Top Banner

of 24

Kasus Kejang Demam

Mar 07, 2016

Download

Documents

Martiana Helena

kejang demam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANAKEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT HUSADA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Topik:Kejang Demam SederhanaDokter Pembimbing:Dr.Frieda, Sp.A

Penyaji:Stefany GNIM:11.2013.316I. IDENTITAS PASIENNama

: An. AYRTanggal Lahir : 12 Juli 2012Umur

: 2 tahun 2 bulan 19 hariJenis kelamin

: Perempuan

Alamat : Jl. Pademangan Barat RT. 07 RW. 13Agama

: Islam

Suku bangsa

: Indonesia

Tanggal masuk RS : 30 September 2014 jam 00.00II. IDENTITAS ORANG TUA Ayah

IbuNama

: Tn. W

Nama

: Ny. SUmur

: 30 tahun

Umur

: 24 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan : Tamat SMP

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan: Wiraswasta

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Penghasilan: Rp 2.400.000/bulanPenghasilan: -

III. ANAMNESISAlloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 30 September 2014 jam 00:30 WIB

Keluhan Utama: kejang 1 kali beberapa jam SMRS

Keluhan Tambahan : panas Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan kejang 1 kali pada jam 6 sore. Kejangnya seluruh badan, selama 5 menit. Ibu pasien mengatakan saat kejang, tampak mata pasien ke arah atas dan setelah kejang, pasien menangis. Ini merupakan pertama kali pasien mengalami kejang.

3 hari SMRS, ibu pasien mengatakan sebelum kejang, pasien mengalami keluhan panas pada hari Minggu dan telah berobat ke dokter. Pasien mendapat obat panas, antibiotik dan batuk. Setelah meminum obat,demam sempat turun namun kemudian demam naik kembali. Pasien juga mual dan muntah kalau minum air serta setiap kali mau minum obat. Pasien hanya mau minum air dan tidak mau minum susu.1 minggu SMRS, pasien menderita keluhan batuk berdahak dan pilek selama seminggu sebelum panasnya timbul. Dahak berwarna kehijauan. Sudah minum obat dan ada perubahan. BAB normal.Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak mempunyai riwayat kejang sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah kejang. Tiada riwayat tuberkulosis, alergi, asma, diabetes mellitus dan darah tinggi.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :RIWAYAT KEHAMILAN :

Merupakan kehamilan pertama. Selama hamil kontrol ke dokter, teratur, satu bulan sekali. Selama hamil sehat, tidak ada perdarahan, tidak ada demam, tidak ada tekanan darah tinggi, tiada menderita campak, rubella atau kencing manis.RIWAYAT PERSALINAN :

Lahir ditolong bidan di Rumah Sakit, spontan, 38 minggu, presentasi kepala, langsung menangis kuat, tidak ada riwayat kuning, tidak tampak biru-biru, dan tiada kelainan bawaan, berat lahir 3400 gram, panjang badan bayi 45 cm.

Apgar Score: Ibu pasien tidak tahu nilai APGAR anaknya. Ibu pasien mengatakan bayinya langsung menangis, suara nyaring, kulit kemerahan, dan bergerak aktif. APGAR Score diperkirakan 6. KESAN: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan (NCB-SMK).Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan gigi pertama: 6 bulanUsia Berat badan

Lahir3400 g

2 tahun 2 bulan 19 hari12 kg

Motorik Kasar

Tengkurap

: 3 bulanDuduk

: 7 bulanMerangkak

: 7 bulanBerdiri

: 9 bulanBerjalan

: 12 bulanBerlari

: 14 bulanBicaraMengoceh

: 4 bulan

Ucap 1 kata

: 4 bulan

Menyusun kalimat

: belumMotorik Halus Memegang benda

: 4 bulan

: Memindah benda

: belum Sosial

Gosok gigi tanpa bantuan

: belumMengenal orang lain

: 12 bulanBermain tepuk tangan

: belumMenyebut nama teman

: belum

Cuci dan mengeringkan tangan: belum

KESAN:Pertumbuhan tidak dapat dinilai karena ibu pasien tidak membawa KMS.

Perkembangan sesuai dengan usia (Skala Denver II)Riwayat Imunisasi:ImunisasiWaktu Pemberian

Bulan (dasar)Tahun (dasar)Ulangan

01234569151835612

BCGI

DPTIIIIII

Polio (OPV)0IIIIII

Hepatitis BIIIIII

CampakI

Kesan: - Imunisasi dasar sesuai dengan usia .

- Booster belum dilakukan.

- Imunisasi tambahan belum dilakukan.Riwayat Makanan:

a. Usia 0 - 4 bulan

: ASI ad libitum dan ad demand

b. Usia 4 - 6 bulan

: ASI ad libitum dan bubur susu 1 x, mangkuk kecil c. Usia 6 - 10 bulan : ASI ad libitum ditambah bubur susu 1x mangkuk kecil, nasi tim saring 1x mangkuk kecil, buah (pisang/apel/pepaya) 2x

d. Usia 10 - 12 bulan: ASI ad libitum ditambah PASI (Bebelac) 2 x 200 cc, nasi tim saring 2 x, buah 2xe.Usia 1 tahun sampai sekarang: pasien minum PASI ( Bebelac ) 3 x 200cc ditambah menu keluarga : nasi 3x @ 1 piring kecil + sayur (bayam/katuk/labu) + lauk (1 potong ikan/daging/telur/ ayam/tempe) porsi makan dihabiskan. Buah pepaya/pisang/apel 1x.Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan cukup baik.Riwayat Penyakit yang pernah diderita :PENYAKITUMURPENYAKITUMUR

Diare-Morbili-

Otitis-Parotitis-

Radang paru-Demam berdarah-

Tuberkulosis-Demam tifoid-

Kejang-Cacingan-

Ginjal-Alergi-

Jantung-Kecelakaan-

Darah-Operasi-

Difteri-Lain-lain ( batuk, pilek )lupa

RIWAYAT KELUARGA :Corak Reproduksi: No Tanggal lahir (umur)Jenis kelaminHidup Lahir matiAbortus Mati (sebab)Keterangan kesehatan

112 Juli 2012 (2 tahun 2 bulan 19 hari)P pasien

Data Keluarga :

DATAAYAHIBU

Umur3024

Perkawinan ke11

Umur saat menikah2320

Kosanguitas--

Keadaan kesehatanBaikbaik

DATA PERUMAHAN :

Kepemilikan rumah : Tinggal di kontrakan.

Keadaan rumah : terdapat 4 kamar. Terdiri dari 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur dan 1 ruang tamu.

Ventilasi : tidak terdapat jendela di masing-masing kamar. Sinar matahari dapat masuk ke rumah melalui pintu. Terdapat lubang udara di atas tiap pintu sebagai tempat pertukaran udara.

Cahaya : sinar matahari dapat masuk ke kamar melalui 2 pintu. Terdapat lampu dengan sinar putih di setiap kamar tidur.

Keadaan lingkungan : selokan depan rumah lancar, rumah berdempetan dengan rumah tetangga, sanitasi lingkungan baik. KESAN: Kondisi rumah baik, lingkungan baik. IV. PEMERIKSAAN FISISTanggal 1 Oktober 2014 jam 13.00 WIB

Status Generalis

Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran

: compos mentis, kontak aktif (+) Tanda vital

: - Tekanan darah: - mmHg

- Frekuensi nadi: 115 x / menit

- Frekuensi napas: 25 x / menit - Suhu aksila

: 36,1 0C

Data Antropometri

Usia

: 2 tahun 2 bulan 19 hari Berat badan

: 12 kilogram ( berdasarkan kurva pertumbuhan NCHS, di antara persentil di bawah 3) Panjang badan: 92 cm ( berdasarkan kurva pertumbuhan NCHS, sesuai persentil di antara 50 dan 25) Lingkar kepala: 46 cm Lingkar lengan atas: 18 cm Berat badan/ panjang badan: berdasarkan kurva pertumbuhan WHO, di persentil -2SDKesan : Status gizi kurangPemeriksaan Sistematis

Kepala

: Bentuk normal ; rambut hitam terdistribusi merata, tidak

mudah dicabut, tidak mudah patah. Ubun-ubun besar menutup, tidak cekung dan tidak cembung. Mata

: Bentuk normal, palpebra normal, kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva

tidak pucat, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat

dan isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya +/+. Telinga: Bentuk normal, meatus akustikus eksternus lapang, sekret tidak ada, serumen tidak ada, membran timpani utuh, tidak hiperemis, tidak bulging, refleks cahaya +/+. Hidung: Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret -/-.

Mulut

: Bentuk normal, lidah tidak kotor, bibir kering, perioral cyanosis tidak ada, tonsil dan faring sulit dinilai.

Leher

: Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba

membesar, kaku kuduk tidak ada. Toraks:

Paru-paru

- Inspeksi: Tampak simetris dalam keadaan diam dan pergerakan napas.

- Palpasi: Tidak dilakukan

- Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi: Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.

Jantung

- Inspeksi: Tidak tampak pulsasi iktus kordis

- Palpasi: Teraba pulsasi iktus kordis di sela iga V garis midklavikula

sinistra

- Perkusi: Tidak dilakukan

- Auskultasi: Bunyi jantung I dan II, murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi: Datar, tidak tampak benjolan.- Palpasi : Supel , hepar dan lien tidak teraba membesar , nyeri tekan (-)

- Perkusi: Timpani di seluruh lapangan abdomen

- Auskultasi: Bising usus (+) normal Genitalia eksterna : perempuan Anus dan rektum : Benjolan (-), fisura (-), tidak tampak kelainan dari luar

Ekstremitas: Ekstremitas superior et inferior dextra et sinistra tidak ada

deformitas, tidak ada edema, akral hangat

Kulit

: Warna kuning langsat, turgor normal, sianosis. Kelenjar getah bening : Retroaurikuler, submandibula, servikal, supra dan

infra clavicula, aksila,inguinal, dan femoral tidak

teraba membesar

Pemeriksaan neurologis: gerak normal, reflex fisiologis normal, rangsang meningeal (-), reflex patologis (-).V. PEMERIKSAAN LABORATORIUMLaboratorium RS Husada tanggal 30 September 2014 :

a. Hematologi:

- Hemoglobin: 11,1 g / dl (10,7 14,7 g/dl)

- Hematokrit: 33 Vol % (31 - 43 vol %)

- Leukosit

: 26,6 / l (5,5 15,5 x 10 3 /l)

- Trombosit: 160.000 / l(150 - 450 x 103 /l)b. CRP:6,09 (10mg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1mg/kgBB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan bilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan-1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg intramuskular. Empat jam kemudian berikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran dan depresi pernapasan.

Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan dosis 4-8 mg/kgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.12. Mencari dan mengobati penyebabPemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien dengan kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.13. Pengobatan profilaksisIndikasi pemberian obat rumat

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut(salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

a. Kejang berulang 2 kali atau lebih dari 24 jam.

b. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.

c. Kejang demam > 4 kali per tahun.2Ada 2 cara profilaksis yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam dan (2) profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap hari.

Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat pula diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg(BB 10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.

Profilaksis terus-menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus-menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.

Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria(termasuk poin 1 atau 2) yaitu:

1. Sebelum kejang demam pertama yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)

2. Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara atau menetap.

3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.

4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.

Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka panjang, maka diberikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rektal tiap 8 jam di samping antipiretik.1Edukasi

1. Meyakinkan orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.

2. Memberitahu cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif, tetapu harus diingat efek samping obat.2,3Beberapa hal yang harus dikerjakan bila menghadapi anak kejang:

1. Tetap tenang dan tidak panik

2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisi anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan diazepam rectal, dan jangan berikan bila kejang telah berhenti

7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit.2,3Prognosis

Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Risiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.11. DAFTAR PUSTAKA

2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W. Kejang demam. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Ed 3(2). Jakarta: Media Aesculapius; 2000.h. 434-7.

3. Pusponegoro H D, Widodo D P, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. Jakarta: IDAI; 2006.h.1-14.4. Staf Bagian IKA RS Husada. Kejang demam. Dalam: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan beberapa penyakit anak. Jilid 3. Jakarta: RS Husada; 2011.h.55-7.1