Top Banner
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN PENGGUNAAN AZITROMISIN DOSIS TUNGGAL SEBAGAI TERAPI DEFINITIF PADA PASIEN PEDIATRI FARINGITIS RAWAT JALAN TIM PENELITI: RINI NOVIYANI, S.Si., M.Si., Apt (KETUA) RASMAYA NIRURI, S.Si., M.Farm.Klin. ,Apt (ANGGOTA) DIBIAYAI DARI DANA DIPA UNIVERSITAS UDAYANA TA-2012 DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN (KONTRAK) NOMOR : 25.23/UN.14/LPPM/KONTRAK, TANGGAL 16 MEI 2012 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2012
67

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

Oct 30, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA

TAHUN 2012

PEMANTAUAN PENGGUNAAN AZITROMISIN DOSIS TUNGGAL SEBAGAI TERAPI DEFINITIF PADA PASIEN

PEDIATRI FARINGITIS RAWAT JALAN

TIM PENELITI:

RINI NOVIYANI, S.Si., M.Si., Apt (KETUA) RASMAYA NIRURI, S.Si., M.Farm.Klin. ,Apt (ANGGOTA)

DIBIAYAI DARI DANA DIPA UNIVERSITAS UDAYANA TA-2012

DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN KEGIATAN (KONTRAK)

NOMOR : 25.23/UN.14/LPPM/KONTRAK, TANGGAL 16 MEI 2012

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2012

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN --------------------------------------------------------------------------------------------------- 1. Judul Penelitian : Pemantauan Penggunaan Azitromisin

Dosis Tunggal Sebagai Terapi Definitif Pada Pasien Pediatri Faringitis Rawat Jalan (Studi Kasus di Klinik “X” Kota Denpasar

--------------------------------------------------------------------------------------------------- 2. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap dengan gelar : Rini Noviyani,S.Si., M.Si.,Apt b. Pangkat/Gol/NIP : III/ B/ 197711042008122001 c. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi/Jurusan : Jurusan Farmasi f. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan g. Alamat Rumah/HP : Jl. Batas Dukuh Sari gg.Punglor no

10,Denpasar i. E-mail : [email protected]

--------------------------------------------------------------------------------------------------- 3. Jumlah Tim Peneliti : 2 (dua ) orang --------------------------------------------------------------------------------------------------- 4. Pembimbing

a. Nama lengkap dengan gelar : dr Tangking Widarsa, MPH b. Pangkat/Gol/NIP : IV/B/ c. Jabatan Fungsional /Struktural : Penata d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi / Jurusan : Ilmu kesehatan masyarakat f. Fakultas : Kedokteran

--------------------------------------------------------------------------------------------------- 5. Lokasi Penelitian : Denpasar --------------------------------------------------------------------------------------------------- 6. Kerjasama (kalau ada)

a. Nama Instansi : b. Alamat :

7. Jangka waktu penelitian : 6 bulan --------------------------------------------------------------------------------------------------- 8. Biaya Penelitian : Rp.7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah). -------------------------------------------------------------------------------------------------

Denpasar, 31 Oktober 2012

Mengetahui: Dekan Fak Mipa Universitas Udayana Ir.A.A Gde Raka Dalem, M.Sc (Hons) NIP: 196507081992031004

Kepala Proyek Penelitian

Rini Noviyani, S.Si.,M.Si., Apt NIP : 197711042008122001

Mengetahui,

Kepala Lembaga Penelitian Universitas Udayana

Dr. Ir. I Ketut Satriawan , M.T NIP: 196407171989031001

i

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

iii

RINGKASAN

Steptococus grup A banyak ditemukan sebagai bakteri penyebab faringitis bakterial. Anak-anak usia 3-6 tahun merupakan usia yang rentan terinfeksi penyakit faringitis Azithromicin dosis tunggal banyak diresepkan untuk pengobatan faringitis. Besaran dosis yang digunakan pada faringitis belum tersedia datanya, sehingga dosisnya mengacu pada besaran dosis tunggal pada otitis media yaitu 30 mg/kilo gram berat badan (kg BB), maksimum 1500 mg .

Untuk itu perlu diakukan perlu dilakukan pemantauan efektifitas dan efek samping penggunaan azitromisin dosis tunggal (30 mg/kg BB, maksimum 1500 mg) serta biaya terkait dengan terapi yang diberikan pada pasien pediatri dengan faringitis yang disebabkan oleh Steptococus grup A.

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel pada pasien pediatrik dengan faringitis yang disebabkan oleh Steptococus grup A. Penelitian observasional ini dilakukan secara cohort prospective. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Maret – Oktober 2012 di Rumah Sakit Wangaya (Denpasar), Tempat Praktek dr. S. (Denpasar), Rumah Sakit Sanjiwani (Gianyar), dan Tempat Praktek dr T (Gianyar). Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Lembaga Penelitian Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana – Rumah Sakit Sanglah Denpasr, Bali. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, dengan kriteria inklusi: pasien faringitis pediatri yang berumur 2-10 tahun, pertama kali terdiagnosis faringitis di tempat praktek/rumah sakit yang dijadikan tempat pengambilan sampel, memperoleh terapi azithromicin dosis tunggal, menunjukkan hasil positif setelah dilakukan swab tenggorokan dengan rapid diagnostic test Strep A, tidak mengkonsumsi antibiotik lain minimal 1 minggu sebelum meminum obat dari dokter, dan setuju menandatangani informed conscent. Sedangkan kriterian eksklusi adalah: pasien tidak menjalankan pemeriksaan kembali pada hari ke-3 terapi azithromicin, datang ke dokter lain selama dalam rentang pengobatan, tidak dapat dipantau selama dalam rentang pengobatan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rapid diagnostic test Strep A (Quick Vue Strep A Test ; Quidel).

Selama penelitian terdapat 102 pasien anak dengan faringitis dan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh 15 pasien sebagai sampel penelitian, dimana frekuensi lebih banyak terjadi 2-5 tahun dengan 10 pasien laki-laki dan 5 pasien perempuan. Pasien anak dengan Faringitis Streptococcus A mendapatkan terapi antibiotika yaitu Azithromycin dan obat simptomatis lain sesuai dengan manifestasi kliniknya, yaitu analgesik antipiretik ( Paracetamol dan Ibuprofen), antiinflamasi (Dexamethason), mukolitik (Ambroxol dan Bromhexine), dan anti tusif (Dextromethorpan dan Pipazetate HCl), Sedatif (Phenobarbital), dan Vitamin (Vitamin C tunggal dan Multivitamin). Pasien mendapatkan regimen dosis yang bervariasi yaitu dalam rentang 29,09 – 30,51/mg kg BB, dimana dengan dosis tersebut dapat memberikan hasil yang diharapkan yaitu keseluruhan 15 pasien adalah sembuh yaitu warna membran mukosa tidak merah, keadaan tonsil normal kembali yaitu tidak merah dan tidak bengkak pada saat periksa kembali (check up) ke dokter pada hari ke-3 terapi. Pada sampel penelitian ini, tidak ditemukan efek samping akibat penggunaan obat tersebut,

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

iv

dimana hal ini dilihat dari hasil pemantauan keluhan dan gejala klinis yang dirasakan pasien dari hari ke-0 hingga hari ke-3 terapi. Biaya langsung rata-rata yang dikeluarkan oleh pasien adalah Rp.387.453,00 dan biaya tidak langsung rata-rata yang dikeluarkan oleh pasien adalah Rp.399.350,00.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan azithromicin efektif digunakan pada pasien pediatri dengan faringitis yang disebabkan Steptococus grup A.

SUMMARY

Steptococus group A is the most common cause of bacterial Pharingitis. Children,age of 3-6, are more frequent infected by Steptococus group A. Azithromicin single dose is indicated for this bacteria. Size of spescific dose on azithromicin single dose regimen for pharingitis is not available, so the dose regimen on otitis media were used, 30 mg/kg weight, maksimum 1500 mg.

The objective of this study were to monitor effectivity and side effect of azithromycin single dose 30 mg/kg weight, maximum 1500 mg, and to know the cost related to therapy of Pharingitis pediatric caused by Steptococcus group A.

A cohort study with consecutive sampling method was approved by Ethic Comitee of Medical Faculty Udayana University – Sanglah Hospital and conducted on March – October 2012 in Wangaya Hospital (Denpasar), Clinique dr. S. (Denpasar), Sanjiwani Hospital (Gianyar), dan Clinique dr T (Gianyar). Inclusion criteria were pediatric, age of 2-10, first dignosed with pharingitis in the places for this study, receiving azithomycin single dose, having posive result with rapid diagnostic test Strep A (Quick Vue Strep A Test ; Quidel).on throat swab specimen, not having other antibiotics at least a week before, and willing to sign informed conscent. Exclusion criteria were not checked up on day 3 of azithromycin therapy, visiting other cliniques / hospitals during the therapy, and not able to be monitored during the therapy.

There were 102 patients who were diagnosed with pharingitis. Only 15 patients (10 boys and 5 girls) were involved based on inclusion and eksclusion criteria. The most frequent incidence was on age of 2-5. Beside Azithromicin, the patient got simptomatic agent accorging to their clinical manifestation, which were analgesik antipiretik ( Paracetamol and Ibuprofen), antiinflmation (Dexamethason), mucolitik (Ambroxol dan Bromhexine), dan anti tusif (Dextromethorpan dan Pipazetate HCl), sedative (Phenobarbital), dan vitamin (Vitamin C tunggal dan Multivitamin). The range of single dose azithromicin receving by the patients was 29,09 – 30,51/mg kg BB, due to visibility in drawing ( rounding off the militer volume) of azithomicin syrup. All 15 patients were cured by this dosage regimen, showing by not red in mucose membrane, normality of tonsil (not red and inflamed) after three days of therapy. All the patients didn’t show adverse drug reactions of azithromycin. The average direct cost was Rp.387.453,00 and indirect cost was Rp.399.350,00.

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

v

Based on these result, single dose azithromicin with range dose of 29,09 – 30,51/mg kg BB is effective used on pediatric with Pharingitis caused by Streptococus group A based on monitoring of clinical data and adverse drug reaction

ii

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

vi

KATA PENGANTAR

Salah satu peran Farmasis dalam melakukan praktek farmasi klinis adalah

pemantauan terapi obat-obatan yang diberikan oleh dokter kepada

pasien.Pemantauan penggunaan obat di komunitas (masyarakat) juga perlu

mendapatkan perhatian dan kerjasama dari para tenaga medis dalam mengatasi

problem-problem yang mungkin timbul selama proses pengobatan khususnya

pada pediatri. Pemantauan penggunaan antibiotika pada pediatri ini bertujuan

untuk memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pada pasien sebagai

salah satu bentuk nyata implementasi Pharmaceutical Care di masyarakat

sehingga masyarakat akan mendapatkan terapi yang rasional untuk mencapai

kesembuhan yang optimal terutama dalam hal penggunaan Antibiotika

Azitromisin yang banyak digunakan di masyarakat. Untuk itu penelitian ini

dilakukan dan bekerja sama dengan dokter dan tenaga kesehatan yang lain.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data atau informasi mengenai

efektivitas dari Azitromisin sebgai terapi definitive pada pasien pediatri dengan

faringitis yang disebabkan oleh kuman Streptococcus sp dan juga memberikan

informasi biaya penggunaan obat untuk mengobati penyakit faringitis yang

disebabkan oleh kuman Streptococcus sp dimana informasi tersebut berguna bagi

praktisi kesehatan dan masyarakat. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi saran dan masukan bagi semua tenaga medis dalam melakukan pelayanan

kesehatan kepada pediatri maupun masyarakat umum lainnya baik di apotek

maupun di rumah sakit.

Penelitian ini dijalankan dengan proses yang tidak singkat, dimana banyak

tahap dan pihak yang harus dilalui untuk mendapatkan suatu data yang dapat

dimanfaatkan dalam penelitian ini. Untuk itu kami menyadari bahwa penelitian ini

tidak akan terlaksanan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai

iii

iv

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

vii

pihak. Khusus pada penelitian ini kami menghanturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia yang telah

membantu dari sisi pendanaan.

2. Rektor Universitas Udayana.

3. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana.

4. Dokter Anak dan Apoteker yang terlibat dalam melakukan penelitian ini

5. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya atas dukungan dan

bantuannya.

Tidak lupa kami panjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa

atas kelancaran penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan

kontribusi bagi kemajuan pengobatan dan pelayanan kesehatan bangsa Indonesia.

Denpasar, Oktober 2012

Penulis

v

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

HALAM PENGESAHAN ............................................................................ i

RINGKASAN .............................................................................................. ii

SUMMARY ................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 3

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .............................. 4

2.1 Tujuan Penelitian ................................................................ 4

2.2 Manfaat Penelitian .............................................................. 4

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6

3.1 Faringitis ............................................................................. 6

3.2 Etiologi ............................................................................... 6

3.3 Tanda dan Gejala ................................................................ 6

3.4 Fatofisiologi ........................................................................ 8

3.5 Diagnosis ............................................................................ 8

3.6 Terapi ................................................................................. 10

3.7 Obat-obat Symptomatis ....................................................... 12

3.8 Pengobatan yang Rasional .................................................. 17

3.9 Pemantauan Terapi Pengobatan ........................................... 17

3.10 Biaya Medis ..................................................................... 18

vi

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

ix

BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 19

4.1 Rancangan Penelitian .......................................................... 19

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 19

4.3 Bahan dan Peralatan Penelitian ........................................... 19

4.4 Subjek Penelitian ................................................................ 20

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................... 28

5.1 Hasil Pemeriksaan dengan Rapid Test Strep A ..................... 28

5.2 Hasil Pemeriksaan dengan Rapid Test Strep A ..................... 28

5.3 Penggunaan Obat pada Anak dengan Faringits .................... 30

5.4 Efektivitas Dosis Azithromycin yang Diberikan .................. 31

5.5 Interaksi Obat ..................................................................... 35

5.6 Penyakit yang Menyertai ..................................................... 35

5.7 Terapi untuk Penyakit Penyerta ........................................... 36

5.8 Efek Samping Obat ............................................................. 37

5.9 Biaya .................................................................................. 38

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................ 39

BAB VII KESIMPULAN ......................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

vii

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gejala faringitis yang disebabkan oleh virus dan bakteir ............ 7

Tabel 3.2 Antibiotik pada Terapi Faringitis karena Streptococcus group A . 10

Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan dengan Rapid Rest Strep A............................ 29

Tabel 5.2 Ringkasan data demografi 15 pasien berdasarkan kriteria inklusi

dan eksklusi ............................................................................... 29

Tabel 5.3 Penggunaan Obat pada pasien Faringits Steptococus A

berdasarkan indikasinya ............................................................. 30

Tabel 5.4 Efektifitas Regimen Dosis Azithromicin yang Diterima Pasien .. 31

Tabel 5.5 Ringkasan Efektifitas Terapi yang Diterima Pasien dan Keluhan

yang Dirasakan Pasien ............................................................... 33

Tabel 5.6 Interaksi Obat selama Terapi pada Pasien Pediatrik Faringitis

Steptococus A ............................................................................. 35

Tabel 5.7 Macam Penyakit Penyerta Pada Pasien Faringitis Steptococus A . 36

Tabel 5.8 Jenis Obat yang Digunakan untuk Indikasi Pilek ........................ 36

Tabel 5.9 Jenis Obat yang Digunakan untuk Indikasi Sesak Napas ............ 36

Tabel 5.10 Efek Samping Obat (ESO) Pada Pasien Faringitis Steptococus A 37

Tabel 5.11. Biaya Terkait dengan Terapi Pada Pasien Anak dengan

Faringitis Steptococus A .............................................................. 38

viii

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Algoritme pengobatan faringitis dengan menggunakan strep

test (Anderson, 2011). ........................................................... 9

Gambar 4.1 Alur kerja penelitian .............................................................. 24

Gambar 4.2 Alur perlakuan sampel .......................................................... 25

ix

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu bentuk dari infeksi saluran pernafasan akut ialah infeksi saluran

pernafasan bagian atas. Berdasarkan sumber Ditjen Bina Yanmedik, Kemkes RI

tahun 2009, untuk penyakit infeksi saluran napas bagian atas akut menempati pola

penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan

jumlah total kasus 488.794. Pada banyak negara berkembang, lebih dari 50%

kematian pada umur balita disebabkan karena infeksi saluran pernafasan akut

(Wahyuno, 2008). Faringitis dan tonsilitis akut merupakan awal keadaan infeksi

dari ISPA. Anak-anak usia 5 sampai 15 tahun merupakan usia yang paling rentan

terinfeksi penyakit faringitis (Dipiro, 2008).

Faringitis dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. Untuk dapat mengobati

dengan tepat, penting untuk mengetahui infeksi yang dialami disebabkan oleh

virus atau bakteri (Adam, 1997). Untuk memastikan penyebab terjadinya faringitis

diperlukan uji diagnosis sederhana. Uji yang biasa digunakan adalah biakan rapid

test (RADT) dengan strep test pada tenggorokan, dimana uji ini memiliki

sensitifitas sebesar 90-95% (Choby, 2009).

Antibiotik diberikan kepada penderita yang menunjukan hasil yang positif

pada pemeriksaan dengan strep test, dimana dalam penelitian ini diharapkan hasil

uji strep test menunjukan bahwa pasien menderita faringitis bakterial. Terapi

secara definitif yaitu dengan mengetahui penyebab penyakit melalui tes cepat

swab dapat menjadi indikator pengobatan yang tepat (HTA Indonesia, 2005).

Faringitis yang disebabkan oleh bakteri harus segera diobati agar tidak terjadi

kekambuhan yang dapat menyebabkan terjadinya demam rematik akut (ARF) dan

untuk meminimalkan biaya pengobatan (Brunton and Pichichero, 2006).

Antibiotik yang sering diresepkan adalah azitromisin. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Kristanti (2011), disebutkan bahwa penggunaan azitromisin pada

kasus penyakit THT pasien rawat jalan di Rumah Sakit X Kota Denpasar

mencapai 33,56%. Penggunaan azitromisin pada anak – anak efektif untuk

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

2

penyembuhan klinis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri Streptokokus

(Casey and Pichichero, 2005).

Salah satu sediaan azitromisin yang digunakan untuk pasien rawat jalan

adalah dalam bentuk oral dosis tunggal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Casey dan Pichichero (2005), didapatkan hasil bahwa pengobatan dengan

azitromisin dosis tinggi lebih efektif dalam pemberantasan dan penyembuhan

klinis dari faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Group A. Namun sering

tidak dipertimbangkan kemungkinan terjadinya muntah akibat ketidaknyamanan

penggunaan sediaan azitromisin dosis tunggal ini karena sekali terapi diperlukan

dosis yang besar yaitu 60 mg/kg BB (Casey and Pichichero, 2005). Azitromisin

merupakan drug dependent dose yang aktivitasnya tergantung pada jumlah dosis

yang diberikan (Girard, 2005), sehingga hal-hal yang dapat mengakibatkan

kurangnya dosis yang harus diterima pasien sangat perlu dipantau. Pemantauan

terapi pengobatan merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan dan kepatuhan pasien selain untuk

mengetahui efikasi dan keamanan terapi (Rovers, 2003). Penggunaan azitromisin

dosis tunggal dalam terapi otitis media akut biasanya memberikan keberhasilan

terapi (Babl, 2002) sehingga antibiotika ini banyak diresepkan pada pengobatan

otitis media akut, namun banyak ditemui adanya peresepan azitromisin dosis

tunggal untuk pengobatan pada penyakit faringitis, sehingga peneliti ingin

mengetahui apakah keberhasilan penggunaan azitromisin dosis tunggal pada otitis

media akut dapat memberikan keberhasilan terapi yang sama pada penyakit

faringitis.

Berdasarkan uraian sebelumnya dan karena belum adanya penelitian

mengenai pemantauan obat pada penderita faringitis bakterial dengan

menggunakan uji strep test, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul

“Pemantauan Penggunaan Azitromisin Dosis Tunggal Sebagai Terapi Definitif

pada Pasien Pediatri Faringitis Bakterial”.

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

3

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah efek dari terapi azitromisin dosis tunggal sebagai terapi

definitif pada pasien pediatri penderita faringitis yang dapat

mempengaruhi kesembuhan?

2. Berapa biaya pengobatan yang harus dibayarkan pasien pediatri penderita

faringitis dengan menggunakan azitromisin dosis tunggal sebagai terapi

definitif?

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

2.1 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memantau penggunaan azitromisin

dosis tunggal dan mengetahui permasalahan penggunaan azitromisin dosis

tunggal pada pasien pediatri penderita faringitis serta biaya pengobatan

yang harus dikeluarkan pasien dengan azitromisin dosis tunggal.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui permasalahan-permasalahan penggunaan azitromisin dosis

tunggal pada pasien pediatri penderita faringitis di apotek “X” Kota

Denpasar yang dapat mempengaruhi kesembuhan.

2. Mengetahui besar biaya pengobatan yang harus dibayarkan pasien

pediatri penderita faringitis dengan azitromisin dosis tunggal baik biaya

langsung ataupun biaya tidak langsung.

3. Mengetahui hal-hal yang perlu dipantau dalam pengobatan faringitis

pada pasien pediatri dengan menggunakan azitromisin dosis tunggal.

2.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Dokter

Dapat memberikan informasi mengenai kesembuhan pasien pediatri

faringitis yang menjalani rawat jalan setelah memperoleh pengobatan

dengan azitromisin dosis tunggal berdasarkan terapi definitife.

2. Bagi Pasien

Pasien lebih patuh dengan pengobatan yang dilakukan dan dapat

menggunakan obat dengan benar khususnya penggunaan azitromisin dosis

tunggal sehingga kesembuhan pasien dapat ditingkatkan.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

5

1. Bagi Farmasis

Dapat memberikan informasi mengenai penggunaan azitromisin dosis

tunggal untuk pengobatan faringitis bakterial pada pediatri, serta

memberikan pemahaman mengenai pengobatan kepada pasien.

2. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman klinis dalam melakukan praktek farmasi

klinis pada masyarakat dan dapat menerapkan pelayanan kefarmasian

secara langsung di masyarakat.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Faringitis

3.3.1 Definisi

Faringitis adalah infeksi akut orofaring atau nasofaring. Faringitis (dalam

bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang

tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Gambaran

klinis faringitis akut yaitu dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna

lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan

(Adam, 1997). Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis

dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 tahun di daerah

dengan iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada orang dewasa yang masih

memiliki anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-anak (Depkes RI,

2005).

3.2 Etiologi

Selain disebabkan oleh virus, penyakit ini juga disebabkan oleh bakteri.

Dari semua penyebab penyakit ini, kelompok bakteri Streptococcus A merupakan

bakteri terbanyak penyebab faringitis yang potensial menyebabkan terjadinya

komplikasi seperti demam rematik atau glomerulonefritis akut. Pada anak-anak,

bakteri Streptococcus A menyebabkan 15 sampai 30% kasus faringitis. Penyebab

lain dari terjadinya faringitis akut ialah kelompok bakteri C dan G Streptococcus,

Corynebacterium diphterium diphteriae, Neisseria gonorrhoeae, M. Pneumoniae,

Arcanobacterium haemolyticum, Yersinia enterocolitica, dan Chlamydia

pneumonia (Dipiro, 2008).

3.3 Tanda dan Gejala

Pada awal penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada

tenggorokan. Malaise dan sakit kepala adalah keluhan yang biasa terjadi.

Biasanya suhu tubuh akan sedikit meningkat. Eksudat pada faring menebal dan

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

7

sulit dikeluarkan sehingga menyebabkan suara menjadi parau karena usaha

mengeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk. Keparauan ini terjadi bila

proses peradangan mengenai laring (Adam, 1997).

Gejala dari faringitis akut antara lain :

- Demam dan malaise

- Dysphagia

- Sakit kepala

- Mukosa faring hiperemi dan udema

- “Lateral band” menonjol dan nampak merah

- Pembesaran kelenjar limfe regional dan nyeri tekan

(Komite Medik RSUP Sanglah Denpasar, 2000)

Gejala klinis dari faringitis kronis antara lain adanya keluhan rasa tidak

enak di faring, rasa kering, batuk-batuk kronis dan mendehem-dehem. Secret

biasanya lengket dan pada stadium lebih lanjut tidak ada secret sehingga dinding

belakang faring tampak kering dan mengkilat. Pada pemeriksaan akan ditemukan

jaringan granulasi pada dinding belakang faring, “lateral band” yaitu kumpulan

jaringan kelenjar limfe yang terdapat dibelakang pilar tonsil posterior (Komite

Medik RSUP Sanglah Denpasar,2000).

Tabel 3.1. Gejala faringitis yang disebabkan oleh virus dan bakteri

Faringitis Virus Faringitis Bakteri

Biasanya tidak ditemukan nanah di

tenggorokan sering ditemukan nanah di tenggorokan

Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang

Jumlah sel darah putih normal atau agak

meningkat

Jumlah sel darah putih meningkat

ringan sampai sedang

Kelenjar getah bening normal atau sedikit

membesar

Pembengkakan ringan sampai sedang

pada kelenjar getah bening

Tes apus teggorokan memberikan hasil

negative

Tes apus tenggorokan memberikan

hasil positif

(Adam, 1997)

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

8

3.4 Patofisiologi

Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang

meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian

cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan

hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang

berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid.

Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior,

atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak (Adam, 1997).

3.5 Diagnosis

Tanda dan gejala yang ditunjukan dari faringitis yang disebabkan oleh

Streptokokus group A dan faringitis yang disebabkan bukan oleh Streptokokus

adalah sama dan mirip. Hal ini menyebabkan dokter sulit untuk menentukan terapi

yang sesuai, sehingga perlu dilakukan test laboratorium untuk menentukan apakah

ditemukan group A streptokokus pada faring. Test ini dapat berupa kultur

tenggorokan maupun Rapid Antigen Detection Test (RADT) (Choby, 2009).

Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas 90-95% dari diagnosis, sehingga lebih

diandalkan sebagai penentu penyebab faringitis (Depkes RI, 2005).

Suatukulturapusan tenggorokan dapat dibaca 18 jam sesudah dimasukan ke dalam

inkubator (Merenstein, 2002).

Test laboratorium dari faringitis merupakan sesuatu yang penting untuk

dilakukan karena diagnosis hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis memberikan

hasil yang kurang sensitif dan spesifik. Hasil dari test laboratorium biasanya dapat

dilihat hasilnya dalam waktu 1 jam (Hagen, 2002). Sejumlah algortima yang

memadukan antara faktor-faktor epidemiologi dan klinis telah dirancang.

Algoritma ini meningkatkan akurasi diagnostik terutama dengan mengidentifikasi

pasien dengan resiko terinfeksi Streptokokus yang sangat rendah (Murphy, 2006).

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

9

Gambar 3.1. Algoritme pengobatan faringitis dengan menggunakan strep test (Anderson, 2011).

ya

tidak

tidak

ya

negatif

positif

negatif

p

Pasien dengan gejala faringitis

Sejarah fisik

Pemeriksaan spesimen dangan strep test atau

kultur tenggorokan

Hasil dari Strep Test ?

Pengobatan di rumah

Lakukan Strep test

Hasil dari Strep Test ?

Obati gejala dari faringitis non-Streptococcus group A

Gejala semakin parah

Pertimbangkan untuk evaluasi kembali Kultur spektrum luas Mono testing (jika memungkinkan)

Lanjutkan dengan perawatan di rumah

Perawatan dan pengobatan dengan antibiotika*

Gejala bertambah dalam 48-72 jam

Pertimbangkan untuk evaluasi kembali Kultur spektrum luas Mono testing (jika memungkinkan) Terapi antibiotik dengan tepat

Perawatan dengan lengkap

positif

*Antibiotika yang dapat dipilih: 1. Penicillins 2. Macrolides 3. Cephalosporins 4. Clindamycin

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

10

3.6 Terapi

Terapi dengan antibiotika dapat dimulai lebih dahulu bila disertai

kecurigaan yang tinggi terhadap bakteri sebagai penyebabnya, sambil menunggu

hasil pemeriksaan kultur (Depkes RI, 2005). Berdasarkan Pedoman Diagnosis dan

Terapi RSUP Sanglah Denpasar (2002), penatalaksanaan terapi faringitis akut

non farmakologi dapat dilakukan dengan istirahat, makan dan minum dengan

cukup. Sedangkan untuk terapi farmakologi faringitis akut dapat dilakukan

dengan meresepkan analgesik (Parasetamol 3 kali 500 mg/hari) dan antibiotika

(ampisilin 4 kali 500 mg/hari, amoksisilin 3 kali 500 mg/hari, eritromisin 4 kali

500 mg/hari).

Tabel 3.2. Antibiotik pada Terapi Faringitis karena Streptococcus group A

Lini pertama :

Penicilin G (untuk

pasien yang tidak dapat

enyelesaikan terapi oral

selama 10 hari)

1 x 1,2 juta U i.m. 1 dosis

Penicilin VK

Anak : 2-3 x 250 mg

Dewasa : 2-3 x 500

mg

10 hari

Amoksisilin

(klavulanat) 3 x 500 mg

Anak : 3 x 250 mg

Dewasa 3 x 500 mg 10 hari

Lini kedua :

Eritromisin (untuk

pasien alergi penisilin)

Anak : 4 x 250 mg

Dewasa : 4 x 500 mg 10 hari

Azitromisin atau

klaritromisin

Anak: 10mg/kg pada

hari 1 diikuti 5mg/kg

selama 4 hari

berikutnya

Dewasa: 1x500mg,

kemudian 1x250mg

selama 4 hari

5 hari

Cephalosporin Bervariasi sesuai agen 10 hari

Levofloksasin (hindari

untuk wanita hamil

maupun anak-anak)

(Depkes RI, 2005).

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

11

Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan antara lain :

1. Memperbanyak pemasukan cairan ke dalam tubuh. Dimana cairan akan

membantu dalam mengencerkan lendir sehingga lebih mudah untuk

dikeluarkan.

2. Kumur-kumur dengan air garam hangat. Campurkan 1 sendok teh garam

dalam segelas air hangat untuk dikumur lalu dibuang. Ini dapat

meringankan dan menolong dalam membersihkan lendir dari tenggorokan.

3. Mengisap tablet pelega tenggorokan atau mengunyah permen karet yang

tidak mengandung gula. Mengunyah dan menghisap akan merangsang

produksi air liur yang akan membasahi dan membersihkan tenggorokan.

4. Lembabkan udara. Menambah kelembaban udara dapat mencegah selaput

lendir mengering (dapat menyebabkan terjadinya iritasi), misalnya dengan

menaikkan suhu ruangan.

(Hagen, 2002)

Azitromisin

Azitromisin adalah antibiotika golongan makrolida derivat eritromisin.

Mekanisme kerja dari azitromisin adalah dengan menghambat sintesis protein

melalui ikatan pada subunit ribosom 50S bakteri (Katzung, 2007). Azitromisin

merupakan antibiotik golongan makrolida yang lebih aktif terhadap bakteri Gram

negative seperti Hemophilus influenza. Kadar plasma azitromisin sangat rendah

tapi waktu paruh azitromisin yang panjang dalam jaringan memungkinkan obat ini

diberikan dalam dosis satu kali sehari (BPOM RI, 2008).

Azitromisin cepat diabsorpsi setelah pemberian oral dengan

bioavailabilitas sekitar 40%. Lebih dari 50% dari dosis yang dikonsumsi akan

diekskresikan dalam feses (Moffat, 2005). Dosis azitromisin pada anak di atas 6

bulan adalah 10 mg/kg berat badan sekali sehari selama 3 hari, untuk berat badan

15-25 kg dosis azitromisin adalah 200 mg sekali sehari selama 3 hari, untuk berat

badan 26-35 kg dosis azitromisin adalah 300 mg sekali sehari selama 3 hari, dan

untuk berat badan 36-45 kg dosis azitromisin adalah 400 mg sekali sehari selama

3 hari (BPOM RI, 2008). Azitromisin dosis tunggal sebanyak 2 gr dilarutkan

dengan 60 ml air dan kemudian diberikan secara oral (Harrison and Keam, 2007).

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

12

Efek samping obat ini menyebabkan mual, muntah, diare pada pasien, dan juga

anoreksia (BPOM RI, 2008). Azitromisin memiliki farmakokinetika yang unik

dimana hasil akumulasi akan dilepaskan secara bertahap di dalam aliran darah,

sehingga memungkinkan pemberian obat dalam sekali konsumsi namun tetap

memberikan efek dalam waktu yang lama (Girard, 2005). Azitromisin memiliki

nilai Cmax 0,821 g/mL, AUC24 8,62 g h/mL. Absorpsinya lambat, dengan nilai

tmax 5 jam dan t½ 58,8 jam. Nilai MIC90 azitromisin terhadap S. pneumoniae 0,5 -

> 256. Nilai PAE dari azitromisin terhadap bakteri S. pneumoniae adalah 1,8-5,8

jam. Ikatan protein plasma menurun dari 51% (Harrison and Keam, 2007).

Azitromisin memiliki sedikit interaksi obat dan tidak bereaksi

dengan CYP3A seperti makrolida lainnya. Dosis tunggal azitromisin tidak

meningkatkan waktu protrombin pada pasien dengan terapi warfarin. Efek

samping yang paling sering terjadi biasanya pada gastrointestinal (Amrol, 2007).

Penggunaan azitromisin bersamaan dengan antasida dapat menurunkan absorbsi

dari azitromisin. Penggunaan ritonavir dan azitromisin secara bersamaan dapat

meningkatkan kadar plasma dari azitromisin. Penggunaan teofilin bersamaan

dengan azitromisin dapat meningkatkan kadar plasma dari teofilin (BPOM RI,

2008).

3.7 Obat-obat Symptomatis

3.7.1 Analgesik dan Antipiretik

Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi system saraf pusat

secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi

kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa

sakit (Siswandono dan Soekardja, 2008).

Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan

meningkatkan eliminasi panas, pada penderita dengan suhu tubuh tinggi.

Penurunan suhu tubuh merupakan hasil kerja obat pada system saraf pusat yang

melibatkan pusat control suhu di hipotalamus (Siswandono dan Soekardjo, 2008).

Berdasarkan pada kekuatan efek, mekanisme kerja dan efek samping obat-

obat yang mempunyai efek analgetik dibagi kedalam 3 golongan :

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

13

1. Analgesik mirip opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja sentral =

Analgesik narkotik = hipoanalgesik

Semua opiat atau derivat (semi)sintetiknya.

2. Analgesik yang berefek lemah hingga sedang yang terutama bekerja

perifer. Golongan ini juga mempunyai efek antipiretik dan sebagai

antirematik.

Senyawa asam, yang bekerja analgetik, antipiretik dan

antiflogistik. Contoh derivate asam salisilat (Asam Asetilsalisilat),

derivate asam arilasetat (diklofenak, Indometasin), derivate asam

aripropionat (ibuprofen)

Senyawa bukan asam, yang hanya bekerja analgetik dan

antipiretik. Contoh: anilida (Parasetamol), piralozon yang tidak

asam (Metamizol)

3. Analgesik non opioid tanpa efek antipiretik dan antiflogistik

(Schmidtz, 2009)

Analgetika lemah (sampai sedang) juga sering disebut dengan analgetika

yang bekerja perifer atau ‘kecil’, memiliki spektrum kerja farmakologi yang mirip

walaupun struktur kimianya berbeda-beda. Di samping kerja analgetik, senyawa-

senyawa ini menunjukan kerja antipiretik. Sebaliknya senyawa-senyawa ini tidak

memiliki sifat psikotropika dan sifat sedasi dari hipoanalgetika. Akibat spektrum

kerja ini, pemakaian luas dan karena itu termasuk pada bahan-bahan obat yang

paling banyak digunakan (Muntcler, 1999).

Efek samping dari penggunaan Analgesik perifer yang paling umum

adalah ganggua lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, dan

juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan

lama atau pada dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetika secara kontinu

tidak dianjurkan (Tjay, 2002).

Parasetamol

- Indikasi

Nyeri ringan sampai sedang

- Peringatan

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

14

Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginujal, ketergantungan alcohol.

- Interaksi

Antikoagulan : penggunaan parasetamol jangka panjang dapat

meningkatkan efek antikoagulan kumarin.

Hipolipidemik : absorbsi parasetamol menurun karena kolestiramin.

Metoklopramid : absorbsi parasetamol meningkat karena metoklopramid.

Sitotoksik : parasetamol dapat menghambat metabolism busulvan

intravena (monitor selama 72 jam pemberian bersama dengan

parasetamol).

- Efek samping

Jarang terjadi efek samping, tapi dilaporkan terjadi ruam kulit, kelainan

darah (termasuk trombositopenia, leucopenia, neutropenia), kerusakan hati

dan kerusakan ginjal disebabkan oleh overdosis.

- Dosis oral

Anak-anak umur 1-5 tahun 120-250 mg, 6-12 tahun 250-500 mg. Dosis ini

dapat diulangi setiap 4-6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosis

dalam 24 jam)

(BPOM RI, 2008)

3.7.2 Antiinflamasi

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di

kulit kelenjar adrenal. Kortikosteroid digunakan untuk manajemen penyakit

saluran napas yang reversible dan tidak irreversible (BPOM RI, 2008).

Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid dan

mineralkortikoid. Glukokortikoid terutama berkhasiat terhadap metabolisme

karbohidrat dan protein, tetapi juga mempengaruhi banyak efek lain, termasuk

pertukaran zat protein, pembagian lemak, dan reaksi peradangan.

Mineralkortikoid terutama mempengaruhi metabolisme garam dan air (Neal,

2006).

Kortikosteroid mempunyai efek antiinflamasi yang nyata dan banyak

digunakan untuk tujuan ini. Kortikosteroid menekan semua fase respons

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

15

inflamasi, termasuk pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, dan selanjutnya

perubahan proliferative yang tampak pada inflamasi kronis (Neal, 2006).

Metilprednisolon

Indikasi :

Supresi inflamasi dan gangguan alergi, udeme serebral dihubungkan dengan

keganasan.

Peringatan :

Overdosis atau penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan efek fisiologis

yang berlebihan sehingga menimbulkan efek samping glukokortikoid maupun

mineralkortikoid. Efek samping mineralkortikoid adalah hipertensi, retensi

natrium dan air serta kehilangan kalium. Efek samping glukokortikoid antara

lain diabetes dan osteoporosis, yang berbahaya terutama pada lanjut usia,

dapat terjadi fraktur osteoporotic pada tulang pinggul dan tulang belakang.

3.7.3 Mukolitik

Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi

viskositas sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada beberapa pasien

penyakit paru obstruktif kronis dan batuk produktif kronis (Sukandar, 2009).

Bromheksin (Bisolvon)

Indikasi :

Sebagai mukolitik untuk meredakan batuk berdahak.

Peringatan :

Hati-hati digunakan pada penderita tukak lambung dan wanita hamil terutama

pada wanita hamil tiga bulan pertama; wanita menyusui.

Interaksi :

Pemberian bersama dengan beberapa antibiotik (amoksisilin, sefuroksim,

doksisiklin) akan meningkatkan konsentrasi antibiotik.

Efek samping :

Dapat terjadi mual, diare, gangguan pencernaan, rasa penuh di perut tetapi

biasanya ringan. Pernah dilaporkan terjadi sakit kepala, vertigo, ruam kulit dan

berkeringat banyak.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

16

Dosis :

Sirup 4 mg/5mL : dewasa dan anak-anak di atas 10 tahun; 3 kali sehari 2

sendok takar (10 mL); anak-anak 5-10 tahun: 3 kali sehari 1 sendok takar (5

mL); anak-anak 2-5 tahun : 2 kali sehari 1 sendok takar (5 mL).

Tablet 8 mg : dewasa dan anak-anak diatas 10 tahun : 1 tablet 3 kali sehari;

anak-anak 5-10 tahun : ½ tablet 3 kali sehari ; anak-anak 2-5 tahun : ½ tablet 2

kali sehari.

(BPOM RI, 2008)

Resorpsi :

Dari usus baik, mulai kerjanya per oral sesudah k.l 5 jam, sedangkan sebagai

inhalasi sesudah 15 menit (Tjay, 2002).

3.7.4 Dekongestan

Efedrin merupakan salah satu derivate adrenalin dimana memiliki efek

sentral yang lebih kuat dengan efek bronkodilatasi yang lebih ringan dan bertahan

lama (4 jam). Dekongestan topical dan sistemik merupakan zat simpatomimetik

yang bekerja pada reseptor adrenergic pada mukosa hidung menyebabkan

vasokontriksi, menciutkan mukosa yang membengkak dan memperbaiki ventilasi

(Sukandar, 2009).

Efedrin HCl

Indikasi :

Kongesti nasal

Peringatan :

Hindari pemakaian berlebihan atau berkepanjangan, hati-hati pada bayi

berusia di bawah 3 bulan (bukti kemanfaatan belum tersedia-bila timbul iritasi,

jalan nasal dapat menyempit)

Efek samping :

Iritasi setempat, mual, sakit kepala, setelah penggunaan berlebihan terjadi

toleransi, efek menghilangkongesti berulang, juga dilaporkan efek pada

kardiovaskuler.

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

17

Cara penggunaan :

Beri 1-2 tetes ke dalam tiap lubang hidung sampai 3-4 kali per hari bila

dibutuhkan.

(BPOM RI, 2008)

3.8 Pengobatan yang Rasional

Pengobatan rasional didefinisikan sebagai penerimaan obat-obatan yang

sesuai dengan kebutuhan klinik pasien, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan

individu mereka sendiri, untuk periode waktu yang memadai, dan pada harga yang

terendah untuk mereka dan masyarakatnya (World Health Organization, 1987).

Proses pengobatan rasional secara umum terdiri dari serangkaian tahap,

yaitu : menentukan masalah yang dihadapi penderita; menentukan tujuan terapi;

mengevaluasi kesesuaian pengobatan secara individual; memulai pengobatan;

memberikan informasi, instruksi, dan kewaspadaan; serta melakukan monitoring

dan menghentikan pengobatan (Sastramiharja, 1997).

3.9 Pemantauan Terapi Pengobatan

Pelayanan apotek saat ini harus berubah orientasi dari drug oriented

menjadi patient oriented dengan berasaskan pharmaceutical care. Kegiatan

pelayanan farmasi yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai

komoditi harus diubah menjadi pelayanan yang komprehensif dan bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian

(Pharmaceutical care) (Handayani, 2009).

Follow up merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian untuk

melihat efektivitas dari terapi pengobatan. Untuk memastikan tercapainya tujuan

dari terapi, farmasis perlu untuk memantau perkembangan pasien. Informasi yang

farmasis perlukan untuk menilai efektivitas dari terapi selama follow up, antara

lain: efikasi terapetik dari terapi obat, keamanan terapi obat, interaksi obat,

kepatuhan pasien (Rovers, 2003).

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

18

Kriteria penggunaan obat dapat didasarkan pada parameter – parameter

seperti : indikasi pemakaian, daily dose, dan lama terapi. Kriteria lainnya yang

mungkin dicantumkan untuk poor drug prescribing yaitu : kegagalan untuk

memilih obat yang lebih efektif atau kurang berbahaya jika tersedia, penggunaan

kombinasi obat yang telah ditetapkan dimana hanya salah satu dari obat tersebut

yang sesuai, atau penggunaan obat yang mahal ketika obat yang sejenis dengan

harga yang lebih murah tersedia (Lee dan Bergman, 2000).

3.10 Biaya Medis

Farmakoekonomi didefinisikan sebagai gambaran dan analisis biaya obat

yang digunakan sebagai terapi dalam sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat.

Penelitian farmakoekonomi mengidentifikasi, mengukur, membandingkan biaya

dan konsekuensi penggunaan produk dan jasa bahan farmasi (Bootman et al.,

1996).

Dalam konsep farmakoekonomi, biaya terdiri dari biaya langsung, biaya

tidak langsung, dan biaya tak teraba. Biaya langsung melibatkan transfer uang,

ada pertukaran uang untuk penggunaan sumber, biaya yang dibayarkan secara

langsung oleh health service. Biaya langsung terdiri dari biaya medis dan biaya

non medis. Biaya medis langsung (direct medical cost) adalah biaya yang

dikeluarkan untuk terapi penyakit, meliputi biaya tinggal di rumah sakit, biaya

medis, biaya tes diagnostic, biaya perbekalan farmasi, dan biaya akibat adverse

event. Contoh biaya non medis adalah transportasi dan konsumsi keluarga pasien.

Pada biaya tak langsung tidak ada pertukaran uang secara langsung, merupakan

biaya yang ditanggung oleh pasien atau keluarganya atau masyarakat. Biaya tidak

langsung suatu penyakit (Indirect cost of an illness) adalah nilai waktu yang

hilang selama berlangsungnya sakit atau episode penyakit. Biaya tidak langsung

(indirect cost) merupakan biaya akibat perubahan kapasitas produksi karena

adanya intervensi atau sakit yang diderita, contohnya adalah hari kerja yang

berkurang dan hilang/hilangnya produktivitas. Biaya tak teraba (intangible cost)

adalah biaya yang tidak dapat diukur seperti kegelisahan, kenyerian, atau

kecemasan penderita (Bootman et al, 1999).

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan mengenai kesembuhan dan kepatuhan dari pasien pediatri

faringitis bakterial yang menggunakan azitromisin dosisi tunggal dan menjalani

rawat jalan serta kesembuhan pasien pediatri faringitis setelah menjalani

pengobatan dengan azitromisin dosis tunggal. Pengumpulan data dilakukan secara

prospektif dimana penelitian ini memperoleh data dengan cara memantau pasien

semenjak awal pasien mendapat pemeriksaan hingga pasien check up kembali ke

dokter.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan cohort prospektif

dimana pasien yang diberikan terapi azitromisin dosisi tunggal kemudian di

follow up sampai terjadi efek kesembuhan.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Apotek “X” dengan bekerja sama dengan

dokter anak “Y” dan apoteker di Apotek “X”. Penelitian ini dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari Lembaga Penelitian Komite Etik Universitas Udayana.

4.3 Bahan dan Peralatan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, rapid

diagnostic test Strep A (Quick Vue Strep A Test ; Quidel), protap dan inform

consent. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pasien pediatri penderita

faringitis yang merupakan subjek penelitian dengan proses pemilihan melalui

penentuan populasi dan sampel penelitian.

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

20

4.4 Subjek Penelitian

4.4.1 Populasi

Populasi umum atau populasi target adalah keseluruhan subyek yang

diteliti dimana hasil penelitian akan diterapkan kelak (Sastroamoro dan Ismael,

2002). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pediatri

penderita faringitis yang menggunakan azitromisin dosis tunggal. Populasi

terjangkau adalah kelompok subjek yang dapat dijangkau oleh peneliti

(Sastroamoro dan Ismael, 2002). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien pediatri penderita faringitis yang menjalani pengobatan pada dokter

anak “Y” di apotek “X” kota Denpasar yang mendapatkan terapi azitromisin.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang

dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Z2 x P x Q

n = ...........................................(i) d2

Keterangan: n = besarnya sampel P = proporsi penyakit atau keadaan yang dikehendaki, P = 0,5 Q = 1 – P Z = desiat baku normal = 1,96 d = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi Perhitungan Besar Sampel

Karena besar populasi (N) tidak diketahui, maka rumus yang digunakan ialah :

(Sastroasmoro dan Ismael, 2002)

dimana : P = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari = 0,50

Q = (1-P) = (1-0,05) = 0,05 = desiat baku normal = 1,96

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

21

d = limit dari error atau presisi absolute

Keterangan: n = besarnya sampel P = prevalensi penyakit atau keadaan yang dikehendaki, P = 0,08 Q = 1 – P Z = desiat baku normal = 1,96 d = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi, dimana d = 0,15

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 13 pasien pediatri penderita faringitis yang menjalani

pengobatan pada dokter anak “Y” di apotek “X” kota Denpasar dan dokter anak

“Z” di Ubud yang memenuhi kriteria inklusi. Metode pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah consecutive sampling di mana setiap subyek yang datang dan

memenuhi kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah subyek

yang diperlukan memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Metode consecutive

sampling digunakan dalam penelitian ini karena metode ini merupakan metode

nonprobability sampling yang terbaik (Dahlan, 2009).

4.4.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

22

1. Pasien faringitis pediatri yang berumur 2-10 tahun.

2. Pasien yang pertama kali terdiagnosis faringitis di dokter anak ‘Y’ dan ‘Z”

di apotek ‘X’ kota denpasar dan di apotek ‘Q’ di Ubud dan memperoleh

terapi azitromisin.

3. Pasien yang memberikan hasil positif setelah dilakukan swab tenggorokan

dengan rapid diagnostik test.

4. Pasien yang tidak mengkonsumsi antibiotik lain minimal 1 minggu

sebelum meminum obat dari dokter.

5. Pasien yang setuju untuk mengikuti penelitian ini dengan menandatangani

informed conscent.

4.4.4 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dari penelitian ini meliputi :

1. Pasien tidak menjalankan check-up pada hari ke-4 setelah melakukan

pengobatan ke dokter ‘Y’ di apotek ‘X’.

2. Pasien dengan indikasi faringitis yang disertai dengan adanya penyakit

lain.

3. Pasien yang datang ke dokter lain selain dokter ‘Y’ selama dalam rentang

pengobatan.

4. Pasien yang tidak dapat dipantau.

4.4.5 Batasan Operasional

Adapun batasan-batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang

tenggorokan atau faring.

2. Pasien adalah pasien pediatrik yang berumur 2-10 tahun dan

terdiagnosis faringitis pertama kali oleh dokter ‘X’.

3. Azitromisin yang diresepkan adalah azitromisin dengan bentuk sediaan

sirup single dose yang merupakan produk inovator pabrik ‘Z’.

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

23

4. Pasien yang mengikuti penelitian ini hanya pasien yang memberikan

hasil positif setelah dilakukan swab tenggorokan dengan rapid

diagnostik test.

5. Dokter anak ‘Y’,’Z” merupakan dokter spesialis anak yang membuka

praktek di apotek ‘X’ kota denpasar, apotek ‘Q’di Ubud

6. Apoteker merupakan apoteker yang melakukan praktek kefarmasian

pada Apotek ‘X’ kota denpasar dan apotek ‘Q’ di Ubud.

7. Pasien sembuh apabila warna membran mukosa tidak merah, keadaan

tonsil normal kembali yaitu tidak merah dan tidak bengkak pada saat

check up ke dokter.

8. Biaya adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh pasien untuk

mendapatkan pelayanan.

9. Obat adalah semua semua obat yang diresepkan oleh dokter ‘X’

kepada pasien faringitis dan digunakan sebagai terapi.

10. Biaya pengobatan adalah seluruh biaya yang harus dibayarkan oleh

pasien meliputi biaya antibiotik, biaya non antibiotik, biaya dokter,

biaya laboratorium, dan biaya administrasi.

11. Biaya antibiotika adalah seluruh uang yang harus dibayarkan oleh

pasien untuk mendapatkan azitromisin.

12. Biaya non antibiotik adalah seluruh uang yang harus dibayarkan pasien

untuk mendapatkan obat selain antibiotik.

13. Biaya dokter adalah seluruh uang yang harus dibayarkan oleh pasien

untuk mendapatkan diagnosis dari dokter.

14. Biaya laboratorium adalah seluruh uang yang harus dibayarkan oleh

pasien karena mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan dari

laboratorium untuk lebih memperjelas dan memastikan diagnosis dari

dokter.

15. Pasien rawat jalan ialah pasien yang mendapatkan terapi dan diagnosis

dari dokter tanpa harus menginap di rumah sakit (opname).

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

24

16. Inform conscent adalah surat persetujuan pasien pediatric penderita

faringitis untuk mengikuti penelitian yang ditandatangani oleh

keluarga pasien.

4.4.6 Prosedur Penelitian

Setelah melakukan perijinan, kemudian dilakukan pengambilan sampel

dan perlakuan sampel. Berikut adalah bagan alur kerja penelitian :

Gambar 4.1. Alur Kerja Penelitian

Data Pasien 1. Nama 2. Jenis

Kelamin 3. Umur 4. Berat Badan

Memenuhi kriteria inklusi

Pengolahan data

Kesimpulan

Sampel

Pasien datang ke praktek dokter anak “Y” (populasi)

Keluar Tidak

Data Pengobatan 5. Riwayat

pengobatan 6. Antibiotika 7. Obat non

antibiotika

Data Pemantauan 1. Waktu pemberian 2. Dosis pemberian 3. Obat lain yang

digunakan bersamaan azitromisin

4. Efek samping

Data Kesembuhan 1. Keadaan tonsil 2. Warna tonsil 3. Warna

membran mukosa

4. Hasil swab dengan strep test

Data Biaya 1. Biaya

antibiotik 2. Biaya non-

antibiotik 3. Biaya

administrasi 4. Biaya dokter

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

25

Gambar 4.2. Alur Perlakuan Sampel

Pasien

Diperiksa oleh dokter anak “Y”

Diagnosa dengan strep test

Memenuhi kriteria inklusi

Pemantauan selama 3 hari

Hari ke-4 pasien datang untuk kontrol, diperiksa oleh dokter anak “Y” di apotek “X” Kota Denpasar

Hasil negatif

Keluar

Sembuh Tidak Sembuh

Tidak dapat dipantau

Keluar

Keluar

Tidak datang

Hasil positif

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

26

4.4.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.4.7.1 Pengumpulan data

7.1.1 Data Pemantauan Penggunaan Azitromisin

Tabel 3.1 Pemantauan Penggunaan Azitromisin

No. Identitas Pasien Pemantauan Hari 1-3

N U BB JK WP DP ES O M

Keterangan: N = Nama U = Umur BB = Berat Badan JK = Jenis Kelamin WP = Waktu Pemberian DP = Dosis Pemberian ES = Efek Samping

O = Obat lain yang digunakan bersamaan dengan azitromisin M = Makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan azitromisin.

7.1.2 Data Efektifitas Terapi

Tabel 3.2 Perkembangan Pasien

No. Nama

Pasien

Parameter Kesimpulan

WMM WT KT HS S TS

Jumlah Pasien Sembuh Keterangan: WMM = Warna Membran Mukosa

WT = Warna Tonsil KT = Keadaan Tonsil HS =Hasil Swab dengan Strep Test

S = Sembuh TS = Tidak Sembuh

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

27

4.4.7.2 Data Biaya Pengobatan

Tabel 3.3 Biaya Pengobatan yang Dikeluarkan Pasien

No. Nama Pasien Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung

D Ad AB NAB Transportasi

Jumlah

Keterangan: D = Biaya Dokter Ad = Biaya Administrasi AB = Biaya Antibiotika NAB = Biaya Non antibiotika

4.4.8. Pengolahan data

Data yang diperoleh pada lembar pengumpulan data dijelaskan secara

deskriptif kuantitatif dan dibandingkan dengan jurnal yang telah ada sebelumnya.

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel pada pasien pediatrik

dengan faringitis. Pengambilan data dilakukan mulai Maret – Oktober 2012

Selama penelitian terdapat 102 pasien anak dengan faringitis dan berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh 13 pasien sebagai sampel penelitia di

Rumah Sakit Wangaya, Rumah Sakit Sanjiwani, Tempat Praktek dr S., dan

Tempat Praktek dr T. Penelitian ini merupakan Multi Center. Sebelum dilakukan

penelitian, telah dilakukan pertemuan mengenai batasan operasional yang

berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik

Rumah Sakit Sanglah – Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar Bali

dan mendapatkan persetujuan Laik Etik.

5.1 Hasil Pemeriksaan dengan Rapid Test Strep A

Selama penelitian didapatkan 102 pasien anak dengan faringitis yang

kemudian dilakukan pemeriksaan dengan Rapid Test Strep A. Hasil

pemeriksaannya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

29

Tabel 5.1. Hasil Pemeriksaan dengan Rapid Test Strep A

Daerah Hasil Pemeriksaan dengan Rapid Test Strep A Positif Negatif

Denpasar 0 14 Gianyar 15 73 TOTAL 15 87 5.2 Karakteristik Sampel Penelitian

Data karakteristik pasien secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 5.2. Ringkasan data demografi 15 pasien berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Karakteristik Pasien Jumlah (orang) Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

10

5

Usia 2

3

4

5 6

7 8

9 10

11 12

4

2

4

3 1

- -

1 -

- -

Berat Badan (kg) 11,0-15,0 15,1-20,0

20,1-25,0 25,0-30,0

6 4

3 2

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

30

5.3 Penggunaan Obat Pada Anak dengan Faringitis

Macam terapi obat yang digunakan pasien Faringitis sesuai dengan

manifestasi klinik yang dialami pasien tersebut. Banyaknya jenis obat yang

digunakan oleh pasien Faringitis berdasarkan indikasinya dapat dilihat pada tabel

4.3

Tabel 5.3 Penggunaan obat pada pasien Faringitis Steptococus A berdasarkan indikasinya.

Indikasi/kelas obat Jenis Frekuensi

Antibiotika Makrolida

Azithromicin

15

Analgesik-Antipiretik Nonopioid

Parasetamol

8

Nonsteroid (NSAIDs)

Ibuprofen

5

Antiinflamasi Steroid

Dexamethason

Batuk Mukolitik

Ambroxol

Bromhexin

8

2

Anti Tusif

Dextrometorphan

Pipazetate HCl

3

2

Sedasi Barbiturat

Phenobarbital

2

Vitamin Vitamin C 3

Muktivitamin 2

Perangsang nafsu makan Curcuma 2

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

31

Keterangan :

- setiap pasien dapat menerima lebih dari satu jenis obat. - Frekuensi menunjukkan banyaknya pasien yang menggunakan obat

tersebut.

5.4. Efektifitas Dosis Azithromycin yang Diberikan

Pasien mendapatkan regimen dosis yang bervariasi yaitu dalam rentang

29,09 – 30,51/mg kg BB hal ini terkait dengan pembulatan dalam mililiter (ml)

untuk kemudahan dalam pemberian sediaan syrup pada pasien, dimana dengan

dosis tersebut dapat memberikan hasil yang diharapkan (Tabel 4.5 dan 4.6.).

Tabel 5.4. Efektifitas Regimen Dosis Azithromicin yang Diterima Pasien

Identitas

Pasien

U BB Aturan pakai

Dosis

Padapasien

Dosis literatur

(30mg/kg BB maks 1500 mg)

Keterangan

mg/ kgBB (mg)

(ml) mg/

kg BB

(mg)

Ml Do E

A 2 11,0 Dosis tunggal*

29,09

(320)

8,00 30,00 8,25

(330)

< S

B 4 16,5 Dosis tunggal*

29,09

(480)

12,00 30,00 12,37

(495)

< S

C 4 16,0 Dosis tunggal*

30,00

(480)

12,00 30,00 12,00

(480)

= S

D 3 13,0 Dosis tunggal*

29,23

(380)

9,50 30,00 9,75

(390)

< S

E 9 28,5 Dosis tunggal*

29,47 21,00 30,00 21,37 < S

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

32

(840) (855)

F 2 12,0 Dosis tunggal*

30,00

(360)

9,00 30,00 9,00

(360)

= S

G 6 26,0 Dosis tunggal*

30,00

(780)

19,50 30,00 19,50

(780)

= S

H 5 24,0 Dosis tunggal*

30,00

(720)

18,00 30,00 18,00

(720)

= S

I 3 13,0 Dosis tunggal*

29,23

(380)

9,50 30,00 9,75

(390)

< S

J 5 23,0 Dosis tunggal*

29,57

(680)

17,00 30,00 17,25

(690)

< S

K 4 19,0 Dosis tunggal*

29,47

(560)

14,00 30,00 14,25

(570)

< S

L 2 11,8 Dosis tunggal*

30,51

(360)

9,00 30,00 8,85

(354)

= S

M 4 17,0 Dosis tunggal*

29,41

(500)

12,50 30,00 12,75

(510)

< S

N 5 25,0 Dosis tunggal*

29,60

(740)

18,50 30,00 18,75

(750)

< S

O 2 12,0 Dosis tunggal*

30,00

(360)

9,00 30,00 9,00

(360)

= S

Rentang dosis 29,09 -30,51 mg/kg BB

30 mg/ kg BB

Maks. 1500 mg

Total Pasien = :6

<: 9

15

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

33

Keterangan :

- U : umur (tahun) - BB : berat badan (kg) - * : dosis tunggal yaitu diberikan pada hari ke-0 - Do : dosis pasien dibandingkan dengan dosis pustaka - E: efektifitas

dosis regimen yang diberikan o > : lebih dari dosis pustaka S: Sembuh o = : dalam rentang terapi T : Tidak

Sembuh o < : kurang dari dosis pustaka

Tabel 5.5. Ringkasan Efektifitas Terapi yang Diterima Pasien dan Keluhan yang Dirasakan Pasien

No.

Identitas Pasien

Parameter Kesimpulan Keadaan saat pasien kontrol WT KT Sembuh

Tidak Sembuh

1. A

Hari 0

√ Hari

0 √

Panas, batuk dan sakit

tenggorokan pasien sudah hilang, pilek masih ada

namun sudah berkurang

Hari 3

- Hari

3 -

2. B

Hari 0

√ Hari

0 √

Batuk dan pilek pada pasien masih ada

namun sudah berkurang.

Pasien tidak lagi mengalami

gangguan makan.

Hari 3

- Hari

3 -

3. C

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan Hari

3 -

Hari 3

-

4. D Hari

0 √

Hari 0

√ √

Tidak ada keluhan

Hari - Hari -

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

34

3 3

5. E

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan Hari

3 -

Hari 3

-

6. F

Hari 0

√ Hari 0

√ √

Tidak ada keluhan Hari

3 -

Hari 3

-

7. G

Hari 0

√ Hari

0 √

Pilek pada pasien masih ada namun

sudah berkurang.

Keluhan panas dan batuk sudah

tidak ada.

Hari 3

- Hari

3 -

8. H

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan. Hari

3 -

Hari 3

-

Lanjutan -Tabel 5.5. Ringkasan Efektifitas Terapi yang Diterima Pasien dan Keluhan yang Dirasakan Pasien

No. Identitas Pasien

Parameter Kesimpulan Keadaan saat pasien kontrol WT KT Sembuh

Tidak Sembuh

9. I

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan Hari

3 -

Hari 3

-

10. J

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan Hari

3 -

Hari 3

-

11. K Hari

0 √

Hari 0

√ √ Tidak ada keluhan

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

35

Hari 3

- Hari

3 -

12. L

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan Hari

3 -

Hari 3

-

13. M

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan. Hari

3 -

Hari 3

-

14. N

Hari 0

√ Hari

0 √

√ Tidak ada keluhan Hari

3 -

Hari 3

-

15. O Hari

0 √

Hari 0

√ √ Pilek tetapi berkurang

5.5. Interaksi Obat

Tabel 5.6. Interaksi Obat selama Terapi pada Pasien Pediatrik Faringitis Steptococus A

No Interaksi Obat Keteranagn

1 Phenobarbital – Paracetamol

Menurunkan efektifitas dari paracetamol dan meningkatkan resiko hepatotoksik

2 Phenobarbital – Chlorpheniramine maletae

Meningkatkan efek CNS depresant

5.6. Penyakit yang menyertai

Hasil penelitian menunjukkan penyakit penyerta yang paling banyak

adalah pilek dengan jumlah pasien 7 orang. Penyakit penyerta pada pasien anak

dengan Faringitis dapat dilihat pada tabel 4.6.

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

36

Tabel 5.7. Macam Penyakit Penyerta Pada Pasien Faringitis Steptococus A

No. Macam penyakit penyerta Frekuensi Prosentasi (%)

1

2

Pilek

Sesak napas

7

1

Keterangan :

- Prosentase dihitung berdasarkan jumlah sampel penelitian yaitu 15 pasien.

5.7. Terapi untuk penyakit penyerta

5.7.1 Pilek

Tabel 5.8. Jenis Obat yang Digunakan untuk Indikasi Pilek

Indikasi/kelas obat Jenis Frekuensi

Nasal Congestion/ Adrenergic Agonist

Pseudoephedrine

4

Anti histamin Chlor Pheniramine Maleat

Triprolidine

4

1

5.7.2 Sesak napas

Tabel 5.9. Jenis Obat yang Digunakan untuk Indikasi Sesak Napas

Indikasi/kelas obat Jenis Frekuensi

Broncodilator/

Adrenergic Agonist

Terbutaline Sulfate

1

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

37

5.8 Efek samping Obat (ESO)

Tabel 5.10. Efek Samping Obat (ESO) Pada Pasien Faringitis Steptococus A

Jenis ESO Jumlah Pasien Obat penginduksi ESO

Diare 0 Azithromicin

Mual 0 Azithromicin

Muntah 0 Azithromicin

Abdominal Pain 0 Azithromicin

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

5.9 Biaya Tabel 5.11. Biaya Terkait dengan Terapi Pada Pasien Anak dengan Faringitis Steptococus A

Nama Biaya

Obat&peracikan Biaya

Dokter Biaya Strep

Test BIAYA

LANGSUNG Biaya

Transportasi Total

A 100.500 50.000 50.000 200.500 0 200.500 B 104.900 50.000 50.000 204.900 28.000 232.900 C 99.000 50.000 50.000 199.000 3.500 202.500 D 94.100 50.000 50.000 194.100 3.000 197.100 E 99.400 50.000 50.000 199.400 11.000 210.400 F 108.300 50.000 50.000 208.300 10.000 218.300 G 118.400 50.000 50.000 218.400 11.000 229.400 H 129.400 50.000 50.000 229.400 4.500 233.900 I 107.100 50.000 50.000 207.100 4.000 211.100 J 93.100 50.000 50.000 193.100 4.500 197.600 K 109.100 50.000 50.000 209.100 2.500 211.600 L 110.500 50.000 50.000 210.500 2.500 213.000 M 115.500 50.000 50.000 215.500 3.375 218.875 N 116.600 50.000 50.000 216.600 1.350 217.950

TOTAL 1.505.900 2.905.900 2.995.125 RATA-RATA 200.787 387.453 399.350

38

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

39

BAB VI

PEMBAHASAN

Faringitis dan tonsilitis akut merupakan awal keadaan infeksi dari ISPA.

Anak-anak usia 5 sampai 15 tahun merupakan usia yang paling rentan terinfeksi

penyakit faringitis (Dipiro, 2008). Steptococus grup A adalah bakteri yang paling

banyak ditemukan sebagai penyebab Faringitis (Malino, 2012; Casey and

Pichichero, 2005).

Penelitian ini merupakan Multi Center. Sebelum dilakukan penelitian,

telah dilakukan pertemuan mengenai batasan operasional yang berkaitan dengan

penelitian ini, sehingga didapatkan persepsi yang sama antar klinisi mengenai

penatalaksanaan terapi untuk pengobatan Faringitis pada anak.

Pada pengambilan data yang dilakukan pada bulan Maret-Oktober 2012,

terdapat 102 pasien anak dengan faringitis. Kultur dari swab tenggorokan adalah

gold standar dalam penegakan diagnosa faringitis akut Streptococcus grup A.

Namun, di Indonesia hal ini memerlukan waktu yang lam, terkait dengan

ketidaktersediaan fasilitas kesehatan dan biaya yang mahal (Malino, 2012).

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan

menggunakan diagnostik tes sesuai dengan Kriteria McIsaac dalam mendiagnosa

Group-A β-hemolytic Streptococcus (GABHS) pada anaka dengan akut faringitis

(sensitifitas 66,7%) atau menggunakan rapid test (RADT) dengan strep test pada

tenggorokan, dimana uji ini memiliki sensitifitas sebesar 90-95% (Malino, 2012;

Choby, 2009).

Pada keseluruhan 102 pasien dengan faringitis dilakukan pemeriksaan strep

test. Pada penelitian ini cukup sulit untuk mendapatkan pasien yang positif

terhadap step test. Hal ini mengingat prevalensi yang rendah dibandingkan data di

luar Indonesia tentang jumlah penderita faringitis yang disebabkan oleh

Steptococus grup A. Prevalensi bisa berbeda bedasarkan temapat dan periode

waktu. McIsaac menyebutkan insiden bahwa pada tahun 2000 di Canada adalah

17.0%, sedangkan pada tahun 2004 menjadi 29.0%. Jain menyatakan di India

tahun 2008 adalah 12.6% . Di Indonesia sendiri ditemukan bahwa insidennya

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

40

adalah relatif lebih rendah dibandingkan negara lain yaitu: Jakarta Pusat 6.1%,

Yogyakarta 10,2%, dan di Denpasar 7,9% (Malino, 2012; Pusponegoro HD., 2010;

Gitawati R, 2009; Jain, 2008; McIsaac, 2004; Ross, 1971).

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh 13 pasien sebagai sampel

penelitia di Rumah Sakit Wangaya (Denpasar), Rumah Sakit Sanjiwani (Gianyar),

Tempat Praktek dr S (Denpasar)., dan Tempat Praktek dr T (Gianyar). Pada

penelitian ini ditemukan bahwa penderita faringitis akut yang disebabkan

Steptococus A adalah lebih banyak pada anak laki-laki (10 orang) dibandingkan

dengan anak perembuan (5 orang) yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. Hal ini sama

dengan penelitian sebelumnya di Indonesia (Malino, 2012; Jurianti, 2008).

Namun pada beberpa penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara laki-laki dan perempuan terkait dengan insiden faringitis

akut yang disebabkan oleh GABHS (Steinhoff MC, 2004).

Pada penelitian ini, faringitis akut lebih banyak terjadi pada usia 2-5 tahun

(Tabel 4.2). Hal ini hampir sama dengan studi sebelumnya yang ada di denpasar

yaitu pada usia 3-6 tahum, dan di India, pada usia 4-6 tahun (Malino, 2012; Jain

2008). Pada penelitian lain menunjukkan bahwa Faringitis akut yang disebabkan

Steptococcus A dapat terjadi pada semua usis, terutama pada usia sekolah yaitu 5-

11 tahun. Hal ini kemungkinan resiko transmisi yang tinggi dari anak satu ke anak

yang lain (Steinhoff, 2004; Tanz, 2004)

Pasien anak dengan Faringitis Streptococcus A mendapatkan terapi

antibiotika yaitu Azithromycin dan obat simptomatis lain sesuai dengan

manifestasi kliniknya (Tabel 4.3), yaitu analgesik antipirek ( Paracetamol dan

Ibuprofen), antiinflmasi (Dexamethason), mukolitik (Ambroxol dan

Bromhexine), dan anti tusif (Dextromethorpan dan Pipazetate HCl), Sedatif

(Phenobarbital), dan Vitamin (Vitamin C tunggal dan Multivitamin). Pasien bisa

mendapatkan lebih dari satu macam obat sesuai dengan gejala yang diderita.

Frekuensi obat yang paling banyak digunakan adalah analgesik – antipiretik (13

dari 15 pasien). Hal ini sesuai dengan literatur bahwa panas dan riwayat terjadinya

panas lebih dari 38°C adalah gejala yang paling sering ditemui pada faringlitis

akut ( Malino, 2012; Tanz, 2004).

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

41

Pada terapi azithromicin, panduan pustaka dosis tunggal (single dose) yang

digunakan adalah sama dengan dosis tunggal pada anak dengan otitis media yaitu

30 mg/kg BB, maksimum 1500 g (Iannelli, 2008, Charles F.L, 2005). Pasien

mendapatkan terapi azithromicin pada hari ke-0. Pasien mendapatkan regimen

dosis yang bervariasi yaitu dalam rentang 29,09 – 30,51/mg kg BB hal ini terkait

dengan pembulatan dalam mili liter (ml) untuk kemudahan dalam pemberian

sediaan syrup pada pasien, dimana dengan dosis tersebut dapat memberikan hasil

yang diharapkan yaitu keseluruhan 15 pasien adalah sembuh yaitu warna

membran mukosa tidak merah, keadaan tonsil normal kembali yaitu tidak merah

dan tidak bengkak pada saat periksa kembali (check up) ke dokter pada hari ke-3

terapi (Tabel 4.5 dan 4.6.). Dosis yang kurang dari 30 mg/kg BB adalah pada 9

orang pasien, tetapi dosis yang diberikan pada pasien tersebut tetap memberikan

kesembuhan. Hal ini karena kemungkinan masih dalam rentang terapetik yang

diharapkan dalam mengeradikasi bakteri tersebut.

Disebukan bahwa parameter farmakokinetika dan farmakodinamika

(PKPD) yang efektif dalam mengeradikasi bakteri patogen adalah rasio 24-jam

AUC/MIC adalah 25 -30 (Craig, 2012,Kiffer, 2011). Azithromicin merupakan

antibiotik yang mempunyai sifat time-dependent killing dan prolong persistent

effects. Time dependent killing mengindikasikan bahwa konsentrasi yang terlalu

tinggi tidak dapat membunuh organisme lebih cepat, dan cara untuk

meningkatkan eradikasi duman adalah menjaga konsentrasi obat yang adekuat

pada daerah terinfeksi pada waktu yang lama, selain itu azithomicin mempunyai

efek persisten yang lama dimana dalapat menjaga durasi dari aktivitasnya,

sehingga AUC (Area Under Curve) adalah menjadi parameter yang berkorelasi

dengan efektifitasnya(Craig, 2012). Nilai MIC untuk Steptococus pyogenes yang

termasuk dalam Steptococus grup A yang merupakan bakteri penyebab

terbanyak untuk kasus tonsilopharingitis adalah dalam rentang 0,125 -2 g/ml

dengan MIC90 adalah 0,25 g/ml (Chifci, 2003). Sedangkan rentang nilai MIC

untuk Streptococus A pada pasien pediatrik dengan faringitis pada pasien ini

belum diketahui, demikian juga nilai rasio 24-jam AUC untuk populasi pasien ini

belum diketahui. Dari data klinis tersebut diatas dapat diketahui bahwa dalam

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

42

rentang dosis tunggal azithromicin29,09 – 30,51 mg/kg BB pasien menunjukkan

kesembuhan, hal ini kemungkinan dosis regimen tersebut masuk dalam rentang

rasio 24-jam AUC azithromicin/MIC Steptococus grup A adalah 25 -30 sehingga bisa

mengeradikasi bakteri Streptococus grup A.

Pada literatur disebutkan bahwa efek samping obat yang sering terjadi

akibat pemberian azithromicin adalah diare, mual, muntah, dan nyeri pada daerah

abdomen (Charles F.L, 2005). Pada sampel ini, tidak ditemukan efek samping

akibat penggunaan obat tersebut, dimana hal ini dilihat dari hasil pemantauan

keluhan dan gejala klinis yang dirasakan pasien dari hari ke-0 hingga hari ke-3

terapi.

Dalam analisa interaksi obat, terdapat dua interaksi yaitu antara

Paracetamol dengan Phenobarbital, dan Chlorpheniramine maleate (CTM) dengan

Phenobarbital. Pada interaksi antara paracetamol dengan phenobarbital,

disebutkan bahwa phenobarbital dapat meningkatkan metabolisme dari

paracetamol, dimana dapat menurunkan efektifitas dari paracetamol dan

meningkatkan resiko hepatotoksik. Hal ini terutama terjadi pada penggunaan

paracetamol dosis tinggi dan jangka lama. Pada penelitian ini, paracetamol hanya

dipaka jika perlu (jika panas), dalam rentang dosis standar, dan dalam jangka

waktu yang singkat. Meskipun demikian pada pasien yang menggunakan

kombinasi paracetamol dan phenobarbital, tetap dilakukan monitoring terapi

terhadap efektifitas paracetamol dan resiko terjadinya hepatotoksik (gejala antara

lain : mual, muntah, nyeri abdomen, kehilangan nafsu makan, diare, ras kelelahan,

lemah, jaundice, sklera mata kuning, kulit kekuningan, pembesaran liver,

abnormal test fungsi liver, pembengkakan pada kaki, peningkatan berat badan

akibat retensi air, perpanjangan waktu perdarahan). Pada pasien, dengan dosis

yang ada dapat menunjukkan efektifitas sebagai antipiretik dan dengan

pemeriksaan data klinik tidak ditemukan tanda-tanda hepatotoksik. Sedangkan

pada interaksi antara CTM dan penobarbital adalah efek CNS depresan dapat

meningkat dengan penggunaan kedua obat ini yang mempunyai efek yang sama.

Untuk itu perlu dilakukan monitoring terhadap efek yang tidak diinginkan antara

lain seperti : drowsiness, depresi saluran napas, dan lemah. Pada pemantauan

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

43

pada pasien yang menggunakan obat CTM dan phenobarbital, tidak menunjukkan

efek yang tidak diinginkan tersebut (Charles F.L, 2005).

Data biaya yang dikumpulkan dari seluruh sampel dalam penelitian ini

adalah meliputi biaya langsung yang maskudnya dalah biaya yang berkaitan

langsung dengan pengobatan yang meliputi: biaya azithromisin, biaya obat non

antibiotika baik racikan maupun dalam bentuk sediaan tunggal, biaya dokter,

biaya administrasi dan biaya alat strep test dan biaya tidak langusng yaitu biaya

yang dikeluarkan oleh pasien yang secara tidak langsung mempengaruhi biaya

untuk mencapai kesembuhan pasien faringitis. Dari data yang diperoleh

didapatkan bahwa biaya untuk obat dan peracikan yang tertinggi adalah sebesar

Rp. 129.400,00 dan yang terendah adalah Rp. 93.100,00. Biaya transportasi yang

dikeluarkan oleh pasien yang tertinggi adalah Rp 28.000,00 dangan jarak tempuh

terjauh yaitu berjarak 74 km dari rumah psien tersebut ke tempat praktek dokter,

terdapat pula satu pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya transport karena

letak rumah pasien tersebut di depan tempat praktek dokter sehingga biaya

transport yang dikeluarkan adalah Rp.0. Seluruh pasien tidak ada satupun yang

membayar biaya administrasi dan membayar dengan harga yang sama untuk biaya

dokter dan biaya alat strep test yang digunakan yaitu masing-masing sebesar

Rp.50.000, 00. Biaya langsung rata-rata yang dikeluarkan oleh pasien adalah

Rp.387.453,00 dan biaya tidak langsung rata-rata yang dikeluarkan oleh pasien

adalah Rp.399.350,00.

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

44

BAB VII

KESIMPULAN

1. Azithromicin diberikan dengan dosis tunggal dalam rentang dosis 29,09 –

30,51 mg/kg BB (diberikan pada hari ke-0), menunjukkan hasil yang

diharapkan yaitu keseluruhan 15 pasien adalah sembuh yaitu warna

membran mukosa tidak merah, keadaan tonsil normal kembali yaitu tidak

merah dan tidak bengkak pada saat periksa kembali (check up) ke dokter pada

hari ke-3 terapi; dan tidak ditemukan efek samping pada penggunaan

azitromicin tersebut pada keseluruhan pasien.

2. Biaya langsung rata-rata yang dikeluarkan oleh pasien adalah Rp.387.453,00

dan biaya tidak langsung rata-rata yang dikeluarkan oleh pasien adalah

Rp.399.350,00.

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

45

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Goerge L.1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam: Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta; 328-29.

Amrol, David. 2007. Single-dose azithromycin microsphere formulation: a novel delivery system for antibiotics. International Journal of Nanomedicine 2007: 2(1) 9–12 Anderson, Greg., et al. 2011. Diagnosis and Treatment of Respiratory Illness in Children and Adults, Third Edition/January 2011. Institute for Clinical Systems Improvement.

Babl, F. E., Pelton, S. I., Li, Z. 2002. Experimental Acute Otitis Media Due to Nontypeable Haemophilus influenzae: Comparison of High and Low Azithromycin Doses with Placebo. ANTIMICROBIAL AGENTS AND CHEMOTHERAPY, July 2002, p. 2194–2199 Vol. 46, No. 7

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Bootman, J. L., Townsend, R. J., McGhan, W. I. 1996. Principle of Pharmacoeconomics. Harvey Whitney Books Company, Cincinnati.

Brunton, Stephen and Pichichero, Michael. 2006. Considerations in the Use of Antibiotics for Streptococcal Pharyngitis. Available at : http://www.jfponline.com/uploadedFiles/Journal_Site_Files/Journal_of_Family_Practice/supplement_archive/JFPsuppl_GABHS.pdf. Opened : 14 desember 2011.

Casey, J. R. And Pichicchero, M. E. 2005. Higher Dosages of Azithromycin Are More Effective in Treatment of Group A Streptococcal Tonsillopharyngitis. Clinical Infectious Diseases 2005; 40:1748–55.

Choby, Beth. A. 2009. Diagnosis and Treatment of Streptococcal Pharyngitis. American Family Physician, Volume 79, Number 5. March 1, 2009

Dahlan, M. S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Dipiro, J. T., R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke. B. G. Wells. L. M. Posey. 2008. Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach 7th Edition. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

46

Girard, D., Finegan, S. M., Dunne, M.W., Lame, M. E. 2005. Enhanced efficacy of single-dose versus multi-dose azithromycin regimens in preclinical infection models. Journal of Antimicrobial Chemotherapy (2005) 56, 365–371

Hagen, Philip T. 2002. MAYO CLINIC-Pedoman Perawatan Sendiri. PT Intisari Mediatama. Jakarta.

Handayani, R. S., Raharni., Gitawati, R. 2009. Persepsi Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Apotek Di Tiga Kota Di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2009: 22-26

Harrison, T. S. and Keam, S. J. 2007. Azithromycin Extended Release; A Review of its Use in the Treatment of Acute Bacterial Sinusitis and Community-Acquired Pneumonia in the US. Drugs 2007; 67 (5): 773-792 Adis Drug Evaluation 0012-6667/07/0005-0773/$49.95/0

Katzung, B. G. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku I. Jakarta: Salemba Medika

Komite Medik RSUP Sanglah Denpasar. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Denpasar: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Lee D, and Bergman U. 2001. Pharmacoepidemiology Principles and Practice : Studies of Drug Utilization. New York : Mc Gram – Hill.

Liu, Ping., Allaudeen, H., Chandra, R., Philips, K., Jungnik, A., Breen, J. D., Sharma, A. 2007. Comparative Pharmacokinetics of Azithromycin in Serum and White Blood Cells of Healthy Subjects Receiving a Single-Dose Extended-Release Regimen versus a 3-Day Immediate-Release Regimen. ANTIMICROBIAL AGENTS AND CHEMOTHERAPY, Jan. 2007, p. 103–109; Vol. 51, No. 1

Mansjoer, A (ed). 1999. Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok: Tenggorok dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FK UI. Jakarta; 118.

Merenstein, Gerald B., Kaplan, David W., Rosenberg, Adam A. 2002. Buku Pegangan Pediatrik. Penerbit Widya Medika. Jakarta.

Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. Pharmaceutical Press.

Muntcler, Ernest. 1999. Dinamika Obat Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung

Murphy, T.p., R.V. Harrison., A.J. Hammoud., G. Yen. 2006. Phyringitis. University of Michigan Health System; Guidline for Clinical Care. Available at : http://cme.med.umich.edu/pdf/guideline/phayrn07.pdf. Opened : September 2011.

Neal, M. J. 2006. At a Glance, Farmakologi Medis Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

47

Rovers, J. P., J. D. Currie, H. P. Hagel, R. P. McDonough, dan J. L. Sobotka. 2003. A Practical Guide to Pharmaceutical Care 2nd Edition. Washington: American Pharmaceutical Association.

Sastroasmoro, S. dan S. Ismael. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Schmidtz, G., Lepper, H., Heidrich, M. 2009. Farmakologi dan Toksikologi Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Siswandono dan B. Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal 2. Surabaya: Airlangga University Press.

Sukandar, E. Y., Retnosari, A., Joseph, I. S., Adnyana, I. K., Setiadi, A. A. P., Kusnandar. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan

Tjay, T.H., K. Rahardja. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya, Edisi Ke Enam. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Wahyuno, D., I. Hapsari., I.W.B. Astuti. 2008. Pola pengobatan infeksi saluran pernapasan akut anak usia bawah lima tahun (balita) rawat jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun 2004. Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 2008.

World Health Organization. 1987. The Rational Use of Drugs, Report of the Conference of Experts, Geneva. Geneva: World Health Organization

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

48

LAMPIRAN 1

PERSONALIA PENELITIAN

1. Ketua Peneliti a. Nama lengkap dan gelar

b. Pangkat/Gol/NIP c. Jabatan fungsional d. Jabatan struktural e. Fakultas f. Perguruan Tinggi g. Bidang Keahlian h. Waktu untuk penelitian

ini

: Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt : IIIb/ Asisten Ahli/ 197711042008122001 : - : - : MIPA : Universitas Udayana : Farmasi Klinik dan komunitas : 8 jam / minggu

2. Anggota Peneliti I a. Nama lengkap dan gelar

b. Pangkat/Gol/NIP c. Jabatan fungsional d. Jabatan struktural e. Fakultas f. Perguruan Tinggi g. Bidang Keahlian h. Waktu untuk penelitian

ini

: Rasmaya Niruri, S.Si.,M.Farm.Klin.,Apt :AssistenAhli/IIIB/197805282006042001

: - : MIPA : Universitas Udayana : Farmasi klinik dan komunitas : 8 jam / minggu

LAMPIRAN 2 PERKIRAAN DANA PENELITIAN

NO DESKRIPSI BIAYA

1. Bahan dan Alat Penelitian

1.Rapid Strep Test 100x25000

2.Azithromycin merk X SD 30x100.000

3.ATK

4.Penggandaan Rekam Medis

Rp. 2.500.000,00

Rp. 3.000.000,00

Rp. 300.000,00

Rp. 100.000,00

2. Akomodasi Rp. 200.000,00

3. Laporan Penelitian

Pengolahan Data

Sewa komputer

Penggandaan Laporan

Rp. 500.000,00

Rp. 300.000,00

Rp. 200.000,00

4. Seminar

Biaya penyelenggaraan Seminar (konsumsi)

Perlengkapan Seminar

Rp. 200.000,00

Rp. 200.000,00

TOTAL BIAYA Rp. 7.500.000,00

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

49

LAMPIRAN 3

JADWAL PELAKSANAAN

No Jenis Kegiatan Feb Mar

. Apr Mei Jun Jul Agus Sept. Okt

. Nov Des.

1

Penjajakan dan perijinan dengan Dokter Spesialis Anak untuk terlibat dalam penelitian ini

X

2 Pembuatan surat kerjasama dokter anak

X

3 Studi pendahuluan X 4 Pembuatan proposal X 5 Pendefinisian jumlah

sampel X

6 Penentuan pengambilan sampel

X

7 Pengambilan data X X X 8 Evaluasi data yang

diperoleh X

9 Analisis data X 10 Penyusunan laporan X 11 Publikasi dan seminar X

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

50

CURRICULUM VITAE

A. Kepala Proyek

A.1

Nama lengkap dan gelar

Tempat/Tanggal Lahir

NIP

Jabatan /

Pangkat/Golongan

Institusi

Bidang Keahlian

:

:

:

:

:

:

Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt

Semarang / 4 November 1977

197711042008122001

Asisten Ahli/Penata Muda Tk. I / IIIb

Jurusan Farmasi, F. MIPA UNUD

Farmasi Klinik

A.2. Pendidikan Universitas / Institusi, Lokasi

Gelar Tahun Selesai Bidang Studi

Universitas Surabaya/ Surabaya

Sarjana Sains (S.Si)

2000 Ilmu Farmasi

Universitas Surabaya/ Surabaya

Apoteker (Apt)

2001 Apoteker

Universitas Gadjah Mada/ Farmasi, Yogyakarta

Magister Sains (M.Si)

2002 Manajemen Farmasi Rumah Sakit

A.3. Publikasi

1 Pola Persepan Antibiotika Diare di Apotek Kabupaten Blora

Peneliti Utama

2 Evaluasi Kualitas Pelayanan Apotek Kapal di Kecamatan Badung Kabupaten Mengwi Bali.

Keynote Speaker

Presentasi makalah bebas

3 Pola Penulisan Resep Pediatri di Apotek- Apotek Kota Denpasar

Peneliti Utama

DIPA 2010 /Konggres Nasional Ikatan Farmakologi

Indonesia(IKAFI), 29-31 Oktober 2010/ dan Presentasi

makalah Bebas

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

51

4 Studi Penggunaan Antibiotika Pada Peresepan Ibu Hamil Rawat Jalan di Rumah Sakit X kota Denpasar periode Januari – Desemeber 2010

Peneliti Utama

DIPA 2011/presentasi pada International conference on

pharmacy and advances pharmaceutical science, Juli

2011

5 Irasionalitas Peresepan

Sediaan Obat Oral Dokter

Spesialis Telinga, Hidung

dan Tenggorokan (THT) di

Sembilan Apotek Kota

Denpasar

Anggota DIPA 2011//presentasi pada International conference on

pharmacy and advances pharmaceutical science, Juli

2011

6 Studi Penggunaan Obat

Antituberkulosis pada

Pasien TB-HIV/AIDS Di

Ruang Rawat Inap Nusa

Indah RSUP Sanglah

Denpasar Tahun 2009

Penulis Kedua

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan vol

Bukit Jimbaran, 31 Oktober 2012

Kepala Proyek

Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt 197711042008122001

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

52

CURRICULUM VITAE

ANGGOTA PENELITI

A.1 Nama lengkap dan gelar

Tempat/Tanggal Lahir

NIP

Jabatan / Pangkat/Golongan

Institusi

Bidang Keahlian

:

:

:

:

:

:

Rasmaya Niruri, S.Si.,M.FarmKlin.,Apt

Surakarta, 28 Mei 1978

197805282006042001

Assisten Ahli/III B

Jurusan Farmasi, F. MIPA UNUD

Farmasi Klinik

A.2. Pendidikan Universitas / Institusi, LoCulkasi

Gelar Tahun Selesai Bidang Studi

Universitas Airlangga/ Surabaya

S.Si 2000 Ilmu Farmasi

Universitas Airlangga/ Surabaya

Apoteker (Apt)

2001 Apoteker

Universitas Airlangga/ Surabaya

Magister Farmasi Klinis (M.FarmKlin)

2008 Farmasi Klinik

A.3. Publikasi

No. Judul Publikasi Peran Sumber dana/ Publikasi

1 Pemantauan Kadar Amikasin Dosis Sehari Sekali pad Pasien Luka Bakar ( Studi pada Pasien Luka Bakar di RSUD Dr Soetomo Surabaya)

Ketua Kalbe Farma 2011

2

Hasil Uji Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotika di Laboratorium Prodia Januari 1st, 2007 – Juli 31st, 2009

Anggota Kongres Nasional Petri XVI 2010

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

53

3. Analisa Drug Realated Problem pada Pasien Hipertensi Gagal Ginjal di Rumah Sakit Pemerintah Umum Pusat, Denpasar, dengan menggunakan Data Retrospektif

Ketua DIPA 2008

4 Culture and Antibiotic Sensitivity in Prodia Laboratory, Denpasar, Bali June 1st 200, 20097 – December 31st 2007

Anggota ACCP (Asian Conference on Clinal Pharmacy) 2008

5 Stabilitas Fisika Kimia Infus Dektrose yang Dicampur dengan Injeksi Sodium Bicarbonate

Ketua Presentasi Makalah bebas

Bukit Jimbaran, 31 Oktober 2012

Anggota Peneliti

Rasmaya Niruri,

S.Si.,M.FarmKlin.,Apt

197805282006042001

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

54

CURRICULUM VITAE

Name dr. Tangking Widarsa, MPH

Occupation Lecturer at School of Public Health, Udayana University

Address PS IKM, Kampus Universitas Udayana, Jl Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia Tel/Fax. : (361) 701805

E-mail [email protected]

Educations 1. Medical Doctor at Udayana University, 1977.

2. Master of Public Health at Hawaii University, 1983.

Research experiences 1. PI: Survei Kesehatan Penduduk Migran yang tinggal di kawasan kumuh Kota Denpasar, Bali, 2010.

2. PI: Determinant Factors of Maternal Mortality: Case Study at Muntigunung Village, Karangasem, Bali, 2010..

3. Co Investigator: Pemberian ekstrak seredelai meningkatkan kadar serum feritin tikus, 2010.

4. PI: Identifikasi makanan permentasi yang berpotensi sebagai pengikat besi, 2009/2010.

5. PI: Study Benefit Monitoring and Evaluation Project DHS-1 Province of Bali, 2008.

6. Co Investigator: Sero Survei Ko-Infeksi HIV Pasien TB di Bali, tahun 2008.

7. PI: Feasibility study of Klungkung Hospital, 2007.

8. PI: Assessment for Upgrade the Hospital Status from Class C to Class B Klungkung Hospital, 2007.

9. PI: Survey on Achievement of “Bali Sehat 2005 Indicators”, 2005

10. PI: Survey on Bali Health Status, 2004

11. PI : Situation Analysis of Dengue at Badung District, Bali, 2003.

12. Co Investigator: Study of Effect 90 Iron Tablets to Hemoglobin and Erythrocyte Indexes Among Pregnant Women in Bali, 2003.

13. PI : Survey of Bali Base Line Data, 2002.

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

55

14. PI: Study of Maternal Mortality in Bali: Cohort Study, 1998 – 2000

15. PI : Survey Infertility of Eligible Couple in Bali, 1995.

16. Co Investigator: Study Qualitative of Sexual Risk Behaviors among Shipmen at Benoa Bali, 1993

17. PI: Study qualitative of Knowledge, Attitude and Risk Behaviors of Sexual Transmitted Diseases among Jawa-Bali Truck Drivers, 1992

18. Co Investigator: Study Qualitative of Sexual Risk Behaviors among Migrant Labor in Bali, 1992

19. Co Investigator: Survey of Acute Diarrhea in Lombok, 1992.

20. Co Investigator: Survey of Acute Diarrhea in Bali, 1990.

21. PI: Qualitative research on determinant factors related to community health cadre’s drop-out in Bali, 1986.

22. Co Investigator: Survey of Nutrition Profile of Children Under Five Year of Old in Bali, 1986.

Publications 1. Home Treatment of Acute Diarrhea in Bali, Indonesia. Published at Journal Diarrhea Diseases Research, Bangladesh, 1991.

2. Utilization Rate of Health Care Services among Kerambitan Health Insurance members 1992. Published at Udayana Medical Journal, July-October 1993.

3. Knowledge, Attitude, and Risk Behavior of Sexual Transmitted Diseases among Jawa-Bali Truck Drivers. Published at Journal Medica Indonesia, 1993.

4. Factors Associated with the Use of Oral Rehydration Solution Among Mothers in West Lombok, Indonesia. Published at Journal Diarrhea Disease Research, Bangladesh, 1994.

5. Development of Culturally Appropriate Educational Material to Improve Home Case Management of Diarrhea in Rural Lombok, Indonesia. Published at Journal Community Health Education, 1994.

6. Estimate number of infertile couple in Bali, 1996. Published at Indonesian Journal of Epidemiology, Volume 1, 1997.

7. Determinant factors of maternal death in Bali: Case-Control Study. Published at Udayana Medical Journal,

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2012 PEMANTAUAN …

56

2000

Seminar and Workshop 1. Participant in The National Seminar on Urbanization and Health, Bali, 4 October 2010

2. Participant in The International Conference on Biotechnology for a Sustainable Future, Bali, 15-16 September 2009

3. Participant of Seminar on Health and Tourism. Bali, 2008

4. Participant at the workshop on Public Health Professional Education. Surabaya: January 22-23, 2008.

5. Poster presentation on Effect 90 iron tablets to index erythrocyte I Bali at the Indonesian Public Health Association Congress. Palembang, 2007

6. Participant of Seminar on the development of Health Financial Model for Bali. Denpasar, September 30, 2005.

Training and Short Course

1. Training “Skiled Consultant”, IAKMI: Bandung, August 1st and 2nd, 2010

2. Short Course on Hum Reduction to prevent HIV/AIDS among Drug User, Burnet Institute Melbourne: November 24th to December 6th, 2008

3. Training on Structural Equation Modeling at UNAIR, Surabaya, November 18th – 19th, 2007

4. Continuing Medical Education VIII: Pediatrics Sciences, Sanur, July 21th - 22th, 2007.

5. Training on writing course material. Unverity of Udayana, Denpasar, July 24th - 25th, 2007.

6. Continuing Medical Education XV: Internal Medicine, Sanur, September 15th -16th, 2007.

7. Training on Establishing an Effective Surveillance System for HIV/AIDS, University of Indonesia, Jakarta, March 23th - 27th, 1992

8. Summer Training/Research Seminar Program. Ann Arbor, Michigan, May 30th, 1986 – August 30th, 1986.