Top Banner

of 41

MAKALAH PJBL

Mar 02, 2016

Download

Documents

Milka Hardy

makalah penelitian
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Ekosistem Pangan dan Gizi Penduduk Etnis China di Pecinan SemarangTugas Project Based Learning Dilakukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas MK Ekologi Pangan dan Gizi Semester V 3 SKS

Disusun Oleh:Nizarifa Nadia F25010111140305Lintang Sekar Langit25010111140310Ervina FidiaDamayanti25010111140314Yustina Retno Larasati25010111140316Maya Sari Aprilina25010111140320Erda Nur Purnamasari25010111140331Rify Rosmahelfi25010111140339Asriati Wahidah25010111140343Debby Sukma Wardani25010111140348Milka Noviananda Hardy25010111140361KELOMPOK 2 - E 2011

Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Diponegoro SemarangOktober 2013

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Project Based Learning (Pjbl)Tugas Akhir Kuliah Mata Kuliah Ekologi Pangan Dan Gizi Semester VFakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas DiponegoroTahun 2014

JUDUL:EKOSISTEM PANGAN DAN GIZI PENDUDUK ETNIS CHINA DI PECINAN SEMARANG

Disusun oleh:Nizarifa Nadia F25010111140305Lintang Sekar Langit25010111140310Ervina FidiaDamayanti25010111140314Yustina Retno Larasati25010111140316Maya Sari Aprilina25010111140320Erda Nur Purnamasari25010111140331Rify Rosmahelfi25010111140339Asriati Wahidah25010111140343Debby Sukma Wardani25010111140348Milka Noviananda Hardy25010111140361

Laporan PjBL ini telah ditinjau dan direvisi.Semarang, Januari 2014Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah

Ir. Laksmi Widajanti, M.Si.NIP. 196608131992032003

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Ekologi Pangan dan Gizi di Pecinan Semarang. Laporan dengan judul Ekosistem Pangan dan Gizi Penduduk Etnis China di Pecinan SemarangDengan terselesaikannya laporan ini, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :1. Dra. VG. Tinuk Istiarti, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat , Universitas Diponegoro.2. Dosen Pembimbing yaitu Ir. Laksmi Wijajanti, M.Si dan Dina R Pangestuti, S.TP, M.Gizi yang sudah membimbing kami. 3. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam menyelesaikan laporan ini.4. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam meyelesaikan laporan ini.5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu terselesainya laporan ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pambaca sangat kami harapkan.

Semarang, Desember 2013

Penyusun

DAFTAR ISIHalaman Pengesahan...............................................................................iiPrakata......................................................................................................iiiDaftar Isi...................................................................................................ivDaftar Tabel..............................................................................................vDaftar Gambar..........................................................................................viBab I PendahuluanLatar Belakang.............................................................................1Tujuan .........................................................................................3Manfaat........................................................................................3Bab II Metode PenelitianWaktu dan Tempat.......................................................................4Populasi dan Subjek ....................................................................5Pengambilan Data .......................................................................5Pengolahan Data ..........................................................................8Bab III Hasil Dan Pembahasan ...............................................................10Bab IV PenutupKesimpulan...................................................................................25Saran ............................................................................................25Daftar Pustaka ..........................................................................................27Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pelaksanaan Kegiatan 4Tabel 2. Matriks Pengolahan Hasil Wawancara Responden 1-10 Tabel 3. Matriks Pengolahan Hasil Wawancara Responden 11-18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mind Map Pengaruh Budaya Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat di Pecinan, Kota Semarang ..11Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Usia Responden ..12Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden 13Gambar 4. Grafik Distribusi Jenis Pekerjaan Responden .14Gambar 5. Grafik Permintaan Jenis Makanan di Pecinan, Kota Semarang ..14Gambar 6. Distribusi Frekuensi Konsumsi Daging Babi Masyarakat di Pecinan, Kota Semarang .15Gambar 7. Grafik Pengetahuan Responden Mengenai Kandungan Gizi Daging Babi ..16Gambar 8. Grafik Perubahan Pola Konsumsi Responden Terhadap Daging Babi Masyarakat Pecinan, Kota Semarang ...17Gambar 9. Grafik Olahan Daging Babi yang Biasa Dikonsumsi Responden....18Gambar 10. Grafik Kategori IMT Responden 19Gambar 11. Grafik Keluhan Responden Selama Mengkonsumsi Daging Babi Masyarakat Pecinan, Kota Semarang 21Gambar 12. Grafik Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden ..22Gambar 13. Grafik Jenis Aktivitas yang biasa dilakukan responden 23

vi

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKota Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki keragaman warisan budaya dari masa lalu yang sampai sekarang masih dapat dirasakan keberadaannya. Ragam warisan dari zaman Kolonial misalnya, dapat dilihat di sekitar kawasan kota lama Semarang, kemudian warisan budaya Timur Tengah juga masih kentara di kawasan Pekojan-Kauman, selain itu nuansa dari warisan budaya Cina juga masih dapat dirasakan di kawasan Pecinan, mulai dari ujung utara Jalan Beteng-Pekojan-Jagalan-Pedamaran serta sejumlah gang lain Gang Baru, Gang Mangkok, Gang Pinggir, Gang Warung, Gang Tengah, Gang Besen dan lainnya. Etnis China memiliki berbagai jenis makanan yang bisa dikatakan sering dikonsumsi, salah satunya adalah daging babi. Secara fisik daging babi adalah daging yang berwarna merah jambu, mempunyai serat halus, mempunyai lemak lunak dan berwarna putih jernih.Karakteristik kimia daging babi diketahui memiliki kandungan air yang besar yakni sekitar 70%. Komposisi daging babi segar tergantung pada spesies, kondisi hewan, jenis daging serta penanganannya. Selain kandungan air, daging babi juga terdiri dari protein dan lemak. Daging yang berlemak mengandung kadar air dan protein yang rendah. Daging babi mengandung energi sebesar 457 kilokalori, protein 11,9 gram, lemak 45 gram, kalsium 7 miligram, fosfor 117 miligram, dan zat besi 2 miligram. Selain itu di dalam Daging Babi Gemuk juga terkandung vitamin B1 0,58 miligram.Kandungan kadar lemak yang sangat tinggi pada daging babi merupakan salah satu faktor pemicu hipertensi. Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak yang berlebih. Disamping itu makanan yang mengandung natrium tinggi juga dapat memicu terjadinya hipertensi.Kejadian hipertensi juga ditentukan oleh faktor yang dapat diubah. Modifikasi perilaku atau gaya hidup melalui pengetahuan dan pendidikan gizi dapat dilakukan untuk meminimalisir faktor pemicu dan meningkatkan faktor pencegah kejadian hipertensi. Faktor risiko yang bisa diubah antara lain adalah gaya hidup dan status gizi.Gaya hidup yang diduga berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain meliputi aktivitas fisik dan kebiasaan makan. Kebiasaan makan yang diamati adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak seperti daging babi.Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30-50% terkena hipertensi daripada mereka yang aktif.Konsumsi pangan tinggi lemak seperti daging babi dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Keberadaannya yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi semakin sempit dan elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau minyak lainnya yang dapat mengganggu kesehatan apabila jumlahnya berlebih diantaranya kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL).Pola konsumsi pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Pola konsumsi pangan manusia di abad modern ini pada dasarnya terbentuk melalui tahapan sejarah yang sangat panjang dan merupakan interaksi dari beragam faktor pengaruh. Jenis pangan yang dikonsumsi manusia berkembang, sejalan dengan peradaban manusia. Pola konsumsi dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan atau pola makan. Banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, diantaranya adalah perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama, dan kepercayaan serta tingkat kemajuan teknologi. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi cara makan dan kebiasaan pangan individu, tiga faktor yang terpenting adalah ketersediaan pangan, pola sosial budaya, dan faktor pribadi. Kelompok kami memilih kawasan Pecinan sebagai penelitian ekologi pangan dan gizi karena ingin mengetahui pola konsumsi, dan aktivitas sehari-hari penduduk etnis China di kawasan Pecinan. Kelompok kami meninjau ekologi pangan dan gizi penduduk cina di kawasan pecinan dari sisi:1. Makanan yang biasa di konsumsi oleh penduduk etnis China.2. Pola konsumsi penduduk etnis China.3. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan penduduk etnis China.

B. TujuanTujuan umum dari makalah penelitian ekologi pangan dan gizi di kawasan Pecinan ini adalah untuk mengetahui ekologi pangan dan gizi di kawasan Pecinan secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus dari makalah perencanaan ini adalah:1. Mengetahui makanan yang biasa dikonsumsi penduduk di kawasan Pecinan.2. Mengetahui pola makan penduduk di kawasan Pecinan.3. Mengetahui aktivitas sehari-hari penduduk di kawasan Pecinan.

C. Manfaat1. Manfaat Bagi Penduduk di Kawasan Pecinana. Dapat mengetahui makanan yang sehat dan tidak sehat bagi tubuh.b. Dapat melakukan pola hidup yang sehat dengan cara menyeimbangkan makanan yang dimakan dan aktivitas yang dilakukan.2. Manfaat Bagi Mahasiswaa. Dapat mengetahui pola makan penduduk di kawasan Pecinan.b. Dapat meneliti kandungan makanan yang baik bagi tubuh dengan cara mengetahui makanan yang biasa dimakan oleh penduduk di kawasan Pecinan.c. Dapat menentukan hipotesa status gizi penduduk di kawasan PecinanBAB IIMETODOLOGI PENELITIANA. Waktu dan TempatTempat: Pecinan, SemarangWaktuTabel 1. Pelaksanaan KegiatanNoKegiatanWaktu

1.Survei I Penentuan tempat tujuan18 Oktober 2013

1.Diskusi dan Penyusunan rencana kerja21 Oktober 2013

2.Pengumpulan rencana kerja sementara22 Oktober 2013

3.Survei II 8 November 2013

5.Pengumpulan hasil survei dan pengolahan data9 November 2013

6.Survei III Observasi secara langsung pola konsumsi masyarakat asli pecinan26 November 2013

Survei IV29 November 2013

7.Rekapitulasi data, diskusi, dan pemecahan masalah 29 November 2013

8.Diskusi pembuatan laporan1 Desember 2013

9.Diskusi revisi laporan3 Desember 2013

10.Pengumpulan laporan akhir 6 Desember 2013

Dalam penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan di rumah penduduk Pecinan Kota Semarang. Survei dilakukan 4 kali, yang pertama untuk melihat bagaimana keadaan lokasi Pecinan terkait dengan ekologi pangan dan gizi di sekitarnya. Survei yang kedua untuk melakukan wawancara terhadap penduduk asli pecinan atau masyarakat cina yang tinggal di Pecinan Semarang. Survei ketiga dan keempat dilakukan untuk mencari data yang belum didapatkan. Selanjutnya akan diidentifikasi dan dianalisis lebih lanjut mengenai hasil pengamatan tersebut.B. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi merupakan seluruh subjek penelitian yang memiliki kuantitas, kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi dalam obsevasi ekosistem pangan dan gizi di Pecinan, Kota Semarang ini adalah penduduk asli Pecinan, Kota Semarang atau penduduk etnis China yang bertempat tinggal di Pecinan, Kota Semarang.2. SampelSampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono, 2011). Besarnya sampel dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan cara non probability sampling dengan metode consecutive. Metode consecutive sampling merupakan pengambilan sampel dengan pertimbangan dan tujuan tertentu diantaranya waktu, biaya dan tenaga.Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik Non-Random Sampling, dengan metode purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan cara memilih/mengambil subyek-subyek yang didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu. Teknik ini dipilih karena alasan yang didasarkan waktu,tenaga dan biaya sehingga tidak mengambil sampel yang besar jumlahnya dan jauh letaknya. Sedangkan yang menjadi sumber dan responden dalam penelitian ini adalah 20 orang masyarakat etnis China di Kawasan Pecinan, Kota Semarang.

C. Pengambilan DataPengambilan data bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dan mengetahui kebenarannya. Dalam pengamatan ini, pengambilan data dilakukan melalui pegambilan data primer yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan sebar kuesioner terhadap pedagang dan masyarakat etnis China di kawasan Pecinan, Kota Semarang. Metode metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut :1. Studi Literatur/ Studi KepustakaanStudi Kepustakaan adalah kegiatan mengumpulkan data dengan cara mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian dari kepustakaan yang berhubungan. Tujuan utama melakukan studi literature ialah a) menemukan variable-variabel yang akan diteliti. b) membedakan hal-hal yang sudah dilakukan dan menentukan hal-hal yang perlu dilakukan, c) melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru, d) menentukan makna dan hubungan antar variabel. Studi Literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut berisikan tentanga Deskripsi Pecinan Semarang secara umumb Budaya yang ada di Pecinan Semarangc Makanan khas warga Tionghoa yang ada di Pecinan SemarangReferensi ini dapat dicari dari jurnal, artikel, laporan penelitian, dan situs situs di internet. Keluaran dari studi literatur ini adalah terkoleksinya referensi yang relevan dengan tujuan penelitian.2. ObservasiObservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertologan indera mata. Teknik ini bermanfaat untuk mengurangi jumlah pertanyaan, mengukur kebenaran jawaban pada wawancara, untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan cara wawancara atau angket. Dalam pengumpulan data dengan teknik observasi terdapat beberapa kelemahan, keterbatasan kemampuan indera mata, hal-hal yang sering dilihat, perhatian akan berkurang hingga adanya kelainan kecil tidak terdeteksi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat dilakukan cara-cara seperti melakukan pengamatan berulang dan pengamatan dilakukan oleh beberapa orang.Observasi yang kami lakukan adalah mengamati atau memperhatikan pada kebiasaan penduduk tionghoa dalam konsumsi makanan sehari hari dan cara penduduk tionghoa di Pecinan dalam mengkonsumsi makanan Observasi yang kami lakukan yaitu dengan cara checklist atau melihat langsung keadaan lapangan.Adapun teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pola konsumsi penduduk etnis China di Pecinan, dan aktivitas fisik apa yang dilakukan untuk mengimbangi pola konsumsi. Dalam proses observasi dan pencarian data, kami menggunakan sistem kelompok dalam kelompok yaitu berkelompok tetapi dalam pencarian datanya di bagi dua yang bertujuan agar data yang kami peroleh dapat segera mencukupi.3. WawancaraWawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan responden. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Data yang dikumpulkan umumnya bersifat fakta, sikap, pendapat, keinginan, dan pengalaman sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan kuisioner akan kurang memperoleh tanggapan responden. Teknik ini pertama untuk responden yang tidak membaca tulis atau sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara atau memerlukan penerjemahan.Teknik wawancara adalah teknik percakapan dengan maksud tertentu. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan percakapan antara peneliti dan narasumber sehingga adanya proses tanya jawab antara peneliti sebagai penanya, dan para pedagang di pasar sebagai penjawabnya (narasumber).Pada tahapan wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari penduduk etnis China di Pecinan, Kota Semarang, mengenai pola konsumsi, konsumsi daging babi atau tidak, akivitas fisik yang dilakukan, budaya yang berpengaruh terhadap pola konsumsi, dan sebagainya.

D. Pengolahan dan Analisis DataMetode yang digunakan dalam kegiatan Project Based Learning (PjBL) adalah metode survei deskriptif. Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam populasi tertentu. Pada umumnya survei deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010).1. Pengolahan DataPengolahan Data adalah suatu poses pemasukan data (input), transformasi data (recode transform), penyajian data dan interpretasi data (baik secara deskriptif maupun inferensial. Pengolahan data menggunakan beberapa tahapan, yaitu :a. Penyuntingan (Editing) dan Pembersihan (cleaning)Penyuntingan (Editing) dan Pembersihan (cleaning) adalah suatu proses memeriksa kelengkapan kuesioner, urutan logis pengisian kuesioner, konsistensi jawaban responden serta melakukan perbaikan apabila ada kesalahan dalam pengisisan serta diperlukan untuk melakukan perbaikan. Penyuntingan setelah kuesioner sudah diisi, setelah kegiatan pengambilan data primer dan sekunder di lapangan.b. Pemasukkan Data (Entry Data)Setelah kuesioner diteliti atau disunting dan proses pengolahan data yaitu memasukkan data dalam bentuk pengelompokan data ke dalam aplikasi komputer. Aplikasi komputer yang digunakan dengan hasil kuesioner ke dalam format deskripsi berupa narasi atau bersifat naratif.c. Mendeskripsikan DataMembaca hasil data yang telah dimasukkan dalam aplikasi dan mengubahnya menjadi bentuk susunan kalimat yang mudah dipahami. Analisis bisa langsung disajikan ataupun diceritakan dalam bentuk naratif agar lebih mudah dipahami.d. Interpretasi DataInterpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, criteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian yang sedang diperbaiki. Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain dengan :1) Menghubungkan data dengan pemahaman peneliti2) Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait3) Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian4) Meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan

2. Analisis DataSetelah melakukan pengolahan data maka langkah selanjutnya dilakukan analisis data, analisis data dilakukan berdasarkan pada tujuan dan pokok permasalahan yang ada yaitu mengenai pola konsumsi penduduk etnis Cina di Pecinan, Kota Semarang.

BAB IIPEMBAHASANA. Gambaran UmumSalah satu kajian penting mengenai masalah pangan adalah masalah pola konsumsi makanan, yang sebagian besarnya dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Faktor-faktor sosial budaya tersebut antara lain pengetahuan, nilai, norma, kepercayaan, sikap, dan perilaku, khususnya yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup (life style), selera, dan gengsi. Para ahli antropologi sepakat bahwa kebiasaan makan keluarga beserta susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan dalam suatu keluarga. Manifestasi budaya yang diperlihatkan oleh suatu keluarga ini disebut gaya hidup keluarga yang nantinya akan menghasilkan bentuk atau struktur perilaku konsumsi pangan atau kebiasaan makan (food intake behavior) Perilaku masyarakat dalam memilih dan menentukan jenis, kuantitas, dan kualitas pangan dapat berubah karena faktor sosial-budaya, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan, nilai (selera dan kepuasan), norma, maupun kepercayaan. Perubahan itu berkaitan dengan meningkatnya pendapatan dan pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan.Kelompok kami dalam melakukan PjBL ini memilih kawasan Pecinan di Semarang sebagai objek penelitian untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pola konsumsi dan permintaan pangan pada masyarakat etnis China di Pecinan, Kota Semarang. Pecinan atau Kampung China (atau Chinatown dalam Bahasa Inggris) merujuk kepada sebuah wilayah kota yang mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa. Budaya Tionghoa di Pecinan sangat kental, sehingga dapat memberi pengaruh terhadap pola konsumsi.

B. INPUTPengaruh budaya tioghoa terhadap pola makan masyarakat etnis china di pecinanPROSESWawancara pola konsumsi daging babi dalam satu minggu, wawancara mengenai aktivitas fisik yang dilakukan dalam satu hari, dan olahraga yang biasa dilakukan dalam satu mingguOUTPUTPola konsumsi daging babi masyarakat Etnis China yang tinggal di PecinanOUTCOMEPenjabaran hipotesa status giziFEEDBACKMasyarakat mengetahui pentingnya pengaturan pola makan yang baikMind Mapping

Gambar 1. Mind Map Pengaruh Budaya Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat di Pecinan, Kota SemarangGambar 1 menunjukkan Mind Map mengenai hal hal yang akan kelompok kami lakukan untuk project based learning di Pecinan Semarang. Kelompok kami melihat Pecinan merupakan tempat yang memiliki budaya yang kental dan dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang tinggal di Pecinan Semarang. Input yang kami butuhkan untuk PjBL di Pecinan Semarang adalah pengaruh budaya Tionghoa terhadap pola konsumsi masyarakat etnis China di Semarang. Dalam prosesnya, kami akan mewawancarai populasi sasaran kami mengenai pola konsumsi sehari hari dan pola konsumsi daging babi yang merupakan salah satu makanan khas Tionghoa. Selain itu kami akan mengukur tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan serta aktivitas fisik sehari hari guna mengetahui status gizi populasi sasaran. Output yang kami harapkan adalah diketahuinya pola konsumsi daging babi pada penduduk etnis China yang tinggal di Pecinan Semarang. Daging babi merupakan indikator perbedaan budaya yang khas dari budaya Tionghoa. Outcome dari PjBL kelompok kami adalah diketahuinya dugaan sementara mengenai status gizi masyarakat di Pecinan Semarang. C. Hasil dan Pembahasan1. Identitas Responden

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Usia RespondenBerdasarkan hasil observasi didapatkan umur responden paling banyak usia 20-25 tahun sebanyak 5 orang, usia 26-30 tahun sebanyak 3 orang, usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang, usia 41-45 tahun sebanyak 1 orang, usia 46-50 sebanyak 2 orang, usia 51-55 sebanyak 2 orang, usia 56-60 sebanyak 1 tahun, usia lebih dari 60 tahun sebanyak 3 orang. Responden kami hampir seluruhnya merupakan usia produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun dan memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas yang rutin (Data Statistik Indonesia). Pada usia produktif seseorang akan membutuhkan energi banyak untuk aktivitas fisik yang bertambah. Tetapi pada usia lanjut (>64 tahun) energi tidak lagi diperlukan untuk aktivitas tetapi hanya untuk pemeliharaan sehingga kebutuhan energi menurun.

Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin RespondenResponden yang menjadi sumber informasi kami berjumlah 18 orang dengan jenis kelamin laki laki dan perempuan berjumlah sama yaitu laki-laki 8 orang dan perempuan 8 orang. Kebutuhan energi akan berbeda berdasarkan jenis kelamin

Gambar 4. Grafik Distribusi Jenis Pekerjaan RespondenBerdasarkan data tersebut, mata pencaharian masyarakat Pecinan yang berprofesi sebagai penjaga toko dengan persentase 50 % dan 17 % berprofesi sebagai pemilik toko. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat pecinan sebagian besar bekerja pada sektor perdagangan, baik sebagai pemilik maupun penjaga toko. Jenis tokonya antara lain seperti toko kain, toko perhiasan,dan mini market. Jenis pekerjaan ini tidak membutuhkan banyak gerak, dan aktivitas responden dalam sehari kebanyakan dihabiskan untuk menjaga toko.

2. Pola Konsumsi

Gambar 5. Grafik Permintaan Jenis Makanan di Pecinan, Kota Semarang

Sebelum kelompok kami melakukan survei pola konsumsi di masyarakat Pecinan, kami sempat mewawancarai 11 pedagang di pasar Semawis Pecinan. Dari hasil wawancara pedagang dapat dilihat bahwa 37% pedagang menjawab makanan yang sering dikonsumsi masyarakat Pecinan adalah daging babi. Permintaan jenis makanan yang paling banyak adalah daging babi, kemudian daging ayam. Permintaan daging babi berdasarkan pernyataan salah satu pedagang di Pasar Gang Baru ( salah satu pasar sumber utama untuk memperoleh daging babi di Pecinan) sebesar 1 ton. Permintaan ini akan meningkat pada hari raya imlek menjadi 2 ton, karena selain sebagai bahan konsumsi, bagi orang yang percaya daging babi juga dapat digunakan sebagai persembhan untuk roh nenek moyang dalam ritual sembahyangan, khususnya pada perayaan imlek.Setelah melakukan survei mengenai permintaan jenis makanan, kami melanjutkan survei ke masyarakat mengenai pola konsumsi daging babi yang menjadi permintaan utama di masyarakat pecinan.

Gambar 6. Distribusi Frekuensi Konsumsi Daging Babi Masyarakat di Pecinan, Kota Semarang

Berdasarkan Grafik 5 menunjukkan sebesar 33,33 % masyarakat Pecinan mengonsumsi daging babi sebanyak 8-12 kali dalam sebulan, dan hanya 6 % yang tidak pernah mengonsumsi daging babi.Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan survei didapatkan hasil benar adanya masyarakat Pecinan banyak mengonsumsi daging babi. Hal ini ditunjukkan sebesar 33,33 % masyarakat Pecinan mengonsumsi daging babi dengan frekuensi 8-12 kali dalam sebulan, dan hanya 6 % yang tidak pernah mengonsumsi daging babi. Frekuensi konsumsi daging babi ini dipengaruhi oleh kemudahan akses masyarakat terhadap daging babi. Di Pecinan terdapat suatu pasar yaitu Pasar Gang Baru yang menyediakan berbagai macam daging babi, baik yang sudah diolah maupun yang masih berupa potongan daging. Kemudahan akses daging babi ini mempengaruhi frekuensi konsumsi daging babi pada masyarakat di Pecinan. Semakin mudah aksesnya maka akan semakin mudah juga untuk mengkonsumsi daging babi. Selain dari pasar, akses daging babi olahan juga dipermudah dengan adanya pasar Semawis di Pecinan setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Gambar 7. Grafik Pengetahuan Responden Mengenai Kandungan Gizi Daging BabiBerdasarkan Grafik dapat dilihat dari 18 responden ada 13 orang yang mengetahui tentang kandungan gizi yang terdapat pada daging babi, rata-rata menyebutkan bahwa daging babi mengandung lemak yang tinggi, dan ada 5 responden yang tidak mengetahui kandungan gizi daging babi.

Gambar 8. Grafik Perubahan Pola Konsumsi Responden Terhadap Daging Babi Masyarakat Pecinan, Kota Semarang

Berdasarkan grafik dari 13 responden yang mengetahui bahwa daging babi tinggi lemak, 5 responden mengaku telah merubah pola konsumsi, dari yang sebelumnya sering menkonsumsi jadi mengurangi konsumsi daging babi, dan 7 responden mengaku tidak mengubah pola konsumsi daging babi walaupun sudah mengetahui kandungan daging babi yang tinggi lemak. Alasan 5 responden mengubah pola konsumsi daging babi adalah mereka sadar akan kesehatan dan mengetahui dampak negatif dari seringnya mengkonsumsi daging babi. Menurut Heinz,G. and P.Hautzinger dan Felner, daging babi mempunyai komposisi lemak paling tinggi diantara sapi dan domba, yaitu 9-11%, sementara daging sapi hanya 4-8%. Daging babi yang banyak mengandung lemak menambahkan kadar kolesterol di dalam darah. Dengan semakin tingginya kadar kolesterol ini maka akan menyebabkan proses penguraian dari protein yang dibutuhkan oleh tubuh menjadi lebih lambat. Selain itu, kondisi dari daging babi yang banyak mengandung cacing babi juga dapat menyebabkan beberapa penyakit ataupun virus (Depkes). Sudah menjadi budaya turun menurun untuk mengkonsumsi daging babi. Mengkonsumsi daging babi sudah menjadi santapan dari kecil, tradisi keluarga, baik dalam konsumsi sehari-hari maupun dalam perayaan hari besar. Rasanya yang enak (karena berlemak) membuat orang tersebut tetap ingin memakan daging babi. Daging babi bagi mereka sudah menjadi makanan favorit yang susah untuk dihentikan konsumsinya. Terlebih rata-rata agama dilingkungan pecinan adalah non muslim, sehingga tidak adanya larangan khusus mengapa tidak boleh memakan daging babi.

Gambar 9.Grafik Olahan Daging Babi yang Biasa Dikonsumsi RespondenDalam mengkonsumsi daging babi, responden biasanya mengolah daging babi menjadi berbagai macam makanan. Dapat kita lihat pada Gambar 9, ada 7 responden atau 44% responden yang mengolah daging babi dimasak babi kecap, 4 responden atau 25% responden mengolah daging babi dengan cara dibakar dibuat sate dan babi panggang, 3 responden atau 19% responden mengolah daging babi dengan cara direbus dibuat sup, dibuat kuah sayur asin dan dibuat opor babi, dan rica-rica. 1 dengan cara digoreng biasa, dan 1 lagi dikukus.Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengolahannya yang paling sering dan disukai masyarakat Pecinan adalah masakan babi kecap. Babi kecap adalah masakan yang terbuat dari daging babi atau bisa dicampur dengan telur, kentang dan tahu yang ditumis dengan rempah-rempah seperti bawang putih, jahe, lada, dll dan dicampur dengan kecap asin maupun dan kecap manis. Dalam pengolahan dagingnya, tergantung pada orang yang memasak. Ada yang sebelumnya direbus dulu dagingnya agar empuk dan saat ditumis tidak memerlukan waktu yang lama, ada yang daging digoreng sebentar sebelumnya dengan tujuan agar pada saat ditumis daging tidak hancur, dan ada juga yang langsung ditumis bersama bahan-bahan lainnya. Babi kecap menjadi favorit masyarakat Pecinan karena memiliki cita rasa yang enak, tekstur daging yang empuk, dan lemak babi yang keluar saat daging ditumis. Itu yang membedakan daging digoreng biasa atau yang diolah lainnya. Babi kecap disajikan dengan nasi putih biasa dan dimakan selagi hangat agar lebih enak. Masyarakat Pecinan mengkonsumsi babi kecap sudah dari dulu dan merupakan makanan yang khas. (Siti, 2010/)

3. Status Gizi

Gambar 10. Grafik Distribusi Frekuensi Kategori IMT Responden

Berdasarkan observasi responden dapat diketahui tinggi badan dan berat badan, sehingga dapat dihitung IMT. Dari data responden didapatkan IMT normal sebanyak 14 responden, IMT overweight sebanyak 3 responden dan IMT obesitas II sebanyak 1 responden. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang. Menurut Supariasa (2002), penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai IMT25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Data dari studi Farmingham (AS) menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria akan meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah 11 mg/dl.Penelitian yang dilakukan pada remaja berumur 17-20 tahun menunjukkan adanya hubungan nyata positif antara status gizi (IMT) dengan tekanan darah sistolik (r=0.458; p