II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit Kelapa sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25–30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Produk utama kelapa sawit adalah CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri hilir pangan maupun non pangan. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol. Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar (Sastrosayono, 2003). 2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Palmaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis Guineensis Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia) Elaeis melanococca Varietas : Elaeis guineensis dura Elaeis guineensis tenera Elaeis guineensis pisifera
16
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad
ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan
industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan)
yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25–30
tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Produk utama kelapa sawit adalah
CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri hilir pangan
maupun non pangan.
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan
tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol.
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar (Sastrosayono,
2003).
2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis Guineensis
Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia)
Elaeis melanococca
Varietas : Elaeis guineensis dura
Elaeis guineensis tenera
Elaeis guineensis pisifera
2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit
a. Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi
akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Jika aerasi cukup
baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam
tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 meter.
Keadaan ini tergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi
tanah. Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak mudah tumbang.
b. Batang
Pada tahun-tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman
kelapa sawit tidak tampak adanya pertumbuhan memanjang. Awalnya terbentuk
poros batang dan disekitar poros terbentuk daun-daun yang ukurannya semakin
bertambah besar.
Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan
pertumbuhan memanjang. Ketebalan batang tergantung pada kekuatan
pertumbuhan daun-daunnya. Tanaman kelapa sawit secara alami bisa mencapai
umur 100 tahun. Namun, tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus
diremajakan sebelum mencapai umur tersebut, karena produksi buahnya sudah
menurun.
c. Daun
Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan biasanya akan tumbuh
dua lembar daun. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun
lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus keatas dan bewarna kuning.
Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar.
Kedudukan daun pada batang dapat dirumuskan dengan rumus daun
(phylotaxis) 3/8, pada setiap putaran terdapat 8 daun. Setiap tahun, tanaman
kelapa sawit bisa mengeluarkan 20-24 lembar daun.
d. Bunga
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan
(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit
yang hanya memproduksi bunga jantan.
Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang
terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam
tandan yang sama. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah
3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering. Jika diawetkan,
tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu. Pengawetan tepung sari bisa
dilakukan dengan cara mengeringkannya di dalam oven dengan suhu konstan
60°C selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan untuk bantuan
penyerbukan (assisted pollination). Pada tanaman kelapa sawit muda (sampai
umur 6 tahun), bunga betina lebih banyak daripada bunga jantan. Karena itu,
kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh manusia.
e. Buah
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun
tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan
daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun.
Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini
disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin
besar. Kadar minyak yang dihasilkannya juga semakin tinggi. Berat tandan buah
kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg .
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan
setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah
(lumpur) banyak. Karenanya, di perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang
tumbuh pada tanaman muda akan dibuang (kastrasi) agar tidak menjadi buah.
Buah muda Elaeis guineensis dura, Elaeis guineensis tenera, dan Elaeis
guineensis pisifera berwarna ungu tua sampai hitam. Warna ini disebabkan
adanya dominasi zat anthocyanin.
2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu
tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan
faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, disamping faktor-faktor lainnya
seperti genetis, budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.
a. Faktor Iklim
Curah Hujan
Jumlah dan curah hujan yang baik untuk kelapa sawit adalah 2000-2500
m/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Rambey,
2010). Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan
vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga buah atau
bunga yang terbentuk relatif lebih sedikit (Setyamidjaja, 2006). Sebaliknya, curah
hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama