Top Banner
MAKALAH FENOMENA HOMESCHOOLING DALAM PANDANGAN ISLAM Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Isu-isu Pendidikan Kontemporer Yang diampu Oleh bapak Dr. Pujiono Abd Hamid, M.Ag Oleh Ikhwan Nur Huda
21

MAKALAH isu isu

Feb 26, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH isu isu

MAKALAH

FENOMENA HOMESCHOOLING DALAM PANDANGAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Isu-isu

Pendidikan Kontemporer

Yang diampu Oleh bapak Dr. Pujiono Abd Hamid, M.Ag

Oleh

Ikhwan Nur Huda

Page 2: MAKALAH isu isu

PROGRAM PASCASARJANA IAIN JEMBER

2014

ii

Page 3: MAKALAH isu isu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................... i

DAFTAR ISI....................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................ 3

1. Latar Belakang.............................. 3

2. Rumusan masalah............................. 4

BAB II PEMBAHASAN................................ 5

1. Pengertian Homeschooling.................... 5

2. Sejarah Homeschooling....................... 5

3. Dasar Hukum Homeschooling................... 6

4. Kurikulum dan Materi Homeschooling.......... 7

5. Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling...... 8

6. Homeschooling dalam Pandangan Islam......... 9

BAB III PENUTUP.................................. 13

Kesimpulan.................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................... 14

iii

Page 4: MAKALAH isu isu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencari sekolah ideal untuk anak-anak merupakan

harapan setiap orang tua. Namun standar sekolah ideal yang

diharapkan para orang tua terkadang belum bisa memenuhi

kebutuhan tersebut. Sekolah formal dianggap kurang mampu

mengembangkan segala potensi yang dimiliki, karena sistem

sekolah formal yang seringkali membatasi potensi anak

tersebut. Hal itu tentu akan mempengaruhi kondisi

pskologis anak.

Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat

pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang

tertanam baik, dan suasana belajar yang menyenangkan.

Namun pada sebagian sekolah formal hal-hal tersebut

adakalanya tidak ditemukan di sekolah umum. Maka banyak

orang tua yang mencari alternatif pendidikan di luar

sekolah formal.

Banyaknya keluhan tentang kondisi pembelajaran formal

di sekolah yang tidak sesuai harapan orang tua menimbulkan

isu yang relatif baru bagi alternatif pendidikan formal,

yaitu sekolah rumah. Dari sini muncul keinginan para orang

tua untuk menyekolahkan anaknya di rumah dalam sebuah

lembaga sekolah yang disebut sekolah mandiri atau lebih

popular disebut dengan home schooling.

Bagi sebagian kalangan, mungkin saja sekolah di rumah

terlihat tabu. Karena pola pikir yang terbentuk adalah

4

Page 5: MAKALAH isu isu

belajar seharusnya di sekolah formal.  Sekolah menjadi

satu-satunya pusat pendidikan dan informasi pengetahuan

yang akan diperoleh siswa. Disamping itu pertemanan

sebagai faktor pendukung keberhasilan anak dalam menjalani

proses belajarnya. Hal ini menjadikan para orang tua lebih

memilih untuk bersekolah di lembaga pendidikan formal.

Akan tetapi ada juga orang tua yang merasa lebih nyaman

jika anaknya belajar di rumah. Orang tua mempunyai

kesempatan lebih banyak untuk melihat pertumbuhan dan

perkembangan proses belajarnya.

Sementara itu, Islam menempatkan peran orang tua

sebagai pendidik utama dalam sebuah keluarga. Keluarga

menjadi dasar bagi anak dalam mengenal lingkungan

sekitarnya. Termasuk dalam urusan keyakinan terhadap

Tuhannya (Tauhid). Sebagaimana Allah SWT berfirman.1

   “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,

janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar".

Harapan dari semua itu ialah bagaimana anak dapat

melakukan kegiatan belajarnya dengan baik. Hal ini

menunjukkan adanya indikasi kesesuaian antara konsep yang

ditawarkan homeschooling dengan ajaran Islam.

1 QS. Luqman/31 : 13. Qur’an digital, 2.1. offline

5

Page 6: MAKALAH isu isu

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Pendidikan Homeschooling ?

2. Sejarah Homeschooling ?

3. Dasar Hukum Homeschooling ?

4. Kurikulum Dan Materi Home Schooling ?

5. Kelebihan Dan Kekurangan Home Schooling ?

6. Pandangan Islam dalam Pendidikan Homeschooling ?

6

Page 7: MAKALAH isu isu

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Homeschooling

Istilah home schooling berasal dari bahasa Inggris

yang berarti sekolah rumah. Home schooling dikenal juga

dengan nama homeschooling, home-based education, home

education, home-schooling, unschooling, deschooling, a

form of alternative education, sekolah mandiri atau

sekolah rumah.2

Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasanya yang

digunakan untuk home schooling adalah “sekolah rumah”.

Istilah ini dipakai secara resmi oleh departemen

Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk menyebutkan home

schooling. Selain sekolah rumah, home schooling kadangkala

juga diterjemahkan dengan istilah mandiri.3

Salah satu pengertian umum home schooling adalah

sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab

sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya

dengan berbasis rumah. Pada home schooling, orang tua

bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan anak,

sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu

didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.

Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama home

schooling, tetapi pendidikan home schooling tidak hanya

dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar2 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-

alternatif-pembelajaran formalboy/3 Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar , (Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo, 2007), hlm.3

7

Page 8: MAKALAH isu isu

sendiri orang tua dapat mengindang guru privat,melibatkan

anak pada kursus dan sebagainya.4

Jadi home schooling atau home education adalah

pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga,

dimana materi-materinya dipilih dan disesuaikan dengan

kebutuhan anak.5

2. Sejarah Homeschooling

Menurut sejarah di berbagai budaya, guru-guru

profesional hanya tersedia bagi lingkungan elit, baik

sebagai tutor maupun dalam lingkungan akademis formal.

Sampai saat ini, sebagian besar orang dididik oleh

orangtuanya (terutama pendidikan masa kanak-kanak, di

lapangan atau dalam mempelajari tata cara berdagang).

Menurut John Cadlwell Holt (Simbolon, 2008), filosofi

berdirinya home schooling adalah manusia pada dasarnya

makhluk belajar dan senang belajar, kita tidak perlu

ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh

kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha

menyelak, mengatur, atau mengontrolnya. Didorong oleh

filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan

dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem

sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan,

Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak

4 Imas Kurniasih, Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa Tidak, (Jogjakarta:Cakrawala, 2009), hlm. 9-10

5 Maria Magdalena, Anakku Tidak Mau Sekolah Jangan Takut Cobalah Home Schooling, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 2010, hlm.8

8

Page 9: MAKALAH isu isu

ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah,

tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.6

Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah

mendapat tanggapan luas, kemudian Holt menerbitkan

karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help

People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini mendapat

sambutan hangat dari para orangtua pendukung home

schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun

1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah

yang diberi nama Growing Without Schooling. Serupa dengan

Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan

konsultan penting home schooling. Setelah itu, home

schooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain

karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan home

schooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas

sistem pendidikan di sekolah formal.7

3. Dasar Hukum Homeschooling

Keberadaan home schooling legal di mata hukum

Indonesia. Home schooling termasuk kategori pendidikan

informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Negara tidak

mengatur proses pembelajarannya, tetapi hasil pendidikan

informal diakui sama dengan pendidikan formal dan

nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan

standar nasional pendidikan. Hal ini termuat dalam Undang-6 Wikipedia.org, Homeschooling,

http://en.wikipedia.org/wiki/Homeschooling. 2010, h. 1.7 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-

alternatif-pembelajaran-formal-boy/

9

Page 10: MAKALAH isu isu

undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengenai pendidikan informal.

Selanjutnya, ketentuan mengenai kesetaraan diatur

dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pasal 26 ayat (6): “Hasil pendidikan nonformal dapat

dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal

setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga

yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah

dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.”. Siswa

yang mengikuti home schooling akan memperoleh ijazah

kesetaraan yang dikeluarkan oleh Depdiknas yaitu Paket A

setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMU.

Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan

sekolah formal yang lebih tinggi.8

Dalam bagian yang secara khusus menjelaskan mengenai

pendidikan informal, UU 20/2003 tentang sisitem Pendidikan

Nasional pasal 27 menegaskan kembali pengkuan terhadap

eksisitensi home schooling yang merupakan model pendidikan

yang dilakukan oleh keluarga ”kegiatan pendidikan informal

yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk

kegiatan belajar secara mandiri”.9

Sedangkan jika keluarga home schooling (pendidikan

informal) ingin beralih ke sekolah (jalur pendidikan

formal), secara prinsip UU NO.20/2003 menjamin hak untuk

berpindah jalur, bahkan secara eksplisit UU 20/2003 pasal

12 ayat 1, butir ”e”, menyatakan bahwa: ”Setiap peserta

8 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-alternatif-pembelajaran-formal-boy/

9 Sumardiono, Home Schooling Lompatan Cara Belajar , hlm. 59

10

Page 11: MAKALAH isu isu

didik pada setiap satuan pendidikan berhak pindah ke

program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain

yang setara”.

Dukungan pemerintah terhadap keberadaan homeschooling

juga ditunjukkan melalui penandatangan Nota Kesepahaman

antara Depdiknas dan Asosiasi Sekolah rumah dan Pendidikan

Alternatif Indonesia (Asah Pena) pada 10 Januari 2007 yang

berisi pengakuan Komunitas Sekolah rumah sebagai salah

satu bentuk Satuan Pendidikan Kesetaraan. 10

4. Kurikulum dan Materi Homeschooling

Kurikulum pembelajaran home schooling adalah kurikulum

yang didesain sendiri namun tetap mengacu kepada kurikulum

nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Bryan Ray

menunjukkan bahwa mayoritas home schoolers (71%) memilih

sendiri materi pembelajaran dan kurikulum dari kurikulum

yang tersedia, kemudian melakukan penyesuaian agar sesuai

dengan kebutuhan anak-anak dan keadaan keluarga. Selain

itu, 24% diantaranya menggunakan paket kurikulum lengkap

yang dibeli dari lembaga penyedia kurikulum dan materi

ajar. Sekitar 3% menggunakan materi dari sekolah satelit

(partner home schooling) atau program khusus yang

dijalankan oleh sekolah swasta setempat.11

Selain pendekatan dan metode yang digunkan dalam

balajar, setiap keluarga home schooling memiliki pilihan

untuk menentukan kurikulum yang diacu dan bahan ajar yang10 http://www.sumardiono.com/index.php?

option=com_content&task=view&id=876&Itemid=10711 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-alternatif-pembelajaran-formal-boy/

11

Page 12: MAKALAH isu isu

digunakan. Kurikulum berisi sasaran-sasaran pengajaran

yang ingin dicapai di dalam rentang waktu tertentu,

sedangkan bahan ajar adalah materi praktis yang digunakan

untuk pengajaran sehari-hari.

Untuk memilih kurikulum dan bahan ajar, keluarga home

schooling dapat memilih apakah mereka menggunakan bahan

paket (bundle) atau bahan-bahan terpisah (unbundle).

Pada bahan terpaket (bundle), keluarga home schooling

menggunakan kurikulum dan bahan-bahan pelajaran yang sudah

disediakan oleh lembaga yang menyediakan layanan tersebut.

Sedangkan pilihan kedua yang dapat dilakukan oleh keluarga

home schooling adalah memberi secara terpisah, baik

kurikulum maupun bahan ajar. Dengan resiko menambah

kompleksitas, keluarga home schooling dapat memilih

materi-materi yang benar-benar dibutuhkannya dan

membelinya secara terpisah.12

Selain kedua pilihan tersebut, keluarga home schooling

dapat mengembangkan kreatifitasnya untuk menentukan

kurikulum dan materi-materi yang digunakannya. Keluarga

home schooling dapat menggabungkan antara membeli bahan

pengajaran dan penggunaan dan penggunaan materi yang ada

di rumah, atau membuat sendiri materi pengajaran yang

dibutuhkannya.13

5. Kelebihan dan Keurangan Homeschooling

12 Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar. hlm.36

13 Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar. hlm.37

12

Page 13: MAKALAH isu isu

Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari

homeschooling :

a. Kelebihan Homeschooling

Sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga

Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan

kreatifitas individual yang tidak didapatkan dalam

model sekolah umum.

Memberi banyak keleluasaan bagi anak untuk menikmati

proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan

beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum.

Menyediakan pendidikan moral atau keagamaan,

lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik.

Menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua

dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan

remaja (bullying), narkoba dan pelecehan.

Memberikan keterampilan khusus yang menuntut

pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian,

seni, olahraga, dan sejenisnya.

Memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran

terutama bagi anak yang sakit atau cacat. 14

b. Kekurangan Homeschooling

Tidak adanya suasana kompetitif sehingga anak tidak

bisa membandingkan sampai dimana kemampuannya

dibanding anak-anak lain seusianya.

Keterampilan dan dinamika bersosialisasi dengan

teman sebaya relatif rendah.

14 Imas Kurniasih, Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa Tidak. hlm. 53

13

Page 14: MAKALAH isu isu

Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim

(team work), organisasi dan kepemimpinan.

Proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan

efek samping ketidak mampuan menyelesaikan situasi

dan masalah sosial yang kompleks yang tidak

terprediksi.

Ketidak mampuan orang tua dalam menguasai materi

ajar dalam home schooling, sehingga harus

mendatangkan tutor dari luar, maka kondisi ini akan

memperbesar biaya home schooling.

Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang

tua.15

6. Homeschooling dalam Pandangan Islam

Dalam dunia pendidikan Islam dikenal adanya dua sistem

pendidikan, yakni tradisional dan modern. Pendidikan

tradisional menghendaki perkembangan individu yang utuh

atas dasar kemampuan dan minat masing-masing. Setiap orang

bebas memilih muatan pendidikan yang sesuai dengan

kondisinya. Layanan individual dalam sistem ini mendapat

porsi yang wajar. Aspek kesadaran dan motivasi intrinsik

lebih menonjol daripada paksaan dan motivasi ekstrinsik.

Dalam sistem pendidikan Islam modern, ditemukan

kenyataan bahwa tidak sepenuhnya diterapkan prinsip yang

sesungguhnya dikehendaki pendidikan modern. Dalam sistem

sekolah, semua peserta didik diperlakukan sama, perbedaan

individual dirasakan kurang mendapat perhatian. Peserta

15 Imas Kurniasih, Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa Tidak. hlm. 58

14

Page 15: MAKALAH isu isu

didik ‘dipaksa’ dengan muatan pendidikan yang sama karena

pertimbangan system.16

Homeschooling  merupakan pendidikan bagi anak-anak

yang dilaksanakan di rumah dan secara khusus diberikan

oleh guru atau seorang tutor profesional. Jadi pendidikan

tidak diberikan di sekolah umum ataupun

swasta. Homeschooling dalam pengertian modern, merupakan

alternatif pendidikan formal di negara-negara maju. Dengan

kata lain, praktek homeschooling memindahkan sekolah dari

area umum ke area yang lebih privat, yakni ke rumah. Dari

sini tampaknya lebih direkomendasikan bagi negara yang

sudah maju. Bisa jadi ini menyangkut sarana pembelajaran

yang harus benar-benar memadai demi suksesnya program ini.

Pro dan kontra tentu akan bermunculan berkenaan dengan isu

ini. Masyarakat yang tidak setuju

dengan homeschooling mengatakan bahwa homeschooling menghambat

anak untuk bersosialisasi. Homeschooling hanya akan mengasah

kecerdasan intelektual sementara kebutuhan seorang anak

tidak terbatas kepada kecerdasan intelektual saja, akan

tetapi juga meliputi kecerdasan emosi & kecerdasan

spiritual. Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan

kecerdasan emosi. Berangkat dari pertimbangan itu,

kalangan yang tidak mendukung menganggap homeschooling belum

dibutuhkan untuk keadaan saat ini. Di sekolah umum anak-

anak bisa bertemu masyarakat luas sehingga dapat melihat

dan memahami berbagai strata sosial (bila anak tidak

16 Syaiful Akhyar Lubis, Pendidikan Islam dalam Era Perubahan Sosial, Hadharah,Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berbasis Islam. (Medan: Universitasal-Washliyah, 2009). hlm. 96

15

Page 16: MAKALAH isu isu

bersekolah di sekolah yang eksklusif bagi kalangan elit).

Anak-anak bisa memiliki teman lebih banyak sehingga dapat

mengenal beraneka manusia dengan watak dan taraf

kecerdasan yang bervariasi sehingga memberi pelajaran yang

berharga bagi kehidupan. Bagi yang memiliki romantisme,

dunia sekolah dapat memberikan banyak kenangan manis dan

berharga yang akan menjadi nostalgia dan bagian dari masa

lalu.

Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, salah satu

metode yang bisa diterapkan diantaranya adalah dengan

menerapkan pendidikan bagi anak yang berdasarkan akidah

Islam. Baik menggunakan sistem pendidikan tradisonal

maupun modern, Pada prinsipnya setiap anak memiliki

‘kebebasan’ untuk mengembangkan bakat dan minatnya. 

Ketika situasi belajar sudah kondusif, anak akan memiliki

keberanian dan lebih termotivasi untuk mendalami ilmu. Hal

yang tidak boleh diabaikan yaitu terlalu mengedepankan

kemampuan intelektual. Namun juga kemampuan spiritual dan

sosial. Sehingga anak tidak terjebak pada satu aspek

kecerdasan. Karena Islam sendiri mengajarkan tentang hal-

hal yang bersifat universal (Rahmatan Lil ‘Alamin).  

Adapun manfaat Homescholing yang berdasarkan akidah

Islam memiliki, diantaranya :

a. Anak terhindar dari pengaruh buruk lingkungan.

b. Anak sejak dini mengenal Islam.

c. Lingkungan pergaulan anak terkontrol oleh orang tuanya

secara langsung.

d. Anak belajar dengan riang dalam menghafal Al-quran.

16

Page 17: MAKALAH isu isu

e. Aktivitas setiap hari dimulai dengan do’a yang shohih.

f. Beribadah sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah

SAW.

g. Tidak tertinggal pengetahuan umumnya karena orangtua

dapat mengontrol sendiri pelajaran umumnya sesuai

kelasnya.

h. Dapat mengikuti ujian negara dan memperoleh Ijazah

negeri dari DepDikNas untuk tingkat SD, SMP, dan SMA.

i. Dapat melanjutkan ke sekolah-sekolah formal jika

menghendaki.

Sedangkann bagi orang tua, metode homeschooling juga

memiliki nilai-nilai positif sebagai berikut :

a. Terpacu untuk meningkatkan kualitas dien (tidak boleh

kalah dengan anak).

b. Meningkatkan kreativitas, meningkatkan kualitas

komunikasi antara suami istri.

c. Orang tua harus selalu belajar terus menerus pengetahuan

mengenai ilmu dien dan ilmu umum, karena orangtua adalah

gurunya.

d. Orang tua “dipaksa” menjadi teladan bagi anak didiknya,

yaitu anaknya sendiri.

e. Meningkatkan komunikasi yang berkualitas antara anak dan

orang tua melalui pelajaran.

f. Mengetahui secara langsung kondisi kejiwaan anak dan apa

yang di butuhkan oleh anak.

g. Mengetahui secara langsung kesehatan dan pertumbuhan

fisik anak.

h. Hemat secara financial serta optimal dari segi hasil.

17

Page 18: MAKALAH isu isu

18

Page 19: MAKALAH isu isu

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Home schooling berasal dari bahasa Inggris yang

berarti sekolah rumah. Home schooling dikenal juga dengan

nama homeschooling, home-based education, home education,

home-schooling, unschooling, deschooling, a form of

alternative education, sekolah mandiri atau sekolah

rumah..

Jadi home schooling atau home education adalah

pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga,

dimana materi-materinya dipilih dan disesuaikan dengan

kebutuhan anak.

Menurut sejarah di berbagai budaya, guru-guru

profesional hanya tersedia bagi lingkungan elit, baik

sebagai tutor maupun dalam lingkungan akademis formal.

Sampai saat ini, sebagian besar orang dididik oleh

orangtuanya (terutama pendidikan masa kanak-kanak, di

lapangan atau dalam mempelajari tata cara berdagang).

Keberadaan home schooling legal di mata hukum

Indonesia. Home schooling termasuk kategori pendidikan

informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Negara tidak

mengatur proses pembelajarannya, tetapi hasil pendidikan

informal diakui sama dengan pendidikan formal dan

nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan

standar nasional pendidikan. Hal ini termuat dalam Undang-

19

Page 20: MAKALAH isu isu

undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengenai pendidikan informal.

20

Page 21: MAKALAH isu isu

DAFTAR PUSTAKA

Http://en.wikipedia.org/wiki/Homeschooling.. 2010, hlm. 1.

Http://Tokay.Blog.Uns.Ac.Id/2010/01/10/Home-Schooling-

Sebagai-Alternatif-Pembelajaran Formalboy/

Imas Kurniasih. 2009. Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa

Tidak, Jogjakarta: Cakrawala

Lubis, Syaiful Akhyar. 2009. Pendidikan Islam dalam Era Perubahan

Sosial, Hadharah, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berbasis Islam.

Medan: Universitas al-Washliyah.

Maria Magdalena. 2010. Anakku Tidak Mau Sekolah Jangan Takut

Cobalah Home Schooling, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

QS. Luqman/31 : 13. Qur’an digital, 2.1. offline.

Sumardiono. 2007. Homeschooling Lompatan Cara Belajar , Jakarta:

PT Elex Media Komputindo.

21