Top Banner

of 23

BAB II.doc

Jan 13, 2016

Download

Documents

AgungZukhruf
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IITINJAUAN PUSTAKA (F31) Gangguan Afektif Bipolar

2.1 Definisi Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktifitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktifitas (mania atau hipomania), dan pada waktu yang lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

Yang khas dari gangguan jiwa ini yaitu ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manic biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4 5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada usia lanjut. Kedua macam episode itu sering kali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lainnya (adanya strs tidak esensial untuk penegakan diagnosa)2.2 Etiologi Gangguan Afektif Bipolar1. Faktor Biologis

a. NeurotransmitterOtak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-pesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut.Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan bipolar adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak individu normal.Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tapi dengan serotonin normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan hiperaktivitas dan nsgresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia. Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang timbulnya mania, dan antipsikotik yang mem-blok reseptor dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia.

1) Monoamin dan DepresiPenelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan berkurangnya monoamin, seperti reserpin, dapat menyebabkan depresi.Akibatnya timbul teori yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya obat antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor yang bekerja meningkatkan monoamin di sinap. Peningkatan monoamin dapat memperbaiki depresi.

2) SerotoninNeuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksi ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di susunan syaraf pusat.

Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia.

Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi. Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal dan temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri.

Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi dan individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori, atensi, dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tapi tidak melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan. Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolaceticacid). Terdapat penurunan 5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini sering terjadi pada penderita depresi dengan usaha-usaha bunuh diri.

Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis. Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak sesuai dengan penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya gangguan serotonin pada depresi.

3) NoradrenergikBadan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus ceruleus (LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia, hipotalamus dan talamus. Ia berperan dalam mulai dan mempertahankan keterjagaan (proyeksi ke limbiks dan korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus terlibat dalam sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus ceruleus dan juga berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus ceruleus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber utama sekresi norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer.Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC, fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif dapat memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut.Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini dapat menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG). Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).b. Neuroendokrin

Adanya riwayat gangguan dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalmus-pituitari-adrenal, mengganggu homeostasis dan menimbulkan respon stress yang juga berperan pada gambaran klinis gangguan bipolar.c. Pencitraan Otak

Ditemukan pada pasien dengan gangguan bipolar I, terutama pasien laki-laki dengan ventrikel serebral yang membesar. MRI dan PET ( jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual

Volume kecil pada amygdala dan hipokampus

Pasien dengan gangguan depresif berat ( nukleus kaudatus dan lobus frontalis yang lebih kecil.2. Faktor Genetika

Anak dari pasien dengan gangguan bipolar I, berkemungkinan menderita 8-18 kali dibandingkan dengan orang normal

Kembar monozigot ( 33-99% menderita gangguan bipolar I

Kembar dizigotik ( 5-25%

Hubungan gangguan bipolar I dengan petanda genetik, dilaporkan pada kromosom 5, 11, dan X 3. Faktor Psikososial

Anak dari pasien dengan gangguan bipolar I, berkemungkinan menderita 8-18 kali dibandingkan dengan orang normal

Kembar monozigot ( 33-99% menderita gangguan bipolar I

Kembar dizigotik ( 5-25%

Hubungan gangguan bipolar I dengan petanda genetik, dilaporkan pada kromosom 5, 11, dan X 2.3 Epidemologi Gangguan Afektif Bipolar

Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien.Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak- anak.2.4 Gambaran Klinis Gangguan Afektif Bipolar

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.

Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode manik.

Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik.

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama.

Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala- gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.2.5 Penegakan Diagnosis Gangguan Afektif Bipolar

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk mendiagnosis adanya gangguan bipolar. Status mental penderita tergantung pada keadaan depresi, hipomanic, manic, atau campuran, dengan variasi area MSE ditandai sesuai dengan fase tertentu dari penderita.a. Penampilan1) Periode depresi : Menunjukkan sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak terawat, kotor, berlubang, kumal, serta tidak cocok dengan ukuran badan. Bila seseorang kehilangan berat badan secara signifikan, ukuran pakaiannya tidak akan cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang rendah, yang ditunjukkan dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak membersihkan diri. Pada wanita, kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan warna yang berbeda atau sebagian warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan cenderung kotor juga pada tangannya. Rambut mereka juga tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat. Mereka bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi psikomotor. Mereka juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang monoton.2) Episode Hipomanik : Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi dan selalu kemana-mana. Mereka selalu berencana melakukan sesuatu, sebagian mengalami perubahan tingakat energi dan suasana hati.3) Episode Manik : Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase manic menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase depresi. Penderita fase manic menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka kurang istirahat, bertenaga, aktif, serta berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat dikenakan dengan tergesa-gesa dan kacau. Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna, serta mencolok. Mereka berdiri di keramaian dan menjadi menonjol karena pakaian mereka yang sering menarik perhatian.b. Afek/Suasana Hati1) Episode Depresi : Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam episode depresi.Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan terisolasi.2) Episode Hipomanik : Suasana hati penderita meningkat, meluas dan peka.3) Episode Manik : Suasana hati penderita tampak menggembirakan, dan bahkan berlebihan.Euphoria. Penderita sangat mudah marah.4) Episode Campuran: Penderita menunjukkan gejala kedua episode (depresi dan manik) dalam suatu periode singkat (1 minggu atau kurang).c. Pikiran1) Episode Depresi : Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan kesedihan mereka. Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan mereka mempunyai suatu istilah bahwa mereka bagaikan gelas yang separuh kosong. Pemikiran mereka lebih berfokus tentang kematian dan tentang bunuh diri.2) Episode Hipomanik : Penderita mempunyai pemikiran yang optimis, berpikir ke depan dan mempunyai sikap yang positif.3) Episode Manik : Penderita mempunyai pemikiran yang sangat opimis dan luas. Percaya diri yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat membuat pemikiran/gagasan. Mereka merasa pemikiran mereka sangat aktif dan aktif.4) Episode Campuran : Penderita dapat berubah secara cepat antara depresi dan euforia dan meraka juga mudah marah.d. Persepsi1) Episode Depresi : Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan. Dengan psikotik dan tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita mempunyai khayalan dan halusinasi yang sesuai atau tidak dengan suasana hati. Penderita merasa telah berdosa, bersalah, dan merasakan penyesalan yang snagat dalam.2) Episode Hipomanik : Penderita tidak mengalami gangguan persepsi.3) Episode Manik : 3 dari 4 penderita dalam tahap ini mengalami halusinasi. Khayalan manic menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan.4) Episode Campuran : Penderita menunjukkan khayalan dan halusinasi yang konsisten dengan depresi atau manic atau keduanya.e. Bunuh Diri1) Episode Depresi : Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada penderita depresi. Mereka adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam usaha bunuh diri.2) Episode Hipomanik : Angka bunuh diri rendah.3) Episode Manik : Angka bunuh diri rendah.4) Episode Campuran : Pada tahap depresi pasien memiliki resiko untuk bunuh diri.f. Pembunuhan / Kekerasan1) Episode Depresi : Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya diikuti dengan bunuh diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia sudah tidak berguna lagi untuknya dan untuk orang terdekatnya/orang lain.2) Episode Hipomanik : Penderita menunjukkan sifat mudah marah dan agresif. Mereka dapat menjadi tidak sabar terhadap orang lain.3) Episode Manik : Penderita agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau toleransi dengan orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi sangat menuntut, kasar, sangat mudah marah. Pembunuhan terjadi jika penderita mempunyai suatu khayalan terhadap kesenangan penderita.4) Episode Campuran : Penderita dapat menjadi sangat agresif terutama dalam tahap manik.g. Pengertian Diri/Insight1) Episode Depresi : Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri. Penderita biasanya gagal dalam melakukan tindakan yang penting sebab mereka sangat jatuh dan menurun dalam mengenali diri mereka sendiri. Meraka memiliki sedikit pengertian terhadap diri mereka sendiri.2) Episode Hipomanik : Biasanya penderita memiliki pengertian yang baik mengenai diri mereka. Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka sangat produktif dan teliti, bukan sebagai hipomanic.3) Episode Manik : Dalam tahap ini pengertian diri/insight sangat lemah. Penderita tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai kebutuhan, rencana dan perilaku mereka.4) Episode Campuran : Pergeseran/perubahan dalam afek dapat merusak pengertian pasien tentang dirinya dan bertentangan dengan insight mereka.h. Kognitif1) Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat jarang diamati pada pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik. Mereka mengetahui waktu dan temapt mereka berada.mereka dapat mengingat kejadian yang lampau dan terbaru. 2) Pada beberapa kasus hipomanic, kemampuan penderita untuk mengingat informasi dapat sangat luas. 3) Pada depresi dan manic yang berat, penderita dapat mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya.2.6 Klasifikasi Gangguan Afektif Bipolar

Menurut PPDGJ-III, klasifikasi gangguan afektif bipolar terdiri atas: 1. F 31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini HipomanikPedoman diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode hipomania (F30.0); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

2. F 31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala PsikotikPedoman diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk eepisode mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

3. F 31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala PsikotikPedoman diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

4. F 31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang.30 Tanpa Gejala Somatik

.31 Dengan Gejala SomatikPedoman diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, atau campuran) di masa lampau.

5. F 31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala PsikotikPedoman diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, atau campuran) di masa lampau.

6. F 31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala PsikotikPedoman diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan

Harus ada sekurang-kurangnyasatu episode afektif lain (hipomanik, manik, atau campuran) di masa lampau.

7. F 31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini CampuranPedoman diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan

Harus ada sekurang-kurangnyasatu episode afektif lain (hipomanik, manik, atau campuran) di masa lampau.

8. F 31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Remisi

9. F 31.8 Gangguan Afektif Bipolar lainnya

10. F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT2.7 Differensial Diagnosa Gangguan Afektif Bipolar

A. Gangguan afektif bipolar, pasien datang dengan episode manik : Gangguan bipolar II ( gejala hipomania dan terdapat riwayat depresif berat Siklotimia ( gejala hipomania dan terdapat episode depresif ringan Gangguan bipolar organik ( terdapat penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak atau penyakit sistemik fisik yang mendasari timbulnya gejala afektif bipolar. Gangguan manik akibat penggunaan zat psikoaktif Skizofrenia (F20) Skizofrenia dapat diawali dengan gangguan emosi dan afek sehingga memberikan gambaran yang hampir mirip dengan episode mania Keriangan, elasi, dan kejangkitan mood lebih sering ditemukan pada pasien manik dibandingkan pada skizofrenia Kepribadian seorang degan gangguan mania hangat dan mudah bersahabat, sedangkan pada seorang dengan skizofrenia biasanya pendiam, jauh dari pergaulan, dan menutup diri. Waham biasanya mood incongruent Skizoafektif tipe manik (F25.0) (ketidaksesuaian gejala afek dengan waham dan halusinasi/ mood-incongruent, sangat menonjol)

B. Gangguan afektif bipolar, pasien datang dengan episode hipomanik : Siklotimia ( terdapat gejala hipomania, tetapi episode depresif ringan

Gangguan bipolar I (sindroma manik dan depresif lengkap) ( pasien dengan gejala manik dan terdapt riwayat depresif berat.

Gangguan bipolar organik

C. Gangguan afektif bipolar, pasien datang dengan episode depresi : Gangguan depresif organik ( terdapat kelainan oraganik Gangguan depresif akibat penggunaan zat ( terdapat riwayat penggunaan zat yang mendasari timbulnya gejala depresif Gangguan distimik ( gejala depresif kronis, dimana sindroma depresif tidak lengkap tanpa episode yang jelas.

Siklotimia ( terdapat sindroma depresif ringan tetapi ada riwayat hipomania.

Gangguan campuran anxietas dan depresif

Skizofrenia

Skizoafektif tipe depresif 2.8 Penatalaksanaan Gangguan Afektif Bipolar1. Hospitalisasi/rawat di rumah sakit

Indikasi:

Suicide/homicide

Membahayakan orang lain

Perwatan diri kurang

Susah untuk tidur

Kepentingan diagnosis2. Farmakoterapi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak.

A. Mania Lithium Carbonate 250-500 mg/hari

Asam Valproate (Depakene), Divalproex Na (Depakote) ( menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak memberi respon terhadap lithium. Kelebihan dari valproat ini adalah dapat memberikan respon yang baik pada kelompok rapid cycler (penderita bipolar yang dalam 1 tahun mengalami 4/>> episode manik atau depresi) Carbamazepine dosis 200-600 mg/hari

Antipsikotik atipikal: clonazepine, olanzepine, quetiapine, risperidone ( mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas.

Antikonvulsan lainnya: clonazepam, lorazepam (benzodiazepine) ( untuk pasien akut mania dengan gejala gelisah akut.

ECT ( untuk mania resisten

B. Mania Akut ( Lithium carbonate + antipsikotik atipikal

Oral antipsikotik atau valproat semisodium

Benzodiazepine dapat diberikan sebagai terapi adjuvan, dimana efek sedasi menjadi prioritas.

C. Depresif

Antidepresan : SSRIs (Sertaline). Pemakaian antidepresan trisiklik dapat memicu episode manik.

Lithium ( unipolar recurrent depression, mencegah kekambuhan, sebagai mood stabilizer. Dibutuhkan kadar lithium 0,4-0,8 mEq/L (profilaksis)

Lamotrigine (kombinasi dengan antidepresan efektif untuk terapi akut gangguan bipolar episode kini depresif

ECT

D. Depresif Akut

Antidepressan + obat antimanik (lithium/semisodium valproate/antipsikotik) / lamotrigine ( untuk pasien depresif akut yang memiliki riwayat episode manik

ECT ( dipertimbangkan pada pasien depresif akut yang berisiko bunuh diri atau melukai dirinya sendiri.NB: kombinasi antidepresan serotonergik, antipsikotik dan lithium dapat memicu terjadinya manik dan rapid cycle. Jadi pertimbangkan antidepresan yang akan diigunakan

E. Episode Kini Campuran ( belum ada penelitian yang cukup untuk merekomendasi pengobatan pada kasus campuran

F. Profilaksis

Lithium ( mencegah kekambuhan gangguan afektif bipolar, terutama mencegah relaps episode manik atau hipomanik.

Carbamazepine ( dapat mencegah relaps lebih dari 6 minggu sampai dengan 3 tahun. Digunakan sebagai alternatif dari lithium, terutama pada pasien dengan gangguan afektif bipolar II atau pasien yang tidak dapat menggunakan lithium.

Asam valproat ( alternatif dari lithium

Lamotrigine ( mencegah relaps gangguan afektif bipolar, khususnya episode depresif.

G. Psikososial

Terapi kognitif ( tujuannya, menghilangkan dan mencegah rekurennya episode depresif dengan mengubah pola pikir negatif pasien dengan pemikiran alternatif, fleksibel, dan positif

Terapi perilaku ( mengubah dan mengganti perilaku pribadi pada pasien terdepresi dengan meningkatkan aktivitas, untuk mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, dan mengajarkan pasien bersantaiTerapi interpersonal

Terapi berorientasikan psikoanalitis

Terapi keluarga

2.9 Prognosis Gangguan Afektif Bipolar

Hanya 50 60 % penderita BP I dapat dikontrol dengan litium terhadap gejalanya. Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 % penderita mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang menetapA. Prognosis baik (bonam) jika:

Fase manik dalam durasi pendek

Onset terjadi pada usia lanjut

Pemikiran untuk bunuh diri yang rendah

Gambaran psikotik yang rendah

Masalah kesehatan (organik) rendah

B. Prognosis buruk (malam) jika:

Onset terjadi pada usia muda

Riwayat kerja buruk

Penyalahgunaan alkohol

Gambaran psikotik

Gambaran depresif antara episode manik dan depresi

Adanya bukti keadaan depresif

Jenis kelamin laki-laki 2.10 Komplikasi Gangguan Afektif Bipolar

Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan adiksi.Gangguan bipolar I ( gangguan distimik, siklotimik.2.11 Kopetensi Dokter Umum Mengenai Gangguan Afektif Bipolar

Episode kini manik ( 3b

Episode kini depresif ( 3a27