LAPORAN POST OPERATIF
UJIAN BEDAH MINOR KLINIK IIIODONTEKTOMI IMPAKSI GIGI 38 KELAS
IIB POSISI MESIOANGULAR DAN GIGI 28 POSISI C NSA
Nama: drg.Irvan lubis
Dosen Pembimbing :
drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp. BMdrg. Cahya Yustisia Hasan,
Sp. BMDisusun oleh:
Drg. Edmond Apriza
12/342367/PKG/777PROGRAM STUDI BEDAH MULUTFAKULTAS KEDOKTERAN
GIGI
UNIVERISTAS GADJAH MADA2014Impaksi M3 Bawah dan M3
AtasPendahuluan
Evolusi dengan terjadinya pengurangan pada ukuran rahang pada
manusia modern direfleksikan dengan diet makanan yang relatif
lunak. Dengan terjadinya pengurangan dimensi rahang menyebabkan
kurangnya ruangan pada lengkung rahang untuk molar 3 mandibula yang
merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi pada seluruh
gigi yang ada pada rahang manusia. Waktu erupsi molar 3 mandibula
sering tidak dapat diprediksi dan sering berubah-ubah.
(Dimitroulis, 1997)
Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
gigi yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh gigi atau tulang
sekitarnya baik secara keseluruhan atau sebagian. Impaksi
diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah erupsi
dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi
yang lain sudah erupsi. (Pedersen, 1996)
Jika gigi molar tiga tidak erupsi seluruhnya dan terletak di
bawah gingiva, molar tiga tersebut biasanya dibiarkan saja, tetapi
bila sebagian melewati permukaan dapat menyebabkan infeksi yang
dapat masuk ke gingiva (pericoronitis) dan juga molar tiga tersebut
dapat rusak atau menyebabkan kerusakan pada gigi molar dua. Hal ini
adalah salah satu alasan untuk mengambil gigi impaksi tersebut.
Komplikasi yang lebih parah dapat berupa flegmon dasar mulut.
Etiologi
Terdapat beberapa faktor etiologi dari gigi impaksi yaitu:
1. Faktor Lokal
a. Kurangnya ruangan untuk erupsi normal pada lingkungan
gigi
b. Trauma pada benih gigi sehingga benih gigi terdorong lebih
dalam lagi
c. Posisi ektopik dari gigi
d. Jarak benih gigi ke tempat erupsi jauh
e. Infeksi pada benih gigi
f. Adanya gigi berlebih yang erupsi lebih dulu
g. Ankylosis gigi pada tulang rahang
h. Persistensi gigi sulung yang menyebabkan impaksi gigi tetap
di bawahnya
i. Mukosa gingiva yang tebal sehingga sulit ditembus oleh
gigi
j. Pergerakan erupsi tertahan karena posisi yang salah dan
tekanan dari gigi samping
k. Neoplasma/ tumor yang menggeser kedudukan benih gigi
l. Kista dentigerous yang berkembang pada benih gigi yang masih
dalam tahap pembentukan sering kali mencegah gigi erupsi
2. Faktor Sistemik
Menurut Bergee, faktor sistemik yang menyebabkan gigi impaksi
dapat terbagi dalam 2 sebab:
a. Sebab prenatal (herediter)
Faktor keturunan memegang peranan penting. Faktor keturunan ini
tidak dapat diketahui dengan pasti apakah tulang rahang terlalu
kecil, gigi teralu besar atau benih gigi-gigi yang letaknya
abnormal.
b. Sebab postnatal
1. Kelainan kelenjar endokrin
a. Hipopituitari mengakibatkan kelambatan erupsi
b. Hipotiroid mengakibatkan kelambatan erupsi
2. Malnutrisi
Faktor ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh. Bila terjadi
defisiensi maka pertumbuhan akan terganggu.
Disamping faktor-faktor yang disebutkan diatas, stimulasi
otot-otot pengunyahan yang kurang juga dapat menyebabkan impaksi.
Erupsi gigi yang normal harus disertai dengan pertumbuhan rahang
yang normal. Untuk itu perlu adanya stimulasi otot-otot
pengunyahan. (Dym, 2001)Diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat diagnosa yang
tepat pada impaksi adalah:
1. Pembuatan dental foto yang baik
Hal ini sangat membantu kita dlam menentukan diagnosa yang
tepat. Dari rontgen dapat terlihat :
a. Posisi gigi impaksi
b. Jarak dari gigi impaksi ke tempat erupsi
c. Relasi gigi impaksi dengan gigi tetangga
d. Ciri-ciri kepadatan tulang yang mengelilinginya
e. Adanya kista atau akar yang bengkok
2. Pemeriksaan klinis secara periodik
Dengan pemeriksaan ini kita dapat menduga lokasi dari gigi
impaksi dalam tulang rahang. Misalnya dengan palpasi. Perhatikan
pula kondisi lokal maupun umum yang mengganggu erupsi gigi
tersebut.
Klasifikasi
Klasifikasi gigi impaksi sangat penting untuk setiap operator
yang akan melakukan operasi pengambilan gigi impaksi (odontektomi).
Dengan demikian dapat ditentukan rencana teknik operasi,
kesulitan-kesulitan apa yang akan dihadapi dan alat yang
dipergunakan. Fragiskos, 2007)Klasifikasi menurut Pell Gregory
1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang
bawah
Kelas I: Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar
dua untuk lebar mesio
distal molar tiga. Kelas II: Ruangan antara distal molar dua dan
ramus lebih kecil dari pada lebar mesio
distal molar tiga.
Kelas III : Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di
dalam ramus.
Gambar 1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan
rahang bawah2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang
Posisi A:Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam terletak
setinggi atau lebih tinggi dari pada dataran oklusal gigi yang
normal.
Posisi B:Bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran
oklusal tapi lebih tinggi dari pada serviks molar dua (gigi
tetangga).
Posisi C:Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam, berada di
bawah garis serviks gigi molar dua.
Gambar 2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang
Klasifikasi menurut Archer dan Kruger
Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam hubungan
dengan poros panjang M2 rahang bawah Kelas 1: Mesioangular Kelas 2:
Distoangular Kelas 3: Vertikal Kelas 4: Horizontal Kelas 5:
Bukoangular Kelas 6: Linguoangular Kelas 7: Inverted
Gambar 3. Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam
hubungan dengan poros panjang M2 rahang bawah Klasifikasi Impaksi
Gig Molar 3 Rahang AtasArcher memberikan klasifikasi untuk impaksi
yang terjadi dirahang atas.a. Klasifikasi ini sebetulnya mirip
dengan klasifikasi Pell & Gregory. Bedanya, klasifikasi ini
berlaku untuk gigi atas.
Kelas A: Bagian terendah molar ketiga setinggi bidang oklusal
molar
kedua. Kelas B: Bagian terendah molar ketiga di atas bidang
oklusal gigi molar kedua tapi masih di bawah garis servikal molar
kedua. Kelas C: Bagian terendah molar ketiga lebih tinggi dari
garis servikal molar kedua.b.Klasifikasi kedua untuk rahang atas
ini sama dengan apa yang dibuat George Winter.c.Berdasarkan
hubungan gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris. Sinus
approximation (SA) :bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan
tulang yang tipis di antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris.
Non Sinus approximation (NSA) :bila terdapat ketebalan tulang yang
lebih dari 2 mm antara gigi molar ketiga dengan sinus
maksilaris.
Gambar 4. Klasifikasi impaksi gigi molar 3 atas
Indikasi dan kontraindikasi
Sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu harus mengetahui
indikasi dan kontra indikasi dari pengambilan molar tiga impaksi
rahang bawah.
Indikasinya adalah:
1. Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal
(perikoronitis)
2. Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista
odontogenik dan neoplasma)
3. Usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai dua
pertiga bagian dan sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
4. Adanya infeksi
5. Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu
mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonsi
6. Prostetik atau restoratif (diperlukan untuk mencapai jalan
masuk ke tepi gingiva distal dari molar dua didekatnya)
7. Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi
normal atau berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil
8. Sebelum tulang sangat termineralisasi dan padat yaitu sebelum
usia 26 tahun
Kontra indikasinya adalah:
1. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan
apabila tulang yang menutupinya terlalu banyak (pencabutan
prematur)
3. Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur
penting disekitarnya atau kerusakan tulang pendukung yang luas
4. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan
terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu (Pedersen,
1996).Prosedur Pembedahan
Secara garis besar meliputi : pembukaan flap, membuang jaringan
tulang, pengeluaran gigi, penaganan luka beserta penjahitan
penjahitan dan pemberian instruksi dan obat-obatan.
Pembukaan flap
Berbagai macam desain flap untuk molar rahang bawah dan rahang
atas adalah seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 5. Desain flap untuk molar tiga rahang bawah dan molar
tiga rahang atasa. Insisi dengan pembebasan ke distal; b. Pembukaan
terbatas diperoleh dengan pembebasan insisi ke distal; c. Envelope
flap; d. Pembukaan dengan envelope flap masih memberikan pembukaan
yang terbatas; e. Perluasan flap ke bukal; f. Pembukaan yang lebih
besar diperoleh dengan perluasan flap ke bukal; g. Triangular flap;
h. pembukaan yang lebih baik diperoleh dari triangular flap tanpa
harus melibatkan margin gingiva dari gigi yang bersebelahan
(Pedersen, 1996).
Syarat-syarat flap:1. Harus membuka daerah operasi yang
jelas.
2. Insisi terletak pada jaringan yang sehat.
3. Mempunyai dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran
darah ke flep cukup baik.
Membuang jaringan tulang
Apabila diperlukan dapat dilakukan pengambilan jaringan tulang
yang menghalangi pengambilan M3. Pengambilan dapat dilakukan dengan
menggunakan bor. Banyaknya tulang yang diambil disesuaikan dengan
kebutuhan
Gambar 6. A. Tulang yang menutupi permukaan oklusal dibuka
dengan menggunakan bor fisur; B. Tulang pada bukodistal dari gigi
impaksi dibuka dengan bor (Pedersen, 1996).
Mengeluarkan gigi impaksi
a. Intoto: gigi di keluarkan secara utuh
Setelah tulang mengelilingi gigi tersebut kita ambil secukupnya
maka kita harus mempunyai cukup ruangan untuk dapat meletakkan
elevator di bawah korona. Dengan meletakkan elevator dibawah
korona, kita membuat gerakan yang mengungkit gigi tersebut. Kalau
gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka kita
harus mencari bagian tulang mana yang masih menghalangi. Kita tidak
boleh mencongkel gigi dengan tenaga besar tetapi berusaha
mengerakkan dengan tekanan minimal. Jika tulang yang diambil telah
cukup tetapi gigi belum mau keluar, maka mungkin masih ada tulang
atau akar gigi yang menghalangi.
Bila mahkota gigi yang terpendam masih belum bisa digerakkan dan
terletak di bawah mahkota molar dua sedang gigi tersebut akan kita
ambil dengan cara intoto, maka tulang distal molar tiga kita ambil
lebih banyak sehingga molar tiga dapat kita congkel ke arah distal.
Cara atau teknik kerja tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi
dan jaringan sekitar.1. Teknik pengambilan Gigi Impaksi Molar 3
Atas Kiri
Pembuatan Desain Flap Triangular
Insisi dan refleksi flep
Gigi molar 3 atas dielevasi dengan menggunakan bein
Pengambilan Gigi Molar 3 atas kiri
Suturing atau penjahitan didaerah
gigi molar 3 atasGambar 7. Pengambilan gigi molar 3 bawah kiri
secara intoto (Fragiskos, 2007)2. Metode pengambilan Gigi Impaksi
Molar 3 Bawah Kiri
Posisi gigi molar 3
Insisi dan refleksi flep
Pembuangan tulang dibagian distal molar 3
Gigi molar 3 dielevasi dengan menggunakan bein Soket bersih dari
debris PenjahitanGambar 8. Pengambilan gigi molar 3 bawah kiri
secara intoto (Dunitz, 1999)
b. Separasi: gigi dibelah dulu baru di keluar kan.
Pada metode ini kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang
impaksi diambil dengan cara membelah-belahnya (diambil
sebagian-sebagian).
Dalam keadaan ini kita tidak perlu banyak membuang tulang bagiam
distal molar tiga tersebut dan gigi diambil sepotong-sepotong
dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar. Perlu
diingat, jangan memaksa karena dapat menyebabkan fraktur tulang
rahang atau fraktur molar dua.
Gambar 9. Pengambilan separasi (Fragiskos, 2007)Penanganan
luka
Setelah gigi dikeluarkan dilakukan penghalusan tulang alveolar
dan pencucian luka dengan menggunakan larutan normal saline.
Setelah itu luka ditutup dengan penjahitan.
Pemberian instruksi, antibiotic, analgetik dan anti
inflamasi.Komplikasi
Pada saat pengambilan M3 dapat terjadi komplikasi berupa:
1. Perdarahan karena pembuluh darah terbuka
2. Kerusakan pada gigi M2 karena trauma alat
3. Rasa sakit
4. Parestesi pada lidah dan bibir
Dalam literatur dikatakan bahwa 96 % pasien dengan trauma pada
n. alveolaris inferior dan 87 % pasien dengan trauma pada n.
ligualis akan sembuh secara spontan ( Dym & Ogle, 2001)
Gambar 10. Nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis
5. Trismus karena iritasi syaraf
6. Infeksi/peradangan
7. Biasanya disertai dengan pembengkakan, dapat ditanggulangi
dengan membuka jahitan, irigasi dengan larutan antiseptik dan
diberi antibiotik
8. Fraktur mandibula
9. Dry socket
10. Emfisema : pembengkakan yang timbul karena terjebaknya udara
di dalam jaringan lunak akibat penggunaan bor high speed.Daftar
Pustaka1. Dimitroulis.. A Synopsis of Minor Oral Surgery. British:
Reed Educational and Professional Publishing Ltd. 1997Fragiskos D.
Fragiskos. Oral Surgery. Greece: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
2007.
2. Dunitz, M. Atlas of Minor Oral Surgery. 2nd Edition. United
Kingdom: Thieme. 19993. Dym, H. and Ogle, O.E. Minor Oral Surgery.
W. B. Saunders Company. 20014. Fragiskos D. Fragiskos. Oral
Surgery. Greece: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 20075.
Pedersen, G.W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Edisi 1.
Philadelphia: W.B. Saunders Co. 1996LAPORAN KASUSNo.rekam medis
: 08 - 91 -37Nama
: Rieska RachmasariJenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 Tahun 2 bulanGolongan darah
: APekerjaan
: Pelajar / MahasiswaAlamat Pasien
Alamat domisili
: Jl. Sendowo B 50 Kecamatan
: DepokKabupaten
: SlemanPropinsi
: D.I YogyakartaNo. Hp
: 085689888871I. Pemeriksaan Subjektif:
Anamnesis
a. Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan ingin cabut gigi
geraham paling belakang kiri bawah dan kiri atas, dikarenakan
giginya tidak keluar, kadang-kadang mengeluhkan sakit kepala,
sering merasa nyeri sakit, dan tidak nyaman. b. Riwayat Perjalanan
Penyakit:
Pasien sebelumnya pernah mengeluhkan sakit pada gigi bungsunya
lebih kurang, 1 bulan yang lalu dan saat ini ingin mencabut giginya
yang geraham bungsu kiri bawah dan kiri atasnya. c. Riwayat
Kesehatan Oral:
Pasien sebelumnya pernah ditambal giginya,scalling, dan
pencabutan gigi bungsu bawah kanannya. d. Riwayat Kesehatan
Keluarga:
- Ayah: sehat, t.a.k
- Ibu: sehat, t.a.k
- Saudara : sehat, t.a.k e. Riwayat Kehidupan Pribadi/ Sosial :
( - ) f. Riwayat Kesehatan umum:
Pasien sebelumnya pernah mengidap penyakit hepatitis A waktu SMA
dan sekarang dalam keadaan sehat sehat saja. Kesan umum kesehatan
penderita baik dan kooperatif.
Perawatan di rumah sakit : pernah mengalami rawatan intensive di
RS 5 hariReaksi alergi makanan/ minuman: tidak ada
Reaksi alergi obat
: tidak adaII. Pemeriksaan Objektif
a. Vital sign : - Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
- Nadi : 78 x / menit
- Respirasi : 19 x / menit
- Suhu tubuh : 36,5 derajat celciusb. Ekstra oral:
- Wajah
: Simetris
- Pembengkakan
: ( - )
- Perubahan warna kulit: ( - )
- Conjuntiva
: Normal
- Kelenjar ludah
: Normal
- Kelenjar limfatika
Submandibula : tidak teraba, tidak sakit
Submentale : tidak teraba, tidak sakit
Cervicale: tidak teraba, tidak sakit
c. Intra oral:
- Mukosa dan jaringan lunak : dalam batas normal.
- Elemen gigi 28,38 : - Inspeksi : mahkota gigi tidak terlihat
dan ditutupi mukosa - Palpasi : (+) agak sakit
- Perkusi : (+) sedikit ngilu - CE
: (+) ngilu
- Tes sonde: (-)
- Oral hygiene : BaikDari gambaran intra oral dapat didiagnosa
sementara dengan Impaksi Gigi 38 Vital Klas IIB posisi mesioangular
dan Gigi Embeded 28 Posisi C NSAd. Pemeriksaan penunjang:
Radiologi: Interpretasi Ro panoramik : Terdapat elemen gigi 38
dengan keadaan terpendam (impaksi) dengan posisi mesioangular
dimana puncak tertinggi berada dibawah dataran oklusal dari elemen
gigi 37 dan posisi akar terbentuk sempurna dan terdapat juga gigi
28 yang terpendam dengan posisi NSA (Non Sinus Approximately)
posisi C.III. DiagnosisGigi Vital 38 Klas IIB posisi Mesioangular
dan Gigi Vital 28 Posisi C NSAIV. Plan 1. Medikasi R/
Kalmoksisillin tab 500 mg No. XV S 3 dd tab 1
R/ Iflaz tab 16 mg No VI
S2 dd tab 1
2. Odontektomi gigi 38 dan 28 dilakukan pada hari Jumat tanggal
15 Agustus 2014 jam 10.00 WIB.V. Persetujuan Tindakan Medis
Sebelum di lakukan tindakan medis, pasien diberikan penjelasan
tentang kelaian giginya dan tindakan perlakuan yang akan dilakukan
yaitu pengambilan gigi 38 dan 28 dengan tekhnik odontektomi.
Apabila pasien setuju akan tindakan medis yang akan dilakukan maka
pasien menandatangani lembar persetujuan tindakan medis. VI.
Tindakan
a. Pemeriksaan Vital Sign: Tensi : 110 / 80 mmHgRespirasi: 19 x
/ menit
Nadi: 78 x / menit Temperatur : 36,50C
RL : ( - )b. Durante : Jalannya Operasi Odontektomi gigi 38 dan
gigi 28 Tekhnik Operasi: - Persiapan ruangan operasi
Persiapan alat, operator dan asisten. Persiapan pasien: duduk di
dental chair dan memakai duk steril Anestesi: mandibula blok
anestesi dan infiltrasi anestesi Insisi untuk pembuatan flap:
triangular flap Pembuangan tulang: dengan bor tulang Pengambilan
gigi: dengan elevator dan tang cabut Pembersihan luka: dengan NaCl
0,9% dengan cara diirigasi Penutupan luka: suturing Interupted
dengan 3 simpul Instruksi pasca operasi
Perawatan pasca operasi(1) Persiapan Ruangan Operasi
Ruangan operasi dipersiapkan dan dipastikan semua alat dapat
berfungsi dengan baik dan steril.2) Persiapan Alat, Operator dan
AsistenMenggunakan alat-alat yang telah disterilkan yaitu: kaca
mulut, pinset, sonde, ekskavator, mata bur, scalpel, blade (no.15),
needle holder, surgical forceps, bone file, suture scissors
(gunting benang), retractor pipi, elevator dan tang cabut yang
disiapkan oleh perawat.Operator harus melakukan prosedur
desinfektan mencuci dan membrush tangan dengan sabun antiseptik,
setelah itu memakai sarung tangan dan baju operasi dan cup kepala
juga masker untuk menghindari infeksi silang (Gambar 1, 2 dan 3).
Gambar 1 & 2. Alat, baju dan perlengkapan yang steril sebelum
operasi.
Gambar 2. Instrumen untuk pencabutan gigi dengan pembedahan
minor
Gambar 3. Cara Mencuci dan memakai sarung tangan sebelum
operasi.
3) Persiapan pasien
Pasien dipersiapkan dengan menenangkan pasien, memberikan rongga
mulut pasien dengan antiseptik berupa povidon iodine sebelum
dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan dan memasang duk bolong
steril. Pertama dilakukan pengambilan gigi molar 3 atas kiri
terlebih dahulu, baru kemudian pengambilan gigi molar 3 bawah
kiri.4) Anestesi
Pertama dilakukan pengambilan gigi molar 3 atas kiri, dengan
dilakukan anastesi infiltrasi di daerah bukal dan palatal, melihat
apakah pasien alergi dengan bahan anestesi yang disuntikkan berupa
Lidocaine HCL 20mg/ml, Adrenalin 0,0125mg/ml, jika tidak ada reaksi
alergi dilakukan anestesi lokal yaitu Anestesi Blok untuk rahang
bawah bagian kanan berupa Mandibular anestesi (Gambar 4)
Gambar 4. Mandibular Blok Anestesi (Fragiskos, 2007)(5) Membuat
insisi untuk pembuatan flap
a. Tipe flap yang akan dibuat adalah flap triangular dimana
insisi dibuat sedikit di bagian mesial daerah pertengahan molar dua
kiri (gigi 27) sampai ke distal gigi 28, insisi horizontal tegak
lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan distal molar 3 atas
kiri dan flap triangular di regio 27 dimana insisi dibuat sedikit
di bagian mesial daerah pertengahan molar dua kanan.
b. Kemudian direfleksikan flap, agar terlihat daerah operasi dan
gigi molar 3 yang terpendam.c. Apabila memungkinkan ada celah untuk
dilakukan pengungkitan,maka gigi dapat di ungkit ke arah distal,
sehingga gigi dapat mudah keluar dari soketnya.d. Untuk rahang
bawah tipe flap yang akan dibuat adalah flap triangular dimana
insisi dibuat sedikit di bagian mesial daerah pertengahan molar dua
kiri (gigi 37) sampai ke ramus, insisi horizontal tegak lurus pada
pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus dan flap triangular di
regio 37 dimana insisi dibuat sedikit di bagian mesial daerah
pertengahan molar dua kanane. Dari pertengahan molar dua kanan
kemudian insisi semi vertikal sebelah pertengahan mesial pada bukal
Molar dua kiri sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks molar
satu. Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ketulang maka
muko-perios flap dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditahan
dengan retraktor pipi. Setelah flap dibuka maka kelihatan tulang
dan telah terlihat giginya sebagian, maka dilakukan pengambilan
tulang yang menghalangi gigi tersebut (Gambar 5)
Gambar 5. Tipe flap Triangular untuk Molar 3 Rahang atas dan
bawah kiri (Fragiskos, 2007)(6) Pengungkitan untuk pengambilan
molar 3 atas kiri
(7) Pengambilan tulang untuk pengambilan molar 3 bawah
kiriSetelah gigi molar 3 atas kiri diambil maka dilakukan
pengambilan gigi molar 3 bawah kiri. Bila gigi yang terpendam
dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan menggunakan bor
low speed dengan mata bur yang bulat dan tajam. Ketika membuang
tulang dengan bur low speed harus kita irigasi untuk mengurangi
panas yang timbul supaya tidak terjadi nekrose tulang dan
membersihkan serpihan tulang bekas pemboran. Pengambilan tulang
dilakukan pada permukaan tulang sebelah bukal yang menutupi gigi
mengarah kedistal sampai gigi bebas dari tulang dan akses untuk
pengambilan gigi cukup. Setelah pengambilan tulang cukup dilakukan,
maka kita coba untuk menggerakkan gigi dengan elevator (Gambar
6)
Gambar 6. Pembuangan tulang pada bagian bukal dan distal Molar 3
bawah kiri
(8) Pengambilan gigi dengan secara separasi, dalam kasus ini
karena gigi tersebut tidak memiliki ruangan yang cukup untuk keluar
maka dikeluarkan dengan menggunakan metode separasi molar (Gambar
7)
Gambar 7. Prosedur pengambilan gigi pada elemen gigi 38 (9)
Pembersihan luka
Setelah gigi dikeluarkan maka soket atau ruangan bekas
pencabutan dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pemboran,
folikel harus diambil karena dapat menyebabkan kista residual. Tepi
tulang yang tajam harus dihaluskan dengan bor atau bone file.
Setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan dengan irigasi
Nacl steril supaya pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar
dan ini dihisap dengan suction serta diberikan spongostan untuk
kontrol perdarahan yang baik. Lalu dilakukan penutupan luka dengan
suturing, rongga bekas pencabutan dan bekas insisi bukal harus
ditutup rapat agar sisa-sisa makanan tidak masuk dan proses
penyembuhan lukanya baik. Dilakukan suturing dari bagian jaringan
yang bergerak ke jaringan yang tidak bergerak dengan simple
interrupted lalu ditahan dengan tampon yang kecil (Gambar 8).
Jahitan sebanyak 2 simpul pada bagian distal molar tiga dan oklusal
molar tiga serta 1 simpul pada bagian bukal dan ditunggu kurang
lebih 5 menit untuk memeriksa bleeding time, apakah masih ada darah
yang keluar, apabila tidak ada perdarahan boleh di beri gigitan
tampon.
Gambar 8.Penjahitan pasca pengambilan gigi dengan simple
interrupted suture (10) Instruksi pasca operasi
Pasien diberi nasehat membiarkan tampon 15 menit sampai jam,
jangan makan dan minum yang panas, kumur-kumur yang kuat atau
sering meludah, harus istirahat yang cukup, tampon harus dibuang
setelah 15 menit atau jam, bila masih terjadi perdarahan, tampon
harus diganti dengan tangan yang bersih dan bila berdarah terus
menerus harus segera kembali kerumah sakit. Setelah 24 jam pasien
dapat berkumur-kumur dengan obat kumur atau air garam hangat. Makan
yang lunak dan bergizi. Harus kembali kontrol 5-7 hari untuk
dilakukan pembukaan jahitan. (Pedersen,1996).(11) Perawatan Pasca
OperasiPasien diberikan resep obat berupa Antibiotik, Analgetik,
Anti inflamasi, dan obat kumur dalam hal ini saya beri Kalmoxiclin
tab 500 mg setiap 8 jam sekali, dan Iflaz tab 16 mg setiap 12 jam
sekali. Kontak person bila terjadi sesuatu yang
mengkhawatirkan.
LAPORAN KASUS POST OPERATIFNo.rekam medis
: 08 - 91 -37Nama
: Rieska RachmasariJenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 22 Tahun 8 bulanGolongan darah
: APekerjaan
: Pelajar / MahasiswaAlamat Pasien
Alamat domisili
: Jl. Sendowo B 50 Kecamatan
: DepokKabupaten
: SlemanPropinsi
: D.I YogyakartaNo. Hp
: 085689888871I. Pemeriksaan Subjektif:
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke poli bedah mulut RSGM Prof. Soedomo hari Jumat
tanggal 22 Agustus 2014 jam 10.00 WIB dengan keluhan ingin kontrol
gigi bungsu kanan bawah yang telah dilakukan odontektomi 6 hari
yang lalu. Pasien mengeluhkan sedikit terasa sakit apabila dipegang
didaerah bekas operasi, ada pembengkakan, ada trismus dan pasien
sudah dapat mengunyah makanan pada sisi pasca operasi.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit:Pasien 6 hari yang lalu di poli
BM RSGM telah dilakukan odontektomi pada gigi 48 Impaksi Klas IIB
posisi mesioangular dan gigi 28 NSA. Jahitan dilakukan sebanyak 6
simpul, 2 simpul pada bagian distal molar tiga atas dan bawah kiri,
dan 2 simpul pada oklusal molar tiga serta 2 simpul pada bagian
bukal dengan simple interrupted suture. Medikasi diberikan waktu
itu berupa Kalmoksilin tab 500 mg 15 tablet 3x1/hari, dan Iflaz tab
16 mg 2x1/ hari. Pada hari pertama setelah operasi pasien
mengeluhkan rasa sakit dan pada hari kedua dan ketiga adanya
pembengkakan dan pasien melakukan kompres hangat sesuai dengan
instruksi. Pasien ada mengeluhkan susah buka mulut dan hari kelima
pasien sudah dapat mengunyahkan makanan pada sisi operasi seperti
biasanya.d. Riwayat perjalanan operasiTindakan operasi dilakukan
lebih kurang 2 jam, hal hal yang menjadi kendala antara lain,
daerah kerja yang sempit, akar molar 3 atas kiri yang dekat ke akar
distal molar 2 dan tidak ada celah untuk dilakukan pengungkitan,
kemudian bentuk pipi yang tebal dan banyak buccal fat yang
menghalangi arah pandang daerah kerja, dan akhirnya pengungkitan
dilakukan dari arah palatal sehingga gigi 28 dapat keluar. Untuk
gigi 38 tidak ada kendala karena pengambilan giginya langsung
dengan separasi.II. Pemeriksaan Objektif
a. Vital sign : - Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
- Nadi : 80 x / menit
- Respirasi : 17 x / menit
- Suhu tubuh : 35,8 derajat celciusb. Esktra oral: Inspeksi:
Wajah simetris, warna kulit normal, pembengkakan (+)
Palpasi : Pembengkakan (+), Limfonodi tidak teraba dan tidak
sakit
c. Intra oral:
Pada regio 38 dan 28 post odontektomi masih terdapat jahitan
dengan 6 simpul, 2 simpul pada bagian distal molar tiga dan 2
simpul pada oklusal molar tiga serta 2 simpul pada bagian bukal
dengan simple interrupted suture. Daerah operasi bersih dari sisa
makanan.
III. Diagnosis48 : Post odontektomi dengan 6 jahitan simple
interrupted suture. IV. Plan 1. Hecting Aff 6 simpul
2. Jaga Oral Hygiene dengn obat kumur
Posisi klinis dari gigi impaksi
Insisi dan refleksi flap
Pembuangan tulang dibagian distal molar 3
Mahkota gigi dibur
Gigi diseparasi dengan bein
Gigi diungkit dengan bein. Segmen distal diambil terlebih dulu,
dilanjutkan dengan segmen mesial
Soket dibersihkan
Penjahitan
12