8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian yang terkait dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah : pertama penelitian yang dibuat oleh Gurr pada tahun 2015 dalam bentuk journal societies di universitas Melbourne yang berjudul : A Model of Successful School Leadership from the International Successful School Principalship Project (ISSPP) case study Australia, Canada, China, Denmark, England, Norway, and Sweden dengan temuan bahwa untuk para pemimpin sekolah yang sukses, kepemimpinan didistribusikan karena mereka secara terbuka akan mengatakan bahwa keberhasilan sekolah mereka tidak lain karena banyaknya gaya kepemimpinan yang dipergunakan, dan mereka benar-benar menghargai kontribusi guru, orang tua dan siswa. Mengembangkan kepemimpinan dalam diri orang lain adalah fokus dari pekerjaan mereka. Kepemimpinan yang sukses lebih menekankan terhadap perbaikan akademik, perbaikan kebijakan, dan akuntabilitas. Hasil lain yang ditemukan oleh International Sucessful School Principalship Project (ISSPP) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang mungkin digunakan oleh kepala sekolah tidak menggunakan kepemimpinan transformasional atau instruksional, tapi memakai unsur kedua-duanya, dengan menggunakan kedua gaya terutama yang penting bagi sekolah dalam konteks menantang. Pada dasarnya, kepala
25
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka II.pdf · kreatifnya melalui kegiatan ekstra di sekolah dan kepala sekolah serta guru ... siswa yang datang dari seluruh ... dengan baik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Kajian Pustaka
Penelitian yang terkait dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru adalah : pertama penelitian yang dibuat oleh Gurr
pada tahun 2015 dalam bentuk journal societies di universitas Melbourne yang
berjudul : A Model of Successful School Leadership from the International
Successful School Principalship Project (ISSPP) case study Australia, Canada,
China, Denmark, England, Norway, and Sweden dengan temuan bahwa untuk
para pemimpin sekolah yang sukses, kepemimpinan didistribusikan karena
mereka secara terbuka akan mengatakan bahwa keberhasilan sekolah mereka tidak
lain karena banyaknya gaya kepemimpinan yang dipergunakan, dan mereka
benar-benar menghargai kontribusi guru, orang tua dan siswa.
Mengembangkan kepemimpinan dalam diri orang lain adalah fokus dari
pekerjaan mereka. Kepemimpinan yang sukses lebih menekankan terhadap
perbaikan akademik, perbaikan kebijakan, dan akuntabilitas. Hasil lain yang
ditemukan oleh International Sucessful School Principalship Project (ISSPP)
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang mungkin digunakan oleh kepala
sekolah tidak menggunakan kepemimpinan transformasional atau instruksional,
tapi memakai unsur kedua-duanya, dengan menggunakan kedua gaya terutama
yang penting bagi sekolah dalam konteks menantang. Pada dasarnya, kepala
9
sekolah ini mengembangkan pendekatan kepemimpinan yang memungkinkan
mereka untuk memimpin komunitas sekolah agar berhasil. Mereka lebih
menekankan untuk memotivasi dan untuk mendukung serta mengembangkan staf,
mereka juga memastikan perbaikan dalam proses belajar mengajar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Khumalo pada tahun 2015 dalam
bentuk journal International Education Studies di Tshwane University of
Technology (TUT) yang berjudul : The Implications of System 4 Approach on
School Leadership Practices, dengan hasil temuan bahwa perilaku kepemimpinan
memiliki efek langsung pada kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa mayoritas cara kepala sekolah mengelola sekolah serta
memotivasi guru agar mereka dapat berkomitmen untuk pekerjaan yang ditekuni.
Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam sekolah yakni gaya partisipatif, hal
itu dikarenakan gaya tersebut dapat mengubah budaya sekolah disana. Kepala
sekolah sering terlibat dalam proses pengambilan keputusan, banyak tanggung
jawab dan akuntabilitas yang harus dipikul. Selain itu kepala sekolah akan
memberi sebuah penghargaan apabila mereka dapat melakukan sesuatu yang baik
untuk sekolahnya. Peneliti mengamati bahwa cara yang kepala sekolah untuk
memimpin serta mengelola akan memunculkan motivasi guru dan kepuasan kerja.
Hal tersebut menyebabkan guru akan memiliki komitmen dan secara langsung
mengakibatkan kinerja yang lebih tinggi.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Jinan Hatem Issa pada tahun 2011
dalam bentuk International Journal of Business and Management di Universitas
Sains Malaysia yang berjudul : Perceptions towards Distributed Leadership in
10
School Improvement, dengan hasil temuan bahwa pemimpin yang efektif
memainkan pengaruh tidak langsung pada efektivitas sekolah dan prestasi siswa.
Kepemimpinan didistribusikan oleh seorang individu kepada orang lain. Dalam
hal bentuk kepemimpinan yang diterapkan di sekolah, kepala sekolah
menggunakan sistem top-down dan didistribusikan melalui bottom-up.
Kepemimpinan otokratis sudah ada di sekolah mereka sejak kepala sekolah
memberikan tugas kepada guru untuk memiliki kesempatan berbagi ide yang luar
biasa serta saran yang baik. Tujuannya agar guru dan siswa menuangkan ide
kreatifnya melalui kegiatan ekstra di sekolah dan kepala sekolah serta guru
membimbing dan memberikan petunjuk kepada siswanya. Akibat dari gaya
kepemimpinannya ini, sekolah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak
siswa yang datang dari seluruh daerah untuk bersekolah, karena sekolah tersebut
masuk ke dalam sepuluh besar sekolah terbaik.
1.2 Kerangka Konseptual
2.2.1 Teori Kepemimpinan
2.2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Siagian (1997:12) meyatakan bahwa kepemimpinan adalah keterampilan
dan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang
kedudukannya lebih tinggi, setingkat maupun yang lebih rendah dari padanya.
Sehingga dalam berfikir dan berperilaku yang semula individualistik dan
egosentrik berubah menjadi perilaku yang berorientasi pada organisasi. Robbins
(2008:49) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
11
mempengaruhi kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan
yang ditetapkan. Berdasarkan penjelasan mengenai teori kepemimpinan diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa teori kepemimpinan merupakan teknik dan
kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang pimpinan utnuk mempengaruhi dan
mengendalikan bawahan, agar bisa melaksanakan segala jenis pekerjaan yang
ditugaskan dengan efektif dan efisien demi mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan yang efektif merupakan sebuah kepemimpinan yang berhasil
melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin yang dapat diukur melalui
produktivitas kerja semakin meningkat, produksi semakin meningkat, pelayanan
yang diberikan semakin meningkat, serta kepuasan yang semakin meningkat.
Pendapat lain Lussier, Robert dan Christopher (2001:6), menjelaskan
bahwa Leadership is the influencing process of leaders and followers to achieve
organizational objective through change yang artinya kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi para pemimpin dan pengikut untuk mecapai tujuan
organisasi melalui perubahan. Thoha (2003:262) mendefinisikan kepemimpinan
adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi
perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Berdasarkan penjelasan di
atas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang pemimpin harus mampu
mendorong kinerja bawahannya untuk melakukan segala sesuatu dengan serius
dan cermat untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan gaya kepemimpinan
yang tepat. Selain itu pula seorang pemimpin harus mampu memberikan tugas-
tugas kepada bawahannya agar kegiatan apapun yang diselesaikan dengan cara
berharga merupakan cerminan dari keseriusan usaha. Kepemimpinan yang
12
digunakan secara menyeluruh akan menghasilkan tingkat dan kepuasan kinerja
terhadap bawahan yang sangat tinggi. Seorang pemimpin juga harus mengetahui
bagaimana keadaan lingkungan di sekitar serta watak dari masing-masing
individu.
2.2.1.2 Teori-Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat menentukan tingkat kepengikutan serta menerima
pengaruh dari kepemimpinan dari seorang pemimpin. Menurut Veithzal (2004:11)
ada beberapa teori kepemimpinan, yaitu:
1. Teori Sifat,
Dasar dari teori ini adalah keberhasilan dari seorang pemimpin yang
disebabkan oleh sifat atau karakteristik, serta kemampuan yang sangat baik, yang
dimiliki oleh seorang pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang tersebut dirasa
layak untuk memimpin. Adapun sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang
dimiliki seorang pemimpin, adalah sebagai berikut :
a. Inteligensia.
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan diantara bawahannya. Hal
tersebut dikarenakan agar seorang pemimpin dapat mengarahkan bawahannya
untuk melakukan kegiatan yang diperintahkannya dengan cepat dan benar. Selain
itu pula seorang pemimpin memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi.
b. Kepribadian.
13
Seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang dapat dirasakan oleh
bawahannya. Kepribadian tersebut dapat berupa sikap yang terpuji dan tidak
tercela.
c. Karakteristik fisik.
Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi seorang pemimpin apabila
memiliki usia yang sepatutnya, berat badan yang ideal, tinggi serta berpenampilan
yang rapi dan sopan.
2. Teori perilaku,
Dalam teori ini perilaku pemimpin merupakan hal yang dapat dipelajari.
Seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan meraih keefektifan
dalam memimpin. Dalam teori ini fokus perhatiannya yakni : fungsi
kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan
3. Teori situasional,
Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan
bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi
sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu.
Fiedler dalam Robbins (2008:58) mengembangkan teori model
kepemimpinan kontijensi Fiedler yang menyatakan bahwa kinerja kelompok yang
efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya pemimpin dan sejauh mana situasi
tersebut memberikan kendali kepada pemimpin tersebut. Fiedler meyakini bahwa
salah satu faktor utama bagi kepemimpinan yang berhasil adalah gaya
kepemimpinan dasar seorang individu. Fiedler mengidentifikasi faktor-faktor
14
situasional kunci yang menentukan efektifitas kepemimpinan, faktor-faktor
tersebut yakni :
1. Hubungan pemimpin-anggota : tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan
rasa hormat para anggota terhadap pemimpin mereka.
2. Struktur tugas : tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan
diproseduralkan (terstruktur atau tidak terstruktur).
3. Kekuatan posisi : tingkat pengaruh yang dimiliki oleh seorang
pemimpin atas variabel-variabel kuasa seperti perekrutan, pemecatan,
pendisiplinan, promosi, dan kenaikan gaji.
2.2.1.3 Kriteria Seorang Pemimpin
Dalam hal menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki karakter yang
dapat membangun jiwa seseorang agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Keberhasilan seorang pemimpin dipengaruhi oleh sifat atau karakter, dan
kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang dirasa
layak untuk dijadikan seorang pemimpin, adapun kriteria seorang pemimpin
menurut Covey dalam Wirjana dan Supardo (2006:31) antara lain :
1. Penunjuk jalan
Esensi dan kekuatan peran sebagai “penunjuk jalan” adalah dimilikinya
visi dan misi yang kuat. Penunjukkan jalan tersebut akan berurusan dengan masa
depan. Hal tersebut akan semakin membuat kultur semangat untuk menggapai
tujuan yang besar. Tujuan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan
kepentingan stakeholders. Dengan demikian “penunjuk jalan” menghubungkan
15
sistem nilai organisasi dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholders melalui
perencanaan strategik.
2. Penggalang
Terdiri dari pemastian bahwa struktur, sistem, dan proses operasional
organisasi mendukung tercapainya visi dan misi organisasi di dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dan semua stakeholders. Yang terpenting dalam prinsip
penggalangan ini ialah bahwa semua anggota organisasi ikut berkumpul untuk
mencapai visi, misi, dan strategi organisasi. Apabila semua anggota mengerti
benar akan kebutuhan serta berkomitmen untuk mencapai visi dan misi, bila
mereka diajak untuk menciptakan dan memperbaiki struktur serta sistem yang
akan memenuhi kebutuhan, maka anggota tersebut sudah menjalankan peran
penggalangan.
3. Pemberdaya
Kemampuan ketiga yang harus dimiliki pemimpin ialah sebagai
pemberdaya. Manusia memiliki talenta, kecerdasan, kecerdikan, dan kreativitas.
Sebagian dari hal-hal tersebut masih terpendam. Semangat harus dikobarkan
dalam diri orang-orang tersebut. Membebaskan mereka untuk melakukan segala
yang perlu dilakukan dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang sudah mereka
sepakati untuk mencapai visi, nilai-nilai dan misi bersama dalam melayani
masyarakat dan para stakeholders, inilah yang dimaksud dengan pemberdayaan.
Dari pemaparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang
pemimpin haruslah memiliki sifat yang dapat berkomunikasi dengan baik kepada
semua pihak yang ditemui, mau mendengarkan masukan, dan kritikan dari
16
bawahan, peka terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar seperti
prosedur kerja yang sudah tidak sesuai, mampu beradaptasi dengan perubahan
yang timbul. Seorang pemimpin harus memiliki jurus untuk mencapai keuntungan
yang kompetitif. Apabila seorang pemimpin memiliki keadaan pikiran (mind-set)
dan kumpulan keterampilan yang diutuhkan, pemimpin tersebut akan menciptakan
struktur, sistem, dan proses efektif yang menyatu dengan visi dan misi organisasi.
Dari pemaparan diatas dapat dijelaskan melalui gambar 2.1 di bawah ini :
Gambar 2.1 Kriteria Sifat Pemimpin Untuk Menuju Tujuan Yang Telah
Ditentukan Berdasarkan Pemaparan Di Atas
Kriteria Seorang Pemimpin
Penunjuk Jalan, Penggalang dan
Pemberdaya
Seorang pemimpin akan menjelaskan bagaimana
cara agar mencapai tujuan tersebut
Pemimpin akan mengaitkan hasil yang sudah diraih
bawahan untuk mencapai tujuan organisasi
Pemimpin dengan bawahan akan bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
Bawahan akan merasa dirinya termotivasi
dengan kepemimpinan pemimpin
17
Dari penjelasan gambar diatas dapat dilihat bahwa kepemimpinan seorang
pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi dengan membawa sebuah perubahan. Setiap organisasi mempunyai
lingkungan kerja tertentu yang secara nyata menentukan bagaimana pemimpin-
pemimpin merespon masalah dan kesempatan. Hal ini terjadi sebagai warisan
pemimpin-pemimpin sebelumnya dan pemimpin-pemimpin masa kini.
2.2.1.4 Gaya Kepemimpinan
Menurut Terry (2005:192) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
atau pemimpin, untuk mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-
keinginannya dalam suatu keadaan tertentu. Thoha (2013:49) mengemukakan
bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
seperti yang ia lihat. Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa
dalam sebuah organisasi gaya kepemimpinan sangat diperlukan apabila organisasi
tersebut ingin mencapai tujuan yang dicapai. Salah satu tujuan kecil yang ingin
dicapai terlebih dahulu yakni meningkatnya kinerja bawahan yang lebih baik.
Oleh sebab itu gaya kepemimpinan sangat baik digunakan sebagai pedoman untuk
meningkatkan kinerja bawahan. Gaya kepemimpinan yang baik akan memotivasi
Keberhasilan yang dicapai tersebut merupakan
cerminan dari keberhasilan pemimpin
18
bawahan untuk menunjukkan kinerja yang baik pula. Hal tersebut juga akan
berimbas kepada adanya hubungan yang harmonis dari pimpinan ke bawahan.
Sehingga untuk mencapai tujuan organisasi akan dicapai dengan kerjasama yang
baik.
2.2.1.5 Gaya Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard (Thoha, 2013: 63),
adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi
antara lain : a. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,
b. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan,
c. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.
Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2013:66) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan norma yang digunakan sewaktu mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat oleh orang lain tersebut.
Oleh sebab itu ketika seorang pemimpin melakukan proses pemecahan masalah
serta pembuatan keputusan ada empat gaya dasar kepemimpinan diidentifikasikan
pada gambar 2.2 di bawah ini :
19
Per
ilaku
Men
du
kun
g
Tinggi Dukungan dan
Rendah Pengarahan G3
(Partisipasi)
Tinggi Pengarahan dan
Tinggi Dukungan G2
(Konsultasi)
Rendah Dukungan dan
Rendah Pengarahan G4
(Delegasi)
Tinggi Pengarahan dan
Rendah Dukungan G1
(Instruksi)
Rendah Perilaku Mengarahkan Tinggi
Gambar 2.2 Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Hersey dan Blanchard
1. Gaya Kepemimpinan Instruksi
Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan (G1)
dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah.
Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka
tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana melaksanakan berbagai tugas.
Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan
oleh pemimpin.
2. Gaya Kepemimpinan Konsultasi
Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan (G2)
dirujuk sebagai konsultasi. Karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih
banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan
keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan
perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang
Tinggi
20
keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipasi
Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3)
dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya 3
ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah
dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan
pemimpin adalah adalah secara akif mendengar, memberikan pengarahan yang
jelas, tanggungjawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian
besar berada pada pihak pengikut. Hal tersebut sudah sewajarnya karena pengikut
memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
4. Gaya Kepemimpinan Delegasi
Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan (G4)
dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama
dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang
kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada
bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang
bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas
bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena mereka
memilih kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggungjawab dalam
pengarahan perilaku mereka sendiri.
21
Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2013:71) membagi tingkat
kematangan bawahan (pengikut) di bawah model kepemimpinan ke dalam empat
tingkat yaitu: rendah (M1), rendah ke sedang (M2), sedang ke tinggi (M3), dan
tinggi (M4), maka beberapa tanda yang menunjukkan tingkat kematangan itu
dapat dirujuk. Tiap tingkat perkembangan ini menunjukkan kombinasi
kemampuan dan kemauan yang berbeda seperti yang dirujuk pada ilustrasi di
bawah ini :
Mampu dan Mau Mampu Tetapi
Tidak Mau Atau
Kurang Yakin
Tidak Mampu
Tetapi Mau
Tidak Mampu
dan Tidak Mau
Atau Tidak Yakin
M 4 M 3 M 2 M 1
Gaya Delegasi Gaya Partisipasi Gaya Konsultasi Gaya Instruksi
Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Kematangan Bawahan Dengan Gaya
Kepemimpinan Yang Sesuai Dari Hersey dan Blanchard
a. Tingkat kematangan M1 (tidak mampu dan tidak ingin), tipe orang M1 ini
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak kompeten atau
tidak memiliki keyakinan. Dengan demikian maka gaya kepemimpinan yang
diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan adalah dengan gaya instruksi
(G1) yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan, menginstruksikan secara
spesifik. Oleh karena itu, gaya instruksi harus memberikan pengarahan yang jelas
dan pengawasan ketat.
22
b. Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), tipe orang dengan M2 ini
tidak mampu tetapi berkeinginan untuk memikul tanggung jawab memiliki
keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan. Dengan demikian maka gaya
kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan adalah
dengan gaya konsultasi (G2) yang memberikan perilaku tinggi tugas dan tinggi
hubungan.
c. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ ragu-ragu). Orang pada
tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan untuk
melakukan tugas yang diberikan. Ketidakinginan mereka disebabkan karena
kurangnya keyakinan. Dengan demikian, gaya yang dapat digunakan pemimpin
untuk memimpin adalah gaya partisipasi (G3) dimana gaya ini memiliki tingkat
keberhasilan yang tinggi untuk diterapkan bagi individu dengan tingkat
kematangan seperti ini. Dalam pelaksanaannya pemimpin dapat memberikan
perilaku yang tinggi hubungan dan rendah tugas.
d. Tingkat kematangan M4 (mampu dan mau). Orang dengan tingkat kematangan
seperti ini adalah orang yang mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk
memikul tanggungjawab. Dengan demikian gaya yang digunakan pemimpin
untuk memimpin adalah gaya delegasi (G4). Dalam pelaksanaannya pemimpin
dapat memberikan rendah hubungan dan rendah tugas.
2.2.1.6 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam menjadi pemimpin di sekolah, kepala sekolah selayaknya harus
memiliki ketrampilan. Keterampilan kepala sekolah tersebut menurut Wiles yang
dikutip oleh Kusmintardjo (1989) dalam (Wahyudi 2009:33), meliputi : skill in
23
leadership, skill in human relationship, skill in group process, skill in personal
administration, and skill in evaluation. Maksudnya adalah keterampilan dalam
kepemimpinan, keterampilan dalam hubungan manusia, keterampilan dalam
proses kelompok, keterampilan dalam administrasi pribadi, dan keterampilan
dalam evaluasi.
Kepemimpinan kepala sekolah yang berhasil dapat dilihat dari kinerja guru
yang semakin meningkat terutama dalam proses belajar mengajar, produktif dan
berjalan dengan lancar. Selain itu pula apabila ada salah seorang guru yang
menunjukkan kinerja yang sangat baik, kepala sekolah dapat memberikan guru
tersebut sebuah penghargaan bahkan sebaliknya jika ada salah seorang guru yang
dalam kinerjanya kurang baik bahkan sampai terjadi akibat yang fatal, guru
tersebut dapat diberikan hukuman. Dengan pendekatan yang manusiawi “saling
asah, asih dan asuh” maka kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan
kinerja guru serta mendapatkan keberhasilan yang sudah digariskan. Hal yang
dapat dilakukan oleh kepala sekolah agar berhasil dalam memimpin sekolah yang
dinaungi adalah sebagai berikut :
a) Pencarian dan pemanfaatan sumber daya yang ada.
b) Penyusunan tujuan strategis.
c) Proses komunikasi yang berjalan dengan baik.
d) Lingkungan pendidikan.
e) Kepemimpinan dan pengambilan sebuah keputusan.
f) Adaptasi dan inovasi
24
Selain itu pula Kepala Sekolah harus mempunyai kemampuan administrasi
dan kepengawasan yang harus dimiliki oleh seorang Kepala Sekolah. Menurut
Wahjosumidjo (2010:394) kompetensi yang dimiliki oleh seorang Kepala Sekolah
sebagai salah satu persyaratan yang harus dimiliki agar mampu mencapai tujuan
yang diinginkan yaitu :
1. Kemampuan menganalisis sebuah persoalan.
2. Mengatur seluruh sumber daya yang ada.
3. Mengatur berbagai macam kegiatan.
4. Kemampuan untuk dapat mempertimbangkan pendapat dan saran.
5. Kemampuan untuk mengambil sebuah keputusan.
6. Kemampuan memimpin.
7. Bersifat lapang dada dan sabar.
8. Memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tertulis.
9. Memiliki kepekaan.
10. Aktif dalam mendiskusikan berbagai persoalan.
11. Mempunyai motivasi yang tinggi.
2.2.2 Konsep Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan Bolman dan Deal dalam Supardo (2006:7) tentang
Leading with soul : an uncommon journey of the spirit (memimpin dengan jiwa:
suatu perjalanan spiritual yang tidak biasa) menempatkan manusia sebagai titik
sentral dari seluruh keputusan yang diambil seorang pemimpim, terutama yang
menyangkut nasib dan kehidupan dari mereka yang dipimpin dan masyarakat luas.
25
Kepemimimpinan dapat dipelajari dengan teknik yang berbeda-beda, tergantung
pada konsep kepemimpinannya. Dalam barisan, seorang pemimpin harus berjalan
paling depan untuk menjadi panutan serta memberikan arah tujuan yang jelas
untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan dapat dimasukkan dalam “ilmu
terapan” dari ilmu-ilmu sosial dikarenakan dapat bermanfaat untuk peningkatan
taraf hidup manusia.
Kepemimpinan akan selalu dikaitkan dengan sebuah perubahan,
kedudukan seorang pemimpin, serta proses yang terjadi dalam kelompok. Seorang
pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi di dalam kelompok
tersebut pemimpin menempati posisi yang dominan. Guru akan selalu
berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk dapat mengambil sebuah keputusan.
Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah akan langsung mengarahkan guru
tersebut ke arah yang diinginkan. Dalam melakukan sebuah tugas kepala sekolah
yang dijadikan sebagai pemimpin harus dapat melibatkan guru, situasi serta
pemimpin itu sendiri. Kepala sekolah selain harus memiliki kualitas pribadi
tertentu juga harus mampu membaca keadaan guru serta situasi yang sedang
dihadapi. Adapun model kepemimpinan sekolah yang sukses dapat dilihat pada
gambar 2.4 dibawah ini :
26
Sumber : Gurr Tahun (2015:142)
2.2.3 Konsep Kinerja
Kinerja merupakan proses untuk menghasilkan pemahaman bersama
tentang apa yang harus dicapai dan bagaimana mencapainya. Dalam kinerja
dibutuhkan manajemen yang baik serta pengelolaan sumber daya yang ada untuk
mendukung tercapainya tujuan organisasi yang diinginkan. Hal tersebut dapat
memungkinkan organisasi mencapai keberhasilan.
Meningkatkan kinerja yang lebih baik dalam sebuah organisasi
membutuhkan sebuah Sumber Daya Manusia yang akan membantu proses
organisasi mencapai sebuah keberhasilan. Kepemimpinan yang baik dan tepat
menjadi sebuah pondasi dasar untuk semua bidang. Bidang tersebut harus segera
27
diintegrasikan dengan bidang-bidang yang lainnya agar tercipta proses yang
harmonis. Sehingga jika proses yang harmonis sudah tercipta maka untuk
menjalankan kegiatan selanjutnya akan lebih mudah prosesnya. Pemimpin dengan
bawahan akan bekerjasama dan akan lebih meningkatkan kinerjanya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kinerja sangat penting melihat
peranannya dan tingkat levelnya seperti misalnya pentingnya keahlian serta
kompetensi yang dimiliki
Selain itu ada Indikator kinerja oleh LAN-RI dalam Pasolong (2013:177)
adalah ukuran kualitatif atau kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator
masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan
dampak (impact). Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan
keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, dan
kebijakan atau peraturan perundang-undangan.
2.2.4 Konsep Kinerja Guru
Menurut Priansa (2014:79) keberhasilan seorang guru dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan disebut dengan istilah “level of
performance” atau level kinerja. Kinerja guru merupakan hasil dari kemampuan
seorang guru yang dituangkan dalam bentuk karya nyata. Kinerja guru bukanlah
hal yang menyangkut tentang karakteristik individu seperti bakat serta
28
kemampuan akan tetapi perwujudan dari bakat atau kemampuan itu sendiri.
Kinerja guru akan terlihat dari tanggungjawab yang diberikan untuk dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan. Tanggungjawab tersebut akan terlihat dari
kedisiplinan seorang guru, kepatuhan serta loyalitas untuk dapat memajukan
sekolah serta potensi peserta didik.
Dalam PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28
dijelaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat
jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
sosial. Guru yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi maka dapat dipastikan hasil
produktivitas kerja telah sama seperti yang ditentukan, sebaliknya guru yang
memiliki tingkat produktivitas rendah maka guru tersebut dapat dikatakan tidak
produktif. Hasil kinerja guru sangat berperan strategis dalam keberhasilan
kualitas pendidikan yang dihasilkan. Menurut Nasution (2009:184) indikator
kinerja guru meliputi :
1. Rencana pembelajaran.
2. Pelaksanaan pembelajaran.
3. Evaluasi / penilaian pembelajaran.
4. Hubungan antar pribadi.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana
landasan teori yang telah dijabarkan berhubungan secara logis dengan berbagai
faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Suriasumantri, 1986
29
dalam (Sugiyono,2009:92) mengemukakan bahwa seorang penulis harus
menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang
membuahkan hipotesis.
Selain itu, penulis ingin menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang ada
pada setiap orang yang pada hakekatnya akan berbeda-beda tergantung sifat yang
dimiliki oleh pimpinan tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja
bawahan perlu adanya gaya kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin.
Sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti oleh penulis maka dapat
digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
GAYA KEPEMIMPINAN (Style Leadership)
Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2013:66)
KINERJA GURU (Teacher
Performance)
Nasution (2009:184)
1. Pemimpin dan
bawahan sama-sama
terlibat dalam
pengambilan
Keputusan .
2. Pemimpin dan
pengikut saling tukar
menukar ide.
3. Komunikasi dua
arah ditingkatkan.
4. Tanggungjawab
pemecahan masalah
dan pembuatan
keputusan sebagian
besar berada pada
pihak pengikut.
GAYA KEPEMIMPINAN
PARTISIPASI (Style
Leadership Participation)
30
Berdasarkan gambar 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dengan gaya
kepemimpinan yang benar akan membawa keberhasilan serta mencapai tujuan
yang diinginkan. Selain itu pemimpin memerlukan bawahan untuk dijadikannya
sebagi pengikut. Seorang pemimpin harus bisa melihat kondisi bawahannya untuk
dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Gaya kepemimpinan kepala
sekolah di SDN 2 Pemecutan cenderung mengarah ke gaya kepemimpinan
partisipasi. Adapun indikator gaya kepemimpinan partisipasi berdasarkan
pemaparan diatas adalah sebagai berikut :
Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3) dirujuk
sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan dipegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya 3 ini,
pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin
adalah adalah secara akif mendengar. Tanggungjawab pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut, memberikan
pengarahan yang jelas dan pengawasan yang sewajarnya, bawahan didorong
untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan mengembangkan
kemampuan diri, serta bawahan akan menerima imbalan (insentif dan
kebanggaan/kepuasan). Hal tersebut sudah sewajarnya karena pengikut memiliki
31
kemampuan untuk melaksanakan tugas. Gaya ini cocok dipergunakan untuk
tingkat kematangan bawahan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu). Orang
pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan
untuk melakukan tugas yang diberikan.
Indikator diatas dapat digunakan untuk mengetahui gaya kepemimpinan
kepala sekolah terhadap guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan. Selain
itu pula ada beberapa indikator yang mempengaruhi kinerja guru yaitu :