Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi merupakan pengeluaran cairan darah dari uterus, yang disebabkan oleh pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung sekali dalam sebulan sampai wanita mencapai usia 45-50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk menstruasi disebut
61

bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

Aug 09, 2015

Download

Documents

Muhammad Alfian
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah

terjadinya menstruasi. Menstruasi merupakan pengeluaran cairan darah dari

uterus, yang disebabkan oleh pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid

mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina

yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan

menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun

mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi

biasanya dimulai antara umur 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai

faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap

tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung sekali dalam sebulan sampai wanita

mencapai usia 45-50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-

pengruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk menstruasi disebut

menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita (fitria,

2007).

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita ada yang siklusnya 23-35

hari dan ada juga yang 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak

teratur (Brewer Sarah, 1997: Pediatrics, 2006).

Menurut Manuaba (1999), proses siklus haid dapat pasang surut dan

berubahubah setiap bulannya, maka dapat menimbulkan masalah seperti amenore

(tidak menstruasi), menorhagia (perdarahan dalam jumlah banyak dan dalam

1

Page 2: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

2

waktu yang lama saat haid) siklus haid tidak teratur, premenstruasi tension

(ketegangan prahaid), dan dismenore (rasa nyeri pada saat haid).

Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan salah satu gejala yang

paling sering menyebabkan wanita-wanita pergi ke dokter untuk konsultasi dan

pengobatan. Gangguan ini sifatnya subjektif, berat dan intensitasnya sukar dinilai,

walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyait ini sudah lama dikenal

namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan

memuaskan. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah

sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dismenore hanya

dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk

istrahat dan meninggalkan pekerjaan atau ciri sehari-hari untuk beberapa jam atau

beberapa hari. Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan

dismenore sekunder (Prawirohardjo, 1999).

Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan

anatomis alat kelamin. Dismenore primer merupakan rasa sakit yang disertai

sebagai hal yang wajar dan biasa terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi

yang tidak membahyakan, sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang

berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan antomis ini

kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip

endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam

rahim) (Manuaba, 1999).

Pengkajian nyeri merupakan hal penting dari tugas perawat. Perawat perlu

mempertimbangkan dimensi biologis, psikologis, sosial juga spiritual nyeri.

Page 3: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

3

Banyak faktor fisiologi (motivasi, afektif, kognitif, emosional) mempengaruhi

pengalaman nyeri seseorang (C Brooker, 2008).

Banyak cara untuk menghilangkan atau menurungkan nyeri, baik secara

farmakologis, misal obat-obat analgestik ataupun menghilangkan dengan cara

intervensi keperwatan yang bersifat nonfarmakologis (Long, 1996).

Manajemen nyeri non farmakologis, misalnya kompres hangat yaitu dimna

kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus

dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan

mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan

aliran menstruasi, dan meredakan Vasokongesti pelvis (Bobak, 2005).

Menurut Perry & Potter (2005), prinsip kerja kompres hangat dengan

mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi

dimana terjadi pemindahan panas dari bulibuli ke dalam tubuh sehingga akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan

otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.

Penelitian sebelumnya mengenai prevalensi dismenore pada remaja

mencapai 93,9%. Sekitar 15% gadis remaja dilaporkan mengalami dismenore

berat dan merupakan penyebab tertinggi para gadis remaja tidak hadir di

sekolahnya di Amerika Serikat. Sebuah studi longitudinal secara kohort pada

wanita Swedia ditemukan prevalensi dismenore pada wanita usia 19 tahun adalah

90% dan 67% pada wanita usia 24 tahun (French, 2005), sedangkan di Malaysia,

prevalensinya sebanyak 62,3% (Liliawati, Verna & Khairani, 2007) dengan

tingkat nyeri yang berbeda. Sementara di Indonesia ditemukan 83,5% mahasiswi

Page 4: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

4

mengalami dismenore pada mahasiswi sebuah universitas di Jakarta tahun 2004.

Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan antara lain waktu istirahat terganggu

(54%) dan menurunnya kemampuan belajar (50%) (Almazini Prima, 2009).

Menurut Bambang Widjanarko (2006), dismenore terjadi pada lebih dari setengah

wanita usia reproduksi dengan prevalensi beragam. Sebuah penelitian terhadap

113 pasien praktek dokter pribadi menunjukkan angka prevalensi sekitar 29-44%.

Kebanyakan remaja mengobati diri sendiri dengan obat yang dijual bebas dan

hanya beberapa yang berkonsultasi dengan dokter mengenai dismenore yang

dialami.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10

responden mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru

pada tanggal 23 Maret 2013 dilakukan dengan cara wawancara, didapatkan 3 dari

10 responden tersebut mengalami dismenore setiap menstruasi. 60% dari

responden membiarkan saja dan 40% responden mengaku pernah melakukan

kompres hangat sehingga nyeri yang dirasakan sedikit berkurang, sebagian besar

mahasiswi tersebut belum mengetahui manfaat kompres hangat dalam

mengurangi atau mencegah terjadinya nyeri haid. Anggapan para mahasiswi

tersebut, melakukan kompres hangat saat haid itu buang-buang waktu dan tidak

ada gunanya Studi pendahuluan ini juga menunjukan 2 dari 10 responden

mengaku mengetahui manfaat kompres hangat yang dapat menurunkan

dismenore.

Page 5: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

5

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penilitian dengan judul Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Disminore Primer

pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh kompres hangat terhadap penurunan tingkat

nyeri haid (dismenore) pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran

Unlam Banjarbaru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kompres

hangat terhadap dismenore primer pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas

Kedokteran Unlam Banjarbaru.

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui tingkat nyeri sebelum kompes hangat pada mahasiswi PSIK

reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.

b. Mengetahui tingkat nyeri sesudah kompes hangat pada mahasiswi PSIK

reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.

c. Mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap dismenore primer pada

mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.

Page 6: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

6

D. Manfaat Penelitian

1. Masyarakat umum

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna

dalam meningkatkan pengetahuan khususnya tata cara mengatasi dan

mencegah nyeri pada saat menstruasi.

2. Ilmu Keperawatan

a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kebesaran ilmu

pengetahuan dan teknologi tentang penanganan nyeri dismenore secara

non farmakologis melalui terapi kompres oleh perawat secara mandiri

di komunias.

b. Penelitian ini bisa diaplikasikan pada klien yang mengalami nyeri haid

atau dismenore kedalam pemberian asuhan keperawatan di komunitas.

3. Mahasiswa

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan manajemen nyeri terutama wanita yang

menderita nyeri haid (dismenore).

b. Mahasiswa dapat menerapkan metode penelitian dalam melakukan

penelitian.

4. Bidang Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang ilmu Maternitas.

Page 7: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi

1. Pengertian

Wanita yang memasuki masa pubertas akan mengalami haid (Pediatrics,

2008). Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Haid yang terjadi

terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Haid biasanya

terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi

sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya haid tersebut berlangsung selama 3-7 hari

(Ganong, 2001: S Kent et al 2007).

2. Siklus Menstruasi

Tiap siklus haid menggambarkan suatu interaksi antara hipotalamus,

kelenjar pituitari, ovarium dan endometrium. Menurut teori neurohumoral,

hipotalamus sebagai pusat pengendali utama otak dan mengawasi sekresi hormon

Gonadotropin Reliasing Hormone (GnRH) sehingga dapat merangsang pelepasan

Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari

hipofisis. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan

oleh mekanisme umpan balik atau feed back antara hormon steroid dan hormon

gonadotropin (Misaroh & Proverawati, 2009).

Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan

terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan

umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Estrogen yang meningkat

7

Page 8: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

8

mengakibatkan rangsangan pada lapisan rahim (endometrium) menebal, pada

siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang

dibuahi setelah terjadi ovulasi (Misaroh & Proverawati, 2009).

Menurut Misaroh & Proverawati (2009), menstruasi mempunyai kisaran

waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari

4 fase yaitu:

a. Fase Menstruasi

b. Fase Proliferasi atau fase Folikuler

c. Fase Ovulasi atau fase Luteal.

d. Fase pasca ovulasi atau fase Sekresi

3. Kelainan-Kelainan Menstruasi

Kelainan-kelainan siklus menstruasi antara lain adalah:

a. Amenore (tidak menstruasi), yaitu keterlambatan menstruasi lebih ari 3 bulan

berturut-turut, menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun

(Manuaba, 1999).

b. Dismenore (nyeri menstruasi), yaitu nyeri diperut bawah , menyebar ke

daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau

bersamasama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,

walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sbelum dan selama

menstruasi (Wiknjosastro, 2007).

c. Menorrhagia, yaitu pada bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur dan

jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak, penyebabnya

Page 9: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

9

kemungkinanterdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium

atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim) (Manuaba,1999).

d. Pre Menstruasi Tention (ketegangan sebelum masa menstruasi ), terjadi

karena keluhan yang di mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid.

Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang

menstruasi.

B. Dismenore

1. Pengertian

Dismenore adalah nyeri selama haid yang dapat dirasakan di perut bawah

atau pinggang, dapat bersifat seperti malas-malas, seperti ngilu, atau seperti

ditusuk-tusuk (Prawirohardjo, 1994). Menurut Wiknjosastro (2007), disminore

adalah nyeri di perut bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini

timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung

beberapa hari sebelum dan sesudah dan selama menstruasi. Disminore dibagi

menjadi 2 yaitu disminore primer dan disminore sekunder.

2. Dismenore primer

Disminore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat

genital yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan genekologik dan

merupakan suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul setelah 12 bulan atau

lebih setelah menarche. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-

sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun dalam

Page 10: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

10

beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah seperti

kejang yang biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah

pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual,

muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Prawirohardjo, 1994).

3. Faktor Penyebab

Penyebab pasti dismenore primer tidak diketahui. Estrogen, hormon yang

diproduksi ovarium, merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim.

Prostaglandin adalah zat kimia yang sangat mirip dengan hormon. Zat tersebut

dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam tubuh dan

memiliki kisaran efek yang cukup berarti tehdap organ-organ lokal. Tingginya

pelepasan prostaglandin menyebabkan tingginya kontraksi uterus yang pada

gilirannya mengakibatkan disminore (Ramaiah, 2006).

Menurut Misaroh & Proverawati (2009), Penyebab psti disminore primer

hingga kini belum diketahui secara pasti (idiopatik), namun beberpa faktor yang

mendukung sebagai pemicu terjadinya nyeri menstruasi, diantaranya:

1. Faktor psikis

Remaja dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri

menstruasi.

2. Faktor endokrin

Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang

berlebihan.

Page 11: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

11

3. Faktor prostaglandin

Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan

produksi prostaglandin (oleh dinding rahim) saat menstruasi. Anggapan ini

mendasari pengobatan dengan antiprostaglandin untuk meredakan nyeri

menstruasi.

Menurut Prawirohardjo (1999), faktof-faktor yang memegang peranan

sebagai penyebab disminore primer antara lain:

a. Faktor kejiwaan

Remaja yang secara emosional tidak stabil, apabila jika mereka tidak

mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah ttmbul

disminore.

b. Faktor Konsistusi

Faktir konsistusi ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan. Faktor-faktor

seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat menimbulkan

disminore.

c. Faktor obstruksi Kanalis Serfikalis

Teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya disminore primer ialah

stenosis kamalis Servikalis, mioma submukosum atau polip endometrium

dapat menyebabkan disminore karena otot-otot uterus berkontraksi keras

dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

d. Faktor endokrin

Kejang yang terjadi pada disminore primer disebabkan oleh kontraksi uterus

yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan

Page 12: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

12

kontraktilitas otot usus. Clitheroe dan Pickles menyatakan bahwa karena

endometriumdalam fase sekresi memproduksi prostaglandin yang brlebihan

dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain disminore, dijumpai pula

efek umum seperti diare, neusea dan muntah.

e. Faktor Alergi

Faktor alergi ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara

disminore dengan urtikaria, migraine, atau asma bronkhiale.

4. Faktor resiko

Menurut Bare & Smeltzer (2002), faktor resiko terjadinya disminore

primer adalah:

1. Menarche pada usia lebih awal

2. Belum pernah hamil dan melahirkan

3. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)

4. Umur

5. Patofisiologi

Dismenore adalah nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau

penyakit panggul. Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan suatu

prostaglandin, prostaglandin F2a, dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin

F2a adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometriumdan kontraksi

pembuluh darah uterus, hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal

terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat. Nyeri hebat tersebut dapat

teratasi dengan inhibitor prostaglandin misalnya indometasin, dapat secara efektif

mengurangi kram. Inhibator prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal

Page 13: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

13

nyeri muncul, atau sebagian wanita pada tanda pertama pengeluaran (Corwin,

2000).

6. Gejala klinis

Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian

bawah perut yang menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Gejala terkait lainnya

adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau

perut terasa penuh, bahkan beberapa wanita mengalami nyeri sebslum menstruasi

dimulai dan biasa berlangsung hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 2007).

C. Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Banyak penyakit pada tubuh yang menyebabkan nyeri (Guyton & Hall,

2006: Potter & Perry, 2005). Kemampuan seseorang untuk mendiagnosa berbagai

penyakit sebagian besar tergantung pada suatu pengetahuan mengenai berbagai

sifat nyeri. Pengetahuan mengenai bagaimana nyeri dapat dialihkan dari suatu

bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya, bagaimana nyeri dapat menyebar dari

tempat sakit dan akhirnya apa penyebab berbagai rasa nyeri tersebut (Guyton &

Hall, 2006: S Kent et al, 2007).

Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh. Nyeri itu dapat

timbul bilamana sebuah jaringan apa saja sedang dirusak dan ia menyebabkan

individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut (Potter &

Perry, 2005).

Page 14: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

14

b. Mekanisme Nyeri

Impuls syaraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar di sepanjang

serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengkonduksi stimulus

nyeri: serabut A-delta yang bermielinasi dan cepat, serabut C yang tidak

bermielinisasi dan berukuran sangat kecil dan lambat. Serabut A mengirim sensasi

yang tajam dan secara jelas melokalisasi sumber nyeri serta mendeteksi intensitas

nyeri. Serabut tersebut menghantarkan komponen suatu cedera akut dengan

segera. Sedangkan serabut C menyampaikan impuls visceral dan terus menerus

(Potter & Perry, 2005).

Ketika serabut C dan serabut A-Delta mentransmisikan impuls dari serabut

saraf perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan atau

membuat peka respon nyeri. Misalnya kalsium dan prostaglandin dilepaskan

ketika sel-sel lokal mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut

disepanjang serabut syaraf aferen sampai transmisi tersebut berakhir di kornu

dorsalis medulla spinalis. Di dalam kornu dorsalis, neurotransmitter, seperti

substansi P dilepaskan, sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari syaraf

perifer (sensori) ke syaraf traktus spinotalamicus (Potter & Perry, 2005).

Hal ini memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh kedalam

system syaraf pusat. Stimulus nyeri berjalan melalui serabut syaraf di tractus

spinotalamicus yang menyebrangi sisi yang berlawanan dengan medulla spinalis,

maka informasi ditransmisikan dengan cepat kepusat yang lebih tinggi di otak,

termasuk pembentukan reticular, system limbic, thalamus, korteks sensori dan

Page 15: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

15

korteks asosiasi. Seiring dengan transmisi stimulus nyeri, tubuh mampu

menyesuaikan nyeri (Potter & Perry, 2005).

c. Klasifikasi Nyeri

Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau

intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri

sebagai yang ringan, sedang, berat (Potter & Perry, 2005).

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu

penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara

fisik misalnya trauma (trauma ada yang mekanik, termis, kimiawi, maupun

elektrik), neoplasma, peradangan dan gangguan sirkulasi darah. Secara psikis

nyeri dapat terjadi oleh karena trauma psikologis (Potter & Perry, 2005). Nyeri

dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,

berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan nyeri tersebut.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya (Potter & Perry, 2005) :

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya kulit

atau mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam

atau pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau

struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah yang

berbeda, bukan daerah asal nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf

pusat, spinal cord, batang otak dan talamus.

Page 16: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

16

b. Nyeri berdasarkan sifatnya :

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam

waktu yang lama.

3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat

sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap antara 10-15 menit, lalu menghilang,

kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas yang rendah.

2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :

1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan

berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.

Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun

pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.

2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan. Nyeri kronis ini

polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi

interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali nyeri, dan begitu seterusnya.

Adapula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus

menerus terasa semakin lama semakin meningkatintensitasnya walaupun

Page 17: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

17

telah diberikan pengobatan. Misalnya pada nyeri karena neoplasma (Potter &

Perry, 2005).

d. Respon Tingkah Laku Nyeri

Respon tingkah laku terhadap nyeri juga berbeda, seperti (Potter & Perry,

2005):

1. Pernyataan Verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)

2. Ekspresi Wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)

3. Gerakan Tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan Otot, Peningkatan Gerakan

Jari dan Tangan)

4. Kontak dengan orang lain atau interaksi sosial (Menghindari Percakapan,

Menghindari Kontak Sosial, Penurunan Rentang Perhatian, Fokus Pada

Aktivitas Menghilangkan Nyeri).

e. 3 Fase Dalam Pengalaman Nyeri

Individu yang mengalami nyeri dengan mendadak dapat bereaksi sangat

berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi

kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu lelah

untuk menangis atau merintih.

Menurut, Meinhart & McCaffery ada 3 fase dalam pengalaman nyeri, yaitu:

1. Fase Antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yang paling penting, karena fase

ini bisa mempengaruhi 2 fase yang lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang

untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghiulangkan nyeri tersebut. Peran

Page 18: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

18

perawat dalam fase ini penting terutama dalam memberikan informasi kepada

klien.

2. Fase Sensasi (terjadi saat nyeri terasa)

Fase ini terjadi ketika seseorang merasakan nyeri, karena nyeri ini bersifat

subjektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi

terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.

Orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan

mengeluh nyeri dengan stimulasi yang kecil sebaliknya orang yang toleransi

terhadap nyerinya rendah akan mudah merasakan nyeri dengan stimulus nyeri

yang kecil. Seseorang dengan tingkat toleransi nyeri yang tinggi mampu menahan

nyeri tanpa bantuan sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah

sudah mencari upaya mencegah nyeri sebelum nyeri tersebut datang.

3. Fase Akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini

seseorang yang mengalami nyeri tersebut masih membutuhkan kontrol. Karena

nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan orang tersebut mengalami gejala sisa

pasca nyeri. Apabila orang tersebut mengalami episode nyeri yang berulang, maka

respon akibat dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan

dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan

datangnya nyeri yang berulang.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Adapula beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri, yaitu (Potter & Perry,

2005) :

Page 19: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

19

1. Usia

Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri apabila keadaannya sudah

patologis, berbeda dengan anak-anak yang langsung bereaksi terhadap nyeri

walaupun nyeri masih dalam intensitas yang ringan. Pada lansia cenderung

ncmendiamkan rasa nyeri.

2. Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita tidak berbeda dalam secara signifikan dalam

merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi oleh factor budaya (seperti : tidak pantas

kalau laki-laki mengeluh nyeri namun wanita boleh mengeluh nyeri).

3. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon

terhadap nyeri seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah

akibat yang harus diterima karena mereka melakukan sebuah kesalahan, jadi

mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4. Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan

bagaimana mengatasinya.

5. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan

nyeri yang meningkat,sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon

nyeri yang menurun.

Page 20: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

20

6. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas.

7. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di msa lampau, dan saat

ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.

Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu

dalam mengatasi nyeri.

8. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknya koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

9. Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

10. Obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi oleh seseorang juga dapat mempengaruhi

nyeri yang dialaminya. Misalnya orang yang menggunakan teknik farmakologi

dalam mengatasi nyerinya dengan meminum analgesik.

g. Pengukuran skala nyeri

Menurut Perry & Potter (2005), nyeri bersifat individualistik dan

karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas

nyeri. Klien seringkali diminta untuk mendiskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan,

Page 21: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

21

sedang atau parah. Skala deskriptif merupkan alat pengukuran tingkat keprahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (verbal descriptor scale, VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata pendeskripsian yang tersusun

dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari

“tidak terasa nyeri “sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS ini

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsi nyeri. Skala

penilaian numerik (numerical rating scales, NRS), lebih di gunakan sebagai alat

pendeskripsi kata.

Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Klasifikasi skala

nyeri menurut Perry & Potter (2005) sebagai berikut:

Page 22: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

22

h. Penataklasanaan

1. Penatalaksanaan secara farmakologis

Menurut Prawirohardjo (1999), penanganan disminore primer adalah:

a. Penanganan dan nasehat

Penderita perlu dijelskan bahwa disminore adalah gangguan yang tidak

berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai

cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Salah satu informasi

yang perlu dibicarakan yaitu mengenai makanan sehat, istrahat yang cukup, dan

olahraga mungkin berguna, serta psikoterapi.

b. Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan

sebagai terapi simtomatik, jika rasa nyeri hebat diperlukan istrhat di tempat tidur

dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderita. Obat analgesik

yang sering diberikan adalah preprat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein.

Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,

acetaminophendan sebagainya.

c. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer atau untuk

Page 23: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

23

memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa

gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil

kombinasi kontrasepsi.

d. Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin

Endometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70%

penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Pengobatan

dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari sebelum haid dan dapat

hari pertama haid.

e. Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat

memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin didalamnya.

Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan

saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik

pada diligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-

usaha lainnya gagal.

Menurut Bare & Smeltzer (2001), penanganan nyeri yang dialami oleh

individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan

dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat

menurunkan nyeri dan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan

yang mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk

menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti

inflamasi nonsteroid adalah aspirin dan ibuprofen.

Page 24: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

24

2. Penatalaksanaan secara nonfarmakologis

Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternative pilihan

dalam pengobatan diminore primer adalah:

a. Kompres hangat

b. Olah raga

c. Pengaturan diet

Menurut Bare & Smeltzer (2001) penanganan nyeri secara

nonfarmakologis terdiri dari:

1) Masase kutaneus

Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan

pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena

masase membuat relaksasi otot.

2) Terapi panas

Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu

area dan kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan memprcepat

penyembuhan.

3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton (TENS)

TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri

(non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan

nyeri. TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda

yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau

mendengung pada area nyeri.

Page 25: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

25

4) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri,

contoh: menyanyi, brdoa, menceritakan gambar atau foto denaga kertas,

mendengar musik dan bermain satu permainan.

5) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan,

contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan.

6) Imajinasi

Imajinasi merupakan jhayalan atau membayangkan hal yang lebih baik

khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.

D. Kompres Hangat

1. Pengertian

Kompres adalah memberikan rasa aman pada pasien dengan menggunakan

cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan

(Kusyati, Eni dkk, 2005). Menurut Gabriel (1996), kompres dapat diberikan

dalam keadaan kering atau basah dan dingin atau hangat. Kompres menggunakan

media panas, uap panas, lumpur panas, handuk panas, electric pads dan lainlain.

Dari beberapa media tersebut, kantong air panas atau botol berisi air panas

merupakan cara yang sangat efisien dalam pengobatan nyeri.

Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan

menggunakan buli buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana

terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan

Page 26: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

26

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan

otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry &

Potter, 2005).

Menurut Bare & Smeltzer (2001), kompres hangat mempunyai

keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut

menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.

Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau

mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan

kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan

nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera,

meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongestipelvis.

Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai metode yang

sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat di salurkan

melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan

dapat meningkatkan aliran darah. Kompres hangat adalah metode yang digunakan

untuk meredakan nyeri dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air

panas yang ditempelkan pada sisi perut kiri dan kanan.

2. Manfaat efek panas

Panas digunakan secara luas dalam pengobatan karena memiliki efek dan

manfaat yang besar. Adapun manfaat efek panas adalah (Gabriael, 1996):

a. Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke

segalah arah.

Page 27: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

27

b. Efek kimia

Sesuai dengan Van Hoff bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia didalam

tubuh tergantunag pada temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering

dengan menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan

meningkat sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi

peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia

tubuh dengan cairan tubuh.

c. Efek Biologis

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu

menyebabkan pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan

ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan

permeabilitas kapiler.Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan

terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh.

3. Mekanisme Kerja Panas

Energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh melalui kulit dengan

empat cara yaitu: secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Prinsip kerja

kompres hangat dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain

yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke

dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan

otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita disminore primer, karena pada

wanita yang disminore ini mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos

Page 28: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

28

(Gabriel, 1996). Menurut Perry & Potter (2005), Kompres hangat dilakukan

dengan memprgunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara

konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga

akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan

ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.

Page 29: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

29

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Wanita yang memasuki masa pubertas akan mengalami haid (Pediatric,

2008). Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Seorang wanita

yang mengalami haid biasanya akan mengalami berbagai gangguan. Gangguan-

gangguan pada saat haid seperti perubahan hormon, sistem imun tubuh yang

menurun, anemia, dan nyeri haid atau sering disebut dengan dismenorrhoe paling

sering terjadi (Purwaningsih, 2010).

Penyebab dari Dismenorrhoe itu sendiri karena produksi hormon

prostaglandin yang berlebihan sehingga memicu kontraksi uterus yang berlebih,

endometriosis, fibroid, peradangan tuba fallopii, dan perlengketan abnormal

antara organ di dalam perut. Nyeri ini dapat mengakibatkan rasa sakit dibagian

bawah perut, pegal-pegal, bahkan sampai pingsan.

Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan

menggunakan buli buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana

terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan

otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry &

Potter, 2005).

29

Page 30: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

30

Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau

mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan

kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan

nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera,

meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongestipelvis.

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh kompres hangat

pada penurunan tingkat nyeri haid (dismenorrhoe) pada mahasiswi Program Studi

Ilmu Keperawatan Reguler di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat Banjarbaru.

Page 31: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

Faktor penyebab :

- Kejiwaan

- Kontitusi

- Obstruksi kanalis

servikalis

- Endokrim

- Alergi

Faktor resiko :

- Menarche pada

usia lebih awal

- Belum pernah

hamil dan

melahirkan

- Lama menstruasi

lebih dari normal

(7 hari)

- Umur

31

C. Kerangka Teori

Gambar 3.1 Sumber : Bare & Smeltzer, 2002

Keterangan :

= Diteliti = Tidak diteliti

Penatalaksanaan Non

Farmakologi

1. Kompres

hangat

2. Olahraga

3. Pengaturan diet

4. Masase

kutaneus

5. TENS

6. Distraksi

7. Relaksasi

8. Imajinasi

Menstruasi

Pelepasan

Prostaglandin

Disminore

Perubahan

Intensitas nyeri

Page 32: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

32

D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Pengganggu

Kompres Hangat Dismenore

Belum pernah hamil dan

melahirkan

Umur

Tidak pernah berolah raga

Page 33: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupkan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one

group pretest-postest dimana pada penelitian ini sampel di observasi terlebih

dahulu sebelum (pretest) diberi perlakun kemudian setelah (postest) diberikan

perlakuan sampel tersebut di observasi kembali (Hidayat, 2007).

Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Pre test Perlakuan Post test

01 X 02

Gambar 4.1 Gambar Rancangan Penelitian

B. Populasi dan Sampel (subjek penelitian)

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti, bukan hanya subjek atau objek (Hidayat, 2007). Populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswi mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran

Unlam Banjarbaru sebanyak 50 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi, populasi yang besar tidak mungkin secara keseluruhan dapat diteliti

karena keterbatasan waktu, tenaga, dan ana maka peneliti menggunakan sampel

33

Page 34: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

34

yang diambil dari populasi harus dapat mewakili populasi (representatif) (Hidayat,

2007).

Menurut Arikunto (2006), apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehigga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Seanjutnya

jika jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil sampling dalam penelitian ini

adalah non probability sampling (Non random) yaitu teknik pengambilan sampel

dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap anggota untuk dipilih

menjadi sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara

total sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan pengambilan semua

anggota populasi menjadi sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi

dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003) dalam

Hidayat (2007).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Wanita yang mengalami dismenore primer atau nyeri haid.

b. Wanita yang menstruasi 1-3 hari dengan dismenore primer.

Sedangkan kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

a. Wanita yang menstruasinya tidak teratur.

b. Responden menolak ikut dalam penelitian.

Page 35: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

35

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

wawancara, yaitu lembar dengan gambar skala nyeri deskriptif.

Instrumen lain yang digunakan adalah skala deskriptif verbal merupakan

alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala deskriptif

verbal terdiri dari sebuah garis lurus dengan 5 kata penjelas yang mempunyai

jarak yang sama sepanjang garis. Skala nyeri dinilai dengan :

Gambar 4.2 Skala Nyeri Deskriptif Verbal

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah

dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul

.

Page 36: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

36

D. Vaiabel Penelitian

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel dalam penilitian ini adalah kompres hangat.

2. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel dalam penilitian ini adalah nyeri pada disminor.

E. Defenisi Operasional

1. Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan menggunakan

buli buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi

pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan

pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot

sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.

2. Dismenore Tingkat nyeri haid (dismenorrhoe) : Rasa sakit dibagian perut

bawah ketika seseorang mengalami haid pada hari ke 1-3.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang

berlaku yaitu sebagai berikut :

a. Proses kegiatan penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan secara

akademis, kemudian peneliti mempersiapkan surat permohonan ijin untuk

melakukan penelitian di Universitas Lambung Mangkurat.

b. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan kesepakatan dengan calon

responden.

c. Sebelum penelitian di lakukan, peneliti menjelakan tujuan penelitian.

Page 37: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

37

d. Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta menandatangani

surat pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian.

e. Peneliti menanyakan kepada responden kapan biasanya waktu datangnya

menstruasi.

f. Mengajarkan teknik kompres hangat dan kemudian klien disuruh untuk

melakukan sendiri.

g. Memberikan perlakuan pada esponden, yaitu dengan membimbing teknik

kompres hangat.

h. Meminta responden untuk menunjukkan skala nyerinya dengan menggunakan

skala wajah 0-5 setelah perlakuan.

Hari 1 Hari 2 Hari 3

Observasi nyeri Tindakan kompres hangat Evaluasi nyeri

i. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala wajah sebelum dilakukan

kompres hangat (pretest) dan sesudah dilakukan kompres hangat (postest)

pada masing-masing responden. Selanjutnya pre test dan post test dicatat pada

checklist responden.

j. Hasil pencatatan yang berupa data interval selanjutnya diolah kedalam paket

program komputer.

Page 38: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

38

G. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yang

digunakan untuk mengukur variabel bebas yaitu perlakuan kompres hangat dan

variabel terikat yaitu pengukuran skala nyeri dengan menggunakan metode

pengamatan atu observasi.

2. Alat pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,

oservasi merupakan alat ukur dengan cara memberikan pengamatan secara

langsung kepada responden yang dilakukan peneliti untuk mencari perubahan atau

hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Jenis pengamatan yang dipakai adalah

pengamatan terlibat atau observasi partisipatif, pada jenis pengamatan ini,

pengamat (observer) ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam kontak sosial

yang tengah diselidiki. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel independen

adalah dengan observasi tindakan kompres hangat sedangkan alat yang digunakan

untuk mengukur variabel dependen adalah lembar observasi dan dengan alat ukur

menggunakan skala wajah sebelum dan sesudah perlakuan. Instrumen yang

digunakan dalam bentuk observasi.

Pengolahan Data

1. Editing

Editing ini dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diproses yang

meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi jawaban.

Page 39: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

39

2. Coding

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah

mengolah data, semua variabel diberi kode dengan kata lain coding adalah

kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-

kode tertentu, pada variabel dependen yaitu intensitas nyeri diberikan kode

jawabanberupa tidak nyeri skor 0, nyeri ringan skor 1, nyeri sedang skor 2,

menderita skor 3, sangat menderita skor 4, menyiksa skor 5.

3. Tabulating

Data sebelum diklasifikasikan, data terlebih dahulu dikelompokkan menurut

kategori yang telah ditentukan, selanjutnya data ditabulasikan sehingga

diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel.

4. Entry data

Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer yang

selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program Statistical

Programe for Sosial Science (SPSS).

5. Cleaning

Memeriksa kembali apakah data yang dimasukkan ada kesalahan atau tidak.

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan tiap variabel

yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel. Variabel yang dianalisis adalah skala nyeri haid yang

Page 40: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

40

dirasakan sebelum dilakukan kompres hangat dan skala nyeri haid setelah

dilakukan kompres hangat.

2. Analisis Bivariat

Dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu

variabel bebas dengan variabel terikat, hal ini berguna untuk menguji hipotesis

yang telah dibuat dan sebelumnya peneliti melakukan uji kenormalan

(kolmogorov) untuk jenis data numerik. Hasil uji normalitas data didapatkan

bahwa hasil p-value sebelum diberikan kompres hangat yaitu sebesar 0,164 dan

setelah dilakukan pemberian kompres hangat sebesar 0,196. Ini berarti p>0,05

sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas maka untuk menganalisis

pengaruh kompres hangat terhadap dismenore primer pada mahasiswi PSIK

reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru sebelum dan sesudah

pemberian kompres hangat digunakan uji T (t-dependen atau t-paired test).

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di tempat tinggal masing-masing mahasiswi

selama bulan Maret 2013 – Juli 2013.

Page 41: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

41

Tabel 4.3 Jadwal Penelitian Pengaruh pengaruh kompres hangat terhadap

dismenore primer pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran

Unlam Banjarbaru

KegiatanMaret 2013 – Juli 2013

Mar Apr Mei Jun Jul

Pengumpulan data awal dan referensi

Permintaan izin

Penyusunan Proposal

Konsultasi

Pengambilan data

Pengolahan data

Seminar KTI I

Seminar KTI II

J. Etika Penelitian

1. Informed Consent (persetujuan)

Lembar persetujuan penampilan diberikan kepada responden. Tujuannya

adalah agar responden mengetahui maksudnya dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti selama pengumpulan data, jika responden menolak

untuk diselidiki maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

Page 42: bab fix ciaaatattatatatatataa.docx

42

2. Anonimity (tanpa nama)

Penelitian menjaga kerahasiaan responde, dengan cara lembar pengumpulan

data penelitian tidak dicantumkan nama tetapi diberikan nomor kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden.