MAKALAH FENOMENA HOMESCHOOLING DALAM PANDANGAN ISLAM Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Isu-isu Pendidikan Kontemporer Yang diampu Oleh bapak Dr. Pujiono Abd Hamid, M.Ag Oleh Ikhwan Nur Huda
MAKALAH
FENOMENA HOMESCHOOLING DALAM PANDANGAN ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Isu-isu
Pendidikan Kontemporer
Yang diampu Oleh bapak Dr. Pujiono Abd Hamid, M.Ag
Oleh
Ikhwan Nur Huda
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................... i
DAFTAR ISI....................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................ 3
1. Latar Belakang.............................. 3
2. Rumusan masalah............................. 4
BAB II PEMBAHASAN................................ 5
1. Pengertian Homeschooling.................... 5
2. Sejarah Homeschooling....................... 5
3. Dasar Hukum Homeschooling................... 6
4. Kurikulum dan Materi Homeschooling.......... 7
5. Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling...... 8
6. Homeschooling dalam Pandangan Islam......... 9
BAB III PENUTUP.................................. 13
Kesimpulan.................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mencari sekolah ideal untuk anak-anak merupakan
harapan setiap orang tua. Namun standar sekolah ideal yang
diharapkan para orang tua terkadang belum bisa memenuhi
kebutuhan tersebut. Sekolah formal dianggap kurang mampu
mengembangkan segala potensi yang dimiliki, karena sistem
sekolah formal yang seringkali membatasi potensi anak
tersebut. Hal itu tentu akan mempengaruhi kondisi
pskologis anak.
Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat
pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang
tertanam baik, dan suasana belajar yang menyenangkan.
Namun pada sebagian sekolah formal hal-hal tersebut
adakalanya tidak ditemukan di sekolah umum. Maka banyak
orang tua yang mencari alternatif pendidikan di luar
sekolah formal.
Banyaknya keluhan tentang kondisi pembelajaran formal
di sekolah yang tidak sesuai harapan orang tua menimbulkan
isu yang relatif baru bagi alternatif pendidikan formal,
yaitu sekolah rumah. Dari sini muncul keinginan para orang
tua untuk menyekolahkan anaknya di rumah dalam sebuah
lembaga sekolah yang disebut sekolah mandiri atau lebih
popular disebut dengan home schooling.
Bagi sebagian kalangan, mungkin saja sekolah di rumah
terlihat tabu. Karena pola pikir yang terbentuk adalah
4
belajar seharusnya di sekolah formal. Sekolah menjadi
satu-satunya pusat pendidikan dan informasi pengetahuan
yang akan diperoleh siswa. Disamping itu pertemanan
sebagai faktor pendukung keberhasilan anak dalam menjalani
proses belajarnya. Hal ini menjadikan para orang tua lebih
memilih untuk bersekolah di lembaga pendidikan formal.
Akan tetapi ada juga orang tua yang merasa lebih nyaman
jika anaknya belajar di rumah. Orang tua mempunyai
kesempatan lebih banyak untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan proses belajarnya.
Sementara itu, Islam menempatkan peran orang tua
sebagai pendidik utama dalam sebuah keluarga. Keluarga
menjadi dasar bagi anak dalam mengenal lingkungan
sekitarnya. Termasuk dalam urusan keyakinan terhadap
Tuhannya (Tauhid). Sebagaimana Allah SWT berfirman.1
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
Harapan dari semua itu ialah bagaimana anak dapat
melakukan kegiatan belajarnya dengan baik. Hal ini
menunjukkan adanya indikasi kesesuaian antara konsep yang
ditawarkan homeschooling dengan ajaran Islam.
1 QS. Luqman/31 : 13. Qur’an digital, 2.1. offline
5
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pendidikan Homeschooling ?
2. Sejarah Homeschooling ?
3. Dasar Hukum Homeschooling ?
4. Kurikulum Dan Materi Home Schooling ?
5. Kelebihan Dan Kekurangan Home Schooling ?
6. Pandangan Islam dalam Pendidikan Homeschooling ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Homeschooling
Istilah home schooling berasal dari bahasa Inggris
yang berarti sekolah rumah. Home schooling dikenal juga
dengan nama homeschooling, home-based education, home
education, home-schooling, unschooling, deschooling, a
form of alternative education, sekolah mandiri atau
sekolah rumah.2
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasanya yang
digunakan untuk home schooling adalah “sekolah rumah”.
Istilah ini dipakai secara resmi oleh departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk menyebutkan home
schooling. Selain sekolah rumah, home schooling kadangkala
juga diterjemahkan dengan istilah mandiri.3
Salah satu pengertian umum home schooling adalah
sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab
sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya
dengan berbasis rumah. Pada home schooling, orang tua
bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan anak,
sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu
didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.
Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama home
schooling, tetapi pendidikan home schooling tidak hanya
dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar2 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-
alternatif-pembelajaran formalboy/3 Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar , (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2007), hlm.3
7
sendiri orang tua dapat mengindang guru privat,melibatkan
anak pada kursus dan sebagainya.4
Jadi home schooling atau home education adalah
pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga,
dimana materi-materinya dipilih dan disesuaikan dengan
kebutuhan anak.5
2. Sejarah Homeschooling
Menurut sejarah di berbagai budaya, guru-guru
profesional hanya tersedia bagi lingkungan elit, baik
sebagai tutor maupun dalam lingkungan akademis formal.
Sampai saat ini, sebagian besar orang dididik oleh
orangtuanya (terutama pendidikan masa kanak-kanak, di
lapangan atau dalam mempelajari tata cara berdagang).
Menurut John Cadlwell Holt (Simbolon, 2008), filosofi
berdirinya home schooling adalah manusia pada dasarnya
makhluk belajar dan senang belajar, kita tidak perlu
ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh
kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha
menyelak, mengatur, atau mengontrolnya. Didorong oleh
filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan
dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem
sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan,
Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak
4 Imas Kurniasih, Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa Tidak, (Jogjakarta:Cakrawala, 2009), hlm. 9-10
5 Maria Magdalena, Anakku Tidak Mau Sekolah Jangan Takut Cobalah Home Schooling, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 2010, hlm.8
8
ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah,
tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.6
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah
mendapat tanggapan luas, kemudian Holt menerbitkan
karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help
People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini mendapat
sambutan hangat dari para orangtua pendukung home
schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun
1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah
yang diberi nama Growing Without Schooling. Serupa dengan
Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan
konsultan penting home schooling. Setelah itu, home
schooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain
karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan home
schooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas
sistem pendidikan di sekolah formal.7
3. Dasar Hukum Homeschooling
Keberadaan home schooling legal di mata hukum
Indonesia. Home schooling termasuk kategori pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Negara tidak
mengatur proses pembelajarannya, tetapi hasil pendidikan
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan. Hal ini termuat dalam Undang-6 Wikipedia.org, Homeschooling,
http://en.wikipedia.org/wiki/Homeschooling. 2010, h. 1.7 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-
alternatif-pembelajaran-formal-boy/
9
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengenai pendidikan informal.
Selanjutnya, ketentuan mengenai kesetaraan diatur
dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 26 ayat (6): “Hasil pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.”. Siswa
yang mengikuti home schooling akan memperoleh ijazah
kesetaraan yang dikeluarkan oleh Depdiknas yaitu Paket A
setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMU.
Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan
sekolah formal yang lebih tinggi.8
Dalam bagian yang secara khusus menjelaskan mengenai
pendidikan informal, UU 20/2003 tentang sisitem Pendidikan
Nasional pasal 27 menegaskan kembali pengkuan terhadap
eksisitensi home schooling yang merupakan model pendidikan
yang dilakukan oleh keluarga ”kegiatan pendidikan informal
yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri”.9
Sedangkan jika keluarga home schooling (pendidikan
informal) ingin beralih ke sekolah (jalur pendidikan
formal), secara prinsip UU NO.20/2003 menjamin hak untuk
berpindah jalur, bahkan secara eksplisit UU 20/2003 pasal
12 ayat 1, butir ”e”, menyatakan bahwa: ”Setiap peserta
8 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-alternatif-pembelajaran-formal-boy/
9 Sumardiono, Home Schooling Lompatan Cara Belajar , hlm. 59
10
didik pada setiap satuan pendidikan berhak pindah ke
program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain
yang setara”.
Dukungan pemerintah terhadap keberadaan homeschooling
juga ditunjukkan melalui penandatangan Nota Kesepahaman
antara Depdiknas dan Asosiasi Sekolah rumah dan Pendidikan
Alternatif Indonesia (Asah Pena) pada 10 Januari 2007 yang
berisi pengakuan Komunitas Sekolah rumah sebagai salah
satu bentuk Satuan Pendidikan Kesetaraan. 10
4. Kurikulum dan Materi Homeschooling
Kurikulum pembelajaran home schooling adalah kurikulum
yang didesain sendiri namun tetap mengacu kepada kurikulum
nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Bryan Ray
menunjukkan bahwa mayoritas home schoolers (71%) memilih
sendiri materi pembelajaran dan kurikulum dari kurikulum
yang tersedia, kemudian melakukan penyesuaian agar sesuai
dengan kebutuhan anak-anak dan keadaan keluarga. Selain
itu, 24% diantaranya menggunakan paket kurikulum lengkap
yang dibeli dari lembaga penyedia kurikulum dan materi
ajar. Sekitar 3% menggunakan materi dari sekolah satelit
(partner home schooling) atau program khusus yang
dijalankan oleh sekolah swasta setempat.11
Selain pendekatan dan metode yang digunkan dalam
balajar, setiap keluarga home schooling memiliki pilihan
untuk menentukan kurikulum yang diacu dan bahan ajar yang10 http://www.sumardiono.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=876&Itemid=10711 http://tokay.blog.uns.ac.id/2010/01/10/home-schooling-sebagai-alternatif-pembelajaran-formal-boy/
11
digunakan. Kurikulum berisi sasaran-sasaran pengajaran
yang ingin dicapai di dalam rentang waktu tertentu,
sedangkan bahan ajar adalah materi praktis yang digunakan
untuk pengajaran sehari-hari.
Untuk memilih kurikulum dan bahan ajar, keluarga home
schooling dapat memilih apakah mereka menggunakan bahan
paket (bundle) atau bahan-bahan terpisah (unbundle).
Pada bahan terpaket (bundle), keluarga home schooling
menggunakan kurikulum dan bahan-bahan pelajaran yang sudah
disediakan oleh lembaga yang menyediakan layanan tersebut.
Sedangkan pilihan kedua yang dapat dilakukan oleh keluarga
home schooling adalah memberi secara terpisah, baik
kurikulum maupun bahan ajar. Dengan resiko menambah
kompleksitas, keluarga home schooling dapat memilih
materi-materi yang benar-benar dibutuhkannya dan
membelinya secara terpisah.12
Selain kedua pilihan tersebut, keluarga home schooling
dapat mengembangkan kreatifitasnya untuk menentukan
kurikulum dan materi-materi yang digunakannya. Keluarga
home schooling dapat menggabungkan antara membeli bahan
pengajaran dan penggunaan dan penggunaan materi yang ada
di rumah, atau membuat sendiri materi pengajaran yang
dibutuhkannya.13
5. Kelebihan dan Keurangan Homeschooling
12 Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar. hlm.36
13 Sumardiono, Homeschooling Lompatan Cara Belajar. hlm.37
12
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari
homeschooling :
a. Kelebihan Homeschooling
Sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga
Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan
kreatifitas individual yang tidak didapatkan dalam
model sekolah umum.
Memberi banyak keleluasaan bagi anak untuk menikmati
proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan
beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum.
Menyediakan pendidikan moral atau keagamaan,
lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik.
Menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua
dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan
remaja (bullying), narkoba dan pelecehan.
Memberikan keterampilan khusus yang menuntut
pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian,
seni, olahraga, dan sejenisnya.
Memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran
terutama bagi anak yang sakit atau cacat. 14
b. Kekurangan Homeschooling
Tidak adanya suasana kompetitif sehingga anak tidak
bisa membandingkan sampai dimana kemampuannya
dibanding anak-anak lain seusianya.
Keterampilan dan dinamika bersosialisasi dengan
teman sebaya relatif rendah.
14 Imas Kurniasih, Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa Tidak. hlm. 53
13
Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim
(team work), organisasi dan kepemimpinan.
Proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan
efek samping ketidak mampuan menyelesaikan situasi
dan masalah sosial yang kompleks yang tidak
terprediksi.
Ketidak mampuan orang tua dalam menguasai materi
ajar dalam home schooling, sehingga harus
mendatangkan tutor dari luar, maka kondisi ini akan
memperbesar biaya home schooling.
Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang
tua.15
6. Homeschooling dalam Pandangan Islam
Dalam dunia pendidikan Islam dikenal adanya dua sistem
pendidikan, yakni tradisional dan modern. Pendidikan
tradisional menghendaki perkembangan individu yang utuh
atas dasar kemampuan dan minat masing-masing. Setiap orang
bebas memilih muatan pendidikan yang sesuai dengan
kondisinya. Layanan individual dalam sistem ini mendapat
porsi yang wajar. Aspek kesadaran dan motivasi intrinsik
lebih menonjol daripada paksaan dan motivasi ekstrinsik.
Dalam sistem pendidikan Islam modern, ditemukan
kenyataan bahwa tidak sepenuhnya diterapkan prinsip yang
sesungguhnya dikehendaki pendidikan modern. Dalam sistem
sekolah, semua peserta didik diperlakukan sama, perbedaan
individual dirasakan kurang mendapat perhatian. Peserta
15 Imas Kurniasih, Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa Tidak. hlm. 58
14
didik ‘dipaksa’ dengan muatan pendidikan yang sama karena
pertimbangan system.16
Homeschooling merupakan pendidikan bagi anak-anak
yang dilaksanakan di rumah dan secara khusus diberikan
oleh guru atau seorang tutor profesional. Jadi pendidikan
tidak diberikan di sekolah umum ataupun
swasta. Homeschooling dalam pengertian modern, merupakan
alternatif pendidikan formal di negara-negara maju. Dengan
kata lain, praktek homeschooling memindahkan sekolah dari
area umum ke area yang lebih privat, yakni ke rumah. Dari
sini tampaknya lebih direkomendasikan bagi negara yang
sudah maju. Bisa jadi ini menyangkut sarana pembelajaran
yang harus benar-benar memadai demi suksesnya program ini.
Pro dan kontra tentu akan bermunculan berkenaan dengan isu
ini. Masyarakat yang tidak setuju
dengan homeschooling mengatakan bahwa homeschooling menghambat
anak untuk bersosialisasi. Homeschooling hanya akan mengasah
kecerdasan intelektual sementara kebutuhan seorang anak
tidak terbatas kepada kecerdasan intelektual saja, akan
tetapi juga meliputi kecerdasan emosi & kecerdasan
spiritual. Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan
kecerdasan emosi. Berangkat dari pertimbangan itu,
kalangan yang tidak mendukung menganggap homeschooling belum
dibutuhkan untuk keadaan saat ini. Di sekolah umum anak-
anak bisa bertemu masyarakat luas sehingga dapat melihat
dan memahami berbagai strata sosial (bila anak tidak
16 Syaiful Akhyar Lubis, Pendidikan Islam dalam Era Perubahan Sosial, Hadharah,Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berbasis Islam. (Medan: Universitasal-Washliyah, 2009). hlm. 96
15
bersekolah di sekolah yang eksklusif bagi kalangan elit).
Anak-anak bisa memiliki teman lebih banyak sehingga dapat
mengenal beraneka manusia dengan watak dan taraf
kecerdasan yang bervariasi sehingga memberi pelajaran yang
berharga bagi kehidupan. Bagi yang memiliki romantisme,
dunia sekolah dapat memberikan banyak kenangan manis dan
berharga yang akan menjadi nostalgia dan bagian dari masa
lalu.
Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, salah satu
metode yang bisa diterapkan diantaranya adalah dengan
menerapkan pendidikan bagi anak yang berdasarkan akidah
Islam. Baik menggunakan sistem pendidikan tradisonal
maupun modern, Pada prinsipnya setiap anak memiliki
‘kebebasan’ untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
Ketika situasi belajar sudah kondusif, anak akan memiliki
keberanian dan lebih termotivasi untuk mendalami ilmu. Hal
yang tidak boleh diabaikan yaitu terlalu mengedepankan
kemampuan intelektual. Namun juga kemampuan spiritual dan
sosial. Sehingga anak tidak terjebak pada satu aspek
kecerdasan. Karena Islam sendiri mengajarkan tentang hal-
hal yang bersifat universal (Rahmatan Lil ‘Alamin).
Adapun manfaat Homescholing yang berdasarkan akidah
Islam memiliki, diantaranya :
a. Anak terhindar dari pengaruh buruk lingkungan.
b. Anak sejak dini mengenal Islam.
c. Lingkungan pergaulan anak terkontrol oleh orang tuanya
secara langsung.
d. Anak belajar dengan riang dalam menghafal Al-quran.
16
e. Aktivitas setiap hari dimulai dengan do’a yang shohih.
f. Beribadah sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW.
g. Tidak tertinggal pengetahuan umumnya karena orangtua
dapat mengontrol sendiri pelajaran umumnya sesuai
kelasnya.
h. Dapat mengikuti ujian negara dan memperoleh Ijazah
negeri dari DepDikNas untuk tingkat SD, SMP, dan SMA.
i. Dapat melanjutkan ke sekolah-sekolah formal jika
menghendaki.
Sedangkann bagi orang tua, metode homeschooling juga
memiliki nilai-nilai positif sebagai berikut :
a. Terpacu untuk meningkatkan kualitas dien (tidak boleh
kalah dengan anak).
b. Meningkatkan kreativitas, meningkatkan kualitas
komunikasi antara suami istri.
c. Orang tua harus selalu belajar terus menerus pengetahuan
mengenai ilmu dien dan ilmu umum, karena orangtua adalah
gurunya.
d. Orang tua “dipaksa” menjadi teladan bagi anak didiknya,
yaitu anaknya sendiri.
e. Meningkatkan komunikasi yang berkualitas antara anak dan
orang tua melalui pelajaran.
f. Mengetahui secara langsung kondisi kejiwaan anak dan apa
yang di butuhkan oleh anak.
g. Mengetahui secara langsung kesehatan dan pertumbuhan
fisik anak.
h. Hemat secara financial serta optimal dari segi hasil.
17
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Home schooling berasal dari bahasa Inggris yang
berarti sekolah rumah. Home schooling dikenal juga dengan
nama homeschooling, home-based education, home education,
home-schooling, unschooling, deschooling, a form of
alternative education, sekolah mandiri atau sekolah
rumah..
Jadi home schooling atau home education adalah
pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga,
dimana materi-materinya dipilih dan disesuaikan dengan
kebutuhan anak.
Menurut sejarah di berbagai budaya, guru-guru
profesional hanya tersedia bagi lingkungan elit, baik
sebagai tutor maupun dalam lingkungan akademis formal.
Sampai saat ini, sebagian besar orang dididik oleh
orangtuanya (terutama pendidikan masa kanak-kanak, di
lapangan atau dalam mempelajari tata cara berdagang).
Keberadaan home schooling legal di mata hukum
Indonesia. Home schooling termasuk kategori pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Negara tidak
mengatur proses pembelajarannya, tetapi hasil pendidikan
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan. Hal ini termuat dalam Undang-
19
DAFTAR PUSTAKA
Http://en.wikipedia.org/wiki/Homeschooling.. 2010, hlm. 1.
Http://Tokay.Blog.Uns.Ac.Id/2010/01/10/Home-Schooling-
Sebagai-Alternatif-Pembelajaran Formalboy/
Imas Kurniasih. 2009. Home Schooling Bersekolah di Rumah Kenapa
Tidak, Jogjakarta: Cakrawala
Lubis, Syaiful Akhyar. 2009. Pendidikan Islam dalam Era Perubahan
Sosial, Hadharah, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berbasis Islam.
Medan: Universitas al-Washliyah.
Maria Magdalena. 2010. Anakku Tidak Mau Sekolah Jangan Takut
Cobalah Home Schooling, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
QS. Luqman/31 : 13. Qur’an digital, 2.1. offline.
Sumardiono. 2007. Homeschooling Lompatan Cara Belajar , Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
21