CBDTONSILOFARINGITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT
Untuk memenuhi syarat tugas formatif kepaniteraan klinikBagian
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan TenggorokRumah Sakit Tentara Dr.
Soedjono Magelang
Disusun Oleh :Rezky Tiresa Devitayanti012096000
FAKULTAS KEDOKTERANUNVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG2014
CBDTONSILOFARINGITIS KRONIS EKSASERBASI AKUTDiajukan untuk
memenuhi syarat mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok di Rumah Sakit Tentara Dr.
Soedjono Magelang
Telah disetujui dan dipresentasikanPada tanggal: Agustus
2014
Disusun oleh :Rezky Tiresa Devitayanti012096000
Magelang, Agustus 2014
Dosen Pembimbing
dr.Budi Wiranto, Sp.THTKolonel CKM
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan CBD yang berjudul
TONSILOFARINGITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT, yang merupakan salah
satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok Rumah Sakit Tentara Dr.
Soedjono Magelang.Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan
terimakasih sebesar besarnya kepada :1. Kolonel CKM dr Budi
Wiranto, Sp.THT dan Kolonel (Purn) dr Bambang , Sp.THT; yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan CBD ini.2. Teman-teman Co-Ass
yang telah membantu penyusunan CBD ini.Penulis menyadari bahwa
penyusunan CBD ini terdapat kekurangan dan tidak sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga CBD ini
dapat bermanfaat bagi teman-teman dan dapat berguna bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang TONSILOFARINGITIS
KRONIS EKSASERBASI AKUT.
Magelang, Agustus 2014
Penulis
FARINGITIS1. Definisi Faringitis merupakan peradangan dinding
faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-6-%), bakteri (5-40%),
alergi, trauma, toksin dan lain-lain.2. Epidemiologi Infeksi
saluran pernafasan ialah penyakit infeksi yang paling sering yaitu
sampai 80% dari semua penyakit infeksi. 3. Etiologi Penyebab
faringitis dikarenakan oleh virus dan bakteri, seperti dapat
dilihat pada tabel di bawah iniVirus Bakteri Jamur
Herpes simplex virus Rubela Epstein barr virus Cytomegalovirus
HIV tipe 1 Rhinoviruses Coronaviruses Adenoviruses Influenza
viruses Parainfluenza viruses Respiratory syncytial virus Bakteri
Streptococcal Bakteri Staphylococal Corynebacterium diphtheria
Bordetella pertussis Neisseria gonorrhoeae Treponema pallidum
Candida albicans
Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan
reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri Group A hemolytic
streptococcus dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat,
karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler yang dapat
menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup jantung,
glumerulonefritis akut karena fungsi glumerulus terganggu akibat
terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak
menyerang anak usia kurang dari 3 tahun. penularan infeksi melalui
sekret hidung dan ludah (droplet infection).
4. Klasifikasi a. Faringitis akut 1) Faringitis viral 2)
Faringitis bacterial 3) Faringitis fungal 4) Faringitis gonorea
b. Faringitis Kronis 1) Faringitis Kronik Hiperplastik 2)
Faringitis Kronik Atrofi
c. Faringitis Spesifik 1) Faringitis Luetika 2) Faringitis
Tuberkulosis
4.1. Faringitis akut a. Faringitis viral Rhinovirus akan
menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis.Etiologi Adenovirus, Epstein barr virus,
parainfluenza (tipe 1-4), influenza virus (A dan B), rhinovirus,
enterovirus. Virus lain yang dapat mengakibatkan faringitis yaitu
herpes simplex virus (tipe 1 dan 2), cytomegalovirus (CMV), dan
human immunodeficiency virus (HIV). Gejala dan tanda Pada awalnya
pasien biasanya mengeluh demam disertai dengan rinorea, mual, nyeri
tenggorokan, sulit menelan.Pada pemeriksaan tampak faring dan
tonsil hiperemis.Virus influenza, coxsachievirus dan
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat, tetapi coxsachievirus
dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi pada kulit
berupa maculopapular rash. Adenovirus selain menimbulkan gejala
faringitis, dapat juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama
pada anak. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang
disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat
pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal
dan hepatosplenomegali.Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan
keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam. Pada
pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat,
limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
2.1 Gambaran faringitis akut
Diagnosis Diagnosis dibuat terutama terdapat gejala dan tanda
dari faringitis viral. kultur viral atau acute dan convalescent
sera untuk titer bisa dilakukan tetapi tergantung kebutuhan dan
kemampuan pasien.Terapi Istirahat dan minum yang cukup, kumur
dengan air hangat. Analgetik dan tablet isap diberikan jika
perlu.Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi
herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun
diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.
b. Faringitis bakterial Etiologi Grup A streptokokus
hemolitikus, bakteri anaerob, neisseria gonorrhea. Infeksi grup A
streptokokus hemolitikus merupakan penyebab pada penyakit
faringitis akut paling sering yaitu sekitar 40%. Pada orang dewasa
ditemukan (15%) dan pada anak-anak (30%).Gejala dan tanda Nyeri
kepala yang hebat, disertai dengan muntah, kadang-kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.Pada
pemeriksaan ditemukan tonsil yang membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari
kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Terdapat
pembesaran kelenjar limfa leher anterior yang kenyal dan nyeri
tekan positif. Diagnosis bisa dipastikan dengan rapid antigen test
dan atau kultur tenggorok. Pentingnya didiagnosis untuk mencegah
terjadinya komplikasi yaitu supuratif dan nonsupuratif. Terapi
Diberikan antibiotik, terutama jika di duga penyebabnya grup A
streptokokus hemolitikus, maka diberikan penicillin G Benzatin
50.000 U/KgBB, IM dosis tunggal, atau dapat diberikan juga
amoksisilin 50mg/KgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari, pada
dewasa 3 x 500 mgselama 6-10 hari, atau dapat diberikan pula
eritromisin 4 x 500 mg. Kortikosteroid yaitu deksametason 8-16 mg,
im 1x, atau pada anak 0,08-0,3 mg/kgbb, im 1x.Bisa diberikan pula
analgetik, serta disarankan untuk kumur dengan air hangat atau
antiseptic.
c. Faringitis jamur Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut
dan faring.Gejala dan tanda Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan,
pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring
lainnya hiperemis.
Diagnosis Untuk mendiagnosis faringitis jamur dilakukan
pembiakan jamur dalam agar sabouroud dextrosa.Terapi Diberikan
nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan analgetika.
d. Faringitis gonorea Perlu dipertimbangkan pada pasien yang
melakukan hubungan seksual orogenital. Dalam sebuah penelitian
didapatkan faringitis gonorea ditemukan pada 20% pria homoseksual,
10% wanita, dan 3% heteroseksual pria. Sekitar 50% pasien yang
terdiagnosis Faringitis gonorea ialah asimptomatik, meskipun
ditemukan odinofagi, sedikit demam, dan sedikit eritema mungkin
terjadi.Terapi Sefalosporin generasi ke 3, ceftriakson 250 mg
IM.
4.2 Faringitis kronik Terdapat dua bentuk faringitis kronik,
yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Faringitis kronik ditandai oleh hipertrofi arkus faring lateral
yang jelas, yang disebut juga faringitis lateral. Faktor
predisposisi proses radang kronik faring ini yaitu rhinitis kronik,
sinusitis kronik, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol,
inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.Faktor lain
penyebab terjadinya faringitis kronik yaitu pada pasien yang
bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat seperti akibat
dari deviasi septum.Gejala yang timbul yaitu tenggorokan terasa
kering dan terasa ada mucus di tenggorakan yang sulit keluar. Pada
pemeriksaan dengan dengan kaca laring di dapatkan pada mukosa
faring hiperemis dan kasar akibat dari hyperplasia dari jaringan
limfatik di dinding belakang faring pada faringitis kronis
hiperplastik. Mukosa dinding faring bisa terlihat rata dan licin
pada kasus faringitis kronis atrofi.
2.1 Gambaran faringitis kronik
a. Faringitis kronik hiperplastik Pada faringitis kronik
hiperplastik terjadi terjadi perubahan mukosa dinding posterior
faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral
band hiperplasi. Gejala dan tandaPada awalnya pasien mengeluh
mula-mula tenggorokan kering, gatal dan akhirnya mengeluhkan adanya
batuk yang bereak. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior
tidak rata dan bergranular. TerapiTerapi local dengan melakukan
kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau
dengan listrik (electro cauter), pengobatan simptomatis dapat
diberikan obat kumur atau tablet isap, jika diperlukan obat batuk
antitusif atau ekspektoran. Penyakit dihidung dan sinus paranasal
yang menjadi factor predisposisi harus di obati.
b. Faringitis kronik atrofi Pada Faringitis kronik atrofi sering
timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi,
udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga
menimbulkan rangsangan untuk terjadinya infeksi pada faring. Pada
kasus yang ringan dapat terlihat mukosa tampak tipis dan berkilau
atau seperti kaca, Pada inspeksi dapat terlihat adanya lapisan
mukus, yang normalnya transparan tetapi disini dapat terlihat lebih
tebal dan semi transparan. Pada faringitis kronik atrfofi yang
lanjut, kekeringan dapat terlihat lebih jelas, konsistensinya
seperti lem, dana sewaktu-waktu akan tampak krusta, jika membrane
mukosanya diangkat maka di bawahnya akan tampak kering, berkerut.
Stadium lanjut faringitis kronik atrofi disebut juga faringitis
sika dan biasanya di hubungkan dengan rhinitis atrofika rhinitis
sika.
Etiologi Penyebab faringitis kronik atrofi diduga disebabkan
oleh udara yang tidak cukup dihangatkan dan dilembabkan oleh mukosa
hidung, seperti yang terjadi pada pasien rhinitis atrofi dimana
tidak berfungsinya pelembab dari hidung.Gejala dan tanda Pasien
mengeluh tenggorokan kering, mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak
mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat
tampak mukosa kering. Terapi Pengobatan dapat di berikan untuk
rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik diberikan obat kumur
dan menjaga kebersihan mulut.
4.3 Faringitis spesifik a. Faringitis luetika Treponema palidum
dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti juga penyakit
lues di organ yang lain. Gambaran kliniknya tergantung pada stadium
penyakitnya. Stadium penyakit pada faringitis luetika ada tiga,
yaitu stadium primer, sekunder dan tertier.Stadium primer
Predileksinya : lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior
faring. Berbentuk bercak keputihan. Jika infeksinya terus
berlangsung bisa timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada
genital, yaitu tidak nyeri. Didapatkan pembesaran kelenjar
mandibula yang tidak nyeri pada saat di tekan. Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat hiperemis pada dinding
faring yang menjalar kearah laring. Stadium tertier Predileksinya :
tonsil dan palatum, jarang pada dinding posterior faring Terdapat
guma Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra
servikalis dan jika pecah akan menimbulkan kematian. Guma di
palatum mole jika sembuh terbentuk jaringan parut dan menimbulkan
gangguan fungsi palatum secara permanen Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan serologic. Terapi penisilin dalam dosis tinggi
merupakan obat pilihan utama.
b. Faringitis tuberkulosis Faringitis tuberculosis merupakan
proses sekunder dari penyakit tuberkulosis paru. Pada infeksi
bakteri tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring
primer. Cara infeksi eksogen, yaitu kontak dengan sputum yang
mengandung kuman atau dengan inhalasi kuman melalui udara.
Sedangkan cara infeksi endogen, yaitu penyebarannya melalui darah
pada tuberkulosis miliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen
maka tonsil dapat terkena kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada
dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral
hipofaring, palatum mole dan palatum durum. Kelenjar regional leher
membengkak.
Gejala Keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan
odinofagia, pasien juga mengeluh nyeri yang hebat pada tenggorokan,
nyeri ditelinga serta pembesaran kelenjar limfa servikal.Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan sputum BTA, foto
thorax untuk melihat adanya gambaran dari penyakit tuberkulosis
paru dan biopsy jaringan yang terinfeksi untu menyingkirkan adanya
keganasan. Terapi Terapi diberikan sesuai dengan terapi
tuberkulosis paru.
23
BAB IISTATUS PASIEN
IDENTITAS PASIENNama : Tn. SUmur : 27 tahunJenis Kelamin :
Laki-lakiAlamat : Banyakan RT5/RW1 Mertoyudan, MagelangPendidikan :
S1Pekerjaan : WiraswastaAgama :IslamStatus pernikahan : Menikah
ANAMNESISDiambil secara : autoanamnesis1. KELUHAN UTAMAPenderita
datang dengan keluhan sakit tenggorokan
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien datang dengan keluhan sakit
tenggorokan , keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Sejak 3
hari yang lalu penderita mengeluh sakit tenggorokan, terasa panas
di tenggorokan, demam, sakit kepala yang dirasakan cukup berat, dan
terkadang terasa mual. Pasien juga merasa terdapat lendir di
tenggorokan. Rasa panas di tenggorok dan sakit kepala dirasakan
terus menerus dan semakin berat. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan
setelah penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman
dingin. Riwayat sakit saat menelan, muntah, batuk disangkal,
riwayat alergi dan mengeluarkan ingus pada pagi hari atau waktu
tertentu disangkal, riwayat merokok diakui oleh pasien. Sakit
disekitar wajah disangkal oleh pasien. Keluhan nyeri pada telinga,
telingga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh
pasien.3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat penyakit/keluhan yang
sama (-) Riwayat batuk dan pilek (-) Riwayat penyakit pada hidung
dan mengeluarkan ingus pada pagi hari (-) Riwayat penyakit alergi,
asma , hipertensi dan kencing manis disangkal oleh pasien (-)
Riwayat alergi obat, makanan dan debu disangkal oleh pasien.
Riwayat operasi disangkal.
4. RIWAYAT PENGOBATANPenderita belum mengobati keluhan-keluhan
tersebut ke dokter, hanya obat beli di apotik saja, yaitu permen
antiseptik.
5. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit serupa: (-)
Riwayat alergi: (-) Riwayat hipertensi dan dm: (-)
6. Riwayat Sosial EkonomiKesan ekonomi cukup. Pasien berobat
sebagai pasien umum.
PEMERIKSAAN FISIKStatus generalisKeadaan
umum:BaikKesadaran:Compos mentisTensi:120/80
mmHgNadi:86x/menitSuhu:38,7CPernapasan:20x/menitBerat badan:80
kg
Kepala dan LeherKepala:MesocephaleWajah:SimetrisMata :
Konjungtiva anemis tidak ada, sklera tidak ikterikLeher :Pembesaran
kelenjar limfe (+) submanndibulaGigi dan mulutMulut :Bibir dan
mukosa tidak ada kelainan.Gigi geligi : NormalLidah:Normal, kotor
(-), tremor (-)Pipi : Edema (-), Nyeri (-)Thoraks :dbnAbdomen
:dbnEkstremitas :akral hangat
II. STATUS LOKALISTELINGADextraSinistra
AuriculaBentuk normalnyeri tarik (-)nyeri tragus (-)Bentuk
normalnyeri tarik (-)nyeri tragus (-)
Pre auricularBengkak (-)nyeri tekan (-)fistula (-)trauma
(-)Bengkak (-)nyeri tekan (-)fistula (-)trauma (-)
Retro auricularBengkak (-)Nyeri tekan (-)Bengkak (-)Nyeri tekan
(-)
MastoidBengkak (-)Nyeri tekan (-)Bengkak (-)Nyeri tekan (-)
CAESerumen (-)Eritema (-)Sekret (-)Edema (-)Jaringan granulasi
(-)Massa (-)Serumen (-)Eritema (-)Sekret (-)Edema (-)Jaringan
granulasi (-)Massa (-)
Membran timpaniIntak Putih mengkilatRefleks cahaya (+)Perforasi
(-)Kolesteatoma (-)IntakPutih mengkilatRefleks cahaya (+)Perforasi
(-)Kolesteatoma (-)
Garputala RhinneWeberSchwabachTidak diperiksa
HIDUNGHidung Luar
DextraSinistra
Inspeksi
BentukTidak tampak deformitasTidak tampak deformitas
Tanda Inflamasi Eritem (-), bengkak (-)Eritem (-), bengkak
(-)
Palpasi
Krepitasi(-)(-)
Nyeri tekan hidung(-)(-)
Nyeri tekan sinus(-)(-)
Rhinoskopi anterior
Vestibulum nasiNormalNormal
SeptumDeviasi (-)penempelan septum-konka (-), sinekia (-)
Sekret(-)(-)
Mukosa Edema (-)Hiperemis (-)Pucat (-)Edema (-)Hiperemis
(-)Pucat (-)
Konka Nasi MediaHipertrofi (-)Hiperemis (-)Hipertrofi
(-)Hiperemis (-)
Konka Nasi InferiorHipertrofi (-)Hiperemis (-)Hipertrofi
(-)Hiperemis (-)
Massa(-)(-)
Tumor(-)(-)
Perdarahan(-)(-)
TENGGOROKANOrofaring Mukosa Dinding Faring Lidah Gigi
geligiHiperemis (+)granular (+)tenang 32
Palatum MoleHiperemis (-), Ulkus (-)
Arcus FaringSimetris (+), Hiperemis (+)
UvulaBentuk normal, di tengah
TonsilDextraSinistra
UkuranT1T1
PermukaanRataRata
KripteMelebar (-)Melebar (-)
Detritus(-)(-)
Sekret (+) kental berwarna putih kekuningan(+) kental berwarna
putih kekuningan
Ringkasan :Anamnesis :sakit tenggorokan (+) terasa panas di
tenggorokan, demam, sakit kepala yang dirasakan cukup berat, dan
terkadang terasa mual (+) lendir di tenggorokan (+)Mengkonsumsi
gorengan, makanan pedas atau minuman dingin (+)Merokok (+)
Pemeriksaan tenggorokan:Mukosa hiperemis (+)Granular (+)Arkus
faring hiperemis (+)Tonsil T1/T1 hiperemis (+)Sekret (+) DIAGNOSA
BANDING Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut Faringitis kronis
eksaserbasi akut Faringitis akut Limfadenitis DIAGNOSIS
SEMENTARAFaringitis akut
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan lab darah rutin.
Pemeriksaan laboratorium berupa kultur dan uji resistensi kuman
dari sediaan apusan untuk mengetahui kuman penyebab.
DIAGOSA KERJATonsilofaringitis kronis eksaserbasi
akutPENATALAKSANAANNon Medikamentosa :1. Edukasi pasien mengenai
penyakit yang diderita2. Jangan minum air es, makan berminyak dan
bersantan, hindari merokok terlebih dahulu3. Banyak istirahat
Medikamentosa: Antibiotic Cefadroxil 3x500mg Antiinflamasi
Dexamethason 2x0,5 mg Analgetik dan antipiretik Paracetamol 3x500mg
Betadine kumur Kumur-kumur selama 30 detik. Ulangi tiap 2-4
jam.
PROGNOSISQou ad vitam : dubia ad bonam Qou ad sanam : dubia ad
bonam Quo ad functionam: dubia ad bonam
KOMPLIKASI- Sinusitis- Otitis media- Abses peritonsil- Abses
parafaring- Abses retrofaringeal- Epiglotitis- Laringitis-
glomerulonefritis- miokarditis
EDUKASI Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, minuman
atau makanan dingin, manis atau yang mengiritasi tenggorokan
Bakteri penyebab faringitis dapat dengan mudah menyebar dari satu
penderita ke orang lain. Usahakan minum air hangat Gelas minuman
dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan
sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum
digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti
untuk mencegah infeksi berulang. Sering mencuci tangan untuk
mencegah penyebaran infeksi pada orang lain
BAB IIIPEMBAHASANPasien datang dengan keluhan sakit tenggorokan
, keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu
penderita mengeluh sakit tenggorokan, terasa panas di tenggorokan,
demam, sakit kepala yang dirasakan cukup berat, dan terkadang
terasa mual. Pasien juga merasa terdapat lendir di tenggorokan.
Rasa panas di tenggorok dan sakit kepala dirasakan terus menerus
dan semakin berat. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan terutama
setelah penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman
dingin. Riwayat batuk disangkal, riwayat alergi dan mengeluarkan
ingus pada pagi hari atau waktu tertentu disangkal, riwayat merokok
diakui oleh pasien. Sakit didaerah sekitar wajah disangkal oleh
pasien. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan
rasa penuh di telinga disangkal oleh pasien.
Manifestasi pada tonsilofaringitis kronik eksaserbasi
akut:Didapatkan gejala berupa : Nyeri kepala yang hebat, disertai
dengan muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang
tinggi, jarang disertai batuk.Pada pemeriksaan ditemukan tonsil
yang membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di
permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada
palatum dan faring. Terdapat pembesaran kelenjar limfa leher
anterior yang kenyal dan nyeri tekan positif. Diagnosis bisa
dipastikan dengan rapid antigen test dan atau kultur tenggorok.
Pentingnya didiagnosis untuk mencegah terjadinya komplikasi yaitu
supuratif dan nonsupuratif.