BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan oleh agen mikrobiologi seperti virus atau bakteri.Konjungtivis (mata merah muda atau merah) merupakan infeksi mata yang paling sering terjadi. Inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respons alergi dikenal sebagai konjungtivitis. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak, dan nyeri ditekan. Konjungtivitis akibat infeksi bakteri kadang-kadang disebut mata merah (pink eye) adalah peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata, biasanya akibat infeksi virus atau bakteri. Terkadang konjungtivitis juga dikarenakan kondisi alergi bawaan.Bintil di tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering terjadi akibat infeksi folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul kecil. Jika infeksi lebih parah, maka 1
Ucapan syukur alhamdulillah adalah kata yang layak penulis persembahkan kepada Allah SWT. Dengan kasih sayang-Nya, Dia masih memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya. Makalah ini dapat lahir berkat Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya. Shalawat dan salam mari kita hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana semua kita harapkan mendapatkan safaatnya di akhir kelak. Amin. Makalah yang berjudul “Hormon dan Metabolisme” yang disusun sesuai kebutuhan kurikulum mahasiswa. Makalah ini lebih di khususkan untuk kalangan sendiri kepada Fakultas Kedokteran, namun tidak tertutup juga bagi para pembaca yang ingin menambah keilmuannya dalam bidang Kedokteran. Terima Kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik materil maupun dukungannya kepada kami. Kami tak mampu membalas semua ini. Hanya untaian doa yang dapat penulis sampaikan, semoga semua ini menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Saran dan keritik senantiasa kami harapkan dari pembaca. Akhirnya kami berharap makalah yang kami sampaikan ini bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya kami. Dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ini. Semoga Allah memberikan Hidayah kepada kita semua.
Medan, 04 November 2013
SGD 23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
PENDAHULUAN BAB I
Latar Belakang Masalah .........................................................................1 Tujuan Penulisan.....................................................................................2 Step 1..................................................................................................... .2 Step 2.......................................................................................................3 Step 3.......................................................................................................3 Step 4.......................................................................................................4 Step 5.......................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan oleh
agen mikrobiologi seperti virus atau bakteri.Konjungtivis (mata merah muda atau merah)
merupakan infeksi mata yang paling sering terjadi. Inflamasi konjungtiva mata yang
disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respons alergi dikenal sebagai
konjungtivitis. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak, dan nyeri ditekan.
Konjungtivitis akibat infeksi bakteri kadang-kadang disebut mata merah (pink eye) adalah
peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata, biasanya akibat infeksi
virus atau bakteri. Terkadang konjungtivitis juga dikarenakan kondisi alergi bawaan.Bintil di
tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering terjadi akibat infeksi
folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul kecil. Jika infeksi
lebih parah, maka kondisi ini disebut blefaritis, atau infeksi kelopak mata. Insidensi
konjungtivitis relative kecil, yaitu sekitar 0,1% – 0,5% dari pasien dengan masalah mata yang
berobat, dan hanya 2% dari semua pasien yang diperiksa di klinik mata Mediterania.
Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Penyakit ini sering menyerang anak-anak
dan dewasa muda yang berusia sekitar 3 -25 tahun dan berlangsung selama 5-10 tahun
penyakit ini lebih banyak terdapat pada anak-anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi
kelopak mata.
1
Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata. bisanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari
keseluruhan penyakit mata yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini
dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul
pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua umur. Dalam banyak kasus, Kebersihan dan rajin
membersihkan kelopak mata bisa mencegah blefaritis. Termasuk sering keramas dan
mencuci muka. Pada beberapa kasus yang disebabkan karena bakteri, penggunaan antibiotic
dapat digantikan dengan hanya menjaga kebersihan kelopak mata. Pentinganya
membersihkan kelopak mata sebelum tidur, karena proses infeksi terjadi saat sedang tidur.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum
Untuk lebih mengetahui dan memberikan gambaran secara lebih dalam mengenai
infeksi mata khususnya penyakit blefaritis dan konjungtivitis.
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam makalah ini, adalah mahasiswa mengetahui:
1. Pengertian konjungtivitis
2. Etiologi konjungtivitis
3. Patofisiologi konjungtivitis
4. Tes diagnostik konjungtivitis
5. Manifestasi klinis konjungtivitis
2
6. Pemeriksaan penunjang konjungtivitis
7. Penatalaksanaan konjungtivitis
8. Pengertian blefaritis.
9. Etiologi blefaritis.
10. Patofisiologi blefaritis
11. Tes Diasnostik
12. Manifestasi klinis blefaritis
13. Pemeriksaan penunjang blefaritis
14. Penatalaksanaan blefaritis
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Konjungtivitis
Pengertian konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau
respon alergi. (Corwin, 2001).Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai
dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering
disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001)Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye,
yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening
yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar
begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat
hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).
Inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau
respons alergi dikenal sebagai konjungtivitis. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah,
bengkak, dan nyeri ditekan. Konjungtivitis akibat infeksi bakteri kadang-kadang disebut mata
merah (pink eye). Mata merah dapat terjadi sendiri, atau dapat terjadi bersamaan dengan
infeksi telinga. Konjungtivitis viral sering disebabkan oleh infeksi adenovirus. Konjungtivitis
bakterial dan viral sangat menular. Konjungtivitis alergi terjadi sebagai bagian dari reaksi
inflamasi terhadap alergen lingkungan. Stimulasi fisik oleh benda asing di mata juga akan
mengiritasi dan menginflamasi konjungtiva sehingga menyebabkan inflamasi dan nyeri.
4
Definisi Mata Merah Mata merah, atau conjunctivitis, adalah kemerahan dan
peradangan dari selaput-selaput (conjuctiva) yang menutupi putih-putih dari mata-mata dan
selaput-selaput pada bagian dalam dari kelopak-kelopak mata. Membran-membran atau
selaput-selaput ini bereaksi pada suatu batasan yang luas dari bakteri-bakteri, virus-virus,
agen-agen yang memprovokasi alergi, pengganggu-pengganggu (irritants), dan agen-agen
racun, begitu juga pada penyakit yang mendasarinya dalam tubuh. Bentuk-bentuk virus dan
bakteri dari conjunctivitis adalah umum pada masa kanak-kanak, namun mereka dapat terjadi
pada orang-orang dari segala umur. Secara keseluruhan bagaimanapun, ada banyak penyebab-
penyebab mata merah. Ini dapat digolongkan sebagai yang infeksius atau tidak infeksius.
Konjungtivitis Gonokokal
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya
ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata
(biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk
membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal.
Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual
(misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis
hanya menyerang satu mata.
Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika
tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk
mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang
mengandung antibiotik.
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
5
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
- Entropion atau ektropion
- Kelainan saluran air mata
- Kepekaan terhadap bahan kimia
- Pemaparan oleh iritan
- Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
Etiologi konjungtivitis
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a) infeksi oleh virus atau bakteri.
b) reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c) iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari las listrik
atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d) pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis (Anonim, 2009).
6
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
1. entropion atau ektropion.
2. kelainan saluran air mata.
3. kepekaan terhadap bahan kimia.d. pemaparan oleh iritan.
4. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala
alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga,
hewan dan debu (Effendi, 2008).Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan
timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara
(seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).2.5 Patogenesis Mekanisme pasti atau
mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa
mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik.
Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap
protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea,
beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik
(Alamsyah, 2007).
Patofisiologi konjungtivitis
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
7
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya
agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan
folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel
– sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien
mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.
Tes diagnostik konjungtivitis
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret
dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas
untuk perencanaan pengobatan.Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan
pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan
konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru
1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah
8
mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit,
disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan menahun.
Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes
maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test maltose
(+).Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada
orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
Manifestasi Klinis Konjungtivitis
Konjungtiva merah dan bengkak. Pada konjungtivitis infeksi atau alergi, kedua
mata biasanya terkena. Fotofobia (aversi terhadap cahaya). Rabas purulen adalah karakteristik
konjungtivitis bakterial. Infeksi dan rabas sering dimulai di satu mata dan menyebar ke mata
yang lain. Mata mungkin tertutup oleh selaput kehijauan. Rabas encer dan jernih adalah
karakteristik konjungtivitis viral. Konjungtivitis viral sering menyertai infeksi saluran napas
atas. Rasa panas dan gatal pada mata adalah karakteristik konjungtivitis alergi. Konjungtivitis
akibat benda asing dikaitkan dengan ketidaknyamanan dan perasaan seperti ada pasir atau
kerikil halus pada mata. Biasanya dengan benda asing, hanya satu mata yang terkena.
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
a. Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
b. Produksi air mata berlebihan (epifora).
c. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan
menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva
bagian atas.
9
d. Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik
peradangan.
e. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
f. Perbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
g. Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
h. Nyeri dan terjadi gangguan tidur.
Komplikasi Konjungtivitis
Infeksi bakteri tertentu (gonore, beberapa jenis konjungtivitas klamidia) dan
infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati. Benda
asing di mata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pem-bentukan jaringan parut.
Konjungtivitas dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit Kawasaki.
Penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang memengaruhi banyak organ
tubuh, termasuk jantung, otak, sendi, Kati, dan rnata. Penyakit ini dimulai secara akut dengan
demam tinggi, yang diikuti secara singkat dengan konjungtivitis bilateral yang signifikan
karena tidak adanya rabas dan prosesnya yang lama. Ruam dan pembengkakan tangan dan
kaki menyertai gejala awal ini. Diagnosis dini penting untuk mencegah kerusakan pada arteri
koroner. Terapi untuk penyakit Kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan globulin gama.
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
10
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis sepertiekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan.
2.2 Konsep Dasar Blefaritis
Pengertian blefaritis.
Menurut Brooker Christine (2001) blepharitis adalah inflamasi palpebra.
Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo palpebra yang umum. Blefaritis
sering disertai konjungtifitis atau keratitis (Tamsuri Anas, 2010).Blefaritis adalah
peradangan bilateral subakut atau menahun pada tepi kelopak mata (margo palpebra).
Ciri khasnya bersifat remisi dan eksaserbasi. Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar
minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami gangguan. Ketika kelenjar minyak ini
terganggu, akan terjadi pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan
peradangan kelopak mata Terdapat dua macam blefaritis yaitu blefaritis ulseratif dan
blefaritis seboreik (Istiqomah, 2004). Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi
kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis
ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat
11
ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka
dngan disertai pendarahan.
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif
mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi
roboransia. Sedangkan blefaritis seboreik Merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan
mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar
meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan
jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan membersihkan menggunakan kapas lidi
hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan
dengan shampo bayi. (Danu .2008).
Terdapat 2 jenis blefaritis:
Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat melekatnya
bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan ketombe pada kulit
kepala.
Blefaritis posterior ; mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata
yang lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada
kelenjar minyak. 2 penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior
adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis seboreik).
12
Etiologi blefaritis.
Blefaritis ulseratif disebabakan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau