1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi merupakan pengeluaran cairan darah dari uterus, yang disebabkan oleh pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung sekali dalam sebulan sampai wanita mencapai usia 45-50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk menstruasi disebut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah
terjadinya menstruasi. Menstruasi merupakan pengeluaran cairan darah dari
uterus, yang disebabkan oleh pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid
mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina
yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun
mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi
biasanya dimulai antara umur 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai
faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap
tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung sekali dalam sebulan sampai wanita
mencapai usia 45-50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-
pengruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk menstruasi disebut
menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita (fitria,
2007).
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita ada yang siklusnya 23-35
hari dan ada juga yang 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak
teratur (Brewer Sarah, 1997: Pediatrics, 2006).
Menurut Manuaba (1999), proses siklus haid dapat pasang surut dan
berubahubah setiap bulannya, maka dapat menimbulkan masalah seperti amenore
(tidak menstruasi), menorhagia (perdarahan dalam jumlah banyak dan dalam
1
2
waktu yang lama saat haid) siklus haid tidak teratur, premenstruasi tension
(ketegangan prahaid), dan dismenore (rasa nyeri pada saat haid).
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan salah satu gejala yang
paling sering menyebabkan wanita-wanita pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Gangguan ini sifatnya subjektif, berat dan intensitasnya sukar dinilai,
walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyait ini sudah lama dikenal
namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan
memuaskan. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah
sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dismenore hanya
dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk
istrahat dan meninggalkan pekerjaan atau ciri sehari-hari untuk beberapa jam atau
beberapa hari. Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder (Prawirohardjo, 1999).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan
anatomis alat kelamin. Dismenore primer merupakan rasa sakit yang disertai
sebagai hal yang wajar dan biasa terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi
yang tidak membahyakan, sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang
berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan antomis ini
kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip
endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim) (Manuaba, 1999).
Pengkajian nyeri merupakan hal penting dari tugas perawat. Perawat perlu
mempertimbangkan dimensi biologis, psikologis, sosial juga spiritual nyeri.
3
Banyak faktor fisiologi (motivasi, afektif, kognitif, emosional) mempengaruhi
pengalaman nyeri seseorang (C Brooker, 2008).
Banyak cara untuk menghilangkan atau menurungkan nyeri, baik secara
farmakologis, misal obat-obat analgestik ataupun menghilangkan dengan cara
intervensi keperwatan yang bersifat nonfarmakologis (Long, 1996).
Manajemen nyeri non farmakologis, misalnya kompres hangat yaitu dimna
kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus
dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan
mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan
aliran menstruasi, dan meredakan Vasokongesti pelvis (Bobak, 2005).
Menurut Perry & Potter (2005), prinsip kerja kompres hangat dengan
mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi
dimana terjadi pemindahan panas dari bulibuli ke dalam tubuh sehingga akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan
otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.
Penelitian sebelumnya mengenai prevalensi dismenore pada remaja
mencapai 93,9%. Sekitar 15% gadis remaja dilaporkan mengalami dismenore
berat dan merupakan penyebab tertinggi para gadis remaja tidak hadir di
sekolahnya di Amerika Serikat. Sebuah studi longitudinal secara kohort pada
wanita Swedia ditemukan prevalensi dismenore pada wanita usia 19 tahun adalah
90% dan 67% pada wanita usia 24 tahun (French, 2005), sedangkan di Malaysia,
prevalensinya sebanyak 62,3% (Liliawati, Verna & Khairani, 2007) dengan
tingkat nyeri yang berbeda. Sementara di Indonesia ditemukan 83,5% mahasiswi
4
mengalami dismenore pada mahasiswi sebuah universitas di Jakarta tahun 2004.
Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan antara lain waktu istirahat terganggu
(54%) dan menurunnya kemampuan belajar (50%) (Almazini Prima, 2009).
Menurut Bambang Widjanarko (2006), dismenore terjadi pada lebih dari setengah
wanita usia reproduksi dengan prevalensi beragam. Sebuah penelitian terhadap
113 pasien praktek dokter pribadi menunjukkan angka prevalensi sekitar 29-44%.
Kebanyakan remaja mengobati diri sendiri dengan obat yang dijual bebas dan
hanya beberapa yang berkonsultasi dengan dokter mengenai dismenore yang
dialami.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10
responden mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru
pada tanggal 23 Maret 2013 dilakukan dengan cara wawancara, didapatkan 3 dari
10 responden tersebut mengalami dismenore setiap menstruasi. 60% dari
responden membiarkan saja dan 40% responden mengaku pernah melakukan
kompres hangat sehingga nyeri yang dirasakan sedikit berkurang, sebagian besar
mahasiswi tersebut belum mengetahui manfaat kompres hangat dalam
mengurangi atau mencegah terjadinya nyeri haid. Anggapan para mahasiswi
tersebut, melakukan kompres hangat saat haid itu buang-buang waktu dan tidak
ada gunanya Studi pendahuluan ini juga menunjukan 2 dari 10 responden
mengaku mengetahui manfaat kompres hangat yang dapat menurunkan
dismenore.
5
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penilitian dengan judul Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Disminore Primer
pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh kompres hangat terhadap penurunan tingkat
nyeri haid (dismenore) pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran
Unlam Banjarbaru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kompres
hangat terhadap dismenore primer pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas
Kedokteran Unlam Banjarbaru.
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui tingkat nyeri sebelum kompes hangat pada mahasiswi PSIK
reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
b. Mengetahui tingkat nyeri sesudah kompes hangat pada mahasiswi PSIK
reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
c. Mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap dismenore primer pada
mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat umum
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna
dalam meningkatkan pengetahuan khususnya tata cara mengatasi dan
mencegah nyeri pada saat menstruasi.
2. Ilmu Keperawatan
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kebesaran ilmu
pengetahuan dan teknologi tentang penanganan nyeri dismenore secara
non farmakologis melalui terapi kompres oleh perawat secara mandiri
di komunias.
b. Penelitian ini bisa diaplikasikan pada klien yang mengalami nyeri haid
atau dismenore kedalam pemberian asuhan keperawatan di komunitas.
3. Mahasiswa
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan manajemen nyeri terutama wanita yang
menderita nyeri haid (dismenore).
b. Mahasiswa dapat menerapkan metode penelitian dalam melakukan
penelitian.
4. Bidang Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang ilmu Maternitas.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menstruasi
1. Pengertian
Wanita yang memasuki masa pubertas akan mengalami haid (Pediatrics,
2008). Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Haid yang terjadi
terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Haid biasanya
terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi
sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya haid tersebut berlangsung selama 3-7 hari
(Ganong, 2001: S Kent et al 2007).
2. Siklus Menstruasi
Tiap siklus haid menggambarkan suatu interaksi antara hipotalamus,
kelenjar pituitari, ovarium dan endometrium. Menurut teori neurohumoral,
hipotalamus sebagai pusat pengendali utama otak dan mengawasi sekresi hormon
Gonadotropin Reliasing Hormone (GnRH) sehingga dapat merangsang pelepasan
Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari
hipofisis. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan
oleh mekanisme umpan balik atau feed back antara hormon steroid dan hormon
gonadotropin (Misaroh & Proverawati, 2009).
Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan
terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan
umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Estrogen yang meningkat
7
8
mengakibatkan rangsangan pada lapisan rahim (endometrium) menebal, pada
siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang
dibuahi setelah terjadi ovulasi (Misaroh & Proverawati, 2009).
Menurut Misaroh & Proverawati (2009), menstruasi mempunyai kisaran
waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari
4 fase yaitu:
a. Fase Menstruasi
b. Fase Proliferasi atau fase Folikuler
c. Fase Ovulasi atau fase Luteal.
d. Fase pasca ovulasi atau fase Sekresi
3. Kelainan-Kelainan Menstruasi
Kelainan-kelainan siklus menstruasi antara lain adalah:
a. Amenore (tidak menstruasi), yaitu keterlambatan menstruasi lebih ari 3 bulan
berturut-turut, menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun
(Manuaba, 1999).
b. Dismenore (nyeri menstruasi), yaitu nyeri diperut bawah , menyebar ke
daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau
bersamasama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sbelum dan selama
menstruasi (Wiknjosastro, 2007).
c. Menorrhagia, yaitu pada bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur dan
jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak, penyebabnya
9
kemungkinanterdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium
atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim) (Manuaba,1999).
d. Pre Menstruasi Tention (ketegangan sebelum masa menstruasi ), terjadi
karena keluhan yang di mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid.
Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang
menstruasi.
B. Dismenore
1. Pengertian
Dismenore adalah nyeri selama haid yang dapat dirasakan di perut bawah
atau pinggang, dapat bersifat seperti malas-malas, seperti ngilu, atau seperti
ditusuk-tusuk (Prawirohardjo, 1994). Menurut Wiknjosastro (2007), disminore
adalah nyeri di perut bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini
timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung
beberapa hari sebelum dan sesudah dan selama menstruasi. Disminore dibagi
menjadi 2 yaitu disminore primer dan disminore sekunder.
2. Dismenore primer
Disminore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat
genital yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan genekologik dan
merupakan suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul setelah 12 bulan atau
lebih setelah menarche. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-
sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun dalam
10
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah seperti
kejang yang biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Prawirohardjo, 1994).
3. Faktor Penyebab
Penyebab pasti dismenore primer tidak diketahui. Estrogen, hormon yang
diproduksi ovarium, merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim.
Prostaglandin adalah zat kimia yang sangat mirip dengan hormon. Zat tersebut
dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam tubuh dan
memiliki kisaran efek yang cukup berarti tehdap organ-organ lokal. Tingginya
pelepasan prostaglandin menyebabkan tingginya kontraksi uterus yang pada