BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis atau yang sering disingkat TB adalah penyakit menular yang masih menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia. Tingginya prevalensi penyakit tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor resiko, salah satunya adalah defisiensi mikronutrien yaitu Seng (Zn) terutama pada anak-anak. Menurut data dari Perkumpulan Pemeberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) tahun 2010 menyatakan 1 orang pasien TB dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10-15 orang disekitarnya setiap tahun. (1) . Menurut laporan global report WHO tahun 2011 bahwa angka kematian akibat TB sebesar 27 kasus per 100.000 penduduk (2) . Di Indonesia kasus tuberkulosis sendiri masih terbilang tinggi, walaupun terjadi penurunan total angka kejadian kasus TB dimana sebelumnya indonesia yang berada pada urutan ke-3 kini turun menjadi urutan ke-5 dengan jumlah 0,34 - 0,52 juta setelah India (1,6 – 2,4 juta), Cina (1,0 – 1,6 juta), Afrika Selatan (0,38 - 0,57 juta), dan Nigeria (0,37 - 0,55 juta). (3) Penyakit Tuberkulosis pada anak merupakan 5-15% dari seluruh kasus TB yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas sepenuhnya, dimana hampir 75000 anak meninggal akibat TB. Tingginya angka kematian akibat TB pada anak di sebabkan kurangnya perhatian terhadap pemberantasan penyakit 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis atau yang sering disingkat TB adalah penyakit menular yang masih
menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia. Tingginya prevalensi
penyakit tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor resiko, salah satunya adalah
defisiensi mikronutrien yaitu Seng (Zn) terutama pada anak-anak. Menurut data dari
Perkumpulan Pemeberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) tahun 2010 menyatakan 1
orang pasien TB dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10-15 orang disekitarnya
setiap tahun. (1). Menurut laporan global report WHO tahun 2011 bahwa angka kematian
akibat TB sebesar 27 kasus per 100.000 penduduk (2). Di Indonesia kasus tuberkulosis
sendiri masih terbilang tinggi, walaupun terjadi penurunan total angka kejadian kasus TB
dimana sebelumnya indonesia yang berada pada urutan ke-3 kini turun menjadi urutan ke-5
dengan jumlah 0,34 - 0,52 juta setelah India (1,6 – 2,4 juta), Cina (1,0 – 1,6 juta), Afrika
Selatan (0,38 - 0,57 juta), dan Nigeria (0,37 - 0,55 juta). (3)
Penyakit Tuberkulosis pada anak merupakan 5-15% dari seluruh kasus TB yang sampai
saat ini masih belum dapat diberantas sepenuhnya, dimana hampir 75000 anak meninggal
akibat TB. Tingginya angka kematian akibat TB pada anak di sebabkan kurangnya
perhatian terhadap pemberantasan penyakit karena dianggap penyakit TB anak tidak
menular dan jarang ditemukan kuman TB pada sputum anak. Defisiensi zat gizi mikro
diduga memiliki keterkaitan dengan meningkatnya kasus infeksi Tuberkulosis walaupun
belum sepenuhnya diketahui. Penelitian mengenai kadar seng plasma pada pasien TB
dewasa telah banyak dilakukan, namun penelitian serupa pada pasien TB anak masih
sedikit dilakukan, maka penelitian ini bertujuan mencari hubungan skor tuberkulosis pada
anak dengan kadar seng serum.
1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng
(Zn) serum?
1.3 Hipotesis
Ada hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara skor tuberkulosis paru anak dengan kadar seng (Zn)
serum.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. menentukan jumlah skor tuberkulosis paru anak
2. mengukur kadar seng (Zn) serum
3. menganalisis hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng
(Zn) serum
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi Pendidikan
Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peranan seng terhadap
tuberkulosis pada anak.
1.5.2 Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi yang bermanfaat tentang peranan seng terhadap
tuberkulosis sehingga dapat memberikan penambahan suplemen seng pada terapi
pengobatan tuberkulosis pada anak.
1.5.3 Manfaat bagi peneliti
Sebagai titik tolak penelitian lebih lanjut.
2
BAB IITinjauan Pustaka
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bisa menyerang semua umur walaupun pada
umumnya lebih banyak terkena pada anak-anak usia 1-14 tahun dan orang dewasa hingga
tua yang berusia 15-64 Tahun. Perbedaan kategori usia ini menyebabkan penanganan kasus
TB pada anak akan berbeda dengan kasus TB pada orang dewasa. Penyakit TB pada anak
biasanya tidak menular tetapi pengendaliannya juga sangat penting karena tidak jarang
kasus TB dewasa merupakan aktivasi kembali dari kasus TB anak yang belum sepenuhnya
sembuh, hal inilah yang ditakutkan bahwa tuberkulosis anak dapat menjadi titik tolak
sumber penularan TB saat dewasa .(4)
2.1.2 Epidemiologi Tuberkulosis
WHO (World Health Organization) memperkirakan sekitar sepertiga dari populasi
manusia di dunia terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis, dimana sebanyak 9 juta kasus
baru dengan angka kematian 2 juta orang akibat penyakit TB diberbagai kalangan usia. Di
Indonesia terdapat lima provinsi dengan angka morbidity TB tertinggi yaitu Jawa Barat
(0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua
Barat (0.4%). (5)
Tuberkulosis anak salah satu jenis tuberkulosis yang sangat memprihatinkan dimana
Lebih dari 70.000 anak-anak meninggal karena TB setiap tahun. Sekitar 70-80% anak-anak
yang terinfeksi TB, memiliki penyakit pada paru-paru mereka (pulmonary TB). Sisanya
dipengaruhi oleh penyakit TB di bagian tubuh yang lain (extrapulmonary TB, hal ini terjadi
karena kurangnya perhatian yang mendalam pada kasus penyakit ini, sulitnya mendeteksi
sputum pada anak menyebabkan pemeriksaan mungkin hanya dilakukan melalui uji
tuberkulin yang ternyata masih sering memberikan hasil positif palsu, diperkirakan 11%
dari seluruh total kasus TB terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun dengan prevalensi
kurang dari 1 tahun 0,47%, 1–4 tahun 0,76% dan antara 5–14 tahun 0,53%. (6)
3
2.1.3 Patogenesis Tuberkulosis
Penularan kasus Tuberkulosis pada anak paling banyak melalui saluran nafas dalam
bentu percik renik (droplet nuclei) dimana ukurannya < 5 μm terhirup dan mencapai
alveolus. Beratnya derajat penyakit tuberkulosis sangat bergantung dari sistem imun anak.
Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis
nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik tetapi pada saat daya tahan
tubuh anak menurun, maka makrofag akan sulit untuk menghancurkan kuman TB dan
menyebabkan kuman ini berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan
lisis makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan
fokus primer Ghon. Setelah terbentuk fokus primer ghon, kuman TB akan menyebar secara
limfogen dan hematogen. (7)
2.1.3.1 Penyebaran Kuman TB secara Hematogen
Kuman TB yang masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh
menyebabkan gejala sistemik. Kuman ini menyebar secara sporadik dan perlahan sehingga
tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di
seluruh tubuh, bersarang di organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di
apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ
lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang
tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula dengan proses patologiknya.
Sarang di apeks paru disebut dengan fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami
reaktivasi dan terjadi TB apeks paru saat dewasa. (7)
Kuman TB juga dapat menyebar secara hematogen generalisata akut (acute
generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan
beredar di dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. Tuberkulosis
diseminata ini timbul dalam waktu 2−6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit
bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya
penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu
(host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada anak bawah lima tahun (balita) terutama
di bawah dua tahun. (7)
2.1.3.1 Penyebaran Kuman TB secara limfogen
4
Kuman TB yang masuk melalui saluran limfe akan menuju kelenjar limfe regional.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau
tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer (primary complex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB
hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal
ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB
bervariasi selama 2−12 minggu, biasanya berlangsung selama 4−8 minggu. Selama masa
inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah 103–104, yaitu jumlah
yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular. (7)
Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi.
Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat
diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin
positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu
dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang,
proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup
dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke
dalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated
immunity, CMI). (7)
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis
perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan
enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB. (7)
2.1.4 Diagnosis Tuberkulosis
5
2.1.4.1 Tanda dan Gejala Tuberkulosis pada anak
Gejala tuberkulosis pada pasien TB dewasa dan TB anak sering berbeda dimana ada
beberapa kasus TB anak yang tidak ditemui gejala spesifik TB pada orang dewasa
ditambah lagi sulitnya anak mengeluarkan dahak menjadi salah satu alasan mengapa perlu
perhatian yang khusus untuk melihat apakah anak tersebut positif tuberkulosis. Menurut
petunjuk teknis manajemen TB anak (7) untuk dapat menegakkan diagnosis pada TB anak
dapat dilihat berdasarkan tanda dan gejala berikut ini :
A. Tanda-tanda tuberkulosis anak
1. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular.
Yang dimaksud dengan kontak erat adalah anak yang tinggal serumah atau sering
bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB menular adalah terutama pasien TB
yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif dan umumnya terjadi pada pasien
TB dewasa.
2. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB anak.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering
terkena adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berupa gejala sistemik/umum
atau sesuai organ terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis TB pada anak tidak
khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.
3. Terdapat reaksi kemerahan setelah penyuntikan BCG dalam 3 sampai 7 hari
B. Gejala TB anak
B.1 Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:
1) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan
adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang
baik
2) Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas(bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam pada TB anak
umumnya tidak tinggi. Jarang ditemukan adanya keringat malam.
3) Pada TB anak gejala respiratorik tergantung kelompok usia, biasanya yang masih
dibawah tiga tahun tidak selalui disertai batuk, dahak dan hemoptisis (batuk
berdarah) seperti pada orang dewasa. Sedangkan pada anak yang sudah berumur
6
lima tahun biasanya gejala sudah menyerupai TB pada orang dewasa yaitu Batuk
lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah), berdahak dan dapat pula terjadi hemoptisis (batuk
berdarah).
4) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
5) Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6) Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
B.2 Gejala klinis pada organ yang terkena
1) Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli) ditandai dengan
adanya Pembesaran Kelenjar Getah Bening multipel (>1 KGB), diameter ≥1 cm,
konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.
2) Tuberkulosis otak dan selaput otak
a. Meningitis TB dapat dilihat dengan adanya gejala-gejala meningitis akibat
keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
b. Tuberkuloma otak dimana tampak adanya lesi desak ruang.
3) Tulang belakang (spondilitis) ditandai dengan adanya Penonjolan tulang belakang
(gibbus) dan Tulang panggul (koksitis), gangguan berjalan, atau tanda peradangan
di daerah panggul.
4) Skrofuloderma ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus
(skin bridge).
5) Tuberkulosis mata seperti pada Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis
phlyctenularis), Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
6) Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila
ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan
disertai kecurigaan adanya infeksi TB.
2.1.4.2 Sistem Skoring Tuberkulosis pada Anak
Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan yang terdiri dari beberapa cara
yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung atau biopsi jaringan untuk menemukan
BTA dan pemeriksaan biakan kuman TB sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
7
mendapatkan spesimen berupa dahak atau sputum. Sedangkan Pemeriksaan serologi yang
sering digunakan tidak direkomendasikan oleh WHO dan kementrian kesehatan nasional
berdasarkan Surat Edaran pada bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode
serologi untuk penegakan diagnosis TB. Sehingga dibuatlah suatu cara yang cukup praktis
untuk mendiagnosis TB pada anak yaitu melalui sistem skoring tuberkulosis pada anak
Sistem skoring tuberkulosis ini sebgai suatu pendekatan diagnosis kasus TB anak
terutama di wilayah yang memilliki keterbatasan sarana dan prasarana diagnostik. Sistem
ini dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli yang UKK
Pulmonologi PP IDAI, Kementrian kesehatan Republik Indonesia, Stegen dan Jones dan
didukung oleh WHO dan disepakati sebagai cara untuk mempermudah penegakan
diagnosis TB anak terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan juga membantu
tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan
penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis
4. Amin, Z, & Bahar, A. 2009. Tuberkulosis Paru. In A. S. Sudoyo, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed (pp. 2230-2239). Jakarta: Interna Publishing.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2010, Jakarta : Kemenkes RI.
6. Kementerian kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kemenkes RI 2012 [Jakarta, 11 februari 2015]. Available from: URL: HIPERLINK
http://www.depkes.go.id/PROFIL DATA KESEHATAN INDONESIA.pdf
7. Pelatihan Manajemen Tuberkulosis Anak. 2007. UKK Respirologi PP.IDAI. Jawa
Tengah : IDAI
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Standar Pelayanan Medis Anak. Badan
Penerbit IDAI.
9. Prasad AS.2008. Zinc in Human Health : Effect of Zinc on Immune Cells. Mol Med.
2008;14:353-357
10. Armin SA. 2005. Zat gizi mikro zink, dari aspek molekuler sampai pada program
kesehatan masyarakat. Sari Pediatri. Jakarta ; 26:h. 29-33.
11. Almatsier S. 2001. Zink mineral. Dalam Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama 2001;h.247-250 Suryani. 2005. Zink pada program kesehatan
masyarakat. Jurnal Kedokteran. Jakarta ;.26.h.29-34
12. RINK, L and H. Haase. 2007. Zinc homeostasis and immunity. Trends Immunol.
28: 1 – 4.
25
13. Hambidge M. 2000. Human zinc deficiency. Am J Clin Nutr 2000;45:1344S- 1349S
14. Hambidge M. 2003. Biomarker of trace mineral intake and status. American
Society for nutritional science ; 2003 : hal. 948-955
15. Klevay, L, M, Christopherson, D, M, Shuler, T., R .2004. Hair as Biopsy Material:
Trace Element Data on One Man Over Two Decades. European Journal of Clinical
Nutririon 58(10): 1359-1364.
16. Nasar SS. 2003. Masalah defisiensi mikronutrien pada anak. Dalam : Kumpulan
makalah Kongres Nasional II Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia
(BKGAI); : hal. 215 – 223.
26
Lampiran 1. Formulir Informed Consent
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Tempat, Tanggal/ Bulan/ Tahun
Kami meminta anak Bapak/Ibu untuk turut mengambil bagian dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang berjudul “Hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum“.
Seng memiliki manfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh, defisiensi seng dapat menyebabkan anak rentan untuk terkena penyakit
Bapak/Ibu diharapkan memahami informasi berikut ini dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti sebelum bapak/ibu memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian ini.
A. INFORMASI/PENJELASAN
1) TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum
2) PROSEDUR Apabila anak Bapak/Ibu ikut serta dalam penelitian ini, maka prosedur yang akan dilakukan pada anak adalah :
a. Bapak/Ibu mengisi kuesioner yang diberikan peneliti untuk pengumpuan data penelitian
b. Uji Tuberkulin untuk melihat skor tuberkulosis pada anak c. Pengambil darah subyek penelitian untuk pemeriksaan kadar seng serum
Satu hari sebelum pengambilan subjek darah, anak-anak berpuasa 12 jam.
Pengambil darah vena puasa diambil oleh petugas masing-masing sebanyak 5mL mengenakan sarung tangan polietilen steril sekali pakai, bebas dari bedak atau pelapis lainnya, menggunakan jarum baja stainless Vacutainer dengan penggunaan minimal torniket yaitu dalam satu menit.
Darah yang diambil dimasukkan ke dalam tabung bebas trace elemen yang telah didemineralisasi dengan asam nitrat 30% satu hari sebelumnya, dan dibilas dengan aqua yang telah di-demineralisasi untuk menghindari kontaminasi mineral lain, tabung dievakuasi tanpa anti-koagulan, menggunakan sumbat silicon
27
Pada saat dan setelah pengambilan darah akan menimbulkan sedikit rasa sakit/nyeri dan apabila terjadi perdarahan/biru-biru karena tindakan ini maka akan dilakukan pertolongan medis.
Sampel darah akan diperiksa di laboratorium prodia bandung dengan diberi kode pada setiap sampel sehingga kerahasiaan terjamin. Pengambilan sampel dilakukan oleh tenaga laboratorium terlatih.
d. Publikasi hasil penelitian dilakukan di forum ilmiah dengan tetap merahasiakan identitas anak.
3) KEUNTUNGAN / MANFAAT
Apabila anak Bapak/Ibu ikut serta dalam penelitian ini, akan mendapatkan manfaat antara lain :
1. Mengetahui status seng serum pada anak 2. Mengetahui skor tuberkulosis pada anak dan derajat keparahan penyakit
4) RISIKO
Apabila bapak/ibu dan anak ibu ikut serta dalam penelitian ini, tidak akan mengalami risiko yang membahayakan dikarenakan dalam penelitian ini tidak ada tindakan yang akan menyakitkan bagi bapak/ibu maupun anak bapak/ibu.
5) KERAHASIAAN
Catatan mengenai informasi bapak/ibu dan hasil penilaian pada anak akan dirahasiakan.Kalaupun dikaji kembali oleh badan-badan kesehatan pemerintah, bapak/ibu dan anak hanya akan dikenal dengan sebuah nomor saja, dan tidak akan diketahui siapa yang turut atau tidak turut mengambil bagian dalam penelitian ini.
6) DENTITAS PENELITI
Apabila bapak/ibu ada pertanyaan mengenai penelitian ini, bapak/ibu dapat menghubungi Shanaz Novriandina dengan NIM: 1361050248 melalui telepon 091293621797 atau di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
7) PARTISIPASI SUKARELA
Keikutsertaan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat SUKARELA, sehingga anak Bapak/Ibu tidak dapat dan tidak akan dipaksa untuk ikut serta dalam penelitian ini bila Bapak/Ibu tidak menghendakinya. Bapak/Ibu dan anak hanya boleh ikut mengambil bagian atas kehendak Bapak/Ibu sendiri. Bapak/Ibu berhak untuk sewaktu-waktu menolak melanjutkan partisipasi tanpa perlu memberikan suatu alasan. Bila Bapak/Ibu memutuskan untuk berhenti berpartisipasi, tak seorangpun boleh memaksa Bapak/Ibu untuk berubah pikiran. Segera sesudah berhenti berpartisipasi, tak seorangpun boleh melakukan
28
diskriminasi apapun terhadap anak Bapak/Ibu. Peneliti dapat memutuskan bahwa Bapak/Ibu dan anak tidak boleh lagi ikut serta dalam penelitian ini, terlepas dari keinginan untuk tetap berpartisipasi atau tidak. Keputusan ini diambil dengan selalu memperhatikan hal yang terbaik bagi anak bapak/ibu. Selanjutnya setiap pasrtisipan akan mendapatkan kenang-kenangan berupa seperangkat alat tulis.
Kami ucapkan terima kasih telah bersedia membaca penjelasan ini. Apabila kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.
B. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Formulir Persetujuan untuk Peserta Sukarela
Saya telah membaca, atau dibacakan kepada saya apa yang tertera diatas ini, dan saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membicarakan penelitian ini dengan para anggota tim penelitian. Saya memahami maksud, risiko, lamanya waktu, dan prosedur penelitan ini. Dengan ini saya:
Nama : ...................................................... Umur : ....................................................... Alamat : .......................................................
Dengan membubuhkan tandatangan saya dibawah ini,saya menegaskan keikutsertaan saya sebagai responden penelitian dan anak saya secara sukarela dalam proyek penelitian ini. Saya telah menerima tembusan dari surat persetujuan ini.Nama Peserta : ____________________________
Tandatangan Saksi (Jika peserta tidak dapat membaca dan menulis)Saya telah menyaksikan pembacaan penjelasan dari peneliti kepada peserta sukarela, dan peserta telah mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Saya menyatakan bahwa peserta telah menyatakan persetujuannya secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Tanda tangan saksi
(Nama Saksi) ( cap jempol peserta )
29
Formulir untuk Peneliti
Tempat, Tanggal/ Bulan/ Tahun
Peneliti telah memberikan penjelasan kepada peserta sukarela, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Peserta.
Peneliti yakin bahwa peserta telah memahami informasi dalam lembar Persetujuan setelah penjelasan ini, dan dengan sukarela bersedia ikut serta dalam penelitian ini.Nama Peneliti : Shanaz Novriandina
Tanda tangan Peneliti
(Shanaz Novriandina)
30
Lampiran 2. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA SKOR TUBERKULOSIS PADA ANAK DENGAN KADAR
SENG SERUM
Dengan hormat bapak/ibu, nama saya Shanaz Novriandina, mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
tentang Hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng serum di
Poliklinik Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat.
Kami sangat mengharapkan Bapak/Ibu/Saudara/I agar bersedia mengisi daftar pertanyaan
berikut ini sesuai dengan pendapat masing-masing. Atas bantuannya kami ucapkan terima
kasih.
PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas anda pada bagian yang telah disediakan
2. Bacalah dengan sebaik-baiknya setiap pertanyaan dan setiap alternatif jawaban yang
diberikan.
3. Pilih alternatif jawaban yang paling sesuai menurut anda dan berikan tanda silang
(x) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar
4. Jika terjadi salah pengisian, berilah tanda (O) pada jawaban yang salah tersebut
1. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Latar Belakang Pendidikan :
5. Pekerjaan :
II. Pertanyaan Mengenai Riwayat Penyakit
31
1. Apakah anak anda pernah dirawat di rumah sakit, jika ya dikarenakan peyakit apa?
☐ Ya, karena penyakit :
☐ Tidak pernah
2. Apakah anak anda mempunyai riwayat penyakit keluarga yang dapat
mempengaruhi kesehatan anak anda? jika ya sebutkan penyakit turunan tersebut.
a. Iya,
b. tidak ada
c. tidak tahu
III. Pertanyaan Mengenai Tuberkulosis
3. Menurut Anda, apakah pengertian dari penyakit Tuberkulosis?
a. penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
b. penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus tuberculosis
c. penyakit yang tidak dapat disembuhkan
4. Menurut anda, apakah ada perbedaan tuberkulosis pada orang dewasa dan
tuberkulosis pada anak?
a. iya, ada perbedaan
b. tidak, tidak ada perbedaan
c. tidak mengetahui
5. sebagai orang tua, apakah anda mengetahui cara mencegah penyakit tuberkulosis?
a. Iya, tau dengan cara imunisasi BCG
b. Iya, tau dengan cara memberikan obat anti tuberkulosis
c. Tidak tau
6. menurut anda, mengapa anak rentan tertular penyakit tuberkulosis?
a. karena anak-anak suka jajan sembarangan
b. karena anak-anak suka main diluar tanpa menggunakan sendal
32
c. karena anak-anak tidak menjaga kebersihan diri
II. Pertanyaan Mengenai Asupan Mineral Seng
7. apa yang anda ketahui tentang seng?
a. Seng adalah vitamin
b. Seng adalah mineral
c. Seng adalah enzim
8. Sebutkan apa yang anda ketahui tentang peranan zat seng bagi tubuh?
a. berperan dalam pertahanan tubuh, tumbuh kembang anak, dan proses
mengingat
b. berperan untuk meningkatkan
c. berperan untuk meningkatkan daya pendengaran
9. sebagai orang tua, Darimana saja anak dapa memperoleh zat seng didapatkan
a. telur, daging unggas, daging sapi
b. ikan salmon, ikan gurame
c. cumi-cumi, gurita
10. Menurut anda perlu tidak penambahan suplemen seng pada asupan dan pola makan
anak anda?
☐ Ya, harus selalu menambah suplemen seng pada asupan makan anak
☐ Ya, jika anak terlihat kekurangan kadar seng
☐ Tidak, karena didalam semua makanan mengandung seng
33
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. KETERANGAN PERORANGAN
1. Nama Lengkap : Shanaz Novriandina
2. NIM : 1361050248
3. Tempat Lahir : Makassar (Sulawesi Selatan)
4. Tanggal lahir : 14 November 1995
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jalan Malaga Nomer 68 Tangerang Selatan 15326