KEGAWAT DARURATAN CEDERA KEPALA DAN TULANG BELAKANG Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pelatihan Penanganan Gawat Darurat” Disusun oleh: Kelompok 1 Ahmad Jaelani (SA 10002) Al baihaqi (SA 10004) Apriani (SA 10007) Dessy Angghita (SA 10017) Eva Wahyu Ratnaningrum (SA 10022)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEGAWAT DARURATAN CEDERA KEPALA DAN
TULANG BELAKANG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pelatihan Penanganan
Gawat Darurat”
Disusun oleh:
Kelompok 1
Ahmad Jaelani (SA 10002)
Al baihaqi (SA 10004)
Apriani (SA 10007)
Dessy Angghita (SA 10017)
Eva Wahyu Ratnaningrum (SA 10022)
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang kegawat daruratan cedera kepala dan tulang
belakang.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Monika Ginting, S.Kep., Ners., M.Kep
2. Nur Intan Hayati, S.Kep., Ners., M.Kep
3. Sri Hesti Manan, S.Kep., Ners., M.Kes., AIFO
4. Antonius Ngadiran, S.Kep., Ners., M.Kep
5. Rosmawati, S.Kep., Ners., M.Kep
6. Dalia Novitasari, S.Kep., Ners
7. Ricky, S.Kep., Ners
Penulis menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan yang tak pernah
berhenti, oleh karena itu Penulis menerima semua saran dan kritik guna untuk
memperbaiki di masa mendatang.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua amal baik semua yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini, Amin.
Bandung, 4 Juni 2014
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................4
C. Metode Penulisan............................................................................................4
D. Sistematika Penulisan.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Konsep Cedera Kepala....................................................................................6
B. Konsep Cedera Tulang Belakang..................................................................22
BAB III PENANGANAN......................................................................................37
A. Penanganan Cedera Kepala...........................................................................37
B. Penanganan Cedera Tulang Belakang..........................................................39
BAB IV SIMPULAN.............................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas, selain penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi
korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat
sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan
resusitasi anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neorologi harus segera
dilakukan secara serentak agar dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya
evaluasi unsur vital (Tobing, 2011). Cedera kepala adalah suatu gangguan
traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
(Muttaqin, 2008).
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai
ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang
servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral.
Diskus intervertebrae merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae.
Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang
belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang
tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di
tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer,
Arif, et al. 2000).
Cidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervicalis, vertebralis dan
lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas,
kecelakakan olah raga dsb yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran
satu atau lebih tulang vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi
(Sjamsuhidayat, 2011).
1
Trauma medulla spinalis dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada tulang
belakang yaitu terjadinya fraktur pada tulang belakang pada tulang belakang,
ligamentum longitudainalis posterior dan duramater bisa robek, bahkan dapat
menusuk kekanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang mengalirkan
darah ke medula spinalis dapat ikut terputus.
Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia (1992-2009) tahun 2007
terdapat di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ka
tahun. 49553 orang dengan korban meninggal 16955 orang, luka berat 20181,
luka ringan 46827. Tahun 2008 jumlah kecelakaan 59164, korban meninggal
20188, luka berat 23440 yang menderita luka ringan 55731 orang. Tahun 2009
jumlah kecelakaan 62960, korban meninggal 19979, luka berat 23469, dan
luka ringan 62936, (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia) Angka kejadian
kecelakaan di Jawa Tengah pada bulan November 2010 yang bertempat di
Semarang (ANTARA news) yang dicatat oleh Direktorat Lalu Lintas
Kepolisian Daerah Jawa Tengah 603 orang pengguna jalan raya tewas akibat
berbagai kecelakaan yang terjadi selama semester pertama 2010. Selama
semester pertama 2010 tercatat 4.438 kejadian kecelakaan, penderita yang
dirujuk di rumah sakit dr Kariadi dan dirawat inap diruang bedah saraf
mencapai 576 orang.
Kematian sebagai akibat dari cedera kepala yang dari tahun ke tahun semakin
bertambah, pertambahan angka kematian ini antara lain karena jumlah
penderita cedera kepala yang bertambah dan penanganan yang kurang tepat
atau sesuai dengan harapan kita (Smeltzer, 2009) angka kejadian cedera
kepala (58%) laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini
diakibatkan karena mobilitas yang tinggi dikalangan usia produktif sedangkan
kesadaran untuk menjaga kesalamatan di jalan masih rendah disamping
penanganan penderita yang belum benar dan rujukan yang terlambat
(Smeltzer, 2009).
2
Berdasarkan atas penurunan tingkat kesadaran serta ada tidaknya deficit
neorologis fokal penderita cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan
mekanisme, morfologi, dan keparahan cedera kepala. Berdasarkan mekanisme
cedera kepala dikelompokkan menjadi 2, yaitu cedera kepala tertutup
dancedera kepala dengan penitrasi atau luka tembus. Berdasarkan atas
morfologinya cedera kepala dikelompokkan menjadi cedera kepala dengan
fraktur tengkorak dan cedera kepala dengan lesi intrakraniaBerdasarkan atas
derajat beratnya cedera kepala dikategorikan menjadi cedera kepala ringan,
cedera kepala sedang, cedera kepala berat (Mansjoer, 2000).
Penderita cedera kepala sedang pada umumnya masih mampu menuruti
perintah sederhana, namun penderita tampak bingung atau mengantuk dan
dapat disertai deficit neurologis fokal seperti hemiparesis, sebanyak 10-20%
dari penderita cedera kepala sedang mengalami perburukan dan jatuh dalam
koma, untuk itu penderita harus dikelola secara intensif dimana harus
dilakukan observasi ketat dan pemeriksaan neurologis serial selama 12-24 jam
pertama. (IKABI, 2004).
Kondisi penderita seperti ini dapat menimbulkan gangguan kesadaran. Dalam
kaitannya dengan gangguan kesadaran ini untuk menilai digunakan metode
glasgow coma scale (GCS). Glasgow coma scale (GCS) merupakan instrumen
standar yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien
trauma kepala. Glasgow coma scale (GCS) merupakan salah satu komponen
yang digunakan sebagai acuan pengobatan, dan dasar pembuatan keputusan
klinis umum untuk pasien. Selain mudah dilakukan, GCS juga memiliki
peranan penting dalam memprediksi risiko kematian di awal trauma. Dari
GCS dapat diperoleh informasi yang efektif mengenai pasien trauma kepala.
Sesuai klasifikasinya yaitu penderita yang mampu membuka kedua matanya
secara spontan, mematuhi perintah dan berorientasi mempunyai nilai GCS
total sebesar 15, sementara pada penderita yang keseluruhan otot
3
ekstremitasnya flaksit dan tidak dapat membuka mata sama sekali nilai
GCSnya minimal atau sama dengan 3. Nilai GCS sama atau kurang dari 8
didefinisikan sebagai cedera kepala berat. Berdasarkan nilai GCS maka
penderita cedera kepala dengan nilai GCS 9-13 dikategorikan sebagai cedera
kepala sedang, dan dengan nilai GCS 14-15 dikategorikan sebagai cedera
kepala ringan. (IKABI, 2004).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan mata kuliah keperawatan gawat darurat, mahasiswa
mampu mengevaluasi simulasi pengolahan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada klien dengan kondisi kegawatdaruratan trauma kepala
dan trauma tulang belakang
2. Tujuan Khusus proses keperawatan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep cedera kepala dan tulang
belakang
b. Mahasiswa dapat menerapkan proses pengkajian pada cedera kepala
dan trauma belakang
c. Mahasiswa dapat menerapkan proses diagnosa keperawatan pada
cedera kepala dan trauma belakang
d. Mahasiswa dapat menerapkan proses intervensi pada cedera kepala
dan trauma belakang
e. Mahasiswa dapat menguraikan prosedur tindakan pada klien dengan
cedera kepala dan trauma belakang
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola
deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali apa
yang telah didapat dan telah dipelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang
telah dipadukan menjadi satu rangkaian berdasarkan pemahaman penulis.
4
Ada pula teknik pengumpulan data untuk bahan sumber yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut:
1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai
dengan materi
2. Mencari buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan
3. Mencari sumber dari internet.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, pembatasan masalah,tujuan
penulisan dan metode penulisan makalah ini.
Bab II Tinjauan Teoritis
Berisikan mengenai konsep umum mengenai cedera kepala dan
cedera tulang belakang
Bab III Penatalaksanaan
Berisikan tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan cedera kepala
dan cedera tulang belakang mulai dari pengkajian sampai dengan
penanganan cedera kepala dan trauma belakang
Bab IV Simpulan
Berisikan tentang kesimpulan
Daftar Pustaka
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Cedera Kepala
1. Pengertian
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik
secaralangsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada
gangguan fungsineurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat
temporer atau permanent (Irwana,2009). Cedera kepala adalah suatu
gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Budi, Hendri,2008).Menurut Brain Injury Assosiation of
America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan
/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkankerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
2. Etiologi
a. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor
bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga
menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau
meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika
masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau
perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang
atau orang lain (secara paksaan).
6
Selain itu penyebab lain terjadinya trauma kepala (Smeltzer, 2001), antara
lain:
a. Trauma tajam
b. Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana merobek otak,
misalnya tertembak peluru atau benda tajam
c. Trauma tumpul
d. Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat
sifatnya
e. Cedera akselerasi
f. Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh
pukulan maupun bukan dari pukulan
g. Kontak benturan (Gonjatan langsung)
h. Terjadi benturan atau tertabrak sesuatu objek
i. Kecelakaan lalu lintas
j. Jatuh
k. Kecelakaan industri
l. Serangan yang disebabkan karena olah raga
m. Perkelahian
3. Mekanisme Cedera
Mekanisme cedera / trauma kepala, meliputi :
a. Akselerasi
Jika benda bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada
orang yang diam kemudian dipukul atau dilempar.
b. Deselerasi
Jika kepala bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada
kepala yang terbentur.
7
c. Deformitas
Perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat
trauma, misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau
pemotongan pada jaringan otak.
4. Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada
kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan
oleh benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh
proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala ( Gennarelli, 1996 dalam Israr
dkk, 2009 ). Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil,
tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio. Akselerasi-
deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak
dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak
(substansi solid) dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak
bergerak lebih cepat dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam
tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada
tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup) (Hickey, 2003 dalam
Israr dkk,2009).
Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan
dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang
efeknya merusak otak. Cedera sekunder terjadi dari beberapa menit hingga
beberapa jam setelah cedera awal. Setiap kali jaringan saraf mengalami
cedera, jaringan ini berespon dalam pola tertentu yang dapat diperkirakan,
menyebabkan berubahnya kompartemen intrasel dan ekstrasel. Beberapa
perubahan ini adalah dilepaskannya glutamin secara berlebihan, kelainan
aliran kalsium, produksi laktat, dan perubahan pompa natrium pada
dinding sel yang berperan dalam terjadinya kerusakan tambahan dan
8
pembengkakan jaringan otak. Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak,
bergantung dari menit ke menit pada suplai nutrien yang konstan dalam
bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat rentan terhadap cedera metabolik
bila suplai terhenti. Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan
sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia,
menyebabkan iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak
(Lombardo, 2003).
5. Glasglow Coma Scale (GCS)
No RESPON NILAI
1 Membuka Mata :
-Spontan
-Terhadap rangsangan suara
-Terhadap nyeri
-Tidak ada
4
3
2
1
2 Verbal :
-Orientasi baik
-Orientasi terganggu
-Kata-kata tidak jelas
-Suara tidak jelas
-Tidak ada respon
5
4
3
2
1
3 Motorik :
- Mampu bergerak
-Melokalisasi nyeri
-Fleksi menarik
-Fleksi abnormal
-Ekstensi
-Tidak ada respon
6
5
4
3
2
1
Total 3-15
9
6. Klasifikasi
a. Cedera Kepala terbuka
Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pencahnya
tengkorak atau luka penetrasi. Besarnya cedera kepala pada tipe ini
ditentukan oleh velositas, masa dan bentuk dari benturan. Kerusakan
otak juga dapat terjadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk ke
dalam jaringan otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel
otak akibat benda tajam atau tembakan. Cedera kepala terbuka
memungkinkan kuman pathogen memiliki abses langsung ke otak
b. Cedera Kepala Tertutup
Benturan cranium pada jaringan otak didalam tengkorak ialah
goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang
bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan dalam
otak cairan akan tumpah. Cedera kepala tertutup meliputi: komusio
(gegar otak), kontusio (memar), dan laserasi (Brunner & Suddarth,
2001; Long,1990)
Klasisifikasi kepala berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS), dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Cedera kepala ringan
Nilai GCS: 13-15, kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit.
Ditandai dengan nyeri kepala, muntah, vertigo dan tidak ada penyerta
seperti pada fraktur tengkorak, kontusio/hematoma.
b. Cedera kepala sedang
Nilai GCS: 9-12, kehilangan kesadaran antara 30 menit sampai 24
jam, dapat mengalami fraktur tengkorak dan disorientasi ringan
(bingung)
c. Cedera kepala berat
Nilai GCS: 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, meliputi: kontusio
serebral, laserasi, hematoma dan edema serebral (Hudack dan Gallo,
1996)
10
7. Tanda dan Gejala
a. Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia, cara berjalan tidak
tegap, kehilangan tonus otot.
b. Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardi, takikardia, yang diselingi dengan
bradikardia disritmia).
c. Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
d. Inkontinensia kandung kemih atau usus atau mengalami ganggua
fungsi.
e. Muntah atau mungkin proyektil, gangguan menelan (batuk, air liur,
disfagia)
f. Perubahan kesadaran bisa sampai koma. Perubahan status mental