Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sinar Rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan. Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan – kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2 yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral , film Rontgendiletakkan didalam mulut pasien, salah satunya adalah foto periapikal dan bite wing serta oklusal, sedangkan pada teknik foto Rontgen ekstraoral, film Rontgen diletakkan diluar mulut pasien , salah satunya adalah foto panoramik, macam lainnya adalah lateral foto, cephalometri dan lain-lain. Berdasarkan banyaknya jenis film yang digunakan dalam kedokteran gigi, penulis merasa tertarik untuk mengetahui gambaran distribusi teknik foto Rontgen yang sering dipakai dan jarang dipakai di klinik maupun rumah sakit. 1
29

denrad fix bab

Jun 29, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: denrad fix bab

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan sinar Rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang

kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan

diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan.

Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang

pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya

kelainan – kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan

sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana

perawatan.

Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2 yaitu

teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral , film Rontgendiletakkan didalam

mulut pasien, salah satunya adalah foto periapikal dan bite wing serta oklusal,

sedangkan pada teknik foto Rontgen ekstraoral, film Rontgen diletakkan diluar mulut

pasien , salah satunya adalah foto panoramik, macam lainnya adalah lateral foto,

cephalometri dan lain-lain. Berdasarkan banyaknya jenis film yang digunakan dalam

kedokteran gigi, penulis merasa tertarik untuk mengetahui gambaran distribusi teknik

foto Rontgen yang sering dipakai dan jarang dipakai di klinik maupun rumah sakit.

1.2 Kerangka Pemikiran

W. G . Morton adalah orang pertama yang memanfaatkan

penggunaan radiografi gigi di amerika pada tahun 1896, sementara

C. Edmund adalah seorang dokter gigi yang pertama kali

menganjurkan untuk menggunakan radiografi secara rutin pada

praktek dokter gigi.

Radiografi gigi memberikan informasi diagnosis yang penting dan

dapat digunakan saat menentukan rencana perawatan. Radiografi

gigi dapat membantu dokter gigi untuk memeriksa struktur

pendukung gigi yang di foto Rontgen.

Kegunaan foto Rontgen gigi yaitu:

1. Untuk mendeteksi lesi, dll.

1

Page 2: denrad fix bab

2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit.

3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga

mulut.

4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.

5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.

6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.

7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan

sewaktuwaktu

Radiografi dalam kedokteran gigi ada 2 macam yaitu : foto

intraoral dan ekstraoral.

Panoramik merupakan salah satu foto Rontgen gigi ekstraoral,

dengan salah satu keuntungannya adalah mempunyai daerah

liputan yang luas dari pada intraoral, tetapi kekurangannya adalah

dapat terjadi sedikit distorsi . Sementara itu foto periapikal

merupakan salah satu foto Rontgen gigi intraoral . Foto periapikal

memiliki keuntungan dapat memberikan gambaran detail tetapi

daerah liputan foto tidak luas hanya terbatas pada beberapa gigi

saja. Namun pada pembahasan kali ini penulis akan membahas

tentang pemeriksaan radiologi intraoral.

2

Page 3: denrad fix bab

BAB II

PEMBAHASAN

FOTOGRAFI RADIOLOGI INTRA ORAL

Radiografi intra oral adalah teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan

jaringan disekitarnya dengan film berada di dalam rongga mulut. Ada tiga metode

dasar teknik radiografi intra oral :

1. periapikal : a. biseksi

b. parallel

2. bitewing

3. oklusal topografi, crossection dan oklusal obliq

1. Rontgen Periapikal

adalah teknik radiografi intra oral yang mencangkup gigi geligi dan jaringan

sekitarnya sampai dengan daerah periapikal. Teknik ini digunakan untuk

melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang

pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk

memperoleh foto periapikal yaitu teknik paralel dan bisektris.

Indikasi :

1. mendeteksi adanya inflamasi/infeksi atau kelainan didaerah

peripapikal.

2. penilaian keadaan jaringan periodontal

3. pemeriksaan paska trauma pada gigi geligi yang melibatkan tulang

alveolar disekitarnya.

4. penilaian kondisi dan posisi gigi yang tidak erupsi

5. mempelajari morfologi akar sebelum pencabutan gigi.

3

Page 4: denrad fix bab

6. penilaian kondisi gigi selama perawatan endodontik

7. penilaian peroperatif dan postoperatif setelah pembukaan (operasi)

daerah apikal.

8. evaluasi detil kista apikal dan lesi lainnya didalam tulang alveolar

9. penilaian posisi dan prognosa implan.

Posisi ideal film dan arah sinar-x terhadap gigi adalah :

1. gigi yang diperikasa dan film harus berkontak, apabila tidak mungkin,

diusahakn dapat sedekat mungin.

2. letak gigi dan film harus sejajar.

3. untuk gigi insisivus dan kaninus film diletakkan vertikal, sedangkan

premolar dan molar film diletakkan horisontal.

4. arah tabung sinar-x diatur sedemikian sehingga berkas sinar-x jatuh tegak

lurus baik terhadap gigi dan film dalam bidang vertikal dan horisontal.

5. posisi film, gigi dan sinar-x dapat diulang dalam kondisi yang sama.

Hal-hal yang penting diperhatikan pada pemotretan periapikal :

1. pasien harus melepas alat-alat didaerah yang akan diperiksa. Misalnya alat

orthodonsi, gigi tiruan lepas atau kaca mata.

2. posisi kepala penderita diatur sedemikian rupa:

Rahang atas : ”garis hidung-telinga” sejajar lantai, dengan demikian

pada waktu pasien membuka mulut, bidang oklusi mrahang atas sejajar

lantai.

Rahang bawah : ” garis ujung bibir-telinga” sejajar lantai, dengan

demikan pada waktu pasien membuka mulut, bidang oklusi sejajar

lantai.

3. pemotretan gigi regio anterior atas biasanya ditahan dengan ibu jari, regio

anterior bawah, posterior kiri atas dan bawah ditahan dengan telunjuk

kanan, regio posterior kanan atas dan bawah ditahan dengan telunjuj kiri.

4. perintahkan pada pasien untuk menahan film tanpa menekan dan tidak

bergerak selama pemotretan.

4

Page 5: denrad fix bab

1.a. Periapikal biseksi (metode garis bagi)

Dasar teori teknik pemotretan radiografis metode garis bagi adalah :

1. sudut yang dibentuk antara sumber panjang gigi dan sumbu panjang film

dibagi dua sama besar yang selanjutnya disebut garis bagi.

2. tabung sinar-x diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titk pusat

sinar-x diarahkan kedaerah apikal gigi.

3. dengan menggunakan prinsio segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya

dapat terproyeksi sama besarnya pada film.

a. Penentuan sudut vertikal tabung sinar-x adalah sudut yang dibentuk

dengan menarik garis lurus titik sinar-x terhadap bidang oklusal.

b. Penentuan sudut horisontal tabung sinar-x, ditentukan oleh bentuk

lengkung rahang dan posisi gigi. Dalam bidang horisontal titik pusat

sinar-x diarahkan melalui titik kontak interproksimal, untuk

menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya.

4. film diletakkan sedekat mungkin gigi yang diperiksa tanpa menyebabkan

film tertekuk.

Teknik penentuan posisi pemotretan :

1. film diletakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada

dipertengahan film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.

Incicivus dan kaninus sumbu panjang gigi vertikal

Incicivus dan kaninus sumbu panjang gigi vertikal

2. kurang lebih 2mm dan film harus dilebihkan diatas permukaan oklusal /

incisal untuk memastikan seluruh gigi dapat tercakup didalam film. Perlu

diperhatikan juga sisi yang menghadap tabung sinar-x adalah sisi yang

menghadap gigi dengan tonjol orientasi menghadap kearah mahkota gigi.

3. pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan

ibu jari atau telunjuk, (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat

menyebabkan film terletak dan menyebabkan distorsi pada gambar yang

dihasilkan.)

5

Page 6: denrad fix bab

4. tabung sinar-x diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horisontal yang

tepat.

5. lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan ( kv = 65;mA =

10;sec = 0,3-0,5 det )

tabel sudut vertikal dan horisontal

Gigi RA Incisivus Kaninus Premolar Molar

Sudut vertikal 450 500 400 450

Sudut

horisontal

50 - 300 600 700 850 - 950

Gigi RB Incisivus Kaninus Premolar Molar

Sudut vertikal 250 200 150 50

Sudut

horisontal

50 - 300 600 700 850 - 950

Sudut vertikal dan horisontal merupakan nilai rata-rata, yang mendekati kondisi yang

ada. Hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya sudut ini adalah posis kepala, posisi

dan inklinasi masing-masing gigi, dan keadaan jaringan mulut disekitar gigi yang

diperiksa (mis : palatum yang dangkal atau dalam, lengkungan rahang yang sempit

atau lebar dan lain sebagainya).

1.b. Periapikal Parallel

Teori prinsip pemotretan :

1. Film diletakkan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut , pada posisiparalel

terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa.

2. Tube head ( cone ) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.

3. Dengan menggunakan “film holder” yang memiliki pemegang film dan penentu

arah tube head, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama pada

waktu yang berbeda ( reproducible ).

Pengaturan posisi ini memenuhi persyaratan untuk mendapatkan posisi ideal

penempatan film terhadap gigi yang diperiksa pada teknik pemotretan radiografis

6

Page 7: denrad fix bab

periapikal. Akan tetapi kondisi anatomis palatum dan lengkung rahang yang

berbentuk kurva, menyebabkan film dan gigi tidak dapat ditempatkan secara paralel

dan dalam keadaan saling berkontak ( ada jarak antara film dengan gigi yang

diperiksa ). Dengan adanya jarak antara film dengan gigi ini menyebabkan pembesran

gambaran radiografis yang dihasilkan. Untuk mengatasi keadaan ini maka digunakan

tube dengan jenis “Long Cone”.

Film Holder :

Ada berbagai macam film holder tetapi pada dasarnya terdiri dari 3 bagian utama:

1. Pemegang film yang dirancang sedemikian rupa sehingga letak film dapat sejajar

dengan sumbu panjang gigi dan mencegah film tertekuk.

2. Bite block atau lempengan gigit.

3. Lingkaran penentu arah cone.

Beberapa jenis film holder yang dikenal :

a. Precission X-ray Instrument

b. XCP ( Extention Cone Paralelling )

c. Snap X-ray Instrument

Akan tetapi jenis film holder yang direkomendasikan adalah : XCP

“Sensor positioned with XCP on patient”

7

Page 8: denrad fix bab

“Sensor positioned with XCP on patient”

Teknik pemotretan radiografis teknik paralel :

1. Untuk pemeriksaan gigi insisivus dan kaninus rahang atas dan bawah gunakan film

holder khusus untuk regio anterior, dengan film ditempatkan secara vertikal.

Sedangkan untuk gigi premolar dan molar gunakan film holder khusus untuk regio

posterior, film ditempatkan secara horizontal. Perlu perhatikan sisi film yang

berwarna putih dan tonjol identifikasi menghadap kearah datangnya sinar X.

2. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horizontal sejajar dengan lantai.

3. Film holder beserta film ditempatkan didalam mulut sebagai berikut :

- Regio insisivus dan kaninus rahang atas, ditempatkan seposterior mungkin

untuk mengantisipasi bentuk lengkung palatum, sehingga film dapat

ditempatkan dengan benar dan tidak tertekuk.

- Regio insisivus dan kaninus rahang bawah, ditempatkan di dasar mulut,

segaris dengan kaninus rahang bawah atau premolar.

- Regio premolar dan molar rahang atas, ditempatkan dipertengahan palatum

untuk mengantisipasi bentuk lengkung palatum.

- Regio premolar dan molar rahang bawah, ditempatkan sulkus lingual,

berhadapan dengan gigi yang diperiksa.

4. Gigi yang diperiksa diusahakan menggigit bite lock.

- Letakkan gulungan kapas dibawah bite lock, yang dapat menjaga film dan

gigi pada posisi paralel, juga mengurangi rasa tidak nyaman karena adanya

holder di dalam mulut.

- Pasien diminta menggigit secara perlahan, agar posisi bite lock stabil.

8

Page 9: denrad fix bab

- Lingkaran penentu arah sumber sinar X-ray ditempatkan sesuai posisinnya.

- Sesuaikan lingkaran penentu posisi dengan ujung Cone. Dengan ini sudut

horisontal dan vertikal sudah diatur pada posisi yang benar.

PERBANDINGAN TEKNIK PARALEL DAN BISEKSI

Keuntungan teknik Paralel :

a. Gambaran yang dihasilkan lebih geometris dengan sedikit sekali kemungkinan

terjadinya pembesaran gambar. Tulang zygomatik tampak berada diatas apeks gigi

molar atas.

b. Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat jelas.

c. Jaringan periapikal dapat tampak dengan jelas.

d. Mahkota gigi dapat tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi

dengan baik.

e. Sudut vertikal dan horozontal, sudah ditentukan oleh lingkaran penentu posisi Cone

pada film holder.

f. Arah sinar X sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat menghindari

Cone Cutting.

g. Dapat membuat beberapa foto radiografis dengan posisi dan kondisi yang sama

pada waktu yang berbeda.

Kerugian teknik paralel :

a. Penggunaaan film holder dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien,

terutama regio posterior, karena dapat menyebabkan rasa ingin muntah.

b. Film holder, sulit penggunaaanya bagi operator yang tidak berpengalaman.

c. Kondisi anatomis dalam rongga mulut sering menyulitkan teknik ini. Misalnya:

palatum yang datar dan dangkal.

d. Apeks gigi kadang tampak sangat dekat dengan tipe film.

e. Sulit menggunakan film holder untuk regio M3 rahang bawah.

f. Bila menggunakan short cone , tidak dapat mneghasilkan gambaran radiografis

yang baik.

h. Film holder harus selalu di sterilisasi dengan autoclave.

Keuntungan teknik biseksi :

a. Relatif nyaman untuk pasien, karena tak ada alat tamabhan lain kecuali film.

9

Page 10: denrad fix bab

b. Penentuan posisi relatif lebih sederhana dan cepat.

c. Bila penentuan sudut horizontal dna vertikalnya benar, gambaran radiografis yang

dihasilkan akan sama besar dengan yang sebenarnya, dan memadai untuk hampir

semua indikasi pemotretan.

d. Tak perlu sterilisasi khusus, karena tidak menggunakan alat bantu tambahan.

Kerugian teknik biseksi :

a. Kemungkinan distorsi pada gambaran radiografis yang dihasilkan sangat besar.

b. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan gambar.

c. Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik.

d. Bayangan tulang zygomatik sering tampak menutupi regio akar gigi molar.

e. Sudut vertikal dan horizontal dapat berbeda-beda pada setiap pasien, dengan

demikian untuk menghasilkan gambaran yang baik, diperlukan operator yang

terampil dan berpengalaman.

f. Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama, pada gigi

yang sama diwaktu yang berbeda, karena tidak ada alat bantu yang dapat

digunakan sebagai patokan.

g. Dapat terjadi Cone Cutting bila titik pusat sinar X tidak tepat dipertengahan film.

h. Kesalahan penentuan sudut horizontal dapat menyebabkan tumpang tindih mahkota

dan akar antara gigi yang berdekatan.

i. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambaran radiografis mahkota gigi yang

mengalami distorsi.

j. Gambaran radiografis pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas sering

mengalami pemendekan.

Gambar rontgen teknik periapikal :

10

Page 11: denrad fix bab

2. Rontgen Bitewing

Adalah teknik pemotretan radiografis yang dapat menghasilkan gambar

radiografis daerah mahkota sampai dengan leher gigi, dan jaringan periodontal di

daerah interdental regio rahang atas dan bawah pada satu lembar film. Teknik ini

digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah

daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat

permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar.

Indikasi :

1. Untuk mendeteksi karies, terutama rampan karies pada gigi sulung (karies

interproksimal, karies sekunder, karies pit dan fisur, kondisi kedalaman

karies).

2. Menilai kondisi hasil restorasi.

3. Menilai keadaan jaringan periodontal, sebatas daerah leher gigi.

Persiapan

1. “Tab” atau “Tab platform” harus diletakkan pada pertengahan film dan sejajar

dengan tepi atas dan bawah film.

2. Film dapat diatur posisinya dalam arah horizontal atau vertikal

3. Film dan gigi harus saling berkontak, atau diatur sedekat mungkin

4. Posisi film dan gigi harus sejajar, sehingga memerlukan dua film (untuk gigi premolar dan molar) agar diperoleh hasil yang baik.

Pada bidang horizontal, Tubehead harus diarahkan sedemikian rupa sehingga sinar X jatuh tegak lurus pada gigi dan film, dan melalui seluruh titik kontak gigi yang diperiksa.

11

Page 12: denrad fix bab

Pada bidang vertikal, Tubehead harus diarahkan sedikit ke arah bawah (+ 5-80

terhadap bidang horizontal)

Teknik Pemotretan

1. Gunakan film dengan ukuran yang sesuai, dengan “tab” diletakkan pada posisi

yang benar.

- 31 X 41 mm untuk pasien dewasa

- 22 X 35 mm untuk pasien anak-anak dibawah 12 tahun

2. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horizontal sejajar lantai.

3. Keadaan lengkung rahang harus diperhatikan, karena menentukan jumlah film

yang dibutuhkan

4. Pegang tab dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian letakkan dalam mulut

dengan tepi bawah film berada di sulkus lingual, dan sisi berwarna putih

menghadap gigi yang akan diperiksa

5. Tepi anterior film ditempatkan di distal gigi-gigi kaninus bawah , dengan

demikian tepi posterior film akan berada di mesial aspek gigi molar 3 bawah

6. Tab ditempatkan di atas permukaan oklusal gigi rahang bawah

7. Pasien diinsruksikan menggigit tab dengan kuat

8. Pada waktu pasien menggigit, operator menarik tab, untuk memastikan film

berkontak dengan gigi

9. Cone diarahkan ke daerah titik kontak, tegak lurus film dan gigi, denga sudut

vertikal + 5-80 ke arah bawah

Keuntungan

1. Sederhana

2. Biayanya relative murah, dan efisien karena dengan satu lembar film dapat

diperoleh gambaran gigi rahang atas dan bawah

3. Tab digunakan hanya sekali pakai, sehingga tidak memerlukan sterilisasi

4. Mudah digunakan untuk pasien anak-anak

12

Page 13: denrad fix bab

Kerugian

1. Sangat membutuhkan keterampilan operator, dalam menentukan sudut

horizontal dan vertikal

2. Sering terjadi Cone Cutting di daerah anterior film

3. Letak film mudah berbah, karena terdorong lidah

4. Tidak dapat digunakan pada kasus kelainan yang mencapai daerah periapikal

Gambar rontgen teknik bitewing :

3. Rontgen Oklusal

Adalah teknik radiografi intra oral dengan film diletakkan pada bidang oklusal.

Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang

atas maupun rahang bawah dalam satu film. Ukuran film yang

digunakan : 5,7 X 7,6 cm.

RAHANG ATAS

Topografi Rahang Atas (Upper Standard Oclusal = standard oklusal)

Crossection Rahang Atas ( Vertex Oklusal)

Oklusal Oblik Rahang Atas ( Upper Oblique Occlusal)

RAHANG BAWAH

Topografi Rahang Bawah (Lower 450 Occlusal = standard Occlusal)

Crossection Rahang Bawah (Lowe 900 Oclusal Vertex Occlusal=True

Occlusal)

13

Page 14: denrad fix bab

Crossection Rahang Bawah (Lowe 900 Oclusal Vertex Occlusal=True

Occlusal)

3. a. Topografi Rahang Atas (Upper Standard Occlusal = Standard Occlusal)

Teknik pemotretan ini menghasilkan gambaran bagian anterior rahang atas

beserta gigi-gigi anterior rahang atas.

Indikasi :

1. Untuk melihat keadaan gigi anterior atas sampai denga daerah periapikal

2. Mendeteksi adanya gigi kaninus impaksi, gigi-gigi supernumerary, dan

odontoma

3. Menentukan posisi kaninus, dengan menggunakan metode parallax

4. Evaluassi ukuran dan perluasan lesi kista atau tumor di daerah anterior

maksila

5. Menilai keadaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar rahang atas

Teknik Pemotretan :

1 . Pasien duduk dengan kepala besandar, bidang oklusal horizontal sejajar lantai

2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke

atas, di atas bidang oklusal gigi rahang bawah. Pasien diminta menggigit film

dengan sumbu panjang film melintang pada pasien dewasa, sedang pada

pasien anak-anak film memanjang anteroposterior

3. Cone diarahkan di pertengahan sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, ke

arah batang hidung, dengan sudut 65-700 terhadap film

3.b. Crossection Rahang Atas ( Vertex Occlusal )

Teknik pemotretan ini memperlihatkan rahang atas pada potongan melintang.

Pada teknik pemotretan ini, untuk medapatkan gambaran potongan melintang rahang

atas, sinar X harus melalui jaringan tulang tengkorak, sehingga memerlukan radiasi

yang relative besar. Untuk mengurangi dosis radiasi pada pasien diperlukan kaset

dengan ukuran 5,7 X 7,6 cm yang dilengkapi dengan intensifying screen.

14

Page 15: denrad fix bab

Indikasi :

Menilai posisi kaninus impaksi dalam arah bucco palatal

Teknik Pemotretan :

1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal sejajar dengan lantai.

2. Film diletakkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke

atas, di atas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakkan di pertengahan

mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Pasien diminta

menggigit film dengan perlahan.

3. Cone diarahkan di pertengahan sebelah atas pasien, mengarah ke bawah,

melalui pertengahan kepala pasien. Sinar X pusat diarahkan kurang lebih

sejajar sumbu gigi Incisive atas.

Akan tetapi teknik ini jarang digunakan karena memiliki banyak kerugian, antara

lain:

- Gambaran sering tampak kurang jelas

- Sinar X melewati beberapa organ penting, misalnya mata dan lain-lain.

- Sulit mendapatkan cassete dengan usuran kecil.

Untuk mengatasi keadaan di atas, (untuk memperoleh potongan rahang melintang

rahang atas) dapat dilakukan dengan memodifikasi teknik Crossection rahang atas,

yaitu dengan memperbesar sudut sinar X terhadap film, menjadi ±80 ° dan diarahkan

ke dahi pasien.

3.c. Oklusal Oblik Rahang Atas ( Upper Oblique Occlusal)

Teknik pemotretan ini memperlihatkan satu sisi rahang atas daerah posterior

beserta gigi-gigi posterior.

Indikasi:

1. Penilaian daerah apikal gigi posterior rahang atas, khususnya pada pasien

dewasa yang tidak dapat menggunakan Dental Film.

2. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista, tumor, kelainan di tulang

alveolar regio posterior maksila.

3. Menilai keadaan dasar sinus maksilaris.

4. Membantu melihat keadaan akar gigi yang terdorong masuk ke sinus pada

waktu pencabutan gigi.

5. Menilai fraktur gigi posterior dan tulang sampai daerah tuberositas.

15

Page 16: denrad fix bab

Teknik Pemotretan:

1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horizontal sejajar

dengan lantai.

2. Film diletakkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke

atas, di atas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakkan di pertengahan

mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Film

ditempatkan pada posisi yang diperiksa. Pasien diminta menggigit film dengan

perlahan.

3. Cone diarahkan di sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, mengarah ke pipi

dengan susut 65°-70° terhadap film. Di pertengahan regio yang diperiksa.

3.d.Topografi Rahang Bawah (Lower 450 Occlusal = standard Occlusal)

Teknik pemotretan ini memperlihatkan gigi anterior rahang bawah dan mandibula

bagian anterior. Gambaran radiografisnya mirip hasil teknik biseksi, tapi mencakup

daerah yang lebih luas.

Indikasi:

1. Melihat daerah periapikal gigi Incisive bawah, terutama untuk pasien anak-

anak dan pasien dewasa yang tidak dapat menggunakan Dental Film.

2. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista atau tumor di daerah anterior

mandibula.

3. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam

bidang vertical.

Teknik Pemotretan:

1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horizontal sejajar

dengan lantai.

2. Film diletakkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke

bawah, di atas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakkan di

pertengahan mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior.

Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

16

Page 17: denrad fix bab

4. Cone diarahkan ke atas, di pertengahan rahang bawah mengarah ke dagu

pasien, dengan sudut 45° terhadap film.

3.e. Crossection Rahang Bawah (Lowe 900 Oclusal Vertex Occlusal=True

Occlusal)

Teknik ini memperlihatkan potongan melintang rahang bawah dan dasar mulut,

dengan indikasi:

1. Mendeteksi adanya dan posisi batu kelenjar liur pada duktus kelenjar

submandibula.

2. Menilai keadaan gigi-gigi rahang bawah impaksi arah bucco-lingual.

3. Evaluasi adanya ekspansi di daerah rahang bawah akibat tumor, kista atau

kelainan tulang lainnya dalam arah bucco-lingual.

4. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam

bidang horizontal.

Teknik Pemotretan:

1. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke

bawah, di atas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakkan di

pertengahan mulut dengan sumbu panjang film melintang. Pasien diminta

menggigit film dengan perlahan.

2. Kepala pasien bersandar, ditengadahkan sejauh mungkin.

3. Cone diarahkan ke atas di pertengahan rahang bawah mengarah ke daerah

molar, dengan sudut 90° terhadap film.

3.f. Crossection Rahang Bawah (Lowe 900 Oclusal Vertex Occlusal=True

Occlusal)

Teknik pemotretan ini menghasilkan gambaran radiografis satu sisi rahang bawah,

terutama daerah kelenjar submandibula. Akan tetapi, karena sinar X arahnya oblik,

maka gambaran anatomis rahang bawah yang terproyeksi mengalami distorsi.

Indikasi:

1. Mendeteksi adanya dan posisi batu kelenjar liur pada duktus kelenjar

submandibula.

17

Page 18: denrad fix bab

2. Menilai keadaan gigi molar ketiga bawah impaksi dalam arah bucco-lingual.

3. Evaluasi adanya perluasan dan ekspansi akibat tumor, kista atau kelainan

tulang lainnya di daerah posterior sampai dengan angu;us mandibula.

4. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam

bidang horizontal.

Teknik Pemotretan:

1. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke

bawah, di atas bidang oklusal gigi rahang bawah, pada daerah yang diperiksa.

Film diletakkan dengan sumbu panjang film dalam arah antero-posterior.

Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

2. Kepala pasien bersandar dan menengok ke arah berlawanan dengan sisi yang

diperiksa dengan daga diangkat.

3. Cone diarahkan ke atas dan depan, dari belakang dan di bawah angulus

mandibula sejajar permukaan lingual mandibula.

Gambar teknik rontgen oklusal:

18

Page 19: denrad fix bab

BAB III

KESIMPULAN

Orang yang pertama kali menggunakan radiografi adalah

W.G.Morton di Amerika pada tahun 1896, kemudian C. Edmund Kells

adalah dokter gigi pertama yang menganjurkan penggunaan radiografi

secara rutin pada praktek dokter gigi. Radiografi dapat menjadi dasar

rencana perawatan dan mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.

Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa struktur yang tidak

terlihat pada pemeriksaan klinis.

Kegunaan foto Rontgen gigi yaitu:

1. Untuk mendeteksi lesi, dll.

2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit.

19

Page 20: denrad fix bab

3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga

mulut.

4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.

5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.

6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.

7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan

sewaktuwaktu.

Radiografi intra oral adalah teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan

jaringan disekitarnya dengan film berada di dalam rongga mulut. Ada tiga metode

dasar teknik radiografi intra oral :

1. periapikal : a. biseksi

b. parallel

2. bitewing

3. oklusal topografi, crossection dan oklusal obliq

DAFTAR PUSTAKA

1. www.sidekickmagazine.com

2. Haring, J. I., L. Jansen.,2000., Dental Radiography., Philadelphia.,

W. B.

Saunders Company.

3. Diktat dental radiologi PSKG semester VI

4. www.google.com

5. http://alatkedokterangigi.blogspot.com/

20