DAFTAR ISI
HalamanLEMBAR JUDULiDAFTAR ISI1BAB 1 PENDAHULUAN2BAB 2 LAPORAN
KASUS4BAB 3 PEMBAHASAN9BAB 4KESIMPULAN21DAFTAR PUSTAKA22
BAB IPENDAHULUANPenyakit demam dengue adalah salah satu varian
klinis infeksi virus dengue, yang ditandai oleh gejala panas 2-7
hari dan pada saat turun panas disertai/disusul dengan gangguan
hemostatik dan kebocoran plasma (plasma leakage). Infeksi dengue
merupakan penyakit menular melalui nyamuk (mosquito-borne) yang
paling sering terjadi pada manusia dalam beberapa tahun terakhir,
sehingga merupakan masalah kesehatan dunia. World Health
Organization mengestimasi bahwa 2,5 miliar manusia tinggal di
daerah virus dengue bersirkulasi.Infeksi virus dengue pada manusia
mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara
penyakit yang paling ringan (mild undifferientiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) dan demam
berdarah dengue disertai syok (dengue shock syndrome) .Manifestasi
klinis yang bervariasi menunjukkan fenomena gunung es dimana DBD
dan DSS sebagai puncaknya sedangkan kasus dengue ringan dan demam
dengue merupakan dasarnya, Perjalanan penyakit sering sukar
diramalkan dimana sebagian kasus dengan renjatan berat dapat
disembuhkan walau hanya dengan pengobatan sederhana sedang sebagian
lain datang dengan kasus ringan tetapi meninggal dunia dalam waktu
singkat walau telah mendapat perawatan dan pengobatan
intensifKlasifikasi konvensional penyakit dengue seperti demam
berdarah (DF) atau demam berdarah dengue (DBD) yang diajukan oleh
organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1975 didasarkan pada
hasil studi di pasien pediatrik yang dilakukan di Rumah Sakit Anak,
Bangkok, Thailand. Selama dekade terakhir, DBD secara geografis
telah semakin meluas dan berpengaruh pada populasi dewasa yang
meningkat. Berbagai manifestasi klinis dengue terus-menerus telah
dikemukakan, menambah manifestasi utama dengue yang awalnya
utamanya hanya terbatas pada demam dan pendarahan. Dari catatan,
telah dilaporkan semakin banyak severe dengue yang mungkin tidak
memenuhi kriteria DHF / DSS, namun menempatkan pasien yang terkena
berisiko tinggi untuk mortalitas. Sejumlah laporan tentang demam
berdarah kritis dipengaruhi oleh pasien yang meninggal karena
penyebab lain selain DHF / DSS mendesak WHO untuk revisi
klasifikasi dengue, sehingga bisa menimbulkan tanda-tanda warning
sign secara tepat waktu dan memberikan pedoman terapi yang sesuai
untuk severe dengue.Pada kesempatan kali ini, penulis akan
membandingan kriteria diagnosa menggunakan kriteria dengue oleh WHO
tahun 1997 dengan kriteria dengue WHO tahun 2009 beserta
penatalaksanaan yang sesuai pada pasien anak Lailatul.
BAB IILAPORAN KASUSTanggal 28 Maret 2014, 21:21 WIB, datang
seorang pasien anak perempuan bernama Lailatul Nur S, ke instalasi
gawat darurat RSML, umur 4tahun 4 bulan 13 hari dengan berat badan
139 kg, beralamat Lamongan. Pasien datang rujukan dari puskesas
Paciran. Ibu mengatakan anak panas sejak hari Senin pagi, 22 Maret
2014 (Panas hari pertama), malam harinya anak dibawa ke bidan dan
diberi obat penurun panas kemudian panas turun. Keesokan harinya
panas muncul lagi, panas terus-menerus dan semakin tinggi jika
malam hari. Karena panas masih terus menerus dan naik turun, malam
harinya anak dibawa ke puskesmas paciran (panas hari ke 4) dan
dirawat selama 3 hari dengan diagnosis DHF, selama di rawat di
puskesmas tersebut ibu mengatakan anak tidak bak dan bab selama 2
hari, disertai perut semakin membesar dan pasien merasa sesak.
Karena kondisi tidak membaik, anak terlihat diam dan mengantuk
seperti terjadi penurunan kesadaran maka dirujuk ke pasien RSML.
Sebelum di rujuk pasien mendapat infus asering sebanyak 7 kali.
Riwayat keluarga atau tetangga sekitar sakit demam berdarah di
sangkal. Anak tidak pernah sakit sebelumnya, kejang (-), thypoid
(-), alergi (-). Imunisasi lengkap.Pemeriksaan fisik pasien
didapatkan keadaan umum pasien tampak lemah dan kesadaran somnolen.
Pada pemeriksaan vital sign terdapat nadi 154 kali/menit reguler,
lemah, Tekana darah 90/60 mmHg, suhu 36,80C, dan pernafasan 41
kali/menit. Pada inspeksi kepala dan leher tidak didapatkan anemis,
ikterik, sianosis, tetapi didapatkan Dyspnue. Refleks cahaya
positif pada kedua mata, tidak didapatkan pernafasan cuping hidung,
tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening. Inspeksi pada
Thorax didapatkan bentuk dada simetris dan tidak terdapat retraksi.
Inspeksi paru didapatkan pergerakan nafas simetris, ekspansi
normal, seluruh lapang paru perkusi didapatkan suara sonor pada
kedua lapang paru, pada auskultasi didapatkan suara nafas vesikuler
pada kedua lapang paru, tidak terdengar suara nafas tambahan.
Pemeriksaan jantung, inspeksi tidak ditemukan vosoure cardiac, pada
palpasi tidak didapatkan thrill, pada perkusi didapatkan batas
jantungnya normal, pada auskultasi terdapat suara jantung S1 S2
tunggal normal tanpa suara tambahan seperti murmur atau gallop.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan inspeksinya frog shape,
distended, ada nyeri tekan, hepar dan lien teraba, perkusi
didapatkan suara timpani, terdapat shifting dullness, dan pada
auskultasi terdengar bising usus menurun. Pada pemeriksaan
genetalianya normal. Pemeriksaan ekstremitas didapatkan hangat,
kering, merah, tidak ada udem, dan tidak ditemukan ptechiae.Hasil
pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap yang telah dilakukan
saat di IGD (27 Januari 2014 17.10): Diff 0/0/19/64/17 ; Hct 36.5 ;
Hb 11.7 ; Lekosit 18.200 ; Trombosit 48.000 ; SGOT 1658 ; SGPT 547
; Hs-CRP 9.32. Pasien Laitul di diagnosis severe dengue with severe
plasma leakage, severe liver involvement dan diberikan terapi infus
loading HES 200 cc/2jam asering 100 cc/1jam RD5 70cc/1jam RD5
50cc/1 jam maintenance kaen 3A 1000 cc/24 jam, Kalmetasone 5 mg iv
lanjut 3x2 mg, Inj antrain 100 mg iv/p.r.n, inj rantin 2x10 mg,
Drip carnevit (besok), Aminoleban 100cc/24 jam, Fluimucyl sacset
2x1 sacset, Starmuno syr 2 cth . Lalu pada hari yang sama yaitu
tanggal 28 Maret 2014 anak Lailatul rawat inap di ruangan
Zam-zam.Gambar 2.1 Hasil Foto Thorax An LailatuHasil SOAP mulai
tanggal 29 Maret - 04 April 2014TanggalSOAP
29 maretKu: lemahPanas hari ke 6Sesak berkurangsariawanMakan
tidak mauMinum sedikitBab a-/i-/c-/d+Asites +, distendedEfusi
pleura +N 80T 37.2Sat o2 92-93% dengan nasal 3 lpmAkral
HKMTerpasang DK UT 250 cc/3.5 jam
Hasil lab:Diff: 0/0/35/53/12Hct 32.8Hb 11.3 LED 10/21Leukosit
16.200Trombosit 190.000Severe dengueTx:Inf kaen 3A 1000 cc/24
jamKalmetasone 3x2 mgInj antrain 100 mg iv/p.r.nInj rantin 2x10
mgDrip carnevit Aminoleban 100cc/24 jamFluimucyl sacset 2x1
sacsetStarmuno syr 2 cth 1Pmx lab:DL, SGOT/PT
30 maret(dr Irad)Ku: lemahPanas hari ke 7Sesak
berkurangsariawanMakan tidak mauMinum sedikitBab Syok 2x24
jama-/i-/c-/d+Asites +Efusi pleura +N 110T 36.6Teerpasang 02 nasal
3 lpmAkral HKMTerpasang DK UT 250 cc/3.5 jam
Severe dengueTx:Inf kaen 3A 750 cc/24 jamKalmetasone 3x2 mgInj
antrain 100 mg iv/p.r.nInj rantin 2x10 mgDrip carnevit Aminoleban
100cc/24 jamFluimucyl sacset 2x1 sacsetStarmuno syr 2 cth 1Lasix
1x15 mg iv (extra)
31 maret(dr Irad)Ku: lemahPanas hari ke 8Sesak, wob (work of
breathing)sariawanMakan tidak mauMinum sedikitBab a-/i-/c-/d+Asites
+Efusi pleura +N 110T 37.4Terpasang 02 nasal 3 lpmAkral
HKMTerpasang DK bak banyak
Hasil lab:Diff: 0/0/58/32/10Hct 25.5Hb 7.8 LED 26/49Leukosit
6.600Trombosit 86.000SGOT 1030SGPT 541Severe dengueTx:Inf kaen 3A
300 cc/24 jamKalmetasone stopInj antrain 100 mg iv/p.r.nInj rantin
2x10 mgDrip carnevit Aminoleban stopFluimucyl sacset 2x1
sacsetStarmuno syr 2 cth 1Lasix 2x15 mg iv
01 AprilKu: cukupPanas hari ke 9Sesak berkurangsariawanMakan
tidak mauMinum sedikita-/i-/c-/d+Asites -Efusi pleura +Rh +/+N 120T
37.3Terpasang 02 nasal 3 lpmAkral HKMTerpasang DK aff
Severe dengueTx:Inf kaen 3A 400 cc/24 jamKalmetasone 3x2 mg
(besok stop)Inj antrain 100 mg iv/p.r.nInj rantin 2x10 mgDrip
carnevit Aminoleban 100cc/24 jamFluimucyl sacset 2x1 sacsetStarmuno
syr 2 cth 1Pmx lab:DL, SGOT/PT
02 AprilKu: cukupPanas -Sesak berkurangSariawanBatuk +Makan
tidak mauMinum sedikita-/i-/c-/d+Asites -Rh +/+N 112T 36.1Terpasang
02 nasal 3 lpmAkral HKM
Hasil lab:Diff: 0/0/45/46/9Hct 26.7Hb 8.4LED -Leukosit
9.100Trombosit 241.000SGOT 295SGPT 395Severe dengueTx:Inf kaen 3A
400 cc/24 jamInj antrain 100 mg iv/p.r.nInj rantin 2x10 mgDrip
carnevit Aminoleban 100cc/24 jamFluimucyl sacset 2x1 sacsetStarmuno
syr 2 cth
03 AprilKu: cukupPanas -Sesak berkurangBatuk +sariawanMakan
tidak mauMinum sedikita-/i-/c-/d+Rh -/-N 120T 37.1Terpasang 02
nasal 3 lpmAkral HKM
Severe dengueTx:Inf kaen 3A 400 cc/24 jamInj antrain 100 mg
iv/p.r.nInj rantin 2x10 mgDrip carnevit Aminoleban 100cc/24
jamFluimucyl sacset 2x1 sacsetStarmuno syr 2 cthNebulasi pz 4cc+
bisolvon 6 tts -> chest FTCefspan 2x40 mgPmx labDL, Hs-CRP,
SGOT/PT
04 AprilKu: cukupPanas -Sesak berkurangBatuk +Sariawan
berkurangMakan dan minum sudah maua-/i-/c-/d-Rh -/-N 104T
37Terpasang 02 nasal 3 lpmAkral HKM
Hasil lab:Diff: 1/1/44/40/14Hct 25.9Hb 8.2LED -Leukosit
7.200Trombosit 232.000SGOT 87SGPT 201Hs-CRP 3.19Severe dengueTx:Inf
kaen 3A 400 cc/24 jamInj antrain 100 mg iv/p.r.nInj rantin 2x10
mgDrip carnevit Aminoleban 100cc/24 jamFluimucyl sacset 2x1
sacsetStarmuno syr 2 cthNebulasi pz 4cc+ bisolvon 6 tts -> chest
FTCefspan 2x40 mgBesok rencana KRS
Hasil Laboratorium An
LailatulTanggalHctLeukositTrombositSGOT/SGPT
28 Maret36.518.20048.0001658/547
29 Maret32.816.200190.000
31 Maret25.56.60086.0001030/541
02 April26.79.100241.000295/395
04 April25.97.200232.00087/201
BAB IIIPEMBAHASANPasien An. Lailatul datang ke IGD dengan
keluhan demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit disertai tidak
bab dan bak serta sesak. Diliat dari gejala klinis pasien maka ada
beberapa diagnosis banding yang harus dipikirkaan. Diagnosis
banding demam pada anak ditegakkan berdasarkan ada tidaknya tanda
fokal dan ruam, serta demam yang terjadi lebih dari 7 hari. Pada
anak Lailatul saat datang ke IGD RSML, demam berlangsung selama 7
hari dan tanpa tanda fokal maupun ruam. Sehingga diagnosa banding
demam pada anak Lailatul meliputi infeksi virus dengue (demam
dengue, demam berdarah dengue, sindrom syok dengue), malaria, demam
tifoid, infeksi saluran kemih, sepsis dan demam yang berhubungan
dengan infeksi HIV.Pada malaria, demam tinggi khas bersifat
intermitten dan terus-menerus, disertai dengan gejala menggigil,
nyeri kepala, berkeringat, nyeri otot. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan anemia, hepatomegali, splenomegali. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan apus darah positif (plasmodium).
Karakteristik demam malaria mirip dengan demam pada anak Lailatul.
Namun, tidak ditemukan gejala lain atau pemeriksaan fisik lain dari
penyakit malaria pada anak Lailatul.Pada demam tifoid, demam lebih
dari tujuh hari, demam biasanya pada sore-malam hari disertai
dengan gejala lain seperti terlihat jelas sakit dan kondisi serius
tanpa sebab yang jelas, gangguan sistem GIT (nyeri perut, kembung,
mual, muntah, diare, konstipasi ) dan gangguan sistem (delirium).
Karakteristik demam pada anak Lailatul tidak sama dengan demam
tifoid yang cenderung demam saat sore-malam hari, walaupun pada
anak Lailatul juga mengalami gangguan GIT seperti konstipasi.Pada
infeksi saluran kemih, demam terutama terjadi pada usia dibawah 2
tahun disertai dengan gejala nyeri ketika berkemih, gangguan
frekuensi BAK, nyeri ketok costovestebral atau nyeri tekan
suprapubik. Karakteristik demam pada saluran kemih yang kurang
spesifik yang ditandai hanya dengan usia, dan tidak sesuai dengan
usia anak Laitul. Namun tidak ditemukan gejala lain dari infeksi
saluran kemih pada anak Lailatul seperti nyeri ketika berkemih,
meskipun adanya perubahan frekuensi BAK.Pada demam karena sepsis,
pasien terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa penyebab yang
jelas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan takikardia atau takipneu
serta gangguan sirkulasi. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
hipo atau hipernatremia serta leukositosis atau leukopenia. Pada
anak Lailatul selain demam ditemui leukopenia seperti pada gejala
sepsis. Namun tidak ditemukan adanya gejala lain seperti
takikardia, takipneu, dan gangguan sirkulasi. Karakteristik demam
pada infeksi dengue yaitu demam atau riwayat demam yang mendadak
tinggi selama 2-7 hari disertai dengan gelaja lain seperti
manifestasi perdarahan (sekurang-kurangnya dengan uji bendung
positif), hepatomegali, tanda-tanda gangguan sirkulasi atau tanda
kebocoran plasma. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan
hematokrit, trombositopenia dan leukopenia. Dengan anamnesa yang
lebih lanjut ditemukan adanya riwayat keluarga atau tetangga
sekitar menderita atau tersangka demam berdarah dengue. Pada anak
Lailatl ditemukan selain demam tinggi selama 7 hari juga ditemukan
trombositopenia, hepatomegali yang disertai peningkatan SGOT dan
SGPT, splenomegali dan adanya tanda-tanda gangguan sirkulasi pada
hari ke-5 sesuai dengan tanda dan gejala infeksi virus dengue yaitu
asites dan efusi pleura. Maka demam pada anak Lailatul disebabkan
oleh infeksi virus dengue.Manifestasi infeksi virus dibagi menjadi
2 yaitu asimtomatik dan simtomatik. Pada infeksi virus dengue
asimtomatik tidak menampakkan gejala apapun sedangkan infeksi virus
dengue simptomatik terbagi lagi menjadi 3 yaitu demam tidak
spesifik (infeksi virus), demam dengue, dan demam berdarah dengue.
Demam dengue dibagi lagi menjadi 2 yakni demam dengue dengan atau
tanpa perdarahan dan demam berdarah dengue dibagi juga menjadi 2
yaitu demam berdarah dengue dengan syok atau tanpa syok. Sehingga
kriteria diagnosa menurut WHO tahun 1997 terbagi menjadi demam
dengue dan demam berdarah dengue.Tanda dan gejala demam dengue
yaitu demam mendadak tinggi, ditambah dengan 2 atau lebih gejala
penyerta yaitu nyeri kepala, nyeri retro orbita, nyeri otot dan
tulang, ruam kulit, meski jarang dapat terjadi manifestasi
perdarahan, leukopenia, uji HI > 1280 atau IgM/IgG positif dan
tidak ditemukan adanya tanda kebocoran plasma yaitu hemokosentrasi,
efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.Perbedaan demam dengue
dan demam berdarah dengue adalah adanya kebocoran plasma pada demam
berdarah dengue yang ditandai dengan peningkatan nilai hematokrit,
dan manifestasinya dapat berupa efusi pleura atau asites.Derajat
demam berdarah dengue diklasifikasikan menjadi 4 derajat (pada
setiap derajat sudah ditemukan hemokosentrasi dan
trombositopenia)Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan
satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendungDerajat II :
seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.Derajat III : didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu
nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang)
atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab
dan anak tampak gelisah.Derajat IV : syok berat (profound shock),
nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.Pada pasien
anak Lailatul, berdasarkan kriteria WHO tahun 1997, diagnosa masuk
adalah demam berdarah dengue derajat III, karena pada anak Lailatul
ditemukan tanda dan gejala kebocoran plasma seperti asites dan
efusi pleura. Pada anak Laitul juga ditemukan gejela pre syok
seperti takikardi, hipotensi serta kesadaran menurun yaitu
somnolen.Dengan diagnosa masuk sebagai demam berdarah dengue
derajat III berdasarkan kriteria WHO tahun 1997 maka
penatalaksanaannya sebagai berikut: berikan oksigen 2-4L/menit,
cairan IVFD kristaloid (ringer laktat/asetat/aserring) loading dose
20cc/kg BB, jika tidak menunjukkan perbaikan klinis ulangi
pemberian cairan kristaloid 20cc/kg BB secepatnya (maksimal 30
menit) atau pertimbangkan pemberian cairan koloid dengan dosis
10-20cc/kgBB/jam maksimal 30cc/kgBB/24 jam, jika tidak ada
perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi untuk
mempertimbangkan pemberian transfusi darah. Sedangkan WHO tahun
2009 mengklasifikasikan kriteria infeksi virus dengue dengan
probably dengue fever with/without warning sign dan severe dengue.
Kriteria untuk probably dengue fever termasuk berpergian atau
tinggal pada daerah endemik dengan gejala demam dan diikuti dengan
2 gejala lain diantaranya seperti mual, muntah, ruam, nyeri, uji
bendung (torniquett test) positif, leukopenia atau termasuk
kriteria warning sign. Sedangkan yang termasuk kriteria warning
sign yaitu termasuk nyeri perut atau tenderness, muntah yang
menetap, adanya akumulasi cairan, perdarahan mukosa, pembesaran
hepar > 2 cm, dan pada hasil laboratorium didapatkan peningkatan
hematokrit berdamaan dengan penurunan cepat jumlah
trombosit.Sedangkan kriteria untuk severe dengue yaitu diikuti oleh
diantaranya severe plasma leakage, severe bleeding, dan severe
organ involvement. Pada severe plasma leakage (kebocoran plasma
yang parah) biasanya akan diikuti oleh syok atau DSS (dengue shock
syndrome) dan akumulasi cairan disertai dengan repiratory distress.
Pada severe bleeding (perdarahan hebat) dapat dievaluasi
berdasarkan gejala klinis seperti terjadi epistaksis terus-menerus
atau terjadi perdarahan pada organ lain secara terus-menerus.
Sedangkan pada severe organ involvement (keterlibatan organ
sekitar) dapat dinilai dari beberapa organ misalnya hepar yaitu
nilai SGOT atau SGPT yang lebih dari sama dengan 1000, pada SSP
dapat terjadi gangguan kesadaran, pada jantung atau organ-organ
lainnya. Prinsip penatalaksanaan demam dengue berdasarkan kriteria
WHO tahun 2009 dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok A, B, dan
C. Kelompok A adalah kelompok pasien yang dapat mentoleransi volume
cairan yang masuk secara per oral, produksi urin minimal setiap 6
jam, dan tidak memiliki warning sign yang lain terutama ketika
demam mereda. Prinsip terapi kelompok A adalah rehidrasi per oral,
parasetamol (penurun panas), serta edukasi agar segera ke RS
terdekat bila tidak ada perbaikan klinis, penurunan kesadaran waktu
terjadi penurunan suhu badan menuju normal, nyeri perut berlebih,
muntah terus menerus, akral basah dan dingin, lesu atau lekas marah
/ gelisah, perdarahan (misalnya BAB atau muntah hitam), tidak buang
air kecil selama lebih dari 4-6 jam. Sedangkan kelompok B adalah
pasien yang disarankan untuk MRS agar bisa diobservasi lebih
lanjut, terutama mereka yang mendekati fase kritis. Yang termasuk
adalah pasien dengan warning sign, memiliki riwayat yang mungkin
dapat memperparah demam dengue atau mempersulit penatalaksanaannya
(misal kehamilan, usia tua, DM, gagal ginjal, dsb). Maka prinsip
terapinya adalah 1. Menilai jumlah hematokrit sebelum dilakukan
resusitasi cairan, berikan hanya cairan isotonis seperti saline
0,9%, ringer laktat, atau cairan isotonis lainnya, dimulai dari
5-7ml/kgBB/jam selama 1-2 jam, kemudian diturunkan menjadi
3-5ml/kgBB/jam selama 2-4 jam, kemudian diturunkan menjadi
2-3ml/kgBB/jam atau kurang, disesuaikan dengan respon klinisnya. 2.
Menilai kembali kondisi klinis pasien dan jumlah hematoknrit, jika
nilai hematokrit tetap atau naik sedikit lanjutkan dengan
penatalaksanaan sebelumnya yaitu 2-3ml/kgBB/jam selama 2-4 jam.
Jika tanda-tanda vital memburuk dan hematokrit meningkat cepat,
naikkan jumlah cairan yang diberikan menjadi 5-10ml/kgBB/jam selama
1-2 jam lalu nilai kembali kondisi klinis pasien, ulangi
pemeriksaan hematokrit dan sesuaikan jumlah cairan yang masuk.3.
Berikan volume cairan intravena minimum yang diperlukan untuk
mempertahankan perfusi jaringan tetap baik dan produksi urin
sekitar 0,5ml/kgBB/jam. Cairan intravena biasanya diperlukan hanya
24-48 jam, mengurangi cairan intravena secara bertahap ketika
tingkat kebocoran plasma mulai menurun saat menjelang akhir dari
fase kritis. Hal ini ditunjukkan oleh produksi urine dan / atau
asupan cairan oral yang / memadai, atau nilai hematokrit yang
menurun di bawah nilai awal pada pasien yang stabil. 4. Pasien
dengan warning sign harus dipantau ketat sampai periode risiko
berakhir. Keseimbangan cairan harus diperhatikan. Hal-hal yang
dipantau termasuk tanda-tanda vital serta perfusi kapiler tiap 1-4
jam sampai pasien keluar dari fase kritis, produksi urin 4-6 jam,
nilai hematokrit (sebelum dan sesudah penggantian cairan, kemudian
6-12 jam, glukosa darah dan fungsi organ lain (profil ginjal,
profil hepar, koagulasi, sesuai indikasi).Jika pasien memiliki
warning sign, maka rencana penatalaksanaannya adalah mengutamakan
cairan oral. Jika tidak ditoleransi, mulai terapi cairan intravena
0,9% saline atau Ringer laktat dengan atau tanpa dextrose pada
tingkat pemeliharaan. Untuk pasien obesitas dan kelebihan berat
badan, gunakan berat badan ideal untuk perhitungan jumlah cairan
IV. Pasien mungkin dapat mengambil cairan oral setelah beberapa jam
mendapat terapi cairan IV. Dengan demikian, perlu untuk merevisi
cairan IV yang diberikan. Berikan volume minimum yang diperlukan
untuk mempertahankan perfusi dan produksi urin. Cairan IV biasanya
diperlukan hanya untuk 24-48 jam. Pasien harus dipantau pola
suhunya, volume asupan dan kehilangan cairan, urin (volume dan
frekuensi), warning sign, hematokrit, leukosit dan jumlah
trombosit. Pemeriksaan laboratorium lain (seperti fungsi hati dan
ginjal) bisa dilakukan, tergantung pada gambaran klinis dan
fasilitas rumah sakit atau pusat kesehatan.Kelompok C adalah pasien
yang memerlukan perawatan kegawatdaruratan mendesak saat mengalami
severe dengue. Prinsip terapi kelompok ini adalah mengatasi syok,
penatalaksanaanya adalah :1. Resusitasi cairan intravena dengan
cairan kristaloid isotonis 5-10ml/kgBB/jam selama satu jam.
Kemudian menilai kembali kondisi pasien (vital sign, CRT,
hematokrit, produksi urin). Langkah berikutnya tergantung pada
kondisi pasien.2. Jika kondisi pasien membaik, cairan infus harus
dikurangi bertahap menjadi 5-7 ml / kg / jam selama 1-2 jam,
kemudian 3-5 ml / kg / jam selama 2-4 jam, kemudian 2-3 ml / kg /
jam, dan kemudian lebih lanjut tergantung pada status hemodinamik,
yang dapat dipertahankan hingga 24-48 jam.3. Jika tanda-tanda vital
masih belum stabil (yaitu syok berlanjut), periksa jumlah
hematokrit setelah bolus pertama. Jika hematokrit meningkat atau
masih tinggi (> 50%), ulangi bolus cairan kristaloid kedua pada
10-20 ml/kg/jam selama satu jam. Setelah bolus kedua ini, jika ada
perbaikan kurangi menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam, dan
kemudian terus mengurangi seperti di atas. Jika hematokrit menurun
dibandingkan dengan hematokrit referensi awal (