LAPORAN TUTORIAL
BLOK KULITSKENARIO 2Tinea Kapitis
KELOMPOK 18LES YASSIN
G0012244M. BEIZAR YUDHISTIRA
G0012134RIZKI FEBRIAWAN
G0012190YUSUF ARIF SALAM
G0012240TRIA MULTI FATMAWATI
G0012222LELY AMEDHIA RATRI
G0012114TIA KANZA NURHAQIQI
G0012220R.Rr ERVINA KUSUMA W
G0012168LATIFA ZULFA S
G0012112RIANITA PALUPI
G0012180OKI SARASWATI UTOMO
G0012156TUTOR:dr. Adji Suwandono, S.H.FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1.Seorang pasien anak laki-laki berusia 6 tahun datang
ke klinik diantar ibunya dengan keluhan rambut pitak dan banyak
bisul sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya gatal dan muncul satu bisul,
tetapi lama kelamaan bisulnya bertambah banyak terasa nyeri dan
rambutnya jadi pitak. Pasien memelihara kucing dirumahnya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan ujud kelainan kulit nodul-nodul
eritem, konfluen, plakat dengan lubang-lubang kecil diatas nodul,
sebagian lubangnya tertutup pus. Rambut putus dan mudah dicabut.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening retroaurikuler.
Dokter menyarankan dilakukan pemeriksaan penunjang dan dokter
akan memberikan terapi setelah didapatkan hasil dari pemeriksaan
penunjang.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Seven Jump
Jump I: Klarifikasi Istilah
Dalam skenario ini beberapa istilah yang perlu diklasifikasi
adalah sebagai berikut:1. Pitak: Kebotakan di suatu area rambut
kepala dan berbatas tegas
2. Konfluens: Penyebaran dua lesi atau lebih yang menjadi satu3.
Nodul eritem: Tonjolan massa yang dapat berasal dari lapisan
epidermis, dermis, maupun subkutis, berwarna kemerahan dan
ukurannya lebih besar dari ukuran koin
4. Plakat: Papula yang bergabung menjadi satu dengan ukuran >
1 cm, permukaan datar
Jump II: Menentukan/mendefinisikan permasalahanPermasalahan pada
skenario ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengapa rambut pasien pitak dan muncul bisul?
2. Mengapa timbul rasa gatal pada awal keluhan pasien?
3. Apa hubungan usia dengan keluhan?
4. Apa hubungan pasien memelihara kucing dengan keluhan yang
dialami?
5. Apa interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada pasien?
6. Mengapa timbul pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB)
retroaurikuler?
7. Bagaimana mekanisme timbulnya nodul eritem?
8. Apa pemeriksaan penunjang yang disarankan oleh dokter?
9. Apa terapi yang dapat diberikan pada pasien?Jump III:
Menganalisis permasalahan dan membuat penyataan sementara mengenai
permasalahan1. Anatomi rambut dan fisiologi siklus rambut 1.
Anatomi rambut
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada
seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan
bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat
digolongkan dua jenis, yaitu:
a. Rambut terminal, yaitu rambut kasar yang mengandung banyak
pigmen. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia
eksternab. Rambut velus, yaitu rambut halus sedikit mengandung
pigmen, terdapat hampir di seluruh tubuh.
Mulai dari sebelah luar, penampang rambut dapat dibagi atas:
1) Radiks pilus
a) Kutikula
terdiri atas lapisan keratin yang berguna untuk perlindungan
terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luarb) Korteks
terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling
berdekatan. Lapisan ini yang mengandung pigmen
c) Medula
terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin. Badan
lemak, dan rongga udara. Rambut velus tidak mempunyai medulla2)
Selubung epidermis
Yang terdiri atas kutikula, vagina interna, lapisan Huxley di
sebelah dalam dan lapisan Henle di sebelah luar, vagina eksterna,
membrane vitrea (glassy membrane) dan selubung jaringan ikat
2. Fisiologi Siklus RambutSiklus pertumbuhan rambut yang normal
adalah;a. Masa Anagen
Saat sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru
mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya
antara 2-6 tahun atau berkisar 1000 hari.
b. Masa Katagen
Masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di
sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan
bagian di bawahnya melebar dan mengalami penandukan sehingga
terbentuk gada (club). Masa peralihan ini berlangsung 2-3
minggu
c. Masa Telogen
Atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan
terbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada
akan terdorong keluar. Lama masa telogen adalah sekitar 100
hari.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut:
a. Hormon
Hormon yang berperan adalah androgen, esterogen, tiroksin, dan
kortikosteroid. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan
menebalkan rambut di daerah janggut, tetapi pada kulit kepala
penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil
diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhhan rambut
anagen. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan menyebabkan
hirsutisme, sebaliknya hormon esterogen dapat memperlambat
pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen.
b. Metabolisme
c. Nutrisi
Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama
malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi
kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga rambut
tampak berbagi warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan zat
besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.
d. Vaskularisasi
Mengapa rambut pasien pitak dan muncul bisul?
Pitak atau alopecia areata merupakan salah satu akibat dari
adanya infeksi pada kulit kepala. Pada pasien menunjukkan adanya
ujud kelainan kulit primer seperti nodul eritem yang merupakan
salah satu mainfestasi klinis dari infeksi yang dialami oleh
pasien. Mengapa timbul rasa gatal pada awal keluhan pasien?
Terdapat suatu kelompok sel saraf sensoris yang hanya memberikan
respon terhadap stimuli pruritogenik. Teori ini didukung oleh
bukti-bukti adanya serabut saraf C spesifik untuk rasa gatal yang
menghantarkan rangsang rasa gatal dari perifer ke sentral dan
terdapatnya sel saraf yang sensitive terhadap histamin pada traktus
spinotalamikus. Peningkatan intensitas rasa gatal menginduksi rasa
gatal yang lebih hebat tetapi tidak menyebabkan nyeri. Apa hubungan
pasien memelihara kucing dengan keluhan yang dialami?
Kucing dapat menjadi salah satu perantara penyakit jamur bagi
manusia. Apabila manusia sering kontak dengan kucing maka jamur
yang terdapat pada kucing akan berpindah menginfeksi kulit manusia
tersebut. Jamur yang biasa terdapat pada kucing adalah Micosporum
canis. Micosporum canis merupakan salah satu jamur golongan
dermatofita yang bersifat keratofilik. Apabila Micosoprum canis
menginfeksi manusia dapat menyebabkan tinea capitis atau infeksi
jamur pada kulit kepala. Sehingga pasien mengalami keluhan seperti
pada skenario. Selain itu, kucing dapat menjadi vecktor bagi
bakteri dan virus, seperti rubella, toxoplasma, dan rabies.
Bagaimana mekanisme timbulnya nodul eritem?
Eritema nodosum dianggap sebagai respon hipersensitivitas
terhadap berbagai faktor. The variability of possible antigenic
stimuli that can induce erythema nodosum indicates that this
disorder is a cutaneous reactive process and that the skin has
limited responses to different provoking agents. Variabilitas
rangsangan antigen yang mungkin yang dapat menyebabkan eritema
nodosum menunjukkan bahwa gangguan ini merupakan proses reaktif
kulit dan kulit memiliki respon pada agen berbeda yang
memprovokasi. Erythema nodosum probably results from the formation
of immune complexes and their deposition in and around venules of
the connective tissue septa of the subcutaneous fat. Eritema
nodosum mungkin hasil dari pembentukan kompleks imun di jaringan
ikat septa dari lemak subkutan. Circulating immunocomplexes and
complement activation have been recorded in patients with erythema
nodosum.[ 141 , 142 , 143 ] Histopathologic features in fully
developed lesions also suggest a delayed hypersensitivity mechanism
and direct immunofluorescence studies have shown deposits of
immunoglobulins in the blood vessel walls of the septa of
subcutaneous fat.[ 144 , 145 ] However, other authors failed to
demonstrate circulating immunocomplexes in patients with erythema
nodosum, and a type IV delayed hypersensitivity reaction may also
play an important role in the pathogenesis of the disorder.[ 146
]Histopatologi pada lesi sepenuhnya dikembangkan juga menyarankan
mekanisme hipersensitivitas tertunda dan studi imunofluoresensi
langsung telah menunjukkan endapan imunoglobulin dalam dinding
pembuluh darah dari septa lemak subkutan. Reaksi hipersensitifitas
lambat tipe IV juga mungkin memainkan peran penting dalam
patogenesis gangguan tersebut.Mengapa terdapat pembesaran kelenjar
getah bening (KGB) retroaurikular?
Kelenjar Getah Bening (KGB) adalah agregat nodular jaringan yang
terletak di sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik
membawa antigen mikroba dari epitel dan mengantarkannya ke kelenjar
getah bening dan dikonsentrasikan di KGB. Dalam KGB ditemukan
peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit
sebagai respons terhadap antigen.
Pembesaran KGB retroaurikular dalam skenario ini merupakan salah
satu reaksi lokal tubuh untuk meningkatkan proliferasi limfosit
sebagai respons terhadap infeksi yang terjadi di kulit kepala.Tabel
1. Kelompok Kelenjar Getah Bening Berdasarkan Lokasi, Aliran
Kelenjar dan Kemungkinan Diagnosis Bandingnya.LocationLymphatic
drainageCauses
SubmandibularTongue, submaxillary gland, lips and mouth,
conjunctivaeInfection of head, neck,sinuses, ears, eyes, scalp,
pharynx
Sub mentalLowr lip, floor of mouth, tip of tongue, skin of
cheekMononucleosis syndromes, Epstein-Barr virus, cytomeglovirus,
toxoplasmosiss
JugularTongue, tonsil, pinna, parotidPharyngitis organisms,
rubella
Posterior cervicalScalp and neck, skin of arm and pectorals,
thorax, cervical and axillary nodesTuberculosis, lymphoma, head and
neck malignancy
SuboccipitalScalp and headLocal infection
PostauricularExternal auditory meatus, pinna, scalpLocal
infection
Preauricular Eyelids and conjunctivae, temporal region,
pinnaExtrernal auditory canal
Right supraclavicular nodeMediastinum, lungs, esophagusLung,
retroperitoneal or gastrointestinal cancer
Left supraclavicular nodeThorax, abdomen via thoracic
ductLymphoma, thoracic or retroperitoneal cancer, bacterial or
fungal infection
AxillaryArm, thoracic wall, breastInfection, cat-scratch
disease, lymphoma, breast cancer, silicone implants, brucellosis,
melanoma
EpitrochlearUlnar aspect of forearm and handInfections,
lymphoma, sarcoidosis, tularemia, secondary syphilis
InguinalPenis, scrotum,vulva, vagina, perineum, glutea region,
lower abdominal wall, lower anal canalInfections of the leg or
foot, STDs (e.g., herpes simplex virus, gonococcal infection,
syphilis, chancroid, granuloma inguinale, lymphogranuloma
venereum), lymphoma, pelvic malignancy, bubonic plague
Diagnosis Banding Penyakit Pasien
1. Tinea Capitis
2. Dermatitis Seboroik
3. Pedikulosis
4. Psoriasis
Jump IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah 3.
Jump V: Merumuskan tujuan pembelajaranLO (Learning Objection)
yang perlu diketahui dan dicari pada pertemuan kedua adalah
mengetahui etiologi, pathogenesis, gejala, ujud kelainan kulit
(UKK), predileksi, pemeriksaan penunjang, komplikasi dan terapi
diagnosis banding penyakit pasien
Jump VI : Mengumpulkan Informasi Baru (Belajar Mandiri).Jump
VII: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru yang
DiperolehDiagnosis Banding Kasus Skenario
1. Tinea Capitis
a. Definisi
Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans,
herpes tonsurans) adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata
dan bulu mata karena spesies Microsporum dan Trichophyton.b.
Etiologi
Spesies dermatofit umumnya dapat sebagai penyebab, kecuali E.
floccosum, T.concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale
(T. interdigitale) yang semuanya jamur antropofilik tidak
menyebabkan tinea kapitis dan T. Rubrum jarang. Tiap negara dan
daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis , juga
perubahan waktu dapat ada spesies baru karena penduduk migrasi.
Spesies antropofilik (yang hidup di manusia) sebagai penyebab yang
predominanc. Patogenesis
Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum
korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan
dibatang rambut bawak kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen
saja sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek
rambut.
Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin,
dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi,
tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada
daerah batas ini disebut Adamsons fringe, dan dari sini hifa-hifa
berpolifrasi dan membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek
rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan
patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang
menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya artrokonidia
ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa
intrapilari ada juga. Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut)
sama kecuali kutikula tidak terkena dan artrokonidia hanya tinggal
dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan
meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh
dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding
folikuler hilang meninggalkan titik hitam kecil (black dot).
Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap
berlangsung di fase anagen ke fase telogen.
d. Gejala klinis dan Ujud Kelainan Kulit (UKK)Manifestasi klinis
tergantung etiologinya :
1) Bentuk non inflamasi, manusia atau epidemik
Umumnya karena jamur ektotriks antropofilik, M. audouinii di
Amerika dan Eropa namun sekarang jarang atau M. ferrugineum di
Asia. Lesi mula-mula berupa papula kecil yang eritematus,
mengelilingi satu batang rambut yang meluas sentrifugal
mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama, tetapi
keradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah
menjadi abu-abu dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah
beberapa milimeter diatas kepala. Seringkali lesinya tampak satu
atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput atau
leher belakang.
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum.
Ini berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan
komposisi sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang
fungistatik, bahkan asam lemak yang berantai medium mempunyai efek
fungistatik yang terbesar. Juga bahan wetting (pembasah) pada
shampo merugikan jamur seperti M. audouinii.2) Bentuk inflamasi
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau
geofilik (M. gypseum). Keradangannya mulai dari folikulitis pustula
sampai kerion yaitu pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut
yang patah-patah dan lubang-lubang folikular yang mengandung pus3.
Inflamasi seperti ini sering menimbulkan alopesia yang sikatrik.
Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati
servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.3) Tinea
Kapitis black dot
Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu
T. tonsurans atau T. violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak.
Bila ada kerontokan rambut maka rambut-rambut patah pada permukaan
kepala hingga membentuk gambaran kelompok black dot. Biasanya
disertai skuama yang difus; tetapi keradangannya bervariasi dari
minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel
sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal
dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka.
Rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.
e. PredileksiKepala, alis mata dan bulu mataf. Pemeriksaan
Penunjang
1) Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.
ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena
adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada
manusia memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu1
yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii
penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan
fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang
terinfeksi.2) Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa
basah digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek
patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek
glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup.
Hanya potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut,
folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan
artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia
oleh karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak
terinfeksi jamur. Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi
rambut ektotrik yaitu pecahan miselium menjadi konidia sekitar
batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut dengan kerusakan
kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang
terbentuk karena pecahan miselium didalam batang rambut tanpa
kerusakan kutikula rambut.
3) Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan
digosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi
steril dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah
luar di kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media
kultur. Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau
Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol +
sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10
hari untuk mulai tumbuh jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna
merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol di medianya, walau
belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.
g. Komplikasi
1) Infeksi sekunder
2) Alopesia sikatrik permanen
3) Kambuh
4) Reaksi Id
Pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai
badan.h. Terapi
PENATALAKSANAAN UMUM
1) Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk
mencegah infeksi pada anak-anak lain.
2) Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu
dikultur
3) Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau
topi, handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
4) Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan
ke dokter/ rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut
yang disertai skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.
5) Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan,
sering perlu 3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa
sikatrik dan alopesia permanen.
6) Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut,
handuk, boneka dan pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan
air panas dan sabun atau lebik baik dibuang.
7) Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan
shampo, pasien dapat pergi ke sekolah.
8) Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai
penutup kepala.TERAPI MEDIS
Terapi Utama
Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan
bentuk likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan
sedikit interaksi antar obat.a) Tablet Griseofulvin, sebagai Gold
Standardb) Tablet Terbinafin (tablet 250 mg), bersifat fungisidal
primer terhadap dermatofit
Bila karena M. canis, perlu 6-8 minggu, M.canis lebih sukar
dibasmi daripada Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena
infeksi ektotriknya masih belum diketahui.c) Tablet Flukonazol
Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun
tidak lebih superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan
untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis,
dan bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit
Terapi Ajuvan
Shampo
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
kekambuhan dan mencegah penularan serta membuang skuama dan
membasmi spora viabel17, diberikan sampai sembuh klinis dan
mikologis:
a) Shampo selenium zulfit 1% - 1,8%, dipakai 2-3 kali/ minggu
didiamkan 5 menit baru dicuci
b) Shampo Ketokonazole 1% - 2%, dipakai 2-3 kali/ minggu
didiamkan 5 menit baru dicuci
c) Shampo povidine iodine, dipakai 2 kali / minggu selama 15
menit
Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair
Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru
dicuci air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering.Terapi
Kerion
Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat
oral antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan
griseofulvin.
2. Dermatitis Seboroik
a. Definisi
Dermatitis Seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang
biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini
dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan
maupun dewasab. EtiologiDermatitis Seboroik dikaitkan dengan
peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea
terutama pada daerah wajah dan badan.Jamur Pityrosporum ovale
kemungkinan merupakan faktor penyebab.Banyak percobaan telah
dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan mikroorganisme
tersebut yang juga merupakan flora normal kulit manusia.
Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi
inflamasi, baik akibat produk metaboliknya yang masuk ke dalam
epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui aktivasi sel
limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan
lingkungan diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan derajat
penyakit.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit antara lain: Umur
(orang dewasa), Jenis Kelamin Lebih sering pada pria, makanan
(konsumsi lemak dan minum alcohol), Iklim (musim dingin), kondisi
fisik dan psikis (status imun, stress emosional), dan lingkungan
yang menyebabkan kulit menjadi lembab.
c. Ujud Kelainan Kulit (UKK)
Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian
mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang halus dan kasar.
Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup oleh krusta
yang kotor, dan berbau tidak sedap. Sering meluas ke dahi, glabela,
telinga posaurikuler, leher, liang telinga luar, lipatan
nasolabial, daerah sternal, areola mamae, lipatan dibawah mamae
pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah
anogenital.
Status Dermatologi pada pasien ini didapatkan pada kulit kepala
dan tengkuk tampak patch eritem, batas tegas, tepi ireguler, pada
lesi tampak skuama kasar dan krusta kekuningan, berminyak dan
berbau. Hal ini sesuai untuk efloresensi dari dermatitis seboroik,
tampak macula eritematosa yang ditutupi oleh papula-papula miliar
berbatas tidak tegas, dan skuama halus putih berminyak atau skuama
kasar. Kadang ditemukan erosi dengan krusta yang sudah mongering
berwarna kekuningand. Predileksi
Wajah dan badan
e. Pemeriksaan Penunjang
Meskipun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis, tetapi dengan pemeriksaan fisik yang cermat diagnosis
dermatitis seboroik dapat ditegakkan. Untuk menyingkirkan diagnosis
banding yang lain dapat dilihat dari gambaran klinis yang khas pada
dermatitis seboroikadalah skuama yang berminyak dan kekuningan
berlokasi di daerah atau tempat-tempat seboroik. Sedangkan
Psoriasis seboroik berbeda dengan dermatitis seboroik karena
terdapat skuama yang berlapis-lapis dan kasar, disertai dengan
tanda tetesan lilin dan Auspitz, gambaran histopatologi dapat
membedakannya. Tinea barbae, berbeda dengan dermatitis seboroik
dari lokasinya biasa pada daerah jenggot, Tinea kapitis biasanya
tampak bercak-bercak botak dengan abses yang dalam, rambut
putus-putus dan mudah dilepas, pemeriksaan KOH 10% akan memberikan
hasil positif. Pityriasis rosea, berupa makula eritematosa anular
dan solitary bentuk lonjong dengan skuama halus, mengikuti arah
lipatan kulit dan kadang menyerupai gambaran pohon cemara, terdapat
herald patch.
Jika di rumah sakit terdapat fasilitas pemeriksaan penunjang
yang lengkap, maka dapat dilakukan pemeriksaan kerokan untuk
mengetahui gambaran histopatologi, pemeriksaan mikroflora dari
kulit kepala untuk melihat Pityrosporum Ovale, menentukan indeks
mitosis pada kulit kepala yang berketombe. Kemudian untuk
menyingkirkan diagnosis yang lain dapat dilakukan pemeriksaan KOH
10%.
f. Terapi
Pengobatan pada pasien diberikan secara sistemik dan topikal.
Pengobatan Sistemik menggunakan kortikosteroid berupa
metilprednisolon 4 mg diberikan 3 kali sehari, jika telah ada
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Pasien juga mendapat
antihistamine berupa interhistin untuk mengurangi rasa gatal dan
derajat keparahan penyakit.
Selain itu dapat diberikan Isotetrinoin pada kasus yang
rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran
kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi
pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan
per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Kalau disertai infeksi
sekunder diberi antibiotic (penisilin, eritromisin). Bila terdapat
P.Ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg
per hari.
Pengobatan Topikal, diberikan sampo ketokonazol. ketokonazol
digunakan seminggu 2-3 kali kulit kepala dikeramas selama 5-15
menit, Obat lain yang dapat digunakan untuk dermatitis seboroik
adalah Ter (likuor karbonas detergens 2-5%), Resorsin1-3%, Sulfur
praesipitatum 4-20% dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%,
Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 2 %. Pada kasus dengan
inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat,
misalnya betametason valerat.
3. Pedikulosis
a. Definisi
Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang
disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Biasa disebut oleh
masyarakat jawa dengan sebutan tumonenb. Etiologi
Penyebab PK adalah Pediculus humanus capitis yaitu suatu
ektoparasit spesifik yang hidup di kepala manusia dan memperoleh
sumber makanan dari darah yang dihisapnya 4-5 kali sehari atau
sekitar setiap 4-6 jam. Rentang hidup kutu sekitar 30 hari dan
dapat bertahan hidup di lingkungan bebas sekitar 3 hari, sedangkan
telurnya dapat bertahan hidup di lingkungan bebas sekitar 10 hari.
Kutu kepala tersebut tidak dapat melompat atau terbang, tetapi kutu
tersebut akan merayap untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23
cm per menitnya. Walaupun pada seluruh bagian kepala dapat sebagai
tempat kolonisasi, kutu kepala lebih menyukai pada daerah tengkuk
dan belakang telinga.
c. Gejala klinis dan UKKGejala khas yang sering timbul akibat
infestasi kutu kepala berupa rasa gatal di sekitar kulit kepala.
Hal ini disebabkan oleh karena sensitisasi dari saliva kutu dan
garukan menyebabkan terjadinya ekskoriasi dan krusta pada kulit
kepala akibat garukan dan memudahkan terjadinya infeksi sekunder.
Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal yang disebabkan
oleh banyaknya pus dan krusta dan dapat pula terjadi pembesaran
kelenjar getah bening regional. Pada keadaan tersebut kepala akan
berbau busuk.d. Predileksi
Kepalae. Terapi
Prevalensi Pedikulosis Kapitis telah meningkat di banyak negara.
PK ini masih merupakan masalah di seluruh dunia, yang membutuhkan
solusi yang pasti. Ada beberapa bentuk pengobatan dasar untuk PK
yang umum digunakan yaitu dengan menggunakan preparat pedikulosid
topikal atau sampo yang mengandung bahan-bahan kimia, bahan-bahan
yang tersedia di rumah dan sisir kutu. Semua bentuk pengobatan ini
mempunyai keterbatasan masing-masing dalam penggunaanya. Pengobatan
dengan preparat pedikulosid topikal atau sampo yang mengandung
bahan-bahan kimia seperti lindane, pyrethrin, permethrin dan
malathion dikatakan belum ada yang dapat membunuh 100% kutu dan
telurnya. Dibutuhkan pengobatan yang berulang yaitu sekitar 1
minggu kemudian setelah pengobatan yang pertama untuk membunuh kutu
dari telur kutu yang baru menetas. Penggunaan preparat pedikulosid
topikal tersebut dikatakan dapat menimbulkan efek samping, misalnya
lindane dapat menyebabkan toksisitas pada susunan saraf pusat
manusia dan pada beberapa kasus telah dilaporkan terjadi kejang
berat pada anak-anak yang menggunakan preparat lindane. Selain itu
dilaporkan telah terjadi resistensi PK terhadap preparat
pedikulosid topikal tersebut yang kemungkinan dikarenakan
penggunaan yang berlebihan dari produk insektisidal sebelumnya,
sehingga terjadi peningkatan resisten strain pada kutu.4.
Psoriasis
a. Definisi
Penyakit autoimun bersifat kronik dan residif, ditandai dengan
adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang
kasar, berlapis-lapis dan transparan, dsiertai fenomena tetesan
lilin, auspitz dan koebner. Psoriasis disebut juga Psoriasis
vulgaris/psoriasis biasa.b. Etiopatogenesis
Faktor genetik; Psoriasis tipe I berkaitan dengan HLA-13, B17,
Bw57.Cw2 dan psoriasis pustolosa berkorelasi dengan HLA-B27
Faktor imunologik; defek pada salah satu sel imun berikut:
limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) dan keratinosit.
Faktor pencetus; stress psikis, infeksi lokal, trauma (koebner
fenomena), endokrin, metabolik, obat, alkohol dan merokok.
c. Gejala klinis
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan.
d. Ujud Kelainan Kulit (UKK)
Kelainan kulit terdiri dari bercak-bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskip dan merata,
tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah
menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis
kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar
kelainan bervariasi: lentikular, numular atau plakat, dan
berkomfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular
disebut psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda
dan terjadi setelah infeksi sreptococcus.
Pada Psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Koebner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut terlebih dahulu
khas, sedangkan yang terakhir tidak khas karena dapat dijumpai pada
liken planus dan veruka plana juvenilis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama berubah warna menjadi putih
pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh
berubahnya indeks bias. Pada fenomena Auspitz tempak serum atau
darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatous. Cara
megnerjakan demikian: skuama yang berlapis-lapis itu dikerok,
misalnya dengna pinggir gelas alas (fenomena tetesan lilin).
Setelah skuama habis, maka pengerokan harus dilakukan
perlahan-lahan (auspitz sign), jika terlalu dalam tidak akan timbul
perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata.
Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan dapat
menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis, muncul 3
minggu pasca trauma.Selain itu juga bisa timbul kelainan kuku
(pitting nail) dan artritis psoriatik.
e. Predileksi
Tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut
dengan muka, ekstermitas bagian ekstensor terutama bagian siku
dengan lutut, dan daerah lumbosakral.f. Pemeriksaan Penunjang
HistopatologiPsoriasis memberikan gambaran histopatologis yang
khas, yakni parakeratosis dan akantosis.Pada stratum spinosum
terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro.Selain itu
terapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermal.g.
Terapi
Topikal:
1) Kortikosteroid : drug of choice therapy
2) Analog vit D (Calcipotriol) : memperbaiki keratinisasi
epidermis
3) Antralin
4) Coal tar : supresi sintesis DNA & menekan mitosis sel
basal
5) Tazarotene
6) Tacrolimus
7) Emolien : melunakkan skuama
Sistemik
1) Metotreksat
Hambat proliferasi epidermal & imunomudolasi
Dosis awal: 7.5mg/mgg, dlm 3x pemberian tiap 12 jam.
2) Siklosporin
3) Acitretin
4) Hidroxyurea
5) Mycophenolat mofetil
6) Sulfazalazine Pertanyaan Tambahan : Apakah dermatitis
seboroik dapat mengakibatkan pedikulosis kapitis? Apakah perbedaan
dan persamaan antar keduanya?
Pada dasarnya, dermatitis seboroik dan pedikulosis kapitis
merupakan dua jenis penyakit yang berbeda dan disebabkan oleh dua
mikroorganisme yang berbeda pula. Seperti yang telah dijabarkan
diatas, dermatitis seboroik diakibatkan oleh infeksi jamur
Pityrosporum ovale sedangkan pedikulosus kapitis disebabkan oleh
infeksi parasit Pediculus humanus capitis sehingga kedua penyakit
ini tidak berhubungan. Namun, kemungkinan insiden terjadinya
dermatitis seboroik dan pedikulosus kapitis secara bersamaan tidak
dapat disangkal begitu saja mengingat faktor risiko dari kedua
penyakit ini yang hampir sama, yakni faktor kebersihan diri
(hygiene) dan faktor lingkungan sekitar. Berikut kami jabarkan
perbedaan dan persamaan antara dermatitis seboroik dan pedikulosus
kapitis.
Perbedaan antara pedikulosis kapitis dan dermatitis
seboroik:
NoPedikulosis KapitisDermatitis seboroik
1
2
3
4
5
6
7
Gejala pruritus merupakan gejala awal dan lebih berat pada malam
hari, gejala pruritus dapat mengganggu aktivitas termasuk tidur di
malam hari
Erosi dan ekskoriasi sering terjadi karena garukan akibat
pruritus yang berat
Tidak terdapat skuama
Kecenderungan rambut untuk rontak kurang
Tidak terjadi blefaritis
Hanya terjadi di kulit kepala dan rambut sebagai tempat tinggal
organism
Papula yang timbul di kulit kepala karena gigitan kutuGejala
awal dapat berupa eritema dan skuama berminyak dan pruritus terjadi
pada dermatitis seboroik yang bermanifestasi secara aktif
Erosi dan ekskoriasi sangat jarang terjadi, namun dapat terjadi
karena pruritus
Dapat terjadi skuama berminyak dengan batas yang tidak terlalu
jelas dan agak kekuningan. Skuama yang halus mulai sebagai bercak
kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama
yang halus dan kasar. Kelainan ini disebut pitiariasis sika
Rambut punya kecendenrungan untuk rontok, mulai di bagian vertex
dan frontal
Dapat terjadi blefaritis
Dapat mengenai liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah
sterna, areola mammae, lipatan di bawah mammae pada wanita,
interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital
Papula sering timbul di daerah pipi, hidung dan dahi
Persamaan antara pedikulosis kapitis dan dermatitis
seboroik:
Daerah predileksi yaitu di daerah kulit kepala Dapat terbentuk
eksudat dan krusta yang tebal
Pruritus merupakan salah satu gejala yang dapat terjadi pada
kedua kasus
Sering terjadi pada anak-anak, pada dermatitis seboroik
dihubungkan dengan aktifnya kelenjar sebasea.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN
Dari diskusi tutorial ini dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami penyakit kulit yang disebabkan oleh karena Infeksi jamur.
Faktor risiko terbesar pasien dapat mengalami infeksi jamur adalah
oleh karena pasien memelihara kucing, akibatnya jamur yang terdapat
pada kucing dapat berpindah ke manusia sehingga dapat menyebabkan
infeksi pada kulit kepala pasien. Untuk dapat mengetahui jenis
penyakit kulit yang diderita maka perlu untuk melihat Ujud Kelainan
Kulit dan melakukan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu
menentukan arah diagnosis. SARAN
Pada diskusi tutorial kali ini sudah berjalan dengan sangat baik
dengan target seluruh learning objective yang sudah tercapai dan
proses diskusi yang terorganisir. Untuk selanjutnya dapat terus
dijalankan tahap diskusi ini secara lebih konsisten, dan lebih
meningkatkan sisi brain storming dari diskusi tutorial
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKADermatology - A colour handbook, 2nd ed. Manson
Publishing. 2010. p.216.ISBN9781840765960.
Dermatology: An Illustrated Colour Text, 3rd ed. Elsevier Health
Sciences. 2002. p.46.ISBN9780443071409.
Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 5. FK-UI,
Jakarta.
http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#aw2aab6b2b4
diakses pada Sabtu, 8 November 2014
James, William D.; Berger, Timothy G.; et al. (2006).Andrews'
Diseases of the Skin: clinical Dermatology. Saunders Elsevier.
p.335.ISBN0-7216-2921-0.
"Lupus", Oxford English Dictionary, online second edition.
Accessed 2006
Rapini, Ronald P.; Bolognia, Jean L.; Jorizzo, Joseph L.
(2007).Dermatology: 2-Volume Set. St. Louis: Mosby. pp.Chapter
74.ISBN1-4160-2999-0.
Suyoso, Sunaryo. 2012. Tinea kapitis pada bayi dan anak.
Surabaya : FK Unair.
Rambut
Faktor risiko memelihara kucing
Mengetahui struktur Anatomi, Histologi dan Fisiologi Rambut
Infeksi
JAMUR
BAKTERI
VIRUS
UKK
DDx
- Patofisiologi
- Epidemiologi
- Etiologi
- Manifestasi Klinis
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Penunjang
- Komplikasi
- Terapi