9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Satzinger, et al (2010, p.6) mengemukakan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Stair dan Reynolds (2006, p.8), sistem adalah sekelompok elemen atau komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem dinamis memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi. yaitu: 1. Input, melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen untuk diproses. 2. Proses, melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output. 3. Output, melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya. Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.24), sistem adalah sekelompok komponen yang berkaitan, dengan batasan-batasan yang jelas, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Menurut McLeod dan Schell (2007, p.9), sistem adalah mengubah input yang datang dari lingkungan perusahaan, ditransformasikan, dan mengembalikan output ke lingkungan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.dalam mencapai satu tujuan 2.1.2 Pengertian Informasi Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p.201), informasi adalah data yang sudah diolah sehingga memiliki arti dan bernilai bagi penerimanya.
42
Embed
BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00007-MNSI Bab2001.pdfMenurut McLeod dan Schell (2007, p.9), sistem informasi adalah sistem
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pendekatan Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Satzinger, et al (2010, p.6) mengemukakan bahwa sistem
adalah sekumpulan komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama
untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Stair dan Reynolds (2006, p.8), sistem adalah sekelompok
elemen atau komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Sistem dinamis memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi.
yaitu:
1. Input, melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen untuk
diproses.
2. Proses, melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi
output.
3. Output, melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi
oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya.
Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.24), sistem adalah
sekelompok komponen yang berkaitan, dengan batasan-batasan yang jelas,
bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Menurut McLeod dan Schell (2007, p.9), sistem adalah mengubah
input yang datang dari lingkungan perusahaan, ditransformasikan, dan
mengembalikan output ke lingkungan yang sama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen
yang saling berinteraksi dengan menerima input serta menghasilkan output
dalam proses transformasi yang teratur.dalam mencapai satu tujuan
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p.201), informasi adalah data
yang sudah diolah sehingga memiliki arti dan bernilai bagi penerimanya.
10
Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.29), infomasi adalah data yang
telah diubah ke dalam bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi end user
tertentu.
Menurut Mcleod dan Schell (2007, p.9), informasi adalah data yang
telah diproses dan memiliki makna, biasanya memberitahukan pengguna sesuatu
yang belum diketahuinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah dan
dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya untuk
memberikan keterangan atau pengetahuan.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Satzinger, et al (2010, p.6) sistem informasi adalah
sekumpulan komponen yang terkait, yang mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan menyediakan hasil informasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah bisnis.
Menurut Stair dan Reynolds (2010, p.10), sistem informasi adalah
seperangkat elemen yang saling terhubung atau komponen yang
mengumpulkan (input), memanipulasi (proses), menyimpan dan menyebarkan
(output) data dan informasi, menyediakan sebuah reaksi koreksi (mekanisme
umpan balik) untuk mencapai sebuah objektif.
Menurut O’Brien (2006, p.6), sistem informasi adalah gabungan yang
terorganisir dari orang-orang, perangkat keras (hardware), piranti lunak
(software), jaringan komunikasi, dan sumber-sumber daya; yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi.
Menurut McLeod dan Schell (2007, p.9), sistem informasi adalah
sistem virtual yang memampukan pihak manajemen untuk mengontrol
operasi fisik perusahaan. Sistem fisik perusahaan terdiri sumber daya
tangible seperti material, manusia, mesin, dan uang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebuah
rangkaian komponen yang saling terkait yang terdiri dari orang-orang,
perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), jaringan komunikasi,
dan sumber-sumber daya yang telah dikumpulkan, diproses, disimpan dan
didistribusikan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam sebuah
11
organisasi secara virtual.
2.2 Pendekatan Manajemen
2.2.1 Pengertian Manajemen
Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2012, p.36)
manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain.
Menurut Griffin (2008, p.7) manajemen adalah suatu rangkaian
aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada
sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi)
dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
pengkoordinasian sekelompok orang dengan arahan-arahan untuk mencapai
tujuan perusahaan, secara efektif dan efisien. Perusahaan yang memiliki
manajamen yang baik adalah perusahaan yang mejalankan fungsi efektif dan
efisien. Efisien berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana
dan dengan cara yang hemat biaya, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan
berkualitas tinggi namun dengan biaya yang relatif rendah, sedangkan efektif
berarti membuat keputusan yang tepat dan mengimplementasikannya dengan
sukses.
2.2.2 Proses Manajemen
Menurut Griffin (2008, p.9), terpadat empat aktivitas dasar dalam
manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian.
12
Gambar 2.1 Management Process
Sumber : Griffin (2008, p.9)
1. Perencanaan
Menentukan arah tindakan perencanaan berarti menetapkan tujuan
organisasi dan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Pengambilan
keputusan (decision making), yang merupakan bagian dari proses
perencanaan adalah pemilihan suatu tindakan dari serangkaian alternatif.
2. Pengorganisasian
Mengkoordinasikan aktivitas dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan rencana. Secara khusus, pengorganisasian mencakup
penentuan bagaimana cara mengelompokkan berbagai aktivitas dan
sumber daya.
3. Kepemimpinan
Beberapa orang menganggap kepemimpinan sebagai aktivitas yang paling
penting dan paling menantang dari semua aktivitas manajerial.
Kepemimpinan adalah serangkaian proses yang dilakukan agar anggora
dari suatu organisasi bekerja bersama demi kepentingan organisasi
tersebut.
4. Pengendalian
Tahap terakhir dari proses manajemen adalah pengendalian, atau
pemantauan kemauan organisasi dalam mencapai tujuannya. Ketika
organisasi bergerak menuju tujuannya, manajer harus memonitor
kemajuan untuk memastikan bahwa organisasi tersebut berkinerja
sedemikian rupa sehingga akan mencapai tujuanya pada waktu yang telah
ditentukan.
13
2.2.3 Pengertian Manajemen Operasional
Menurut Heizer dan Render (2009, p.6), manajemen operasional adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa
dengan mengubah input menjadi output.
Menurut Willian J. Stevenson (2009, p.4), manajemen operasional
adalah sistem manajemen atau serangkaian proses dalam pembuatan produk
atau penyediaan jasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional adalah
serangkaian proses yang mengubah input menjadi output yang menghasilkan
barang, dan jasa.
2.3 Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Menurut Whitten et al (2004, p.10), sistem informasi manajemen adalah
sebuah sistem informasi yang menyediakan untuk pelaporan berorientasi
manajemen berdasarkan pemrosesan transaksi dan operasi organisasi.
Menurut Laudon dan Laudon (2004, p.16), sistem informasi manajemen
adalah sebuah bidang studi sistem informasi yang berfokus pada penggunaan
sistem informasi tersebut pada manajemen dan bisnis. Sistem informasi
manajemen mengkombinasikan konsep teoretis dari ilmu komputer, ilmu
manajemen, dan riset operasional dengan berorientasi pada praktek
pengembangan solusi sistem untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi
pada dunia nyata dan mengelola sumber daya teknologi informasi yang ada.
Mc Leod dan Schell (2007, p.10), sistem infromasi manajemen adalah
sebuah informasi yang mendukung manajer yang merepresentasikan sebuah unit
organisasi seperti level manajemen atau area bisnis.
Menurut O’brien (2006, p.238), sistem informasi manajemen adalah
salah satu tipe sistem informasi yang menghasilkan informasi untuk mendukung
kebutuhan pengambilan keputusan sehari-hari dari manajer dan para profesional
bisnis.
Jadi menurut beberapa definisi diatas, sistem informasi manajemen
ialah suatu sistem berbasis komputer yang berfokus pada bidang manajemen dan
bisnis, dimana sistem tersebut akan memberi laporan-laporan manajerial untuk
mendukung para praktisi bisnis dalam pengambilan keputusan.
14
2.4 Supply Chain Management
2.4.1 Pengertian Supply Chain Management
Konsep Supply Chain Management berdasarkan Satzinger (2010, p.9)
adalah sebuah sistem yang dengan halus mengintegrasikan suatu pengembangan
produk, akuisisi produk, manufaktur, dan manajemen persediaan.
Konsep Supply Chain Management berdasarkan Turban (2010, p.289)
adalah proses yang kompleks yang membutuhkan koordinasi dari berbagai
kegiatan agar pengiriman barang dan jasa dari supplier ke pelanggan dilakukan
secara efektif dan efisien bagi seluruh pihak yang berkaitan.
Supply Chain Management terdiri dari semua pihak yang terlibat
langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan.
Supply Chain meliputi tidak hanya produsen dan pemasok, tetapi juga
pengangkut, gudang, pengecer, dan bahkan pelanggan sendiri. Dalam setiap
organisasi, seperti produsen, Supply Chain mencakup semua fungsi yang terlibat
dalam menerima dan mengisi permintaan pelanggan. Fungsi-fungsi ini meliputi
pada, pengembangan produk baru, pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan
layanan pelanggan.
Supply Chain yang khas mungkin melibatkan berbagai tahapan,
termasuk yang berikut:
•Pelanggan
•Pengecer
•Grosir/Distributor
•Produsen
•Pemasok bahan baku
Setiap tahap dalam rantai pasokan dihubungkan melalui aliran produk, informasi
dan dana. Arus ini sering terjadi di kedua arah dan dapat dikelola oleh salah satu
tahapan atau perantara.
Tujuan dari Supply Chain adalah untuk memaksimalkan nilai
keseluruhan yang dihasilkan. Nilai (juga dikenal sebagai surplus dari Supply
Chain) Supply Chain menghasilkan perbedaan antara nilai produk akhir kepada
pelanggan dan biaya Supply Chain.
Supply Chain Surplus = Customer Value – Supply Chain Cost
Nilai produk akhir dapat bervariasi dari setiap pelanggan dan dapat
diperkirakan dengan jumlah maksimum pelanggan yang bersedia membayar
15
untuk itu. Selisih antara nilai produk dan harga tetap sesuai dengan pelanggan
sebagai surplus konsumen. Sisa surplus Supply Chain menjadi profitabilitas
rantai pasokan, perbedaan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan dan
biaya keseluruhan di seluruh rantai pasokan.
2.4.2 Komponen Utama Supply Chain Management
Konsep utama dalam supply chain management terbagi atas tiga
berdasarkan Turban (2013, p.288) yaitu :
1. Upstream Supply Chain
Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan
pemasok dan perantaranya. Procurement merupakan aktivitas utama
dalam kegiatan ini.
2. Internal Supply Chain
Seluruh kegiatan proses internal yang digunakan untuk mengubah input
dari supplier menjadi output pada perusahaan. Aktivitas supply chain
yang terdapat disini seperti manajemen produksi, memproduksi ,dan
mengendalikan stock. Seluruh aktivitas pada internal supply chain
membahas value chain perusahaan yang berisi tentang aktivitas utama
dan aktivitas pendukung perusahaan yang dijalankan perusahaan.
3. Downstream Supply Chain
Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan
pemasok dan perantaranya.
2.5 Procurement
2.5.1 Pengertian Procurement
Pengadaan barang, atau disebut juga procurement, merupakan salah
satu bagian dari supply chain management. Menurut Kalakota dan Robinson
(2001, p.314) procurement secara luas mencakup semua aktivitas perusahaan
yang melibatkan proses mendapatkan barang dari pemasok, termasuk
didalamnya terdapat proses permintaan, pembelian, pengiriman, penyimpanan,
dan penggunaannya didalam lingkup perusahaan.
16
Proses procurement
Gambar 2.2
Sumber : Turban, et al., (2010,
2.5.2 Manajemen Procurement
Menurut Turban (2010, p.253) manajemen
perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian seluruh aktivitas yang
berkaitan dengan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai
misi organisasi.
Menurut Pujawan (2005, p.137) manajemen
satu komponen utama dari
dari manajemen pengadaan secara umum, yakni:
1. Menyediakan input, berupa barang dan jasa yang dibutuhkan dalam
kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan.
2. Menyediakan jasa seperti jasa t
konsultasi, dan sebagainya.
3. Merancang hubungan yang tepat dengan
4. Memilih supplier.
5. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok.
6. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data
7. Melakukan proses pembelian.
8. Mengevaluasi kinerja
procurement tradisional biasanya terdiri dari :
2 Proses Procurement Tradisional
Sumber : Turban, et al., (2010, p.253)
Procurement
Menurut Turban (2010, p.253) manajemen procurement adalah proses
perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian seluruh aktivitas yang
berkaitan dengan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai
Menurut Pujawan (2005, p.137) manajemen procurement adalah salah
tama dari supply chain management. Terdapat beberapa tugas
dari manajemen pengadaan secara umum, yakni:
Menyediakan input, berupa barang dan jasa yang dibutuhkan dalam
kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan.
Menyediakan jasa seperti jasa transportasi dan pegudangan, jasa
konsultasi, dan sebagainya.
Merancang hubungan yang tepat dengan supplier.
Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok.
Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.
pembelian.
Mengevaluasi kinerja supplier.
adalah proses
perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian seluruh aktivitas yang
berkaitan dengan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai
adalah salah
. Terdapat beberapa tugas
Menyediakan input, berupa barang dan jasa yang dibutuhkan dalam
ransportasi dan pegudangan, jasa
2.6 E-Procurement
2.6.1 Pengertian
Menurut Chaffey (2007, p.309)
integrasi aktivitas pengadaan secara elektronik, termasuk didalamnya proses
permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara pembeli
dan supplier.
Menurut Turban (2010, p.253)
dan jasa secara elektronik untuk kebutuhan perusahaan.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
proses pengadaan barang, termasuk didalamnya adalah permintaan, otorisasi,
pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara perusahaan
dengan vendor, dengan bantuan internet atau jaringan lainnya.
Pengertian e-Procurement
Menurut Chaffey (2007, p.309) e-Procurement adalah pengelolaan dan
integrasi aktivitas pengadaan secara elektronik, termasuk didalamnya proses
permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara pembeli
Menurut Turban (2010, p.253) e-Procurement adalah perolehan barang
dan jasa secara elektronik untuk kebutuhan perusahaan.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa e-Procurement
proses pengadaan barang, termasuk didalamnya adalah permintaan, otorisasi,
pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara perusahaan sebagai pembeli
, dengan bantuan internet atau jaringan lainnya.
Gambar 2.3 Manajemen e-Procurement
Sumber : Kalakota (2001, p.339)
17
adalah pengelolaan dan
integrasi aktivitas pengadaan secara elektronik, termasuk didalamnya proses
permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara pembeli
adalah perolehan barang
Procurement adalah
proses pengadaan barang, termasuk didalamnya adalah permintaan, otorisasi,
sebagai pembeli
18
2.6.2 Proses dan Kegiatan dalam e-Procurement
Gambar 2.4 Proses e-Procurement
Sumber : Turban, et al., (2010, p.354)
Seperti yang telah dijelaskan pada gambar 2.3, proses e-Procurement
terdiri dari beberapa tahap, yakni:
1. Melakukan pencarian vendor dan produk dengan menggunakan katalog,
brosur, telepon, dan lainnya.
2. Melakukan kualifikasi vendor sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Dari list vendor yang ada, ditentukan mana yang sekiranya
dapat diajak bekerja sama.
3. Memilih mekanisme pasar, seperti private, umum, lelang, barter, dll.
4. Melakukan perbandingan serta negosiasi, baik mengenai kualitas
barang, harga barang, metode pengiriman, dll.
5. Membuat kesepakatan pembelian setelah negosiasi berhasil.
6. Membuat Purchase Order (PO).
7. Mengatur jadwal pengambilan atau pengiriman barang, sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibentuk sebelumnya.
8. Melakukan pembayaran terhadap
Menurut Kalakota (2001, p
skema rantai e-Procurement
2.6.3 Tujuan dan Manfaat
Menurut Turban (2010, p
dalam penggunaan
1. Meningkatkan
banyak waktu dan mengurangi tekanan pekerjaan)
2. Mengurangi harga pembelian melalui adanya standarisasi produk,
reverse auction
3. Meningkatkan arus dan pengelolaan informasi. Misal : informasi
supplier dan informasi harga.
4. Meminimalisasi pembelian dari
kerja sama dengan perusahaan (
5. Meningkatkan proses pembayaran dan penyimpanan un
mempercepat proses pembayaran (untuk penjual).
6. Menciptakan hubungan yang kolaboratif dan efisien dengan
7. Memastikan proses pengiriman tepat waktu setiap saat.
Melakukan pembayaran terhadap vendor.
Menurut Kalakota (2001, p.315), proses e-Procurement terangkum dalam
Procurement seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.5 Rantai e-Procurement
Sumber : Kalakota (2001, p.315)
Tujuan dan Manfaat e-Procurement
Menurut Turban (2010, p.254), terdapat beberapa tujuan dan manfaat
dalam penggunaan e-Procurement, antara lain:
Meningkatkan produktivitas dari bagian pembelian (menyediakan lebih
banyak waktu dan mengurangi tekanan pekerjaan)
Mengurangi harga pembelian melalui adanya standarisasi produk,
reverse auction, diskon, dan pembelian konsolidasi.
Meningkatkan arus dan pengelolaan informasi. Misal : informasi
dan informasi harga.
Meminimalisasi pembelian dari vendor yang tidak memiliki kontrak
kerja sama dengan perusahaan (maverick buying).
Meningkatkan proses pembayaran dan penyimpanan un
mempercepat proses pembayaran (untuk penjual).
Menciptakan hubungan yang kolaboratif dan efisien dengan
Memastikan proses pengiriman tepat waktu setiap saat.
19
terangkum dalam
254), terdapat beberapa tujuan dan manfaat
produktivitas dari bagian pembelian (menyediakan lebih
Mengurangi harga pembelian melalui adanya standarisasi produk,
Meningkatkan arus dan pengelolaan informasi. Misal : informasi
yang tidak memiliki kontrak
Meningkatkan proses pembayaran dan penyimpanan untuk
Menciptakan hubungan yang kolaboratif dan efisien dengan supplier.
20
8. Memangkas waktu pemrosesan dan pemenuhan pesanan dengan
leveraging automation.
9. Mengurangi kebutuhan akan keahlian dan kebutuhan pelatihan untuk
bagian pembelian.
10. Mengurangi jumlah supplier.
11. Mempersingkat proses pembelian dan membuatnya lebih cepat dan
mudah dimengerti (biasanya melibatkan adanya otorisasi peminta
dalam melakukan permintaan melalui desktop, tanpa melalui bagian
pengadaan).
12. Mempersingkat proses rekonsiliasi invoice dan adanya perselisihan
dalam pemecahan masalah.
13. Mengurangi biaya proses administrasi per pemesanan.
14. Dapat menemukan supplier dan vendor baru yang dapat menyediakan
barang dan jasa lebih cepat atau lebih murah.
15. Mengintegrasi pengawasan anggaran yang ada dalam proses pengadaan.
16. Meminimalisasi adanya human error dalam proses pembelian dan
pengiriman.
17. Mengawasi dan meregulasi perilaku pembelian.
2.7 Peramalan (Forecasting)
Menurut Heizer dan Render (2009, p.162), Peramalan (forecasting) adalah
seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Hal ini dapat dilakukan
dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya kemasa akan
datang dengan suatu bentuk model matematis. Bila juga merupakan prediksi intuasi
yang bersifat subjektif dengan menggunakan kombinasi model matematis yang
disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Oleh karena itu
peramalan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk perkiraan untuk perusahaan untuk
dapat mengantisipasi permintaan dengan membuat suatu perencanaan operasi sampai
melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan.
21
2.7.1 Klasifikasi Peramalan Berdasarkan Waktu
Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa
depan yang dilingkupinya. Heizer dan Render (2009, p.163) membagi horizon
waktu peramalan menjadi beberapa kategori:
1. Peramalan jangka pendek. Peramalan ini meliputi jangka waktu
hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini
digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah
tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah atau
intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun.
Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan
dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-
macam rencana operasi.
3. Peramalan jangka panjang. Umumnya untuk perencanaan masa 3
tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk
merencanakan produk baru, pembelanjaan, modal, lokasi atau
pembangunan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).
2.7.2 Jenis-Jenis Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2009, p.164), organisasi pada umumnya
menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan operasi.
1. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis
dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang
dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan
lainnya.
2. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang
menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan
untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut
peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta
sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan,
pemasaran, dan sumber daya manusia.
22
2.7.3 Peramalan Permintaan
Peramalan yang baik sangatlah penting dalam semua aspek bisnis.
Peramalan merupakan satu-satunya prediksi mengenai permintaan hingga
permintaan yang sebenarnya diketahui. Menurut Heizer dan Render (2009,
p.164), Peramalan ekonomi dan teknologi adalah teknik khusus yang mungkin
bukan termasuk bagian dari tugas manajer operasi.
Peramalan permintaan mengendalikan keputusan di banyak bidang.
Berikut ini akan dibahas dampak peramalan produk pada tiga aktivitas yaitu:
1. Sumber Daya Manusia
Mempekerjakan, melatih dan memberhentikan pekerja bergantung
pada permintaan. Jika departemen sumber daya manusia harus
mempekerjakan pekerja tambahan tanpa adanya persiapan, akibatnya
kualitas pelatihan menurun dan kualitas pekerja juga menurun.
2. Kapasitas
Saat kapasitas tidak mencukupi, kekurangan yang diakibatkannya bisa
berarti tidak terjaminnya pengiriman, kehilangan konsumen dan
kehilangan pangsa pasar.
3. Manajemen Rantai Pasokan
Hubungan yang baik dengan pemasok, serta harga barang dan
komponen yang bersaing bergantung pada peramalan yang akurat.
2.7.4 Langkah-Langkah Sistem Peramalan
Peramalan terdiri atas tujuh langkah dasar yang dikemukakan oleh
Heizer dan Render (2009, p.165). Tujuh langkah peramalan tersebut, yaitu:
1. Menetapkan tujuan peramalan
2. Memilih unsur yang akan diramalkan
3. Menentukan horizon waktu peramalan
4. Memilih jenis model peramalan
5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan
6. Membuat peramalan
7. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan
23
2.7.5 Metode-Metode Peramalan
Metode peramalan digunakan agar peramalan jumlah permintaan suatu
barang maupun jasa dimasa yang akan datang dapat direncanakan dan hasil
yang diperoleh tidak jauh menyimpang dari actual yang terjadi.
Menurut Heizer dan Render (2009) terdapat dua metode peramalan
berdasarkan metode yang digunakan, yaitu metode kuantitatif dan metode
kualitatif.
2.7.5.1 Metode Kualitatif
Yaitu metode yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi,
pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal.
Terdapat empat teknik peramalan kualitatif, yaitu:
• Juri dari opini eksekutif
Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar
tingkat tinggi umumnya digabungkan dengan model statistik,
dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi permintaan kelompok.
• Metode Delphi
Ada tiga jenis partisipan dalam metode Delphi: pengambil keputusan,
karyawan, dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri atas 5
hingga 10 orang pakar yang akan melakukan peramalan. Karyawan
membantu pengambilan keputusan dengan menyiapkan,
menyebarkan, mengumpulkan, serta meringkas sejumlah kuisioner
dan hasil survei. Responden adalah sekelompok orang yang biasanya
ditempatkan di tempat yang berbeda dimana penilaian dilakukan.
Kelompok ini memberikan input pada pengambil keputusan sebelum
peramalan dibuat.
• Komposit tenaga penjualan
Dalam pendekatan ini, setiap tenaga penjualan memperkirakan berapa
penjualan yang dapat ia capai dalam wilayahnya. Kemudian,
peramalan ini dikaji untuk memastikan apakah peramalan cukup
realistis. Kemudian, peramalan tersebut digabungkan pada tingkat
wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara
keseluruhan.
24
• Survei pasar konsumen
Metode ini meminta input dari konsumen mengenai rencana
pembelian mereka di masa depan. Hal ini tidak hanya membantu
dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga memperbaiki desain produk
dan perencanaan produk baru.
2.7.5.2 Metode Kuantitatif
Yaitu metode yang menggunakan model matematis yang beragam
dengan berdasarkan data masa lalu untuk meramalkan permintaan dimasa
yang akan datang. Ada tiga kondisi yang diterapkan pada metode ini, yaitu:
1. Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia.
2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data
numeric (angka).
3. Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas).
Metode peramalan secara kuantitatif menurut Heizer dan Render
(2009, p.170), meliputi:
1. Rata-rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual
masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak
berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar
akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara matematis,
rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan
periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut:
Ft=∑Permintaan pada periode n sebelumnya
n
Keterangan:
n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
2. Rata-rata Bergerak Tertimbang (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan
untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik
ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan
karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat.
Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada
rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot
25
yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rata bergerak
dengan pembobotan atau rata-rata bergerak tertimbang dapat
digambarkan secara matematis sebagai berikut:
Ft � ∑ (Bobot periode n)(Permintaan dalam periode n)