Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274 BAB ETIOLOGI SKIZOFRENIA DARI FAKTOR BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL TUJUAN BELAJAR Tujuan Kognitif 1. Mengenal etiologi skizofrenia - Menguraikan etiologi skizofrenia dari faktor biologis dan psikososial - Memerinci peran etiologi sebagai faktor yang mencetus terjadi skizofrenia Tujuan Afektif 1. Mengetahui pentingnya memahami etiologi skizofrenia - Mengetahui keterkaitan etiologi dengan tindakan perawatan psikofarmako - Mengetahui keterkaitan etiologi dengan perawatan dari segi sosial Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Periode 9 Agustus – 11 September 2010 Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274
BAB
ETIOLOGI SKIZOFRENIA DARI FAKTOR BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL
TUJUAN BELAJAR
Tujuan Kognitif
1. Mengenal etiologi skizofrenia
- Menguraikan etiologi skizofrenia dari faktor biologis dan psikososial
- Memerinci peran etiologi sebagai faktor yang mencetus terjadi skizofrenia
Tujuan Afektif
1. Mengetahui pentingnya memahami etiologi skizofrenia
- Mengetahui keterkaitan etiologi dengan tindakan perawatan psikofarmako
- Mengetahui keterkaitan etiologi dengan perawatan dari segi sosial
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Periode 9 Agustus – 11 September 2010 Page 1
Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak
fungsi seperti pada gangguan persepsi( halusinasi), keyakinan yang salah( waham),
penurunan dari proses berpikir dan berbicara ( alogia), gangguan aktivitas motorik (
katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi ( afek tumpul), tidak mampu merasakan
kesenangan( anhedonia). Akan tetapi kesadaran serta kemampuan intelektual biasanya tetap
dapat dipertahankan, meskipun terjadi defisit kognitif.
Penyakit ini sangat menyusahkan bagi penderita maupun keluarganya karena onset
terjadinya pada saat dewasa muda produktif yaitu dibawah 45 tahun, dan dalam
perjalanannya akan mengalami keruntuhan ( deteriosasi) dari taraf fungsi sebelumnya baik
fungsi sosial, pekerjaan, dan perawatan diri. Penderita sukar untuk bersosialisasi dan tidak
dapat bekerja seperti sebelumnya karena sifat regresif serta kemunduran dalam perawatan
diri.
Pola keluarga dan faktor genetic tampaknya menunjukan kecenderungan dalam hal
timbulnya kekambuhan.Terdapat suatu model untuk integrasi factor biologis dan factor
psikososial dan lingkungan yang disebut model diathesis. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang memiliki suatu kerentanan spesifik( diathesis). Ada kemungkinan lingkungan akan
menimbulkan stress. Pada model diathesis- stress yang paling umum maka diathesis atau
stress dapat berupa biologis atau lingkungan atau keduanya.
Komponen lingkungan dapat biologis ( sebagai contonya, infeksi), atau psikologi
( sebagai contohnya, situasi keluarga yang penuh ketegangan atau kematian teman terdekat).
Terdapat banyak faktor yang diduga sebagai penyebab skizofrenia, di antaranya
adalah faktor biologis dan faktor lingkungan. Faktor biologi, seperti genetika, struktur otak,
komplikasi kelahiran, infeksi serta kadar neurotranmitter otak seperti dopamin dan serotinin
akan dibahas lebih mendalam pada bab selanjutnya. Sedangkan faktor lingkungan juga dapat
mencetuskan penyakit ini dapat berupa situasi atau kondisi yang tidak kondusif pada diri
seseorang, biasanya disebut sebagai stresor psikososial.
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang terpaksa mengadakan penyesuaian
diri (adaptasi) untuk menanggulangi stessor (tekanan mental) yang timbul. Namun, tidak
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Periode 9 Agustus – 11 September 2010 Page 2
Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274
semua orang yang mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Hal tersebut
dapat menimbulkan keluhan kejiwaan, antara lain berbagai jenis gangguan jiwa yang salah
satunya adalah skizofrenia.
SKIZOFRENIA
Sejarah
Skizofrenia telah dikenal sejak zaman peradaban kuno di hampir semua kebudayaan.
Deskripsi tentang gangguan ini tercatat sebelum 2000 SM dibuku kuno Egyptian Book of
Hearts, bagian dari Ebers papyrus. Gejala-gejala psikologikal dikira muncul dari jantung dan
uterus, dan berhubungan dengan pembuluh darah, racun, atau setan. Deskripsi Hindu (1400
SM) dapat ditemukan di Atharva Veda, salah satu teks pada agama Hindu. Veda ini berisi
hymne dan mantra dari India kuno. Tertulis bahwa kesehatan merupakan hasil dari
keseimbangan 5 elemen (Butha) dan 3 humor (Dosa) dan ketidakseimbangan menghasilkan
kegilaan. Teks Cina berjudul The Yellow Emperor's Classic of Internal Medicine, 1000 SM,
menjabarkan gejala kegilaan, demensia, dan kejang. Setan atau keadaan supernatural sering
dikira sebagai penyebab tingkah laku psikotik.
Plato, penulis abab ke-5 dan ke-4 SM mendukung konsep yang modern tentang
hubungan antara pikiran dan tubuh. Beliau menemukan ide tentang ketidaksadaran dan proses
mental yang tidak berlogika dan menyatakan bahwa semua orang mempunyai kapasitas
pemikiran yang irrasional.
Sigmund Freud kemudian mengambarkan spekulasi Plato untuk mendukung teorinya
tentang proses ketidaksadaran sebagai fondasi gangguan mental, dan Freud juga mengutip
Plato dalam mendukung teorinya.
Hippocrates menyingkirkan ide psikosis karena setan dan menganjurkan bahwa
gangguan seperti epilepsi, kebingungan, dan kegilaan semua berasal dari otak. Dalam usaha
menjelaskan gangguan mental dan fisik, beliau membuat dalil tentang kehadiran "humors" di
tubuh termasuk darah dan empedu. Fungsi mental dan fisik yang optimal dapat tercapai jika
humors ini berada dalam keadaan seimbang dan harmonis.
Emil Kraepelin merupakan orang yang berjasa dalam sejarah modern psikiatri dalam
hal mengidentifikasi skizofrenia. Istilah dasar dari Emil Kraeplin untuk skizofrenia adalah
dementia praecox. Ini berdasarkan dari pengamatannya, bahwa penyakit pasien berkembang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Periode 9 Agustus – 11 September 2010 Page 3
Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274
pada umur yang relatif muda (praecox), ditambah dengan perjalanan penyakit secara kronik
dan tidak memiliki secara jelas akhir dari perjalanan penyakit tersebut (dementia).
Pada awal tulisannya tahun 1887 Kraepelin menyamakan hebefrenia dengan dementia
praecox dan membedakan dengan katatonia dan dementia paranoid. Tahun 1898, Kraepelin
mempresentasikan paper di Heidelburg berjudul "The Diagnosis and Prognosis of Dementia
Praecox" dan menunjukkan bahwa berbagai kondisi psikotik ini merupakan satu kesatuan
dari seluruh penyakit ini. Kraepelin berpikir bahwa terdapat suatu gangguan organik yang
melandasi dementia praecox. Pada tahun 1899, di buku Psychiatrie tertulis "...in dementia
praecox, partial damage to, or destruction of, cells of the cerebral cortex must probably
occur, which may be compensated for in some cases, but which mostly brings in its wake a
singular, permanent impairment of the inner life."
Kraepelin membagi dementia prekoks menjadi 4 subtipe: paranoid, hebefrenik,
katatonik, dan simpleks. Pasien paranoid secara primer ditandai delusi. Individu dengan
hebefrenik terdapat tingkah laku bodoh dan pandir. Tanda khas dari katatonik berupa gejala
motorik dimana terdapat peningkatan tonus otot dan postur yang menetap. Subtipe simpleks
menunjukkan apatis dengan penarikan diri.
Eugen Bleuler merupakan orang pertama mengunakan kata "skizofrenia", berasal dari
kata Yunani "pecah" dan "pikiran". Berbeda dengan kepribadian yang terpecah, Bleuler
mengartikan terpecahnya fungsi psikik.
Dia memperkenalkan 4 tanda penting berupa “4 A”,yaitu:
Afek tumpul
Asosiasi longgar
Ambivalensi
Autisme
Gejala lain dari skizofrenia seperti delusi, halusinasi, katatonia, negativisme, dan
stupor dikenal sebagai gejala sekunder. Bleuler mencatat bahwa gejala sekunder ini muncul
seperti gejala lainnya.
Kurt Schneider memperkenalkan gejala tingkat pertama dan gejala tingkat kedua
Gejala tingkat pertama berupa:
Mendengar suatu pikiran yang berbicara secara keras
Halusinasi auditorik yang mengomentari tingkah laku penderita
Thought withdrawal, insertion dan broadcasting
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Periode 9 Agustus – 11 September 2010 Page 4
Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274
Halusinasi somatik, atau mengalami pikiran yang terkontrol atau dipengaruhi oleh alasan
luar yang tidak jelas.
Gejala tingkat kedua berupa bentuk halusinasi, depresi, atau suasana perasaan yang
berubah, emosi yang tumpul, kebingungan, dan ide delusi yang tiba-tiba. Bila gejala tingkat
pertama absen, skizofrenia masih dapat didiagnosis jika terdapat jumlah gejala tingkat kedua
yang mencukupi.
Tahun 1949, American Psychiatric Association bekerja sama dengan New York
Academy of Medicine mulai menetapkan standar sistem diagnosis di Amerika Serikat.
Hasilnya berupa Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-I), diterbitkan
tahun 1952. DSM-II terbit tahun 1968, tetapi tidak jauh berbeda dengan yang terdahulu.
DSM-III terbit tahun 1980, DSM-IV tahun 1994, dan DSM-IV-TR tahun 2000. Edisi ketiga
mengalami perubahan yang sangat besar. Pada DSM-IV, skizofrenia dibagi menjadi 5 subtipe
berupa paranoid, disorganisasi, katatonik, tak terinci, dan residual.
Definisi
Sedangkan dalam DSM-IV dan DSM-IV-TR (tabel 1-1), skizofrenia didefinisikan
sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan negatif; ketidakmampuan dalam fungsi sosial,
pekerjaan ataupun hubungan antar pribadi dan menunjukan terus gejala-gejala ini selama
paling tidak 6 bulan. Sebagai tambahan, gangguan skizoafektif dan gangguan afek dengan
gejala psikotik tidak didefinisikan sebagai skizofrenia dan juga skizofrenia tidak disebabkan
oleh karena efek langsung karena psikologi dari zat atau kondisi medis.
Skizofrenia akut
Episode skizofrenia akut merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan onset akut
gejala-gejala skizofrenia di bawah 6 bulan. Sejak DSM-IV mendefinisikan skizofrenia
sebagai gangguan kronik, kondisi ini sekarang harus diklasifikasikan ke dalam gejala psikotik
lain, seperti gangguan skizofreniform, psikosis reaksi singkat, atau gangguan skizoafektif.
Skizofrenia laten
Suatu jenis skizofrenia yang ditandai dengan gejala skizofrenia jelas, tetapi tanpa adanya
riwayat episode skizofrenia psikotik, mencakup kondisi yang dulu disebut sebagai skizofrenia
ambulatori, borderline, prapsikotik, pseudoneurotik, dan pseudopsikopatik, yang didalamnya
tidak pernah terdapat episode psikotik akut. Penderita yang memenuhi istilah-istilah ini tidak
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Periode 9 Agustus – 11 September 2010 Page 5
Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274
memenuhi definisi skizofrenia dari DSM-IV. Oleh karena itu sebagian besar diklasifikasikan
sebagai gangguan kepribadian skizotipal.
Menurut PPDGJ III, skizofrenia adalam sekelompok gangguan psikotik dengan
gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir, kadang-kadang mempunyai
perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar, waham yang kadang-
kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnornal yang tak terpadu, dengan situasi nyata yang
sebenarnya, dan autisme.
Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang paling mendalam dirasakan seakan diketahui
oleh orang lain, dan waham-waham yang timbul menjelaskan bahwa kekuatan alam dan
supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita dengan cara-cara
yang tidak masuk akal atau bizzare (aneh). Halusinasi auditorik sering diketemukan dalam
bentuk komentar tentang diri pasien atau berbicara secara langsung kepadanya.
Sering terjadi penghentian dan interpolasi dalam arus proses pikir, dengan akibat
pikiran menjadi terputus-putus. Interpolasi (sisipan-sisipan) pikiran tersebut dirasakan oleh
pasien atau yakin bahwa pikirannya disedot (withdrawal) oleh kekuatan dari luar.
Alam perasaan dapat menjadi dangkal (shallow), berubah-ubah (capsicious), atau
tidak sesuai (incongruous). Ambivalensi dan gangguan dorongan kehendak dapat
bermanifestasi sebagai inersia, negativisme, atau stupor. Mungkin terdapat perilaku yang
katatonia.
Epidemiologi
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari 1
sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun. Di Amerika Serikat
prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5
persen; konsisten dengan rentang tersebut, penelitian Epidemiological Catchment Area
(ECA) yang disponsori oleh National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan
prevelensi seumur hidup sebesar 1,3 persen. Kira-kara 0,025 sampai 0,05 persen populasi
total diobati untuk skizofrenia dalam satu tahun. Walaupun duapertiga dari pasien yang
diobati tersebut membutuhkan perwatan dirumah sakit, hanya kira-kira setengah dari semua
pasien skizofrenik mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Periode 9 Agustus – 11 September 2010 Page 6
Etiologi Skizofrenia dari Faktor Biologis dan Psikosial Syamsun Najwa 030.04.274
Skizofrenia adalah sama-sama prevelensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi, dua
jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalaan penyakit . Laki-laki
mempunyai onset skizofrenia yang lebih awal daripada wanita. Lebih dari setengah semua
pasien skizofrenik laki-laki tetapi hanya sepertiga pasien skizofrenik wanita mempunyai
perawatan dirumah sakit psikiatrik yang pertamanya sebelum usia 25 tahun. Usia puncak
onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai
35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat
jarang. Kira-kira 90 persen pasien dalam pengobatan skizofrenia adalah antara usia 15 dan 55
tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin dari pada
wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan bahwa wanita lebih mungkin memiliki fungsi
sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik
wanita adalah lebik baik dari pada hasil akhir untuk pasien skizofrenik laki-laki.
Gejala klinis
Secara klinis untuk menegakkan diagnosis skizofrenia diperlukan kriteria diagnostik.
a. Kriteria diagnosis menurut Eugen Bleuler, dibagi menjadi gejala primer dan sekunder.
Gejala primer (4A):
1. Asosiasi terganggu
Suatu proses pikir yang terganggu berupa ide yang satu belum habis diutarakan sudah
muncul ide yang lain sehingga pembicaraan menjadi tidak dapat diikuti atau dimengerti.
2. Autisme
Suatu kecenderungan untuk menarik diri dari kehidupan sosial.
Orang tersebut lebih suka menyendiri dan berdialog dengan dunianya sendiri.
3. Afek terganggu
Suatu gangguan berupa ketidaksesuaian antara antara afek dengan suasana perasaan,
dapat berupa afek tumpul, mendatar atau tidak serasi.
4. Ambivalensi
Dua hal yang berlawanan dapat timbul pada saat yang bersamaan pada objek yang sama.
Selain gejala 4A di atas, beberapa ahli menambahkan adanya gejala A yang lain yang
dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis seperti abulia,menurunnya