Top Banner
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang lain tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama Universitas Sumatera Utara
18

Gizi pada Ibu Hamil

May 14, 2017

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Gizi pada Ibu Hamil

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Tingkat pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang lain tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Gizi pada Ibu Hamil

5

lain. Kemampuan analisis dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dinamakan sintesis. Dengan kata

lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada, seperti dapat menyusun, merencanakan,

meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan

masalah yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) , pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun dari orang lain.

Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Gizi pada Ibu Hamil

6

c Keyakinan

Keyakinan diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif

maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Akan tetapi, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia

mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Kebudayaan

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. Kehamilan

2.2.1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan atau konsepsi. Hasil konsepsi

ini nantinya akan membelah dan bergerak menuju kavum uteri (rahim).

Sesampainya di kavum uteri, hasil konsepsi akan menembus endometrium dan

masuk ke dalamnya. Masuknya hasil konsepsi ke dalam endometrium ini disebut

dengan nidasi. Yang disebut dengan kehamilan adalah bila nidasi telah terjadi.

(Wiknjosastro et al, 2005)

2.2.2. Tahap-tahap Tumbuh-Kembang Janin

Kehidupan dalam rahim dibagi menjadi tiga tahap:

1. Tahap Implantasi (saat pembuahan - 2 minggu)

Sel telur yang sudah dibuahi yang dinamakan zigot, kemudian segera

membelah diri. Dalam waktu dua minggu, zigot ini melalui tuba falopi dan

mengalami nidasi. Pembelahan sel tetap berlangsung. Pada saat ini

dibentuklah plasenta, membrane janin, dan tali pusar (Almatsier et al, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Gizi pada Ibu Hamil

7

Nidasi pada umumnya terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat

fundus uteri (Wiknjosastro et al, 2005).

2. Tahap Embrio (2-8 minggu sesudah pembuahan)

Sesudah 2 minggu, zigot berubah menjadi embrio. Fase embrio ditandai

dengan terjadinya diferensiasi sel. Perkembangan janin akan terganggu secara

permanen bila pada saat ini terjadi infeksi atau penggunaan obat-obatan

tertentu (Almatsier et al, 2011).

Pembelahan sel pada tahap embrio relatif lebih cepat dari periode

lainnya, sehingga memerlukan oksigen dan zat gizi yang tinggi. Jika terjadi

kekurangan gizi atau terjadi penurunan kadar oksigen pada tahap ini dapat

menyebabkan hambatan pertumbuhan yang permanen (Rosso, 1990 dalam

Lubis Z, 2011).

3. Tahap Janin

Tujuh bulan berikutnya merupakan tahap janin. Tiap organ tubuh janin

tumbuh menjadi sempurna. Pertumbuhan terjadi dengan pesat dari kurang

lebih 6,0 gram pada bulan ketiga menjadi 3,0-3,5 kg pada waktu lahir.

Pertumbuhan masing-masing organ terjadi dengan kecepatan berbeda. Agar

pembelahan dan jumlah sel suatu organ terpenuhi, seorang ibu harus

senantiasa menjaga keadaan gizi dan kesehatannya. (Almatsier et al, 2011)

Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat juga dibagi berdasarkan trimester

1. Trimester I (0-12 minggu)

Trimester pertama ini ditandai dengan pembelahan sel (hiperplasia) dan

pembesaran sel (hipertrofi) untuk proses diferensiasi. Pada akhir trimester I,

sebagian besar organ telah terbentuk dan janin sudah terasa bergerak. Pada

masa ini ibu mungkin kurang nafsu makan atau merasa mual dan ingin

muntah, di saat-saat ini mutu gizi makanan lebih penting dari jumlah makanan

(Almatsier et al, 2011). Richard dan William melaporkan bahwa pertambahan

berat badan yang rendah pada trimester I tidak memberikan pengaruh terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Gizi pada Ibu Hamil

8

IUGR (Intrauterine Growth Restriction), namun mungkin menyebabkan efek

teratogenik. (Strauss et al, 1998)

2. Trimester II (12-28 minggu)

Pada awal trimester II berat janin kurang lebih mencapai 30 gram. Pada

saat ini, lengan, tangan, kaki, jari, dan telinga telah terbentuk. Janin mulai

membentuk lekuk-lekuk pada rahang untuk mempersiapkan penempatan gigi.

Denyut jantungnya sudah dapat dideteksi dengan stetoskop (Almatsier et al,

2011). Richard dan William melaporkan bahwa pertambahan berat badan yang

rendah pada trimester II menunjukkan peningkatan resiko terjadinya IUGR.

IUGR adalah faktor resiko lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR). (Strauss et al, 1998)

Sumber : http://www.environment.ucla.edu/reportcard/article.asp?parentid=1700

Gambar 2.1. Pertumbuhan dan perkembangan janin

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Gizi pada Ibu Hamil

9

3. Trimester III (28-40 minggu)

Pada awal trimester III berat janin kurang lebih mencapai 1 kg. Pada

masa kehamilan 36-40 minggu, berat bayi biasanya mencapai 2500-3500 gram

dengan panjang 45-50 cm (Almatsier et al, 2011). Richard dan William

melaporkan bahwa pertambahan berat badan yang rendah pada trimester III

juga menunjukkan peningkatan resiko terjadinya IUGR (Strauss et al, 1998).

2.2.3. Perubahan Fisiologis selama Kehamilan yang berhubungan dengan

Asupan Nutrisi

1. Metabolisme dalam kehamilan

Angka metabolisme basal (Basal Metabolic Rate) adalah energi yang

dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat istirahat

(Kuntarti, 2006). Pada ibu hamil, angka metabolisme basal (AMB) meningkat

hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada akhir kehamilan (Guyton et

al, 1997). Ibu hamil membutuhkan energi yang lebih banyak karena

metabolismenya meningkat.

Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira di antara 6,5-16,5 kg,

dengan rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam

kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan disebabkan oleh: 1) hasil

konsepsi: fetus, plasenta, dan likuor amnii; dan 2) dari ibu sendiri: uterus dan

mamma yang membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan protein

lebih banyak, dan akhirnya adanya retensi air (Wiknjosastro et al, 2005).

Asupan nutrisi pada ibu hamil harus adekuat agar peningkatan berat badan

pada ibu hamil juga adekuat. Peningkatan berat badan yang kurang selama

kehamilan dapat menyebabkan luaran bayi BBLR yang dapat menyebabkan

kematian. Di sisi lain, obesitas ibu atau asupan nutrisi yang terlalu banyak

selama kehamilan dapat menyebabkan IUGR (Guoyao et al, 2004). Oleh

karena itu, pemenuhan nutrisi yang tepat sangat penting selama kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Gizi pada Ibu Hamil

10

Tabel 2.1. Tabel kenaikan berat badan berdasarkan BMI

BMI Kenaikan berat

badan total

Trimester

I

Trimester II dan

III (per minggu)

Berat badan kurang

(BMI<19,8) 12,5-18,0 kg 2,3 kg 0,49 kg

Normal (BMI 19,8-

26) 11,5-16,0 kg 1,6 kg 0, 44 kg

Berat badan lebih

(BMI 26-29) 7,0-11,5 kg 0,9 kg 0,3 kg

Obesitas (BMI>29) 6,0 kg

Hamil kembar 15,9-20,4 kg

Triplets/multiplets >22,7 kg Sumber: Departemen Nutrisi Universitas Sumatera Utara, 2007

2. Volume dan Komposisi Darah

Volume darah ibu sesaat sebelum hamil aterm kira-kira 30% di atas

normal. Peningkatan ini terutama terjadi selama akhir kehamilan.

Penyebabnya terutama adalah faktor hormonal, karena aldosteron dan

esterogen menyebabkan retensi cairan, serta sumsum tulang yang aktif

menghasilkan sel-sel darah merah tambahan (Guyton et al, 1997).

Peningkatan sel darah merah tidak sebanding dengan peningkatan

volume plasma darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi).

Meskipun banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah tidak berubah,

namun jumlah sel darah merah dalam 100 ml plasma menurun. Hal ini

menyebabkan nilai hemoglobin sebelum hamil besarnya 13-14 g% dapat turun

hingga 10-11 g% pada bulan-bulan pertama kehamilan. Hal ini tidak boleh

disebut anemia, karena jumlah hemoglobin pada ibu hamil lebih besar

daripada sebelum hamil (Almatsier et al, 2011). Jika peningkatan jumlah sel

darah ini tidak adekuat, maka dapat terjadi anemia. Theresa dan Mary

melaporkan bahwa anemia selama kehamilan dapat meningkatkan resiko lahir

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Gizi pada Ibu Hamil

11

prematur (Scholl et al, 1994). Oleh karena itu, asupan nutrisi yang berkaitan

dengan produksi sel darah pada ibu hamil sangat penting.

3. Sistem urinarius

Pada kehamilan terjadi peningkatan penyaringan glomerulus

(glomerulus filtration rate) sampai 69%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan

sirkulasi darah di ginjal selama kehamilan (Wiknjosastro et al, 2005). Selain

itu, peningkatan penyaringan glomerulus ginjal mungkin juga disebabkan

karena menurunnya tekanan osmotik. Penurunan tekanan osmotik terjadi

karena adanya penurunan albumin serum selama kehamilan (Almatsier et al,

2011). Peningkatan penyaringan glomerulus ini memperberat kerja tubulus

ginjal dalam penyerapan nutrisi, sehingga pada kehamilan normal dapat terjadi

kehilangan glukosa dan protein dalam urin (Ciliberto et al, 1998). Oleh karena

itu, asupan nutrisi pada ibu hamil harus adekuat sehingga tidak terjadi

kekurangan energi dan protein.

4. Sistem pencernaan

Pada bulan-bulan pertama akan terdapat perasaan mual. Hal ini

mungkin disebabkan peningkatan kadar estrogen. Tonus-tonus otot sistem

pencernaan menurun, sehingga motilitasnya pun berkurang (Wiknjosastro et

al, 2005). Hal ini baik untuk resorpsi, namun lebih lamanya makanan dicerna

dan diserap dapat menimbulkan beberapa keluhan. Berkurangnya gerak

saluran cerna dapat meningkatkan resiko arus balik ke esofagus. Pola makan

selama kehamilan harus diperhatikan agar meskipun motilitas saluan cerna

berkurang, refluks ke esofagus tidak terjadi. Di samping itu, absorpsi air di

usus besar meningkat, sehingga feses lebih keras yang menimbulkan

konstipasi (Almatsier et al, 2011). Oleh karena itu, ibu hamil perlu

mengkonsumsi serat yang cukup untuk mengatasi konstipasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Gizi pada Ibu Hamil

12

2.3. Gizi Ibu Hamil

2.3.1. Pengertian Gizi

Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan

dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi, membangun, dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Zat gizi dibagi

dalam tiga kelompok menurut fungsinya dalam tubuh, yaitu:

a. Zat energi, berupa karbohidrat, lemak, dan protein

b. Zat pembangun, berupa protein, mineral, dan air

c. Zat pengatur, berupa protein, mineral, air, dan vitamin

(Almatsier et al, 2011)

Zat gizi juga dapat dibagi dalam zat gizi makro dan zat gizi mikro.

Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein (Almatsier et al,

2011). Satu gram karbohidrat atau protein menghasilkan 4,1 kkal energi,

sedangkan satu gram lemak menghasilkan 9,3 kkal energi (Kuntarti,

2006). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004) menganjurkan

perbandingan komposisi energi berasal dari karbohidrat, protein, dan

lemak secara berurutan adalah 50-60%, 10-20%, dan 20-30%.

Zat gizi mikro terdiri dari vitamin, mineral, dan air. Vitamin dan

mineral berperan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh. Air

berperan sebagai pelarut dan pelumas dalam tubuh, dan sebagai alat

transport zat-zat gizi serta sisa-sisa pencernaan dan metabolisme

(Almatsier et al, 2011).

2.3.2. Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil

Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil perlu disertai dengan

bantuan makanan bergizi. Angka kecukupan gizi (AKG) antara ibu tidak hamil

dan ibu hamil dapat dilihat pada tabel 2.2.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Gizi pada Ibu Hamil

13

Gangguan gizi ibu

Penambahan volume darah berkurang

Peningkatan curah jantung (cardiac output) kurang

Aliran darah ke plasenta berkurang

Ukuran plasenta berkurang Aliran zat gizi berkurang

Pertumbuhan janin terhambat

Gambar 2.2. Mekanisme terhambatnya pertumbuhan janin pada gangguan gizi ibu

Hal-hal yang harus dipertimbangkan selama kehamilan antara lain:

1. Energi

Kebutuhan energi pada ibu hamil dipengaruhi oleh angka

metabolisme basal (AMB) dan aktivitas fisik. Penambahan energi ini

hendaknya dilakukan dengan penambahan makanan padat gizi, seperti

makanan dari padi-padian, ikan, telur, susu, dan lain-lain (Almatsier et al,

2011). Godfrey dkk melaporkan bahwa asupan karbohidrat yang

berlebihan pada awal kehamilan berhubungan dengan rendahnya berat

plasenta dan berat badan kelahiran (Godfrey et al, 1995).

2. Protein

Protein diperlukan dalam kehamilan untuk perkembangan badan,

alat kandungan, mamma, untuk janin, dan harus disimpan untuk kebutuhan

laktasi nantinya (Wiknjosastro et al, 2005). Penambahan protein dapat

dilakukan dengan asupan makanan sumber protein, seperti daging, telur,

susu dan produk olahannya, tahu, kacang-kacangan dan lain-lain

(Almatsier et al, 2011). Godfrey dkk melaporkan bahwa asupan protein

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Gizi pada Ibu Hamil

14

yang kurang pada akhir kehamilan berhubungan dengan rendahnya berat

plasenta dan berat badan kelahiran (Godfrey et al, 1995).

3. Zat gizi yang berkaitan dengan metabolisme energi dan protein

Zat gizi yang dimaksudkan di sini adalah vitamin-vitamin B, yaitu

tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3), dan piridoksin (B6). Angka

kecukupan gizi untuk vitamin ini dapat dilihat dalam tabel 2.2. Makanan

yang kaya akan vitamin ini contohnya daging, kacang-kacangan, serealia,

dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

4. Zat gizi berkaitan dengan produksi darah dan pertumbuhan sel

Semua zat gizi berperan dalam proses ini, namun kebutuhan akan

asam folat (vitamin B11), kobalamin (vitamin B12), besi, dan seng

memerlukan perhatian secara khusus karena memiliki peran penting dalam

sintesis DNA, RNA, dan sel-sel baru.

Kebutuhan asam folat meningkat sebanyak 50%. Di samping

asupan makanan kaya folat, ibu hamil juga dianjurkan untuk makan

suplemen folat. Makanan kaya folat adalah buah, sayuran hijau, dan

serealia tumbuk (Almatsier et al, 2011). Mukherjee mengatakan bahwa

asupan asam folat mengganggu absorpsi seng, namun dari hasil penelitian

Tamura dkk tidak ditemukan efek negatif asupan asam folat (Tamura et al,

1992). Theresa dkk melaporkan kurangnya asupan folat selama kehamilan

dapat meningkatkan resiko kurangnya pertambahan berat badan

kehamilan, bayi prematur, dan BBLR (Scholl et al, 1996).

Zat yang mengaktifkan folat adalah kobalamin. Makanan sumber

kobalamin adalah daging, ikan, telur, susu, dan lain-lain (Almatsier et al,

2011). Kekurangan vitamin B12 nantinya dapat menyebabkan lambatnya

pertumbuhan, lambatnya perkembangan psikomotor dan terkadang hal ini

bisa permanen. Jika ibu hamil kekurangan asupan folat dan vitamin B12

dapat meningkatkan resiko terjadinya NTD (Neural tube defect). (Refsum,

2001)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Gizi pada Ibu Hamil

15

Kebutuhan besi pada ibu hamil meningkat untuk pembentukan

darah dan untuk janin sebagai simpanan. Janin memerlukan simpanan besi

4-6 bulan sesudah kelahiran karena selama itu bayi hanya mendapat

asupan ASI yang miskin besi. Sumber besi adalah makanan hewani seperti

hati, daging, ayan, ikan, dan telur. Makanan nabati juga merupakan

sumber besi, namun kuantitasnya lebih rendah, contohnya serealia,

kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Di Indonesia, banyak wanita yang

sebelum hamil sering kekurangan besi. Oleh karena itu, selain asupan

makanan kaya besi, boleh ditambah dengan suplemen besi (Almatsier et

al, 2011).

Seng dibutuhkan selama kehamilan untuk pembentukan protein dan

pengembangan sel. Makanan sumber seng adalah hati, susu, kacang-

kacangan, kerang, tiram, dan lain-lain. Pada umumnya ibu hamil tidak

membutuhkan suplemen seng. Suplemen seng dianjurkan bagi ibu hamil

yang mendapat suplemen besi, karena besi dapat mengganggu absorpsi

dan penggunaan seng (Almatsier et al, 2011). Yasmin dan Robert

melaporkan ibu hamil yang mengkonsumsi seng mempunyai berat badan

bayi lahir yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak

mengkonsumsi seng, namun hal ini tidak berlaku untuk wanita dengan

BMI>26 (Neggers et al, 2003).

5. Zat gizi untuk pertumbuhan tulang

Zat gizi untuk pertumbuhan tulang antara lain kalsium, magnesium,

vitamin D, fosfor, dan flour. Akan tetapi, kebutuhan akan fosfor dan fluor

tidak meningkat selama kehamilan. Absorpsi kalsium meningkat hingga

lebih dari dua kali lipat di awal masa kehamilan. Janin membutuhkan

kalsium untuk kalsifikasi tulang janin yang terjadi pada trimester ke-3

kehamilan. Bila asupan kalsium dirasa kurang, maka dapat memakan

suplemen kalsium. Makanan kaya kalsium contohnya susu, keju, serealia,

kacang-kacangan, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Gizi pada Ibu Hamil

16

Magnesium secara umum berfungsi dalam menguatkan tulang dan

gigi. Magnesium banyak terdapat dalam sayuran hijau, serealia, ikan, telur,

dan kacang-kacangan. Kebutuhan vitamin D juga meningkat selama

kehamilan. Vitamin D dapat dibentuk di bawah kulit dengan bantuan sinar

ultraviolet dari matahari. Pada tabel 2.2 dituliskan bahwa ibu hamil tidak

perlu menambah asupan vitamin D selama kehamilan. Hal ini disebabkan

karena Indonesia adalah negara tropis, sehingga diperkirakan tidak

kekurangan sinar matahari untuk pembentukan vitamin D. Selain itu, susu

bubuk pun biasanya difortifikasi dengan vitamin D. (Almatsier et al,

2011). Asupan seng, kalsium, dan magnesium dapat mencegah BBLR,

lahir prematur, dan hipertensi (Ramakrishnan et al, 1998).

6. Zat gizi lain

Kebutuhan vitamin A, vitamin C, yodium, selenium, dan mangan

meningkat selama kehamilan. Vitamin A berperan dalam penglihatan,

sistem imun, dan diferensiasi sel. Sumber vitamin A adalah makanan

hewani berupa hati, lemak hewan, susu, mentega, kuning telur, serta

makanan nabati dalam bentuk pro vitamin A (karoten) berupa sayuran

serta buah-buahan (Almatsier et al, 2011).

Kebutuhan vitamin C meningkat selama kehamilan. Fungsi utama

vitamin C dalam tubuh adalah membantu penyerapan zat besi, menjaga

kondisi tulang, gigi, dan darah, serta bekerja sama dengan vitamin E dan

beta karoten untuk melawan radikal bebas. Sumber vitamin C adalah

sayuran hijau dan buah-buahan seperti jeruk, nenas, mangga, dan lain-lain

(Almatsier et al, 2011). Kekurangan vitamin C merupakan salah satu

faktor resiko kelahiran prematur (Ramakrishnan et al, 1998).

Yodium merupakan bagian penting dari hormon tiroid. Hormon

tiroid berperan dalam pembentukan myelin sistem saraf sentral.

Kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotiroidisme. Dampak setelah

lahir dapat berupa gangguan mental, pendek atau kretinisme, tuli, dan

kejang-kejang. Pencegahan kekurang yodium dengan memakai garam

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Gizi pada Ibu Hamil

17

yang difortifikasi dengan yodium. Selain itu, yodium banyak terdapat pada

ikan, udang, kerang, ganggang laut, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

Kekurangan yodium dapat berakibat keguguran, retardasi mental dan

kretinisme (Ramakrishnan et al, 1998).

Selenium dalam tubuh bekerja sama dengan enzim glutation

peroksidase sebagai antioksidan yang mencegah pembentukan radikal

bebas. Selain itu, selenium juga bekerja sama dengan enzim yang merubah

hormon tiroid menjadi bentuk aktifnya. Selenium terdapat pada makanan

hasil laut, daging, hati, dan lain-lain. Mangan berfungsi sebagai kofaktor

enzim dalam metabolisme karbohidrat, metabolisme lipid, membantu

sintesis ureum, dan pembetukan jaringan ikat dan tulang. Sumber mangan

adalah makanan nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran, serealia, dan

lain-lain (Almatsier et al, 2011).

Tabel 2.2. Angka kecukupan gizi ibu hamil

Sumber: Departemen Kesehatan, 2004

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Gizi pada Ibu Hamil

18

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil

1. Umur

Hamil pada usia yang lebih muda memerlukan energi yang lebih banyak. Hal

ini dapat dilihat dalam tabel 2.3.

2. Gizi ibu sebelum hamil

Gizi ibu sebelum hamil dapat dilihat dari index massa tubuhnya. Pada tabel

2.2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kenaikan berat badan yang

diharapkan pada index massa tubuh yang berbeda (Path et al, 2004 dalam

Sitompul MT, 2012).

3. Jarak hamil

Jarak antara dua kelahiran kurang dari setahun merupakan resiko untuk

melahirkan bayi dengan BBLR atau bayi lahir sebelum waktunya. (Almatsier

et al, 2011)

4. Status kesehatan ibu hamil

Ibu hamil yang sakit memerlukan perhatian gizi yang lebih dibandingkan ibu

hamil yang sehat. Picone dkk melaporkan stres dan kecemasan yang dialami

wanita 6 bulan sebelum kehamilan atau saat kehamilan dapat meningkatkan

resiko berbagai komplikasi, salah satunya adalah BBLR. Hal ini diduga karena

stres dan cemas meningkatkan pelepasan hormon yang merangsang

metabolisme, sehingga kebutuhan energi meningkat (Picone et al, 1982).

5. Pengetahuan ibu hamil tentang gizi beserta makanannya

Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan tentang gizi akan lebih

memperhatikan makanannya dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak

berpengetahuan gizi. Perilaku sadar gizi ibu hamil juga lebih bertahan lama

bila didasari pengetahuan dibandingkan yang tidak (Path et al, 2004 dalam

Sitompul MT, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ini

adalah umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang diterima oleh

seseorang (Notoadmodjo, 2003)

6. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi yang rendah dikaitkan dengan kemiskinan,

kurangnya higiene dan sanitasi, gangguan kesehatan, serta rendahya

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Gizi pada Ibu Hamil

19

pengetahuan. Pengaruhnya tampak pada lebih besarnya kemungkinan

kematian ibu saat melahirkan atau kematian bayi sewaktu dilahirkan, atau bayi

lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (Almatsier et al, 2011)

7. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dikaitkan dengan kebersihan, kenyamanan dan suhu

lingkungan. Suhu lingkungan yang rendah akan menyebabkan kehilangan

panas tubuh yang memicu peningkatan metabolisme tubuh, sehingga butuh

energi yang lebih besar. Selain itu, dukungan dari orang terdekat dan

lingkungan yang nyaman dapat mencegah stres selama kehamilan (Path et al,

2004 dalam Sitompul MT, 2012).

8. Aktivitas

Semakin banyak aktivitas yang dilakukan ibu hamil semakin besar energi

yang diperlukan.

9. Kebiasaan dan pandangan wanita

Pada umumnya wanita lebih memberi perhatian khusus kepada kepala

keluarga dan anak-anaknya dibandingkan dirinya sendiri. Pandangan ini pada

ibu hamil dapat menyebabkan ibu hamil kurang gizi karena kurang

memperhatikan gizi dirinya sendiri. Ada juga ibu hamil yang berpendapat

bahwa makanan yang dikonsumsinya harus dua kali lipat dibandingkan

biasanya karena sedang mengandung. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan

berat badan yang lebih besar dibandingkan yang seharusnya (Path et al, 2004

dalam Sitompul MT, 2012).

2.3.4. Asupan yang perlu dihindari selama kehamilan

1. Alkohol

Bayi yang lahir dari ibu pecandu alkohol menunjukkan lingkar kepala

berukuran kecil (microcephal), kelainan-kelainan pada wajah berupa pipi

kurang melengkung, retak-retak kecil pada kelopak mata, lipatan-lipatan pada

sudut mata, hidung pesek, bibir tipis hingga sumbing, kelainan bentuk telinga,

rahang bawah kecil, serta gangguan jantung dan sistem saraf sentral yang

disertai gangguan pertumbuhan dan mental. Kondisi ini disebut fetal alcohol

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Gizi pada Ibu Hamil

20

syndrome (FAS). Mekanismenya mungkin karena alkohol masuk ke dalam

plasenta dan menumpul dalam jumlah tinggi dalam janin. Pendapat lain

mengatakan peminum alkohol sering tidak mempunyai nafsu makan sehingga

kekurangan gizi selama kehamilannya (Almatsier et al, 2011).

2. Merokok

Ibu hamil yang merokok sering menghasilkan janin yang mengalami

hambatan pertumbuhan. Resiko BBLR pada ibu hamil yang merokok hampir

dua kali lipat daripada ibu hamil yang tidak merokok. Selain itu, pengaruh

lainnya dapat berupa lahir prematur dan keguguran (Almatsier et al, 2011).

Wanita yang merokok beresiko berat badan sebelum hamil rendah,

pertambahan berat badan selama hamil rendah, dan BBLR. Hal ini mungkin

karena merokok merangsang simpatis, sehingga meningkatkan denyut

jantung, tekanan darah, metabolisme dan lipolisis, sehingga menyebabkan

kebutuhan energi wanita yang merokok lebih besar dari wanita yang tidak

merokok. Picone dkk melaporkan bahwa ibu hamil yang merokok dan stres

memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya Intrauterine Growth

Restriction atau IUGR (Picone et al, 1982).

3. Kafein

Anjuran untuk mengurangi atau tidak mengkonsumsi kafein selama

hamil masih merupakan hal yang kontroversial. Penelitian epidemiologis pada

ibu hamil yang banyak mengkonsumsi kafein menunjukkan kemungkinan bayi

lahir dengan BBLR dan keguguran. Dianjurkan agar ibu hamil membatasi

minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, cola, dan minuman

ringan lainnya (Almatsier et al, 2011).

4. Junk food dan makanan tinggi kalori lainnya

Ibu hamil lebih baik mengkonsumsi makanan yang tidak hanya tinggi

kalori namun juga padat gizi. Makanan yang hanya tinggi kalori dapat

meningkatkan kenaikan berat badan yang lebih besar dari yang seharusnya

(Siswosuharjo et al, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Gizi pada Ibu Hamil

21

5. Makanan mentah atau setengah matang

Makanan seperti ini dapat mengandung bakteri, diantaranya E. coli,

salmonella, dan toksoplasma. (Siswosuharjo et al, 2010)

6. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan dalam kehamilan didasari oleh penggolongan obat

berdasarkan FDA, beserta kontraindikasi obat. Penggolongan obat

berdasarkan FDA yaitu:

- Kategori A: Penelitian terkontrol menunjukkan tidak ada resiko. Penelitian

terkontrol dan memadai pada wanita hamil tidak menunjukkan adanya

resiko pada janin

- Kategori B: Tidak ada bukti resiko pada manusia. Penelitian pada hewan

menunjukkan adanya resiko tetapi penelitian pada manusia tidak, atau

penelitian pada hewan menunjukkan tidak ada resiko tetapi penelitian pada

manusia belum memadai.

- Kategori C: Resiko tidak dapat dikesampingkan. Penelitian pada manusia

tidak memadai, penelitian pada hewan menunjukkan resiko atau tidak

memadai.

- Kategori D: Resiko pada janin terbukti positif

- Kategori X: Kontraindikasi pada kehamilan. Pada hewan atau manusia

menunjukkan resiko janin yang jelas lebih merugikan dibandingkan

manfaatnya (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009)

Universitas Sumatera Utara