Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti pernah mengalami luka yang didapat baik dengan unsur kesengajaan maupun tidak sengaja. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik,atau gigitan hewan. Berdasarkan etiologi, terdapat berbagai jenis luka, antara lain luka gores, luka memar, luka tusuk, luka sayat, luka lecet, luka insisi, luka tembus, dan luka bakar. Berdasarkan waktu, dibagi menjadi luka akut dan kronis. Setiap jenis luka memiliki tahap-tahap penyembuhan luka yang sama yaitu fase inflamasi, proliferatif, dan remodeling. Proses penyembuhan luka memerlukan reaksi seluler, molekuler, dan biokimiawi yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksterna dan interna. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda–benda serupa dengan itu, lalu di 1
34

LAPSUS LUKA BACOK (VER HIDUP) .doc

Sep 10, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti pernah mengalami luka yang didapat baik dengan unsur kesengajaan maupun tidak sengaja.

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik,atau gigitan hewan.

Berdasarkan etiologi, terdapat berbagai jenis luka, antara lain luka gores, luka memar, luka tusuk, luka sayat, luka lecet, luka insisi, luka tembus, dan luka bakar. Berdasarkan waktu, dibagi menjadi luka akut dan kronis. Setiap jenis luka memiliki tahap-tahap penyembuhan luka yang sama yaitu fase inflamasi, proliferatif, dan remodeling. Proses penyembuhan luka memerlukan reaksi seluler, molekuler, dan biokimiawi yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksterna dan interna.

Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau bendabenda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius.

Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub , 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu penyerangan, 27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui.

B. Tujuan

Tujuan umum :

Mengenali dan mengatahui luka/trauma benda tajam pada korban hidup.

Tujuan khusus :

1. Mengetahui jenis-jenis luka akibat trauma benda tajam

2. Mengetahui mekanisme terjadinya trauma benda tajam

3. Mengetahui akibat trauma benda tajam pada korban hidup

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa Klinik

Dapat menjadi tambahan pengetahuan forensik mengenai luka/trauma benda tajam, yang berguna dalam praktik sehari-hari sebagai dokter umum

2. Bagi penulis

Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pengalaman penulis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Trauma Benda Tajam

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.1

Trauma benda tajam adalah bentuk luka yang mudah dikenali karena berciri seperti garis batas luka yang teratur, tepinya rata, sudut lukanya tajam, tidak adanya jembatan jaringan, tebing luka rata, bila ditautkan akan menjadi rapat karena benda tersebut hanya memisahkan tidak menghilangkan jaringan dan membentuk garis lurus atau melengkung, serta daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar atau luka lecet. Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun benda dengan ujung yang runcing, contohnya bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, bahkan tepi kertas ataupun rumput.6

2. Benda Tajam

Benda tajam adalah benda yang mempunyai sisi yang tajam minimal di salah satu sisinya dan dapat memotong. Contoh yang popular adalah pisau, dimana pisau merupakan senjata yang paling sering dianggap bertanggung jawab atas terjadinya trauma akibat benda tajam, tetapi alat-alat lainnya seperti pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet juga dapat mengakibatkan luka yang dapat dikenali orang.3

Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Sifat-sifat dari benda tajam

Sifat benda tajam meliputi :

a. Bentuk

b. Ketajaman ujungnya

c. Ketajaman tepinya, baik yang bermata satu maupun yang bermata dua.

Contoh-contoh benda tajam lain yang termasuk didalamnya adalah seperti sebuah pahat, sepotong kawat, logam yang tajam atau sebuah kayu yang ujungnya tajam. Pada intinya semua benda sesuatu yang mempunyai ujung yang tajam yang dapat mengakibatkan penetrasi pada kulit sampai ke jaringan yang ada dibawahnya, dikategorikan sebagai benda tajam.

2. Bagaimana sentaja tajam mengenai dan masuk ke dalam tubuh

Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut dan arah yang sama, dengan demikian setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan dan irisan. Oleh karena kenyataan tersebut ukuran luka dimana pisau itu masuk akan lebih besar dari ukuran lebar pisau itu sendiri. Kekuatan mengayunkan pisau dapat membuat perbedaan bentuk luka yang terjadi yaitu bila dilakukan dengan kekuatan yang besar luka yang terjadi akan menjadi luka bacok.

3. Tempat dimana terdapat luka

Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut dapat mengakibatkan luka yang tertutup, sempit, dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat pisau terseut kan terbuka lebar.

3. Ciri Umum Luka Benda Tajam

Ciri umum luka benda tajam meliputi :1

1. Garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya runcing.

2. Bla ditautkan akan menjadi rapat ( karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus atau sedikit lengkung).

3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan

4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

4. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam

Ciri-ciri suatu luka dapat menunjukkan cara benda penyebabnya digunakan. Hal ini tergantung dari jenis benda penyebab luka tersebut. Cara penggunaan senjata tajam dapat dibedakan, yaitu diiriskan, ditusukan, dan dibacokkan.6

1. Luka Iris

Luka iris merupakan luka yang terjadi jika benda tajam yang mengenai tubuh hampir sejajar dengan permukaan tubuh. Luka iris dapat ditandai dengan panjang luka lebih besar dari dalamnya, tepi rata, disekitar luka umumnya tidak ditemukan memar dan luka lecet, dinding luka tidak terdapat jembatan jaringan, dan sudut luka runcing.

Jenis luka ini umumnya lebih sering ditemukan pada kecelakaan dan bunuh diri. Bila luka mengenai pembuluh darah besar, maka kematian korban dapat disebabkan oleh perdarahan atau masuknya udara kedalam pembuluh darah (emboli darah).

Pada bunuh diri sering ditemukan luka-luka sayat yang khas yang disebut luka sayat percobaan. Lokasi luka percobaan hampir selalu pada lengan-pergelangan tangan atau leher merupakan irisan-irisan yang berkelompok dengan arah yang hampir sejajar.4

2. Luka Tusuk

Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.

Deskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan diskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan deskripsi luka lainnya yaitu berdasarkan jumlah, letak, bentuk, ukuran dan sifat.

Bentuk luka tusuk tidak sepenuhnya tergantuk bentuk senjata. Jaringan elatis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis berbentuk garis lengkung pada seluruh area tubuh, sehingga jika ditusuk tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila ditusuk parallel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau pisau keluar, dimana hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan, juga akan mempengaruhi bentuk luka tusuk, misalnya:

a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan kemudian ditusukan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya

b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarah ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.

c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain menyebabkan saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.

d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan titik terdalam sebagai landasan menyebabkan saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.

e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini juga dapat diindikasikan adanya pukulan.

Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan saat autopsi. Memanipulasi tubuh sesuai dengan posisi saat ditusuk sulit dilakukan atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukkan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.

Pisau yang ditusukan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.

3. Luka Bacok (Chop Wound)

Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam yang ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit dan celurit. Luka yang disebabkan benda atau senjata yang ukurannya besar akan lebih hebat dan berat, disebut sebagai luka bacok. Pada dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau benda tajam tersebut mengenai tubuh, yaitu tepi tajam yang pertama kali mengenai tubuh serta tenaga yang dipakai sedemikian besarnya.

Bila pada pisau digerakkan menusuk dengan ujung pisau, faktor yang paling penting diperhatikan adalah faktor tenaga atau kekuatan yang disertai serta faktor ketajaman bagian benda tajam yang mengenai tubuh. Pada senjata seperti celurit, maka luka akan diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh korban, selain faktor gerakan dari korban sendiri.

Istilah dibacokkan mengandung pengertian bahwa senjata yang digunakan adalah senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang di bawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka.

Makin tajam instrumen makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh instrumen tajam yang lebih kecil, luka akibat penapisan dapat terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada sisi di seberang tempat penapisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besaran bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bias meninggalkan cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis.

Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan instrument yang lebih berat. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan instrument yang lebih berat. Perlu dicatat kemungkinan dilakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya di dekat kaki-kaki luka bacok.

Terdapat dua tipe luka yang dapat disebabkan oleh instrumen tajam baik dengan benda atau senjata tajam yang dapat dikenal dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. Yang pertama merupakan tanda percobaan, yaitu insisi dangkal yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak parallel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok superfisial ini di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran dan/ atau kematian. Bentuk lainnya merupakan luka perawatan yang dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang di tempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi diri dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrument tajam.

Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam

b. Ukuran luka besar dan menganga

c. Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka

d. Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka

e. Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar garis batas luka terdapat memar.

Kematian pada luka bacok biasanya terjadi pada kasus pembunuhan dan kecelakaan. Sebab kematian pada luka bacok, yaitu perdarahan, rusaknya organ vital, emboli udara, infeksi dan sepsis, dan refleks vagal pada luka bacok di daerah leher.

5. Perbedaan Sifat Luka Akibat Bunuh Diri, Pembunuhan, dan Kecelakaan

Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara yang terbanyak dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris) tenggorokan. Bila korban menggunakan tangan kanan untuk maksud tersebut maka pada umumnya luka iris akan dimulai dari bawah telinga sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan, dengan demikian luka tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke kanan bawah depan. Bila korban menggunakan tangan kirinya atau orang yang kidal akan terdapat keadaan yang sebaliknya.6

Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan satu atau lebih luka yang lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka-luka tersebut adalah luka percobaan (hesitation mark). Luka-luka percobaan dapat pula ditemukan pada bagian lain dari tubuh, seperti pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki, lipat siku atau pada daerah perut. Luka-luka tersebut umumnya yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umunya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu.6

Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering, dalam hal ini sesuai dengan letak jantung, serta pada daerah perut biasanya daerah lambung. Lokasi-lokasi tersebut merupakan lokasi yang sering dipilih oleh korban di dalam kasus bunuh diri; di dalam kasus-kasus tersebut biasanya bentuk luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Luka-luka percobaan tentunya dapat pula dijumpai. Luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan pada kasus bunuh diri dengan sendirinya tidak akan didapatkan.

Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang fatal, yang terdapat baik pada daerah leher, dada atau daerah lambung serta adanya luka-luka percobaan; pada tangan korban tidak jarang akan ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya, ini disebabkan adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot tangan korban yang menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut dikenal dengan istilah cadaveric spasm, yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan intravitalitas. Dengan demikian adanya senjata yang tergenggam erat tersebut pada korban, hampir dapat ditentukan dengan pasti bahwa korban telah melakukan bunuh diri; dan mengingat bahwa faktor stres emosional atau ketegangan jiwa merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya cadaveric spasm.

Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah tahanan atau lembaga permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula dengan mempergunakan benda-benda tajam lainnya seperti : pecahan kaca, pecahan botol, dan kepingan kaleng. Dengan demikian kelainan yang didapatkan pada pemeriksaan lebih bervariasi.

Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan sangat lemah atau bila korban diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital. Jumlah luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu, seringkali didapatkan luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan, luka-luka yang terakhir tadi disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan pada daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak tangan dimungkinkan bila korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis serangan lawannya.

Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut dimana terdapat organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan dapat membedakan kasus pembunuhan dimana korban digorok lehernya dengan kasus bunuh diri. Terdapat perbedaan-perbedaan pokok, diantaranya arah atau letak luka yang mendatar, tidak adanya luka-luka percobaan dan didapatkan luka-luka tangkis.

Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata tajam yang bentuknya runcing-runcing, misalnya pisau saku dan ganco. Dengan menggunakan benda atau senjata yang demikian, pembunuhan dapat dilakukan dengan cara menghantam benda atau senjata tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang dan masuk kedalam otak. Sehingga akan didapati luka-luka yang terjadi seperti kasus-kasus diatas tadi, hanya ukurannya kecil dan berbentuk celah saja, maka pada pemeriksaan luar dari korban haruslah dilakukan dengan seteliti dan secermat mungkin.

Tabel 2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri, Kecelakaan

Pembunuhan

Bunuh Diri

Kecelakaan

Lokasi luka

Sembarang

Terpilih

Terpapar

Jumlah luka

Banyak

Banyak

Tunggal/Banyak

Pakaian

Terkena

Tidak Terkena

Terkena

Luka tangkis

Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Luka percobaan

Tidak Ada

Ada

Tidak Ada

Cedera sekunder

Mungkin Ada

Tidak Ada

Mungkin Ada

6. Kualifikasi Luka

Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma. Bila ditinjau dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intentional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati-hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka. Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, kesehatan rohani, kelangsungan hidup janin dalam kandungan, estetika jasmani, pekerjaan/jabatan atau pekerjaan mata pencaharian, serta fungsi alat indera.

1. Luka Ringan

Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.

2. Luka Sedang

Luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya untuk sementara waktu (sementara waktu harus dinyatakan beberapa hari atau bulan).

3. Luka Berat

a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna

b. Luka yang datang mendatangkan bahaya maut

c. Rintangan tetap menjalan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.

d. Kehilangan salah satu dari panca indera

e. Cacat besar atau kudung

f. Mengakibatkan kelumpuhan

g. Mengakibatkan gangguan daya pikir empat minggu lamanya atau lebih

h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan

7. Macam-Macam Visum et Repertum

1) Visum et repertum orang hidup

Ada 3 jenis visum et repertum orang hidup, yaitu :

a. Visum et repertum luka/visum et repertum seketika/visum et repertum defenitif

Visum et repertum seketika tidak membutuhkan perawatan dan pemeriksaan lanjut sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka yang dokter tulis pada bagian kesimpulan visum et repertum yakni luka derajat I atau luka golongan C. Dokter tidak diperkenankan menulis luka penganiayaan ringan karena ini istilah hukum.

b. Visum et repertum sementara

Visum et repertum sementara membutuhkan perawatan dan pemeriksaan lanjut sehingga menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi lukanya tidak ditentukan dan tidak ditulis oleh dokter pada bagian kesimpulan visum et repertum.

Ada 5 kegunaan visum et repertum sementara, yaitu :

1. Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak.

2. Mengarahkan penyelidikan.

3. Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap terdakwa.

4. Menentukan tuntutan jaksa.

5. Medical record.

c. Visum et repertum lanjutan

Dokter membuat visum et repertum lanjutan bilamana luka korban telah dinyatakan sembuh. Alasan lain pembuatannya yaitu korban pindah rumah sakit, korban pindah dokter atau korban pulang paksa.

2) Visum et repertum jenasah

Jika korban meninggal dunia maka dokter membuat visum et repertum jenasah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian kesimpulan visum et repertum kecuali luka korban belum sembuh atau korban pindah dokter.

Ada 2 tujuan pembuatan visum et repertum jenasah, yaitu :

a. Menentukan sebab kematian korban.

b. Menentukan cara kematian korban.

Cara kematian korban dapat kita pelajari secara lebih mendalam pada salah satu cabang ilmu kedokteran kehakiman yang disebut sebagai thanatologi.

3) Expertise

Expertise merupakan visum et repertum khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh korban. Misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, rambut, tulang, dan lain-lain. Ada pihak yang mengatakan bahwa expertise bukan termasuk visum et repertum.

BAB III

PEMBAHASAN

Korban tersebut diantar ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu pada hari Kamis, 9 April 2015 pukul 00.05 WIB, dengan penjelasan bahwa diduga orang tersebut merupakan korban tindak pidana penganiayaan pada tanggal 8 April 2015 pukul 23.00 WIB disekitaran rumah penganiaya daerah Patapan-Kramat, Labang. Berdasarkan hasil anamnesis korban menuturkan bahwa korban telah mendapatkan kekerasan terhadap dirinya, karena keluarga penganiaya tidak terima atas perlakuan anak korban yang telah memukul anak sang penganiaya. Karena hal inilah keluarga penganiaya merasa jengkel dan marah-marah bahkan sampai membacok keluarga anak korban . Korban tiba di UGD RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan pada tanggal 09 April 2015 pada pukul 00.05 wib.

Pada kasus ini jenis visum hidup yang digunakan adalah visum et repertum sementara. Karena pasien masih membutuhkan perawatan dan observasi lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Visum et repertum sementara membutuhkan perawatan dan pemeriksaan lanjut sehingga menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi lukanya tidak ditentukan dan tidak ditulis oleh dokter pada bagian kesimpulan visum et repertum (Hoediyanto;2012). Maka sesuai dengan teori diatas pada kesimpulan visum et repertum kasus ini tidak mencantumkan kualifikasi luka.

Dalam kasus ini ditemukan tiga luka pada korban. Luka pertama ditemukan luka terbuka dengan tepi rata, sudut lancip, dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Ukuran luka sembilan kali empat sentimeter. Dengan jarak lima sentimeter dibawah pundak kanan. Luka kedua ditemukan luka terbuka dengan permukaan rata, tepi tajam, dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Terlihat otot mengelupas dengan warna merah kehitaman, ukuran sebelas sentimeter kali tujuh sentimeter pada delapan sentimeter dibawah pundak kiri. Luka ketiga ditemukan luka terbuka dengan pengelupasan kulit, permukaan luka tidak rata, sudut luka lancip dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Tampak tulang jari tengah tangan kiri. Ukuran empat sentimeter kali dua sentimeter pada punggung jari tengah tangan kiri.

Ketiga jenis luka tersebut di atas termasuk dalam luka Bacok. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam, ukuran luka besar dan menganga panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka, dan jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar garis batas luka terdapat memar (FK UI;1997).

Dalam kasus ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda bunuh diri atau kecelakaan, namun kasus ini diduga merupakan kasus penganiayaan dengan ditemukannya luka tangkis. Luka tangkis ini ditemukan pada punggung jari tengah tangan kiri. Hal ini diperkuat dengan teori yang menyatakan jumlah luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu, seringkali didapatkan luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan, luka-luka yang terakhir tadi disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan pada daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak tangan dimungkinkan bila korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis serangan lawannya (FK UI;1997).

Ditemukannya luka tangkis ini memperkuat adanya percobaan pembunuhan pada korban. Hal ini dapat disesuaikan dengan teori perbedaan sifat luka pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan, dimana sifat pada luka pembunuhan ditemukan adanya luka tangkis, kemudian lokasi luka terdapat disembarang tempat, jumlah luka banyak, dan pakaian ikut terkena (FK UI;1997).

Dari Luka Bacok yang ditemukan pada korban, luka tersebut terjadi akibat persentuhan benda tajam yang diduga senjatanya adalah clurit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam yang ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit dan celurit. . Pada senjata seperti celurit, maka luka akan diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh korban, selain faktor gerakan dari korban sendiri (Hoediyanto;2012).

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKALAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYARIFAH AMBAMI RATO EBU

INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL

Jl. Pemuda Kaffa No. 09 Bangkalan 69112. Telp. (031) 3095088 Fax. 3094108

Email: [email protected]

VISUM ET REPERTUM

(KORBAN HIDUP)

Pro Justisia

No. WK: 001

Berhubungan dengan surat Saudara : -------------------------------------------------------------------

Nama : ___, Pangkat : ___, NRP : ___, Jabatan : ___, Polsek: ___, Alamat polsek: _____No.Pol: ___. Tertanggal: ___, Perihal : Permintaan Visum et Repertum yang kami terima pada tanggal, ______________pukul ___ WIB-----------------------------------------------

Maka kami: DS/DA/ZA/WE/GJ/YB--------------------------------------------------------------------

Sebagai dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan , telah melakukan pemeriksaan pada hari Kamis, tanggal 09 April 2015 pukul 00.05 WIB, di UGD RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan atas korban yang menurut surat Saudara :-----------------------------------------------------------------------------

Nama : Tn. Misno ---------------------------------------------------------------------

Alamat : Patapan-Kramat, Labang----------------------------------------------------

Jenis Kelamin : Laki-laki-----------------------------------------------------------------------

Umur : Empat puluh tahun ----------------------------------------------------------

Korban tersebut diantar ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu pada hari Kamis, 9 April 2015 pukul 00.05 WIB, dengan penjelasan bahwa diduga orang tersebut merupakan tindak pidana penganiayaan pada tanggal 8 April 2015 pukul 23.00 WIB disekitaran rumah penganiaya daerah Patapan-Kramat, Labang. Dari hasil anamnesis korban menuturkan bahwa korban telah mendapatkan kekerasan terhadap dirinya, karena keluarga penganiaya tidak terima atas perlakuan anak korban yang telah memukul anak sang penganiaya. Karena hal inilah keluarga penganiaya merasa jengkel dan marah-marah bahkan sampai membacok keluarga anak korban.--

Korban tiba di UGD RSUD Syarifah Ambani Rato Ebu Bangkalan pada tanggal 09 April 2015 pada pukul 00.05 wib. -----------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik : --------------------------------------------------------------------------------------

1. Korban laki laki berusia empat puluh tahun,tinggi bandan seratus enam puluh lima sentimeter, berat badan enam puluh lima kilogram, warna kulit sawo matang, rambut hitam pendek rata-rata lima sentimeter, dan status gizi kesan baik------------------------------------------------------------------------------------------

2. Kesadaran (GCS) : Sadar. Kondisi stabil. Tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh melimeter raksa. Denyut nadi delapan puluh kali per menit. Pernafasan sembilan belas kali per menit . Suhu tubuh tiga puluh enam derajat celcius. ---------------------------------------------------------------------------------------------

3. Korban ditemukan terbaring dibrankar warna biru muda------------------------------------

4. Properti korban :-----------------------------------------------------------------------------------

a. Korban menggunakan kaos berwarna hitam bergaris putih tipis dengan menggunakan kain celana jins berwarna hitam.-----------------------------------------------

5. Kepala : ----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Bentuk : bulat, simetris,tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan---

b. Rambut kepala : bergelombang, berwarna hitam, panjang rata-rata lima sentimeter --------------------------------------------------------------------------------

c. Dahi : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan.-----------------------

d. Mata: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan-----------------------

e. Hidung : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan--------------------

f. Pipi : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan-----------------------

g. Pelipis : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan---------------------

h. Mulut : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan---------------------

i. Dagu : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan---------------------

6. Leher : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan-------------------------------

7.Bahu : ----------------------------------------------------------------------------------------------- Bahu kanan : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan------------------------

Bahu kiri : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan---------------------------

8.Dada : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan--------------------------------

9.Perut : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan--------------------------------

10.Punggung : tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan--------------------------

11.Anggota gerak atas : ------------------------------------------------------------------------------

a. Kanan :-------------------------------------------------------------------------------------------

1. Ditemukan luka terbuka dengan tepi rata, sudut lancip, dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Ukuran luka sembilan kali empat sentimeter. Dengan jarak lima sentimeter dibawah pundak kanan-----------------------------------------------

b. Kiri :---------------------------------------------------------------------------------------------

1. Ditemukan luka terbuka dengan permukaan rata, tepi tajam, dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Terlihat otot mengelupas dengan warna merah kehitaman, ukuran sebelas sentimeter kali tujuh sentimeter pada delapan sentimeter dibawah pundak kiri.------------------------------------------------------

2. Ditemukan luka terbuka dengan pengelupasan kulit, permukaan luka tidak rata, sudut luka lancip dengan dasar luka berwarna merah kehitaman. Tampak tulang jari tengah tangan kiri. Ukuran empat sentimeter kali dua sentimeter pada punggung jari tengah tangan kiri.----------------------------------------------------

12. Anggota gerak bawah :---------------------------------------------------------------------------

a. Kanan : Tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan-------------------------

b. Kiri : Tidak ditemukan kelainan dan tanda tanda kekerasan----------------------------

Pemeriksaan dalam: Tidak dilakukan.---------------------------------------------------------------

KESIMPULAN

1. Korban laki laki dengan usia empat puluh tahun , tinggi badan seratus enam puluh lima sentimeter , berat badan enam puluh lima kilogram , warna kulit sawo matang, rambut hitam pendek rata-rata lima sentimeter , dan status gizi kesan baik .------------------------------------------------------------------------------------------------

2. Hasil Pemeriksaan --------------------------------------------------------------------------------

a. Pada lengan kanan dan kiri serta punggung jari tengah tangan kiri ditemukan luka bacok. Luka tersebut diatas terjadi karena persentuhan dengan benda tajam.------------

b. Klasifikasi luka belum dapat ditentukan. Oleh karena koban masih membutuhkan perawatan dan observasi lebih lanjut. ------------------------------------------------------

Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.----------------------------------------------------------------------------------------

Bangkalan , 9 april 2015

Dokter Pemeriksa

DS/DA/ZA/WE/GJ/YB

KESIMPULAN

Penulisan Laporan kasus ini menjawab tujuan yang diinginkan dalam penulisan ini. Laporan kasus ini dapat memberikan informasi yang baik tentang trauma benda tajam yang dinilai dari segi forensik dan medikolegalnya. Dapat disimpulkan bahwa trauma benda tajam merupakan suatu kekerasan berupa luka atau cedera yang disebabkan oleh trauma mekanik benda tajam.

Dalam pemeriksaan luar maupun dalam harus dapat dilakukan secara teliti, karena dari pemeriksaan yang baik, dapat disimpulkan jenis senjata yang digunakan, jenis dan sifat luka, motif trauma tersebut, derajat luka, serta waktu kejadiannya. Hal tersebut dapat digunakan baik untuk penilaian medik, juga untuk penilaian dan kepentingan peradilan.

Oleh karena itu, sebagai tenaga medis, seorang dokter umum perlu untuk mengetahui dasar-dasar traumatologi yang baik, serta mampu mengaplikasikannya dalam praktik sehari-hari dengan tetap berpegang pada hukum dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sofwan. 2000. edokteran Forensik : Traumatologi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

2. Dahlan, Sofwan. 2000. Petunjuk Praktikum Pembuatn Visum et Repertum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

3. Idris, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara.

4. Kepolisian Negara Republik Indonesia Dinas Kedokteran Dan Kesehatan. 1995. Atlas Kedokteran Forensik Tentang Perlukaan. Cetakan II. Jakarta: Dinas Kedokteran dan Kesehatan Polri Lembaga Kedokteran Kepolisian Unit Kedokteran Forensik.

5. Abraham S, Arif Rahman, Bambang PN, Gatot S, Hadi Bin Salim, et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik.Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Cetakan Kedua.

6. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan II. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

7. Dix, J. 2000. Color Atlas of Forensik Pathology. CRC Press: 134-145

8. Sjamsuhidajat R, De Jong. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

9. Herlambang, Penggalih Mahardika. 2010. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar. Tersedia pada: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf Diakses pada tanggal 03 April 2015

10. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC

Gambar 2. Trauma Benda Tajam

21