Top Banner
Tugas Farmakoterapi Terapan HIPERLIPIDEMIA Disusun Oleh : Kelas A Kelompok 2 Milyadi S 260112120047 Langlang W 260112120049 Deborah 260112120051 Lideo L 260112120053 Risa D 260112120055 Tina P 260112120003 Siti Nurjanah 260112120025 Putri W 260112120119 PROGRAM PROFESI APOTEKER
38

makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Aug 02, 2015

Download

Documents

Mega Febriana
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Tugas Farmakoterapi Terapan

HIPERLIPIDEMIA

Disusun Oleh :

Kelas A

Kelompok 2

Milyadi S 260112120047

Langlang W 260112120049

Deborah 260112120051

Lideo L 260112120053

Risa D 260112120055

Tina P 260112120003

Siti Nurjanah 260112120025

Putri W 260112120119

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

BAB I

PENDAHULUAN

Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya kalori, yang berfungsi

sebagai sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari

makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam sel-sel

lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari

dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan

komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf

serta empedu (Suyatna, 2007).

Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida.

Lemak tidak larut dalam cairan plasma, sehingga dia harus mengikat dirinya pada

protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak dan

protein ini disebut lipoprotein.

Kurang gerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,

menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang

tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan

adipose yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut yang

lambat laun nampak membuncit (Alam et al., 2003).

Page 3: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

BAB II

ISI

I. DEFINISI

Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas

batas normal. Total kolesterol menjadi tinggi, LDL (low density lipoprotein) atau

trigliserida tinggi, HDL (high density lipoprotein) rendah, atau kombinasi

kelainan lain. (Wells et al., 2009). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan

memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan

dan pengerasan pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama

terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2002).

Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena

sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein

membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan

menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam

darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.

Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan

HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas

di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam

kisaran normal (Suyatna, 2007).

II. KLASIFIKASI

Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu

hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar

trigliserida tinggi).

1. Hiperkolesterolemia

Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses

kompleks pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan

Page 4: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

lemak) dalam pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan

pembentukan trombus. Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan

terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang

disuplai pembuluh darah akan mengalami kekurangan atau penghentian suplai

darah. Kondisi inilah yang pada akhirnya akan bermanifestasi sebagai

penyakit jantung koroner (PJK), stroke, atau penyakit vaskuler lainnya.

Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari 130 mg/dL dan kadar

kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar HDL harus meliputi

lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006).

2. Hipertrigliserida

Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan resiko

terjadinya penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida

darah diatas 250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak

selalu meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri

koroner. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL)

bisa menyebabkan pancreatitis (Neal, 2006).

Dapat pula dibedakan menjadi hiperlipidemia primer dan sekunder

berdasarkan faktor resikonya.

1. Hiperlipidemia Primer

Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua kelompok besar :

a. Hiperlipoproteinemia monogenik karena kelainan gen tunggal yang

diturunkan. Sifat penurunan ini mengikuti hukum Mendel;

b. Hiperlipoproteinemia poligenik/multifaktorial. Kadar kolesterol pada

kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor genetik dengan

faktor lingkungan (Suyatna, 2007).

2. Hiperlipidemia Sekunder

Kejadian hiperlipidemia sekunder kira-kira 40% dari seluruh kasus

hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah terjadinya peningkatan kadar lemak

yang disebabkan antara lain oleh kondisi penyakit dan penggunaan obat-obat

tertentu (Suyatna, 2007).

Page 5: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Gambar 2.1. Penyebab Hiperlipoproteinemia Primer (genetik)

(Dipiro et al., 2008)

Gambar 2.2. Penyebab Hiperlipoproteinemia Sekunder (Gangguan Metabolisme)

(Dipiro et al., 2008).

Hiperlipoproteinemia dibedakan atas lima macam berdasarkan jenis

lipoprotein yang meningkat. Hiperlipidemia ini mungkin primer atau sekunder

akibat diet, penyakit atau pemberian obat. (Departemen farmakologi dan

Terapeutik, 2007).

a) Hiperlipoproteinemia tipe I

Page 6: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Disebut juga hiperkilomikronemia familial, merupakan penyakit

keturunan yang jarang terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Dimana tubuh

penderita tidak mampu membuang kilomikron dari dalam darah. Anak-anak

dan dewasa muda dengan kelainan ini mengalami serangan berulang dari

nyeri perut. Hati dan limpa membesar, pada kulitnya terdapat pertumbuhan

lemak berwarna kuning-pink (xantoma eruptif). Pemeriksaan darah

menunjukkan kadar trigliserida yang sangat tinggi. Penyakit ini tidak

menyebabkan terjadi aterosklerosis tetapi bisa menyebabkan pankreatitis,

yang bisa berakibat fatal. Penderita diharuskan menghindari semua jenis

lemak (baik lemah jenuh, lemak tak jenuh maupun lemak tak jenuh ganda).

b) Hiperlipoproteinemia tipe II

Disebut juga hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu penyakit

keturunan yang mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kematian dini,

biasanya karena serangan jantung. Kadar kolesterol LDLnya tinggi. Endapan

lemak membentuk pertumbuhan xantoma di dalam tendon dan kulit. 1 di

antara 6 pria penderita penyakit ini mengalami serangan jantung pada usia 40

tahun dan 2 diantara 3 pria penderita penyakit ini mengalami serangan jantung

pada usia 60 tahun. Penderita wanita juga memiliki resiko, tetapi terjadinya

lebih lambat. 1 dari 2 wanita penderita penyakit ini akan mengalami serangan

jantung pada usia 55 tahun. Orang yang memiliki 2 gen dari penyakit ini

(jarang terjadi) bisa memiliki kadar kolesterol total sampai 500-1200 mg/dL

dan seringkali meninggal karena penyakit arteri koroner pada masa kanak-

kanak. Tujuan pengobatan adalah untuk menghindari faktor resiko, seperti

merokok, dan obesitas, serta mengurangi kadar kolesterol darah dengan

mengkonsumsi obat-obatan. Penderita diharuskan menjalani diet rendah

lemak atau tanpa lemak, terutama lemak jenuh dan kolesterol serta melakukan

olah raga secara teratur. Menambahkan bekatul gandum pada makanan akan

membantu mengikat lemak di usus. Seringkali diperlukan obat penurun

lemak.

Tipe IIA (Hiperkilomikronemia familial)

Page 7: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam

degradasi LDL, sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi

triasilgliserol normal. Ini disebabkan oleh berkurangnya reseptor LDL

normal.. Pengobatan untuk hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu dengan diet

rendah kolesterol dan lemak jenuh. Untuk heterozigot dapt diterapi dengan

kolestipol atau kolestiramin dan levostatin atau mevastatin. Untuk homozigot

sama seperti heterozigot tetapi dengan penambahan niasin.

Tipe IIB (Hiperlipidemia kombinasi familial)

Tipe ini sama dengan tipe IIA kecuali adanya peningkatan VLDL,

menyebabkan triasilgliserol serum dan kolesterol meningkat. Yang

disebabkan karena produksi VLDL oleh hati berlebihan. Pengobatan untuk

hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu dengan pembatasan kolseterol dan lemak

jenuh dalam diet serta alkohol. Terapi obat sama dengan IIA kecuali

heterozigot juga menerima niasin.

c) Hiperlipoproteinemia tipe III

Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang

menyebabkan tingginya kadar kolesterol VLDL dan trigliserida. Pada

penderita pria, tampak pertumbuhan lemak di kulit pada masa dewasa awal.

Pada penderita wanita, pertumbuhan lemak ini baru muncul 10-15 tahun

kemudian. Baik pada pria maupun wanita, jika penderitanya mengalami

obesitas, maka pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal. Pada usia

pertengahan, aterosklerosis seringkali menyumbat arteri dan mengurangi

aliran darah ke tungkai.

Pemeriksaan darah menunjukkan tingginya kadar kolesterol total dan

trigliserida. Kolesterol terutama terdiri dari VLDL. Penderita seringkali

mengalami diabetes ringan dan peningkatan kadar asam urat dalam darah.

Pengobatannya meliputi pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal serta

mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh. Biasanya diperlukan obat

penurun kadar lemak. Kadar lemak hampir selalu dapat diturunkan sampai

normal, sehingga memperlambat terjadinya aterosklerosis

Page 8: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

d) Hiperlipoproteinamia tipe IV

Merupakan penyakit umum yang sering menyerang beberapa anggota

keluarga dan menyebabkan tingginya kadar trigliserida. Penyakit ini bisa

meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis. Penderita seringkali

mengalami kelebihan berat badan dan diabetes ringan. Penderita dianjurkan

untuk mengurangi berat badan, mengendalikan diabetes dan menghindari

alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak darah.

e) Hiperlipoproteinamia tipe V

Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak

mampu memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana

mestinya. Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat dari

penyalahgunaan alkohol, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, gagal

ginjal dan makan setelah menjalani puasa selama beberapa waktu (UPT-Balai

Informasi Teknologi LIPI, 2009).

III. PATOFISIOLOGI

Terdapat 4 jenis utama lipoprotein, yaitu :

Kilomikron

VLDL (Very Low Density Lipoproteins)

LDL (Low Density Lipoproteins)

HDL (High Density Lipoproteins) (Katzung, 2002).

Tidak semua kolesterol meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.

Kolesterol yang dibawa oleh LDL (disebut juga kolesterol jahat) menyebabkan

meningkatnya resiko penyakit jantung, sedangkan kolesterol yang dibawa oleh

HDL (disebut juga kolesterol baik) menyebabkan menurunnya resiko penyakit

jantung dan menguntungkan. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih

dari 130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL.

Kadar HDL harus meliputi lebih dari 25 % dari kadar kolesterol total (Neal,

2006).

Page 9: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Transport dan metabolisme lipoprotein pada orang normal

Sebagai plasma lipid yang terbesar, kolesterol dan trigliserida merupakan

substrat esensial untuk pembentukan membran sel dan sintesis hormon.

Kolesterol dan trigliserida merupkan sumber dari asam lemak bebas. Dislipidemia

dapat diartikan sebagai peningkatan kadar total kolesterol, LDL-C, atau kadar

trigliserida, kadar HDL-C yang rendah, atau kombinasi dari keadaan-keadaan

tersebut. Lemak bersifat tidak larut dalam air sehingga lemak diedarkan dalam

darah sebagai lipoprotein. Hiperlipoprteinemia diartikan sebagai peningkatan

konsentrasi makromolekul lipoprotein yang mentranspor lipid dalam plasma.

Gambar2.3. komposisi lipoprotein yang di isolasi dari subyek normal

(Dipiro et al., 2005).

1) Kilomikron. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%

komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester.

Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot

rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati.

2) Lipoprotein Densitas Sangat Rendah (VLDL). Lipoprotein ini terdiri dari 60%

trigliserida (endogen) dan 10-15% kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk

mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis

oleh LPL menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan

adiposa dan bahan oksidasi di jantung dan otot skelet.

3) Lipoprotein Densitas Sedang (IDL). IDL ini kurang mengandung trigliserida

(30%), lebih banyak kolesterol (20%) dan relatif lebih banyak mengandung

Page 10: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

apoprotein B dan E. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL

dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali

bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut. Bila terdapat dalam jumlah yang

banyak IDL akan terlihat sebagai kekeruhan dalam plasma yang didinginkan

meskipun ultra sentrifugasi perlu dilakukan untuk memastikan adanya IDL.

4) Lipoprotein Densitas Rendah (LDL). LDL merupakan lipoprotein pengangkut

kolesterol terbesar pada manusia (70% total). Partikel LDL mengandung

trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%.

5) Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL). HDL dapat disubklasifikasikan kedalam

HDL1, HDL2, HDL3 dan berdasarkan kandungan Apo A-I dan Apo A-II nya.

Metabolisme HDL kompleks dan terdapat petunjuk bahwa Apo A-I plasma

yang merupakan apoprotein utama HDL merupakan inverse predictor untuk

resiko penyakit jantung koroner yang lebih baik daripada kadar HDL

(Suyatna, 2007).

Lipid darah diangkut dengan dua cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen.

a. Jalur Eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus

dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran

limfe lalu kedalam darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak,

trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase

yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan

terbentuk asam lemak dan kilomikron remnan. Kilomikron remnan adalah

kilomikron yang telah dihilangkan sebagian besar trigliseridanya sehingga

ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterol tetap. Asam lemak bebas

akan menembus endotel dan masuk kedalam jaringan lemak atau sel otot

untuk diubah menjadi trigliserida kembali (cadangan) atau dioksidasi (energi)

(Suyatna, 2007).

b. Jalur Endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara

endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis

Page 11: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron

menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. LDL

merupakan lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%).

LDL mengalami katabolisme melalui reseptor dan jalur non reseptor. Jalur

katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen

(Suyatna, 2007).

Gambar 2.4. Jalur Transport Lipid (Dipiro et al., 2005).

Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total dalam darah

berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner (PJK). Kelainan

patologi pada hiperlipidemia terutama diakibatkan oleh lesi aterosklerosis,

disfungsi endothelium, respon inflamasi, faktor genetik, dan pengikatan LDL

secara normal.

Lesi aterosklerosis

Lesi aterosklerosis diduga berkembang dari transport dan retensi LDL plasma

melalui lapisan sel endothelial ke dalam matriks ekstraselular daerah

subendotelial. Pada dinding arteri, LDL dimodifikasi secara kimia melalui

proses oksidasi dan glikasi nonenzimatik. Perlahan-lahan LDL teroksidasi

menarik monosit ke dalam dinding arteri. Monosit-monosit ini akan berubah

menjadi makrofag yang mempercepat oksidasi LDL.

Page 12: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Disfungsi endotelium

Hipotesis respon terhadap luka menyatakan bahwa factor resiko seperti LDL

teroksidasi, luka mekanis terhadap endothelium, peningkatan homosistein,

serangan fungsi imunologi, atau induksi infeksi yang menginduksi perubahan

dalam endothelial dan fungsi intima membawa kepada disfungsi endothelium

dan serangkaian interaksi seluler yang lama kelamaan memuncak menjadi

aterosklerosis. Gejala klinis yang dapat muncul adalah angina, infark miokard,

aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta serta abdomen

dan kematian mendadak.

Respon inflamasi

LDL teroksidasi mempengaruhi respon inflamasi yang dimediasi oleh

beberapa zat kimia penarik dan sitokin, misalnya Monosite Colony

Stimulating Factor (MCSF), melekul adhesi intraselular, Platelet

Degeneration Growth Factor (PDGF), Transformation Growth Factor (TGF),

IL-1, dan IL-6. Luka yang berulang dan perbaikan plak aterosklerosis

akhirnya akan mengarah kepada perlindungan fibrous cap yang didasari oleh

inti lipid, kolagen, kalsium, dan sel inflamatori seperti limfosit T.

Pemeliharaan fibrous plaque sangat penting untuk mencegah hancurnya plak

dan diikuti oleh trombosit koronari.

Faktor genetik

Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial adalah ketidak mampuan

pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau kerusakan pencernaan

kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah

pada kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis

kolesterol, dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan

berkurangnya reseptor LDL.

(Dipiro et al., 2005)

IV. MANIFESTASI KLINIK

Hiperlipidemia tidak memberikan tanda-tanda klinis, namun terdapat gejala yang

nyata yang disebut xantoma yaitu penumpukan jaringan lemak di dalam tendo (urat

Page 13: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

daging) dan di dalam kulit yang sering dijumpai antara lain di lipatan kelopak mata.

Jika kadar kolesterol tidak terkontrol lama kelamaan akan menumpuk, menjadi

aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Gejala hiperlipidemia diantaranya yaitu

merasa sakit, berdebar, berkeringat, gelisah, bernafas pendek, kehilangan kesadaran

atau sulit dalam berbicara atau bergerak, sakit abnominal, dan kematian secara

mendadak. Pasien yang terkena sindrom metabolisme kemungkinan memiliki tiga

atau lebih komplikasi, yaitu obesitas abdominal, atherogenic dyslipidemia, tekanan

darah tinggi, resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa), keadaan

prothrombotic, atau keadaan proinflammatory (Dipiro et al,. 2008).

Hiperkolesterolemia familial dijelaskan dengan peningkatan selektif LDL plasma

dan perubahan penyimpanan turunan kolesterol LDL pada tendon (xantoma) dan

arteri (ateroma) (Sukandar et al., 2008).

Defisiensi lipoprotein lipase famial dijelaskan dengan akumulasi masif

kilomikron dan berhubungan dengan meningkatnya trigliserida plasma atau pola

lipoprotein tipe I (peningkatan kilomikron). Gejala yang muncul termasuk serangan

berulang pankreatitis dan nyeri abdominal, munculnya xantomatosis kutaneus, dan

hepatosplenomegali yang diawali sejak kecil. Gejala buruk proporsional dengan

asupan lemak dalam makanan dan mengakibatkan peningkatan kilomikron.

Pembentukan aterosklerosis tidak dipercepat dengan penyakit ini (Sukandar et al.,

2008).

Gejala klinis pasien dengan hiperlipoprotein familial tipe III (peningkatan IDL

atau Intermediate Density Lipoprotein) berkembang setelah umur 20 tahun yaitu

xantoma striata palmaris (perubahan warna menjadi kuning pada palma dan

berkerutnya digital); tuberosa xantoma (bulbus kutaneus xantoma); dan ateroslerosis

parah yang melibatkan arteri koroner, karotid internal, dan aorta abdominal

(Sukandar et al., 2008).

Hiperlipoproteinemia tipe IV (peningkatan VLDL) umum dan terutama terjadi

pada pasien obesitas, diabetes, dan hiperurisemia dan tidak memiliki xantoma.

Kondisi senkunder bisa terjadi pada peminum alkohol dan diperburuk dengan stres,

propestin, kontrasepsi oral, thiazid, atau β bloker (Sukandar et al., 2008).

Page 14: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

Tipe V (peningkatan VLDL dan kilomikron) dijelaskan dengan nyeri abdominal,

pankreatitis, munculnya xantoma, dan polineuropathy perifer. Pasien-pasien ini

biasanya obesitas, hiperurisemnia, dan diabetes; peminum alkohol, eksogenus

estrogen, dan gagal ginjal dapat memperburuk faktor yang telah ada. Resiko

aterosklerosis meningkat dengan penyakit tipe ini (Sukandar et al., 2008).

V. DIAGNOSIS

Hiperlipidemia umumnya tidak memiliki gejala. Skrining dilakukan dengan

tes darah sederhana untuk mengukur kadar kolesterol dan trigliserida. Berdasarkan

National Cholestrol Education Program Guidelines, orang dewasa yang sehat harus

disaring setiap lima tahun sekali dimulai pada usia 20. Jika Anda memiliki riwayat

keluarga dengan kolesterol tinggi atau faktor risiko lain Anda mungkin perlu lebih

awal atau skrining lebih sering (Robert, 2005).

Anamnese

Evaluasi riwayat hidup pasien meliputi umur, jenis kelamin, dan status

menstrual dan jika wanita diperhatikan status menstrual dan estrogennya (Sukandar et

al., 2008).

Pemeriksaan Fisik

Riwayat hidup lengkap dan pemeriksaan fisik harus menggambarkan

(Sukandar et al., 2008) :

1. Ada atau tidaknya faktor resiko penyakit jantung atau menjelaskan penyakit

jantung dalam perseorangan.

2. Sejarah keluarga penyakit jantung prematur atau gangguan lipid.

3. Ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia, termasuk pengobatan

bersamaan.

4. Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdominal, atau sejarah pakreatitis,

penyakit ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneurisme aortik

abdominal, atau penyakit pembuluh darah perifer, aneurisme aortik

Page 15: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

abdominal, atau penyakit pembuluh darah otak (bruits karotid, stroke,

serangan iskemik, transient).

Pemeriksaan laboratorium

1. Jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis hiperlipidemia adalah

(Judajana, 2011) :

Kolesterol total

Kolesterol HDL

Kolesterol LDL-Direk,

Trigliserida

ApoB

Lp(a)

2. Pemeriksaan penyaring dianjurkan  pada semua orang dewasa berumur lebih

dari 45 tahun. Pemeriksaan penyaring meliputi kadar kolesterol total dan

trigliserida. Bila hasilnya normal, maka dianjurkan  pemeriksaan ulang setiap

lima tahun. Bila hasilnya abnormal  diperlukan pemeriksaan profil lipid

lengkap yang meliputi kolesterol Total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida serta

kadar glukosa darah. Pemeriksaan profil lengkap harus dijalankan sedini

mungkin pada mereka yang beresiko tinggi terkena atherosclerosis (Judajana,

2011).

3. Dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol total. Profil

lipoprotein puasa termasuk kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida

seharusnya diukur pada semua orang dewasa berumur 20 tahun atau lebih,

setidaknya setiap 5 tahun sekali.

4. Beberapa persyaratan untuk pengambilan bahan (darah) agar hasilnya

mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan dapat dibandingkan dari waktu

ke waktu (pada pengobatan) (Judajana, 2011):

a. Untuk mengukur kadar kolesterol LDL, HDL dan trigliserida, sebaiknya

penderita berpuasa dulu minimal selama 12 jam. Hal ini dikarenakan

trigliserida dapat meningkat pada seseorang yang tidak puasa.

Page 16: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

b. Dianjurkan selama 2 minggu sebelumnya tidak makan obat yang

mempengaruhi kadar lipid.

c. Tidak ada perubahan berat badan.

d. Sekurang kurangnya 3 bulan sebelumnya tidak sakit berat, infark miokard

atau operasi .

e. Serum segera dipisahkan atau bila dipakai plasma maka digunakan

antikoagulan EDTA.

f. Pemeriksaan dilakukan sebanyak dua kali, 1 sampai 8 minggu secara

terpisah, dengan pasien dalam kondisi asupan makanan yang stabil dan

tidak memiliki penyakit akut, dianjurkan untuk meminimalisir keragaman

sehingga didapatkan data dasar yang akurat. Jika kolesterol total lebih

besar dari 200 mg/dl, pemeriksaan kedua dianjurkan untuk dilakukan

(Katzung, 2002).

g. Jika pemeriksaan fisik dan evaluasi riwayat hidup tidak cukup untuk

mendiagnosis penyakit familial, maka dilakukan uji elektroforesis

lipoprotein gel-agarosa yang berguna untuk menentukan tipe mana yang

mempengaruhi lipoprotein (Katzung, 2002).

h. Diagnosis defisiensi lipoprotein lipase berdasarkan kurang atau hilangnya

aktivitas enzim pada plasma normal manusia atau apolipoprotein C-II

yang merupakan kofaktor enzim (Katzung, 2002).

i. Kelainan metabolisme lemak sebenarnya merupakan hasil interaksi

berbagai/ banyak faktor, dan memerlukan beberapa jenis  pemeriksaan

laboratorium lainnya untuk melengkapi yaitu Small Dense LDL,

Lipoproteinn A (Lpa), Apolipoprotein A1, Apolipoprotein A2,

Apolipoprotein B

j. Tes diagnostik lain, meliputi : Lipoprotein (a), homosistein, serum amiloid

a, dan LDL tebal/padat (pola B). Berbagai skrining tes untuk manifestasi

dari penyakit pembuluh (index mata kaki berkenaan dengan lengan,

latihan pengujian, Magnetis Resonansi Imaging) dan diabetes (glukosa

puasa, uji toleransi glukosa oral).

Page 17: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

VI. PENANGANAN FARMAKOLOGIS DAN NON FARMAKOLOGIS

Penanganan hiperlipidemia

1. Terapi farmakologis

a. Asam Fibrat

Klofibrat ditemukan peningkatan angka mortalitas. Derivat asam fibrat

yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat, dan

bezafibrat. Obat ini diduga bekerja dengan cara berikatan dengan resptor

peroxisome proliferator-activated receptors alpha (PPARa) dengan

peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis LPL dan penurunan ekspresi

Apo C-III. Peninggian kadar LPL meningkatkan klirens lipoprotein yang

kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo C-III hati akan menurunkan

VLDL. HDL meningkat secara moderat karena peningkatan ekspresi Apo

A-I dan Apo A-II (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007).

Resorpsinya dari usus lambat tetapi lengkap, di dalam hati segera

dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Ekskresinya berlangsung melalui

kemih sebagai glukuronida.

Efek samping berupa gangguan (sementara) saluran cerna, kadang kala

nyeri kepala, kantuk, eksantema, timulasi nafsu makan, rambut rontok,

dan impotensi.

Interaksi. Efek derivat kumarin diperkuat, begitu pula efek furosemida dan

antidiabetika oral berdasarkan pendesakan dari ikatan proteinnya.

Dosis. Permulaan 500 mg sehari, berangsur-angsur dinaikkan sampai

3-4 dd 500 mg d.c./p.c. (Tjay, 2010).

b. Resin (damar pengikat asam empedu)

Contohnya adalah kolestiramin dan kolestipol. Resin menurunkan

kadar kolesterol dengan mengikat asam empedu dalam saluran cerna,

mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga ekskresi steroid yang

Page 18: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

bersifat asam dalam tinja mengikat. Resin menyebabkan penurunan

kolesterol dalam hati. Hal ini meningkatkan katabolisme LDL dan

meningkatkan aktivitas HMG CoA reduktase. Peningkatan aktivitas HMG

CoA akan mengurangi efek penurunan kolesterol oleh resin. Oleh karena

itu efek resin akan meningkat bila diberikan bersama penghambat HMG

CoA reduktase.

Efek samping tersering ialah mual, muntah dan konstipasi yang

berkurang setelah beberapa waktu. Akibat gangguan absorpsi lemak atau

steatore dapat terjadi gangguan absorpsi vitamin A, D, dan K serta

hipoprotrombinemia. Obat ini mengganggu absorpsi klorotiazid,

furosemid, propanolol, statin, tiroksin, digitalis, besi, fenilbutason dan

warfarin sehingga obat-obat ini harus diberikan 1 jam sebelum atau 4 jam

setelah pemberian kolestiramin. Pemberian bersam antikoagulan harus

dilakukan dengan hati-hati karena dapat terjadi perpanjangan masa

protrombin.

Dosis kolestiramin dan kolestipol yang dianjurkan adalah 12-16 g

sehari dibagi 2-4 bagian dan dapat ditingkatkan sampai maksimum 3 kali

8 g (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007).

c. Penghambat HMG CoA Reduktase (Statin)

Contoh senyawa golongan ini adalah lovastatin, simvastatin,

pravastatin, atorvastatin dan rosuvastatin.Senyawa penghambat HMG

CoA redukatase ini berdaya menurunkan sintesa kolesterol endogen dalam

hati dengan demikian terjadi penurunank kolesterol total dengan kuat,

LDL, TG dan VLDL lebih ringan, sedangkan HDL dinaikkan. Dapat

dikombinasikan dengan damar untuk pengobatan hiperlipidemia yang

parah. Statin juga berkhasiat untuk antitrombotis, anti-aritmia dan

antiradang dengan jalan menghambat sitokin-sitokin tertentu.

Efek samping umumnya ringan, antara lain nyeri otot reversibel yang

adakalanya menjadi gangguan otot parah yang disebut (statin-induced)

rhabdomiolysis. Cerivastatin telah ditarik dari pasaran karena kombinasi

Page 19: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

dengan gemfibrozil menimbulkan efek samping fatal ini. Efek samping

yang sering terjadi adalah rasa letih dan nyeri otot karena berkurangnya

kada koenzim Q10 yang pembentukannya dirintangi oleh statin. Wanita

hamil tidak boleh menggunakannya karena statis berdaya teratogen,

lagipula kolesterol mutlak dibutuhkan bagi perkembangan janin.

Lovastatin dimulai dari dosis 20 mg sampai 80 mg per hari,

pravastatin 10-80 mg/hari, simvastatin 5-80 mg/hari, fluvastatin 20-80

mg/hari, atorvastatin 10-80 mg/hari dan rosuvastatin 10-40 mg/hari (Tjay,

2010).

d. Asam Nikotinat

Contohnya adalah niasin, acipimox. Pada jaringan lemak, asam

nikotinat menghambat hidrolisis trigliserida oleh hormone-sensitive

lipase, sehingga mengurangi transport asam lemak bebas ke hati dan

mengurangi transport asma lemak bebas ke hati dan mengurangi sintesis

trigliserida hati. Hal ini akan menurunkan kadar VLDL dan LDL.

Efek samping yang paling mengganggu adalah gatal dan kemerahan

kulit di daerah wajah dan tengkuk. Efek yang bahaya adalah gangguan

fungsi hati ditandai kadar fosfatase alkali meningkat. Efek lain adalah

gangguan saluran cerna.

Asam nikotinat biasanya diberikan per oral 2-6 g sehari terbagi dalam

3 dosis bersama makanan, mula-mula dalam dosis rendah (3 kali 100-200

mg sehari) lalu dinaikkan setelah 1-3 minggu (Departemen Farmakologi

dan Terapeutik. 2007)

e. Probukol

Probukol dianggap sebagai obat pilihan kedua pada pengobatan

hiperkolesterolemia dengan peninggian LDL. Obat ini menurunkan kadar

LDL dan HDL tanpa perubahan kadar trigliserida. Efek penurunan kadar

LDL obat ini kurang kuat dibandingkan resin. Pemberian bersama resin

meningkatkan efek hipolipidemiknya. Probukol menimbulka konsistensi

tinja yang lunak sehingga memperbaiki efek samping resin yang

Page 20: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

menimbulkan konstipasi. Kombinasi probukol dengan klofibrat tidak

boleh dilakukan karena kadar HDL akan lebih rendah.

Efek samping. Reaksi yang sering terjadi berupa gangguan

gastrointestinal ringan (diare, flatus, nyeri perut dan mual). Kadang-

kadang terjadi eosinofilia, parestesia dan edema angioneurotik. Pada

wanita yang merencanakan hamil dianjurkan agar menghentikan probukol

6 bulan sebelumnya.

Dosis. Dosis dewasa 250-500 mg sebaiknya ditelan bersama makanan,

2 kali sehari. Biasanya dikombinasi dengan obat hipolipidemik yang lain

(resin atau penghambat HMG CoA reduktase) (Departemen Farmakologi

dan Terapeutik. 2007).

f. Lain-lain:

- Penghambat absorpsi: ezetimibe menghambat absorpsi sitosterol dan

kolesterol dalam usus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan

kolesterol total. Pemberian bersama fibrat meningkatkan kadar

ezetimibe dalam plasma. Sebaliknya bila diberikan bersama

kolestiramin, kadar ezetimibe dalam plasma menurun. Dosis obat

berkisar 5-10 mg/hari, diberikan sekali sehari (Departemen

Farmakologi dan Terapeutik. 2007).

- Neomisin sulfat. Neomisin sulfat diberikan per oral dapat

menurunkan kadar kolesterol dengan cara mirip resin yaitu

membentuk kompleks tidak larut dalam asam empedu. Efek penurunan

kolesterol neomisin bersifat sedang, tidak mengubah kadar trigliserida.

Obat ini diberikan tunggal atau bersama dengan obat lain. Efek

samping meliputi gangguan cerna, ototoksisitas, nefrotoksisitas

(terutama pada pasien gangguan fungsi ginjal), ggangguan absorpsi

obat lain (digoksin), dsb (Departemen Farmakologi dan Terapeutik.

2007).

- Beta sitosterol. Beta sitosterol adalah gabungan sterol tanaman yang

tidak diabsorpsi saluran cerna manusia. Mekanisme kerja diduga

Page 21: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

menghambat absorpsi kolesterol eksogen dan diindikasikan hanya

untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik yang amat sensitif dengan

penambahan kolesterol dari luar (makanan). Efek samping berupa

laksatif, mual dan muntah. Dosis dianjurkan berkisar 3-6 g/hari

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007).

- Serat nabati yang terdiri dari polisakarida yang tidak dapat dicerna

oleh flora usus dan tidak diserap (selulosa, hemiselulosa, lignin,

pektin, dan jenis gom). Banyak terdapat di dinding sel dari jenis

gandum, sayuran dan buah-buahan. Berkhasiat antilipemis karena

menyerap asam empedu, yang dikeluarkan lewat tinja. Tanpa asam ini

resorpsi kolesterol (dan lipida lainnya) sangat berkurang, hingga

kadarnya dalam plasma menurun (Tjay, 2010).

2. Terapi non farmakologis

a. Pengaturan diet

1. Kurangi pemasukan lemak (sampai k.l. 30% dari energi total) antara

lain kurangi asupan produk-produk dairy dan daging (sosis, kornet)

yang merupakan sumber utama lemak jenuh untuk digantikan dengan

ikan dan unggas.

2. Substitusi minyak jenuh dengan minyak mono/poly-unsaturated

(minyak olive, kembang mataharo, jagung atau kedele);

3. Kurangi asupan kolesterol dengan menghindari a.l jeroan, hati, otak,

dll.

4. Tingkatkan asupan serat, misalnya sayuran, buah-buahan, sereal

murni, dll.

5. Kurangi asupan alkohol, karena bila berlebihan merupakan sebab

penting dari hiperlipidemia sekunder dan mengakibatkan parahnya

gangguan primer;

6. Gunakan makanan yang mengandung ester stanol. Stanol tumbuhan,

seperti margarin khusus (Benecol), mengurangai absorpsi kolesterol

dari saluran cerna. Mekanismenya dalah stanol menempati titik-titik

Page 22: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

dalam misel yang mengantar lipid ke sel-sel mukosa lambung-usus

(Tjay, 2010).

b. Menghilangkan faktor resiko

1. Menghentikan rokok

2. Olahraga cukup

3. Kurangi berat badan. Obesitas yang sendirinya sudah merupakan

faktor risiko gangguan kardiovaskuler, juga mengakibatkan lebih

parahnya gangguan hiperlipidemia.

4. Pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes

5. Mengobati hipertensi (Tjay, 2010).

VII. TERAPI

Tujuan terapi yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan

kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang dari infark

miokardiak, angina, gagal jantung, stroke, iskemia, atau kejadian lain pada penyakit

arterial perifer seperti carotid stenosis atau aneurisme aortic abdominal (Sukandar et

al., 2008)

Tujuan terapi dinyatakan dengan kadar LDL-C dan tingkat inisiasi terapetik

perubahan gaya hidup (TLC) dan terapi obat yang diberikan untuk masing-masing

orang dewasa dan anak-anak. Alasan utama untuk mengembangkan terapi terapetik

perubahan gaya hidup dan obat untuk mengurangi risiko kejadian pertama atau

peristiwa berulang seperti MI, angina, gagal jantung, stroke iskemik, dan bentuk-

bentuk lain dari penyakit arteri perifer, seperti carotid stenosis dan aneurisma aorta

abdominal (Dipiro et al., 2008).

Menetapkan perubahan dan hasil yang ditargetkan dengan penguatan tujuan

yang konsisten untuk mencapai tujuan mengurangi hambatan untuk mengoptimalkan

terapetik perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis. Terapetik perubahan gaya

hidup harus diterapkan pada semua pasien sebelum mempertimbangkan terapi obat.

Komponen terapetik perubahan gaya hidup termasuk (Dipiro et al., 2008):

mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol

Page 23: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

pilihan diet untuk mengurangi LDL

seperti konsumsi tanaman stanol dan sterol dan serat larut

penurunan berat badan

meningkatkan aktivitas fisik.

secara umum, aktivitas fisik intensitas sedang 30 menit per hari dalam

seminggu harus dilakukan. Pasien dengan CAD dikenal atau yang

berisiko tinggi harus dievaluasi sebelum mereka melakukan olahraga

berat.

Berat dan BMI harus ditentukan pada setiap kunjungan, pola dan gaya

hidup untuk menginduksi penurunan berat badan dari 10% harus

didiskusikan dengan orang-orang yang kelebihan berat badan.

Semua pasien harus diberi konseling untuk berhenti merokok dan

untuk memenuhi pedoman Joint National Committee VII untuk

mengontrol hipertensi.

VIII. EVALUASI

Page 24: makalah farmakoterapi hiperlipidemia

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial Homozigot Dan Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35 No.1.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007.Farmakologi dan Terapi.Edisi 5. Gaya Baru. Jakarta.

Dipiro, J.T. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 6th ed.. The McGraw-Hill Companies Inc.: United States of America. 429-449

Dipiro, J.T. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th ed.. United States of America: The McGraw-Hill Companies.

Judajana. 2011. Tata Kelola Hiperlipid. Tersedia di: http://www.ParahitaDiagnosticCenter.html.

Katzung, B. G. 2002. Farmakologi: Dasar dan Klinik, Buku 2, Edisi 8, Penerjemah: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Salemba Medika. Jakarta. 421-433.

Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi 8. buku 2. Penerbit Salemba Medika : Jakarta. 441-444

Neal, M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis. ed.5. Penerrbit Erlangga: Jakarta. 46-47

Robert. 2005. Hyperlipidemia (High Blood Fat). Tersedia di: http://jcem.endojournals.org/content/90/3/0.1.full

Sukandar. 2008. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.

Suyatna, F.D. 2007. Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R. Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 373-388.

Tjay, T.H., Kirana Rahardja. 2010. Obat – Obat Penting Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, C. V. DiPiro. 2009. Pharmacotherapy Handbook. Seventh Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States. p.98.

Page 25: makalah farmakoterapi hiperlipidemia