BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti pernah mengalami luka yang didapat baik
dengan unsur kesengajaan maupun tidak sengaja.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik,atau gigitan hewan.
Berdasarkan etiologi, terdapat berbagai jenis luka, antara lain
luka gores, luka memar, luka tusuk, luka sayat, luka lecet, luka
insisi, luka tembus, dan luka bakar. Berdasarkan waktu, dibagi
menjadi luka akut dan kronis. Setiap jenis luka memiliki
tahap-tahap penyembuhan luka yang sama yaitu fase inflamasi,
proliferatif, dan remodeling. Proses penyembuhan luka memerlukan
reaksi seluler, molekuler, dan biokimiawi yang kompleks dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor eksterna dan interna.
Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara
kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena
kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan
pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 %
dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball
atau bendabenda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan
pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan,
sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka
yang serius.
Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan
terjadi di dalam tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan
pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata. 40% kasus penikaman
terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub
, 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu
penyerangan, 27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang
disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%) bermacam-macam
senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya disebabkan oleh
gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak
diketahui.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Mengenali dan mengatahui luka/trauma benda tajam pada korban
hidup.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui jenis-jenis luka akibat trauma benda tajam
2. Mengetahui mekanisme terjadinya trauma benda tajam
3. Mengetahui akibat trauma benda tajam pada korban hidup
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Klinik
Dapat menjadi tambahan pengetahuan forensik mengenai luka/trauma
benda tajam, yang berguna dalam praktik sehari-hari sebagai dokter
umum
2. Bagi penulis
Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pengalaman penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Trauma Benda Tajam
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan
cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa),
sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.1
Trauma benda tajam adalah bentuk luka yang mudah dikenali karena
berciri seperti garis batas luka yang teratur, tepinya rata, sudut
lukanya tajam, tidak adanya jembatan jaringan, tebing luka rata,
bila ditautkan akan menjadi rapat karena benda tersebut hanya
memisahkan tidak menghilangkan jaringan dan membentuk garis lurus
atau melengkung, serta daerah di sekitar garis batas luka tidak ada
memar atau luka lecet. Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka
dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi
tajam, baik berupa garis maupun benda dengan ujung yang runcing,
contohnya bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan
sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, bahkan tepi kertas
ataupun rumput.6
2. Benda Tajam
Benda tajam adalah benda yang mempunyai sisi yang tajam minimal
di salah satu sisinya dan dapat memotong. Contoh yang popular
adalah pisau, dimana pisau merupakan senjata yang paling sering
dianggap bertanggung jawab atas terjadinya trauma akibat benda
tajam, tetapi alat-alat lainnya seperti pemecah es, kapak,
pemotong, dan bayonet juga dapat mengakibatkan luka yang dapat
dikenali orang.3
Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh
korban, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Sifat-sifat dari benda tajam
Sifat benda tajam meliputi :
a. Bentuk
b. Ketajaman ujungnya
c. Ketajaman tepinya, baik yang bermata satu maupun yang bermata
dua.
Contoh-contoh benda tajam lain yang termasuk didalamnya adalah
seperti sebuah pahat, sepotong kawat, logam yang tajam atau sebuah
kayu yang ujungnya tajam. Pada intinya semua benda sesuatu yang
mempunyai ujung yang tajam yang dapat mengakibatkan penetrasi pada
kulit sampai ke jaringan yang ada dibawahnya, dikategorikan sebagai
benda tajam.
2. Bagaimana sentaja tajam mengenai dan masuk ke dalam tubuh
Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut
dan arah yang sama, dengan demikian setiap luka tusuk merupakan
perpaduan antara tusukan dan irisan. Oleh karena kenyataan tersebut
ukuran luka dimana pisau itu masuk akan lebih besar dari ukuran
lebar pisau itu sendiri. Kekuatan mengayunkan pisau dapat membuat
perbedaan bentuk luka yang terjadi yaitu bila dilakukan dengan
kekuatan yang besar luka yang terjadi akan menjadi luka bacok.
3. Tempat dimana terdapat luka
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan
kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat
elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan
yang sejajar dengan lipatan tersebut dapat mengakibatkan luka yang
tertutup, sempit, dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan
pisau itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang
terjadi akibat pisau terseut kan terbuka lebar.
3. Ciri Umum Luka Benda Tajam
Ciri umum luka benda tajam meliputi :1
1. Garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya
runcing.
2. Bla ditautkan akan menjadi rapat ( karena benda tersebut
hanya memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis
lurus atau sedikit lengkung).
3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar
4. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam
Ciri-ciri suatu luka dapat menunjukkan cara benda penyebabnya
digunakan. Hal ini tergantung dari jenis benda penyebab luka
tersebut. Cara penggunaan senjata tajam dapat dibedakan, yaitu
diiriskan, ditusukan, dan dibacokkan.6
1. Luka Iris
Luka iris merupakan luka yang terjadi jika benda tajam yang
mengenai tubuh hampir sejajar dengan permukaan tubuh. Luka iris
dapat ditandai dengan panjang luka lebih besar dari dalamnya, tepi
rata, disekitar luka umumnya tidak ditemukan memar dan luka lecet,
dinding luka tidak terdapat jembatan jaringan, dan sudut luka
runcing.
Jenis luka ini umumnya lebih sering ditemukan pada kecelakaan
dan bunuh diri. Bila luka mengenai pembuluh darah besar, maka
kematian korban dapat disebabkan oleh perdarahan atau masuknya
udara kedalam pembuluh darah (emboli darah).
Pada bunuh diri sering ditemukan luka-luka sayat yang khas yang
disebut luka sayat percobaan. Lokasi luka percobaan hampir selalu
pada lengan-pergelangan tangan atau leher merupakan irisan-irisan
yang berkelompok dengan arah yang hampir sejajar.4
2. Luka Tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk
atau korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang
digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan
sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua
sudutnya tajam.
Deskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan diskripsi luka
tusuk pada umumnya sama dengan deskripsi luka lainnya yaitu
berdasarkan jumlah, letak, bentuk, ukuran dan sifat.
Bentuk luka tusuk tidak sepenuhnya tergantuk bentuk senjata.
Jaringan elatis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai
efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa
jaringan elastis berbentuk garis lengkung pada seluruh area tubuh,
sehingga jika ditusuk tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan
lebar dan pendek. Sedangkan bila ditusuk parallel dengan garis
tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk,
salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau pisau keluar,
dimana hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu
khas. Manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan, juga akan
mempengaruhi bentuk luka tusuk, misalnya:
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan
kemudian ditusukan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada
keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarah ke salah
satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan
luka pada permukaan kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah
lain menyebabkan saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang
terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang
digunakan.
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan
titik terdalam sebagai landasan menyebabkan saluran luka sempit
pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga
luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang
digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut
luka berbentuk ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan
kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk
tersebut. Hal ini juga dapat diindikasikan adanya pukulan.
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari
senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban
saat ditusuk berbeda dengan saat autopsi. Memanipulasi tubuh sesuai
dengan posisi saat ditusuk sulit dilakukan atau bahkan tidak
mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh
pada saat penusukkan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya
ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu
akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum.
Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui trauma pada
tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau
patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat
dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan
pasangannya.
3. Luka Bacok (Chop Wound)
Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam
yang ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak,
sabit dan celurit. Luka yang disebabkan benda atau senjata yang
ukurannya besar akan lebih hebat dan berat, disebut sebagai luka
bacok. Pada dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau benda
tajam tersebut mengenai tubuh, yaitu tepi tajam yang pertama kali
mengenai tubuh serta tenaga yang dipakai sedemikian besarnya.
Bila pada pisau digerakkan menusuk dengan ujung pisau, faktor
yang paling penting diperhatikan adalah faktor tenaga atau kekuatan
yang disertai serta faktor ketajaman bagian benda tajam yang
mengenai tubuh. Pada senjata seperti celurit, maka luka akan
diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh
korban, selain faktor gerakan dari korban sendiri.
Istilah dibacokkan mengandung pengertian bahwa senjata yang
digunakan adalah senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan
diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata
tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang di
bawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut
menderita luka.
Makin tajam instrumen makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana
luka lecet yang dibuat oleh instrumen tajam yang lebih kecil, luka
akibat penapisan dapat terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat.
Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada sisi di seberang tempat
penapisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada
instrumen pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besaran bilah
terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi
pipih bilah bias meninggalkan cekungan pada salah satu sisi
patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis.
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga
tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak
dapat dikalahkan dengan menggunakan instrument yang lebih berat.
Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan
instrument yang lebih berat. Perlu dicatat kemungkinan dilakukannya
pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan
senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan dapat
mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya di dekat kaki-kaki luka
bacok.
Terdapat dua tipe luka yang dapat disebabkan oleh instrumen
tajam baik dengan benda atau senjata tajam yang dapat dikenal
dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban.
Yang pertama merupakan tanda percobaan, yaitu insisi dangkal yang
dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh
diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak parallel dan
terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau
leher. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok superfisial
ini di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan
menyebabkan kehilangan kesadaran dan/ atau kematian. Bentuk lainnya
merupakan luka perawatan yang dapat ditemukan di jari-jari, tangan,
dan lengan bawah (jarang di tempat lain) dari korban sebagaimana ia
berusaha melindungi diri dari ayunan senjata, contohnya dengan
menggenggam bilah dari instrument tajam.
Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam
b. Ukuran luka besar dan menganga
c. Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
d. Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka
e. Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di
sekitar garis batas luka terdapat memar.
Kematian pada luka bacok biasanya terjadi pada kasus pembunuhan
dan kecelakaan. Sebab kematian pada luka bacok, yaitu perdarahan,
rusaknya organ vital, emboli udara, infeksi dan sepsis, dan refleks
vagal pada luka bacok di daerah leher.
5. Perbedaan Sifat Luka Akibat Bunuh Diri, Pembunuhan, dan
Kecelakaan
Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara
yang terbanyak dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris)
tenggorokan. Bila korban menggunakan tangan kanan untuk maksud
tersebut maka pada umumnya luka iris akan dimulai dari bawah
telinga sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan,
dengan demikian luka tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke
kanan bawah depan. Bila korban menggunakan tangan kirinya atau
orang yang kidal akan terdapat keadaan yang sebaliknya.6
Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan
satu atau lebih luka yang lebih dangkal dan berjalan sejajar
disekitar luka utama, luka-luka tersebut adalah luka percobaan
(hesitation mark). Luka-luka percobaan dapat pula ditemukan pada
bagian lain dari tubuh, seperti pada pergelangan tangan atau
pergelangan kaki, lipat siku atau pada daerah perut. Luka-luka
tersebut umumnya yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya
tidak menembus pakaian karena umunya korban menyingkap pakaian
terlebih dahulu.6
Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering,
dalam hal ini sesuai dengan letak jantung, serta pada daerah perut
biasanya daerah lambung. Lokasi-lokasi tersebut merupakan lokasi
yang sering dipilih oleh korban di dalam kasus bunuh diri; di dalam
kasus-kasus tersebut biasanya bentuk luka yang didapatkan adalah
luka tusuk. Luka-luka percobaan tentunya dapat pula dijumpai.
Luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan pada kasus
bunuh diri dengan sendirinya tidak akan didapatkan.
Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang
fatal, yang terdapat baik pada daerah leher, dada atau daerah
lambung serta adanya luka-luka percobaan; pada tangan korban tidak
jarang akan ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya,
ini disebabkan adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot
tangan korban yang menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut
dikenal dengan istilah cadaveric spasm, yang mencerminkan adanya
faktor stres emosional dan intravitalitas. Dengan demikian adanya
senjata yang tergenggam erat tersebut pada korban, hampir dapat
ditentukan dengan pasti bahwa korban telah melakukan bunuh diri;
dan mengingat bahwa faktor stres emosional atau ketegangan jiwa
merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya cadaveric spasm.
Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah
tahanan atau lembaga permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula
dengan mempergunakan benda-benda tajam lainnya seperti : pecahan
kaca, pecahan botol, dan kepingan kaleng. Dengan demikian kelainan
yang didapatkan pada pemeriksaan lebih bervariasi.
Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya
dengan satu tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau
dalam keadaan sangat lemah atau bila korban diserang secara
mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital. Jumlah
luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi
tertentu, seringkali didapatkan luka-luka yang didapat sewaktu
korban melakukan perlawanan, luka-luka yang terakhir tadi disebut
luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan pada daerah lengan
bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak
tangan dimungkinkan bila korban berusaha menangkap atau merebut
ataupun menangkis serangan lawannya.
Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah
perut dimana terdapat organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan
dapat membedakan kasus pembunuhan dimana korban digorok lehernya
dengan kasus bunuh diri. Terdapat perbedaan-perbedaan pokok,
diantaranya arah atau letak luka yang mendatar, tidak adanya
luka-luka percobaan dan didapatkan luka-luka tangkis.
Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata
tajam yang bentuknya runcing-runcing, misalnya pisau saku dan
ganco. Dengan menggunakan benda atau senjata yang demikian,
pembunuhan dapat dilakukan dengan cara menghantam benda atau
senjata tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang dan masuk
kedalam otak. Sehingga akan didapati luka-luka yang terjadi seperti
kasus-kasus diatas tadi, hanya ukurannya kecil dan berbentuk celah
saja, maka pada pemeriksaan luar dari korban haruslah dilakukan
dengan seteliti dan secermat mungkin.
Tabel 2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri,
Kecelakaan
Pembunuhan
Bunuh Diri
Kecelakaan
Lokasi luka
Sembarang
Terpilih
Terpapar
Jumlah luka
Banyak
Banyak
Tunggal/Banyak
Pakaian
Terkena
Tidak Terkena
Terkena
Luka tangkis
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Luka percobaan
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Cedera sekunder
Mungkin Ada
Tidak Ada
Mungkin Ada
6. Kualifikasi Luka
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik
disertai atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat
trauma. Bila ditinjau dari sudut hukum, luka merupakan kelainan
yang disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat
intentional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau negligence
(kurang hati-hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman perlu
ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka. Kebijakan hukum
pidana di dalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan
atas pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, kesehatan rohani,
kelangsungan hidup janin dalam kandungan, estetika jasmani,
pekerjaan/jabatan atau pekerjaan mata pencaharian, serta fungsi
alat indera.
1. Luka Ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
pencahariannya.
2. Luka Sedang
Luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya
untuk sementara waktu (sementara waktu harus dinyatakan beberapa
hari atau bulan).
3. Luka Berat
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan
sempurna
b. Luka yang datang mendatangkan bahaya maut
c. Rintangan tetap menjalan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
mata pencahariannya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera
e. Cacat besar atau kudung
f. Mengakibatkan kelumpuhan
g. Mengakibatkan gangguan daya pikir empat minggu lamanya atau
lebih
h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam
kandungan
7. Macam-Macam Visum et Repertum
1) Visum et repertum orang hidup
Ada 3 jenis visum et repertum orang hidup, yaitu :
a. Visum et repertum luka/visum et repertum seketika/visum et
repertum defenitif
Visum et repertum seketika tidak membutuhkan perawatan dan
pemeriksaan lanjut sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban.
Kualifikasi luka yang dokter tulis pada bagian kesimpulan visum et
repertum yakni luka derajat I atau luka golongan C. Dokter tidak
diperkenankan menulis luka penganiayaan ringan karena ini istilah
hukum.
b. Visum et repertum sementara
Visum et repertum sementara membutuhkan perawatan dan
pemeriksaan lanjut sehingga menghalangi pekerjaan korban.
Kualifikasi lukanya tidak ditentukan dan tidak ditulis oleh dokter
pada bagian kesimpulan visum et repertum.
Ada 5 kegunaan visum et repertum sementara, yaitu :
1. Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak.
2. Mengarahkan penyelidikan.
3. Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan
sementara terhadap terdakwa.
4. Menentukan tuntutan jaksa.
5. Medical record.
c. Visum et repertum lanjutan
Dokter membuat visum et repertum lanjutan bilamana luka korban
telah dinyatakan sembuh. Alasan lain pembuatannya yaitu korban
pindah rumah sakit, korban pindah dokter atau korban pulang
paksa.
2) Visum et repertum jenasah
Jika korban meninggal dunia maka dokter membuat visum et
repertum jenasah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian
kesimpulan visum et repertum kecuali luka korban belum sembuh atau
korban pindah dokter.
Ada 2 tujuan pembuatan visum et repertum jenasah, yaitu :
a. Menentukan sebab kematian korban.
b. Menentukan cara kematian korban.
Cara kematian korban dapat kita pelajari secara lebih mendalam
pada salah satu cabang ilmu kedokteran kehakiman yang disebut
sebagai thanatologi.
3) Expertise
Expertise merupakan visum et repertum khusus yang melaporkan
keadaan benda atau bagian tubuh korban. Misalnya darah, mani, liur,
jaringan tubuh, rambut, tulang, dan lain-lain. Ada pihak yang
mengatakan bahwa expertise bukan termasuk visum et repertum.
BAB III
PEMBAHASAN
Korban tersebut diantar ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu pada
hari Kamis, 9 April 2015 pukul 00.05 WIB, dengan penjelasan bahwa
diduga orang tersebut merupakan korban tindak pidana penganiayaan
pada tanggal 8 April 2015 pukul 23.00 WIB disekitaran rumah
penganiaya daerah Patapan-Kramat, Labang. Berdasarkan hasil
anamnesis korban menuturkan bahwa korban telah mendapatkan
kekerasan terhadap dirinya, karena keluarga penganiaya tidak terima
atas perlakuan anak korban yang telah memukul anak sang penganiaya.
Karena hal inilah keluarga penganiaya merasa jengkel dan
marah-marah bahkan sampai membacok keluarga anak korban . Korban
tiba di UGD RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan pada tanggal 09
April 2015 pada pukul 00.05 wib.
Pada kasus ini jenis visum hidup yang digunakan adalah visum et
repertum sementara. Karena pasien masih membutuhkan perawatan dan
observasi lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
Visum et repertum sementara membutuhkan perawatan dan pemeriksaan
lanjut sehingga menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi lukanya
tidak ditentukan dan tidak ditulis oleh dokter pada bagian
kesimpulan visum et repertum (Hoediyanto;2012). Maka sesuai dengan
teori diatas pada kesimpulan visum et repertum kasus ini tidak
mencantumkan kualifikasi luka.
Dalam kasus ini ditemukan tiga luka pada korban. Luka pertama
ditemukan luka terbuka dengan tepi rata, sudut lancip, dengan dasar
luka berwarna merah kehitaman. Ukuran luka sembilan kali empat
sentimeter. Dengan jarak lima sentimeter dibawah pundak kanan. Luka
kedua ditemukan luka terbuka dengan permukaan rata, tepi tajam,
dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Terlihat otot
mengelupas dengan warna merah kehitaman, ukuran sebelas sentimeter
kali tujuh sentimeter pada delapan sentimeter dibawah pundak kiri.
Luka ketiga ditemukan luka terbuka dengan pengelupasan kulit,
permukaan luka tidak rata, sudut luka lancip dengan dasar luka
berwarna merah kehitaman. Tampak tulang jari tengah tangan kiri.
Ukuran empat sentimeter kali dua sentimeter pada punggung jari
tengah tangan kiri.
Ketiga jenis luka tersebut di atas termasuk dalam luka Bacok.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Luka-luka yang
merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam, ukuran luka besar
dan menganga panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka, dan jika
senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar garis
batas luka terdapat memar (FK UI;1997).
Dalam kasus ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda bunuh diri
atau kecelakaan, namun kasus ini diduga merupakan kasus
penganiayaan dengan ditemukannya luka tangkis. Luka tangkis ini
ditemukan pada punggung jari tengah tangan kiri. Hal ini diperkuat
dengan teori yang menyatakan jumlah luka umumnya lebih dari satu,
tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu, seringkali didapatkan
luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan,
luka-luka yang terakhir tadi disebut luka tangkis. Luka-luka
tangkis dapat ditemukan pada daerah lengan bawah bagian dalam atau
pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak tangan dimungkinkan
bila korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis
serangan lawannya (FK UI;1997).
Ditemukannya luka tangkis ini memperkuat adanya percobaan
pembunuhan pada korban. Hal ini dapat disesuaikan dengan teori
perbedaan sifat luka pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan, dimana
sifat pada luka pembunuhan ditemukan adanya luka tangkis, kemudian
lokasi luka terdapat disembarang tempat, jumlah luka banyak, dan
pakaian ikut terkena (FK UI;1997).
Dari Luka Bacok yang ditemukan pada korban, luka tersebut
terjadi akibat persentuhan benda tajam yang diduga senjatanya
adalah clurit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Luka
akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam yang
ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit
dan celurit. . Pada senjata seperti celurit, maka luka akan
diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh
korban, selain faktor gerakan dari korban sendiri
(Hoediyanto;2012).
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKALAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
Jl. Pemuda Kaffa No. 09 Bangkalan 69112. Telp. (031) 3095088
Fax. 3094108
Email: [email protected]
VISUM ET REPERTUM
(KORBAN HIDUP)
Pro Justisia
No. WK: 001
Berhubungan dengan surat Saudara :
-------------------------------------------------------------------
Nama : ___, Pangkat : ___, NRP : ___, Jabatan : ___, Polsek:
___, Alamat polsek: _____No.Pol: ___. Tertanggal: ___, Perihal :
Permintaan Visum et Repertum yang kami terima pada tanggal,
______________pukul ___
WIB-----------------------------------------------
Maka kami:
DS/DA/ZA/WE/GJ/YB--------------------------------------------------------------------
Sebagai dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan , telah
melakukan pemeriksaan pada hari Kamis, tanggal 09 April 2015 pukul
00.05 WIB, di UGD RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan atas
korban yang menurut surat Saudara
:-----------------------------------------------------------------------------
Nama : Tn. Misno
---------------------------------------------------------------------
Alamat : Patapan-Kramat,
Labang----------------------------------------------------
Jenis Kelamin :
Laki-laki-----------------------------------------------------------------------
Umur : Empat puluh tahun
----------------------------------------------------------
Korban tersebut diantar ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu pada
hari Kamis, 9 April 2015 pukul 00.05 WIB, dengan penjelasan bahwa
diduga orang tersebut merupakan tindak pidana penganiayaan pada
tanggal 8 April 2015 pukul 23.00 WIB disekitaran rumah penganiaya
daerah Patapan-Kramat, Labang. Dari hasil anamnesis korban
menuturkan bahwa korban telah mendapatkan kekerasan terhadap
dirinya, karena keluarga penganiaya tidak terima atas perlakuan
anak korban yang telah memukul anak sang penganiaya. Karena hal
inilah keluarga penganiaya merasa jengkel dan marah-marah bahkan
sampai membacok keluarga anak korban.--
Korban tiba di UGD RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan pada
tanggal 09 April 2015 pada pukul 00.05 wib.
-----------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik :
--------------------------------------------------------------------------------------
1. Korban laki laki berusia empat puluh tahun,tinggi bandan
seratus enam puluh lima sentimeter, berat badan enam puluh lima
kilogram, warna kulit sawo matang, rambut hitam pendek rata-rata
lima sentimeter, dan status gizi kesan
baik------------------------------------------------------------------------------------------
2. Kesadaran (GCS) : Sadar. Kondisi stabil. Tekanan darah
seratus dua puluh per delapan puluh melimeter raksa. Denyut nadi
delapan puluh kali per menit. Pernafasan sembilan belas kali per
menit . Suhu tubuh tiga puluh enam derajat celcius.
---------------------------------------------------------------------------------------------
3. Korban ditemukan terbaring dibrankar warna biru
muda------------------------------------
4. Properti korban
:-----------------------------------------------------------------------------------
a. Korban menggunakan kaos berwarna hitam bergaris putih tipis
dengan menggunakan kain celana jins berwarna
hitam.-----------------------------------------------
5. Kepala :
----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Bentuk : bulat, simetris,tidak ditemukan kelainan dan
tanda-tanda kekerasan---
b. Rambut kepala : bergelombang, berwarna hitam, panjang
rata-rata lima sentimeter
--------------------------------------------------------------------------------
c. Dahi : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan.-----------------------
d. Mata: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan-----------------------
e. Hidung : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan--------------------
f. Pipi : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan-----------------------
g. Pelipis : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan---------------------
h. Mulut : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan---------------------
i. Dagu : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan---------------------
6. Leher : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan-------------------------------
7.Bahu :
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Bahu kanan : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan------------------------
Bahu kiri : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan---------------------------
8.Dada : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan--------------------------------
9.Perut : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan--------------------------------
10.Punggung : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan--------------------------
11.Anggota gerak atas :
------------------------------------------------------------------------------
a. Kanan
:-------------------------------------------------------------------------------------------
1. Ditemukan luka terbuka dengan tepi rata, sudut lancip, dengan
dasar luka berwarna merah kehitaman. Ukuran luka sembilan kali
empat sentimeter. Dengan jarak lima sentimeter dibawah pundak
kanan-----------------------------------------------
b. Kiri
:---------------------------------------------------------------------------------------------
1. Ditemukan luka terbuka dengan permukaan rata, tepi tajam,
dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Terlihat otot
mengelupas dengan warna merah kehitaman, ukuran sebelas sentimeter
kali tujuh sentimeter pada delapan sentimeter dibawah pundak
kiri.------------------------------------------------------
2. Ditemukan luka terbuka dengan pengelupasan kulit, permukaan
luka tidak rata, sudut luka lancip dengan dasar luka berwarna merah
kehitaman. Tampak tulang jari tengah tangan kiri. Ukuran empat
sentimeter kali dua sentimeter pada punggung jari tengah tangan
kiri.----------------------------------------------------
12. Anggota gerak bawah
:---------------------------------------------------------------------------
a. Kanan : Tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan-------------------------
b. Kiri : Tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda
kekerasan----------------------------
Pemeriksaan dalam: Tidak
dilakukan.---------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
1. Korban laki laki dengan usia empat puluh tahun , tinggi badan
seratus enam puluh lima sentimeter , berat badan enam puluh lima
kilogram , warna kulit sawo matang, rambut hitam pendek rata-rata
lima sentimeter , dan status gizi kesan baik
.------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Hasil Pemeriksaan
--------------------------------------------------------------------------------
a. Pada lengan kanan dan kiri serta punggung jari tengah tangan
kiri ditemukan luka bacok. Luka tersebut diatas terjadi karena
persentuhan dengan benda tajam.------------
b. Klasifikasi luka belum dapat ditentukan. Oleh karena koban
masih membutuhkan perawatan dan observasi lebih lanjut.
------------------------------------------------------
Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima
jabatan.----------------------------------------------------------------------------------------
Bangkalan , 9 april 2015
Dokter Pemeriksa
DS/DA/ZA/WE/GJ/YB
KESIMPULAN
Penulisan Laporan kasus ini menjawab tujuan yang diinginkan
dalam penulisan ini. Laporan kasus ini dapat memberikan informasi
yang baik tentang trauma benda tajam yang dinilai dari segi
forensik dan medikolegalnya. Dapat disimpulkan bahwa trauma benda
tajam merupakan suatu kekerasan berupa luka atau cedera yang
disebabkan oleh trauma mekanik benda tajam.
Dalam pemeriksaan luar maupun dalam harus dapat dilakukan secara
teliti, karena dari pemeriksaan yang baik, dapat disimpulkan jenis
senjata yang digunakan, jenis dan sifat luka, motif trauma
tersebut, derajat luka, serta waktu kejadiannya. Hal tersebut dapat
digunakan baik untuk penilaian medik, juga untuk penilaian dan
kepentingan peradilan.
Oleh karena itu, sebagai tenaga medis, seorang dokter umum perlu
untuk mengetahui dasar-dasar traumatologi yang baik, serta mampu
mengaplikasikannya dalam praktik sehari-hari dengan tetap berpegang
pada hukum dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan, Sofwan. 2000. edokteran Forensik : Traumatologi.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
2. Dahlan, Sofwan. 2000. Petunjuk Praktikum Pembuatn Visum et
Repertum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
3. Idris, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.
Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia Dinas Kedokteran Dan
Kesehatan. 1995. Atlas Kedokteran Forensik Tentang Perlukaan.
Cetakan II. Jakarta: Dinas Kedokteran dan Kesehatan Polri Lembaga
Kedokteran Kepolisian Unit Kedokteran Forensik.
5. Abraham S, Arif Rahman, Bambang PN, Gatot S, Hadi Bin Salim,
et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik.Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.Cetakan Kedua.
6. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan II. Jakarta :
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Dix, J. 2000. Color Atlas of Forensik Pathology. CRC Press:
134-145
8. Sjamsuhidajat R, De Jong. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.
Jakarta: EGC
9. Herlambang, Penggalih Mahardika. 2010. Mekanisme Biomolekuler
Luka Memar. Tersedia pada:
http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf
Diakses pada tanggal 03 April 2015
10. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi
Edisi 7. Jakarta: EGC
Gambar 2. Trauma Benda Tajam