1
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari
kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain
sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh
keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi
untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka.
Mengingat kegunaannya yang begitu penting maka penting untuk
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama
dalam rongga mulut (Manson, 1993).Penyakit periodontal merupakan
salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia
sehingga kebanyakan masyarakat banyak menerima keadaan ini sebagai
suatu yang tidak dapat dihindari. Namun studi etiologi, pencegahan
dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini
dapat dicegah (Manson, 1993).Etiologi penyakit periodontal
merupakan keseimbangan antara faktor etiologi primer, plak gigi dan
host pada dento gingival junction. Penyebab primer dari periodontal
adalah iritasi bakteri pada beberapa faktor lain dan penyebab
skunder yaitu baik lokal maupun sistemik yang merupakan
predisposisi dari akumulasi plak. Faktor lokal terdiri dari
kalkulus, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang desainnya tidak
bai. Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan yaitu genetik, nutritional, hormonal, obat-obatan,
stress, dan hematologi (Manson, 1993).1.2 Rumusan Masalah1. Apa
saja macam-macam diagnosa dalam periodonsi?2. Apa saja etiologi
dari penyakit periodontal?3. Apa saja perawatan yang dapat
dilakukan dalam perawatan periodontal?
11.3 Tujuan1. Untuk mengetahui macam-macam diagnosa dalam
periodonsi2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit periodontal3.
Untuk mengetahui apa saja perawatan yang dapat dilakukan dalam
perawatan periodontal
1.4 HipotesaPemeriksaan dan diagnosa yang tepat dapat
meningkatkan efektifitas perawatan pada kasus penyakit
periodontal
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan 2.1.1 Pemeriksaan SubyektifPemeriksaan subyektif
setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni identitas pasien,
keluhan utama, present illnes, riwayat medik, riwayat dental,
riwayat keluarga dan riwayat sosial (Gunadi, 1991).Anamnesa adalah
percakapan professional antara dokter dengan pasien untuk mendapat
data atau riwayat pasien yang dikeluhkan. Ada tiga komponen tentang
riwayat pasien : riwayat sosial, riwayat dental, riwayat medis 1.
Identitas PasienNama PekerjaanAlamat/telpUmurJenis kelamin2. Konsul
DariJika ada konsulan dari klinik lain, misal dari prosto, orto,
dll3. Tujuan/keluhan utama pasiena. Perdarahan gingivab. Gigi
goyangc. Bau mulut2. Regio/sekstan: regio yang dikeluhkan, baik
RA/RB, kanan/kiri.3. Riwayat kesehatan gigi dan mulut. Meliputi,
kunjungan ke drg, riwayat pencabutan gigi, riwayat penyakit dan
perawatan perio sebelumnya.4. Riwayat kesehatan umum
3Apakah dalam perawatan dokter, obat-obatan yang diminum,
riwayat alergi, riwayat kesehatan umum keluarga (Fedi, 2004)2.1.2
Pemeriksaan ObyektifPemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum
ada 2 macam, yaitu pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan
intraoral 1. Pemeriksaan Ekstra oralPemeriksaan ekstra oral ini
bertujuan untuk melihat penampakan secara umum dari pasien,
misalnya pembengkakan di muka dan leher, pola skeletal, kompetensi
bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi limfonodi,
otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ.Pemeriksaan extraoral
meliputi :2. Pemeriksaan Intra oralPemeriksaan intra oral merupakan
pemeriksaan yang dilakukan dalam rongga mulut. Pemeriksaan
intraoral berkaitan dengan gigi dan jaringan sekitar (jaringan
lunak maupun jaringan keras). Lidah, dasar mulut, vestibulum, pipi,
dan jaringan keras. a. Gingiva Pemeriksaan meliputi warna, tekstur,
ukuran, kontur, konsistensi, dan posisi yang dicatat dan direkam.
Gingiva tersebut kemudian dipalpasi untuk mengetahui adanya eksudat
atau nanah yang mungkin ada dalam daerah sulkular. b. Periodontium
Pemeriksaan dilakukan dengan probe periodontal. Hal ini memberikan
pengukuran (dalam milimeter) dari kedalaman kantong periodontal dan
sulkus gingiva yang sehat pada semua permukaan gigi masing-masing
(Gunadi, 1991).
Penggunaan Indeks CpitnCPITN adalah Indeks Kebutuhan Perawatan
Periodontal Komunitas. Tujuannya untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang adekuat pada komunitas tertentu, seringkali perlu
ditentukan kebutuhan perawatannya (Fedi, 2004).1. Sistem pemberian
skor Kode 0 tidak ada poket/perdarahan gingivaKode 1 perdarahan
gingiva pada saat penyondeanKode 2 kalkulus supra/sub gingivaKode 3
poket sedalam 3,5-5,5 mmKode 4 poket 6mm2. Gigi geligi dibagi mjd 6
segmen3. Rencana perawatan ditentukan berlandaskanKode 0 tidak
memerlukan perawatanKode 1 memerlukan perbaikan perawatan di
rumahKode 2 dan 3 memerlukan skalling dan perawatan gigi
dirumahKode 4 memerlukan perawatan yg lebih rumit misalnya
skalling, perawatan gigi dirumah dan operasi
Ohi-S (Oral Hygiene Index - Simplified)Indeks status kebersihan
mulut yang paling sering adalah indek kebersihan mulut Green &
Vermillion (1960). Indeks status kebersihan mulut merupakan indeks
gabungan yang menentukan skor debris indeks dan kalkulus indeks
untuk gigi yang terpilih saja
Skor DI (Debris Indeks)0 : Tidak terdapat debris atau stain1 :
Terdapat debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan
gigi atau terdapatnya stain yang menutupi permukaan gigi2 :
Terdapat debris lunak lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi tetapi
tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi3 : Terdapat debris lunak
menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigiCaranya sonde mula-mula
diletakkan pada permukaan gigi 1/3 insisal dan digerakkan menuju
daerah 1/3 servikalSkor DI (Debris Indeks)
Caranya sonde mula-mula diletakkan pada permuk. gigi 1/3 insisal
dan digerakkan menuju daerah 1/3 servikal. 2.1.3 Pemeriksaan
PenunjangPemeriksaan Radiografis Radiografi merupakan pemeriksaan
yang penting untuk mendiagnosa penyakit periodontal, menentukan
prognosis dan mengevaluasi hasil perawatan. Meskipun begitu
radiografi hanya merupakan pemeriksaan tambahan dan bukan
pemeriksaan pengganti. Radiografi menunjukkan perubahan pada
kalsifikasi jaringan (Fedi, 2004).2.2 Penyakit PeriodontalJaringan
periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen
periodontal dan tulang alveolar. Sebelum memahami kerusakan
jaringan periodontal, sebaiknya dimulai dengan gingiva yang sehat
dan tulang pendukung yang normal. Gingiva yang sehat dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan gigi. Permulaan terjadinya
kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakterial terbentuk pada
mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang
nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan
sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat
dalam perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva
dan perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika
koloni mikroorganisme berkembang. Penyakit periodontal dibagi atas
dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis.Bentuk penyakit
periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi dan
mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya
kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan Gingivitis.Apabila
penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses
penyakit akan terus berkembang mempengaruhi tulang alveolar,
ligamen periodontal atau sementum, keadaan ini disebut dengan
Periodontitis (Fedi, 2004).Etiologi Faktor penyebab penyakit
periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor
lokal(ekstrinsik) dan faktor sistemik(intrinsik). Faktor lokal
merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi,
sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan
kesehatan umum. Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal
terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan
trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang
disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan
ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi
menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar
(Fedi, 2004).a. Faktor Lokal 1. Plak Bakteri Plak bakteri merupakan
suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat pada
permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan
mulut. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supragingival
yang berada disekitar tepi gingival dan plak sub-gingiva yang
berada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang terkandung dalam
plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan.
Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak bakteri
dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri
dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan
jalan :1. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh. 2. Mengurangi
pertahanan jaringan tubuh 3. Menggerakkan proses immuno patologi.
Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebabutama terjadinya
gingivitis, akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai
penyebabnya yang merupakan multifaktor, meliputi interaksi antara
mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan
tubuh. 2. Kalkulus Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan
suatu massa yang mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan
gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung penyebab
terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena
penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebihbanyak terjadi
pada orang dewasa, kalkulus bukan penyebab utama terjadinya
penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis adalah
plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan
kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung. 3. Impaksi
makanan Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan)
merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
periodontal. Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat
penumpukan sisa makanan danjuga tempat terbentuknya plak, sedangkan
gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang
tinggi. Tanda-tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi
makanan yaitu :a. perasaan tertekan pada daerah proksimal b. rasa
sakit yang sangat dan tidak menentu c. inflamasi gingiva dengan
perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau. d. resesi
gingiva e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat
bergerak dari soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur saat
berfungsi dan sensitif terhadap perkusi. f. kerusakan tulang
alveolar dan karies pada akar4. Pernafasan Mulut Kebiasaan bernafas
melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal ini sering
dijumpai secara permanen atau sementara. Permanen misalnya pada
anak dengan kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga
karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama. Sementara misal pasien
penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan atas
protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini
menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada
permukaan gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang,
populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering
dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal. 5. Sifat
fisik makanan Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena
makanan yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid
membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah
melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri
serta memudahkan pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai
sifat fisik keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang sangat
lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang demikian tidak
dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulutsampai lunak
bercampur dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini
akan memudahkan terjadinya penyakit. Makanan yang baik untuk gigi
dan mulut adalah yangmempunyai sifat self cleansing dan berserat
yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut
secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar,
buah-buahan dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan
gigi. 6. Iatrogenik Dentistry Iatrogenik Dentistry merupakan
iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter gigi yang tidak
hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan pada gigi dan
jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan
sekitar gigi.7. Trauma dari oklusi Trauma dari oklusimenyebabkan
kerusakan jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan
kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi. Trauma dari oklusi
dapat disebabkan oleh : Perubahan-perubahan tekanan oklusal Misal
adanya gigi yang elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti,
kebiasaan buruk seperti bruksim, clenching. Berkurangnya kapasitas
periodonsium untuk menahan tekanan oklusal Kombinasi keduanya. b.
Faktor Sistemik Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia
serta fisik dapat diperberat oleh keadaan sistemik. Untuk
metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon,
vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini
terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan
keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan
oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang
seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan
saja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat
memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan
periodontal.Faktor-faktor sistemik ini meliputi : 1. Demam yang
tinggi Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontalselama
menderita demam yang tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang
parah).Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak dapat melakukan
pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan
biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris
berkumpul pada mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan
terjadi penyakit periodontal. 2. Defisiensi vitamin Di antara
banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan
periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan
ikat. Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan
penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal menyebabkan
jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut
sehingga terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah
jaringan). 3. Drugs atau obat-obatan Obat-obatan dapat menyebabkan
hiperplasia, hal inisering terjadi pada anak-anak penderita
epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin
(dilantin). Dilantin bukan penyebab langsung penyakit jaringan
periodontal, tetapi hiperplasia gingiva memudahkan terjadinya
penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri. 4. Hormonal Penyakit
periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan hormon
estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat
inflamasi margin gingiva bila ada faktor lokal penyebab penyakit
periodontal (Prayitno, 2003).2.3 Macam-macam diagnosa1. Gingivitis
Kronis Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperamie, warna gingiva
berubah dari merah muda menjadi merah tua, disebabkan dilatasi
kapiler, sehingga jaringan lunak karena banyak mengandung darah. 2.
Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP)Penderita biasanya berumur
12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada umur 10-11 tahun. Gigi
yang pertama dirusak molar satu dan insisivus. Angka karies
biasanya rendah. Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan
fagositosis Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat
pada gigi, tetapi pada tempat yang dirusak dijumpai kalkulus
subgingiva.3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)GJP terjadi
secara menyeluruh pada gigi permanen dan dijumpai penumpukan plak
yang banyak serta inflamasi gingiva yang nyata. 4. Periodontitis
KronisPeriodontitis kronis merupakan infeksi dikarenakan inflamasi
pada jaringan lunak dari gigi, kehilangan jaringan ikat secara
progresif dan kehilangan tulang.
5. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (Anug)Adanya lesi
berbentuk seperti kawah (ulkus) pada bagian proksimal dengan daerah
nekrosis yang luas, ditutupi / tidak ditutupi lapisan pseudomembran
berwarna putih keabu-abuan. Lesi yang mengalami inflamasi akut
menambah serangan rasa sakit yang cepat, perdarahan dan sangat
sensitif bila disentuh. Gingiva berkeratin, edematus dan epitelnya
terkelupas. Mulut berbau, kerusakan kelenjar limpa , lesu dan
perasaan terbakar.6. Periodontitis PrepubertasPeriodontitis
prepubertas ada dua bentuk terlokalisir dan menyeluruh. Bentuk
terlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan mempengaruhi
hanya beberapa gigi saja, sedangkan bentuk menyeluruh dimulai saat
gigi tetap mulai erupsi dan mempengaruhi semua gigi desidui
(Prayitno, 2003).2.4 Penentuan PrognosaPrognosis adalah suatu
prediksi dari lama, perjalanan, penghentian dari penyakit dan
responnya terhadap perawatan. Prognosis diegakkan setelah diagnosis
dibuat dan sebelum rencana perawatan ditegakkan.Untuk penentuan
prognosis penyakit periodontal secara keseluruhan, faktor-faktor
yang perlu dipakai sebagai bahan pertimbangan antara lain: usia
serta latar belakang penyakit sistemik yang diderita, adanya
maloklusi, status periodontal yang dihubungkan dengan pembuatan
protesa, merokok, dan kooperasi dari pasien. Faktor-faktor ini
merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan
prognosis (Prayitno, 2003).Prognosis untuk gigi per gigi secara
individual ditentukan setelah prognosis secara menyeluruh. Apabila
akan menentukan prognosis pada suatu gigi, hal-hal yang harus
dipertimbangkan antara lain mengenai kegoyangan gigi, poket
periodontal, masalah muko gingival dan furkasi, morfologi gigi,
gigi-gigi tetangga dan regio yang tidak bergigi, lokasi dari tulang
yang masih tertinggal pada permukaan akar, hubungan antar gigi,
adanya gigi karies, gigi non vital dan resorpsi gigi (Prayitno,
2003).Penerapan Klinis Prognosis :Dari hasil analisis mengenai
faktor-faktor penentu prognosis, praktisi dapat menentukan kategori
prognosis secara klinis sebagai berikut (Prayitno, 2003):a.
Excellent prognosis ( prognosis sempurna )Tidak ada kehilangan
tulang (bone loss), kondisi gingival yang sangat baik, pasien
sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan.b. Good
prognosis ( prognosis bagus )Apabila terjadi satu atau lebih
hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang adequat, kemungkinan
kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi yang adequat, pasien
kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan, (jika ada)
faktor sistemik tersebut terkontrolc. Fair prognosis ( prognosis
sedang ) Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut:
dukungan tulang yang sedikit adequat, beberapa gigi goyang,
furcation involvolment grade I, kemungkinan pemeliharaan yang
adequat, kerja sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/
lingkungan yang terbatas.d. Poor prognosis ( prognosis jelek
)Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut:
kehilangan tulang yang moderat-cepat, terdapat kegoyangan gigi,
furcation involvolment grade I dan II, kesulitan dalam pemeliharaan
dan atau kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor
sistemik/ lingkungan.e. Questionable prognosis ( prognosis yang
dipertanyakan )Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai
berikut: Kehilangan tulang yang cepat, furcation involvolment grade
II dan III, kegoyangan gigi, daerahnya sulit dijangkau, terdapat
faktor sistemik/ lingkungan. f. Hopeless prognosis ( prognosis
tanpa harapan )Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai
berikut: kehilangan tulang yang cepat, daerahnya tidak dapat
dilaukan pemeliharaan, indikai pencabutan, terdapat faktor
sistemik/ lingkungan yang tidak terkontrol (Prayitno, 2003).2.5
Klasifikasi PoketPoket periodontal merupakan sulkus yang mengalami
sakit. Area sulkus dan poket merupakan area perawatan tempat
kalkulus berkumpul, dan instrumentasi untuk terapi periodontal
non-bedah diaplikasikan. Dasar poket merupakan marjin koronal
jaringan periodontal yang melekat. Secara hisltologis, dasar sebuah
sulkus sehat adalah batas koronal perletakan jaringan konektif.
Poket dibagi menjadi gingival dan periodontal untuk menegaskan
derajat keterlibatan anatomi (Dalimunthe, 2005).Poket dapat
diklasifikasi sebagai berikut:1. Poket Gingiva (pseudo-poket). Tipe
poket ini dibentuk oleh pembesaran gingiva tanpa disertai destruksi
jaringan periodontal sekitar. Sulkus mengalami pendalaman akibat
peningkatan pembesaran gingiva. Tipe poket ini terjadi bersama
dengan destruksi jaringan periodontal pendukung. Bertambah dalamnya
poket secara progresif menyebabkan destruksi jaringan periodontal
pendukung, dan gigi menjadi goyang, dan tanggal. 2. Poket
PeriodontalTipe poket yang terbentuk sebagai akibat proses penyakit
atau degenerasi yang menyebabkan junctional epithelium bermigrasi
ke apikal sepanjang sementum. Struktur poket periodontal bartambah
dalam (tingkat perlekatan) terlibat berupa sementum, ligamen
periodontal, dan tulang alveolar. Poket periodontal dibagi
berdasarkan posisi poket terhadap tulang alveolar dengan dasar
poket suprabony atau infrabony a. Suprabony (suprakrestal atau
supraalveolar) Suprabony bagian dasar poket ini berada di koronal
pada tulang alveolar.Gambaran poket periodontal suprabony :1. Dasar
poket berada di koronal pada tulang alveolar2. Pola destruksi
tulang pendukung pada arah horizontal3. Secara interproksimal,
fiber trans-septal yang direstorasi selama penyakit periodontal
progresif tersusun secara horizontal pada ruang antara dasar poket
dan tulang alveolar4. Pada permukaan fasial dan lingual, fiber
ligamen periodontal di bawah poket mengikuti jalus horizontal-oblik
normal antara gigi dan tulangb. Intrabony (infrabony, subkrestal
atau intraalveolar) Intrabony bagian dasar poket berada di apikal
dari tinggi tulang alveolar sekitar. Pada tipe poket kedua ini,
dinding poket lateral terdapat di antara permukaan gigi dan tulang
alveolar. Poket dapat melibatkan satu, dua atau lebih permukaan
gigi, dan dapat memiliki kedalaman berbeda, dan tipe pada permukaan
berbeda dari gigi yang sama, dan pada bagian aproksimal ruang
interdental yang sama. Poket juga dapat berbentuk spiral (sebagai
contoh berasal dari satu permukaan gigi, dan berputar di sepanjang
gigi dan melibatkan satu atau lebih permukaan tambahan). Tipe poket
tersebut paling umum pada area furkasi (Dalimunthe, 2005).2.6
Rencana perwatan1. Kontrol Plak atau DHEPembersihan secara teratur
dental plak dengan tujuan pencegahan akumulasi plak pada gigi dan
permukaan gingival yng merupakan kunci utama dalam praktek
kedokteran gigi. Tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak bisa
dicapai/dipertahankan sehingga setiap pasien harus diedukasi
tentang kontrol plak Tahapan kontrol plak a. Edukasi 1. Etiologi
dari penyakit periodontal plak 2. Apa itu plak 3. Berapa kali
mengunjungi dokter 2-3/ tahun 4. Plaque control rcord disclosing
agent5. Kontrol plak dirumah b. Motivasi 1. Akibat yang ditimbulkan
jika plak tidak dihilangkan 2. Memahami konsep patogenesa perawatan
dan pencegahan penyakit periodontal3. Merubah kebiasaan kontrol
plak setiap hari 4. Merubah perilaku c. Instruksi 1. Demonstrasi
cara menggunakan sikat gigi dan alat OH2. Identifikasi plak
dislosing agent (pewarna makanan)3. Kontrol plak dirumah 4. Mekanis
: sikat gigi 5. Kimia : obat kumur 6. Penggunaan dental floss atau
alat pembersih dental lain Macam: Dental floss7. Interdental
brushd. Scaling dan Root Planing Scaling merupakan proses
pembersihan plak dan kalkulus dari permukaan supragingiva dan
subgingiva gigi. Sedangkan root planning merupakan proses
pembersihan sisa kalkulus di sementum akar untuk mendapatkan
permukaan akar halus, keras dan bersih Tujuan dari scaling dan root
planning yaitu mengembalikan kondisi gingiva sehat dengan
menghilangkan elemen-elemen yang dapat menimbulkan inflamasi
gingiva (plak, kalkulus, endotoksin) dari permukaan gigi 1. Scaling
supragingiva a. Daerah kerja: margin gingiva b. Adaptasi dan
angulasi mudah, penglihatan langsung c. Alat: Sickle, kuret,
ultrasonicd. Sickle/kuret: modifikasi pen graps, jari berada di
sekitar daerah kerja e. Blade < 90o terhadap permukaan gigi f.
Ujung pemotong harus melekat pada apikal marging. Stroke pendek,
kuat, koronal arah vertikal/obliq 2. Scaling subgingiva dan root
planninga. Alat: Sickle, hoe, ultrasonic b. Arah dan panjang stroke
terbatas karena dinding poket c. Operator harus mengatur adaptasi
& angulasi instrumen pada gigi d. Kuret disenangi karena blade
lengkung, membulat dan punggung bengkok masuk dasar poket dan
disesuaikan kontur gigi trauma jaringan minimale. Blade masuk di
bawah gingiva sampai dasar poket sebagai eksplorer, stroke ringan
f. Mencapai dasar poket, angulasi 45-90o ditekan arah lateral,
kalkulus dibuang dengan stroke kuat, pendek .g. Root planning
stroke lebih panjang dan ringan, tekanan lateral lebih permukaan
akar halus dan keras e. Kuretase Definisi kuretase adalah proses
menghilangkan jaringan granulasi pada dinding gingiva, membersihkan
jaringan nekrotik dan kalkulus pada sementum (Megananda, 2011)
2. Pensplinan Splin periodontal (periodontal splint), atau biasa
disingkat dengan splin saja adalah piranti untuk imobilisasi atau
stabilisasi gigi yang goyang. Dengan istilah pensplinan (splinting)
dimaksudkan prosedur pemasangan splin dalam rangka perawatan
periodontal. Pensplinan pada umumnya dilakukan sebagai bagian
perawatan fase I berupa splin sementara, tetapi bisa juga sebagai
bagian perawatan fase III berupa splin permanen. a. Splin sementara
(temporary splint). - Splin sementara dipakai untuk jangka waktu
singkat, dan umumnya digunakan untuk menstabilkan gigi yang goyang
selama berlangsunya terapi periodontal. b. Splin provisional
(provisional splint). - Splin provisional digunakan untuk beberapa
bulan sampai beberapa tahun dengan tujuan diagnostik. Pemakaian
splin jenis ini memberi kesempatan bagi klinisi untuk mengamati
respon periodonsium terhadap terapi periodontal. c. Splin permanen
(permanent splint). - Splin permanen dipakai secara menetap dengan
tujuan mengimobilisasi gigi. Tipe splin ini bisa berupa piranti
cekat atau lepasan (Megananda, 2011)2.7 Perawatan Penyakit
PeriodontalRencana perawatan periodontal diarahkan untuk suatu
perawatan yang komprehensif.Tujuan utama dari perawatan yang
komprehensif adalah penyingkiran inflamasi gingiva dan koreksi
kondisi yang menyebabkan atau memperparah inflamasi tersebut. Untuk
mencapai tujuan ini, tergantung pada kasusnya, prosedur yang
dilakukan adalah:1. Penyingkiran iritan pada permukaan akar gigi
(ini mutlak harus dilakukan),2. Penyingkiran saku periodontal,3.
Penciptaan kontur gingiva dan hubungan mukogingival yang kondusif
(menguntungkan) dalam mempertahankan kesehatan periodonsium,4.
Restorasi karies,5. Koreksi restorasi yang cacat. Apabila ada
masalah hubungan oklusal, mungkin pula perlu dilakukan:a.
Penyelarasan oklusal (occlusal adjustment),b. Prosedur restoratif,
prostetik dan ortodonti,c. Pensplinan (splinting),d. Koreksi
kebiasaan bruksim (bruxism), klemping (clamping) dan klensing
(clenching). Kondisi sistemik pasien pun perlu dievaluasi, karena
kondisi tersebut dapat:e. Menyebabkan perlunya perhatian khusus
pada waktu melakukan prosedur perawatan,f. Mempengaruhi respon
periodonsium terhadap perawatan,g. Menyulitkan bagi usaha
mempertahankan hasil perawatan.
Fase Perawatan :1. Fase preliminari/pendahuluana. Perawatan
kasus darurat (emergensi)1. Dental atau periapikal2. Periodontal3.
Lain-lain b. Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan,
dan pemasangan gigi tiruan sementara (bila diperlukan karena alasan
tertentu) 2. Terapi fase I (fase etiotropik)a. Kontrol plakb.
Kontrol diet (bagi pasien dengan karies rampan)c. Penskeleran dan
penyerutan akard. Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasie.
Ekskavasi karies dan restorasi (sementara atau permanen, tergantung
f. apakah prognosis ginginya sudah final, dan lokasi karies)g.
Terapi antimikrobial (lokal atau sistemik)h. Terapi oklusal
(penyelarasan oklusal)i. Penggerakan gigi secara ortodontikj.
Pensplinan provisional3. Evaluasi respons terhadap fase Ia.
Pengecekan kembali1. Kedalaman saku dan inflamasi gingiva2. Plak,
kalkulus dan karies 4. Terapi fase II (fase bedah)a. Bedah
periodontalb. Perawatan saluran akar5. Terapi fase III (fase
restoratif)a. Restorasi finalb. Gigi tiruan cekat dan lepasan6.
Evalusi respons terhadap prosedur retoratif a. Pemeriksaan
peridontal7. Terapi fase IV (fase pemeliharaan / terapi periodontal
suportif)a. Kunjungan berkalab. Plak dan kalkulusc. Kondisi gingiva
(saku, inflamasi)d. Oklusi, mobiliti gigie. Perubahan patologis
lainnya 2.8 Alat PeriodontalBerdasarkan kegunaannya, alat
periodontal dapat diklasifikasikan atas:1. Prob periodontal.- Prob
periodontal (periodontal probe) adal ah alat yangn digunakan untuk
melokalisir, mengukur, dan menandai saku, serta untuk memperkirakan
konfigurasi saku pada setiap sisi gigi.2. Eksplorer.- Eksplorer
(explorer) atau sonde adalah alat untuk melokaliser deposit pada
permukaan akar gigi dan karies di daerah subgingival, danmemeriksa
kehalusan permukaan akar gigi setelah penyerutan akar, cacat
anatomis pada permukaan gigi, dan tepi restorasi.3. Alat
penskeleran, penyerutan akar, dan pengkuretan. Alat penskeleran
(scaling), penyerutan akar (root planing) dan pengkuretan
(curettage) digunakan untuk:(1). Menyingkirkan kalkulus dari
permukaan mahkota dan akar gigi; (2). Menyingkirkan sementum yang
tercemar toksin dan nekrosis pada permukaan subgingival dari akar
gigi; (3). Menyingkirkan dinding jaringan lunak saku.
3. Alat pembersih dan pemoles. Alat pembersih dan pemoles
seperti rubber cups, brus dan dental tape digunakan untuk
membersihkan dan memoles permukaan gigi. Belakangan ini telah
tersedia pula air-powder abrasive system untuk pemolesan gigi,
yaitu suatu alat yang menyemprotkan serbuk garam dengan tekanan
yang cukup tinggi (Caranzza, 1996)
PROB PERIODONTALBentuk umum prob periodontal adalah seperti
batang yang mengecil ke arah ujung, mempunyai kalibrasi dalam
milimeter, dengan ujung yang membulat dan tumpul. Prob yang baik
adalah yang tipis dengan leher membentuk sudut sehingga mudah
diselipkan ke dalam saku. Berbagai disain prob telah diproduksi dan
dipasarkan. Penampang melintangnya bervariasi: pipih, bujur telur
(oval) atau bundar, dan kal i brasi nya pun bervariasi. Prob
Marquis mempunyai kalibrasi 3, 6, 9 dan 12 mm, dimana untuk setiap
3mm-nya diberi warna yang berbeda sehingga mempermudah pembacaan.
Tetapi kelemahannya adalah sukar untuk membaca ukuran diantara
kelipatan 3.Prob UNC-15 bagian ujungnya mempunyai panjang 15 mm
yang diberi kalibrasi setiap 1 mm, dan pada 5, 10, dan 15 mm diberi
kode warna. Kalibrasi pada prob Williams adalah 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9
dan 10 mm. Adanya interval 2 mm antara 3 dengan 5 dan 5 dengan 7
sengaja dibuat untuk menghindarai kesalahan pembacaan. Prob "O"
Michigan mempunyai kalibrasi pada 3, 6, dan 8 mm. Prob WHO (World
Health Organization) mempunyai disain unik dimana bagian ujungnya
berupa bola kecil seperti jarum pentol berdiameter 0,5 mm,
kalibrasi 3,5, 8,5 dan 11,5 mm dengan kode warna antara 3,5 - 5,5
mm Untuk pemeriksaan daerah furkasi sebaiknya digunakan prob Nabers
yang ujungnya melengkung dan tumpul (Caranzza, 1996)
Beberapa tipe prob periodontal. (A) Prob Marquis; (B) Prob
UNC-15; (C)Prob Williams; (D) Prob "O" Michigan; (E) Prob WHO.
BAB IIIKONSEP MAPPING
SubjektifObjektifPenunjang (radiologi)PemeriksaanKeluhan
pasien
Etiologi penyakit periodontalPatofisiologiKlasifikasi penyakit
periodontalDiagnosa Penyakit Periodontal (ANUG)
Tahapan PerawatanPerawatan Penyakit Periodontal
Pencegahan Penyakit Periodontal
22BAB IVPEMBAHASAN
Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal,
yakni identitas pasien, keluhan utama, present illnes, riwayat
medik, riwayat dental, riwayat keluarga dan riwayat sosial. Pada
pemeriksaan subjektif didapatkan bahwa pasien mengeluhkan rasa
perih pada seluruh gusinya, sakit kurang lebih satu minggu yang
lalu dan juga sakit pada gigi taring atas kiri serta sering kambuh.
Pasien juga mengeluh gusinya sering mengelupas dan berdarah secara
tiba-tiba, bau mulut dan sempat merasakan demam 2 hari yang lalu.
Pasien sendiri mempunyai kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada 2 macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intraoral. Pada pemeriksaan
intraoral didapatkan gingival creater pada regio anterior bawah
gingiva kemerahan, mengkilat dan sakit. Tampak pula adanya gingiva
dengan konsistensi lunak, kemerahan, hangat, dan mengkilat serta
supurasi saat ditekan, sakit pada saat dilakukan druk dan perkusi.
Terdapat kalkulus dan poket dengan kedalaman 6mm nyeri pada bagian
labial 23 dan tidak ada mobilitas gigi. Radiografi memberikan
informasi penting untuk melengkapi pemeriksaan klinis. Pada
pemeriksaan radiografi tampak gambaran radiolusen dengan batas
tidak jelas pada apikal gigi 23.Diagnosa untuk kasus tersebut
adalah Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (Anug). Setelah
diketahui diagnosanya barulah dapat ditentukan rencana perawatan
yang dapat dilakukan.
23
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanPemeriksaan yang dilakukan sebelum melakukan
perawatan periodontal adalah penting. Pemeriksaan yang dilakukan
haruslah sedetail mungkin untuk menentukan diagnosa dan rencana
perawatan.
5.2 SaranDiharapkan kepada mahasiswa fakultas kedokteran gigi
dapat memahami mengenai pokok bahsan tentang penyakit
periodontal
24
DAFTAR PUSTAKA
Manson. J. D, Eley. B. M. 1993. Buku ajar periodonti.
Hipokrates:JakartaMegananda, dkk. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta:EGCFedi. P.F,
Arthur. R, Vernino dan Jhon. I. 2004. Silabus Periodonti.
Jakarta:EGCCarranza FA, Jr. The treatment plan, in: Carranza FA Jr
& Newman MG (eds), Clinical Periodontology, 8th edition,
Philadelphia, WB Saunders Co., 1996, p: 399-401.Prayitno, Siti
W.2003. Periodontologi Klinik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Dalimunthe. S. I. 2005. Periodonsia. USU:Medan
25JARINGAN PERIODONTAL
Oleh:
INDAH PURNAMAWATI10610018
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIINSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATAKEDIRI2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan tugas makalah dengan judul Jaringan Periodontal tanpa
halangan suatu apapun. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral
maupun bantuan material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada :1.
drg. Wasilah sebagai dosen Pembimbing makalah yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah.1. Seluruh staf dosen FKG IIK
yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu karena
keterbatasan hal.1. Semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya penyusunan makalah ini.Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila diberikan
saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan
pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Hormat Saya
Penulis
iiDAFTAR ISI
HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiii
iiiBAB IPENDAHULUAN10. Latar Belakang10. Rumusan Masalah10.
Tujuan20. Hipotesa2BAB IITINJAUAN PUSTAKA 32.1 Pemeriksaan3 2.1.1
Pemeriksaan Subjektif3 2.1.2 Pemeriksaan Objektif4 2.1.3
Pemeriksaan Penunjang52.2 Penyakit Periodontal52.3 Macam-macam
diagnosa62.4 Penentuan Prognosa72.5 Klasifikasi Poket112.6 Rencana
Perawatan132.7 Perawatan Penyakit Periodontal2.8 Alat
PeriodontalBAB III KONSEP MAPPING16BAB IV PEMBAHASAN 17BAB
VKESIMPULAN DAN SARAN185.1. Kesimpulan 185.2. Saran 18DAFTAR
PUSTAKA19