8/12/2019 lapkas tetanus.docx
1/28
1
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Cianjur
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk :
IGD : 31 Agustus 2013 pukul 17.00 WIB
Bangsal Manggis : 3 September 2013 pukul 07.00 WIB
ANAMNESIS : Alloanamnesis (3 September 2013)
KELUHAN UTAMA :
Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Sejak 7 hari yang lalu, pasien mengalami kejang pada seluruh tubuh, kejang
dalam 1 hari > 10 kali, selama < 5 menit. Kejang berupa kaku diseluruh tubuh, tanpa
disertai dengan penurunan kesadaran baik saat ataupun sesudah terjadinya kejang.
Kejang dialami tiba-tiba, tanpa adanya rangsangan dan bertambah setelah dipijat.
Kejang semakin hari semakin bertambah.
Keluhan kejang sebelumnya didahului dengan tidak bisa membuka mulut dan
kaku pada leher, sejak 7 hari sebelumnya, keluhan tersebut kemudian bertambah
setiap harinya sampai kaku pada seluruh tubuh dan anggota gerak.
2 bulan SMRS, Ibu jari kaki sebelah kiri mengalami luka robek karena
tersandung batu,kemudian bekas luka hanya dibersihkan dengan air dan tidak dibawa
berobat untuk merawat luka.
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
2/28
2
Selama perjalanan penyakit, pasien mengalami panas badan yang hilang
timbul dan tidak terlalu tinggi, disertai keluar keringat banyak, tidak dapat makan,
masih dapat minum perlahan dan sedikit, dan pegal pada seluruh tubuh. keluhan tidak
disertai dengan sesak napas, jantung berdebar, mual, muntah dan penurunan
kesadaran. BAK baik. Pasien tidak BAB sejak 2 hari yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
- Riwayat kejang sebelumnya tidak ada
RIWAYAT PENGOBATAN:
- Pasien tidak mengetahui tentang riwayat imunisasi tetanus yang pernahdimilikinya.
RIWAYAT PENYAKIT ALERGI:
- Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, debu dan cuaca disangkal olehpasien
I. STATUS GENERALISKeadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital :
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 88 x/menit, reguler
- Pernapasan : 28 x/menit, reguler
- Suhu : 36,50C
Kepala dan Leher :
Kepala : Normocephal, wajah rhisus sardonikus (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : Bentuk normotia, secret (-)
Mulut : Trismus (+) 1 cm, bibir lembab (+), perioral cyanosis (-), lidah (sulit
dinilai)
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
3/28
3
Leher : Kuduk kaku (+), pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
- Bentuk normochest,- Pernapasan abdominothorakal,- Punggung : Opistotonus (+)Paru :
- Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi selaiga (-)
- Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru- Auskultasi : Vesikuler di kedua lapang paru, ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS V linea mid clavicula sinistra- Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra- Perkusi : Batas jantung kanan relative di ICS V linea parasternal dextra
Batas jantung kiri relative di ICS V linea mid clavicula sinistra
- Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : abdomen datar,- Palpasi : Spasme otot abdomen (+), nyeri epigastrium (-) , turgor baik, hepar
dan lien sulit dinilai.
- Perkusi : timpani pada ke-empat kuadran abdomen- Auskultasi : bising usus normalEkstremitas
- Superior : Spastik, keadaan ekstensi pada kedua tangan , tonus meninggi,Akralhangat, CRT < 2 detik, Edema (-), sianosis (-)
- Inferior : Spastik, keadaan ekstensi dan plantarfleksi, tonus meninggi,Akralhangat, CRT < 2 detik, Edema (-), sianosis (-), terdapat vulnus
laceratum at regio digiti 1 pedis sinistra,tampak jaringan nekrotik
berwarna kehitaman,pus (-).
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
4/28
4
II. STATUS NEUROLOGIKKeadaaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS = 15Eye (4), Verbal (5), Motorik (6)
III. Rangsang Meningeal- Kaku Kuduk : (-)
- Lasegue sign : tidak terbatas / tidak terbatas
- Kernig sign : tidak terbatas / tidak terbatas
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-) / (-)
- Brudzinski III : (-)
IV. SARAF KRANIAL
N.I (Olfaktorius):
Hidung Kanan Hidung Kiri
Daya Pembauan Normosmia Normosmia
N.II (Optikus)
N.III (Okulomotoris)
Mata kanan Mata kiri
Visus Baik Baik
Lapang Pandang Normal NormalFunduskopi
a. Arteri : venab. Papil
2 : 3
Bentuk bulat, batas tegas,
Edema (-) Warna Orange
2 : 3
Bentuk bulat, batas tegas,
Edema (-) Warna Orange
Mata kanan Mata kiri
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
5/28
5
N. IV (Throklearis)
N.V (Trigeminus)
Ptosis (-) (-)
Pupil
a. Bentukb. Diameterc. Reflex Cahaya
Direk
Indirek
Bulat
3 mm
(+)
(+)
Bulat
3 mm
(+)
(+)
Gerak bola mata
a. Atasb. Bawahc. Mediald. Medial atas
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Mata kanan Mata kiri
Posisi bola mata
Stabismus
divergen
(-) (-)
Gerakan bola mata
Medial bawah Baik Baik
Kanan Kiri
Motorik
Mengunyah
Membuka Mulut
Baik
Trismus 1 cm
Baik
Sensibilitas
a. Cabangoftalmikus
b. Cabang maksilac. Cabang
mandibula
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
6/28
6
N. VI (Abdusens)
N.VII (Facial)
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Reflex
a. Korneab. Bersinc. Jaw Jerk
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Mata kanan Mata kiri
Posisi bola mata
Strabismus
konvergen
(-) (-)
Gerakan bola mata
Lateral Baik Baik
Kanan Kiri
Motorik
a. Mengangkat alisb. Menyeringai
(+)
(+)
(+)
(+)
Sensorik
a. Daya kecap lidah2/3 depan
b. Sekresi air mata
Sulit dinilai
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Tidak dilakukan
Kanan Kiri
Pendengaran
a. Test bisikb. Test Rinnec. Test Weberd. Test Swabach
(+)
(+)
Tidak ada lateralisasi
Normal
(+)
(+)
Tidak ada lateralisasi
Normal
Keseimbangan
a. Test Romberg Sulit dinilai Sulit dinilai
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
7/28
7
N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)
N. XI (Assesorius)
N.XII (Hypoglosus)
b. Test telunjuk-hidung
Baik Baik
Arkus faring
a. Pasifb. Gerakan aktif
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Uvula di tengah
a. Pasifb. Gerakan aktif
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Reflex muntah Sulit dinilai
Daya kecap lidah 1/3
belakang
Sulit dinilai
Kanan Kiri
Memalingkan kepala Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu Sulit dinilai Sulit dinilai
Posisi lidah Sulit dinilai
Papil lidah Sulit dinilai
Atrofi otot lidah Sulit dinilai
Fasikulasi lidah Sulit dinilai
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
8/28
8
MOTORIK
Sikap :
Eksitemitas atas : Ekstensi pada kedua tangan
Ekstremitas bawah : Ekstensi dan plantar fleksi pada kedua kaki
Kekuatan : 5 5
5 5
Tonus : Spastik Spastik
Spastik Spastik
Atropi : - -
- -
Klonus
Kaki : -/-
Patella : -/-
SENSORIK
Nyeri : Ekstremitas Atas : normoalgesia
Ekstremitas Bawah : normoalgesia
Raba : Ekstremitas Atas : normostesia
Ekstremitas Bawah : normostesia
Suhu : Ekstremitas Atas : thermonormostesia
Ekstremitas Bawah : thermonormostesia
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks bisep : ++/++
Refleks trisep : ++/++
Refleks brachioradialis : ++/++
Refleks patella : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks achilles : sulit dinilai/sulit dinilai
REFLEKS PATOLOGIS
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
9/28
9
Oppenheim : -/-
Gardon : -/-
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
FUNGSI LUHUR
Dilakukan pada tanggal 19 Februari 2013
Score MMSE : 28Normal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium
Tanggal 31 Agustus 2013
Parameter Nilai Satuan Nilai Normal
WBC 13.1 10 /ul 4.8 10.8
LY 25.7 % 20.0 40.0
MO 2,3 % 0.0 11.0
GR 72.0 % 40.0 70.0
LY 3,4 10 /ul 1.04.3
MO 0.3 10 /ul 0.01.2
GR 9,4 10 /ul 1.97.6
RBC 5.59 10 /ul 4.20 5.40
HGB 16,7 g/dl 12.016.0
HCT 51,4 % 37.0 47.0
MCV 91,9 Fl 80.094.0
MCH 29,9 Pg 27.031.0
MCHC 32,5 g/dl 33.037.0
PLT 256 10 /ul 150000450000
RDW 13,3 % 9.014.0
PCT 0.09 % 0.1000.500
MPV 3.8 Fl 9.012.0
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
10/28
10
PDW 18,6 % 10.0 18.0
GDS : 82 mg%
VI.DIAGNOSATetanus grade II (sedang)
DD :
Parkinson Diseases Meningitis
VII.RENCANA TERAPI- Rawat diruang Isolasi- Debridement luka- IVFD NaCL 20gtt/mnt- ATS 20.000 unit- Metronidazole 3x500mg- Diazepam 12 x 10 mg
VIII. PROGNOSISQuo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
IX.FOLLOW UPTanggal 3 September 2013
S : kejang (+) > 10 kali, kaku (+) demam (-), sesak napas (-), makan (-), minum (+)
O : TD : Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 88 x / menit reguler, kuat angkat, isi cukup
Pernapasan : 28 x / menit, reguler
Suhu : 36,8o
Rhisus sardonikus (-)
Trismus (+) 1 cm
Kuduk kaku (+)
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
11/28
11
Opistotonus (+)
Perut papan (+)
Kejang (+)
Tanda-tanda disotonom (-)
Status neurologis
Rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), Laseuge/Kernig (tidak terbatas)
Brudzinski I/II/II (-/-/-)
Saraf otak : Dalam batas normal
Motorik : Hipertonus (+)
5 5
5 5
Sensorik : Sensibilitas baik, rangsang nyeri baik
Vegetatif : Retensio urine (-)
Retensio alvi (-)
Fungsi luhur : Baik
Refleks fisiologis :
Refleks bisep : ++/++
Refleks trisep : ++/++
Refleks brachioradialis : ++/++
Refleks patella : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks achilles : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks patologis :
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gardon : -/-
A : Tetanus grade II (sedang)
P : Infus RL 20 gtt/menit
ATS 20.000 unit
Metronidazole 3x500mg
Diazepam 12 x 10 mg
Tanggal 4 September 2013
S : kejang (+) > 10 kali, kaku (+) demam (-), sesak napas (-), makan (-), minum (+)
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
12/28
12
O : TD : Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 88 x / menit reguler, kuat angkat, isi cukup
Pernapasan : 28 x / menit, reguler
Suhu : 36,8o
Rhisus sardonikus (-)
Trismus (+) 1 cm
Kuduk kaku (+)
Opistotonus (+)
Perut papan (+)
Kejang (+)
Tanda-tanda disotonom (-)
Status neurologis
Rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), Laseuge/Kernig (tidak terbatas)
Brudzinski I/II/II (-/-/-)
Saraf otak : Dalam batas normal
Motorik : Hipertonus (+)
5 5
5 5
Sensorik : Sensibilitas baik, rangsang nyeri baik
Vegetatif : Retensio urine (-)
Retensio alvi (-)
Fungsi luhur : Baik
Refleks fisiologis :
Refleks bisep : ++/++
Refleks trisep : ++/++
Refleks brachioradialis : ++/++
Refleks patella : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks achilles : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks patologis :
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gardon : -/-
A : Tetanus grade II (sedang)
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
13/28
13
P : Infus RL 20 gtt/menit
ATS 20.000 unit
Metronidazole 3x500mg
Diazepam 12 x 10 mg
Tanggal 5 September 2013
S : S : kejang (+) > 10 kali, kaku (+) demam (-), sesak napas (-), makan (-), minum
(+)
O : TD : Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 84 x / menit reguler, kuat angkat, isi cukup
Pernapasan : 28 x / menit, reguler
Suhu : 37,4o
Rhisus sardonikus (-)
Trismus (+) 1 cm
Kuduk kaku (+)
Opistotonus (+)
Perut papan (+)
Kejang (+)
Tanda-tanda disotonom (-)
Status neurologis
Rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), Laseuge/Kernig (tidak terbatas)
Brudzinski I/II/II (-/-/-)
Saraf otak : Dalam batas normal
Motorik : Hipertonus (+)
5 5
5 5
Sensorik : Sensibilitas baik, rangsang nyeri baik
Vegetatif : Retensio urine (-)
Retensio alvi (-)
Fungsi luhur : Baik
Refleks fisiologis :
Refleks bisep : ++/++
Refleks trisep : ++/++
Refleks brachioradialis : ++/++
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
14/28
14
Refleks patella : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks achilles : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks patologis :
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gardon : -/-
A : Tetanus grade II (sedang)
P : Infus RL 20 gtt/menit
ATS 20.000 unit
Metronidazole 3x500mg
Diazepam 12 x 10 mg
X. RESUMEAnamnesis
Seorang laki-laki 48 tahun, bekerja sebagai wiraswasta datang ke RSUD
Cianjur pada tanggal 31 Agustus 2013 dengan :
KU : Kejang
RPS : keluhan kejang sejak 7 hari SMRS, Sejak 7 hari yang lalu, pasien mengalami
kejang pada seluruh anggota gerak, kejang dalam 1 hari > 10 kali, selama < 5 menit.
Kejang dialami tiba-tiba, tanpa adanya rangsangan dan dapat meningkat setelah diberi
rangsangan pijatan. Kejang semakin hari semakin bertambah. Kejang berupa kaku dan
kelojotan, tanpa disertai dengan penurunan kesadaran baik saat ataupun sesudah
terjadinya kejang.
Keluhan kejang sebelumnya didahului oleh kaku pada mulut dan leher, sejak
14 hari SMRS, keluhan tersebut kemudian bertambah setiap harinya sampai kaku
pada seluruh tubuh dan anggota gerak.
2 bulan SMRS, Ibu jari kaki sebelah kiri mengalami luka robek karena
tersandung batu,kemudian bekas luka hanya dibersihkan dengan air dan tidak dibawa
berobat unuk merawat luka.
Selama perjalanan penyakit, pasien mengalami panas badan yang hilang
timbul dan tidak terlalu tinggi, disertai keluar keringat banyak, tidak dapat
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
15/28
15
makan,masih dapat minum perlahan dan sedikit, dan pegal pada seluruh tubuh.
keluhan tidak disertai dengan sesak napas, jantung berdebar, mual, muntah dan
penurunan kesadaran. BAK baik. BAB terganggu sejak 2 hari yang lalu.
Dari hasil Pemeriksaan Fisik kepada pasien di dapatkan :
Kesadaran :compos mentis
Tanda-Tanda Vital :
Denyut Nadi : 96 x/mnt, reguler, kuat angkat, isi cukup
TD : 130/80mmHg
Pernafasan : 20x/mnt
Suhu : 36,5oC
Kepala dan Leher :
Kepala : Normocephal, wajah rhisus sardonikus (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : Bentuk normotia, secret (-)
Mulut : Trismus (+) 1 cm, bibir lembab (+), perioral cyanosis (-), lidah (sulit
dinilai)
Leher : Kuduk kaku (+), pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
- Bentuk normochest,- Pernapasan abdominothorakal,- Punggung : Opistotonus (+)Paru :
- Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi selaiga (-)
- Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru- Auskultasi : Vesikuler di kedua lapang paru, ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS V linea mid clavicula sinistra
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
16/28
16
- Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra- Perkusi : Batas jantung kanan relative di ICS V linea parasternal dextra
Batas jantung kiri relative di ICS V linea mid clavicula sinistra
- Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : abdomen datar,- Palpasi : Spasme otot perut (+), nyeri epigastrium (-) , turgor baik, hepar dan
lien sulit dinilai.
- Perkusi : timpani pada ke-empat kuadran abdomen- Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
- Superior : Spastik, keadaan ekstensi pada kedua tangan , tonus meninggi,Akralhangat, CRT < 2 detik, Edema (-), sianosis (-).
- Inferior : Spastik, keadaan ekstensi dan plantarfleksi, tonus meninggi, Akralhangat, CRT < 2 detik, Edema (-), sianosis (-), terdapat vulnus
laceratum at regio digiti 1 pedis sinistra,tampak jaringan nekrotik
berwarna kehitaman,pus (-).
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-),
Kerning dan laseuge (tidak terbatas) Brudzinzki I/II/II
(-/-/-)
Saraf Cranial : Pupil bulat isokor ODS 3 mm
Refleks cahaya (+/+)
Gerak bola mata baik
Wajah simetris, lidah sulit dinilai
Sensorik : normostesi
Motorik : 5 5
5 5
Fungsi Vegetatif : BAB sulit
Refleks Fisiologis :
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
17/28
17
Refleks bisep : ++/++
Refleks trisep : ++/++
Refleks brachioradialis : ++/++
Refleks patella : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks achilles : sulit dinilai/sulit dinilai
Refleks Patologis :
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gardon : -/-
XI.PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium
Tanggal 31 Agustus 2013
Parameter Nilai Satuan Nilai Normal
WBC 13.1 103/ul 4.810.8
LY 25.7 % 20.0 40.0
MO 2,3 % 0.011.0
GR 72.0 % 40.0 70.0
LY 3,4 103/ul 1.04.3
MO 0.3 103/ul 0.01.2
GR 9,4 103/ul 1.97.6
RBC 5.59 106/ul 4.205.40
HGB 16,7 g/dl 12.016.0
HCT 51,4 % 37.047.0
MCV 91,9 Fl 80.094.0
MCH 29,9 Pg 27.0 31.0
MCHC 32,5 g/dl 33.037.0
PLT 256 103/ul 150000450000
RDW 13,3 % 9.014.0
PCT 0.09 % 0.100 0.500
MPV 3.8 Fl 9.012.0
PDW 18,6 % 10.0 18.0
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
18/28
18
GDS : 82 mg%
XII. DIAGNOSATetanus grade II
DD :
Parkinson Diseases Meningitis
XIII. RENCANA TERAPI- Rawat diruang Isolasi- Debridement luka- IVFD NaCL 20gtt/mnt- ATS 20.000 unit- Metronidazole 3x500mg- Diazepam 12 x 10 mg
XIV. PROGNOSISQuo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
XV.FOLLOW UP3 /9/2013 4/9/ 2013 5/9/2013
Subjective - kejang (+) > 10 kali,- kaku (+)- demam (-),- sesak napas (-),- makan (-),- minum (+)
- kejang (+) berkurang,- kaku (+) pada
leher,pundak dan
punggung.
- Kaki dan tangan sudahtidak terlalu kaku.
- demam (-),- sesak napas (-),- makan (-), minum (+)
- kejang berkurang,saat malam 5 kali.
- kaku (+) pada leher,pundak dan punggung
- demam (-),- sesak napas (-),- makan (-),- minum (+).- BAB (-)
Objective -Rhisus sardonikus (-)-Trismus (+) 2 cm
-Rhisus sardonikus (-)-Trismus (+) 2 cm
-Rhisus sardonikus (-)-Trismus (+) 2,5 cm
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
19/28
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
20/28
20
BAB III
ANALISA MASALAH
DAFTAR MASALAH
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis Tetanus grade II (sedang)?2. Bagaimana bekas luka yang tidak dirawat dapat menyebabkan tetanus?3. Mengapa pada tetanus dapat terjadi kejang?4. Bagaimana penatalaksanaan tetanus pada kasus?
PEMBAHASAN MASALAH
1.Mengapa pada pasien ini didiagnosis Tetanus grade II (sedang)?
Definisi
Tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan onset akut hypertonia, kontraksi otot
yang menyakitkan (biasanya dari otot-otot rahang dan leher), dan kejang otot umum tanpa
penyebab medis lainnya jelas.
Manifestasi klinis yang timbul pada tetanus :
Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari.
Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya Setelah 2 minggu kejang mulai hilang. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw ) karena spasme Otot
masetter.
Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nuchal rigidity ) Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas,
sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat . Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan
Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensiurin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak )
Pada kasus :
Berdasarkan anamnesis didapatkanpasien mengalami kejang yang diawali dengan
kekakuan akibat kontraksi otot berlebihan terutama dari otot rahang, wajah dan leher,
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
21/28
21
kemudian pasien mengalami kejang tanpa sebab lain yang jelas, kejang semakin lama
semakin bertambah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Kesadaran : Compos Mentis
Kepala :
- Wajah rhisus sardonikus (-)- Trismus (+)- Opistotonus (+)- Sianosis (-)- Abdomen : Spasme otot abdomen (+)- Ekstremitas :
o Atas : kedua tangan ekstensi, spastiko Ekstensi : Ekstensi dan platarfleksi pada kedua kaki, kanan dan kiri,
spastik
Klasifikasi tetanus
Berdasarkan gambaran klinis yang telah dideskripsikan, maka tingkatan penyakit
tetanus dapat dibuat dalam suatu kriteria/derajat beratringannya penyakit.
Menurut berat ringannya tetanus dibagi atas:
1. Tetanus ringan : Trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupundirangsang.
2. Tetanus sedang : trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum biladirangsang.
3. Tetanus berat : trismus kurang 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas :
Grade I: ringan
- Masa inkubasi lebih dari 14 hari.- Period of onset > 6 hari- Ttrismus positif tapi tidak berat- Sukar makan dan minum tetapi disfagi tidak ada
Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka dan kekakuan umum
terjadi beberapa jam atau hari.
Grade II: sedang
- Masa inkubasi 10-14 hari- Period of onset 3 hari atau kurang
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
22/28
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
23/28
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
24/28
24
sistem saraf termasuk otak. Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps
ganglion spinal dan neuromuscular junction serta syaraf autonom. Toksin dari tempat luka
menyebar ke motor endplate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan secara
intraaxonal ke dalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang.
Akhirnya menyebar ke SSP.
Gejala klinis yang ditimbulkan dari eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan pusat
tersebut adalah dengan memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga terjadi kontraksi
otot yang tidak terkontrol/ eksitasi terus menerus dan spasme. Neuron ini menjadi tidak
mampu untuk melepaskan neurotransmitter. Neuron, yang melepaskan gamma aminobutyric
acid (GABA) dan glisin, neurotransmitter inhibitor utama, sangat sensitif terhadap
tetanospasmin, menyebabkan kegagalan penghambatan refleks respon motorik terhadap
rangsangan sensoris.
Kekakuan mulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot masseter (trismus),
pada saat toxin masuk ke sumsum tulang belakang terjadi kekakuan yang berat, pada
extremitas, otot-otot bergari pada dada, perut dan mulai timbul kejang. Bilamana toksin
mencapai korteks serebri, menderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan.
Karakteristik dari spasme tetani ialah menyebabkan kontraksi umum kejang otot agonis dan
antagonis. Racun atau neurotoksin ini pertama kali menyerang saraf tepi terpendek yang
berasal dari system saraf kranial, dengan gejala awal distorsi wajah dan punggung serta
kekakuan dari otot leher.
Tetanospasmin pada system saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi
gangguan pernapasan, metabolism, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih,
dan neuromuscular. Spasme larynx, hipertensi, gangguan irama janjung, hiperflexi,
hyperhidrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf ototnom, yang dulu jarang karena
penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan diazepam dosis tinggi
dan pernapasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus dikenali
dan di kelola dengan teliti.
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja pada beberapa level
dari susunan syaraf pusat, dengan cara :
a. Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasanacethyl-choline dari terminal nerve di otot.
b. Kharekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksinmengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.
http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotransmiterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Neurotransmiter8/12/2019 lapkas tetanus.docx
25/28
25
c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebralganglioside.
Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS)
dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung,
peninggian cathecholamine dalam urine. Kerja dari tetanospamin analog dengan strychninee,
dimana ia mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara menekan neuron spinal
dan menginhibisi terhadap batang otak.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan
meningkatnya aktifitas dari neuron Yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus.
Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin tetanus tersebut.
Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi yangkuat, tetapi juga
dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas .
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawakekornu anterior susunan syaraf pusat
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arterikemudian masuk kedalam susunan syaraf pusat.
4.Bagaimana penatalaksanaan tetanus pada kasus?
PENATALAKSANAAN
Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih. Dan tujuan
tersebut dapat diperinci sbb :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:- Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),
membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini
penata laksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan
pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membukamulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau
parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
26/28
26
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human tetanus Immunoglobulin (TIG) dengan dosis
3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena
karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan
tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara
pemberiannya adalah :
- 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dandiberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45
menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada
sebelah luar
Antibiotika
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan
tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM
diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan
preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2
gram dan diberikan dalam dosis terbagi (4 dosis). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat
digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan
untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika
broad spektrum dapat dilakukan. Pada penderita alergi penisilin, dapat diberikan :
Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari. Metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6 jam
Tetanus Toksoid
Pemberian TetanusToksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan
pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.
Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
27/28
27
Antikonvulsan
Tabel 5 : JENIS ANTIKONVULSAN
___________________________________________________________
Jenis Obat Dosis Efek Samping
________________________________________________________
Diazepam 0,5 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam Stupor, Koma
Meprobamat 300 400 mg/ 4 jam (IM) Tidak Ada
Klorpromasin 25 75 mg/ 4 jam (IM) Hipotensi
Fenobarbital 50 100 mg/ 4 jam (IM) Depressi pernafasan
________________________________________________________
Obat yang lazim digunakan ialah :
- Diazepam. Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 0,5mg/kgbb/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap
kali kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral- (sonde lambung)
dengan dosis 0,5/kgbb/kali sehari diberikan 6 kali.
- Dosis maksimal diazepam 240mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangatberat), harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat
di tingkatkan sampai 480mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau
tenpa kurarisasi. Dapat pula dipertimbangkan penggunaan magnesium sulfat, dila
ada gangguan saraf otonom.
- Fenobarbital. Dosis awal : 1 tahun 50 mg i.m.; 1 tahun 75 mg i.m. Dilanjutkandengan dosis oral 5-9 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis.
- Largactil. Dosis yang dianjurkan 4 mg/kgbb/hari dibagi dalam 6 dosis.Pada kasus :
- Rawat diruang Isolasi- Debridement luka- ATS 20.000 unitAntitoksin- Metronidazole 3x500mgAntibiotik- Diazepam 12 x 10 mgAntikonvulsan
8/12/2019 lapkas tetanus.docx
28/28
LAPORAN KASUS
TETANUS
DOKTER PEMBIMBING:
dr. Susanto Sp.S
DISUSUN OLEH :
Faris Azhar (2009730018)
KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
16 SEPTEMBER 2013