BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan organisasi Rumah sakit mencapai tujuan salah satunya ditentukan oleh pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang terorganisir dengan baik maka diharapkan dapat memberikan pelayanan keperawatan yang prima yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Pelayanan keperawatan sesuai Keputusan Menpan Nomor 94 tahun 2001, pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tuntutan pasien terhadap berbagai aspek pelayanan di Rumah Sakit juga dirasakan semakin meningkat, maka perlu adanya tindakan nyata dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit baik yang bersifat medik maupun non medik, terutama yang bersifat Customer
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keberhasilan organisasi Rumah sakit mencapai tujuan salah satunya
ditentukan oleh pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang
terorganisir dengan baik maka diharapkan dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang prima yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan keperawatan. Menurut WHO (World Health
Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial
dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik.
Pelayanan keperawatan sesuai Keputusan Menpan Nomor 94 tahun 2001,
pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan, yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spritual yang
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tuntutan pasien terhadap
berbagai aspek pelayanan di Rumah Sakit juga dirasakan semakin meningkat,
maka perlu adanya tindakan nyata dalam meningkatkan pelayanan di rumah
sakit baik yang bersifat medik maupun non medik, terutama yang
bersifat Customer Oriented , yang salah satunya adalah bagaimana petugas
kesehatan memberikan pelayanan prima kepada pasien dan keluarga sehingga
dengan adanya pelayanan prima ini pasien maupun keluarga akan merasa puas
dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan, sehingga mereka akan menjadi
sumber ”voice of mouth” yang positif. Sementara itu, menurut Lisa Ford, 2003
terdapat 5 syarat untuk berlangsungnya pelayanan prima yaitu : 1) Dapat
dipercaya (realibility), 2) Responsif (responsiveness), 3) Buat pelanggan dapat
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal
28 Maret 2015 terdapat 17 pasien, sebanyak 23,53% pasien memiliki
tingkat ketergantungan minimal dan 50% pasien memiliki tingkat
ketergantugan parsial, dan 64,71% pasien memiliki tingkat
ketergantungan total.
b. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode GilliesDi Paviliun Mawar terdapat 21 bed dengan perawat pada shift pagi 5
orang, shift siang 5 orang dan shift malam 5 orang.
Jumat, 27 Maret 2015 Jumlah pasien sebanyak 18 orang. Pasien terdiri dari 4 pasien mandiri, 2
pasien parsial dan 12 pasien total.
BOR =
=
= 85,71%
Waktu keperawatan langsung
Mandiri : 2 x 2 = 4
Parsial : 4 x 4 = 16
Total : 12 x 6 = 66_________________ +Jumlah = 86 jam
Waktu perawatan tidak lansung = 18 x 1 jam = 18 jam
Waktu penyuluhan =18 x ¼ = 4,5jam
Waktu perawatan pasien = 86 + 18 + 4,5 = 108,5 jam
Jumlah perawat dalam satu unit
=
= 108,5 x 365
(365-76) x 7 jam
= 39.602,5
2023
= 19,57/19 orang dalam satu unit
Jumlah perawat dalam satu hari = 108,5 = 15,5 = 15 orang dalam sehari
7
Jumlah perawat dalam satu shift
Pagi : 47% x 15 = 7,05 = 7 orang
Siang : 35% x 15 = 5,25 = 5 orang
Malam : 17% x 15 = 2,55 =3 orang
Sabtu, 28 Maret 2015
Jumlah pasien sebanyak 18 orang. Pasien terdiri dari 6 pasien mandiri, 6
pasien parsial dan 6 pasien total.
BOR =
=
= 80,95%
Waktu keperawatan langsung
Mandiri : 0 x 2 = 0
Parsial : 6 x 4 = 24
Total : 11 x 6 = 66_________________ +Jumlah = 90 jam
Waktu perawatan tidak lansung = 17 x 1 jam = 17 jam
Waktu penyuluhan =17 x ¼ = 4 jam 25 menit
Waktu perawatan pasien = 90 + 17 + 4,25 = 111,25 jam
Jumlah perawat dalam satu unit
=
= 111,25 x 365
(365-76) x 7 jam
= 40.606,25
2023
= 20 orang dalam satu unit
Jumlah perawat dalam satu hari = 111,25 = 15,89 = 16 orang dalam sehari
7
Jumlah perawat dalam satu shift
Pagi : 47% x 16 = 7,52 = 7 orang
Siang : 35% x 16 = 5,6 = 5 orang
Malam : 17% x 16 = 2,72 = 3 orang
BOR TANGGAL 27-28 MARET 2014
18 +17 x 100% = 83,33 %
21 x 2
3.2. Tindakan Keperawatan di Ruang Paviliun MawarMetode yang digunakan Ruang Paviliun Mawar untuk pemberian
asuhan keperawatan pada pasien adalah metode tim modifikasi. Dalam
pembagian tugasnya dibagi dalam 3 tim dengan masing-masing Ketua Tim
tersebut dibantu oleh perawat assosiate yang jumlahnya disesuaikan dengan
ketersediaan tenaga keperawatan pada shift pagi. Metode yang digunakan
merujuk pada fungsi-fungsi manajemen keperawatan. Pelaksanaan metode
tim belum efektif dan belum berjalan dengan maksimal (perawat belum
terfokus untuk melayani pasien di tim nya melainkan kondisional/saling
membantu antar tim).
a. Operan
No. Langkah-langkahTanggal
27/03/15 28/03/15P S P S
Persiapan: 1. Buku laporan shift sebelumnya √ √ √ √2. Membaca laporan shift sebelumnya. √ √ √ √3. Shift yang akan mengoperkan, menyiapkan hal-
hal yang akan di sampaikan. √ √ √ √
4. Shift yang akan menerima membawa buku catatan operan / catatan harian √ √ √ √
5. Kedua kelompok sudah siap. √ √ √ √Prosedur Pelaksanaan:1. Kepala ruang / Ketua Tim mengucapkan salam
(selamat pagi/ assalamu’alaikum) dan menyampaikan akan segera di lakukan operan.
- - - -
2. Perkenalkan diri dan perawat yang akan bertugas selanjutnya. - - - -
3. Kegiatan di mulai dengan menyebut/mengidentifikasi secara satu persatu (berurutan tempat tidur / kamar) : Identifikasi Klien: nama, kamar
√ √ √ √
4. Jelaskan kondisi / keadaan umum klien. √ √ √ √5. Jelaskan tindakan keperawatan yang telah dan
belum dilakukan √ √ √ √
6. Jelaskan hasil tindakan masalah teratasi sebagian belum atau muncul masalah baru. √ √ √ √
7. Jelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja dan tindak lanjut asuhan (mandiri atau kolaborasi)
√ √ √ √
8. Memberikan kesempatan anggota shift yang menerima operan untuk melakukan klarifikasi / bertanya tentang hal-hal atau tindakan yang kurang jelas.
√ √ √ √
9. Perawat yang menerima operan mencatat hal-hal penting pada buku catatan harian √ √ √ √
10 Perawat yang mengoperkan menyerahkan semua berkas catatan perawatan kepada tim yang akan menjalankan tugas berikutnya dan Melihat keadaan pasien secara langsung
√ √ √ √
Penutup:1. Kepala Ruang / ketua tim (yang memimpin)
kembali ke Nurse Station √ √ √ √
2. Berdoa bersama yang di pimpin oleh kepala ruang / ketua Tim. - - - -
3. Mengucap salam. - - - -4. Mengucapkan selamat istirahat bagi anggota tim
/ shift sebelumnya. - - - -
5. Mengucapkan selamat bekerja untuk tim / shift berikutnya - - - -
TOTAL 14 14 14 14Presentase 70% 70% 70% 70%
Keterangan : : Dilakukan
: Tidak DilakukanP : Operan Malam ke PagiS : Operan Pagi ke Sore
Keterangan:Operan merupakan suatu timbang terima tugas dari shift satu ke shift lain
dengan waktu, isi dan strategi yang telah ditentukan. Operan mampu
mengkomunikasikan secara tertulis dan lisan pada staf keperawatan dan tim
kesehatan lain yang memerlukan data klien secara teratur. Pada tanggal 27-28
Maret 2015 operan setiap shift dilakukan 100%.
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi. Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien setelah proses operan. Post
conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Pada tanggal 27-28 Maret 2015, pelaksanaan
conference di ruang Pavilliun Mawar yaitu sebagai berikut :
1) Operan dilakukan setiap shift di Ruang Mawar.
2) Pre post conference dilakukan secara bersamaan saat operan di Ruang
Mawar sehingga terkadang tidak terlihat jelas perbedaan di antara
keduanya.
3) Tidak dilakukan pembukaan oleh karu secara formal saat operan.
4) Saat operan banyak perawat yang masih bercanda dan tidak
mendengarkan perawat lain yang melaporkan kondisi pasien.
5) Tidak dilakukan pembacaan doa sebelum aktivitas kerja di ruangan
6) Tidak dilakukan pembacaan SOP tindakan setiap dinas pagi saat
dilakukan pre conference oleh karena belum adanya SOP baru yang
dirilis.
7) Tenaga perawat yang jumlahnya terbatas untuk ruangan rawat inap
berkapasitas 21 pasien.
b. Orientasi Pasien Baru Tabel jumlah pasien baru pada shift pagi tanggal 27-28 Maret 2015 di
Ruang Paviliun Mawar.
Jumlah pasien baru
27 Maret 2015 28 Maret 2015
2 3
Pada tanggal 27-28 Maret 2015, jumlah pasien baru ada 5 orang.
Berdasarkan observasi semua pasien sudah diorientasikan terkait ruangan
dan pelayanan yang diberikan.
c. Pendidikan KesehatanSaat dilakukan observasi perawat, pendidikan kesehatan biasanya
diberikan langsung kepada pasien dan keluarga secara lisan dengan
memberi KIE terkait penyakit klien, keluhan dan memberikan penjelasan
kepada keluarga atau care giver mengenai perawatan pada klien guna
membantu proses penyembuhan. KIE mengenai penyakit dan keluhan yang
dirasakan klien dilakukan disela-sela melakukan tindakan di ruang Mawar.
3.3 Fungsi Pelaksanaan (Actuating)
1. Komunikasi a. Arah Komunikasi
Arah komunikasi terkait instruksi dilakukan secara vertikal
yaitu dari atasan ke bawahan. Instruksi dari kepala ruang kepada
ketua tim kemudian disampaikan ke perawat asosiate masing-masing
tim. Sedangkan komunikasi terkait informasi dapat dilakukan dari
atasan ke bawahan dan bawahan ke atasan. Komunikasi ke samping
juga sering dilakukan, yakni dari katim ke katim. Komunikasi antar
atasan dan bawahan bersifat sangat terbuka. Komunikasi di ruang
mawar sudah terjalin dengan baik dan intensitasnya sering sehingga
masalah bisa segera terselesaikan. Komunikasi antar perawat
menunjukkan bahwa pembagian kerja di ruang ini sangat baik
sehingga tidak terjadi tumpang tindih kerja, serta apabila terjadi
kesulitan perawat juga mampu menyelesaikannya.
b. Jadwal Pertemuan/RapatJadwal pertemuan/ rapat masih belum terjadwalkan dengan
baik. Rapat maupun pertemuan secara formal biasanya dilakukan
oleh perawat senior denga kepala ruangan saja. Rapat atau
pertemuan ini biasanya hanya dilakukan saat ada kebijakan baru
maupun sosialisasi peraturan baru. Setelah rapat ini dilakukan oleh
perawat senior baru disebaruaskan pada perawat pelaksanan melalui
pengumuman, surat edaran, maupun mulut ke mulut. Tidak penah
dilakukan rapat maupun pertemuan khusus antar perawat di Ruang
Mawar ini.
c. Faktor PenghambatPasien pada ruang mawar ini sangat banyak dengan kasus
yang multiple sehingga beban kerja perawat yang tinggi, sehingga
perawat terlalu sibuk. Beban kerja yang padat ini biasanya pada hari
senin sampai jumat sehingga sangat sulit bagi perawat untuk
berinteraksi satu sama lain. Terkadang beban kerja yang berat ini
menurunkan kualitas pelayanan dan keramahan perawat ruangan
pada pasien.
2. Motivasi a. Cara Motivasi
Kepala ruang ruang mawar belum memberikan memotivasi
pegawainya dengan cara lisan di sela-sela operan maupun pre/post
conference. Kepala ruangan menyadari bahwa motivasi sangat
diperlukan oleh pegawainya untuk meningkatkan kinerja mereka.
b. Sistem Reward dan Punishment Kepala ruang Paviliun mawar belum memberikan reward atas
prestasi yang dilakukan oleh pegawai, namun memberikan
punishment berupa peringatan secara lisan atas pelanggaran yang
dilakukan oleh perawat.
3.4 Kepuasan PasienKepuasan pasien di Pav. Mawar dinilai dengan menggunakan
kuesioner RATER dengan kriteria pasien yang tidak pulang paksa, rawat inap
minimal 3 hari dan tidak pulang dengan kondisi meninggal, sehingga
didapatkan sejumlah 17 pasien dalam penilaian kepuasan pasien di Pav.
Mawar RST Soepraoen.
1. Tangibles (bukti fisik)Unsur tangiable mewakili penilaian pelanggan terhadap apa-apa
yang bisa diilhatnya. Meskipun pada kenyataannya pelayanan tidak bisa
diraba, dicium, maupun dilihat, namun pada kenyataannya pelanggan
akan menilai pelayanan yang diterimanya berdasar dari hasil
penginderaannya terhadap banyak hal dalam bentuk persepsi. Seorang
pasien akan menilai/mempersepsikan pelayanan yang diberikan rumah
sakit memuaskan bila bangunan rumah sakitnya memiliki design yang
modern, lingkungannya (ruang perawatan, ruang tunggu, kamar mandi,
dll) bersih, peralatan yang digunakan serba canggih, seragam perawat/
karyawannya rapih, bersih, dan lain-lain (Oconnor, 2006).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada klien di Pav. Mawar
RST Soepraoen terhadap tangibles yang dinilai dengan 8 indikator
diantaranya ruang rawat inap tertata rapi dan bersih, ruang rawat inap
nyaman, memiliki alat-alat medis yang cukup lengkap, penampilan dokter
bersih dan rapi, penampilan perawat bersih dan rapi, kursi roda/trolli
tersedian di kantor penerimaan untuk membawa pasien ke ruang rawat
inap, tempat tidur telah disiapkan dalam keadaan rapi, bersih, dan siap
pakai, serta alat makan dan minum bersih dan baik. Dari pengkajian
didapatkan 12% menyatakan tidak puas dan 88% pasien menyatakan
puas terhadap tangibles di Pav. Mawar RST Soepraoen.
2. Reliability (handal)Reliability diartikan sebagai kehandalan institusi dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Pada pelaksanaannya,
dimensi ini memuat dua unsur utama, yaitu kemampuan institusi untuk
memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikannya dan keakuratan
pelayanan yang diberikan atau seberapa jauh institusi mampu
meminimalisir/ mencegah terjadinya kesalahan/error dalam proses
pelayanan yang diberikan. Pada pelayanan rumah sakit adalah penilaian
pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan memberikan pelayanan
kepada pasien dengan tepat (Oconnor, 2006).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada klien di Pav. Mawar
RST Soepraoen terhadap kehandalan tenaga kesehatan yang dinilai
dengan 8 indikator diantaranya prosedur penerimaan pasien dilayani
secara cepat dan tidak berbelit-belit, dokter datang tepat waktu, kesiapan
dokter melayani pasien, dokter bertindak cepat, kesiapan perawat
melayani pasien setiap saat, perawat melaporkan segala detail
perubahan pasien kepada dokter sewaktu melakukan kunjungan, perawat
selalu memberi obat pasien sesuai prosedur pemberian obat, dan
perawat segera menghubungi dokter mengenai obat dan makanan
pasien. Berdasarkan hasil pengkajian didapat 18% pasien menyatakan
tidak puas dan 82% menyatakan puas terhadap reliability tenaga
kesehatan di Pav. Mawar RST Soepraoen.
3. Responsive (tanggap)Dimensi kualitas pelayanan ini mengandung arti kecepatan/
ketanggapan pemberian layanan kesehatan. Dimensi yang satu ini
termasuk dimensi yang paling dinamis. Seiring dengan peningkatan
intensitas aktivitas masing-masing individu, harapan pasien akan dimensi
ini semakin meningkat. Setiap pasien semakin mengharapkan waktu
tunggu yang semakin pendek. Pada aspek ini, seorang pasien akan
merasa puas kalau mereka mendapatkan pelayanan yang cepat (tidak
membutuhkan waktu tunggu yang lama) (Oconnor, 2006).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada klien di Pav. Mawar
RST Soepraoen terhadap ketanggapan tenaga kesehatan yang diukur
dengan 5 indikator diantaranya dokter selalu menanyakan keluhan
pasien, dokter memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, dokter
memberikan penjelasan tentang penyakit, perawat bersikap ramah dan
sopan, perawat memperhatikan kebutuhan dan keluhan pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 41% pasien menyatakan tidak
puas dan 59% pasien menyatakan puas terhadap ketanggapan tenaga
kesehatan di Pav. Mawar RST Soepraoen. Berdasarkan hasil pengkajian
juga didapatkan bahwa sebagian besar pasien yang menyatakan tidak
puas terdapat pada indikator dokter kurang/tidak memberikan
kesempatan bertanya kepada pasien dan dokter kurang/tidak
memberikan penjelasan tentang penyakit.
4. Assurance (jaminan)Assurance merupakan kemampuan institusi untuk meyakinkan
pelanggan bahwa layanan yang diberikan dapat dipercaya/terjamin. Ada
tiga aspek yang membangun dimensi ini, yaitu kompetensi, kredibilitas,
dan keamanan. Pelanggan akan mempercayai institusi bila pemberi
layanan adalah orang yang kompeten dan memiliki kredibilitas dalam
bidangnya. Selain itu, pelanggan juga membutuhkan jaminan keamanan.
Seorang pasien akan merasa puas bila dilayani oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat, ahli gizi, ahli farmasi) yang mampu memberikan
pelayanan yang ramah, kompeten, oleh orang kredibel, dan juga aman
(Oconnor, 2006).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada klien di Pav. Mawar
RST Soepraoen terhadap assurance yang diukur dengan 6 indikator
diantaranya tersedia dokter spesialis, perilaku dokter menimbulkan rasa
aman, perawat terdidik dan mampu melayani pasien, menjaga
kerahasiaan pasien selama berada dalam ruang rawat inap, dan memberi
jaminan akan kesembuhan pasien. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan 12% pasien menyatakan tidak puas dan 88% menyatakan
puas terhadap assurance di Pav. Mawar RST Soepraoen.
5. Emphaty (perhatian)
Emphaty, yaitu kemampuan petugas membina hubungan,
perhatian, dan memahami kebutuhan pasien (Oconnor, 2006).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada klien di Pav. Mawar RST
Soepraoen terhadap emphaty petugas kesehatan yang diukur dengan 5
indikator diantaranya dokter berusaha menenangkan rasa cemas pasien
terhadap penyakit yang diderita, perawat meluangkan waktu khusus
untuk berkomunikasi dengan pasien, perawat selalu mengingatkan
keamanan akan penyimpanan barang berharga pasien dan keluarganya,
waktu untuk berkonsultasi keluarga pasien terpenuhi, dan menghibur
serta memberikan dorongan kepada pasien supaya cepat sembuh dan
mendoakan mereka. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebesar
59% pasien menyatakan tidak puas dan 41% pasien menyatakan puas
terhadap emphaty petugas kesehatan di Pav. Mawar RST Soepraoen.
Berdasarkan hasil pengkajian juga didapatkan bahwa sebagian besar
pasien yang menyatakan tidak puas terdapat pada indikator perawat
meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan pasien dan
waktu untuk berkonsultasi keluarga pasien terpenuhi.
Berdasarkan perhitungan analisis dari jawaban pasien pada
kuesioner kepuasaan pasien yang mencangkup indikator responsive,
assurance, tangible, emphaty, dan reliability secara keseluruhan bahwa
didapatkan sebesar 71% pasien menyatakan puas dan 29% pasien
menyatakan tidak puas.
3.5 ANALISA SWOT
No Faktor Strategi Internal Ranking Konstanta Bobot Rating Skor
Strength (Kekuatan)
1. Jenis komunikasi yaitu atasan-bawahan
dan bawahan-atasan yang berjalan efektif.
3 4 12/284=
0,04
4 0,16
2. Pada paviliun mawar telah dilakukan
sistem operan secara rutin
4 4 16/284=
0,06
4 0,24
3. Karu memberikan motivasi pada
pegawainya
5 4 20/284=
0,07
4 0,28
4. 88% pasien menyatakan puas terhadap
tangibles
8 4 32/284=
0,11
3 0,33
5. 82% menyatakan puas terhadap reliability
tenaga kesehatan
6 4 24/284=
0,07
5 0,4
6. 88% menyatakan puas terhadap
assurance
7 4 28/284=
0,1
4 0,4
7. Secara keseluruhan bahwa didapatkan
sebesar 71% pasien menyatakan puas
2 4 8/284=
0,03
5 0,15
Total 1,96
No Faktor Strategi Internal Ranking Konstanta Bobot Rating Skor
Weakness (Kelemahan)
1. Beban kerja perawat terlalu tinggi 1 4 4/284=
0,02
5 0,1
2. Penghitungan tenaga kerja keperawatan
harian berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien yaitu minimal, parsial dan total
menggunakan metode Gillies didapatkan
hasil belum tercukupi
2 4 8/284=
0,03
5 0,15
3. Pemberian reward pada semua perawat
masih disebutkan sebagai wacana
6 4 24/284=
0,08
4 0,32
4. Pre conference dan post conference
dilakukan bersamaan dengan operan dan
terkadang tidak dilakukan
8 4 32/284=
0,11
3 0,33
5. Belum ada jadwal rapat/pertemuan khusus 7 4 28/284= 3 0,3
antar pegawai di paviliun mawar 0,1
6. 41% pasien menyatakan tidak puas
terhadap ketanggapan tenaga kesehatan
4 4 16/284=
0,06
5 0,3
7. 59% pasien menyatakan tidak puas
terhadap emphaty petugas kesehatan
5 4 20/284=
0,08
5 0,4
8. Secara keseluruhan bahwa didapatkan 29%
pasien menyatakan tidak puas
3 4 12/284=
0,04
5 0,2
Total 2,1
No Faktor Strategi Eksternal Ranking Konstanta Bobot Rating Skor
Opportunity (Kesempatan)
1. RST Soepraoen merupakan rumah sakit
tipe B yang merupakan rujukan dari
puskesmas di sekitar kota malang
1 4 4/64= 0,06 5 0,3
2. Dukungan keluarga pasien selama
perawatan sangat baik yaitu dengan
mengurus administrasi dan pengambilan
obat
3 4 12/64=
0,19
4 0,76
3. Menerima pelayanan BPJS 2 4 8/64= 0,13 4 0,52
4. Menerima pasien umum, Askes dan dari
luar militer
4 4 16/64= 0,4 4 0,16
Total 1,74
No Faktor Strategi Eksternal Ranking Konstanta Bobot Rating Skor
Threat (Ancaman)
1. Tinginya pendidikan pasien terutama
dikalangan pejabat TNI, sangat
memungkinkan tingginya koreksi terhadap
pelayanan Asuhan Keperawatan dan
menuntut pelayanan yang berkualitas dan
memuaskan
1 4 4/64=
0,06
5 0,3
2. Adanya pesaing-pesaing dari RS swasta
yang lain
3 4 12/64=
0,19
4 0,76
3. Masyarakat sudah sadar hukum 2 4 8/64= 4 0,52
0,13
Total 1,58
Penghitungan SWOTSkor Faktor Internal = skor kekuatan – skor kelemahan