08 Agustus 2012
KASUS : Skizofrenia
26
No. ID dan Nama Peserta : / dr. Juslan Kasmar JS
No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Salewangang Maros
Topik: Skizofrenia
Tanggal (kasus) : 01 /12/ 2014
Nama Pasien : Tn.B
Tanggal presentasi : 22/12/2014Pendamping: dr. Hasmiah
Tempat presentasi: RSUD Salewangang Maros
Obyek presentasi :
KeilmuanKeterampilanPenyegaranTinjauan pustaka
DiagnostikManajemenMasalahIstimewa
NeonatusBayiAnak RemajaDewasaLansiaBumil
Deskripsi: Alloanamnesa (keluarga pasien)
Laki-laki, 70 tahun MRS di antar keluarganya dengan keluhan
mengamuk di rumah. Sebelumnya pasien marah marah. Awalnya +/- 2
bulan terakhir pasien mempunyai masalah keluarga dengan isterinya,
keluarga juga mengatakan masalah ekonomi juga menjadi awal sebabnya
perubahan sikap pasien. sejak saat itu pasien mulai menyendiri,
tertawa sendiri, sering berkeliling kampung, hingga akhirnya
mengamuk dan sulit dikendalikan.
Autoanamnesa
Pasien datang ke UGD dengan keluhan marah-marah. Pasien mengaku
telah menusuk isterinya di karenakan pasien mendengar suara-suara
yang mengatakan isterinya akan membunuhnya. Pasien juga meyakini
bahwa suara tersebut ingin membunuhnya, itu sebabnya osi sering
berkeliling kampung untuk mencari asal suara tersebut.
Tujuan: mendiagnosis pasien dengan Skizofrenia dan memberikan
penanganan awal
Bahan bahasan:Tinjauan pustakaRisetKasusAudit
Cara membahas:DiskusiPresentasi dan diskusiE-mailPos
Data utama untuk bahan diskusi:
1 1. Aloanamnesa (keluarga pasien) Laki-laki, 70 tahun MRS di
antar keluarganya dengan keluhan mengamuk di rumah. Sebelumnya
pasien marah marah dan menusuk isterinya. Awalnya +/- 2 bulan
terakhir pasien mempunyai masalah keluarga dengan isterinya,
keluarga juga mengatakan masalah ekonomi juga menjadi awal sebabnya
perubahan sikap pasien. sejak saat itu pasien mulai menyendiri,
tertawa sendiri, sering berkeliling kampung, hingga akhirnya
mengamuk dan sulit dikendalikan.
Autoanamnesa
Pasien datang ke UGD dengan keluhan marah-marah setelah menusuk
isterinya. Pasien mengaku telah menusuk isterinya di karenakan
pasien mendengar suara-suara yang mengatakan isterinya akan
membunuhnya. Pasien juga meyakini bahwa suara tersebut ingin
membunuhnya, itu sebabnya osi sering berkeliling kampung untuk
mencari asal suara tersebut.
2. Hendaya/disfungsi Hendaya sosial (+) Hendaya pekerjaan
(+)
Hendaya penggunaan waktu senggang (+)3. Faktor stressor
psikososial
Pasien mempunyai masalah keluarga dengan istrinya dan masalah
social ekonomi.4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat kejang, infeksi, trauma tidak ada. Riwayat konsumsi
alkohol disangkal dan obat-obat terlarang tidak ada. Pasien seorang
perokok berat yang menghabiskan 2 bungkus rokok per hari sejak umur
25 tahun.5. Riwayat Sekarang Riwayat pekerjaanPasien bekerja
sebagai petani Riwayat PernikahanRiwayat sudah menikah dengan 5
orang anak Riwayat kehidupan beragamaPasiem beragama Islam6.
Situasi SekarangPasien tinggal bersama isteri dan kelima anaknya
beserta saudara kandungnya.
7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan KehidupannyaPasien merasa
bahwa dirinya normal dan baik-baik saja.Status Mental :
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki usia 70 tahun, wajah sesuai umur, berkulit
gelap, memakai baju kaos warna putih dan memakai sarung berwarna
coklat dengan motif kotak-kotak, rambut pendek berwarna putih,
tampak kusam dan perawatan diri kurang baik..
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Cukup tenang
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi suara biasa.
5. Sikap Terhadap pemeriksa
Kooperatif.B. Keadaan Afektif, Mood dan Empati
1. Mood
Sulit dinilai
2. Afek
inappropriate
3. Empati
Tidak dapat dirabarasakan.
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Sesuai dengan tingkat pendidikan pasien2. Daya
konsentrasikurang3. Orientasi
Waktu: Baik
Tempat: Baik
Orang: Baik
4. Daya ingat
Jangka panjang: Baik
Jangka sedang: Baik
Jangka pendek: Baik
Jangka segera: Baik
5. Pikiran abstrak
terganggu
6. Bakat kreatif
Tidak ada.
7. Kemampuan menolong diri sendiri
terganggu
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+), pasien sering mendengar bisikan ada
yang ingin membunuhnya.2. Ilusi
Tidak ada.
3. Depersonalisasi
Tidak ada.
4. Derealisasi
Tidak ada.
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
Produktifitas
Cukup.
Kontinuitas
Cukup relevan.
Hendaya berbahasa
Tidak ada.2. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada.
Gangguan isi pikir : waham curiga (+), pasien yakin bahwa
dirinya akan dibunuh oleh isterinya.F. Pengendalian Impuls
Terganggu.
G. Daya Nilai
1. Norma sosial:Terganggu
2. Uji daya nilai: baik
3. Penilaian realitas: Terganggu
H. Tilikan
Derajat I, yaitu penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya.
Daftar Pustaka:
1. Amir N. Skizofrenia. In : Elvira S.D, Hadisukanto G Editors.
Buku Ajar Psikiatri. Jakarta; Badan Penerbit FKUI. 2010. p.
170-176.
2. Hamdani, M, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar pustaka
baru, Yogyakarta, 2004
3. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid Satu 7th
ed. Jakarta; Binarupa Aksara, 1997.
p.699-702,706-713,720-727,737-7404. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta:
Nuh Jaya, 2001
5. Prof. Dr. Dr. Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa
dan Kesehatan Jiwa, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997
6. Sani, Ayub prof.dr. Splitting Personality. PT Dian Ariesta.
Jakarta. 2002
7. Skizofrenia. Naruto. blogspot. Com/2009/12 diunduh tanggal 23
Oktober 20128. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh
dari http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 23
Oktober 20129. Skizofrenia. Diunduh dari :
http://id.wikipedia.org/wiki/skizofrenia pada tanggal 24 Oktober
201210. Yumizone. Wordpress. Com/category/kesehatan-jiwa, diunduh
tanggal 23 Oktober 2012
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui Defini Skizofrenia2. Etiologi skizofrenia
3. Kriteria diagnosis skizofrenia
4. Kriteria skizofrenia paranoid
5. Terapi Skizofrenia
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:1. Subyektif:2
Alloanamnesa (keluarga pasien) Laki-laki, 70 tahun MRS di antar
keluarganya dengan keluhan mengamuk di rumah. Sebelumnya pasien
marah marah dan menusuk isterinya..
Autoanamnesa
Pasien datang ke UGD dengan keluhan marah-marah setelah menusuk
isterinya. Pasien mengaku telah menusuk isterinya di karenakan
pasien mendengar suara-suara yang mengatakan isterinya akan
membunuhnya. Pasien juga meyakini bahwa suara tersebut ingin
membunuhnya, itu sebabnya osi sering berkeliling kampung untuk
mencari asal suara tersebut.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan penampilan pasien
dengan wajah sesuai umur, berkulit gelap, berantakan, dan perawatan
diri kurang baik, kesadaran berubah, aktivitas psikomotor cukup
tenang saat wawancara, verbalitas spontan, mood sulit dinilai, afek
inappropriate, empati tidak dapat dirabarasakan, taraf pendidikan
sesuai tingkat pendidikan, pikiran abstrak terganggu, kemampuan
menolong diri sendiri terganggu.
Terdapat halusinasi auditorik (+), yaitu pasien sering mendengar
bisikan yang mengatakan ada yang ingin membunuhnya.. Terjadi
gangguan isi pikir berupa waham curiga dan delusion of control.
Pengendalian impuls, norma sosial, dan penilaian realitas
terganggu. Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit dan semua yang
diutarakan pasien dapat dipercaya.
6. Obyektif:Pemeriksaan Fisik
Status Internus
Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, frekuensi pernapasan 20
x/menit, suhu tubuh 36.90C. Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterus, jantung dan paru dalam batas normal, ekstrimitas atas dan
bawah tidak ada kelainan.
Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), kernigs sign
(-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5mm/2,5mm, reflex cahaya (+)/(+),
fungsi motorik dan sensorik keempat ekstrimitas dalam batas normal,
tidak ditemukan refleks patologis.
7. Assesment:Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan
psikis yang paling seriuskarena dapat menyebabkan menurunnya fungsi
manusia dalam melaksanakanaktivitas kehidupan sehari-hari seperti
kesulitan dalam merawat diri sendiri, bekerjaatau bersekolah,
memenuhi kewajiban peran, dan membangun hubungan yang dekat dengan
seseorang (American Psychiatric Association dalam Jeste dan Mueser,
2008). Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa terberat yang
dialami manusia, bukan karena tidak bisa diobati, tetapi karena
perawatan dan penyembuhan yang membutuhkan waktu lama.Skizofrenia
merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka
berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih
lama dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran
penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasien lebih menarik
diri atau mengisolasi diri, dan aneh. Gejala-gejala penyakit
biasanya terlihat jelas oleh orang lain.1A. DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti
terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia
terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan
perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi
tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan
gangguan dalam hubungan interpersonal.9 Skizofrenia merupakan suatu
deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih
(clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian. 8B. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data yang dikeluarkan World Health Organization
(WHO), penderitagangguan psikis dengan diagnosis skizofrenia
mencapai kurang lebih 24 jutajiwa di seluruh dunia (WHO, 2010).
Dari jumlah 24 juta jiwa tersebut, di Indonesiatercatat sebanyak
1.928.663 juta jiwa pasien skizofrenia (2010). Kondisi dengan
skizofrenia di Indonesia digambarkan pada KonferensiNasional
Skizofrenia yang diadakan pada tanggal 14-16 Oktober 2010. Dalam
konferensi tersebut, terdapat penyajian data mengenai pasien
skizofrenia diIndonesia yang telah mencapai sekitar 2,5 persen dari
total penduduk Indonesia. Skizofrenia adalah sama-sama
prevalensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi, dua jenis
kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan
penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita.
Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk
wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia
sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat
jarang.3Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien
skizofrenia menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak
terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum kematian diantara
penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba
bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil
melakukannya.Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala
depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.C.
ETIOLOGI
Ada beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan penyebab
skizofrenia. Adapun teori-teori tersebut seperti tersebut di bawah
ini:1. Teori Genetik
Diduga faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya
skizofrenia.Walaupun demikian, terbukti dari penelitian bahwa
skizofrenia tidak diturunkan secara hukum Mendeell (jika orang tua
skizofrenia, belum tentu anaknya skizofrenia juga). Dari penelitian
didapatkan prevalensi sebagai berikut:
Populasi umum
1%
Saudara Kandung
8%-10%
Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia12%-15%
Kembar 2 telur (dizigot)
12%-15%
Anak dengan kedua orang tua skizofrenia
35%-40%
Kembar monozigot
47%-50%Sampai saat ini, belum ada hal yang pasti mengenai
penyebab skizofrenia.Namun demikian peneliti-peneliti meyakini
bahwa interaksi antara genetika dan lingkungan yang menyebabkan
skizofrenia. Menurut Imransyah, bahwa hanya 10% dari genetika yang
dapat menyebabkan skizofrenia, sedangkan Hawari (Arif, 2006)
mengakui bahwa skizofrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun
jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang
terbuka maka sebenarnya faktor genetika ini bisa diabaikan.Namun
jika kondisi lingkungan mendukung seseorang bersikap asosial maka
penyakit skizofrenia menemukan lahan suburnya.Penelitian lain dari
Clarke et al yang berjudul Evidence for an Interaction Between
Familial Liability and Prenatal Exposure to Infection in the
Causation of Schizophrenia (2009), menyebutkan bahwa Komplikasi
kelahiran dan keluarga yang memiliki resiko psikotik terbukti
menyebabkan skizofrenia dengan persentase resiko 38% - 46%.
2. Abnormalitas Perkembangan Syaraf
Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi
pada awal gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari
skizofrenia.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
saraf dan diidentifikasi sebagai resiko yang terus bertambah,
meliputi individu yang ibunya terserang influenza pada trimester
kedua, individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu
dilahirkan, dan penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa
anak-anak.3. Abnormalitas Struktur dan aktivitas Otak
Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik
pencitraan otak (CT, MRI, dan PET) telah menujukkan adanya
abnormalitas pada struktur otak yang meliputi pembesaran ventrikel,
penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks prefrontal
penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi
serebri. Ahli neurologis juga menemukan pemicu dari munculnya
gejala skizofrenia.Pada para penderita skizofrenia diketahui bahwa
sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai penukar informasi
mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak
aktif dibanding orang normal.
Temuan ini bisa menjabarkan dan membantu pengobatan munculnya
halunisasi dan gangguan pemikiran pasien skizofrenia, demikian
menurut tim dari Harvard Medical School. Pada saat yang sama para
ilmuwan memonitor gelombang otak partisipan dengan menggunakan alat
electroencephalogram (EEG) yang bisa memberi informasi aktivitas
elektrik otak. Kedua kelompok memberi respon terhadap gambar-gambar
tersebut selama satu detik saja.Namun mereka yang menderita
skizofrenia membuat lebih banyak kesalahan dan membutuhkan waktu
lebih banya 200 milidetik dibanding yang sehat.
Ketika para ilmuwan mengamati pola gelombang otak, mereka
menemukan bahwa pasien skizofrenia memperlihatkan tidak adanya
aktivitas pasti dalam gelombang otaknya ketika menekan
tombol-tombol jawaban. Sementara partisipan yang sehat memiliki
aktivitas gelombang gama yang bisa menjadi identifikasi bahwa otak
mereka memproses informasi visual sebagai petunjuk responnya. Ada
perbedaan yang sangat dramatis. Para penderita skizofrenia tidak
memperlihatkan respons gama sama sekali, komentar Dr. Robert
McCarley, pemimpin studi. Jika komunikasi yang paling efisien
terjadi pada gelombang 40 hertz, maka penderita skizofrenia
menggunakan frekuensi yang jauh lebih rendah. Ini sama saja artinya
dengan mereka tidak mempunyai proses komunikasi yang efektif pada
sel penukar informasi dan bagian otaknya.4. Ketidakseimbangan
Neurokimia (neurotransmitter)
Skizofrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit
kanker dan diabetes.Penyakit ini muncul karena ketidakseimbangan
yang terjadi pada dopamine, yakni salah satu sel kimia dalam otak
(neurotransmitter).Otak sendiri terbentuk dari sel saraf yang
disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter.
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, norepinefrin,
glutamate, dan GABA juga berperan dalam menimbulkan gejala-gejala
skizofrenia. Majorie Wallace, pimpinan eksekutif yayasan
Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di dalam otak terdapat
miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk
meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya.
Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut
neurotransmitter yang menbawa pesan dari ujung sambungan sel yang
satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak penderita
skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem
komunikasi tersebut.Biasanya mereka mengalami halusinasi.
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak
tidak mampu menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan
yang datang.Penderita skizofrenia mungkin mendengar suara-suara
atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami
suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya.Auditory
hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita
merasakan ada suara dari dalam dirinya.
Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian,
tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat
berbahaya, seperti bunuh diri. Gejala lain adalah menyesatkan
pikiran atau delusi, yakni kepercayaan yang kuat dalam
menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan
kenyataan. Misalnya, pada penderita skizofrenia, GAMBARAN
KLINIS
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase
yaitufase prodromal, fase aktif dan fase residual.Padafase
prodromalbiasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya
bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi
pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi
perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu
serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan
orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal
semakin buruk prognosisnya. Padafase aktifgejala positif / psikotik
menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,
halusinasidisertai gangguan afek. Hampir semua individu datang
berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala
tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau
terus bertahan. Fase aktif akan diikuti olehfase residualdimana
gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /
psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi
pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami
gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan
peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan
sosial). 8Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental
Disorder IV-TR, gejala khas skizofrenia berupa adanya:
1. Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa
dikoreksi yang tidak sesuai dengan kenyataan, maupun kepercayaan,
agama, dan budaya pasien atau masyarakat umum)
2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar)
3. Pembicaraan kacau
4. Perilaku kacau
5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan
mengekspresikan emosi, kehilangan minat, penarikan diri dari
pergaulan sosial)
Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM
IV-TR (2008) adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas
paling sedikit 6 bulan, tidak termasuk gangguan perasaan (mood),
tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis, dan
bila ada riwayat Autistic Disorder atau gangguan perkembangan
pervasive lainnya, diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila
ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol selama paling tidak 1
bulan. Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia,
yaitu:
1. Gejala Primer, yang meliputi:
a. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran).
Pada skizofrenia inti, gangguan memang terdapat pada proses
pikiran.
b. Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren
berupa:
1) Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang
dan gembira, pada penderita malah menimbulkan rasa sedih atau
marah.
2) Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis
c. Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita
skizofrenia memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat
mengambil keputusan dan tidak dapat bertindak dalam sebuah situasi
menekan. Gangguan kemauan yang timbul antara lain:
1) Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau
berlawanan terhadap suatu permintaan.
2) Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang
berlawanan pada waktu yang bersamaan.
3) Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi
oleh orang lain atau oleh tenaga dari luar, sehingga dia
melakukannya secara otomatis.
d. Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala
katatonik. Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan
kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat
gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku.2. Gejala
Sekunder, yang meliputi:3. - Waham
Pada penderita skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali
dan sangat bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan
untuk dia wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh
siapapun.Halusinasi
Pada penderita skizfrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan
kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak
dijumpai pada keadaan lain.
Menurut Bleuler, seseorang didioagnosa menderita skizofrenia
apabila terdapat gangguan-gangguan primer dan disharmoni pada
unsur-unsur kepribadian yang diperkuat dengan adanya gejala-gejala
sekunder.Tanda awal skizofrenia seringkali terlihat saat
kanak-kanak. Tanda-tanda tersebut perlu untuk diketahui untuk
membedakan gejala skizofrenia pada anak dengan proses belajar anak
yang masih dalam bentuk bermain. Anak seringkali berimajinasi
tentang peran-peran baru dalam permainannya, namun hal tersebut
bukanlah sebuah gangguan. Indikator premorbid (pra-sakit) pada anak
pre-skizofrenia antara lain:
1. Ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi (wajah dingin,
jarang tersenyum, tak acuh)
Penyimpangan komunikasi (anak sulit melakukan pembicaraan
terarah) Gangguan atensi (anak tidak mampu memfokuskan,
mempertahankan, serta memindahkan atensi).Adapun gejala awal yang
terlihat pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan adalah
sebagai berikut:
1. Pada anak perempuan, tampak sangat pemalu, tertutup, menarik
diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, dan ekspresi
wajah sangat terbatas
2. Pada anak laki-laki, sering menantang tanpa alasan jelas,
menggangu, dan tidak disiplin
3. Pada bayi, biasanya terdapat problem tidur makan, gangguan
tidur kronis, tonus otot lemah, apatis, dan ketakutan terhadap
objek atau benda yang bergerak cepat
4. Pada balita, terdapat ketakutan yang berlebihan terhadap
hal-hal baru seperti potong rambut, takut gelap, takut terhadap
label pakaian, takut terhadap benda-benda bergerak
5. Pada anak usia 5-6 tahun, mengalami halusinasi suara seperti
mendengar bunyi letusan, bantingan pintu atau bisikan, juga
halusinasi visual seperti melihat adanya sesuatu yang bergerak
meliuk-liuk, ular, bola-bola bergelindingan, lintasan cahaya dengan
latar belakang warna gelap. Anak terlihat bicara atau tersenyum
sendiri, menutup telinga, sering mengamuk tanpa sebab.D. KRITERIA
DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas
:(a) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau- Thought
insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan- Thought broadcasting: isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;(b) - delusion of control : waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- delusion
of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau- delusion of passivity: waham tentang
dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar;(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan
khusus);- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat;(c) Halusinasi auditorik :- Suara halusinasi
yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau- Jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.(d)
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).Atau paling
sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
:(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang
mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;(g) Perilaku
katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat
apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika;Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas
telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).Harus ada suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.4,8,9Menurut Diagnostic and statistical manual of Mental
Disorders Fourth Text Revised (DSM-IV-TR):
A. Terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini selama 1 bulan atau
kurang dari sebulan jika pengobatan berhasil
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
4. Perilaku disorganisasi/katatonik yang jelas
5. Symptom negative (afek datar, alogia, avolition)
Catatan = dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham
bizarre/halusinasi dengar
B. Disfungsi social/pekerjaan
C. Durasi gangguan terus menerus selama 6 bulan
D. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis
umum
E. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis
umum
F. Jika terdapat gangguan perkembangan parsive, diagnosis
tambahan skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol 11E.
KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah
diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9
tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang
kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :Menurut
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III
penggolonganskizofrenia adalah :F20Skizofrenia
F20.0Skizofrenia Paranoid
F20.1Skizofrenia Hebefrenik
F20.2Skizofrenia Katatonik
F20.3Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)
F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia
F20.5Skizofrenia Residual
F20.6Skizofrenia Simpleks
F20.8Skizofrenia Lainnya
F20.9Skizofrenia YTT
H. PENATALAKSANAAN
Terapi Somatik (Medikamentosa)
----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia
disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi,
delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum
mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar
cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang
lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk
mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang
dikenal saat ini, yaitu :
antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan
Clozaril (Clozapine).a. Antipsikotik Konvensional
----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut
antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik
konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh
obat antipsikotik konvensional antara lain :1. Haldol
(haloperidol)5. Stelazine ( trifluoperazine)
2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4. Prolixin (fluphenazine)
----Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh
antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan
penggunaan newer atypical antipsycotic.
----Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional).
Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang
pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang
berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan
pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami
kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan
interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot
formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh
lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini
tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal
karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek
samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia,
antara lain:
Risperdal (risperidone) Seroquel (quetiapine), Zyprexa
(olanzopine)
c. Clozaril
----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan
antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu 25-50%
pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik
konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping
yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang
(1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna
untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril
harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para
ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari
obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.biasanya akan
mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada
ClozarilEfek Samping Obat-obat Antipsikotik
----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu
yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek
samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi
penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan
(kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping
Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih
lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak
(berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat
beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor
pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat
antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat
antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.
----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive
dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat
dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan
terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan
dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita
yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive
dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik
konvensional dengan antipsikotik atipikal.
----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan
fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri
pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter
akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer
atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita
Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada
penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah
raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic
malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang
sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam,
penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan
yang segera.Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau
hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti
hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian,
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh
dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia
seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi
keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.
Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas
teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari
penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus
membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik.
Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 -
10 % dengan terapi keluarga.c. Terapi kelompok
----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara
psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi
individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa
terapi akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu
konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.
Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh
pasien.
----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan
hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,
perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas
yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak
tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,
manipulasi, atau eksploitasi.Perawatan di Rumah Sakit
(Hospitalization)
----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan
bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan
adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung
masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada
perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
skizofrenia.
----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan
rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di
rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan
sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat
pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat
perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien
dalam memperbaiki kualitas hidup.
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya
yang dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT).
Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-1963). Mekanisme
penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara
pasti.I. PROGNOSIS
Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu
menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode
awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum
munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih
dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada
diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan
berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat
8. Plan:
Diagnosis: Evaluasi MultiaksialA. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa, didapatkan adanya
keluhan mengamuk. Hal ini menimbulkan penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) bagi pasien sehingga dapat disimpulkan sebagai
Gangguan Jiwa. Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita
maka pasien digolongkan sebagai Gangguan Jiwa Psikotik. Dari
pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan
gangguan otak, jadi penyebab organik dapat disingkirkan. Sehingga,
pasien didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non-Organik.
Dari pemeriksaan status mental ditemukan halusinasi auditorik
berupa bisikan seseorang yang mengatakan ada yang ingin
membunuhnya, waham curiga dimana pasien yakin ada seseorang ingin
membunuhnya. Maka berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) didiagnosis dengan Skizofrenia
Paranoid (F20.0).
B. Aksis II
Ciri kepribadian : seorang yang periang dan senang bergaul.C.
Aksis III ( Tidak ada diagnosis.D. Aksis IV
Faktor stressor psikososial : Pasien mempunyai masalah dengan
istrinya dan masalah ekonomi dalam keluarganya.E. Aksis V
GAF scale pasien berada pada range 50-41, yaitu gejala berat
(serius), disabilitas berat.
Penatalaksanaan: Psikofarmakoterapi:
Haloperidol 5 mg 3x1/2
Psikoterapi
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan pasien sehingga
pasien lega. Konseling : memberikan penjelasan dan pengertian
kepada pasien.
Sosioterapi
Memberikan sosioterapi kepada pasien dan keluarga. Memberikan
penjelasan kepada pasien, keluarga, dan orang-orang sekitarnya
mengenai keadaan pasien sehingga dapat menerima dan menciptakan
lingkungan yang baik untuk membantu proses penyembuhan
pasien.Pendidikan:
Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk membantu pasien dalam
memberi semangat dan harapan hidup.Serta mengamankan pasien untuk
mengakhiri hidupnya dan menjaganya.Konsultasi : Diperlukan
konsultasi dengan dokter ahli jiwa dan psikiatriRujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya
ditangani di rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih
memadai.
Maros , 22 Desember 2014 Peserta,
Pendamping dr. Juslan Kasmar JS
dr. Hasmiah