KETRAMPILAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
KETRAMPILAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSISPUSKESMAS AMPEL II
BOYOLALI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
1. AFIFAH NOVITA Y
(G0011006)
2. ARAFI AFRA LINDA P
(G0011032)
3. AULIA KHOIRUNNISA
(G0011044)
4. FIRDAUSUL MA`RIFAH
(G0011094)
5. FITRI IKA SURYANI
(G0011096)
6. MIFTAH NURIZZAHID P
(G0011138)
7. MUHAMMAD HANIF NUR R
(G0011144)
8. PIETER REINALDO
(G0011158)
9. SAFITRI DWI MARTANTI
(G0011188)
10. SELVIA ANGGRAENI
(G0011194)
11. ISMAEL
(G0011217)
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Dari jumlah
tersebut sekitar 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB terjadi di
Negara berkembang. TB juga lebih banyak menyerang kelompok usia
produktif (15-50 tahun) yang menyebabkan penurunan produktivitas
dan pendapatan. Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara
lain adalah:
a. Kemiskinan
b. Kagagalan program penanggulangan TB. Hal ini dikarenakan
antara lain:
1) Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan program
penanggulangan TB
2) Tidak memadainya organisasi organisasi pelayanan TB (kurang
terakses oleh masyarakat, diagnosis tidak standar, obat tidak
terjamin penyediaannya, pelaporan tidak standar, dsb)
3) Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat
tidak standar)
4) Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas BCG
5) Infrastruktur kesehatan yang buruk
c. Perubahan demografik karena perubahan jumlah penduduk dan
perubahan struktur penduduk
d. Dampak pandemic HIV
Peningkatan jumlah kasus dan permasalahan TB di dunia semakin
meningkat, terutama di Negara yang dikelompokkan dalam 22 negara
dengan masalah TB besar (high burden countries), sehingga pada
tahun 1993 WHO mencanangkan TB sebagai global emergency.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Indonesia masih menjadi negara ke-5 terbanyak kasus TB setelah
India dan Cina dengan jumlah pasien 10% dari jumlah pasien dunia.
Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru
dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar
110 per 100.000 penduduk.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Menjelaskan standar diagnosis TB yang mengacu International
Standards for Tuberculosis Care (ISTC)
b. Menjelaskan penatalaksanaan TB yang mengacu International
Standards for Tuberculosis Care (ISTC)
c. Mendemonstrasikan cara penemuan suspek dan kasus TB dengan
strategi DOTS
d. Mendemonstrasikan cara pencatatan dan pelaporan kasus TB
dengan strategi DOTS
e. Melakukan perhitungan angka keberhasilan pengobatan kasus
TB
f. Mendemonstrasikan cara monitoring dan evaluasi pengobatan
kasus TB dengan strategi DOTS
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKANA. Kegiatan Hari Pertama
Kegiatan field lab hari pertama kami di Puskesmas Ampel II,
Kabupaten Boyolali dilaksanakan pada hari Senin, 5 November 2012.
Disana kami diterima baik oleh dr. Evy Eko Sunaryati sebagai
Kapuskes Ampel II dan pak Budi Santoso, S.Kep sebagai instruktur
lapangan. Pada hari itu sebenarnya kami hanya survey, berhubung
semua anggota kelompok hadir maka dr.Evy memutuskan bahwa hari itu
dianggap pertemuan pertama. Kemudian kami langsung ditugaskan untuk
penyuluhan ke desa-desa. Sebelum berangkat sosialisasi, kami
diberikan pengarahan serta pembekalan kegiatan field lab.Penyuluhan
kali ini dilakukan di dua posyandu yaitu Posyandu Pamuji dan
Posyandu Mutiara Katon. Masing-masing terletak di Desa Margokaton
dan Desa Ngadirejo.
Pertama kali kami melakukan penyuluhan di Posyandu Pamuji.
Berhubung kurang persiapan, kami hanya melakukan penyuluhan melalui
metode ceramah tanpa disertai dengan adanya tampilan slide ataupun
alat peraga. Dalam kesempatan ini, kami menjelaskan berbagai macam
hal mengenai tuberkulosis yang meliputi pengertian tuberkolusis itu
sendiri, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. Selain itu,
kami juga mengadakan sesi tanya jawab.
Kemudian kami melanjutkan penyuluhan di Posyandu Ngadirejo.
Pelaksanaan penyuluhan sama dengan yang dilakukan di Posyandu
Pamuji disini didapatkan data bahwa tidak ada anak yang menderita
tuberculosis.B. Kegiatan Hari Kedua
Kegiatan field lab hari kedua dilaksanakan pada hari Senin, 19
November 2012. Pada kegiatan hari kedua, kami diberikan materi oleh
Ibu dr. Evy Eko Sunaryati, Bapak Budi Santoso, S.Kep dan Bapak
Thomas.
Pertemuan dibuka oleh dr. Evy, kemudian kami mendapatkan
pengarahan dan penjelasan dari Instruktur Lapangan dan Koordinator
Program Tuberkulosis mengenai penanggulangan tuberkulosis di
Puskesmas Ampel II, yang mencakup tujuh desa, yaitu Candisari,
Jlarem, Ngadirojo, Kembang, Ngargoloko, Ngagrong, dan Sampetan.
Pengarahan dilanjutkan olek Bapak Thomas. Strategi penanggulangan
tuberkulosis yang digunakan di Puskesmas Ampel II adalah strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Terakhir adalah
pengumpulan data penderita TBC yang pernah ditangani Puskesmas
Ampel II. Selanjutnya mendokumentasikan contoh contoh form dan
obat-obat TBC yang baru pertama kami lihat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKAA. ETIOLOGI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis banyak menyerang kelompok usia produktif (15 50 tahun)
yang menyebabkan penurunan produktivitas dan pendapatan. Penyebab
utama meningkatnya beban masalah TB, antara lain:
a. Kemiskinan
b. Kegagalan program penanggulangan TB, karena:
1) Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan program
penanggulangan TB
2) Tidak memadainya organisasi pelayanan TB
3) Tidak memadainya tatalaksana kasus
4) Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas BCG
5) Infrastruktur kesehatan yang buruk
c. Perubahan demografik karena perubahan jumlah penduduk dan
perubahan struktur penduduk
d. Dampak pandemik HIV
Cara penularan:
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
Risiko penularan:
Tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk
of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang
berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1 %, berarti
10 (sepuluh) orang di antara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1 3 %.
Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif
menjadi positif.
Risiko menjadi sakit TB:
Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
Dengan ARTI 1%, diperkirakan di antara 100.000 penduduk
rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% di antaranya (100
orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 di antaranya
adalah pasien TB BTA positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, di antaranya infeksi HIV/AIDS
dan malnutrisi (gizi buruk).
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang
terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan
luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga
jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis,
maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Riwayat alamiah pasien TB yang tidak
diobati setelah 5 tahun:
50% meninggal
25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi 25%
menjadi kasus kronis yang tetap menular
B. UPAYA PENANGGULANGAN TB
Strategi yang digunakan untuk menanggulangi TB adalah strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang paling efektif
(cost-efective). Penerapan strategi DOTS selain secara cepat
menekan penularan, juga dapat mencegah berkembangnya MDR-TB (Multi
Drugs Resistent TB). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan
penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe
menular. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu:
1) Komitmen politis
2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB
dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung
pengobatan.
4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.
5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program
secara keseluruhan.
Strategi DOTS di atas telah dikembangkan oleh Kemitraan global
dalam penanggulangan tb (Stop TB partnership) dengan memperluas
strategi DOTS sebagai berikut :
1) Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2) Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
3) Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
4) Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta.
5) Memberdayakan pasien dan masyarakat
6) Melaksanakan dan mengembangkan risetEkspansi Quality DOTS1.
Perluasan dan peningkatan pelayanan DOTS berkualitas
2. Menghadapi tantangan baru, TB-HIV, MDR-TB dll
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan
4. Melibatkan penderita dan masyarakat
Didukung dengan Penguatan Sistem Kesehatan1. Penguatan kebijakan
dan kepemilikan Daerah
2. Kontribusi terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
3. Penelitian Operasional
C. PENANGGULANGAN TB DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN
Dilaksanakan oleh :
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Paru, dan BP4
3. Balai Pengobatan, Klinik, Dokter Praktek Swasta (DPS)
D. TATALAKSANA PASIEN TBPenatalaksanaan TB meliputi penemuan
pasien dan pengobatan yang dikelola dengan menggunakan strategi
DOTS. Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka
kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara
menyembuhkan pasien. Penatalaksanaan penyakit TB adalah menurunkan
angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara
menyembuhkan pasien.
1. Penemuan Pasien TB
Strategi penemuan :
a. Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi
aktif
b. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB
c. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak
cost effective.2. Gejala Klinis Pasien TB
Gejala utama adalah batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih. Dapat
diikuti gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
berdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut
dapat pula dijumpai pada penyakit paru selain TB yaitu
bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, dan kanker paru.
3. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Dilakukan dengan
mengumpulkan spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan, yaitu:a. S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan
saat suspek TB datang pertama kali.b. P (Pagi) : dahak dikumpulkan
dirumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur.c. S
(Sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat
menyerahkan dahak pagi.4. Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M. Tuberculosis pada
penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien masih
peka terhadap OAT yang digunakan.
5. Pemeriksaan Tes Resistensi
Hanya dapat dilakukan di laboratorium yang mampu melakukan
biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar
internasional. Bertujuan untuk memberikan simpulan yang benar pada
pemeriksaan sehingga kemungkina kesalahan pengobatan MDR dapat
dicegah.
Diagnosis TB:
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2
hari, taitu Sewaktu-Pagi-Sewaktu.
b. Diagnosis TB paru orang dewasa dengan ditemukan kuman TB
(BTA). Pemeriksaan penunjang berupa foto toraks, biakan, dan uji
kepekaan.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dari foto toraks
saja.
Diagnosis TB ekstra paru:
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena.
b. Diagnosis pasti sering sukar ditegakkan sedangkan diagnosis
kerja dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
c. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik.
E. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra
paru
2. Bakteriologi
: BTA positif atau tidak ditemukan BTA
3. Tingkat keparahan penyakit
: ringan atau berat
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah
diobati
Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
a. Kasus baru : Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.b. Kasus kambuh
(Relaps) : Pasien yang sudah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif.c. Kasus setelah
putus berobat (Default) : Pasien yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.d. Kasus setelah
gagal (Failure) : Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengibatan.e. Kasus pinsdahan (Transfer In) : Pasien yang
dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.f. Kasus lain : Semua kasus yang tidak
memenuhi ketentuan di atas.F. PENGOBATAN TB
Bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinnya
resistensi kuman terhadap OAT.
Prinsip Pengobatana. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi
dalam jumlah cukup dan dosis tepat.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, pengawasan
dilakukan oleh Pengawas menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB dilakukan 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
1. Tahap Awal (Intensif)
a. Pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung.
b. Bila pengobatan diberikan secara tepat, pasien menular
menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu.
c. Sebagian pasien Tb BTA positif menjadi tidak ditemukan kuman
BTA dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
a. Pasien mendapat obat lebih sedikit, namun jangka waktu lebih
lama.
b. Tahap ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah kekambuhan.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia1. Paduan OAT yang
digunakan oleh program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia :
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
c. Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
d. Kategori anak: 2HRZ/4HR
2. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan
kategori anak disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
3. Paket Kombipak, adalah paket obat lepas yang terdiri dari
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid, dan etambutol yang dikemas
dalam bentuk blister.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1. Dosis obat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan
resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit ehingga
pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan
pasien.
G. PANDUAN OBAT DAN PERUNTUKANNYAa. Kategori-1
(2HRZE/4H3R3)Panduan OAT ini deberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif
Pasien TB Paru BTA negatif foto thoraks positif
Pasien ekstra paru
Berat BadanTahap Intensiftiap hari selama 56 hariRHZE (
150/75/400/275)Tahap Lanjutan3 kali seminggu selama 16 mingguRH (
150/150)
30-37kg2 tablet 4KDT2 tablet 2KDT
38-54kg3 tablet 4KDT3 tablet 2KDT
65-70kg4 tablet 4KDT4 tablet 2KDT
>70kg5 tablet 4KDT5 tablet 2KDT
TahapPengobatanDosis per hari/kaliJumlah hari/kali
Menelan obat
Isoniasid
@300 mgrRifampisin
@450mgrPirazinamid
@500mgrEtambutol
@250mgr
Intensif(2 bulan)113356
Lanjutan(4 bulan)210-48
b. Kategori-2
PanduanOAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat( default)
Berat BadanTahap Intensiftiap hari RHZE (150/75/400/275) +STahap
Lanjutan3 kali semingguRH (150/150) + E(400)
Selama 56 hariSelama 28 hariSelama 20 minggu
30-37kg2 tab 4KDT+ 500 mg streptomisin inj.2 tab 4KDT2 tab 2KDT
+2 tab Etambulol
38-54kg3 tab 4KDT+ 750 mg streptomisin inj3 tab 4KDT3 tab 2KDT
+3 tab Etambulol
55-70kg4 tab 4KDT+ 1000 mg streptomisin inj4 tab 4KDT4 tab 2KDT
+4 tab Etambulol
>70kg5 tab 4KDT+ 1000 mg streptomisin inj5 tab 4KDT5 tab 2KDT
+5 tab Etambulol
Tahap pengobatanLama pengobatanIsoniazid @300mgrRifampisin
@450mgrPirazinamid @500mgrEtambutolStreptomisin injeksiJumlah
hari/kali menelan obat
@250mgr@400mgr
Tahap intensif (dosis harian)2 bulan113300,75gr56
1 bulan11330028
Tahap lanjutan (dosis 3x seminggu)4 bulan2102060
c. OAT Sisipan
Paket ini adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28hari).
Berat BadanTahap Intensif tiap hari selama 28 hariRHZE
(150/75/400/275)
30-37kg2 tablet 4KDT
38-54kg3 tablet 4KDT
55-70kg4 tablet 4KDT
>71kg5 tablet 4KDT
Tahap PengobatanLama pengobatanIsoniazid @300mgrRipamfisin
@450mgrPirazinamid @500mgrEtambutol @250 mgrJumlah hari/kali
menelan obat
Tahap intensif (dosis harian)1 bulan113328
H. PENGAWASAN MENELAN OBAT (PMO)
a. Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh
petugas
Kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati
oleh pasien
Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
Bersedia membantu pasien dengan sukarela
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien
b. Tugas seorang PMO
Mengawasan pasien TB agar menelan obat secara teraatur sampai
selesai pengobtan
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segala memeriksakan
diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.
Tugas PMO bukanlah untuk mengganti kewajipan pasien mengambil
obat dari unit pelanyanan kesehatan.I. INDIKATOR DALAM PROGRAM
PENANGANAN TB
a. Angka Penjaringan Suspek.
Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000
penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun Dan digunakan
untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah
tertentu:Jumlah suspek yang diperiksa x 100.000Jumlah Pendudukb.
Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek
Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara
seluruh suspek diperiksanya. Angka ini sekitar 5-15%.
c. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara semua Pasien TB
Paru Tercatat/Diobati
Menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberkulosis yang
menular diantara seluruh pasien tuberkulosis paru yang diobati.
d. Proporsi Pasien TB Anak diantara seluruh Pasien TB
Angka ini sekitar 15%.
e. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)
Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan
dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang
diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
f. Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate =
CNR)Mengambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun
di wilayah tersebutJumlah pasien yang dilaporkan pada form TB 07 x
100.000
Jumlah penduduk
g. Angka Konversi (Conversion Rate)Untuk mengetahui secara cepat
hasil pengobatan dan mengetahui apakah pengawasan langsung menelan
obat dilukuan dengan benar, angka minimal harus dicapai 80%.
h. Angka Kesembuhan (Cure Rate)Angka minimal harus dicapai
adalah 85%
i. Angka Keberhasilan Pengobatan.
Merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan
lengkap.
BAB IVPEMBAHASAN
A. Penemuan Suspek dan Kasus TB dengan Strategi DOTSSeperti yang
telah dijelaskan diatas mengenai tata cara penemuan kasus TB, dalam
sub bab ini akan dijelaskan tentang penerapannya pada Puskesmas
Ampel II Boyolali
1. Penjaringan Suspek
a) Target
Target suspek didapat dari perhitungan :
Perhitungan diatas didapatkan dari rumus yang diperoleh dalam
perhitungan target BTA (+) dari prevalensi kejadian TB BTA (+)
Regional Jawa sesuai panduan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Target Suspek Tahun 2012 per
desa
NoDesaJumlah pendudukTarget suspek
1.Candisari233725,01
2.Jlarem274729,39
3.Kembang525456,22
4.Ngadirojo460449,26
5.Ngargoloka169518,14
6.Ngagrong335435,89
7.Sampetan572261,23
Total25713275,13
b) Pencapaian Suspek
Pencapaian suspek dihitung mulai dari didapatkannya suspek pada
4 triwulan ( Triwulan 1, II, III dan IV ).
Pencapaian :
Tabel 2. Hasil pencapaian Penjaringan Suspek per Desa Tahun
2012
NoDesaTarget suspekHasil PenemuanTotalPencapaian
IIIIIIIV
1.Candisari25,01212520 %
2.Jlarem29,3900 %
3.Kembang56,224511017,79 %
4.Ngadirojo49,262136,09 %
5.Ngargoloka18,1400 %
6.Ngagrong35,8900 %
7.Sampetan61,2344331422,86 %
Total275,131011653211,63 %
2. Proporsi Pasien BTA (+) diantara suspek
Sesuai dengan panduan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia mengenai target penjaringan pasien BTA (+) adalah dengan
menggunakan prevalensi pasien BTA (+) per regional Tahun 2004. Pada
laporan ini kami menggunakan prevalensi regional Jawa, yaitu :
a) Target Penemuan Pasien BTA (+)
Tabel 3. Target Penemuan Pasien BTA (+)
NoDesaJumlah pendudukTarget Penemuan
1.Candisari23372,50
2.Jlarem27472,93
3.Kembang52545,62
4.Ngadirojo46044,93
5.Ngargoloka16951,81
6.Ngagrong33543,59
7.Sampetan57226,12
Total2571327,51
b) Proporsi Pasien BTA (+) diantara suspek
Dihitung dari :
NoDesaSuspek yang diperiksaHasilTotalPersentase
IIIIIIIV
1.Candisari500 %
2.Jlarem00-
3.Kembang101110 %
4.Ngadirojo300 %
5.Ngargoloka00-
6.Ngagrong00-
7.Sampetan14111321,43 %
Total321201412,5 %
c) Pencapaian Penemuan Pasien BTA (+)
Seperti pada perhitungan Pencapaian Penjaringan suspek TB.
Pencapaian :
Tabel 4. Pencapaian Penemuan Pasien BTA (+)
NoDesaTargetHasilTotalPencapaian
IIIIIIIV
1.Candisari2,5000
2.Jlarem2,9300
3.Kembang5,621117,79
4.Ngadirojo4,9300
5.Ngargoloka1,8100
6.Ngagrong3,5900
7.Sampetan6,12111349
Total27,511201414,54
3. Proporsi TB paru BTA (+) diantara seluruh pasien TB Paru
Tabel 5. Proporsi Pasien BTA (+) Terhadap Seluruh Pasien TB
Paru
NoDesaPasien TB Paru tercatat/diobatiPasien TB Paru BTA
+Proporsi (%)
1.Candisari00-
2.Jlarem00-
3.Kembang11100
4.Ngadirojo00-
5.Ngargoloka00-
6.Ngagrong00-
7.Sampetan33100
Total44100
Pasien TB Paru keseluruhan yang tercatat di Puskesmas Ampel II
sama dengan jumlah pasien TB Paru BTA (+), sehingga menghasilkan
proporsi pasien TB Paru BTA (+) terhadp seluruh pasien TB Paru 100
%.4. Proporsi anak diantara seluruh pasien TB
Tabel 6. Proporsi Pasien TB Anak Terhadap Seluruh Pasien TB
Paru
NoDesaPasien TB Paru tercatatPasien TB AnakProporsi (%)
1.Candisari00-
2.Jlarem00-
3.Kembang11100 %
4.Ngadirojo00-
5.Ngargoloka00-
6.Ngagrong00-
7.Sampetan300
Total4125 %
B. Pencatatan dan Pelaporan kasus TB dengan Strategi DOTS1. Unit
Pelayanan Kesehatan ( UPK ) :
a) TB 06 ( Tersangka Penderita / Suspek yang diperiksan dahaknya
)
Langkah-langkah pengisian :
1) No.
2) No. identitas sediaan dahak
3) Nama tersangka penderita
4) Umur dan jenis kelamin
5) Alamat lengkap
6) Hasil pemeriksaan7) Nomor Reg. Lab.:Tulis nomor urut 3 digit,
dimulai dengan 001, pada setiap permulaan tahun
:Tulis nomor urut sediaan tersebut dengan 3 digit, mulai dengan
001 setiap permulaan tahun, nomor ini sesuai dengan nomor urut pada
kolom-
:Tulis nama lengkap
:Tulis umur penderita dalam tahun dalam kotak yang sesuai jenis
kelamin penderita tsb.
:Tulis alamat lengkap penderita
:Tulis tanggal dan hasil pembacaan sediaan sesuai kolomnya, neg
untuk negatif dan 1+, 2+ dst. untuk hasil positif. A untuk dahak
sewaktu pertama, B untuk dahak pagi, dan C untuk dahak sewaktu
kedua.
:Tulis No. Reg. Lab dari pemeriksaan tsb. (kutip dari form.
TB.05 bagian bawah).
b) TB 01 ( Kartu Pengobatan )
1) Nama penderita
2) Telp.
3) Alamat lengkap
4) Nama pengawas pengobatan/ PMO
5) Telp.
6) Alamat lengkap PMO
7) Tahun
8) No. Reg. TB.03 Sarana Pelayanan Kesehatan/ No. Reg. TB
Kabupaten
9) Nama Unit Sarana Pelayanan Kesehatan
10) Jenis kelamin
11) Umur
12) Parut BCG
13) Riwayat pengobatan sebelumnya
14) Klasifikasi penyakit
15) Catatan
16) Tipe penderita
17) Pemeriksaan kontak serumah
18) Hasil pemeriksaan dahak
19) Tanggal
20) No. Reg. Lab
21) BTA
22) BB (kg)
23) Tahap intensif
24) Kolom pemberian obat
25) Contoh
Halaman ke 2
1) Tahap Lanjutan
2) Kolom pemberian obat
3) Contoh
4) Catatan
5) Hasil akhir pengobatan:Tulis nama lengkap pasien
:Bila ada tulis nomor telepon pasien yang dapat dihubungi
:Tulis alamat lengkap pasien
:Tulis lengkap, kemudian dalam kurung tulis status PMO tersebut,
misalnya: (petugas kesehatan), (kader), dll.
:Bila ada tulis nomor telepon PMO yang dapat dihubungi
:Tulis alamat lengkap PMO
:Tahun mulai pengobatan pasien
:Diisi oleh wasor sesuai nomor register Tb kabupaten/ kota
(TB03)
:Tulis nama lengkap sarana pelayanan kesehatan yang memberi
pelayanan pengobatan
:Beri tanda pada kotak yang sesuai
:Tulis umur penderita dalam tahun
:Beri tanda pada kotak yang sesuai
:Beri tanda pada kotak yang sesuai
:Beri tanda pada kotak yang sesuai. Jika pilihan pada kotak
Ekstra Paru, tulislah dimana lokasinya, misalnya kelenjar limfe
:Tulis hasil pemeriksaan lain yang dilakukan misalnya rontgen,
tulis nomor foto, tanggal pemeriksaan, dan kesimpulan hasil
bacaannya, demikian juga hasil pemeriksaan lain seperti biopsi,
kultur,
skoring TB anak dll
:Beri tanda pada kotak yang sesuai. Jika pilihan pada kotak
lain-lain, sebutkan tipenya, misalnya Gagal
:Tulis nama, jenis kelamin, umur dari semua orang yang tinggal
serumah dengan pasien BTA positif. Lakukan pemeriksaan sesuai
petunjuk, kemudian tulislah tanggal dan hasil pemeriksaan
tersebut.
:Hasil tersebut harus ditulis sesuai baris dari bulan
pemeriksaan yang dilakukan, misalnya baris bulan 0 (awal) untuk
pemeriksaan awal (kepentingan diagnosis). Baris bulan ke 2 untuk
pemeriksaan pada akhir bulan ke 2, dan seterusnya.
:Adalah tanggal gradasi positif tertinggi
:Nomor Register Lab sesuai formulir TB.05 yang dikirim kembali
ke anda
:Tulis hasil tingkat positif (gradasi) yang tertinggi (misal :
++ = ditulis 2+, +++ = ditulis 3+)
:Berat badan penderita (dalam kg).
:Beri tanda pada kotak kategori obat yang sesuai
:Di kolom bulan, tulis nama bulan pengobatan. Di kotakkotak
tanggal, beri tanda jika pasien datang mengambil obat atau
pengobatan dibawah pengawasan petugas.
Jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri dirumah, beri tanda
---- (garis lurus) pada kotak-kotak tersebut sebanyak jumlah obat
yang diberikan, misalnya diberi 4 blister maka beri tanda garis
lurus pada 4 kotak.
:
:Beri tanda pada kotak kategori obat yang sesuai.
:Cara pengisiannya hampir sama seperti pada tahap intensif. Pada
kotak tanggal beri tanda jika penderita datang mengambil obat atau
pengobatan dibawah pengawasan petugas kesehatan. Beri tanda (-)
(strip) pada setiap kotak-tanggal dimana obat akan diminum dan
diberikan untuk dibawa pulang.
:
:Disediakan untuk menulis informasi lain yang dianggap penting
dari penderita tsb.
:Tulislah tanggal hasil akhir pengobatan dalam kotak yang
sesuai.
c) TB 02 ( Kartu Identitas Penderita )1) Cara pengisian halaman
depan cukup jelas.
2) Tanggal
3) Tahap pengobatan
4) Jumlah obat yang diberikan
5) Tanggal harus kembali
6) Tanggal perjanjian untuk pemeriksaan dahak ulang
7) Catatan penting : oleh dokter atau perawat
8) : Tulis tanggal kunjungan pasien sekarang
: Tulis intensif atau lanjutan sesuai dengan tahap pengobatan
yang diberikan.
:Tulis jumlah blister yang diberikan termasuk jumlah yang dibawa
pulang
:Tulis tanggal yang diminta pasien harus kembali untuk mendapat
pengobatan.
:Cukup jelas
:Tulis catatan lain yang penting diketahui oleh penderita
d) TB 09 ( Rujukan/Pindahan Penderita )Formulir ini digunakan
bila ada seorang pasien akan dirujuk atau pindah berobat ke sarana
pelayanan kesehatan diluar wilayah kabupaten / kota. Formulir ini
perlu untuk sarana pelayanan kesehatan yang baru, sehingga
pengobatan dapat dilanjutkan dengan mudah.
Bagian atas dari formulir ini diisi oleh petugas dari unit
pengobatan yang mengirim pasien. Bagian bawah formulir diisi oleh
petugas yang menerima rujukan / pindahan pasien, kemudian dikirim
balik ke unit pengirim sehingga petugas pengirim tahu bahwa pasien
tersebut sudah meneruskan pengobatannya.
Cara pengisian dari formulir ini cukup jelas (tidak perlu
diberikan petunjuk tambahan).
2. Laboratorium
a) TB 04 ( Register Laboratorium )
1) Cara pengisian halaman depan cukup jelas.
2) Tanggal
3) Tahap pengobatan
4) Jumlah obat yang diberikan
5) Tanggal harus kembali
6) Tanggal perjanjian untuk pemeriksaan dahak ulang
7) Catatan penting : oleh dokter atau perawat
8) : Tulis tanggal kunjungan pasien sekarang
: Tulis intensif atau lanjutan sesuai dengan tahap pengobatan
yang diberikan.
:Tulis jumlah blister yang diberikan termasuk jumlah yang dibawa
pulang
:Tulis tanggal yang diminta pasien harus kembali untuk mendapat
pengobatan.
:Cukup jelas
:Tulis catatan lain yang penting diketahui oleh penderita
b) TB 05 ( Form Pemeriksaan Dahak )
Formulir ini diisi:
Bagian atas oleh petugas yang meminta pemeriksaan dahak
Bagian bawah oleh petugas yang membaca sediaan dahak.
Satu penderita menggunakan satu formulir. Satu formulir
digunakan untuk 3 spesimen (untuk diagnosis) atau untuk 2 spesimen
(untuk follow-up pengobatan).
Bagian atas
1) Nama Unit Yankes
2) Nama suspek/pasien3) Umur4) Jenis kelamin5) Alamat lengkap6)
Kabupaten/Kota7) Klasifikasi Penyakit8) Alasan pemeriksaan9) No.
Reg Kab/Kota10) Nomor identitas sediaan11) Tanggal pengambilan
dahak terakhir12) Tanggal pengiriman sediaan13) Tanda tangan
pengambil sediaan14) Secara visual dahak tampakBagian Bawah1) No.
Register Lab.
2) Tanggal pemeriksaan
3) Spesimen dahak
4) Hasil
5) Diperiksa oleh
2) : Tulis nama unit pengirim.
: Tulis nama lengkap dari suspek/pasien
:Tulis umur dalam tahun.
:Beri tanda pada kotak yang sesuai.
:Tulis alamat pasien secara lengkap.
:Tulis nama kabupaten / kota.
:Beri tanda pada kotak yang sesuai.
:Beri tanda pada kotak yang sesuai
:Tulis no register Kab/Kota (pasien)
:Tulis sesuai dengan nomer yang ada pada kaca sediaan, dengan
tidak mencantumkan waktu pengambilan dahak
(SPS).
:Tulis tanggal pengambilan dahak terakhir.
:Tulis tanggal sediaan tsb dikirim ke Lab.
:Bubuhi tanda tangan dari pengambil/pembuat sediaan.
:Beri tanda pada kotak yang sesuai.
:Tulis nomor yang sesuai dengan di buku register lab
(TB.04).
:Tulis tanggal sediaan tsb diperiksa.
:Tulis kode huruf sesuai waktu pengambilan dahak yang dikirim
:
Penegakan diagnosis : Sewaktu (A), Pagi (B), Sewaktu (C)
Follow up Akhir fase intensif : Sesuai waktu dan urutan specimen
(D) & (E)
Follow up bila 1 bulan sebelum AP : Sesuai waktu dan urutan
specimen (F) & (G)
Follow up AP : Sesuai waktu dan urutan specimen (H) & (I)
Setelah sisipan : Sesuai waktu dan urutan specimen (J) &
(K)
:Beri tanda rumput () pada kotak yang sesuai untuk tiap sediaan
yang diperiksa. Untuk kolom 1-9 bta, tulis jumlah kuman yang
ditemukan dalam 100 lp
:Bubuhi tanda tangan dan tulis nama lengkap petugas
pemeriksa.
3. Kab/Kota : TB 03, TB 07, TB 08, TB 11, TB 12, TB 13
4. Provinsi : TB 07, TB 08, TB 11 dan TB 12
C. Perhitungan angka keberhasilan pengobatan kasus TB
a. Case Notification Rate ( CNR )Tabel 7. Tabel hasil
perhitungan CNR
NoDesaJumlah pendudukPasien BTA +CNR (%)
1.Candisari233700
2.Jlarem274700
3.Kembang5254119
4.Ngadirojo460400
5.Ngargoloka169500
6.Ngagrong335400
7.Sampetan5722352
Total25713415
b. Case Detection Rate ( CDR )Angka ini sama dengan persentase
pencapaian hasil penemuan pasien BTA + diantara semua suspek yang
diperiksa
Tabel 8. Tabel hasil perhitungan CDR
NoDesaTargetHasilTotalCDR (%)
IIIIIIIV
1.Candisari2,5000
2.Jlarem2,9300
3.Kembang5,621117,79
4.Ngadirojo4,9300
5.Ngargoloka1,8100
6.Ngagrong3,5900
7.Sampetan6,12111349
Total27,511201414,54
c. Conversion Rate
Tabel 9. Tabel hasil perhitungan Conversion Rate
NoDesaTotalKonversiPersentase (%)
1.Candisari00-
2.Jlarem00-
3.Kembang00-
4.Ngadirojo00-
5.Ngargoloka00-
6.Ngagrong00-
7.Sampetan22100
Total22100
d. Cure Rate
Tabel 10. Tabel hasil perhitungan Cure RateNoDesaTotal pasien
selesai masa pengobatanSembuhPersentase (%)
1.Candisari00-
2.Jlarem00-
3.Kembang00-
4.Ngadirojo00-
5.Ngargoloka00-
6.Ngagrong00-
7.Sampetan22100
Total22100
e. Treatment Success rate
Tabel 11. Tabel hasil perhitungan Treatment Success rate
NoDesaTotalPasien yang diobatiSembuh dan pengobatan
lengkapPersentase (%)
1.Candisari000-
2.Jlarem000-
3.Kembang000-
4.Ngadirojo000-
5.Ngargoloka000-
6.Ngagrong000-
7.Sampetan222100
Total222100
D. Monitoring dan Evaluasi Penjaringan dan Pengobatan kasus TB
dengan strategi DOTS
Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan Penjaringan dan Pengobatan
kasus TB dengan strategi DOTS berdasarkan pada hasil yang telah
dicapai dibandingkan dengan tujuan kedua kegiatan tersebut.
1. Monitoring dan evaluasi Penjaringan kasus TB
a. Pencapaian penjaringan suspek
Hasil yang kami dapatkan, pencapaian masih terlalu jauh dari
target yang ditetapkan melalui beberapa perhitungan diatas.
Terutama pada desa dengan pencapaian target 0% yaitu pada Desa
Jlarem, Ngargoloka, dan Ngagrong. Jika dihitung dengan cakupan
wilayah kerja Puskesmas Ampel II , juga terbilang masih jauh dari
target yaitu hanya 11,63 %. Karena Puskesmas Ampel II menggunakan
metode penjaringan pasif dengan promosi aktif, kegiatan penyuluhan
yang dilakukan pun bisa menjadi salah satu faktor sedikitnya
pencapaian suspek pasien TB. Maka dari itu, diharapkan penyuluhan
mengenai TB ini lebih di intensifkan lagi.
b. Pencapaian penemuan kasus BTA +
Dari hasil yang kami dapatkan, jika dilihat dari cakupan per
desa, beberapa desa masih memiliki pencapaian