ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN TBCDosen Pengampu : Walin, SST, M Kes
Disusun Oleh :1. Pramita Nindi A.
P174202121152. Ranis Komala
P174202121163. Restu Pamuji
P174202121174. Rosmayanti Dewi
P174202121185. Syafira Fadillah B.
P174202121196. Wuri Handayani
P174202121207. Yeni Rizqillah M.
P17420212121II CKEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2014KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatu
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik segala puji
dan penolong hamba-hamba-Nya. Berkat rahmat dan karunia-Nya yang
tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Asuhan keperawatan pada annak dengan TBC tepat
pada waktunya dan tanpa halangan yang berarti.
Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc. selaku direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.
2. Ibu Munjiati, S.Kep, Ns, MH. Selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Purwokerto.
3. Ibu Walin, SST, M.Kes. selaku Sekretaris Prodi Keperawatan
Purwokerto.
4. Ibu Hartati, S.Kep, Ns, MM. selaku Ketua Bidang Kemahasiswaan
Prodi Keperawatan Purwokerto.
5. Ibu Walin, SSiT, M Kes. selaku dosen pengampu dalam mata
kuliah Keperawatan Anak.
6. Bapak, Ibu, serta keluarga tercinta yang selalu mendoakan,
dan memberikan dukungan secara moral, material dan spiritual.
7. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bekerja sama
dalam pembuatan makalah ini.
8. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembentukan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun kepada para pembaca. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu.Purwokerto, Januari
2014 Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN TBCA. PENGERTIANTuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis. Menurut
Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan menjelaskan
tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh mikobakterium
tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi.Menurut Robbin
dan Cotran tuberkulosis merupakan penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis yang ditandai oleh
jaringan granulasi nekrotik.
Penyakit Tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga
Tuberkulosis Primer dan merupakan suatu penyakit sistemik.
Tuberkulosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan sehingga
sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat
keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai
tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas.
B. GAMBAR ANATOMI YANG BERSANGKUTAN
Proses metabolisme merupakan karakteristik seluruh sel hidup di
dalam tubuh. Proses ini memerlukan suplai O2 yang konstan bagi
setiap selnya dan sekaligus mampu membuang produk metaboliknya :
misalnya CO2 istilah respirasi tidak hanya di tujukan pada bernapas
tetapi juga pada pertukaran gas antara atmosfer darah dan sel
tubuh.Secara umum fungsi saluran pernapasan adalah sebagai berikut
:a. Pertukaran gas dalam proses respirasi seluler
b. Produksi suara atau vokalisasi
c. Membantu dalam kompresi abnormal selama BAK : defeksi dan
melahirkan
d. Batuk dan bersin merupakan reson reflex
Secara anatomis sistem pernafasan terbagi 2 bagian yaitu :
1) Area konduksi yang membawa udara ke dan dari alveolus dimana
pada bagian ini tidak terjadi pertukaran gasArea konduksi terdiri
dari :a) Hidung: Meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah
dan bagian internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur
udara.
b) Pharynx: Merupakan saluran yang memiliki panjang + 13 cm yang
menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar
tengkorak, pharyx ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu : Nasopharyx,
oropharix dan laryngopharynx.
c) Larynx: Larynx terusun dari 9 kartilago 96 kartilago kecil
dan 3 kartilago besar). Larynx terletak pada bagian tengah anterior
dari leher pada vertebra cervical 4 sampai 6.
d) Trachea : Merupakan saluran rigid yang memiliki panjang 11-12
cm dengan diameter 2,5 cm. trakhea mengalami percabangan pada
carina membentuk bronchus kiri dan kanan terjadi obstruksi,
kerusakan atau aspirasi benda asing maka diperlukan tindakan
pembedahan (tracheostomy).
e) Bronchus : Bronchus kanan kurang pendek, lebih besar dan
memiliki lumen yang besar pada saat masuk ke paru, bronchus terbagi
jadi 5 percabangan ; lobus atas, tengah dan bawah pada paru kanan
dan lobus atas dan bawah pada paru kiri.
f) Bronchialis: Adalah cabang dari bronchus, bronchiolus
mensuplay segmen-segmen broncho pulmonal, dimana cabang
bronchiaolus terminal membentuk duktus alveolar yang berhubungan
langsung dengan alveolus.
2) Area respirasi yaitu pada alveolus yang merupakan unit
fungsional dimana pada area ini terjadi pertukaran gas.Paru-paru di
dalam rongga thorax yang dipisahkan oleh jantung, setiap paru
dilapis oleh suatu membran serous yang disebut dengan pleura
viceral sementara dinding thorax dilapisi oleh pleura parietale
diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang berisi cairan
surfaktan yang berfungsi untuk mencegah gesekan kedua lapisan
pleura saat proses respirasi.Adanya mycobacterium tuberkulosa ini
akan membuat suatu lesi tuberkel yang melekat pada paru maupun
pleuranya ukuran lesi ini bisa bermacam-macam ada yang sampai 1-2
cm dan sangat khas, biasanya menyerang bagian apeks paru dan
biasanya dapat menyebar ke daerah lobus tengah ataupun bawah
tergantung dari keadaan penderitanya.C. ETIOLOGI1. Penyebab
Penyebab dari tuberkulosis adalah mikobakterium tuberkulosis,
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan
tebal 0,3-0,6 mikron. Spesies lain kuman ini yang dapat memberikan
infeksi pada manusia adalah Mikobakterium boviss, Mikobakterium
kansal, Mikobakterium intracellulare, sebagian besar kuman terdiri
dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap enzim dan tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik.
Kuman dapat bertahan hidup dalam udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman bangkit kembali dan menjadi
tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intrasellulare yakni dalam sitoplasma makrofag yang semula
memfagositosis malah kemudian disenanginya karena banyak mengandumg
lipid. Sifat kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang lebih tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dari pada bagian yang lain. Sehingga
sebagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
2. Faktor PredisposisiMenurut Timby faktor predisposisi
tuberkulosis adalah :
a. Ada sumber penularan
b. Kasus TBC terbuka dengan dahak menunjukan adanya hasil
TBC.
Jumlah basil yang mempunyai kemampuan mengadakan terjadinya
infeksi cukup banyak dan terus-menerus.
c. Virulensi (keganasan bakteri).
Menurunnya daya tahan tubuh seseorang dapat memungkinkan basil
tuberkulosis berkembang biak.
d. Nutrisi
Nutrisi yang buruk akan mengakibatkan daya tahan tubuh
menurun.
e. Pekerjaan
Pekerjaan yang berat, pekerjaan yang berhubungan langsung dengan
polutan-polutan seperti asbes, serbuk kayu, asap dapat menyebabkan
iritasi saluran pernapasan sehingga basil tuberkulosis mudah
berkembang biak.3. Tiga macam penyebaran patogen pada tuberkulosis
anak :
a. Penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul
gejala atau tanpa gejala klinis.
b. Penyebaran hematogen umum, penyebaran milier, biasanya
terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang
kronis.
c. Penyebaran hematogen berulang-ulang.
D. TANDA DAN GEJALATB pada anak bisa ditandai dengan
gejala-gejala berikut :1. Demam (subfebris, kadang-kadang 40 41 C,
seperti demam influenza)2. Tidak ada nafsu makan (anoreksia)
3. Penurunan berat badan
4. Malnutrisi atau gangguan gizi
5. Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura
6. Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru
7. Multi L (lemah, letih, lesu, lelah, lemas letoy, loyo,
lambat)
8. Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya
pembuluh darah)9. Diare berulangE. PATOFISIOLOGI
Menurut Soeparman dan Waspadji patofisiologi tuberkulosis Primer
yaitu : Penularan paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
baik, dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat
tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel ini sampai terhisap oleh orang yang sehat,
partikel akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kebanyakan
partikel ini akan mati atau dibersinkan oleh makrofag keluar dari
cabang trakhea bronkhial beserta gerakan silia dengan
sekretnya.
Bila kuman menetap dijaringan paru, akan tumbuh dan berkembang
biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang dijaringan
paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan
disebut sarang primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian
mana saja dari paru-paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis regional). Sarang,
limfangitis lokal limfadenitis regional akan membentuk kompleks
primer.F. PATHWAY
G. KLASIFIKASI TB PADA ANAK1. TB Primer Komplek Primer
Komplikasi paru dan alat lain (sistemik)
2. TB Post Primer
Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang
indolen aktif kembali)
Re infeksi eksogen
Komplek Primer :
Di paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah
radang yang disebut afek/fokus primer dari Gohn. Basil akan
menjalar melalui saluran limfe dan terjadi limfangitis dan akan
terjadi limfadenitis regional. Pada lobus atas paru akan terjadi
pada kelenjar limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan
terjadi pada kelenjar limfe hiler.
Komplikasi Paru dan alat lain
Dapat terjadi penyebaran secara limfogen hematogen akan terjadi
TB milier, meningitis TB, bronkogenik, pleuritis, peritonitis,
perikarditis, TB tulang dan sendi.H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Reaksi hipersensitivitas : Tes Kulit Tuberkulin (PPD)a. Tes
tuberkulin intradermal (Mantoux)
b. Tes tuberkulin dengan suntikan jet
c. Tes tuberkulin tusukan majemukPPD 5 TU 0,1 ml (I.C) daerah
volair lengan, dibaca hasilnya 48 72 jam. Apabila indurasi : 0 5 mm
negative
5 9 mm meragukan
10 - 10 mm positif
Bila PPD (+) dapat diartikan : Pernah mendapat infeksi basil TBc
tetapi tidak menjadi sakit
Sedang sakit TBc
TBc yang telah sembuh
Pernah TBc
Bila PPD (-) dapat diartikan : Anak belum pernah kena infeksi
tidak adanya sensitifitas Ada vaskularisasi lokal yang berlebihan
waktu demam Dosis yang diberikan kurang Kekuatan PPD kurang karena
cahaya atau panas Anak KEP atau TBc berat, morbili, varicella,
pertusis, difteri, tifoid, obat kortikosteroid, vaksin polio.
2. Pemeriksaan radiografik
Gambaran TBC milier berupa bercak-bercak halus tersebar merata
pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiology lain yang sering
menyertai TBC paru adalah penebalan pleura, efusi pleura atau
empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru
atau pleura).3. Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA positip adalah
sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
sediaan.
4. Pemeriksaan Laboratoriuma. Uji mantoux atau TuberkulinAda 2
macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat
(PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD
intrakutan di volar lengan bawah. Hasilnya dapat dilihat 48 72 jam
setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi lebih dari 10 mm
pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm pada anak dengan
gizi buruk.b. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari)
berupa kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi
Mycobaterium tbc.
c. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA di dapatkan (+) pada anak, dilakukan dari
bilasan lambung karena sulitnya menggunakan hasil dahak.
Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction),
Bactec, ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak dipakai dalam
klinis praktis.
5. Pemeriksaan RadiologisToraks photo didapatkan antara lain :
Adanya pembesaran kelenjar di daerah mediastinum Tampak cairan di
ronga pleura
Tampak fokus primer berupa lesi yang bulat
Tampak paru-paru kolaps / emfisema
Tampak gambaran milier
Tampak gambaran pneumonia
I. PENATALAKSANAANa. Farmakologi / Medis1) Rifampisin, dengan
dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per oral,
diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9
bulan
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis
INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil
intraseluler, dosis 30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari
selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di berikan
sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran
bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang
buruk.
b. Non farmakologi / Keperawatan1) Memberikan posisi ektensi (
kepala lebih tinggi dari badan )
2) Melakukan postural drainase
3) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
4) Pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan
tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh
yang lainnya
5) Memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknyaJ.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberkulosis paru
adalah :
1. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi
pada anak bila fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi
pusat perkejuan yang besar.
2. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh,
mula-mula keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub
pleura atau limfonodi.
3. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran
limfe dari limponodi subkranial.
4. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi
primer yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis
tuberkulosa dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer,
bila robekan satu atau lebih tuberkel subependimal menegeluarkan
basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
5. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis
tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran
corpus vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. K. PENCEGAHANUpaya
untuk mencegah terjadinya penyakit TB:1. Meningkatkan gizi.2.
Memberikan imunisasi BCG pada bayi.3. Tidak meludah disembarang
tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar matahari atau
ditempat sampah.
4. Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya
menutup mulut untuk menjaga terjadinya penularan penyakit.
5. Kesehatan badan harus sering di jaga supaya sistem imun
senantiasa terjaga dan kuat.
6. Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan
melemahkan sistem kekebalan tubuh.
7. Jaga jarak aman terhadap penderita penyakit TBC
8. Sering berolahraga supaya tubuh selalu sehat.
9. Jemur tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat
mati apabila terkena dengan sinar matahari.
L. CARA PENULARAN
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru.Perbedaan TB pada anak dengan TB dewasa1. TB anak
lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah
apeks dan infra klavikuler.2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe
regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran kelenjar limfe
regional.
3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan
fibrosis.
4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa
jarang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN TBC
A. DATA FOKUS PENGKAJIAN1. Pengkajianfokus pengkajian wawancara
kepada keluarga meliputi :a. Aktivitas atau istirahatKelelahan umum
dan kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada
malam hari, demam malam hari, menggigil, berkeringat, mimpi
buruk..
b. Makanan atau cairan
Kehilangan nafsu makan, menurunnya berat badan..
c. Pernapasan
Batuk produktif atau non produktif, napas pendek, riwayat
tuberkulosis atau terpajan pada individu terinfeksi.
d. Penyuluhan atau pembelajaran
Riwayat keluarga tuberkulosis, ketidakmampuan umum atau status
kesehatan buruk, gagal untuk membaik atau kambuhnya tuberkulosis,
tidak berpartisipasi dalam terapi.
2. Pemeriksaan fisik
Menurut Tucker, Canabbio, Paquette, pemeriksaan fisik pada
pasien dengan tuberkulosis :
a. Takikardia, takipnea atau dispnea, kelemahan otot, nyeri
sesak.
b. Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, kulit kering
bersisik
c. Nodus limfa membengkak dan nyeri dada, demam rendah atau
sakit panas akut.
d. Krakles diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek, bunyi napas tidak normal (ronkhi, mengi), pengembangan
pernapasan tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural atau perubahan pleural).
e. Sedikit batuk (pada inflamasi primer)
3. Pemeriksaan penunjangMenurut Soeparman dan Waspadji,
pemeriksaan penunjang pada tuberkulosis adalah :a. DarahPada
tuberkulosis akan didapatkan leukosit yang sedikit meninggi dengan
diferensiasi kekiri, jumlah limfosit masih dibawah normal, laju
endap darah mulai meninggi.
b. Sputum
Pada pemeriksaan sputum BTA positif bila ditemukan minimal 3
batang kuman BTA pada satu sediaan, atau 5000 kuman dalam ml
sputum.
c. Foto thorak
Gambaran foto thorak yang menunjang diagnosa tuberkulosis adalah
:
1) Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen
apikal lobus bawah.
2) Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
3) Adanya kavitas.
4) Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
5) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian.
6) Bayangan milier.
d. Tes tuberkulin
Biasanya dipakai Manthoux yaitu dengan menyuntikan 0,1 cc
tuberkulin Purified Protein Derivate (PPD) interkutan berkekuatan 5
Intermediate Strength (TU). Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikan
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri atas
infiltrat limfosit yaitu persenyawaan antara reaksi antibodi
seluler dan antigen tuberkulin. Pada bayi atau anak hasilnya dengan
diameter 2 mm atau lebih besar. Hasil tes manthoux dibagi dalam :1)
Indurasi 0-5 mm (diameter)
Manthoux negatif = golongan non sensitifitas, peranan antibodi
humoral paling menonjol.
2) Indurasi 6-9 mm
Manthoux positif = golongan normal sensitifitas, peranan
antibodi humoral masih menonjol.
3) Indurasi 10-15 mm
Manthoux positif = golongan normal sensitifitas, peranan kedua
antibodi seimbang.
4) Indurasi lebih dari 16 mm
Manthoux positif kuat = golongan hipersensitifitas, peranan
antibodi seluler paling menonjol.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
bronkus.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme
bronkus.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.C.
INTERVENSINoDiagnosaNOC (Tujuan dan Indikator)NIC (Intervensi)
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
bronkus.NOC : Respiratory status : Airway PatencySetelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas pasien
efektif dengan indicator: Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
napas yang bersih (skala 4)
Menunjukkan jalan napas yang paten (skala 4)
Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat menghambat
jalan napas (skala 3) Pengeluaran sputum pada jalan napas (skala
4)Indicator skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Airway Managementa. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasiR : Melonggarkan saluran pernafasanb. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan R : Membantu pernafasan
pasienc. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.R : Membantu
mengeluarkan sekretd. Keluarkan sekret dengan batuk atau suctionR :
Membantu mengeluarkan sekrete. Monitor status respirasi dan O2.R :
Mengetahui status pernafasan pasien
2Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkusNOC :
Respiratory Status : VentilationSetelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas kembali
lancar dengan indicator: Kemudahan dalam bernapas (skala 3)
Dispneu saat istirahat tidak ada (skala 4) Dispneu saat
aktivitas tidak ada (skala 3) Tidak terdapat kelemahan (skala 4)
Sianosis tidak ada (skala 4)
Saturasi oksigen dalam batas normal (skala 4)
TTV dalam rentang normal (skala 4)Indicator skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Airway management
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasiR :
Melonggarkan saluran pernafasanb. Lakukan fisioterapi dada jika
perluR : Membantu mengeluarkan sekretc. Keluarkan secret dengan
batuk atau suctionR : Membantu mengeluarkan sekretd. Auskultasi
suara napas, catat adanya suara tambahanR : Mengetahui adanya suara
nafas tambahane. Berikan bronchodilator bila perluR : Membantu
mengembangkan jalan nafasf. Atur intake untuk cairan mengoptimalan
keseimbanganR : Menyeimbangkan cairan tubuhg. Monitor respirasi dan
status O2R : Mengetahui status pernafasan pasien
3Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia NOC : Kontrol Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan nutrisi pasien terpenuhi dengan indicator:
Nafsu makan pasien meningkat (skala 4)
Asupan nutrisi pasien terpenuhi (skala 4) Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi (skala 4)Indicator skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Manajemen Nutrisi
a. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.R : Menjaga
keseimbangan cairan dalam tubuh.b. Catat intake dan outputR :
mengukur kecukupan nutrisi dalam tubuhc. Anjurkan makan dalam porsi
kecil tapi seringR : Mengurangi kerja lambungd. Anjurkan untuk
menghindari makanan yang berlemakR : menghindari rangsang yang
berlebihane. Kolaborasi pemberian obat anti emetik yang
diprogramkan dengan dosis rendahR : mengurangi mual muntah pada
pasien
4Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun NOC
: Risk controlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, diharapkan resiko infeksi tidak terjadi, dengan indicator:
Tidak terjadi infeksi (skala 4)
Kebutuhan nutrisi terpenuhi (skala 4)
Tidak tampak tanda infeksi(skala 4) Menunjukkan perilaku hidup
sehat (skala 4)Indicator skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Infection control1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.R
:menghindari infeksi pada pasien2.
Gunakanteknikaseptikpadasetiaptindakaninvasif.R :menghindari
penularan nosokomial.3. Cucitangan sebelum meberikantindakan.R :
menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi4.
Anjurkan pasien metodepencegah terpapar terhadap lingkungan yang
patogen.R :memutuskan transmisi penyebaran virus5. Kumpulkan
spesimen untuk tes lab sesuai order.R :mengecek nilai normal dari
spesimen yang diamil6. Atur pemberian antiinfeksi sesuai orderR
:mencegah infeksi pada pasien.
D. EVALUASI
1. Dx I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
spasme bronkus.NOC : Respiratory status : Airway Patencya.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed lips). Skala 4b. Menunjukkan jalan
napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal). Skala 5
c. Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan napas. Skala 5d. Pengeluaran sputum pada jalan
napas. Skala 42. Dx II : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
spasme bronkus.NOC : Respiratory Status : Ventilation
a. Kemudahan dalam bernapas. Skala 4b. Dispneu saat istirahat
tidak ada . Skala 5c. Dispneu saat aktivitas tidak ada . Skala 4d.
Tidak terdapat kelemahan. Skala 4e. Sianosis tidak ada. Skala 4f.
Saturasi oksigen dalam batas normal. Skala 4g. TTV dalam rentang
normal. Skala 43. Dx III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
NOC : Kontrol Nutrisia. Nafsu makan pasien meningkat . Skala
4
b. Asupan nutrisi pasien terpenuhi . Skala 4
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi . Skala 54. Dx IV : Resiko
infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurunNOC : Risk
Controla. Tidak terjadi infeksi . Skala 4b. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi . Skala 5c. Tidak tampak tanda infeksi. Skala 4d.
Menunjukkan perilaku hidup sehat skala 5E. KESIMPULANTuberkulosis
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh mikobakterium
tuberkulosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron. Biasanya ditandai
dengan demam, tidak ada nafsu makan (anoreksia), penurunan berat
badan, nyeri dada (jika infiltrasi sudah ke pleura), sesak napas,
jika infiltrasi sudah setengah bagian paru. Penyakit TBC biasanya
menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa,
yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi yaitu penyakit paru
primer pogresif, efusi pleura, perikarditis, meningitis,
tuberkulosis tulang.DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Penerbit buku Kedokteran EGC.Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Penyakit
Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.Mansjoer, Arif., et all.2005.
Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta : Media
Acculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.Santosa,
Budi. 2005. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA Definisi dan
klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith, et all. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
edisi 9. Jakarta : EGC.
Kuman di batukkan atau dibersinkan
Berkembang dalam sitoplasma makrofag
Droplet nuklei
Membentuk sarang primer
Menempel pada jalan napas (paru-paru)
Peradangan getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening
limfangitis
Limfangitis lokal regional
Sembuh tanpa cacat
Kompleks primer
Hematogen
Limfogen
Bronkogen
Perkontinuitatum
Sembuh dengan kalsifikasi
Komplikasi menyebar