Top Banner
MEDIS OPERATIF WANITA (MOW) Teori Medis 1. Keluarga Berencana Program keluarga berencana (KB) bertujuan untuk membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Di samping itu pelaksanaan program KB juga diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahiran atas dasar kesadaran dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan cara memilih metode kontrasepsi secara sukarela. Dengan demikian program KB akan merupakan cermin dari upaya menurunkan tingkat kelahiran dan sekaligus membangun keluarga sejahtera. (Hartanto, 2004). Guna mencapai tujuan tersebut, maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu: a. Fase Menunda/Mencegah Kehamilan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan usia isteri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah reversibilitas dan efektivitas yang tinggi. Kontrasepsi yang direkomendasikan untuk fase ini adalah pil oral atau IUD-Mini. b. Fase Menjarangkan Kesuburan Periode usia isteri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahirannya adalah 2-4 tahun. Ini dikenal dengan Catur Warga. Ciri- ciri kontrasepsi ini adalah efektifitas dan reversibilitas cukup tinggi, dapat dipakai 2 sampai 4 tahun (sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan), dan tidak menghambat air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang dianjurkan adalah IUD. c. Fase Menghentikan/Mengakhiri Kesuburan Periode umur isteri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah
19

MEDIS OPERATIF WANITA

Jun 19, 2015

Download

Documents

srikandi putri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MEDIS OPERATIF WANITA

MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)

Teori Medis

1. Keluarga BerencanaProgram keluarga berencana (KB) bertujuan untuk membangun manusia

Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Di samping itu pelaksanaan program KB juga diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahiran atas dasar kesadaran dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan cara memilih metode kontrasepsi secara sukarela. Dengan demikian program KB akan merupakan cermin dari upaya menurunkan tingkat kelahiran dan sekaligus membangun keluarga sejahtera. (Hartanto, 2004).

Guna mencapai tujuan tersebut, maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu:a. Fase Menunda/Mencegah Kehamilan

Pasangan Usia Subur (PUS) dengan usia isteri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah reversibilitas dan efektivitas yang tinggi. Kontrasepsi yang direkomendasikan untuk fase ini adalah pil oral atau IUD-Mini.

b. Fase Menjarangkan KesuburanPeriode usia isteri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahirannya adalah 2-4 tahun. Ini dikenal dengan Catur Warga. Ciri-ciri kontrasepsi ini adalah efektifitas dan reversibilitas cukup tinggi, dapat dipakai 2 sampai 4 tahun (sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan), dan tidak menghambat air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang dianjurkan adalah IUD.

c. Fase Menghentikan/Mengakhiri Kesuburan  Periode umur isteri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai dua orang anak. Ciri-ciri kontrasepsi yang dianjurkan adalah efektifitas tinggi, dapat dipakai jangka panjang dan tidak menambah kelainan (karena degenerasi organ akibat penuaan) yang sudah ada. Pilihan utama untuk fase ini adalah kontrasepsi mantap. (Hartanto, 2004).Untuk mencapai keberhasilan dalam penggunaan metode kontrasepsi apapun,

diperlukan adanya metode Fertility Awareness atau metode “kesadararan akan fertilitas”. Keadaan ini dibutuhkan kerjasama dan saling percaya antara pasangan suami-istri. Keadaan yang peling ideal adalah isteri dan suami harus bersama-sama:a. Memilih kontrasepsi terbaikb. Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsic. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsid. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi

Setelah kesadaran akan fertilitas dipenuhi oleh calon akseptor, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik ialah:a. Aman/ tidak berbahaya

Page 2: MEDIS OPERATIF WANITA

b. Dapat diandalkanc. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokterd. Murahe. Dapat diterima oleh banyak orangf. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi)(Hartanto, 2004).

Hartanto (2004), menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi terlampir.2. MOW (Medis Operatif Wanita)

a. PengertianMOW (medis operatif wanita) atau kontrasepsi mantap (kontap) atau

sterilisasi atau tubektomi. (Manuaba, 1999).Kontrasepsi mantap ialah setiap tindakan pada kedua saluran bibit wanita

atau bibit pria yang mengakibatkan pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi, atas permintaan suami atau istri yang bersangkutan. (Winkjosastro, 2007).

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan. (Depkes, 2006)

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen. Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. (Saifuddin, 2003).

b. ManfaatKontrasepsia. Sangat efektif (0,5 kehamilan

per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).b. Tidak mempengaruhi proses

menyusui (breastfeeding)c. Tidak bergantung pada faktor

sanggamad. Baik bagi klien apabila

kehamilan akan menjadi faktor resiko kesehatan yang seriuse. Pembedahan sederhana,

dapat dilakukan dengan anestesi lokalf. Tidak ada efek samping

dalam jangka panjangg. Tidak ada perubahan dalam

fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)Non kontrasepsiBerkurangnya resiko kanker ovarium

c. Keterbatasan1) Harus dipertimbangkan sifat permanent meode kontrasepsi ini (tidak dapat

dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.3) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).4) Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.

Page 3: MEDIS OPERATIF WANITA

5) Dilakukan oleh dokter yang telatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).

6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.c. Syarat

Syarat-syarat untuk menjadi akseptor kontap meliputi syarat sukarela, syarat bahagia dan syarat medik.a) Syarat Sukarela

Syarat sukarela dipenuhi apabila calon akseptor telah mengetahui bahwa:a) Selain kontap ada metode kontrasepsi lain untuk menjarangkan

kehamilan, tapi ibu tetap memilih kontap untuk menciptakan keluarga kecil.

b) Kontap merupakan tindakan bedah dan setiap tindakan bedah selalu ada resikonya. Ibu yakin akan kemampuan dokter dan faktor resiko merupakan suatu kebetulan.

c) Kontap merupakan metode permanen, tidak dapat dipulihkan dan sulit untuk memperoleh keturunan lagi, tetapi ibu sadar tidak akan menambah jumlah anak lagi untuk selamanya.

d) Setelah diberi waktu untuk mempertimbangkan maksud pilihan kontrasepsi, ibu tetap memilih kontap (Winkjosastro, 2007).

ii. Syarat BahagiaSetiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia, artinya:1) Suami- istri terikat dalam perkawinan yang syah dan harmonis2) Telah mempunyai sekurang-kurangnya 2 anak hidup3) Umur anak terkecil 2 tahun (karena angka kematian anak masih tinggi)4) Umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun (karena angka perceraian

masih tinggi) (Winkjosastro, 2007).iii. Syarat Medik (Medical Eligibility)

Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan jika kepada calon peserta tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap.

Saifuddin (2006), menjelaskan persyaratan medik dalam penggunaan kontrasepsi mantap perempuan (Tubektomi) terlampir.

d. Kontraindikasi a. Hamil (sudah terdeteksi atau

dicurigai)b. Perdarahan vaginal yang

belum terjelaskanc. Infeksi sistemik atau pelvik

yang akut (hingga masalah ini disembuhkan atau dikontrol)d. Tidak boleh menjalani proses

pembedahane. Kurang pasti mengenai

keinginannya untuk fertilisasi di masa depanf. Belum memberikan

persetujuan tertulis. (Saifuddin, 2006).e. Konseling

Page 4: MEDIS OPERATIF WANITA

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana. Pelayanan konseling kontap harus diprogramkan dengan baik dan tidak berhenti pada konseling pra tindakan saja, tetapi dapat berlanjut pada saat tindakan itu sendiri dan sesudah tindakan kontap tersebut dilaksanakan.1) Tujuan konseling pratindakan kontap:

a) Membantu suami-istri untuk memilih salah satu cara kontrasepsi yang paling baik digunakan mereka dalam kurun reproduksinya.

b) Mengenal dan menghilangkan keragu-raguan atau kesalah pahaman mengenai kontap itu sendiri.

c) Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontap sebagai kontrasepsi bagi dirinya adalah benar-benar sukarela tanpa paksaan.

d) Memberikan informasi mengenai penatalaksaan kontap, termasuk pengisisan permohonan dan persetujuan untuk dilakukan kontap pada dirinya, prosedur operasinya dan follow up-nya.

2) Selama tindakan, tujuan konseling adalah untuk:a) Meningkatkan keyakinan dan membantu menenangkan calon akseptor

untuk mempermudah pelaksanaan kontap.b) Menenangkan pasangan dan anggota keluarga lain yang ikut

mengantar atau menemani calon akseptor.3) Sesudah tindakan, maka tujuan konseling ialah

untuk: a) Mengenal dan menghilangkan kesalahpahaman yang dikaitkan dengan

tindakan kontap yang diperolehnya.b) Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor akan

pelayanan kontap yang diperolehnya. (Winkjosastro, 2007).f. Informed Choice dan Informed Consent

Informed Choice adalah suatu kondisi peserta/ calon akseptor KB yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap melalui konseling. Melalui Informed Choice, akseptor mampu memahami kontrasepsi yang dipilih, lebih siap jika dengan efek samping, komplikasi dan kegagalan yang mungkin timbul serta terjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsinya.

Sedangkan Informed Consent (Surat Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut. Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental (Saifuddin, 2006).

Kepentingan dari dokumen informed consent dalam Keluarga Berencana dan Kontrasepsi mempunyai tiga dasar:1) Pragmatis

Seseorang yang telah mengerti dengan jelas metode kontrasepsi yang dipilihnya, akan memakainya dengan lebih patuh, aman dan efektif.

2) Ethis

Page 5: MEDIS OPERATIF WANITA

Seseorang berhak mendapat informasi yang sejelas-jelasnya mengenai metode kontrasepsi yang dipilihnya.

3) LegalPetugas medis wajib memberikan informasi yang lengkap untuk menolong seorang calon aksepto mengambil keputusan dalam menentukan pilihan kontrasepsinya.

g. Cara Tubektomi1) Cara mencapai tuba

a) Abdominal/Transabdominal(1) Laparotomi

Laparotomi yang dilakukan untuk MOW ini ada 2 macam, yaitu laparotomi dan laparotomi post partum. (Winkjosastro, 2005).

(2) MinilaparotomiLaparotomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan

dibuat di garis tengah di atas simfisis, daerah perut bawah (suprapubik) maupun pada lingkar pusat bawah (subumbilikal) sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu dinding itu ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril dan apabila tidak ditemukan masalah yang berarti, klien dapat dikeluarkan dalam 2-4 jam. (Saiffudin, 2006).

Gambar 2.1: Sayatan Mini LaparatomiSumber : Wiknjosastro, 2005

(3) LaparoskopiTindakan operasi dengan bantuan kamera/laparoskop yang dimasukkan melalui sayatan kecil abdomen untuk mengertahui letak tuba.

b) Vaginal/ Transvaginal(1) Kuldoskopi

Page 6: MEDIS OPERATIF WANITA

Kuldoskop dimasukkan transvaginal untuk mengetahui letak tuba yang akan dilakukan oklusi.

(2) Kolpotomi posteriorMOW yang dilakukan melalui sayatan kecil di dinding belakang vagina, kemudian tuba ditampakkan menggunakan spekulum Soonawalla sehingga bisa dilakukan oklusi. (Wiknjosastro, 2007).

c) Transervical / TransuterineMerupakan metode kontrasepsi non chirurgis (non incisional)

dimana oklusi tuba falopi dilakukan melalui serviks uteri. Untuk mencapai ostium tuba (utero tubal junction), dapat dilakukan dengan:(1) Histeroskopi

Prinsipnya seperti laparoskopi, hanya pada histeroskopi tidak dipakai trochar, tetapi suatu vakum cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat dilatasi cervik/ cavum uteri.

(2) Blind deliveryPada cara ini operator tidak melihat langsung ke dalam

cavum uteri untuk melokalisir orificium tuba. Zat kimia yang digunakan untuk mengoklusi tuba falopii dalam bentuk cair, pasta, atau padat, dimasukkan ke dalam kateter, kanula atau pipa/ tube lalu didorong dengan alat pendorong atau dengan pompa yang khusus dibuat untuk prosedur ini. (Hartanto, 2004).

2) Cara penutupan tubaa) Cara Madlener

Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara ini sudah tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi yaitu 1% sampai 3%.

Gambar 2.2: Penutupan tuba menurut MadlenerSumber: Wiknjosastro, 2005

b) Cara PomeroyCara Pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan

mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang

Page 7: MEDIS OPERATIF WANITA

dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain.

Gambar 2.3: Tubektomi menurut PomeroySumber: Wiknjosastro, 2005

c) Cara IrvingPada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang

dapat diserap; ujung proksimal dari tuba ditanam ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal ditanam ke dalam ligamentum latum.

Gambar 2.4: Tubektomi menurut IrvingSumber: Wiknjosastro, 2005

d) Cara AldridgePeritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba

bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

e) Cara UchidaPada cara ini, tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi

kecil (minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut menggembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah

Page 8: MEDIS OPERATIF WANITA

yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka jahitan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

Gambar 2.5: Tubektomi meurut UchidaSumber: Wiknjosastro, 2005

f) Cara KroenerBagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi.

Dibuat suatu ikatan dengan benang sutra melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. Seluruh fimbria dipotong, setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut.Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah

sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.(Wiknjosastro, 2005).

Page 9: MEDIS OPERATIF WANITA

Gambar 2.6: Tubektomi menurut KroenerSumber: Wiknjosastro, 2005

g) Pemasangan cincing Falope/ cincin Yoon/ Silastic bandSesudah terpasang, lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh

karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi Jibrotik. Cincin Falope dapat dipasang pada laparotomi mini, laparoskopi atau dengan laprokator.

Gambar 2.7. Tubektomi dengan Pemasangan Cincin FalopeSumber: Glasier, 2006

h) Pemasangan KlipDikenal beberapa tubal klip, yaitu:

a. Klip Filshie = Nottingham ClipDikembangkan pada tahun 1973 oleh G.M Filshie, terbuat dari titanium dengan permukaan dalam klip dialpisi silicone. (Hartanto, 2004). Mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. (Glasier, 2006).

(b) Klip FilshieSumber: Glasier, 2006

b. Klip Hulka-Clemens = Spring loaded clips

(a) Klip Hulka-ClemensSumber: Glasier, 2006

Page 10: MEDIS OPERATIF WANITA

c. Tantulum hemo-clipsTerbuat dari tantalum, suatu logam yang tidak bereaksi dengan jaringan (non- tissue reactive), mempunyai alur bagian dalamnya agar lebih kuat menjepit tuba fallopii.

Gambar 2.8: Tubektomi dengan pemasangan klipSumber: Glasier, 2006

i) Elektro koagulasi/ diatermi dan pemutusan tubaCara ini dulu banyak digunakan pada tubektomi laparoskopik.

Dengan memasukkan Grasping Foerceps melalui laparoskop tuba dijepit kurang lebih 2 cm dari koruna, diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul lainnya, kemudian dilakukan kauterisasi. Tuba terbakar kurang lebih 1 cm ke proksimal, dan distal serta mesosalping terbakar sejauh 2 cm. Pada waktu kauterisasi tuba tampak menjadi putih, menggembung, lalu putus. Cara ini sekarang banyak ditinggalkan. (Wiknjosastro, 2007)

Gambar 2.10: Koagulasi diatermi pada tuba falopiiSumber: Glasier, 2006

h. Prosedur Pelaksanaan TubektomiMenurut Saiffudin (2006), prosedur pelaksanaan tubektomi terdiri atas:a. Persetujuan tindakan medik

Persetujuan tindakan medik merupakan serangkaian proses sebelum dilakukan tindakan medis yang diawali dengan konseling dan disepakati bersama dalam wujud Informed Concent.

2) Persiapan, meliputi:a) Persiapan ruang operasi diantaranya penerangan yang

cukup, lantai semen atau keramik yang mudah dibersihkan, bebas debu dan serangga, ada air bersih yang mengalir, tempat cuci tangan dan ruang ganti pakaian, termometer (jika tersedia).

Page 11: MEDIS OPERATIF WANITA

b) Persiapan alat, terdiri atas alat medis dan non medis.c) Persiapan klien, diantaranya:

(1) Klien dianjurkan mandi sebelum mengunjungi tempat pelayanan. Bila tidak sempat, anjurkan klien untuk membersihkan daerah perut bagian bawah, rambut kemaluan dan vagina dengan sabun.

(2) Bila menutupi daerah operasi, rambut pubis cukup digunting (bukan/tidak dicukur). Pencukuran hanya apabila sangat menutupi daerah operasi dan waktu pencukuran adalah sesaat sebelum operasi dilaksanakan.

(3) Bila menggunakan elevator/ manipulator rahim, sebaiknya dilakukan pengusapan larutan antiseptik (misalnya Providon iodine) pada servik dan vagina (terutama klien masa interval).

(4) Setelah pengolesan Providone Iodine pada kulit, tunggu 1-2 menit agar yodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganisme dengan baik.

d) Kelengkapan klien dan petugas ruang operasi.(1) Klien menggunakan pakaian operasi. Bila tidak tersedia, dapat

digunakan kain penutup yang bersih.(2) Operator dan petugas kamar operasi harus dalam keadaan siap

(mencuci tangan, berpakaian operasi, memakai sarung tangan, topi dan masker) saat berada di ruang operasi.

(3) Masker harus menutupi mulut dan hidung, bila lembab/ basah harus diganti.

(4) Topi harus menutup rambut.(5) Sepatu luar harus dilepas, ganti dengan sepatu/ sandal tertutup,

yang khusus dipergunakan untuk ruang operasi. e) Pencegahan infeksi

(1) Sebelum pembedahan(a) Operator atau petugas mencuci tangan dengan menggunakan

larutan antiseptik, menggunakan pakaian operasi dan sarung tangan steril.

(b) Gunakan larutan antiseptik untuk membersihkan vagina dan servik.

(c) Usapan larutan antiseptik pada daerah operasi, mulai dari tengah kemudian meluas ke daerah luar dengan gerakan memutar hingga bagian tepi perut. Untuk klien pasca persalinan, bersihkan daerah umbilikus dengan baik. Tunggu 1-2 menit agar yodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganosme dengan baik.

(2) Selama pembedahan(a) Batasi jumlah kegiatan dan petugas di dalam ruang operasi.(b) Pergunakan instrumen, sarung tangan dan kain penutup yang

steril.

Page 12: MEDIS OPERATIF WANITA

(c) Kerjakan dengan ketrampilan dan teknik yang tinggi untuk menghindari trauma dan komplikasi (perdarahan).

(3) Setelah pembedahan(a) Sementara menggunakan sarung tangan, operator dan petugas

ruang operasi harus membuang limbah ke dalam wadah yang tertutup rapat dan bebas dari kebocoran.

(b) Lakukan tindakan dekontaminasi pada instrumen/ peralatan yang akan dipergunakan sebelum dilakukan pencucian, dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%.

(c) Lakukan tindakan dekontaminasi pada meja operasi, lampu, meja instrumen/ benda lain yang mungkin terkontaminasi selama operasi dengan mengusapkan larutan klorin 0,5%.

(d) Dilakukan pencucian dan penatalaksanaan instrumen sesuai prosedur.

(e) Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.f) Tindakan dan pelaksanaan tubektomi

(1) Anestesi dan membuka dinding perut(a) Berikan obat anestesi Diazepam per oral.(b) Pasang Wing Needle(c) Jika klien memerlukan tambahan sedasi, berikan Pethidin 1

mg/ kg BB.(d) Lakukan tindakan asepsis pada lapangan operasi yakni sekitar

pusat dengan betadin atau yodium alkohol kemudian tutup dengan kain steril berlubang di tengah.

(e) Suntikkan secara infiltrasi anestesi lokal (lignokain 1%) pada tempat insisi, tunggu hingga anestesi bereaksi.

(f) Lakukan insisi melintang pada kulit dan jaringan subkutan sepanjang 2-3 cm tepat di bawah pusat.

(g) Insisi lapis demi lapis sampai menembus peritoneum kemudian peritoneum dijepit dengan 2 klem, transluminasi untuk identifikasi dan digunting selebar jari sehingga bisa dimasuki jari telunjuk dan sebuah tampon tang. Masukkan lidokain 1% dalam semprit 10 ml, beritahu klien akan dialakukan penyuntikan bahan anestesi (lakukan komunikasi alih nyeri).

(2) Mencapai tuba(a) Masukkan refraktor ke dalam rongga abdomen, tarik refraktor

kearah tuba yang akan dicapai.(b) Jepit tuba dengan pinset atau klem Babcock dan tarik pelan-

pelan keluar melalui lubang insisi sampai terlihat fimbria.(c) Bila tuba tertutup omentum atau usus, sisihkan dengan

memakai kasa bulat yang dijepit klem arteri dan posisi klien Trendelenberg.

(3) Oklusi/ penutupan TubaMenutup dinding perut(a) Periksa rongga abdomen (kemungkinan perdarahan atau

laserasi usus).

Page 13: MEDIS OPERATIF WANITA

(b) Jahit fasia dengan jahitan simpul atau angka 8 memakai benang kromic catgut nomer 1.

(c) Jahit subkutis dengan jahitan simpul memakai benang plain catgut nomer 0.

(d) Jahit kulit dengan jahitan simpul memakai benang sutra nomer 0.

(e) Tutup tempat jahitan dengan kasa larutan antiseptik dan rekatkan dengan plester.

Perawatan pasca tindakan(a) Beritahu pada klien bahwa prosedur tubektomi sudah selesai

dan klien diminta untuk beristirahat, dipantau dan mendapat penjelasan di ruang pulih.

(b) Ukur dan nilai tanda-tanda vital serta keluhan klien, buat laporan prosedur dan hasil prosedur tubektomi.

i. Komplikasi yang mungkin terjadi dan penanganannyaTubektomi seringkali menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain

infeksi luka, demam, luka pada kandung kemih, hematoma, emboli, rasa sakit dan perdarahan. Masing-masing komplikasi tersebut memiliki cara penanganan yang berbeda-beda. Penjelasan tentang komplikasi dan penanganan lebih lanjut terlampir.

j. Angka Kegagalan Metode TubektomiMetode kontrasepsi tubektomi merupakan metode yang efektifitasnya

cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari angka kegagalannya yang cukup rendah. Angka kegagalan metode tubektomi berdasarkan cara mencapai tuba dan cara penutupan tuba terlampir.

k. Kunjungan UlangKunjungan ulang dianjurkan pada setiap pasien yang dilakukan kontap, baik minilap maupun kontap laparoskopi. Waktu kunjungan ulang pertama dilaksanakan pada minggu pertama sampai kedua pasca operasi. Waktu kunjungan ulang berikutnya yaitu 1 bulan sampai 3 bulan pasca operasi dan selanjutnya 6 bulan sampai 12 bulan pasca operasi. (Winkjosastro, 2007).