat sebagai konselor dengan pendampingan yang
intens kepada klien skizofrenia, beliau juga memberikan motivasi dan perhatian
yang positif kepada klien, dan memberikan teladan yang baik dalam proses
pendampingannya, maka akhirnya beliau dipercayakan untuk mengisi kajian
terapi Islam.
Dengan berbagai pengalaman dan ilmu agama yang diperoleh selama
perkuliahan, ditambah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang dapat menunjang
kegiatan terapi Islam. Alhasil beliau dalam menyampaikan materi terapi Islam,
mendapatkan respon positif dari klien skizofrenia, dan hingga kini beliau masih
dipercayakan untuk bisa eksis di lembaga Madani Mental Health Care terutama
dalam kajian terapi Islam.55
3) Informan PW
55
Wawancara tak berstruktur dengan Fuad Salim, pada tanggal 7 Agustus 2008.
lxiii
PW kelahiran Mei tahun 1960 merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara,
yang bertempat tinggal di daerah Menteng, Jakarta-Pusat. PW adalah salah satu
korban pergaulan bebas yang rentan dengan Naza, kurang lebih usia 13 tahun PW
mulai mencoba memberanikan diri untuk merokok, setelah itu PW mencoba
beralih pada minum-minuman ber-alkohol, hal itu PW lakukan selama kurang
lebih 4 tahun.
Pada tahun 1977 di usianya yang ke-17 hingga usia yang ke-38 tahun, PW
mulai mengkonsumsi ganja, psikotropika dan amphetamine. Hal itu dilakukan
lantaran coba-coba dan pengaruh dari teman-temannya. Selama 21 tahun lamanya
PW mengkonsumsi Naza. Saat mengkonsumsi amphetamine PW mulai merasa
curiga, meriang, dan panas-dingin.
Kemudian muncul adanya bisikan-bisikan yang terdengar dari kedua
telinganya. Bisikan-bisikan itu membuat dirinya bingung, karena bisikan yang
PW alami bertentangan satu dengan yang lain. Bisikan tersebut berbunyi : “kalau
kamu tidak bertaubat jangan harap suara atau bisikan ini akan hilang dan sudah
pakai saja tidak perlu bertaubat.”
Saat bisikan itu muncul akhirnya PW berusaha memperbaiki dengan
menjalankan sholat 5 waktu, meskipun masih dalam keadaan yang belum
sempurna, setelah itu mulai muncul sebuah keberanian dalam diri PW untuk
mengakui perbuatannya kepada kedua orang tuanya, jika selama ini PW sudah
terjerat Naza.
Pada waktu PW mengakui segala kesalahan atas perbuatannya, kedua
orang tuanya tidak serta-merta memarahinya namun mengambil langkah bijak
lxiv
yakni berusaha memberikan pengobatan kepada PW, hingga akhirnya PW dibawa
kepada salah seorang paranormal di daerah Jembatan Merah, namun pengobatan
yang diberikan belum berhasil disembuhkan dan semakin bertambah. PW merasa
takut dan jera. Lalu PW berusaha melakukan pengobatan sendiri dengan cara
mandi besar, PW berharap Allah akan menolong dirinya.
Kemudian PW dibawa ke klinik holistik yang bertempat di Purwakarta,
kurang lebih selama 4 bulan menjalani pengobatan namun belum juga berhasil,
selanjutnya PW di pondokkan di pesantren Wonosalam, kurang lebih selama 6
bulan, gangguan halusinasi yang dialami PW masih terjadi.
Akhirnya PW dibawa kepada Prof. Dadang, PW menceritakan keadaan
yang terjadi pada dirinya, mulai dari mengkonsumsi Naza hingga mengalami
bisikan-bisikan atau gangguan halusinasi. Sempat terdengar dari ucapan PW
bahwa dirinya mengkonsumsi amphetamine dan menurut Prof. Dadang PW
mengalami gangguan kejiwaan yang bernama skizofrenia.
Mendengar ucapan tersebut, PW pun shock dan menyesali segala
perbuatannya hingga bertekad untuk sembuh dari sakitnya. Kemudian Prof.
Dadang menyarankan agar PW melakukan detoksifikasi atau pembuangan racun
yang berada di rumah sakit Thamrin, setelah melakukan detoksifikasi selama
kurang lebih seminggu barulah PW dikirim ke tempat rehabilitasi yang bernama
Wisma Ismail yang barada di Cipinang Elok,
Di sana PW kondisi semakin memburuk, akhirnya PW dibawa oleh ustad
Abu ke Madani Mental Health Care dengan program transit house, disana PW
lxv
bertemu dengan ustad Darmawan, selama kurang lebih 9 bulan PW menjalani
pengobatan di Madani Mental Health Care.
4) Informan BR
BR kelahiran April tahun 1987 merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, tinggal dengan seorang ayah yang berusia 55 tahun dan ibu yang
berusia 49 tahun, bertempat tinggal di daerah Cimanggis Depok. Semasa kecilnya
BR hidup dalam keluarga yang bahagia.
Dimulai sejak memasuki tingkat ke-2 dari perkuliahannya di salah satu
perguruan tinggi yang ada di Semarang, BR yang memiliki banyak teman dan
dikenal sebagai orang yang mudah bergaul atau beradaptasi dengan lingkungan
yang baru tiba-tiba terlibat konflik dengan seorang teman yang berinisial T.
BR merasa T telah menjelek-jelekkan dirinya kepada teman-temannya
hingga mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakitkan hati BR. Hal ini membuat
BR marah dan terjadilah konflik. Dari peristiwa ini BR mengalami depresi,
gelisah, cemas, dan marah-marah hingga melampiaskan diri kepada minum-
minuman ber-Alkohol dengan jenis BINTANG. Karena itulah mulai muncul
adanya bisikan-bisikan yang terdengar dari kedua telinganya. Bisikan tersebut
berbunyi “Ada seseorang wanita yang menjelek-jelekkan dirinya” hingga berkali-
kali terjadi.
Saat kedua orang tuanya mengetahui keadaan BR tersebut, akhirnya BR
dibawa ke sebuah klinik dr. Darmani seorang ahli syaraf, selama 1 tahun
lxvi
menjalani pengobatan BR belum mengalami perubahan yang signifikan,
halusinasi yang dialami semakin bertambah.
Kemudian kedua orang tuanya membawa BR kerumah sakit Thamrin
disana mereka bertemu dengan Prof. Dadang dan akhirnya kedua orang tua BR
menceritakan keadaan anaknya. Setelah itu menurut Prof. Dadang “BR mengalami
gangguan skizofrenia yang berupa halusinasi”. Menderngar hal itu kedua orang
tuanya Shock dan berniat untuk mengobatinya.
Setelah itu Prof. Dadang menyarankan agar BR perlu menjalankan proses
pengobatan dan rehabilitasi, atsa pendapat dan persetujuan kedua orang tua BR
akhirnya dikirimlah BR untuk menjalankan pengobatan di rehabilitasi Madani
Mental Health Care.
Waktu itu BR masuk ke Madani Mental Health Care pada tanggal 13 Juli
2008, dimana saat itu kondisi BR masih diselimuti adanya halusinasi, selama 1
bulan lamanya BR menjalani pengobatan di Madani Mental Health Care melalui
program transit house.
5) Informan DB
DB kelahiran Mei tahun 1983 merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara, bertempat tinggal di daerah pondok gede Bekasi. Ketika kecil DB
tinggal bersama kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pegawai swasta.
Semasa kecil hingga dewasa DB memiliki prestasi yang cukup gemilang
khususnya dalam bidang bahasa Inggris dan komputer.
Dimulai sejak masuk perguruan tinggi Universitas Udhayana-Bali, DB
tinggal bersama dengan seorang pembantu, karena kesibukan kedua orang tua
lxvii
akhirnya DB berteman akrab dengan teman-temannya, dan DB pun merasa bahwa
teman-temannya begitu perhatian kepadanya.
Lantaran pergaulan yang dialami DB bersama teman-teman begitu bebas
menurut pengakuannya DB sempat terjerat kepada narkoba dengan jenis ganja
dan alkohol yang dilakukan bersama teman-temannya disebuah diskotik. Hal ini
pun tidak diakui oleh kedua orang tuanya, semasa menjalani kehidupan di Bali,
DB memiliki saudara yang dominan non muslim dan lama-kelamaan DB dikirim
kearah Nasrani. Dengan kepedulian mereka akhirnya DB merasa keluarganya
tidak peduli sementara ada orang lain yang peduli dengan dirinya.
Di sinilah timbul konflik batin antara DB muslim atau non muslim, hingga
akhirnya DB merasa dirinya adalah non muslim. Kedua orang tua DB merasa
marah ketika peristiwa ini terjadi pada DB, akhirnya terjadi proses gangguan
berpikir, gejala menutup diri, kurang percaya diri, cemas, marah-marah, hingga
melakukan perbuatan yang merusak lingkungan keluarga terutama pernah
menganiaya ibu kandungnya dan hal ini membuat ibunya traumatis.
DB pernah diasuh oleh salah satu ustad yang pernah mengajar kurang
lebih 6 bulan tetapi keadaan DB bukan semakin membaik, hal ini dikarenakan
dilakukan oleh satu orang ustad dan belum memahami keadaan DB dan akhirnya
DB dikirim ke salah satu tempat rehabilitasi kejiwaan yang bertempat di Cilandak
yang bernama GCM (Geria Cipta Mandiri) kurang lebih sekitar 3 bulan.
Saat dikirim ke GCI DB dipaksa, diikat, disuntik, dan dimasukan ke dalam
mobil ambulans serta di sel layaknya orang gila. Melihat keadaan seperti itu orang
tua DB merasa sedih hingga akhirnya membawa DB ke rumah sakit Thamrin dan
lxviii
bertemu dengan Prof Dadang.kemudian orang tua DB mengetahui kalau ada
lembaga yang dapat menindak lanjuti keadaan DB yakni Madani Mental Health
Care. Dan akhirnya DB mulai menjalani masa pengobatan dengan program transit
house.
6) Informan AF
AF kelahiran Desember tahun 1983 merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara, bertempat tinggal di Ciputat Tangerang, tinggal bersama kedua orang
tuanya yang bekerja sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi swasta Jakarta dan
ibu rumah tangga.
Mengalami perjalanan hidup yang begitu kelam, sejak kelas 1 SMP AF
mulai mencoba minum-minuman keras (alkohol) yang berjenis BIR BINTANG
selama 4 botol perbulan hingga tahun 2006. Hal ini dilakukan bersama teman-
temannya, setelah mencoba minum-minuman keras AF pun beralih kepada
penggunaan obat-obatan terlarang dengan jenis putau, amphetamin, dan
psikotropika hingga menjadi seorang pecandu.
Saat sedang mengkonsumsi narkoba bersama teman-temannya, AF sempat
4 kali melihat temannya OD (Over Dosis), hal ini tidak membuat AF jera, dengan
seringnya mengkomsumsi narkoba sehingga AF mulai mengalami keguncangan
jiwa terutama pada saat AF mengalami skizofrenia dengan kejadian seperti itu
akhirnya pihak kelurga memutuskan agar AF dibawa ke lembaga rehabilitasi yang
bernama pondok pesantren Inaba dengan memakai metode tarekat naqsabandiyah
dengan dzikir ala abah anom, selama 2 tahun berada di pondok pesantren inaba
lxix
keadaan AF tidak mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan AF masih
sempat mengkonsumsi narkoba tersebut.
Kemudian dipindahkanlah AF dari pondok pesantren Inaba menuju
pesantren parung dengan menggunakan metode tarekat qadariyah, hal ini
bertentangan dalam dirinya tentang kebenaran ajaran Islam. Selama kurang lebih
1,5 tahun menjalani pengobatan dan belum memberikan perubahan, maka
akhirnya AF dipulangkan kerumah, selama dirumah AF pun masih dapat
mengkonsumsi barang haram tersebut. Sampai akhirnya AF mengalami gangguan
halusinasi, delusi, dan waham kebesaran yang menganggap AF sebagai malaikat
Jibril, Tomi Soeharto, Nyi Roro Kidul, gangguan berpikir, dan lain sebagainya.
Melihat keadaan AF seperti itu akhirnya orang tua bertemu dengan Prof
Dadang dan menceritakan keadaan AF, atas saran dan masukan dari Prof Dadang,
maka akhirnya AF menjalani pengobatan dengan menjalani program Transit
House di lembaga rehabilitasi yang bernama Madani Mental Health Care Jakarta
Timur.
B. Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health
Care Jakarta Timur
Pelaksanaan terapi yang diterapkan di Madani yakni dengan menggunakan
beberapa terapi diantaranya terapi medik, psikososial, psikoreligi, dan terapi
pilihan lainnya. Adapun proses pelaksanaan terapi yang diberikan Madani, akan
penulis uraikan sebagai berikut :
1. Terapi medik-psikiatrik
lxx
Terapi medik psikiatrik adalah terapi terhadap pasien skizofrenia dengan
cara : 1. Detoksifikasi, yaitu terapi menghilangkan racun (toksin) dari tubuh. 2.
Psikofarmaka yaitu pemberian obat yang diberikan dan tertuju pada gangguan
fungsi neurotransmitter 3. Psikoterapi yaitu terapi kejiwaan dengan memberikan
semangat atau motivasi yang baik.
2. Terapi psikososial
Dalam pelaksanaan terapi psikososial Madani melakukan upaya-upaya
penguatan tekad, niat dan kehendak yaitu dengan memberikan dorongan/motivasi,
membangun rasa percaya diri. Lalu upaya komunikasi dengan teman, keluarga
dan masyarakat dengan menyelenggarakan acara muhasabah diantara sesama
teman untuk saling sharing.
3. Terapi psikoreligius
Dalam pelaksanaan terapi psikoreligius, Madani melakukan pembinaan
keagamaan, membuka cakrawala berpikir pasien dengan pemahaman-pemahaman
religius, mempolakan hidup dengan pola agamis, dan mengajak pasien untuk
menjauhi hal-hal diluar norma agama.
4. Terapi pilihan
Terapi pilihan adalah upaya rehabilitasi yang dimaksudkan sebagai terapi
pilihan dengan mengakomodasi keinginan pasien sendiri selain terapi-terapi yang
telah dicanangkan di Madani. Terapi ini terbagi pada dua cabang terapi yaitu
terapi keterampilan dan terapi fisik. Terapi keterampilan dilakukan Madani
dengan menyediakan kursus-kursus seperti kursus komputer, kursus bahasa asing
lxxi
(Inggris/Arab), dan melukis (handy craft). Sedangkan terapi fisik dilakukan
dengan olah fisik atau olahraga yang diinginkan pasien seperti fitness, renang,
sepak bola, dan bilyard.
Selama proses terapi berlangsung, pasien yang terlibat dalam kegiatan ini
adalah pasien skizofrenia yang telah menjalani proses terapi medik secara kontinu
dan memiliki perkembangan fisik yang membaik. Jumlah pasien yang menderita
skizofrenia saat ini berjumlah 4 orang namun jika dilihat dari keaktifan pasien
dalam proses terapi sangat tergantung dari perkembangan fisik pasien, dengan
demikian tidak dapat dipastikan pasien yang terlibat secara aktif dalam setiap
kegaiatan terapi akan berjumlah 4 orang.
Selain itu waktu yang diberikan terapis dalam proses kegiatan terapi ini
hampir dilakukan setiap hari, dimulai dari terapi medis hingga terapi pilihan.
Masing-masing dari terapi ini membutuhkan waktu yang sangat relatif, tergantung
dari keadaan pasien dan lainnya.
C. Analisis Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental
Health Care Jakarta Timur
Secara umum pasca detoksifikasi di RS. MH. Thamrin atau RS. Lain,
Madani segera memberikan penanganan berupa tempat tinggal untuk penanganan
lanjutan selama kurang lebih 3 bulan. Selama di Madani pasien tersebut akan
diberikan terapi-terapi layanan berupa terapi medik-psikiatrik (terapi medis),
psikososial (terapi psikososial), psikoreligius (terapi psikoreligius), dan juga terapi
pilihan (terapi keterampilan dan terapi fisik).
1. Terapi medik-psikiatrik
lxxii
Terapi medik psikiatrik adalah terapi terhadap pasien skizofrenia dengan
cara : 1. Detoksifikasi, yaitu terapi menghilangkan racun (toksin) dari tubuh. 2.
Psikofarmaka yaitu pemberian obat yang diberikan dan tertuju pada gangguan
fungsi neurotransmitter 3. Psikoterapi yaitu terapi kejiwaan dengan memberikan
semangat atau motivasi yang baik. Dalam pelaksanaan terapi medik-psikiatrik
Madani hanya menjadi media yang menjembatani pasien Madani dengan ahli
medik dengan cara kerja sama dengan ahli medik-psikiatrik dalam hal penanganan
masalah-masalah pasien yang berkaitan dengan masalah terapi medik-psikiatrik,
dengan demikian Madani tidak secara langsung menangani pelaksanaan terapi
medik-psikiatrik melainkan hanya menjembatani pasien dengan fasilitas antar-
jemput dari Madani ke tempat terapi medik-psikiatrik, pengawasan minum obat-
obatan yang diberikan ahli medis. Dan memberikan laporan-laporan
perkembangan pasien tersebut kepada ahli medik-psikiatrik yang menangani.56
Jadi yang dilakukan Madani dalam memberikan pelayanan dalam terapi
medik-psikiatrik adalah dengan melakukan konsultasi dokter, detoksifikasi,
minum obat teratur, melayani komplikasi medik yakni dapat rawat jalan/rujuk ke
rumah sakit.
2. Terapi psikososial
Dalam pelaksanaan terapi psikososial Madani melakukan upaya-upaya
penguatan tekad, niat dan kehendak yaitu dengan memberikan dorongan/motivasi,
membangun rasa percaya diri. Lalu upaya komunikasi dengan teman, keluarga
dan masyarakat yaitu dengan menyelenggarakan acara muhasabah di antara
56
Wawancara pribadi dengan Pimpinan Madani. Pada tanggal 29 Juli 2008.
lxxiii
sesama teman untuk saling sharing dengan didampingi pembina,
menyelenggarakan pertemuan dengan alumni Madani, melakukan komunikasi
dengan masyarakat dengan cara mengadakan jalan-jalan pagi sambil berbincang-
bincang dengan penduduk setempat, berbaur dalam berolah raga tentunya
didampingi pembina dan juga melakukan upaya komunikasi internal keluarga
dengan menggunakan jadwal kunjungan keluarga.
3. Terapi psikoreligius
Dalam pelaksanaan terapi psikoreligius, Madani melakukan pembinaan
keagamaan, membuka cakrawala berpikir pasien dengan pemahaman-pemahaman
religius, mempolakan hidup dengan pola agamis, dan mengajak pasien untuk
menjauhi hal-hal diluar norma agama.
Keseharian pasien terjadwalkan padat dengan kegiatan-kegiatan atau terapi
religius. Hal ini mengingat aspek religi amat penting dalam upaya mengobati
mental pasien skizofrenia.
Madani dalam terapi psikoreligius berusaha maksimal untuk membina
pasien Madani agar berperilaku agamis dengan melaksanakan praktek ibadah,
sholat, puasa, mengaji, do’a, dzikir, mempelajari aqidah, akhlak, fiqih dan
muamalat serta wawasan keilmuan Psikoreligius lainnya.
Dalam proses pelaksanaan terapi psikoreligius ini, terapis membagi
menjadi dua tahap yakni secara personal dan secara kelompok. Adapun keduanya
akan penulis uraikan sebagai berikut :
a. Terapi Personal
lxxiv
Terapi personal merupakan terapi yang dilakukan antara terapis dengan
pasien secara langsung atau face to face. Dalam terapi ini terapis menggunakan
terapi wawancara. Berdasarkan data yang penulis peroleh dalam penelitian, secara
teknik, awal mula terapi personal ini dilakukan dengan seorang konselor yang
dalam hal ini bertugas sebagai pendamping pasien selama 24 jam penuh, sekaligus
sebagai interviuwer pasien dalam pengisian form wawancara.
Adapun tujuan terapi wawancara ini dilakukan yakni agar pasien dapat
memberikan informasi secara lengkap tentang identitas diri dan penyakitnya,
pasien dapat lebih terbuka dengan keadaan atau hal-hal yang dialaminya,
hubungan yang dibina antara pasien dengan konselor serta terapis semakin
membaik, dan terapis pun dapat memberikan terapinya secara maksimal dan
sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh ustad Fuad,
sebagai berikut :
Terapi wawancara ini dilakukan secara personal yakni antara terapis dengan
pasien atau konselor dengan pasien. Hal ini dilakukan agar pasien dalam memberikan data mengenai keadaan dirinya dapat lebih terbuka dan hubungan
antara pasien dengan terapis terjalin dengan akrab. Sehingga saya sebagai terapis dapat memberikan terapi secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien.57
Secara teknik, tahapan-tahapan yang dilakukan terapis secara personal ini,
adalah :
1) Tahap awal
• Pengisian form wawancara pasien
57
Wawancara pribadi dengan terapis psikoreligius ustad Fuad Salim, pada tanggal 29 Juli
2008.
lxxv
Pengisian form wawancara adalah tahap awal yang dilakukan
terapis, sebelum pasien mendapatkan terapi Psikoreligius secara khusus,
baik yang dilakukan secara kelompok maupun secara personal, maka
dalam hal ini pasien diharuskan untuk mengisi form wawancara yang telah
disediakan di lembaga Madani Mental Health Care.
Dalam pengisian form wawancara pasien dibantu oleh konselor,
apabila dalam pengisian form wawancara tersebut ada salah satu
pertanyaan yang kurang dipahami pasien maka konselor berusaha
membantu dan mendampinginya.
Adapun pertanyaan yang ditekankan dalam form wawancara
tersebut antara lain; identitas pribadi, riwayat keluarga, riwayat Naza,
riwayat pendidikan dan prestasi, riwayat pemahaman agama, riwayat
organisasi dan kemasyarakatan, riwayat pacar dan seks, riwayat
kesenangan, riwayat detoksifikasi dan rehabilitasi, riwayat kegiatan sehari-
hari, harapan-harapan ke depan dan kepribadian.
Waktu yang dibutuhkan pasien dalam pengisian form wawancara
ini lebih kurang 1 jam, kondisi pasien pun dalam keadaan yang stabil atau
membaik dengan alokasi tempat yang aman dan nyaman, dengan demikian
data-data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan baik, dan dapat
ditindak-lanjuti secara optimal serta maksimal oleh terapis Psikoreligius.
• Menanyakan keadaan dan mendengarkan masalah pasien
Setelah data-data pasien terkumpul dan diperoleh dari hasil
pengisian form wawancara, maka langkah selanjutnya terapis mulai
lxxvi
menelaah case pasien dengan cara bertanya langsung dengan pasien,
tentang hal-hal yang dirasakan atau dialaminya.
Jika pasien merasa memiliki adanya suatu gangguan, baik itu
gangguan halusinasi atau adanya gejala psikis lain, maka hal yang
dilakukan terapis adalah mendengarkan akan keluhan pasien sekaligus
berusaha menggali atau meng-eksplor kembali gangguan-gangguan atau
gejala-gejala psikis yang dialaminya. Hal ini bertujuan selain membantu
pasien untuk bisa menceritakan keluhan pasien secara terbuka dan leluasa,
terapis juga dapat meninjau kembali akan keluhan-keluhan yang dirasakan
pasien, serta menghindari ungkapan pasien yang berlebihan dengan
demikian terapis dapat memaksimalkan proses terapi bagi pasien
skizofrenia.
Hal ini sebagaimana apa yang dikatakan ustad Fuad, berikut ini :
Sempat waktu itu ketika saya mau melakukan terapi, biasa untuk
langkah awal, saya tanya bagaimana keadaan pasien, apa ada yang dirasakan, ketika saya tanyakan keadaaan pasien, lantas dia bercerita dan
bertanya “ustad kenapa yach ko kuping saya terasa ada yang bisikin
katanya saya ini ada yang menjelek-jelekkin, bisikannya suara wanita
ustad, dan berkali-kali membisiki saya, saya jadi bingung dan pusing” nah
saat pasien mulai merasakan hal seperti itu saya terus tanyakan sampai dia
benar-benar mau cerita lebih banyak lagi dan lebih jelas lagi, saya juga
kadang coba tanyakan obat yang diminumnya, takut-takut ini masih
pengaruh obat atau memang benar-benar bentuk halusinasi yang dialami
pasien.58
2) Tahap pertengahan
58
Wawancara tak terstruktur dengan terapis psikoreligius ustad Fuad Salim, pada tanggal
7 Agustus 2008.
lxxvii
Setelah tahapan awal selesai dilakukan, maka untuk tahapan
berikutnya adalah pemberian terapi psikoreligius kepada pasien
skizofrenia, namun sebelum terapis mulai memberikan terapi
psikoreligius, terlebih dahulu terapis mencoba menjernihkan ucapan-
ucapan pasien yang kurang jelas, dan sulit dipahami apa maksud yang di
ucapkan pasien.
Hal ini tergambar dari apa yang disampaikan oleh ustad Fuad,
berikut ini :
Ya, biasanya sebelum saya mulai memberikan nasehat atau terapi
kepada pasien, saya mencoba menjernihkan kata-kata mereka yang saya
rasa masih sulit dipahami, sebagai contoh, seringkali disaat pasien ingin
menceritakan keluh-kesah tentang apa yang dialaminya selalu muncul
adanya bisikan-bisikan, nah waktu itu ada salah satu pasien yang
mengalami keluhan bahwa dirinya adalah seorang yang jahat dan katanya
di luar sana ada sesosok laki-laki yang sedang melihat dirinya dan
bermaksud menyuruhnya untuk berbuat jahat. Dari kata-kata seperti itulah membuat saya bingung “apa maksud dari kata-kata seperti itu?”, lantas
saya coba jernihkan kata-katanya dengan bertanya lebih dalam lagi tentang apa yang dirasakannya. Seperti “bisa ga dijelaskan maksud orang jahat
seperti apa dan melihat sesosok laki-laki yang menyuruhnya berbuat jahat?” dari proses penjernihan kata-kata seperti itulah, apa yang
dijelaskan pasien dapat saya pahami dengan baik sehingga saya bisa memberikan terapi kepada pasien.59
Adapun bahasa yang digunakan terapis adalah bahasa yang mudah
dipahami pasien dan lamanya terapi tergantung dari kondisi pasien, namun
biasanya waktu terapi adalah 1jam. Hasil yang dicapai pun variatif ada
yang cepat dan ada yang lambat, tergantung dari internal pasien.
3) Tahap akhir
59
Ibid.
lxxviii
Tahapan ini adalah tahapan akhir dari sebuah terapi. Tahapan ini
adalah tahapan kesimpulan dari apa yang terapis sampaikan di atas. Dalam
tahapan ini terapis mencoba membantu pasien untuk menyimpulkan hasil
pembicaraan yang telah disampaikannya serta membuat perencanaan
berupa program atau tindakan apa yang akan pasien lakukan, tentunya
perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan perkembangan diri pasien.
Adapun hal ini dilakukan yakni membangun sikap optimis pasien
dan mempercepat proses penyembuhan. Dalam proses pembuatan
perencanaan ini pasien akan selalu dipantau dan diawasi oleh pembimbing
dan terapis. Jika dalam perencanaan tersebut kurang mengalami
perkembangan yang signifikan dengan faktor kondisi pasien yang sulit
diatur dan masih labil maka dalam terapi selanjutnya perlu adanya evaluasi
perencanaan.
b. Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan terapi kedua yang dilakukan terapis kepada
beberapa pasien. Terapi ini dibuat dengan sistem lingkaran dan bersifat direktif.
Jumlah pasien yang ikut dalam terapi ini tidak ditentukan batasannya, tanpa
paksaan dan atas kesadaran internal pasien. Keberhasilan yang dicapai dari terapi
ini khususnya dalam hal kesembuhan pasien sangat bervariatif, tergantung dari
faktor internal dan eksternal pasien.
Adapun terapi kelompok yang diberikan terapis dalam pelaksanaan terapi
Psikoreligius terhadap pasien skizofrenia adalah dengan cara mengaji dan
lxxix
mengkaji al-Qur’an, simulasi, relaksasi, dan pengamalan nilai-nilai ibadah seperti
sholat, dzikir, puasa, sedekah, dan kepedulian sosial.
Dari beberapa terapi kelompok yang tersebut di atas, maka secara satu-
persatu penulis akan uraikan dengan jelas, sebagai berikut :
• Mengaji dan mengkaji al-Qur’an
Mengaji dan mengkaji al-Qur’an merupakan salah satu terapi dari terapi
kelompok yang diberikan oleh terapis Psikoreligius, mengaji dan mengkaji al-
Qur’an dimulai setelah pasien melaksanakan sholat fardhu, biasanya dilakukan
setelah selesai mengerjakan sholat dzuhur dan makan siang bersama, dengan
membutuhkan waktu kurang lebih satu jam.
Tahap awal dari terapi ini, pertama-tama terapis membacakan sholawat
dan salam sebagai muqoddimah dari terapi Psikoreligius yang akan dilakukan
setelah itu barulah terapis membagikan ayat suci Al-Qur’an kepada masing-
masing pasien untuk dibaca, namun sebelum itu terapis memberikan pertanyaan
kepada masing-masing pasien tentang “apa itu al-qur’an dan apa fungsinya”.
Kemudian barulah masing-masing pasien secara bergantian diberikan
kesempatan untuk membacanya dimulai dengan membaca surat al-Fatiha lengkap
dengan terjemahannya, setelah itu langkah berikutnya pasien diperintahkan untuk
membaca salah satu ayat yang tertera dari surat al-Fatiha berikut terjemahannya,
sebagai contoh pasien diperintahkan untuk membaca surat al-fatiha ayat pertama,
setelah itu terapis memberikan penjelasan akan makna yang terkandung dari ayat
pertama surat Al-Fatiha dengan gaya bahasa dan gerakan yang mudah dipahami
bagi masing-masing pasien.
lxxx
Pada saat terapi Psikoreligius berlangsung, apabila terdapat salah satu
pasien yang lengah dan tampak melamun maka hal yang dilakukan oleh seorang
terapis adalah memberikan perhatian dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
pasien tersebut dari isi materi yang disampaikan terapis, sekalipun penyampaian
materi yang disampaikan dilakukan secara berulang-ulang dan tergantung dari
keadaan pasien.
Adapun materi yang disampaikan dari terapi ini, selain dengan sistem
dialog, terapis pun menggunakan sistem ceramah yakni memberikan arahan atau
nasehat yang positif dalam diri pasien, hal ini dapat membuat pasien berpikir
dengan jernih dan baik serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana diungkapkan oleh terapis psikoreligius, berikut ini :
“Sebenarnya point terpenting dari terapi ini adalah memberikan
pemahaman agama yang teramat kurang dalam diri pasien ditambah dengan adanya pikiran, waham dan halusinasi yang dimiliki pasien.”60
• Terapi simulasi
Setelah terapi mengaji dan mengkaji al-Qur’an dilakukan dengan sistem
ceramah, maka terapi selanjutnya adalah terapi simulasi. Terapi simulasi
merupakan terapi yang dilakukan dengan cara memberikan gambaran secara jelas
dengan menggunakan alat bantu berupa benda yang mampu memberikan stimulasi
kepada pasien. Sebagai contoh kertas kosong yang dibagikan kepada masing-
masing pasien dan diperintahkan untuk menulis perumpamaan seperti
60
Ibid.
lxxxi
“seandainya diberikan uang Rp. 100.000.000 apa yang akan pasien lakukan, dan
kepada siapa pasien akan berikan uang tersebut.”
Dari sinilah terapis memainkan teknik “role play” dengan memberikan
simulasi. Terapi ini pun disajikan secara sederhana sesuai dengan kondisi pasien.
Adapun tujuan diberikannya terapi ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai
kepedulian diantara masing-masing pasien dan kesadaran atas segala apa yang
telah dilakukannya. Sebagaimana hasil wawancara berikut ni :
“Untuk terapi ini teknik penyampaiannya diharapkan dapat memberikan
nilai kepedulian diantara mereka, karena selama ini saya perhatikan kepedulian
sosial diantara mereka masih kurang, contohnya jarang ngobrol kegiatannya
hanya tidur dan makan, kalau ada kegiatan lain baru mereka ramai-ramai ikut
kegiatan, jadi jarang ngobrol dan tidak peduli terhadap temannya.”61
• Terapi relaksasi
Langkah selanjutnya dari terapi kelompok adalah terapi relaksasi. Terapi
relaksasi merupakan terapi yang berguna untuk merenggangkan otot-otot yang
kaku dan memfungsikan kembali sel-sel syaraf yang rusak. Terapi ini dilakukan
dengan cara mengucapkan asma Allah yang tertera dalam Asmaul Husna, yang
salah satunya “Ya Rahman yang memiliki arti yang Maha Pengasih.”
Dalam hal ini pasien diperintahkan untuk menyebutkan kalimat “Ya
Rahman” dengan suara yang keras sambil memejamkan kedua mata hingga pasien
dapat merasakan keberadaan “Ya Rahman” dalam hal ini adalah Allah swt yang
merupakan Tuhan semesta alam, sang pencipta dan sang pemberi rezeki serta sang
penolong bagi seluruh hambanya dimuka bumi ini. Selain itu bentuk terapi
61
Ibid.
lxxxii
relaksasi yang dilakukan adalah dengan cara menarik napas sedalam-dalamnya
dan bertahan beberapa menit hingga pasien merasa tak kuasa untuk menahannya
sambil mengucapkan di dalam hati kalimat asmaul husna seperti “Ya Qodir yang
artinya Yang Maha Kuasa”.
Tujuan dari terapi ini menurut ustad Fuad Salim yakni memberikan
pemahaman dan keyakinan kepada pasien bahwa Allah-lah yang patut disembah dan menjadi sandaran utama dari setiap masalah yang dihadapi manusia. Dia-lah
Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa bantuannya kita bukanlah siapa-siapa dan teramat
kecil diri kita yang sebenarnya.62
• Terapi pengamalan nilai-nilai agama
Dari sekian terapi yang telah dilakukan pasien maka langkah berikutnya,
terapi pengamalan nili-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, pembelajaran
al-Qur’an, dan peringatan hari-hari besar Psikoreligius.
Sholat merupakan bentuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah swt
dengan menghadapkan wajah dan bersujud kepada-Nya. Sholat selain merupakan
salah satu bentuk ibadah yang bernilai tinggi, ia pun mampu memberikan
ketenangan bagi setiap orang yang melaksanakannya.
Hal ini terbukti dari pengakuan PW yang mengatakan selama menjalani
terapi Psikoreligius yakni sholat saya dapat merasakan ketenangan, saat
berwudhu pun saya sudah merasakan ketenangan apalagi ditambah dengna
sholat.63
Pengamalan sholat yang terapkan di Madani Mental Health Care
dikerjakan secara bersama-sama dengan dibawah bimbingan para ustad. Sholat
juga merupakan salah satu program yang harus dijalankan oleh para pasien untuk
62
Ibid.
63 Wawancara pribadi dengan pasien PW, pada tanggal 7 Agustus 2008.
lxxxiii
dapat mempercepat masa pengobatan dan memfungsikan kembali sel-sel syaraf
yang rusak.
Dari pengamalan sholat yang dilakukan secara rutin, maka pengamalan
selanjutnya adalah puasa, dimana masing-masing pasien diharapkan dapat
melaksanakan puasa, terutama puasa ramadhan. Selama bulan puasa pasien
dituntut untuk bisa berpuasa sehari dan sebulan penuh, namun jika ada diantara
pasien yang melanggar peraturan maka dalam hal ini terapis berupaya
menanyakan apa alasan yang menyebabkan pasien tidak menjalankan puasa dan
menindaklanjutinya.
Kemudian setelah puasa adalah bersedekah, bersedekah dapat
menumbuhkan nilai kepedualian pasien kepada orang-orang yang tidak beruntung.
Fungsi sedekah adalah sebagai penolak bala dan menghilangkan sifat bakhil
(pelit). Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan santunn anak yatim dan orang
miskin, selain itu juga selama bulan ramadhan diadakannya kegiatan “Saur On
The Road” dengan membagi-bagikan nasi bungkus kepada orang-orang yang
kurang beruntung darinya. Hal ini selain menumbuhkan rasa kepekaan terhadap
sesama, ini juga dapat menumbuhkan sifat dermawan dalam diri pasien serta rasa
persaudaraan sesama muslim.
Pengamalan selanjutnya adalah pembelajaran al-Qur’an yang bertujuan
agar pasien mampu membaca ayat suci al-Qur’an, mengamalkannya, dan sebagai
pedoman atau pegangan dalam hidupnya saat pasien rapuh. Pembelajaran al-
Qur’an ini dibimbing dengan para ustad yang dimulai dengan pengenalan huruf
lxxxiv
hijaiyah, baris, makhraj hingga kepada hukum-hukum bacaan dalam al-Qur’an
atau yang disebut dengan ilmu tajwid.
Berikutnya pengamalan nilai-nilai agama yang terakhir adalah pasien
dapat memperingati hari-hari besar Psikoreligius. Contoh hari raya Idul Adha,
lembaga Madani Mental Health Care mengadakan kegiatan pemotongan hewan
qurban yang jatuh pada hari tasyrik, lembaga Madani Mental Health Care
memberi kesempatan kepada pasien yang ingin berkurban dengan se-ekor
kambing, sapi atau kerbau. Setelah itu dari hasil pemotongannya akan diberikan
kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Dari beberapa terapi terapi Psikoreligius yang telah diberikan terapis
kepada pasien skizofrenia, baik secara personal maupun kelmpok senada dengan
apa yang diungkapkan oleh salah satu pasien, dalam wawancara berikut ini :
Bagaimana teknik dan langkah-langkah yang dilakukan ustad selama
proses terapi Psikoreligius berlangsung ? Kalau bicara teknik dan langkahnya,
merujuk kepada terapi, sebagaimana yang tadi saya katakan bahwa terapi dalam
terapi Psikoreligius yang dilakukan oleh ustad Fuad pertama membaca al-Qur’an,
jadi masing-masing dari pasien, secara satu persatu disuruh baca surat al-Fatiha
beserta artinya, setelah itu ustad memberikan penjelasan dari surat yang kami
baca, namun sebelumnya kami diperintahkan untuk fokus pada salah satu ayat
dari surat al-Fatiha tersebut. Contoh surat al-Fatiha ayat 2 “Ar-Rahmanir Rahim”
yang berarti “Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”, setelah itu barulah
ustad menjelaskan apa maksud dari ayat tersebut. Disela-sela penjelasannya
biasanya ustad memberikan simulasi atau praktek dari penjelasan ayat tersebut,
lxxxv
hal ini dimaksudkan agar masing-masing pasien lebih paham tentang apa yang
dijelaskan oleh ustad, selain simulasi, ustad juga memberikan terapi relaksasi
sebagai contoh masing-masing pasien diperintahkan untuk dapat merasakan
kebesaran Allah melalui apa yang telah diberikannya kepada kami, yakni nikmat
hidup dengan relaksasi pernapasan, pasien diberikan kesempatan untuk menghirup
napas sekuat-kuatnya dan menahannya beberapa menit sesuai kemampuannya,
jika diantara pasien ada yang merasa tidak kuat maka kami diperintahkan untuk
mengucapkan kalimat “Ya Rahman” yang berarti “Yang Maha Pengasih”,
maksudnya Allah telah menganugerahkan nikmat yang tidak bisa diganti dengan
benda apapun, yakni nikmat bernapas, jika kita tidak bisa bernapas maka yang ada
adalah kematian. Untuk itu selain mengucapkan syukur kami juga diperintahkan
untuk mengucapkan kalimat “Ya Rahman” sekeras mungkin hingga kami
merasakan bahwa memang Allah-lah yang telah memberikan nikmat kepada kita
dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan. Dari itulah kami seakan
disadarkan bahwa selama ini apa yang telah kami perbuat adalah salah, maka
langkah yang harus kami lakukan adalah bertaubat, memohon ampun kepada
Allah SWT melalui sholat dan berdo’a agar diterima taubatnya dan diampuni
dosanya. Langkah terakhir adalah pengamalan nilai-nilai Psikoreligius seperti
sholat, puasa, sedekah, peringatan hari-hari besar Psikoreligius. Sholat yang kami
lakukan biasanya berjama’ah mulai dari yang wajib hingga yang sunnah, begitu
pun dengan puasa, kadang salah satu pasien ada yang melaksanakan puasa sunnah
senin-kamis, dan puasa bulan ramadhan, kami juga diajarkan untuk bersedekah,
menurut ustad Fuad dengan bersedekah melatih kita bersifat dermawan dan
lxxxvi
berjiwa sosial selain itu menghindarkan diri dari malapetaka dan menghapuskan
dosa-dosa. Secara keseluruhan teknik dan langkah-langkah ini mengajarkan
kepada pasien akan keimanan kepada Allah SWT melalui asmaulhusna.64
4. Terapi pilihan
Terapi pilihan adalah upaya rehabilitasi yang dimaksudkan sebagai terapi
pilihan dengan mengakomodasi keinginan pasien sendiri selain terapi-terapi yang
telah dicanangkan di Madani. Terapi ini terbagi pada dua cabang terapi yaitu
terapi keterampilan dan terapi fisik. Terapi keterampilan dilakukan Madani
dengan menyediakan kursus-kursus seperti kursus komputer, kursus bahasa asing
(Inggris/Arab), dan melukis (handy craft). Sedangkan terapi fisik dilakukan
dengan olah fisik atau olahraga yang diinginkan pasien seperti fitness, renang,
sepak bola, dan bilyard.
Dari beberapa proses pelaksanaan terapi yang tersebut di atas, berdasarkan
hasil lapangan yang penulis peroleh, sebagian besar proses pelaksanaan terapi
telah berjalan namun belum menunjukkan titik maksimal, hal ini dikarenakan
adanya kendala yang diperoleh baik dari pihak pasien maupun dari pihak
lembaga. Salah satunya adalah perkembangan pasien yang naik-turun dan
kurangnya tenaga ahli atau terapis yang profesional di bidangnya.
Adapun yang menjadi kelebihan dari proses pelaksanaan terapi ini terlihat
bahwa proses pelaksanaan terapi yang diberikan Madani bersifat holistik yakni
tidak hanya satu terapi saja melainkan beberapa terapi. Hasil yang diperoleh dari
terapi holistik ini pun mampu meminimalisir gejala-gejala skizofrenia yang terjadi
64
Wawancara pribadi dengan pasien PW, pada tanggal 7 Agustus 2008.
lxxxvii
pada pasien skizofrenia dan membantu proses penyembuhan secara total.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Snyderman yakni terapi medik tanpa agama
tidaklah lengkap, sementara agama tanpa terapi medik tidaklah efektif.65
Selain itu yang menjadi kelemahan dari proses pelaksanaan terapi ini
terletak pada kondisi pasien yang cenderung labil, hal ini disebabkan adanya efek
timbul dari terapi medis yakni efek dari mengkonsumsi obat-obatan dan kurang
sumber daya manusia yang profesional dalam menangani pasien skizofrenia.
65
Dadang Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), ceti ke-3, hal. 582.
lxxxviii
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan selama 6 bulan lamanya
terhitung sejak bulan Mei hingga Nopember 2008, khususnya pada metode terapi
Islam yang diterapkan di lembaga Madani Mental Health Care kepada pasien
skizofrenia, penulis menyimpulkan sebagai berikut :
a. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa Pelaksanaan terapi
bagi pasien skizofrenia yang diterapkan di lembaga ini adalah dengan
menggunakan terapi medik-psikiatrik, terapi psikososial, terapi
psikoreligius, dan terapi pilihan. Terapi ini dilakukan secara direktif baik
personal maupun kelompok. Adapun terapi medik-psikiatrik yang
dilakukan bekerjasama dengan R.S. Thamrin rujukan Prof. Dadang Hawari
dengan melakukan detoksifikasi dan psikofarmaka, terapi psikososial
dengan memberikan dorongan atau motivasi, membangun rasa percaya
diri, komunikasi dengan teman, keluarga, dan masyarakat, terapi
psikoreligius dengan melakukan pembinaan keagamaan dan mempolakan
hidup yang agamis meliputi mengaji dan mengkaji al-Qur’an, relaksasi,
simulasi, pengamalan nilai-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, dan
peringatan hari-hari besar Islam.
b. Adapun yang menjadi kelebihan dari proses pelaksanaan terapi ini terlihat
bahwa proses pelaksanaan terapi yang diberikan Madani bersifat holistik
lxxxix
yakni tidak hanya satu terapi saja melainkan beberapa terapi. Hasil yang
diperoleh dari terapi holistik ini pun mampu meminimalisir gejala-gejala
skizofrenia yang terjadi pada pasien skizofrenia dan membantu proses
penyembuhan secara total.
c. Selain itu yang menjadi kelemahan dari proses pelaksanaan terapi ini
terletak pada kondisi pasien yang cenderung labil, hal ini disebabkan
adanya efek timbul dari terapi medis yakni efek dari mengkonsumsi obat-
obatan dan kurang sumber daya manusia yang profesional dalam
menangani pasien skizofrenia.
2. Saran
Dari beberapa kesimpulan tersebut di atas, penulis memberikan masukan
atau saran kepada lembaga Madani Mental Health Care yang terkait pada
pelaksanaan terapi Islam, antara lain sebagai berikut :
a. Demi memaksimalkan jalannya proses pelaksanaan terapi bagi pasien
skizofrenia di Madani Mental Health Care, penulis memberikan masukan
kepada pihak yayasan agar lebih intens melaksanakan terapinya sesuai
dengan visi dan misi yang tertera di lembaga Madani Mental Health Care.
Dengan demikian tujuan yang diharapkan lembaga dapat tercapai dengan
baik.
b. Khusus bagi terapis dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya agar
lebih memaksimalkan kinerja dan kualitas dirinya. Lebih peka dengan
masalah-masalah yang dihadapi pasien dan bisa menjadi tempat curahan