MAKALAH FARMAKOTERAPI 1 STUDI KASUS KANKER Oleh : I Gst. Agung Pt. Deddy Mahardika (0708505032) Putu Yuri Candra Dewi (0908505013) I Gst. Agung Ayu Devi Yanti (0908505015) Ni Nyoman Sri Prami Utari (0908505041) Ni Wayan Ginna Astarina (0908505060) Ni Wayan Deniariasih (0908505065)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH FARMAKOTERAPI 1
STUDI KASUS KANKER
Oleh :
I Gst. Agung Pt. Deddy Mahardika (0708505032)
Putu Yuri Candra Dewi (0908505013)
I Gst. Agung Ayu Devi Yanti (0908505015)
Ni Nyoman Sri Prami Utari (0908505041)
Ni Wayan Ginna Astarina (0908505060)
Ni Wayan Deniariasih (0908505065)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu kelompok penyakit yang dikarakterisasi dengan adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, invasi lokal pada jaringan, dan metastatis (DiPiro, 2005).
Dewasa ini penyakit kanker menduduki peringkat teratas penyebab kematian manusia. Di negara
maju kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular (Perwitasari,
2006). Leukimia akut merupakan salah satu jenis kanker yang ganas pada anak-anak dan
menyebabkan kematian pada pasien dengan usia dibawah 35 tahun (DiPiro, 2005). Leukemia
akut terbagi lagi menjadi Leukemia Mieloid Akut/AML dan Leukemia Limfatik Akut/ALL
(Wagener et al., 1996). Pada tahun 2007, sekitar 18.610 kasus leukemia akut terjadi di Amerika
dimana 13.410 merupakan kasus AML dan 5.200 merupakan kasus ALL, bila dikalkulasi sekitar
1,3% dari total kejadian kanker. Kejadian tersebut sabil selama dua dekade. Sekitar 10.410 orang
meninggal setiap tahun dan dilaporkan 2%-nya disebabkan oleh leukemia akut (DiPiro, 2005).
Leukemia terjadi karena adanya proliferasi dan pendewasaan salah satu sel induk sumsum tulang
atau sel pendahulu yang tidak terkontrol. Sel induk yang mengalami transformasi maligna ini
menimbulkan berbagai kelainan. Dalam perjalanan penyakit sel-sel ini mengganggu
pembentukan sel darah normal sehingga menyebabkan kekurangan darah, granulositopenia dan
trombositopenia (Wagener et al., 1996).
Terapi yang digunakan dalam kanker yaitu kemoterapi dengan sinar dan penggunaan obat
sitostatika. Obat sitostatika merupakan yang digunakan dalam kemoterapi dimana merupakan
terapi sistematik untuk menghambat pertumbuhan kanker atau untuk membunuh sel-sel kanker
(Perwitasari, 2006). Obat-obat tersebut sebagian besar bekerja pada sintesis protein dan DNA.
Obat sitostatiska yang umumnya digunakan yaitu antimetabolit seperti fluorinated pyrymidines,
analog cytidine, purin dan antimetabolit purin; vinca alkaloid (vincristine dan vinblastine);
atau penyakit cardiovascular lainnya, hipotiroidisme, hipoalbuminemia, gagal
jantung, epilepsi, glaukoma, gagal hati.
Penggunaan dexametasone kontraindikadsi pada pasien Infeksi jamur sistemik
(kecuali sebagai terapi pemeliharaan dalam insufisiensi adrenal), pemberian vaksin
yang mengandung virus hidup untuk pasien yang mendapatkan terapi dexametason.
Pemberian secara IM pada pasien idiopatik thrombocytopenic purpura. (Anderson et
al,2002)
Efek Samping Obat:
Dosis dan durasi berhubungan dengan efek samping gangguan cairan tubuh dan
elektrolit (mungkin edema atau hipertensi). Penyebaran konjungtiva herpes, aktivasi
tuberculosis, osteoporosis, patah tulang, miopati, haid tidak teratur, penurunan
kemampuan penyembuhan luka, katarak, glaucoma, moonface, obesitas, mudah
memar, dan jerawat. Terapi jangka panjang dapat menyebabkan penekanan fungsi
adrenal dan pituitary. Pemberhentian terapi secara mendadak dapat menyebabkan
insufiensi adrenal akut (misal : demam, malgia, arthralgia dan malaise). Pasien yang
mengalami penekanan adrenalis maka akan kehilangan kemampuan untuk menerima
rangsang. (Anderson et al,2002)
Interaksi obat :
Dexamethasone dapat meningkatkan kadar glukosa serum sehingga peningkatan
dosis obat antidiabetes mungkin diperlukan. Dexamethason dapat menurunkan
isoniazid dan kadar salisilate serum. Dexamethason juga berinteraksi dengan
fenobarbital, phenitoin (paling baik dengan dexamethason) dan memungkinkan
aminoglutethimide meningkatkan metabolisme dari dexamethason (Anderson et
al,2002).
Golongan kortikosteroid yang dibarengi dengan terapi barbiturate, karbamazepin,
phenitoin, primidone dan rifampisin dapat meningkatkan metabolisme kortikosteroid
yang mengurangi efek sistemik kortikosteroid. Sebaliknya penggunaan kortikosteroid
bersamaan dengan obat kontrasepsi oral dan retinovir akan meningkatkan konsentrasi
plasma dari kortikosteroid. Penggunaan golongan kortikiosteroid bersama NSAID
meningkatkan resiko pendarahan gastrointestinal. ( Sweetman,2009 )
7. PEG Asparaginase (Pegaspargase)
Dosis dan Kegunaan
a. Dewasa
Merupakan bubuk injeksi 750 IU
2500 internasional unit/sq.meter IM (dianjurkan) atau IV q14hari
b. Anak-anak
Merupakan bubuk injeksi
750 IU
BSA > 0,6 sq.meter ( sama dengan dosis dewasa)
BSA < 0,6 sq.meter ( 82,5 internasional unit/kg IM atau IV q14hari
Indikasi
Sebagai bagian dari rejimen kemotrapi multi agen
Versi modif dari asparaginase dengan asparagin mampu membunuh sel-sel leukemia
Efek Samping
Edema
Demam, malaise
Nausea (mual), Vomoting (muntah)
Coagulopathy
Peningkatan ALT
Anafilaksis
Menggigil, sakit kepala, nyeri, kejang
Eritema
Kesulitan bernafas
Cenderung terjadi pendarahan
Memiliki Adverse Drug Reaction yang sering muncul berupa mual dan muntah
Kontraindikasi
Hipersensitivitas pada obat ini, Riwayat penyakit hemoragik, pancreatitis, Pada
kehamilan, positif beresiko pada janin manusia.
Peringatan
Tidak lebih dari 2 mL diberikan pada setiap satu tempat suntikan (Gerald et al,1988)
8. METHOTREXATE
Efek Samping Obat :
1. Depresi Sumsum Tulang
Depresi sumsum tulang dengan berbagai akibatnya merupakan salah satu efek samping
yang sering terjadi pada pengobatan dengan methotrexate. Manifestasi klinis yang
timbul akibat adanya depresi sumsum tulang adalah cepat lelah bahkan sampai pada
keadaan sesak nafas dan gagal jantung akibat dari anemia oleh karena produksi sel-sel
darah merah yang menurun. Pendarahan juga merupakan manifestasi klinis dari
depresi sumsum tulang akibat dari penurunan jumlah trombosit. Selain itu tubuh
menjadi lebih mudah terserang infeksi karena produksi sel darah putih menurun.
2. Kerusakan Mukosa
Kerusakan mukosa akan berakibatkan berbagai macam manifestasi klinis sesuai
dengan yang terkena stomatitis dan pendarahan saluran cerna. Bagi penderita peptic
ulcer dan kolitis ulserosa perlu mendapat perhatian khusus.
3.Gagal Ginjal Akut
Terutama pada penggunaan dosis tinggi dan penggunaan bersamaan obat kemoterapi
yang bersifat nefrotoksik untuk mencegah tejadinya gagal ginjal dibutuhkan hidrasi
cairan dan juga perlu dilakukan alkalinisasi urin untuk mengurangi keasaman urin
4. Fatigue atau kelelahan.
5. Gangguan Hati
Peningkatan enzim hati (transaminase) dam penyakit hati kronis (fibrosis atau
sirosis). Pemantauan fungsi hati harus dilakukan untuk mencegah kerusakan hati
lebih lanjut.
6. Gangguan sistem saraf, dapat terjadi kejang terutama pada pasien leukemia akut, pada
dosis tinggi/high dose dapat terjadi stroke–like encephalopathy. Pada penggunaan
secara intratekal dapat terjadiefek samping myelopati dan leukoensepalopati kronis.
7. Kerontokan Rambut
8. Penurunan nafsu makan
9. Diare
jika pasien mengalami diare selama masa pengobatan hal ini mengindikasikan bahwa
pemberian methotrexate bisa dihentikan sementara,
10. Efek samping yang mungkin terjadi namun yang masih jarang angka kejadiannya
antara lain anemia megaloblastik, osteoporosis, diabetes, arthralgia, nekrosis jaringan
lunak dan tulang serta syok anafilaksis. Methotrexate dapat menyebabkan cacat
oogenesis serta spermatogenesis dan kesuburan mungkin terganggu yang mungkin
bersifat reversible. (Sweetman,2009)
Kontra Indikasi :
Methotrexate harus digunakan dengan hati-hati pada pasien gangguan sumsum
tulang, gangguan hati, gangguan pencernaan dan ulcer dan gangguan ginjal, dosis
pemberian methotrexate juga perlu diperhatikan pada anak-anak (pediatric) dan
manula (geriatric). Pengobatan harus dihentikan jika terjadi myelosupresi, diare dan
stomatitis terjadi. Dyspnoea atau batuk merupa kan gejala terjadinya toksisitas paru.
Methotrexate tidak boleh diberikan pada untuk mengobati rheumatoid arthritis
atau psoriasis pada pasien yang alkohilsme, penyakit hati, pada pasien dengan
gangguan ginjal yang signifikan, gangguan system imun dan kelainan darah. Selain
itu pemberian dosis berlebih dapat menimbulkan kematian hal ini ditunjukkan dengan
adanya kasus pemberian dosis mungguang yang dijadikan dosis harian. Methotrexate
bersifat teratogen kuat dan harus dihindari pada kehamilan (Sweetman,2009).
Interaksi obat :
Efek terapi obat methotrexate mungkin ditingkatkan oleh yang dapat mengurangi
eksresi ginjalnya, seperti NSAID dan salisilat, probenesid dan beberapa penisilin.
Asam folat dan turunannya dapat menurunkan efek terapi dari methotrexate meskipun
mereka sering digunakan bersama untuk mengurangi efek toxic. (Anderson et
al,2002)
Farmakokinetik :
Ketika diberi dengan dosis rendah, methotrexate dapat dengan cepat diserap di
saluran cerna, tetapi dengan dosis tinggi kurang diserap dengan baik. Metotrexate
juga diserap dengan baik bila diberi secara IM. Konsentrasi puncak tercapai pada 1-2
jam pemberian oral, dan 30-60menit setelah pemberian IM . waktu paruh
methotrexate antara 3-10 jam setelah diberi dosis kurang dari 30mg/m2 atau 8-15 jam
setelah diberikan dosis terapi tinggi.
Methotrexate 50% terikat pada protein plasma. Obat masuk ke dalam sel memalui
transport aktif dan terikat sebagai konjugat polyglutamate, obat-obat terikat mungkin
masih ada didalam tubuh selama berbulan-bulan terutama di hati. Peningkatan dosis
yang signifikan didalam sirkulasi sistemik dapat dicapai dengan pemberian secara
intratekal. (swetman,2009)
Indikasi:
Methotrexate merupakan antineoplastik yang bertindak sebagai antimetabolit asam
folat, dimana obat ini memiliki efek imunosupresanmethotrexate kompetitif
menghambat enzim reduktase dihidrofolat dan mencegah pembentukan
tetrahydrofolate yang diperlukan untuk sintesis purin dan pirimidin untuk
pembentukan DNA dan RNA. Methotrexate dengan dosis tinggi diikuti dengan terapi
asam fenolinic dapat digunakan untuk beberapa penyakit ganas. Methotrexate banyak
digunakan untuk terapi lymphoblastic leukemia akut. Dosis dan regimen yang
digunakan sangat beragam dan disesuaikan dengan kondisi sumsum tulang belakang
dan resiko toksisitasnya . dosis yang umumnya digunakan untuk terapi pemeliharaan
lymphoblastic leukemia akut adalah 15mg/m2 sekali atau dua kali dalam 1 minggu.
Diberi melalui oral maupun intramuscular (Sweetman,2009)
Dosis yang disarankan :
Regimen lain yang disarankan untuk anak-anak berdasarkan usia, antara lain : anak-
anak dibawah usia 1 tahun diberikan 6 mg, sedangkan usia 1 tahun diberikan 8mg,
bagi anak-anak dengan usia 2 tahun diberikan dosis 10mg. dan diberikan dosis 12mg
untuk anak-anak dengan usia diatas 3 tahun. Dosis intratekal diberikan juga kadang-
kadang diberkan pada saat limphoblatic leukemia akut mengalami kekambuhan,
terapi methotrexate biasanya dikombinasi dengan sitarabin intratekal dan
hidrocortison. (Sweetman,2009).
BAB III
KASUS DAN PENYELESAIAN
3.1 Kasus
Seorang pasien dengan diagnosis acute lyphocytic leukemia menerima terapi sebagai berikut :
Hari pertama memperoleh :
1 Unit filtered platelet
1 Unit PRBC
Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,2% IV + 30 mEq NaHCO3/L pada 2000 mol/M2/hari
Alopurinol 50 mg, p.o, tid
Hari kedua memperoleh :
Vincristine 1 mg IV (pada hari ke 1, 8, 15, dan 22)
Dexamethasone 2 mg p.o pagi, 1,5 mg p.o malam selama 28 hari
PEG Asparaginase 1500 units IM pada kemoterapi hari ke-3
Methotrexate intrathecal therapy 12 mg pada hari ke-1 dan 15
Pertanyaan :
1. Pasien mengalami mual muntah selama terapi. Jelaskan penyebabnya? Perlukan terapi
tambahan untuk kondisi ini?
2. Jelaskan fungsi dari masing-masing obat yang diterima pasien dan bagaimana KIE yang
diberikan kepada pasien mengenai terapi yang diperoleh?
3. Jelaskan apa yang harus diamati sehubungan dengan pemberian vincristine dan
methotrexat IT secara bersama?
4. Jelaskan tujuan terapi dan hasil/ capaian yang diharapkan kepada pasien?
3.2 Penyelesaian
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan maka penyelesaian untuk kasus tersebut adalah :
1. Pada kasus diatas pasien mengalami mual muntah selama terapi disebabkan oleh pengaruh
efek samping obat yang dia terima selama menjalani terapi. Dimana pasien diberikan
Vincristine IV 1mg dan methotrexate 12 mg intratekal mg. Dimana menurut Anderson et al,
vincristine dan methotrexate memiliki efek samping berupa potensi emetik lemah, dimana
mual muntah yang dirasakan pasien didiagnosa karena teriritasinya mukosa usus sehingga
akan merangsang saraf-saraf tertentu yang akan mengaktivasi vomiting center dan
chemoreseptor trigger zone di otak. Dimana menurut Anderson et al, efek samping dari
kerja methotrexate adalah terbentuknya ulkus pada gangguan saluran cerna. Selain
vincristine dan methotrexate, Asparginase juga merupakan agen neoplastic yang di gunakan
pada kasus ini yang memiliki Adverse Drug Reaction yang sering muncul yaitu mual dan
muntah .
Untuk penambahan terapi antiemetik, dirasa tidak perlu karena pada terapi yang
diterima pasien telah diresepkan pula pemberian Dexamethasone, yang menurut
(Sweetman,2009) Dexamethasone juga bisa diberikan sebagai anti emetik pada pengobatan
kemoterapi yang biasanya diberikan secara peroral atau intravena biasanya dikombinasikan
dengan antiemetic lainnya. Dexamethasone dapat diberikan 10-20mg segera sepelum terapi
kemoterapi, hingga 40mg yang diberikan setelah terapi kemoterapi untuk mengurangi resiko
terjadinya mual dan muntah yang akan menghambat proses penyembuhan serta member
perasaan tidak nyaman pada pasien.
2. Terdapat berbagai macam obat yang digunakan dalam terapi ini antara lain :
a. 1 unit filtered platelet
b. 1 unit PRBC (Packed Red Blodd Cells)
c. Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,2% IV + 30 mEq NaHCO3/L pada 2000 mol/M2/hari
d. Alopurinol 50 mg, po, tid
e. Vincristine 1 mg IV
f. Dexamethasone 2 mg po pagi, 1,5 mg po malam
g. PEG Asparaginase 1500 units IM
h. Methotrexate intratekal 12 mg
Dimana fungsi dari masing-masing terapi tersebut adalah :
a. Filtered platelet dan Packed Red Blood Cells digunakan untuk menambahkan jumlah
platelet dan menambah jumlah sel darah merah pada tubuh pasien dimana hal ini
diperlukan karena kemoterapi yang diterima oleh pasien beresiko mengalami depresi
sumsum tulang, yang mana kita ketahui merupakan cairan yang berfungsi sebagai tempat
memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Sehingga penurunan jumlah
sel darah dalam tubuh akibat kemoterapi sangat mungkin terjadi. Selain mengurangi
resiko anemia, Tujuan dari dijaganya jumlah trombosit didalam tubuh adalah menjaga
agar jumlah trombosit tetap stabil, dimana jika tubuh mengalami penurunan jumlah
trombosit sampai kurang dari 20.000 keping darah akan berpotensi menimbulkan
pendarahan spontan apabila kemoterapi tetap dilanjutkan.
b. Terapi dengan menggunakan infuse Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,2% IV + 30 mEq
NaHCO3/L pada 2000 mol/M2/har bertujuan untuk menjaga sekaligus menjadi tambahan
cairan tubuh. Penggunaan infuse dextrose ini sekaligus mendukung keberhasilan terapi
menggunakan allopurinol, karena menurut (Sweetman,2009) terapi kanker dengan
menggunakan allopurinol harus dibarengi dengan terapi cairan.
c. Fungsi Terapi menggunakan Allopurinol adalah sebagai terapi hiperurikemia sekunder
yang mungkin muncul pada terapi leukemia, dimana dilaporkan ada obat-obat cytostatika
yang menyebabkan penumpukan kristal urea pada sendi dan tulang. Dimana mekanisme
kerja dari Allopurinol adalah Bekerja secara kompetitif menghambat xantin oksidase,
yang akan berakibat berkurangnya kadar asam urat di serum dan urin dengan cara
menghalangi konversi hipoksantin dan xantin ke asam urat dan penurunan sintesis urin.
d. Fungsi terapi Vincristine adalah sebagai agen yang digunakan untuk kombinasi
kemoterapi pada penyakit acute lyphocytic leukemia. Dimana Aktivitas sitotoksik
dihasilkan oleh ikatan spesifik dengan mikrotubulus protein tubulin, Karena adanya
disolusi mikrotubulus. Kondisi berikatan ini yang diperlukan untuk pembelahan sel
mitosis. Alkaloid vinca ini mampu mematikan sel yang jumlahnya berlebih.
e. Fungsi terapi Dexamethasone adalah sebagai antiemetik pada pengobatan kemoterapi
yang biasanya diberikan secara peroral atau intravena biasanya dikombinasikan dengan
antiemetik lainnya. Dexamethasone dapat diberikan 10-20 mg segera sebelum terapi
kemoterapi, hingga 40 mg yang diberikan setelah terapi kemoterapi untuk mengurangi
resiko terjadinya mual dan muntah yang akan menghambat proses penyembuhan serta
memberi perasaan tidak nyaman pada pasien
f. Fungsi terapi PEG Asparaginase adalah sebagai bagian dari rejimen kemotrapi multi
agen yang mampu membunuh sel-sel leukemia
g. Fungsi Terapi Methotrexate adalah sebagai obat kemoterapi acute lyphocytic leukemia,
dimana methotrexate termasuk obat antimetabolit, merupakan salah satu oba kemoterapi
yang banyak digunakan, struktur methotrexate menyerupai struktur asam folat dengan
perbedaan yang sangat tipis sehingga disebut analog asam folat yang akan mengandung
enzim dihidrofolat reductase yang bertugas mensintesis DNA. Sebagai antimetabolit
methotrexate akan menghentikan proses replikasi DNA pada fase S. Sehingga
menghentikan pembelahan sel-sel kanker.
Selain mengetahui fungsi dari masing-masing obat tersebut, KIE juga penting
diberikan kepada pasien untuk meningkatkan efektifitas dari terapi yang diberikan. KIE
yang dapat diberikan yaitu :
Alopurinol
a) Hindari mengemudi atau aktivitas lain yang memerlukan kesiagaan mental atau yang
berpotensi membahayakan hingga respon terhadap obat diketahui.
b) Batasi asupan makanan dengan kandungan purin tinggi (hati atau daging organ lain,
salmon, dan sarden).
c) Minumlah banyak air (10-12 gelas perhari).
d) Tidak dianjurkan meminum vitamin C dalam jumlah banyak.
e) Hindari alkohol dan depresan saraf pusat lainnya seperti analgesik opiate dan sedative
(contoh diazepam) ketika meminum alopurinol.
f) Jangan makan garam iron selama meminum alopurinol.
g) Batasi asupan kafein dan alkohol (Ehrenpreis dan Ehrenpreis, 2001).
Vinkristin
Obat antineoplastik berefek kuat, dan beberapa efek samping bisa muncul selama
penggunaannya. Pastikan pasien mengerti manfaat dan resiko dari obat sebelum memulai
terapi. Obat ini dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, maka
pasien diharapkan melaporkan tanda-tanda infeksi seperti demam, menggigil, radang
tenggorokan dengan segera. Juga laporkan pendarahan tak normal, pemendekan nafas,
atau rasa sakit atau panas saat berkemih. Hindari pemakaian produk mengandung aspirin,
dan hindari alkohol. Mual, muntah dan kerontokan rambut kadang-kadang muncul
selama pemakaian obat. Keparahan efek samping ini tergantung pada individu, dosis, dan
obat lain yang mungkin diberikan bersamaan. Obat ini dapat menimbulkan infertilitas
sementara atau terkadang permanen pada pria dan wanita (Anderson et al, 2002).
Dexamethasone
Obat ini dapat diminum bersamaan dengan makanan, susu, atau antasida untuk
mengurangi ketidaknyamanan pada perut. Minumlah dosis tunggal sehari atau dosis
alternative pada pagi hari sebelum jam 09.00 pagi. Minumlah dosis ganda dengan jeda
interval sepanjang hari. Laporkan apabila terjadi kenaikan berat badan yang tidak wajar,
kelelahan otot, muntah darah, pembengkakan wajah, pembengkakan anggota tubuh
bagian bawah, radang tenggorokan berkepanjangan, demam, flu, infeksi, cedera serius,
kelelahan, anoreksia, mual, muntah, diare, kehilangan berat badan, pusing, atau gula
darah rendah. Konsultasikan dengan dokter selama periode peningkatan stress. Jika
pasien menderita diabetes, pasien mungkin memerlukan peningkatan dosis insulin atau
hipoglikemik oral. Jangan menghentikan terapi tanpa persetujuan medis, beritahukan
petugas kesehatan bahwa anda mengonsumsi kortikosteroid. Hindari imunisasi dengan
vaksin hidup (Anderson et al, 2002).
PEG asparaginase
Asparaginase sering menimbulkan reaksi alergi yang dapat mengancam jiwa. Obat ini
juga mempengaruhi kadar glukosa darah dan dapat memperparah diabetes mellitus.
Pasien diharapkan melaporkan jika terjadi nyeri abdominal (nyeri perut) sesegera
mungkin karena hal ini dapat menjadi tanda terjadinya pancreatitis (Anderson et al,
2002).
Methotrexate
Sama seperti vinkristin, Methotrexate adalah obat antineoplastik berefek kuat, dan
beberapa efek samping bisa muncul selama penggunaannya. Pastikan pasien mengerti
manfaat dan resiko dari obat sebelum memulai terapi. Obat ini dapat menurunkan
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, maka pasien diharapkan melaporkan tanda-
tanda infeksi seperti demam, menggigil, radang tenggorokan dengan segera. Juga
laporkan pendarahan tak normal, pemendekan nafas, atau rasa sakit atau panas saat
berkemih. Hindari pemakaian produk mengandung aspirin, dan hindari alkohol. Mual,
muntah dan kerontokan rambut kadang-kadang muncul selama pemakaian obat.
Keparahan efek samping ini tergantung pada individu, dosis, dan obat lain yang mungkin
diberikan bersamaan. Obat ini dapat menimbulkan infertilitas sementara atau terkadang
permanen pada pria dan wanita. Informasikan dengan segera pada dokter apabila muncul
gejala batuk kering, diare parah, atau luka (ulcer) pada mulut (Anderson et al, 2002).
3. Dalam terapi diberikan vincristine dan methotrexate IT secara bersama pada hari 1 dan 15.
Rejimen obat vincristine IV dan methotrexate IT dilaporkan efektif untuk leukemia dalam
membasmi sel-sel ganas diasingkan dalam barier darah otak (Woods, 2001). Hal yang perlu
diamati saat kedua obat tersebut diberikan bersama yaitu kedua obat ini memiliki interaksi
dimana vincistine dapat menurunkan eliminasi methotrexate dari CSF dan mengakibatkan
peningkatan toksisitas dari methotrexate. Selain itu juga disebutkan bahwa vincristine
berasosiasi dengan meningkatnya retensi selular dari methotrexate (yang dapat meningkat
sampai di jaringan sistem saraf pusat) (Anderson, 2002).
4. Tujuan jangka pendek dari pengobatan untuk leukemia akut adalah dengan cepat mencapai
remisi klinis dan hematologi lengkap. Remisi lengkap didefinisikan sebagai hilangnya semua
bukti sumsum tulang klinis dan (cellularity yang normal > 20% dengan < 5% blast)
leukemia, dengan restorasi hematopoiesis normal (neutrofil ≥ 1.500 / mm3 dan trombosit >
100.000 / mm3). Remisi parsial adalah pengobatan respon signifikan, meskipun bukti
penyakit sisa dalam sumsum tulang tetap (5% sampai 25% blast) dan dianggap sebagai
kegagalan pengobatan dan membutuhkan terapi tambahan. Setelah CR (complete remission)
tercapai, tujuannya adalah untuk menjaga pasien di CR terus menerus. Terjadinya
kekambuhan leukemia dalam sumsum tulang secara signifikan mengurangi kemungkinan
menyembuhkan penyakit. Kebanyakan pasien yang akan meninggal karena leukemia akut
dalam 6 tahun pertama, jika kurva survival (persentase hidup terhadap waktu) melampaui
tahun keenam setelah terapi tidak terus menurun, dan saat ini pasien dapat dianggap sembuh
(DiPiro, 2005).
BAB IV
KESIMPULAN
Dari makalah dengan kasus acute lyphocytic leukemia (ALL) dapat disimpulkan bahwa :
1. Mual muntah selama terapi disebabkan karena pengaruh efek samping obat yang dia terima
selama menjalani terapi. Untuk penambahan terapi antiemetik, dirasa tidak perlu karena pada
terapi yang diterima pasien telah diresepkan pula pemberian Dexamethasone.
2. Fungsi masing-masing obat yang diberikan yaitu : Filtered platelet dan Packed Red Blood
Cells digunakan untuk menambahkan jumlah platelet dan menambah jumlah sel darah merah,
Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,2% IV + 30 mEq NaHCO3/L pada 2000 mol/M2/hari bertujuan
untuk menjaga sekaligus menjadi tambahan cairan tubuh, Allopurinol adalah sebagai terapi
hiperurikemia sekunder, Vincristine, PEG Asparaginase , dan Methotrexate sebagai agen
kemoterapi yang dapat mematikan sel yang jumlahnya berlebih, Dexamethasone adalah
sebagai antiemetik,.
Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) yang diberikan pada pasien anatra lain:
a. Alopurinol 50 mg diminum 3 kali sehari atau setiap 8 jam. Setelah mengkonsumsi obat
ini hindari mengemudikan kendaraan, tidak dianjurkan meminum vitamin C dalam
jumlah banyak, hindari kafein dan alkohol , jangan makan garam iron, batasi asupan
makanan hati atau daging organ lain, salmon, dan sarden.
b. Dexamethasone 2 mg diminum saat pagi hari dan 1,5 mg diminum pada malam atau 12
jam setelah minum obat di pagi hari. Obat ini dapat diminum bersamaan dengan
makanan, susu, atau antasida untuk mengurangi ketidaknyamanan pada perut. Bila terjadi
peningkatan berat badan dan pem,bengkakan wajah segera hubungi dokter.
c. Pemakaian obat yang lainnya dapat menyebabkan rambut rontok, mual dan muntah.
Diharapkan pasien tidak khawatir dengan perubahan tersebut. Apabila terjadi demam
tinggi dan menggigil segera hubungi dokter.
3.Pemberian vincristine IV dan methotrexate IT secara bersamaan menunjukkan adanya interaksi
yang menyebabkan peningkatan toksisitas methotrexate.
4.Tujuan jangka pendek dari pengobatan untuk leukemia akut adalah dengan cepat mencapai
remisi klinis dan hematologi lengkap. Harapannya yaitu pasien dapat sembuh dan tidak
meluasnya penyebaran kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Philip O, James E. Knoben, dan William G. Troutman. 2002. Handbook of Clinical Drug Data, Tenth Edition. New York : McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Arlina, P., Evaria., dan R. Susantio. 2008. MIMS. Jakarta: PT. Info Master.
Baxter, K. 2008. Stockley’s Drug Interactions: A Source Book of Interactions, Their Mechanisms, Clinical Importance and Management Eighth Edition. London: Pharmaceutical Press.
DiPiro, J.T., R. L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B. G. Wells, and L. M. Posey. 2005. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publishing Division.
Ehrenpreis, Seymour dan E. D. Ehrenpreis. 2001. Clinician’s Handbook Of Prescription Drugs. New York : The McGraw-Hill Companies Inc.
Gerald, MC, O’Bannon. In. 1988. Nursing Pharmacology and Therapeutics 2nd ed. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall Incorporated
Perwitasari, D. A. 2006. Kajian Penggunaan Antiemetika pada Pasien Kanker dengan Terapi Sitostatika di Rumah Sakit di Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia 17 (2), 91-97.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press.
Wagener, D. J. Th., et. al.1996. Onkologi. Yogyakarta : Panitia Kanker RSUP DR Sardjito.
Woods, K. 2001. The Prevention of Intrathecal Medication Errors: A report to the Chief Medical Officer. Departemen of Health.
Thay, T. H. dan K. Rahardjha. 2007. Obat-Obat Penting. Yakarta: PT. Elex Media Komputindo.