Top Banner
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT TARAKAN Nama : Jeyabaskaran Renganathen Tanda Tangan No NIM : 11.2012.253 ............................... Topik : Sindroma Nefrotik Dokter Pembimbing : Dr. Mustari, Sp.A ............................... I. IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : An. Aldi Priyatna Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal lahir: 6 Oktober 1998 Suku bangsa : WNI Usia : 15 tahun Agama : Islam Pendidikan: SMP Kelas 3 Alamat : Keutamaan Dalam, Taman Sari, Jakarta Barat Tgl masuk RS: 31 Maret 2014 Berat Badan: 46 kg II. ANAMNESIS Diambil dari : Auto, alloanamnesa (Ibu kandung pasien), dan Rekam Medis Tanggal 1 April 2014 Jam: 07.00 WIB Keluhan Utama: Muka bengkak sejak 2 hari SMRS. Keluhan Tambahan: Pusing 1
32

Jeya's Sindroma Nefrotik

Feb 08, 2016

Download

Documents

sn
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jeya's Sindroma Nefrotik

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT TARAKAN

Nama : Jeyabaskaran Renganathen Tanda Tangan

No NIM : 11.2012.253 ...............................

Topik : Sindroma Nefrotik

Dokter Pembimbing : Dr. Mustari, Sp.A ...............................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : An. Aldi Priyatna Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir: 6 Oktober 1998 Suku bangsa : WNI

Usia : 15 tahun Agama : Islam

Pendidikan: SMP Kelas 3 Alamat : Keutamaan Dalam, Taman

Sari, Jakarta Barat

Tgl masuk RS: 31 Maret 2014 Berat Badan: 46 kg

II. ANAMNESIS

Diambil dari : Auto, alloanamnesa (Ibu kandung pasien), dan Rekam Medis

Tanggal 1 April 2014 Jam: 07.00 WIB

Keluhan Utama: Muka bengkak sejak 2 hari SMRS.

Keluhan Tambahan: Pusing

Riwayat Penyakit Sekarang :

Anak laki-laki, 15 tahun masuk ke RSUD Tarakan dengan keluhan muka bengkak.

Pasien bangun tidur dan menyadari mukanya bengkak. Bengkak pada mukanya setara,

tidak ada bagian khusus yang menonjol. Malam sebelumnya muka pasien tidak bengkak.

Pasien tidak merasakan nyeri pada wajah. Pasien tidak sesak nafas. Pasien juga mengeluh

1

Page 2: Jeya's Sindroma Nefrotik

panas 1 hari SMRS. Panas tetap sepanjang hari, tapi sekarang sudah tidak panas lagi.

Pasien juga mengeluh BAK sering, tapi jumlah urin sedikit setiap kali kencing sejak

mukanya bengkak. Warna kencing pasien kuning keruh.

Riwayat trauma pada muka disangkal oleh pasien. Perut buncit disangkal oleh pasien.

Batuk pilek tidak ada. Sesak nafas tidak ada. Mual, muntah tidak ada. Pasien tidak

mengeluh nyeri pada perut. Riwayat BAK seperti air cucian daging tidak ada. Riwayat

keluar batu saat BAK tidak ada. BAB lancar dengan warna dan konsistensi biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami sakit yang sama pada tahun 2010, dirawat inap dengan

diagnosa Sindroma Nefrotik. Tempoh rawat inap tidak jelas.

6 bulan setelah kejadian pertama, pasien mengalami gejala-gejala yang sama, namun

menurut pasien lebih ringan dibanding 6 bulan yang lalu. Pasien berawat jalan di poli

anak RSUD Tarakan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama. Tidak ada penyakit

keturunan di dalam keluarga.

Riwayat Sosial Personal ( Social-Personal History )

Ayah pasien seorang karyawan swasta dan ibu pasien seorang ibu rumah tangga.

Kesan keadaan sosial cukup. Hubungan orang tua dengan anak, dan dengan saudaranya

sangat dekat.

Pasien selama ini tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya. Sehari-hari os makan

makanan yang dimasak oleh ibu os. Sesekali os jajan di sekolah,namun lebih sering

membawa bekal makanan dari rumah. Os anak yang aktif di sekolah. Prestasi di sekolah

juga memuaskan.

Riwayat Kelahiran:

2

Page 3: Jeya's Sindroma Nefrotik

A. Kehamilan

- Perawatan antenatal : dokter spesialis kandungan

- Penyakit kehamilan : -

B. Kelahiran

- Tempat kelahiran : rumah sakit

- Penolong persalinan : dokter spesialis kandungan

- Cara persalinan : normal

- Masa gestasi : 9 bulan

C. Keadaan bayi

- Langsung menangis : positif

- Berat badan lahir : 3200 gram

- Panjang badan lahir : 51 cm

- Lingkar kepala : tidak diketahui

- Pucat/biru/kuning/kejang : tidak ada

- Kelainan bawaan : tidak ada

Riwayat Tumbuh Kembang:

OS sudah mulai bisa miring dan tengkurap usia 4 bulan, gigi mulai keluar usia 6 bulan,

mulai bisa merangkak usia 7 bulan, mulai bisa berdiri dengan berpegangan usia 10 bulan.

Belajar berjalan pada usia 12 bulan.

Kesimpulan: tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya.

Riwayat Imunisasi:

Menurut ibu OS, imunisasi dasar OS lengkap.

Riwayat Nutrisi (Nutritional History):

Susu : ASI dan susu formula, ibu OS memberikan ASI dan susu formula

setiap kali OS terlihat ingin minum. Susu formula diberikan

sehingga usia 6 tahun.

Makanan padat : Dimulai usia 6 bulan.

Makanan sekarang : Saat ini pasien makan-makanan rumah dengan frekuensi makan 3

kali sehari dengan menu yang cukup bervariasi serta bergizi dan

3

Page 4: Jeya's Sindroma Nefrotik

porsi 1 piring setiap kali. Nafsu makan pasien biasanya baik. Saat

sakit ini nafsu makan pasien menurun.

Kesan : kuantitas cukup, kualitas cukup.

Silsilah Keluarga (Family’s Tree):

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal pemeriksaan : 1 April jam 07.00 WIB

Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Gerak kurang aktif

Tanda-tanda vital :

- Tekanan Darah : 120/70 mmHg

- T : 36,6 oC

- RR : 18 x/menit, pasien tidak terlihat sesak

- HR : 94 x/menit, isi dan tegangan cukup

Antropometri

- Tinggi badan : 155 cm

- Berat badan : 46 kg

Perhitungan Indeks Masa Tubuh

Anak laki-laki usia 15 tahun, berat 46 kg dan tinggi badan 155 cm.

4

Page 5: Jeya's Sindroma Nefrotik

IMT = BB

TBxTB = 46/1,55x1,55 = 19.14

Status gizi : Normal Weight

Pemeriksaan sistem

Kepala : Normocephali, rambut tidak mudah dicabut. Moon face (+)

5

Page 6: Jeya's Sindroma Nefrotik

Mata : Edema palpebra (+/+), mata cekung -/- , konjungtiva anemis -/- , sklera

ikterik -/- , pupil isokor, injeksi konjungtiva -/- .

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, pembesaran KGB preaurikular

dan retroaurikular (-). Ruam makuloeritema retroautikular (-).

Hidung : Bentuk normal, sekret (-).

Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tenang, tidak hiperemis.

Mulut : Bentuk normal, mukosa basah, bercak Koplik (-). Lidah kotor (-)

Leher : Pembesaran KGB dan kelenjar tiroid (-)

Thorax :

- Inspeksi : Tampak simetris pada keadaan statis dan dinamis, tidak ada retraksi

sela iga, ruam makuloeritem(-), petekie (-).

- Palpasi : Sela iga normal, tidak teraba masa, ictus cordis tak teraba.

- Perkusi

Paru : Sonor di seluruh lapang paru.

Jantung : Batas jantung atas : RIC II parasternalis kiri

Batas jantung kanan : Linea sternalis dextra

Batas jantung kiri : 1 jari medial linea mid klavikula sinistra RIC V

- Auskultasi

Paru : Suara nafas vesikuler, rokhi -/- , wheezing -/- .

Jantung : Bunyi jantung I & II, reguler, murni, murmur (-), gallop (-).

Abdomen:

- Inspeksi : datar, ruam makuloeritema (-), petekie (-).

- Palpasi : Teraba tegang, supel (+), turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan.

Hati : Tak teraba pembesaran.

Limpa : Tidak teraba pembesaran.

- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.

- Auskultasi: Bising usus (+) normal.

Extremitas (lengan & tungkai) : akral hangat, kulit berwarna sawo matang, furunkel

(+) pada kempat-empat tungkai, edema (-) ruam makuloeritema(-), petekie (-),

capillary refill time < 2 detik.

- Tonus : Normotonus.

6

Page 7: Jeya's Sindroma Nefrotik

- Sendi : Dapat digerakkan dengan normal.

- -

- -

Akral Dingin Edema

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap 30/03/2014

Hemoglobin 13.0 g/dL (13.0-18.0)

Hemotokrit 39.2% (40-50)

Eritrosit 5.04 juta/uL (4.5-5.5)

Lekosit 13400 /mm3 (4000-10000)

Trombosit 290.000 (150000-450000)

Na 131 mEq/L (135-150)

K 4.3 mEq/L (3.6-5.5)

GDS 82 mg/dL (<140)

Protein Urin Positif (+++) (Negatif)

IV. RESUME

OS laki-laki, usia 15 tahun datang ke RSUD Tarakan dengan keluhan muka bengkak 2

hari SMRS. OS menyadari mukanya bengkak selepas bangun tidur. Malam sebelumnya tidak

ada bengkak. Bengkak pada muka nya setara, tidak ada bagian menonjol. Trauma pada muka

disangkal. OS demam 1 hari SMRS, tapi sekarang sudah tidak panas lagi. OS sebelum

dibawa ke RSUD Tarakan, BAK sering, tapi jumlah nya sedikit setiap kali BAK, berwarna

kuning keruh. OS pernah mengalami gejala yang sama dan pernah dirawat inap dengan

diagnosa sindroma nefrotik 4 tahun sebelum gejala kali ini. Gejala nya kambuh 6 bulan

selepas kejadian pertama.

Pemeriksaan fisik :

Kepala – Moon face (+)

7

- -

- -

Page 8: Jeya's Sindroma Nefrotik

Mata – Edema palpebra (+/+)

Pemeriksaan penunjang:

Leukosit 13400/mm3

Protein urin Positif (+++)

V. DIAGNOSIS BANDING

1. Edem Renal

2. Edem Nutrisional

3. Glomerulonefritis

VI. DIAGNOSIS KERJA

1. Sindroma Nefrotik Relaps

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Creatinine Clearance Test

2. Lipid Profile

3. Liver Function

4. Kidney Function

5. Observasi TTV tiap 6 jam

VIII. RENCANA PENGELOLAAN

NON MEDIKA MENTOSA

1. Tirah baring.

2. Diet tinggi protein 3-4g/kgBB/hari dengan garam minimal

3. Monitor tanda klinis setiap hari

4. Monitor laboratorium

8

Page 9: Jeya's Sindroma Nefrotik

MEDIKA MENTOSA

1. Metilprednisolon 3 X 6 tab

2. Parasetamol 3 X 1 tab (kalau perlu)

IX. EDUKASI

1. Istirahat yang cukup dan makan makanan dengan gizi seimbang bagi anak ini untuk

mempercepat proses penyembuhan.

2. Jelaskan perjalanan penyakit kepada pasien dan keluarga pasien

3. Obat diminum sesuai aturan.

4. Mengatur pola makan pasien

5. Mencegah kemungkinan terjadinya infeksi lain pada anak akibat menurunnya sistem

imum akibat penggunaan steroid.

X. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia (dapat kambuh lagi jika obat tidak diminum sesuai aturan)

Ad fungsionam : dubia (Baik jika udem dapat diatasi dan mencegah terjadinya

komplikasi)

Ad sanationam : dubia (baik jika sembuh dan kualitas dan kuantitas gizi diperbaiki)

FOLLOW UP

1/4/2014

S: Bengkak pada muka mulai berkurang. Nafsu makan menurun

O: CM, TD 120/80mmHg, N 80x/menit, S 36,5 oC, RR 20x/menit

Kepala – Moon face (+)

Mata – Edema palpebral +/+

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

9

Page 10: Jeya's Sindroma Nefrotik

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-2

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

Cefotaxim 2 X 500mg IV

Diet rendah garam

2/4/2014

S: Bengkak pada muka mulai berkurang

O: CM, TD 110/80mmHg, N 84x/menit, S 36,4 oC, RR 20x/menit

Kepala – Moon face (+)

Mata – Edema palpebral +/+

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

Lab 1/4/2014

Kolesterol Total 446mg/dL (<200)

Albumin 1.29g/dL (3.5-5.2)

Ureum 42mg/dL (15-50)

Kreatinin 1.02mg/dL (0.6-1.3)

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-3

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

Cefotaxim 2 X 500mg IV

Albumin 100cc IV

Diet rendah garam

3/4/2014

S: Tidak tampak ada perbedaan pada muka

O: CM, TD 100/80mmHg, N 82x/menit, S 36,6 oC, RR 22x/menit

Kepala – Moon face (+)

10

Page 11: Jeya's Sindroma Nefrotik

Mata – Edema palpebral +/+

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

Lab 2/4/2014

Volume urin 1600cc

Kreatinin 1.02mg/dL (0.6-1.3)

Kreatinin urin 58.21mg/dL (90-300)

Creatinine clearance 51.58mL/menit (85-125)

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-4

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

Cefotaxim 2 X 500mg IV

Diet rendah garam

Periksa Urin Lengkap dan H2TL

4/4/2014

S: Tidak tampak ada perbedaan pada muka. Batuk (+)

O: CM, TD 100/70mmHg, N 86x/menit, S 36,4 oC, RR 22x/menit

Kepala – Moon face (+)

Mata – Edema palpebral +/+

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

Volume urin ±2200cc, warna kuning coklat

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-5

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

11

Page 12: Jeya's Sindroma Nefrotik

Cefotaxim 2 X 500mg IV

Dextromethorphan 2 X 1 tab (10mg)

Diet rendah garam

5/4/2014

S: Bengkak pada muka tampak berkurang. Batuk (+)

O: CM, TD 110/70mmHg, N 86x/menit, S 36,5 oC, RR 22x/menit

Kepala – Moon face (-)

Mata – Edema palpebral -/-

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

Lab 4/4/2014

Hemoglobin 11.1 g/dL (13.0-18.0)

Hemotokrit 34.2% (40-50)

Eritrosit 4.48 juta/uL (4.5-5.5)

Lekosit 11070 /mm3 (4000-10000)

Trombosit 461.600 (150000-450000)

Albumin 1.60 g/dL (3.5-5.2)

Urin Lengkap 4/4/2014

Protein urin Positif (+++) (Negatif)

Darah samar Positif (Negatif)

Eritrosit 15-20/lpb (<3)

Lekosit 5-6 (<5)

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-6

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

Cefotaxim 2 X 500mg IV

Dextromethorphan 2 X 1 tab (10mg)

Diet rendah garam

12

Page 13: Jeya's Sindroma Nefrotik

Periksa ulang Albumin & Urin Lengkap

6/4/2014

S: Bengkak pada muka tampak berkurang. Batuk (+)

O: CM, TD 110/65mmHg, N 82x/menit, S 36,4 oC, RR 24x/menit

Kepala – Moon face (-)

Mata – Edema palpebral -/-

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-7

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

Cefotaxim 2 X 500mg IV

Dextromethorphan 2 X 1 tab (10mg)

Diet rendah garam

Periksa Urin Lengkap

7/4/2014

S: Muka tidak bengkak lagi. Batuk (+)

O: CM, TD 110/70mmHg, N 84x/menit, S 36,4 oC, RR 22x/menit

Kepala – Moon face (-)

Mata – Edema palpebral -/-

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

Lab 7/4/2014

Albumin 1.97 g/dL (3.5-5.2)

Urin Lengkap 7/4/2014

13

Page 14: Jeya's Sindroma Nefrotik

Protein urin Positif (++) (Negatif)

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-8

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

Cefotaxim 2 X 500mg IV

Dextromethorphan 2 X 1 tab (10mg)

Diet rendah garam

Periksa Urin Lengkap

8/4/2014

S: Muka tidak bengkak lagi. Batuk (+)

O: CM, TD 100/70mmHg, N 80x/menit, S 36,6 oC, RR 22x/menit

Kepala – Moon face (-)

Mata – Edema palpebral -/-

Cor – DBN

Pulmo – DBN

Abd – DBN

Ext – DBN

Urin Lengkap 8/4/2014

Protein urin Positif (++) (Negatif)

A: Sindroma Nefrotik Relapse Hari ke-9

P: Metilprednisolon 3 X 24mg

PCT 3 X 1 tab (Kalau perlu)

Dextromethorphan 2 X 1 tab (10mg)

Diet rendah garam

BOLEH PULANG

Kontrol ke poli anak

14

Page 15: Jeya's Sindroma Nefrotik

SINDROM NEFROTIK

I.       PENDAHULUAN

Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis yang ditandai dengan proteinuria masif (≥ 3 – 3,5 g/hari atau rasio protein kreatinin pada urin sewaktu > 300-350 mg/mmol), hipoalbuminemia (<25 g /l), hiperkolesterolemia(total kolesterol > 10 mmol/L), dan manifestasi klinis edema periferal. Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala tersebut harus ditemukan. 1,2, 3

SN terbagi menjadi SN primer yang tidak diketahui kausanya dan SN sekunder yang dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit sistemik, metabolik, obat-obatan, dan lain-lain.1,2,3,4

Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN yang berat yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam urin juga berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN.Hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan lipiduria, gangguan keseimbangan nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang, serta hormon tiroid sering dijumpai pada SN.Umumnya pada SN fungsi ginjal normal kecuali pada sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Pada beberapa episode SN dapat sembuh sendiri dan menunjukkan respon yang baik terhadap terapi steroid, tetapi sebagian lagi dapat berkembang menjadi kronik.1,2, 3

II.       ETIOLOGI

Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung (connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik.

Klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik didasarkan pada penyebab primer ( gangguan glomerular karena umur), dan sekunder (penyebab sindrome nefrotik). 1,5

a.   Penyebab Primer

Umumnya tidak diketahui kausnya dan terdiri atas sindrome nefrotik idiopatik (SNI) atau yang sering disebut juga SN primer yang bila berdasarkan gambaran dari histopatologinya, dapat terbagi menjadi ;

1.   Sindroma nefrotik kelainan minimal

15

Page 16: Jeya's Sindroma Nefrotik

2.   Nefropati membranosa

3.   Glomerulonephritis proliferative membranosa

4.   Glomerulonephritis stadium lanjut 1,3,5

b. Penyebab Sekunder

a.   Infeksi : malaria, hepatitis B dan C, GNA pasc infeksi, HIV, sifilis, TB, lepra, skistosoma1

b.   Keganasan : leukemia, Hodgkin’s disease, adenokarsinoma :paru, payudara, colon, myeloma multiple, karsinoma ginjal1,3,5

c.   Jaringan penghubung : SLE, artritis rheumatoid, MCTD (mixed connective tissue disease)1

d.   Metabolik : Diabetes militus, amylodosis5

e.   Efek obat dan toksin : OAINS, preparat emas, penisilinami, probenesid, kaptopril, heroin1

c.    Berdasarkan respon steroid, dibedakan respon terhadap steroid (sindrom nefrotik yang sensitive terhadap steroid (SNSS) yang lazimnya berupa kelainan minimal, tidak perlu biopsy), dan resisten steroid atau SNRS yang lazimnya bukan kelainan minimal dan memerlukan biopsy.5

III.    EPIDEMIOLOGI

Insidens dapat mengenai semua umur tetapi sebagian besar (74%) dijumpai pada usia 2-7 tahun. Rasio laki-laki : perempuan= 2:1, sedangkan pada masa remaja dan dewasa rasio ini berkisar 1:1. Biasanya 1 dari 4 penderita sindrom nefrotik adalah penderita dengan usia>60 tahun. Namun secara tepatnya insiden dan prevalensi sindrom nefrotik pada lansi tidak diketahui karena sering terjadi salah diagnosa2

IV.    PATOFISIOLOGI

a.      Proteinuria

Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat kerusakan glomerulus (kebocoran glomerulus) yang ditentukan oleh besarnya molekul dan muatan listrik, dan hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Proteinuria sebagian berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria glomerular) dahn hanya sebagaian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Perubahan integritas membrane basalis glomerulus menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang dieksresikan dalam urin adalah albumin1,2,6

16

Page 17: Jeya's Sindroma Nefrotik

b.      Hipoalbuminemia

Hipoalbumin disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati biasanya meningkat ( namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam urin)

Peningkatan permeabilitas glomerulus menyebabkan albuminuria dan hipoalbumineia. Sebagai akibatnya hipoalbuminemia menurunkan tekanan onkotik plasma koloid, meyebabkan peningkatan filtrasi transkapiler cairan keluar tubuh dan menigkatkan edema.2

c.       Hiperlipidemia

Kolesterol serum, VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), trigliserida meningkat sedangkan HDL (high density lipoprotein) dapat meningkat, normal atau menurun.

d.      Hiperkoagulabilitas

Keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III, protein S, C, dan plasminogen activating factor dalam urin dan meningkatnya factor V, VII, VIII, X, trombosit, fibrinogen, peningkatan agregasi trombosit, perubahan fungsi sel endotel serta menurunnya factor zymogen.2,4

V.       TANDA DAN GEJALA

Gejala pertama yang muncul meliputi anorexia,rasa lemah, urin berbusa. Retensi cairan menyebabkan sesak nafas (efusi pleura), oligouri, arthralgia, ortostatik hipotensi, dan nyeri abdomen (ascites).

Untuk tanda dan gejala yang lain timbul akibat komplikasi dari sindromnefrotik.5,6

VI.    DIAGNOSA

Diagnose SN dibuat berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium berupa proteinuria massif >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari), hipoalbuminemia <3 g/dl, edema, hiperlipidemia, lipiduria, dan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan tambahan seperti

17

Page 18: Jeya's Sindroma Nefrotik

venerologi diperlukan untuk menegakkan diagnose thrombosis vena yang dapat terjadi akibat hiperkoagulabilitas. Pada SN primer untuk menentukan jenis kelainan histopatologi ginjal yang menentukan prognosis dan respon terhadap terapi, diperlukan biopsi ginjal.2,5

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang berikut:

·      Urinalisis

Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik.Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat.3+ menandakan kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam nephrotic range.2

·      Pemeriksaan sedimen urin

Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.2

·      Pengukuran protein urin

Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis.2, 8

Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.2,8

·      Albumin serum

- kualitatif    : ++ sampai ++++

- kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)

·      Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis

·      USG renal

Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.2

·      Biopsi ginjal

18

Page 19: Jeya's Sindroma Nefrotik

Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN congenital, onset usia> 8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi nefritik signifikan.Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan untuk diagnosis.Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid.2

·      Darah:

Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:2

- Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml)

- Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml)

- α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml)

- α2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml)

- β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml)

- γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml)

- rasio albumin/globulin <1 (N:3/2)

- komplemen C3 normal/rendah (N: 80-120 mg/100ml)

- ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal.

VIII.       PENATALAKSANAAN

Tata laksana sindrom nefrotik dibedakan atas pengobatan dengan imunosupresif dan atau imunomodulator, dan pengobatan suportif atau simtomatik. Penatalaksanaan ini meliputi terapi spesifik untuk kelainan dasar ginjal atau penyakit penyebab (pada SN sekunder), mengurangi atau menghilangkan proteinuria, memperbaiki hipoalbuminemia, serta mencegah dan mengatasi penyulit.2,5

Terapi Kortikosteroid

Nefropati lesi minimal dan nefropati membranosa adalah dua kelainan yang memberikan respon terapi yang baik terhadap steroid.Pengobatan dengan kortikosteroid dibedakan antara pengobatan inisial dan pengobatan relaps.2,5

19

Page 20: Jeya's Sindroma Nefrotik

Regimen penggunaan kortikosteroid pada SN bermacam-macam, di antaranya pada orang dewasa adalah prednison/prednisolon 1-1,5 mg/kg berat badan/hari selama 4 – 8minggu diikuti 1 mg/kg berat badan selang 1 hari selama 4-12 minggu, tapering di 4 bulan berikutnya.Sampai 90% pasien akan remisi bila terapi diteruskan sampai 20-24 minggunamun 50% pasien akan mengalami kekambuhan setelah kortikosteroid dihentikan.2,5

Respon klinis terhadap kortikosteroid dapat dibagi menjadi remisi lengkap, remisi parsial dan resisten.Dikatakan remisi lengkap jika proteinuria minimal (< 200 mg/24 jam), albumin serum >3 g/dl, kolesterol serum < 300 mg/dl, diuresis lancar dan edema hilang. Remisi parsial jika proteinuria<3,5 g/hari, albumin serum >2,5 g/dl, kolesterol serum <350 mg/dl, diuresis kurang lancar dan masih edema. Dikatakan resisten jika klinis dan laboratoris tidak memperlihatkan perubahan atau perbaikan setelah pengobatan 4 bulan dengan kortikosteroid.5

Kelompok SNSS dalam perjalanan penyakit dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu SN non-relaps (30%), SN relaps jarang (10-20%), SN relaps sering dan SN dependen steroid (40-50%).

Sindrom nefrotik non relaps ialah penderita yang tidak pernah mengalami relaps setelah mengalami episode pertama penyakit ini. Sindrom nefrotik relaps jarang ialah anak yang mengalami relaps kurang dari 2 kali dalam periode 6 bulan atau kurang dari 4 kali dalam periode 12 bulan setelah pengobatan inisial. Sindrom nefrotik relaps sering ialah penderita yang mengalami relaps >2 kali dalam periode 6 bulan pertama setelah respons awal atau > 4 kali dalam periode 12 bulan. Sindrom nefrotik dependen steroid bila dua relaps terjadi berturut-turut pada saat dosis steroid diturunkan atau dalam waktu 14 hari setelah pengobatan dihentikan. 5,7

Pengobatan SN relaps sering atau dependen steroid dapat diberikan dengan steroid jangka panjang, yaitu setelah remisi dengan prednison dosis penuh dilanjutkan dengan steroid alternating dengan dosis yang diturunkan bertahap sampai dosis terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu antara 0,1-0,5 mg/kg secara alternating. Dosis ini disebut sebagai dosis treshold, diberikan minimal selama 3-6 bulan, kemudian dicoba untuk dihentikan.5,7

Pengobatan lain adalah menggunakan terapi nonsteroid yaitu:Siklofosfamid, Klorambusil, Siklosporin A, Levamisol, obat imunosupresif lain, dan ACE inhibitor.Obat-obat ini utamanya digunakan untuk pasien-pasien yang non-responsif terhadap steroid.5

Terapi suportif/simtomatik

Proteinuria

ACE inhibitor diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah sistemik dan glomerular serta proteinuria. Obat ini mungkin memicu hiperkalemia pada pasien dengan insufisiensi ginjal moderat sampai berat.Restriksi protein tidak lagi direkomendasikan karena tidak memberikan progres yang baik.1,4

20

Page 21: Jeya's Sindroma Nefrotik

Edema

Diuretik hanya diberikan pada edema yang nyata, dan tidak dapat diberikan SN yang disertai dengan diare, muntah atau hipovolemia, karena pemberian diuretik dapat memperburuk gejala tersebut.Pada edema sedang atau edema persisten, dapat diberikan furosemid dengan dosis 1-3 mg/kg per hari.Pemberian spironolakton dapat ditambahkan bila pemberian furosemid telah lebih dari 1 minggu lamanya, dengan dosis 1-2 mg/kg per hari.Bila edema menetap dengan pemberian diuretik, dapat diberikan kombinasi diuretik dengan infus albumin.Pemberian infus albumin diikuti dengan pemberian furosemid 1-2 mg/kg intravena.Albumin biasanya diberikan selang sehari untuk menjamin pergeseran cairan ke dalam vaskuler dan untuk mencegah kelebihan cairan (overload).Penderita yang mendapat infus albumin harus dimonitor terhadap gangguan napas dan gagal jantung.1,2,5,7

Dietetik

Jenis diet yang direkomendasikan ialah diet seimbang dengan protein dan kalori yang adekuat. Kebutuhan protein anak ialah 1,5 – 2 g/kg, namun anak-anak dengan proteinuria persisten yang seringkali mudah mengalami malnutrisi diberikan protein 2 – 2,25 g/kg per hari. Maksimum 30% kalori berasal dari lemak.Karbohidrat diberikan dalam bentuk kompleks seperti zat tepung dan maltodekstrin.Restriksi garam tidak perlu dilakukan pada SNSS, namun perlu dilakukan pada SN dengan edema yang nyata.1,2,5,7

Infeksi

Penderita SN sangat rentan terhadap infeksi, yang paling sering ialah selulitis dan peritonitis.Hal ini disebabkan karena pengeluaran imunoglobulin G, protein faktor B dan D di urin, disfungsi sel T, dan kondisi hipoproteinemia itu sendiri.Pemakaian imunosupresif menambah risiko terjadinya infeksi.Pemeriksaan fisis untuk mendeteksi adanya infeksi perlu dilakukan.Selulitis umumnya disebabkan oleh kuman stafilokokus, sedang sepsis dapa SN sering disebabkan oleh kuman Gram negatif.Peritonitis primer umumnya disebabkan oleh kuman Gram-negatif dan Streptococcus pneumoniae sehingga perlu diterapi dengan penisilin parenteral dikombinasikan dengan sefalosporin generasi ke-tiga, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 10-14 hari. Di Inggris, penderita SN dengan edema anasarka dan asites masif diberikan antibiotik profilaksis berupa penisilin oral 125 mg atau 250 mg, dua kali sehari sampai asites berkurang.1,2,5,7

Hipertensi

Hipertensi pada SN dapat ditemukan sejak awal pada 10-15% kasus, atau terjadi sebagai akibat efek samping steroid.Pengobatan hipertensi pada SN dengan golongan inhibitor enzim angiotensin konvertase, calcium channel blockers, atau beta adrenergic blockers.1,2,5,7

Hipovolemia

21

Page 22: Jeya's Sindroma Nefrotik

Komplikasi hipovolemia dapat terjadi sebagai akibat pemakaian diuretik yang tidak terkontrol, terutama pada kasus yang disertai dengan sepsis, diare, dan muntah. Gejala dan tanda hipovolemia ialah hipotensi, takikardia, akral dingin dan perfusi buruk, peningkatan kadar urea dan asam urat dalam plasma. Pada beberapa anak memberi keluhan nyeri abdomen.Hipovalemia diterapi dengan pemberian cairan fisiologis dan plasma sebanyak 15-20 ml/kg dengan cepat, atau albumin 1 g/kg berat badan.1,2,5,7

Tromboemboli

Risiko untuk mengalami tromboemboli disebabkan oleh karena keadaan hiperkoagulabilitas. Selain disebabkan oleh penurunan volume intravaskular, keadaan hiperkoagulabilitas ini dikarenakan juga oleh peningkatan faktor pembekuan darah antara lain faktor V, VII, VIII, X serta fibrinogen, dan dikarenakan oleh penurunan konsentrasi antitrombin III yang keluar melalui urin. Risiko terjadinya tromboemboli akan meningkat pada kadar albumin plasma < 2 g/dL, kadar fibrinogen > 6 g/dL, atau kadar antitrombin III < 70%. Pada SN dengan risiko tinggi, pencegahan komplikasi tromboemboli dapat dilakukan dengan pemberian asetosal dosis rendah dan dipiridamol. Heparin hanya diberikan bila telah terhadi tromboemboli, dengan dosis 50 U/kg intravena dan dilanjutkan dengan 100 U/kg tiap 4 jam secara intravena.1,2,5,7

Hiperlipidemia

Hiperlipidemia pada SN meliputi peningkatan kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak. Kolesterol hampir selalu ditemukan meningkat, namun kadar trigliserida, fosfolipid tidak selalu meningkat. Peningkatan kadar kolesterol berbanding terbalik dengan kadar albumin serum dan derajat proteinuria. Keadaan hiperlipidemia ini disebabkan oleh karena penurunan tekanan onkotik plasma sebagai akibat dari proteinuria merangsang hepar untuk melakukan sintesis lipid dan lipoprotein, di samping itu katabolisme lipid pada SN juga menurun. Hiperlipidemia pada SNSS biasanya bersifat sementara, kadar lipid kembali normal pada keadaan remisi, sehingga pada keadaan ini cukup dengan pengurangan diit lemak. Pengaruh hiperlipidemia terhadap morbiditas dan mortalitas akibat kelainan kardiovaskuler pada anak penderita SN masih belum jelas.Manfaat pemberian obat-obat penurun lipid seperti kolesteramin, derivat asam fibrat atau inhibitor HMG-CoA reduktase (statin) masih diperdebatkan.1,2,5,7

IX.    PROGNOSIS

Sebelum era antibiotik, infeksi merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada SN.Pengobatan SN dan komplikasinya saat ini telah menurunkan morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan sindrom.Saat ini, prognosis pasien dengan SN bergantung pada penyebabnya. Remisi sempurna dapat terjadi dengan atau tanpa pemberian kortikosteroid.2

Hanya sekitar 20 % pasien dengan glomerulosklerosis fokal mengalami remisi proteinuria, 10 % lainnya membaik namun tetap proteinuria. Banyak pasien yang mengalami frequent relaps, menjadi dependen-steroid, atau resisten-steroid. Penyakit ginjal kronik dapat muncul pada

22

Page 23: Jeya's Sindroma Nefrotik

25-30 %  pasien dengan glomerulosklerosis fokal segmental dalam 5 tahun dan 30-40 % muncul dalam 10 tahun.2

Orang dewasa dengan minimal-change nephropathymemiliki kemungkinan relaps yang sama dengan anak-anak. Namun, prognosis jangka panjang pada fungsi ginjal sangat baik, dengan resiko rendah untuk gagal ginjal.2Pemberian kortikosteroid memberi remisi lengkap pada 67% kasus SN nefropati lesi minimal, remisi lengkap atau parsialpada 50% SN nefropati membranosa dan 20%-40% pada glomerulosklerosis fokal segmental.Perlu diperhatikan efek samping pemakaian kortikosteroid jangka lama di antaranya nekrosis aseptik, katarak, osteoporosis, hipertensi, diabetes mellitus.2,4

Respon yang kurang terhadap steroid dapat menandakan luaran yang kurang baik. Prognosis dapat bertambah buruk disebabkan (1) peningkatan insidens gagal ginjal dan komplikasi sekunder dari SN, termasuk episode trombotik dan infeksi, atau (2) kondisi terkait pengobatan, seperti komplikasi infeksi dari pemberian imunosupressive.2Penderita SN non relaps dan relaps jarang mempunyai prognosis yang baik, sedangkan penderita relaps sering dan dependen steroid merupakan kasus sulit yang mempunyai risiko besar untuk memperoleh efek samping steroid. SN resisten steroid mempunyai prognosis yang paling buruk.2,8

Pada SN sekunder, prognosis tergantung pada penyakit primer yang menyertainya.Pada nefropati diabetik, besarnya proteinuria berhubungan langsung tingkat mortalitas.Biasanya, ada respon yang baik terhadap blockade angiotensin, dengan penurunan proteinuria, dan level subnefrotik.Jarang terjadi remisi nyata. Resiko penyakit kardiovaskular meningkat seiring penurunan fungsi ginjal, beberapa pasienakan membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal.2

Daftar pustaka

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Ilmu Kesehatan Anak edisi II. FKUI, Jakarta. 1985, halaman 832-834.

2. Kaysen GA, 1992. Proteinuria and the nephrotic syndrome. In : Schrier RW, editor. Renal and electrolyte disorders. 4th edition. Boston : Little, Brown and Company pp. 681-726

3. Oda K, Arai T, Nagase M. Increased serum and urinary neopterin in nephrotic syndrome indicate cell-mediated immune dysfunction. Am J Kidney Dis 1999; 34: 611-7.

4. Couser WG. Glomerulonephritis. Lancet 1999; 353: 1509-14.5. Neuhaus TJ, Barratt TM. Minimal change disease. In : Massry SG, Glassock RJ (eds).

Textbook of Nephrology. 3rded. Vol 1. Baltimore : Williams and Wilkins; 1995. p. 710-18.

6. Wila Wirya IG, 2002. Sindrom nefrotik. In: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, editors. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI pp. 381-426.

7. Ritz E. Pathogenesis of `idiophatic` nephrotic syndrome. N Engl J Med 1991; 330: 61-2.

23

Page 24: Jeya's Sindroma Nefrotik

24