Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi bersifat menahun yang disebabkan kuman microbacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Saat ini, menurut WHO terdapat 10 – 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadaan tersesebut 75 % terdapat di Negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi rendah seperti Indonesia. Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menyebutkan bahwa penyakit TBC di Indoensia adalah penyebab kematian terbesar ke –3 sesudah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, bahkan kasus TBC di indonesia menduduki peringkat ke – 3 terbesar didunia sesudah Cina dan India. (Dye, 1999). Tingginya angka penderita TBC di Indonesia salah satunya disebabkan karena penderita TBC tidak menyelesaikan program pengobatan dengan baik serta lalai dalam mengikuti pengobatan yang telah ditentukan sehingga menyebabkan terjadinya resistensi kuman tuberkulosis terhadap obat yang diberikan .(Azhar, 1996). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan jumlah penderita tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkannya Gerakan Terpadu Nasional (Gardunas TB) oleh 1
34

Askep-Tb-Paru I

Oct 29, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep-Tb-Paru I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi bersifat menahun yang disebabkan

kuman microbacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.

Saat ini, menurut WHO terdapat 10 – 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai

kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan

keadaan tersesebut 75 % terdapat di Negara yang sedang berkembang dengan sosial

ekonomi rendah seperti Indonesia. Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1995, menyebutkan bahwa penyakit TBC di Indoensia adalah penyebab kematian

terbesar ke –3 sesudah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, bahkan

kasus TBC di indonesia menduduki peringkat ke – 3 terbesar didunia sesudah Cina dan

India.(Dye, 1999).

Tingginya angka penderita TBC di Indonesia salah satunya disebabkan karena

penderita TBC tidak menyelesaikan program pengobatan dengan baik serta lalai dalam

mengikuti pengobatan yang telah ditentukan sehingga menyebabkan terjadinya resistensi

kuman tuberkulosis terhadap obat yang diberikan .(Azhar, 1996).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan jumlah penderita

tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkannya Gerakan Terpadu Nasional (Gardunas

TB) oleh Menkes RI pada tanggal 24 Maret 1999, penanggulangan TBC diangkat menjadi

suatu gerakan yang bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta tetapi juga

masyarakat pada umumnya. Salah satu kegiatan dalam Gardunas TB adalah pelaksanaan

Strategi DOTS (Directly Observed Treatmant Shortcourse) dengan tujuan untuk

menjamin dan mencegah resistensi, keteraturan pengobatan dan mencegah drop out

penderita TBC dengan cara melakukan pengawasan dan pengendalian pengobatan

penderita tuberkulosis. Walaupun pelaksanaan strategi DOTS sudah dilaksanakan tetapi

sampai ini penderita tuberkulosis di Indonesia masih tinggi. Oleh karena itu perlu

dilakukan suatu modifikasi strategi untuk meningkatkan keteraturan berobat penderita

TBC. Peran perawat dalam hal ini juga sangat diharapkan, karena perawat mempunyai

peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, fasilitator, pendidik kesehatan, dan penyuluh

kesehatan.

1

Page 2: Askep-Tb-Paru I

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari TB Paru ?

2. Apa saja penyebab dari penyakit TB Paru ?

3. Apa saja gejala yang timbul dari penyakit TB Paru ?

4. Bagaimana cara mengobati penyakit TB Paru ?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit TB Paru dan Hemoptoe ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari TB Paru.

2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit TB Paru.

3. Untuk mengetahui gejala yang timbul dari penyakit TB Paru.

4. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit TB Paru.

5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit TB Paru dan

Hemoptoe.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengalaman untuk melakukan asuhan keperawatan

pada penyakit lain serta menjadi bekal bagi mahasiswa dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada masyarakat nantinya.

1.4.2 Bagi Tenaga Medis

Sebagai masukan dan informasi guna menindaklanjuti hasil dari asuhan

keperawatan sehingga dapat dibuat perencanaan untuk meningkatkan upaya

pencegahan dan pengobatan pada penyakit TB Paru.

2

Page 3: Askep-Tb-Paru I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru

melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus

primer dari ghon. ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73 )

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit infeksius, yang terutama menyerang

parenkim paru. ( Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Hal 584 )

Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru- paru yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.

2.2 Ethiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis.

Lingkungan yang tidak bersih

Perokok

2.3 Manifestasi Klinik

Gejala dan tanda bermacam-macam atau tanpa keluhan samasekali

1. Demam

Subfebris, kadang mencapai 40 ? C-41 ? C. Serangan demam hilang-timbul seperti

demam influenza.

2. Batuk, kadang batuk darah ( hemoptoe )

Terjadi karena iritasi bronkus. Batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) setelah

terjadi peradangan menjadi batuk produktif (ada sputum) lebih lanjut menjadi batuk

darah karena ada pembuluh yang pecah.

3. Sesak nafas

Pada serangan awal belum dirasa sesak nafas, sesak nafas terjadi pada serangan lebih

lanjut dimana infiltrasi sudah setengah bagian paru.

3

Page 4: Askep-Tb-Paru I

4. Nyeri dada

Hal ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila radang sudah sampai ke pleura.

5. Malaise

Sering ditemukan berupa anorexia, berat badan turun, sakit kepala, nyeri otot dan

keringat malam.

4

Page 5: Askep-Tb-Paru I

2.4 WOC

Ludah batuk penderita TB

Mycrobacterium tubercolusis kering terbawa angin

Terhirup masuk saluran napas

Menyerang lewat paru

Infeksi paru

Muncul jaringan parut paru

Kerusakan paru

B1 B2

produksi sekret proses pertukaran produksi leukosit jantung O2 laju endap darah hipoksia suplai O2 ke jantung jaringan proses pembekuan darah

sesak napas resiko pendarahan

hemoptoe

volume darah

Hb ikatan Hb-O2

5

ketidakefektifan bersihan jalan napas

resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas

nyeri dada

Page 6: Askep-Tb-Paru I

Kerusakan paru

B3 B4 B5 B6

hipofise infeksi menyebar racun masuk TB tulang ke ginjal lambunggangguan termo deformitas regulasi suhu gagal ginjal akut asam lambung tubuh mobilitas ekskresi urin nausea demam volume cairan nafsu makanoutput cairan tubuh nutrisidehidrasi berat badan

6

defisit volume cairan

ketidakseimba-ngan cairan dan elektrolit

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

peningkatan resiko cidera

Page 7: Askep-Tb-Paru I

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Sputum

Untuk mencari bakteri tahan asam (BTA) dengan pencarian Zeihl Nielsen atau

Tan Tiam Hole untuk memastikan diagnose TB paru, juga untuk identifikasi

sumber penularan, karena sputum yang ditemukan BTA merupakan sumber

penularan. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun kurang sensitif karena 30-70%

penderita TB yang dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan BTA. Dilakukan

pemeriksaan 3 kali berturut-turut selama 3 hari/1 minggu. Sputum pemeriksaan

sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

b. Darah

LED (jumlah darah) biasanya meningkat pada proses aktif. Pada LED normal

tidak dapat mengesampingkan proses yang aktif, leukosit bisa normal atau

meningkat. Hb pada penyakit yang kronis dan berat disertai anemia normastik

defisiensi zat besi.

c. Uji Tuberkulin

Biasanya secara Mantoux menyuntikkan IC (intrakutan) (0,1 ml) larutan Old

Tuberculin dalam pengenceran 1:1000 atau 0,1 ml purifecd delvalif (SIW PPD).

Pembacaan dikerjakan 48-72 jam kemudian dengan cara mengukur indurasi yang

timbul. Pengujuran dikerjakan dalam millimeter. Dikatakan positif bila dalam

millimeter menunjukkan melebihi 10 mm dan indurasi 6 mm, bila kurang

dikatakan hasilnya negatif.

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan foto thorax postro interior (PA) merupakan pemeriksaan radiologi

standar.

2.6 Penatalaksanaan

1. Obat Anti Tuberkulin (OAT)

Kemampuan bacteriocidal

Kemampuan membunuh sejumlah kuman aktif dengan cepat.

Kemampuan mencegah timbulnya kuman resisten terhadap obat.

2. Panduan obat OAT

Panduan pengobatan standar jangka pendek minimal selama 6 bulan:7

Page 8: Askep-Tb-Paru I

2 bulan H.R.Z/4 bulan H.R

Keterangan : H: Isoniasid (INH), R: Rifampisin, Z: Pirazinamid, E: Ethambutol, S:

Streptomicyn, T: Thioazetazon.

Panduan standar jangka pendek

Dep. Kes. RI paket A

Berisi kategori : 2 HRZE / 4 H3R3

Selama 2 bulan awal diberikan paduan HRZE tiap hari, selama 4 bulan berikutnya

diberikan paduan H dan R 3 kali seminggu

3. Variasi lain paduan obat jangka pendek :

2 HRZ / 4 , artinya :

2 bulan H, R dan Z tiap hari

4 bulan : INH seminggu 3 kali

: Rifampicin seminggu 3 kali

Pada daerah resisten tinggi

Variasi x 2 EHRZ / 4HR

x 2 SHRZ / 4HR

4. Paduan jangka lebih lama

2 SHRZ / 6 HT

2 SHRZ /

2 SHR / 7 HR

2 EHR / 7 HR

9 HR

Bila terjadi relaps sesudah pengobatan jangka pendek, diberikan lagi panduan tersebut

selama jangka waktu 9 bulan dengan pengawasan ketat. Bila terjadi kegagalan

pengobatan, paduan obat diganti, bila perlu dengan test kepekaan.

2.7 Komplikasi

1. Hemoptoe

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial

3. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.

4. Pneumotoraks spontan

8

Page 9: Askep-Tb-Paru I

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan

sebagainya.

6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

2.8 Asuhan Keperawatan Teori

2.8.1 Pengkajian

a. Pengumpulan data

1). Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan,

tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa medis.

2). Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit

yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada,

keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat

mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

3). Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita

yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA

efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

4). Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang

menderita penyakit tersebut sehingga diteruskan penularannya.

5). Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan

sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan

pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain.

b. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –

desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal

dirumah yang sumpek.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu

makan menurun.9

Page 10: Askep-Tb-Paru I

a. Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam

miksi maupun defekasi.

b. Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan

menganggu aktivitas.

c. Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB

paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan

istirahat.

d. Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena

penyakit menular.

e. Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

pendengaran) tidak ada gangguan.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi

dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.

g. Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan

berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

h. Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan

penolakan terhadap pengobatan.

i. Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan

terganggunya aktifitas ibadah klien.

c. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan sistem – sistem tubuh

a). Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :

Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, 10

Page 11: Askep-Tb-Paru I

pergerakan napas yang tertinggal, suara napas

melemah.

Palpasi : Fremitus suara meningkat.

Perkusi : Suara ketok redup.

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,

kasar dan yang nyaring

b).Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi paru-paru yang mengeras.

c). Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

d).Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.

e). Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun

f). Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

g).Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan

keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.

h).Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

2.8.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi

sekret yang meningkat.

2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan

dengan sesak napas.

3. Nyeri dada berhubungan dengan hipoksia jantung.

4. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan output

cairan.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

6. Peningkatan resiko cidera berhubungan dengan penurunan

mobilitas.11

Page 12: Askep-Tb-Paru I

2.8.3 Intervensi

No DiagnosaTujuan dan

Kriteria HasilIntervensi Rasional

1 Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat

T : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas efektif

KH : sekret dapat keluar tanpa bantuan, sesak hilang, batuk berkurang

- Observasi fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, trauma dan penggunaan otot aksesori)

- Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret, catat tentang warna, jumlah dan sekret yang mengandung darah

- Berikan posisi semi fowler

- Anjurkan memasukkan cairan sedikitnya ±2500 ml/hari, kecuali ada kontra indikasi

- Kolaborasi sesuai kebutuhan pasien

- Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, menunjukkan akumulasi secret

- Pengeluaran sakit jika sekret kental/tebal, sputum berdarah kental/cerah karena kerusakan (kovulasi) paru atau luka bronchial

- Membantu memaksimalkan ekspansi paru dan penurunan upaya pernafasan

- Membantu mencairkan sekret sehingga memudahkan untuk dikeluarkan

- Mukolitik : mengukur kekentalan

- Brokodilator : peleberan bronkus/fasodilatasi

- Kortikosteroid : mengatasi respon inflamasi yang

12

Page 13: Askep-Tb-Paru I

- Berikan terapi inhalansi atau minuman hangat.

dapat mengancam hidup pasien

- Membantu melembabkan secret agar mudah dikeluarkan

2 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas

T : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam sesak napas dapat berkurang atau hilang.KH : pasien tidak mengeluh sesak napas lagi.

- Observasi dispnea, takipnea, menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan.

- Tingkatkan tirah baring dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.

- Kolaborasi dengan menberikan oksigen tambahan yg sesuai.

- TB paru menyebabkan efek luas pada paru, dari dispnea ringan sampai berat

- Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.

- Alat dalam memperbaiki hipoksemia.

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

T : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu untuk merubah pola hidup untuk meningkatkan status gizinya.KH : BB tidak mengalami penurunan, porsi makan habis.

- Catat status nutrisi pasien, berat badan, mual/muntah, kemampuan menelan

- Pastikan pola diet pasien yang disukai dan yang tidak disukai

- Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat

- Untuk mengetahui perkembangan status gizi pasien

- Dapat membantu memenuhi keinginan pasien dalam pemenuhan nutrisi

- Memaksimalkan masukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh

13

Page 14: Askep-Tb-Paru I

KASUS SEMU

Pada tanggal 1 April 2010 datang seorang laki-laki ( Tn. D ) berusia 54 tahun dengan

keluhan batuk darah. Anamnesa riwayat penyakit sekarang didapatkan Pasien telah

mengalami batuk darah 1 hari sebelum masuk rumah sakit (MRS), dengan frekuensi

<3x/hari, jumlahnya sekitar 1 sendok makan, beserta dahak, berbusa dan berwarna merah

kehitaman bercampur dengan dahak. Pasien juga mengalami rasa sesak saat bernafas dan

nyeri pada daerah dada sejak 2 minggu yang lalu, rasa sesak berkurang jika dahak

dibatukkan. Pasien juga merasakan sering demam sejak 2 minggu yang lalu, dan lebih

sering terjadi pada malam hari tapi pasien tidak melakukan pengobatan. Pasien juga

menyadari adanya penurunan berat badan yang semula 62 kg menjadi 45 kg pada tahun

2008, dan menjadi 38 kg pada tahun 2009.

Anamnesa riwayat penyakit dahulu pasien didiagnosa menderita diabetes melitus pada

tahun 2007 saat periksa di puskesmas, setelah obat dari puskesmas habis pasien tidak

pernah kontrol untuk berobat lagi. Pasien juga tidak pernah menderita sakit paru-paru

sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga didapatkan riwayat kerabat terdekat dengan

penyakit kencing manis, namun tidak ada kerabat maupun tetangga terdekat yang

mempunyai riwayat batuk-batuk lama ataupun penyakit paru-paru. Riwayat kebiasaan

menghisap tembakau selama 34 tahun dengan 1 bungkus/1 hari. Namun telah berhenti

selama 3 bulan terakhir. Olahraga bulutangkis 2 kali seminggu, dahulu dilakukan rutin

14

Page 15: Askep-Tb-Paru I

namun sekarang tidak. Pasien tinggal di daerah Surabaya yang udaranya panas dan

penduduknya sangat padat serta keadaan lingkungan yang sanitasi kesehatannya kurang

menunjang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah

130/70 mmHg, nadi 86 kali/menit, suhu 36,5 0C, pernafasan 20 kali/menit, berat badan 38

kg, tinggi badan 172 cm, status gizi termasuk BB kurang dengan Body Mass Index 12,84

kg/m2. status lokalis kepala, leher, thorax, abdomen, dan ekstrimitas dalam batas normal.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Nama : Tn. D

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMP

Alamat : Jln. Soetomo 14 Surabaya

Tgl. MRS : 1 April 2010

Diagnosa : TB Paru dan Hemoptoe

2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh batuk darah dan sesak napas, saat batuk daerah dada terasa

nyeri.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

15

Page 16: Askep-Tb-Paru I

Pasien menderita diabetes melitus sejak 3 tahun yang lalu, pernah berobat ke

puskesmas dan diberi obat. Tetapi setelah obat habis pasien tidak pernah kontrol lagi.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk darah 1 hari sebelum MRS ( tgl. 31 Maret 2010), dengan frekuensi

<3x/hari, jumlahnya sekitar 1 sendok makan, beserta dahak, berbusa dan berwarna

merah kehitaman bercampur dengan dahak. Pasien juga mengalami rasa sesak saat

bernafas dan nyeri pada daerah dada sejak 2 minggu yang lalu, rasa sesak berkurang

jika dahak dibatukkan. Pasien juga merasakan sering demam sejak 2 minggu yang

lalu, dan lebih sering terjadi pada malam hari.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Kerabat terdekat ada yang mempunyai penyakit kencing manis, namun tidak ada

istri, anak, kerabat maupun tetangga terdekat yang mempunyai riwayat batuk-batuk

lama ataupun penyakit paru-paru.

6. Riwayat Psikososial

Pasien tinggal di daerah Surabaya yang udaranya panas dan penduduknya sangat

padat serta keadaan lingkungan yang sanitasi kesehatannya kurang menunjang. Status

ekonominya menengah ke bawah.

7. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum

Klien dalam keadaan lemah, klien tidur dalam posisi semi fowler.

- Tanda-Tanda Vital

Suhu 36,5oC pada axilla, nadi 86 x/menit, tidak teratur, tensi : 130/70 mmHg. Lengan

kanan, RR = 20 x/menit, dengan memakai pernapasan perut dan bantuan otot

pernapasan sternokleidomastoid.

- Body System

1. Pernapasan (B1)

Hidung terpasang kanula oksigen 2l/menit

Trachea tidak ada kelainan

Terdapat retraksi dada, batuk darah sedikit-sedikit, napas dangkal.

Suara tambahan terdengar bunyi ronchi.

Bentuk dada simestris.

2. CardioVaskuler (B2)

16

Page 17: Askep-Tb-Paru I

Dada terasa neyri bila untuk membatukan dahak., palpitasi tidak ada, clubbing

finger tidak ada.

Suara jantung : S1 S2 tunggal.

Edema : tidak ada.

3. Persyarafan (B3)

Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6

Wajah : pucat

Mata : sklera putih, conjungtiva : pucat, pupil : isokor.

Leher : tak ada kelaianan.

Reflek batuk ada, tapi tidak keras.

Persepsi sensoris :

Pendengaran : normal /dbn.

Penciuman : normal /dbn.

Pengecapan : normal /dbn.

Penglihatan : normal /dbn.

Perabaan : normal /dbn.

4. Perkemihan (B4)

Produksi urine : ± 1500 ml. Tak tentu.

Warna : kuning kecoklatan, bau : Khas.

Tidak ada masalah

5. Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5)

Mulut dan tenggorokan : mulut keadaan lembab dan berbau, tenggorokan sakit

saat menelan/nyeri telan.

Abdomen : tak ada kelainan.

Rektum tak ada kelainan, BAB 1x/ hari,

Diet TKTP, Bubur, tiap makan tidak dihabiskan.

6. Tulang - Otot – Integumen (B6)

Kemampuan pergerakan terbatas.

Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan

Tulang belakang tidak ada kelainan.

Kulit : kuning kecoklatan

Akral dingin basah.

Turgor cukup.

- Pemeriksaan Penunjang17

Page 18: Askep-Tb-Paru I

a. Photo thoraks terakhir :

- Infiltrat pada kedua apex paru ka-ki

- Fenting diafragma ka-ki

- Kalsifikasi pada parenkhim paru ka-ki

- Terapi

Injeksi Transamin 3 x 1 amp.

Ampicillin 4 x 1 gr.

Codein 3 x 1

3.2 Analisa Data

NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

1

2

S : Klien mengatakan baru saja batuk darah ± 1/3 gelas besar bercampur secret yg kental.O : Klien kedaaan posisi semi fowler, di mulut masih ada bekas darah, klien tampak batuk sambil mengeluarkan darah bercampur sekret yg kental.

S : Klien mengatakan napasnya sesak lagi.O : Klien tampak napasnya cepat dengan memakai pernapasan perut (RR = 30 x/menit), Tampak ada bantuan otot pernapasan sternokleidomastoid, Terpasang oksiegen 2 l/menit, Posisi klien semi fowler.

Kerusakan paru

Produksi sekret meningkat

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Kerusakan paru

Proses pertukaran O2 menurun

Suplai O2 ke jaringan berkurang

Sesak

Gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Resiko terhadap gangguan pertukaran gas

18

Page 19: Askep-Tb-Paru I

3 S : klien mengatakan perut mual dan tidak nafsu makanO : klien hanya makan setengah porsi, klien tampak lemah, kurus dan pucat.

Kerusakan paru

Toksin masuk lambung

Asam lambung meningkat

Nausea

Nafsu makan menurun

Nutrisi menurun

Berat badan turun

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

produksi sekret yang meningkat

2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan

dengan sesak napas

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

3.4 Intervensi

No DiagnosaTujuan dan

Kriteria HasilIntervensi Rasional

1 Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat

T : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas efektif

KH : sekret dapat keluar tanpa bantuan, sesak hilang, batuk berkurang

- Observasi fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, trauma dan penggunaan otot aksesori)

- Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret, catat tentang warna, jumlah dan sekret yang mengandung

- Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, menunjukkan akumulasi secret

- Pengeluaran sakit jika sekret kental/tebal, sputum berdarah kental/cerah

19

Page 20: Askep-Tb-Paru I

darah

- Berikan posisi semi fowler

- Anjurkan memasukkan cairan sedikitnya ±2500 ml/hari

- Kolaborasi sesuai kebutuhan pasien

- Berikan terapi inhalansi atau minuman hangat.

karena kerusakan (kovulasi) paru atau luka bronchial

- Membantu memaksimalkan ekspansi paru dan penurunan upaya pernafasan

- Membantu mencairkan sekret sehingga memudahkan untuk dikeluarkan

- Mukolitik : mengukur kekentalan

- Brokodilator : peleberan bronkus/fasodilatasi

- Kortikosteroid : mengatasi respon inflamasi yang dapat mengancam hidup pasien

- Membantu melembabkan secret agar mudah dikeluarkan

2 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas

T : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam sesak napas dapat berkurang atau hilang.KH : pasien tidak mengeluh sesak napas lagi, RR normal (16-20/mnt), pasien tidak memakai oksigen tambahan

- Observasi dispnea, takipnea, menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan.

- Tingkatkan tirah baring dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.

- Kolaborasi dengan

- TB paru menyebabkan efek luas pada paru, dari dispnea ringan sampai berat

- Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.

- Alat dalam memperbaiki hipoksemia.

20

Page 21: Askep-Tb-Paru I

memberikan oksigen tambahan yg sesuai.

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

T : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu untuk merubah pola hidup untuk meningkatkan status gizinya.KH : BB tidak mengalami penurunan, porsi makan habis.

- Catat status nutrisi pasien, berat badan, mual/muntah, kemampuan menelan

- Pastikan pola diet pasien yang disukai dan yang tidak disukai

- Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat

- Untuk mengetahui perkembangan status gizi pasien

- Dapat membantu memenuhi keinginan pasien dalam pemenuhan nutrisi

- Memaksimalkan masukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh

3.5 Implementasi

No Diagnosa Implementasi

1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat

- Mengobservasi fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, trauma dan penggunaan otot aksesori)

- Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret, mencatat tentang warna, jumlah dan sekret yang mengandung darah

- Memberikan posisi semi fowler- Kolaborasi pemberian O2 2 l/mnt- Kolaborasi dengan tim medis- Memberikan terapi inhalansi- Memberikan minuman hangat.

2 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan

- Mengobservasi dispnea, takipnea, menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan.

21

Page 22: Askep-Tb-Paru I

dengan sesak napas - Meningkatkan tirah baring dan membantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.

- Kolaborasi dengan menberikan oksigen tambahan yg sesuai ( 2 l/mnt)

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

- Mencatat status nutrisi pasien, berat badan, mual/muntah, kemampuan menelan

- Memastikan pola diet pasien yang disukai dan yang tidak disukai

- Mendorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat

3.6 Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi

1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat

S : Kien mengatakan sudah tidak batuk darah lagiO : Klien tampak masih batuk tapi tidak keras dan tidak ada darahnya, hanya sekret, posisi semi fowler.A : Masalah teratasi sebagianP : Dilanjutkan no. 2, 3,6,7

2 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas

S : Klien mengatakan sudah tidak sesak lagiO : Napas klien sudah normal, RR : 20x/mntA : Masalah teratasiP : Intervensi dihentikan, kecuali no 3

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

S : Klien mengatakan masih mual dan tidak napsu makanO : Makan hanya setengah porsi, badan tampak lemasA : Masalah belum teratasiP : Ulangi intervensi

KESIMPULAN

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru

melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus

primer dari ghon.

22

Page 23: Askep-Tb-Paru I

Penyakit tuberkolusis paru ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal sebagai Bakteri

Tahan Asam (BTA). Selain itu, lingkungan rumah yang tidak bersih dan sanitasi untuk

pertukaran udara yang tidak memadai juga dapat menimbulkan penyakit ini, apalagi bagi

seorang perokok. Gejala utama dari penyakit adalah batuk lebih dari 2 minggu dengan atau

tanpa sputum, malaise, demam derajat rendah (subfebris), keluar keringat dingin pada

malam hari, dan bahkan sampai batuk darah.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan TB paru ini diantara

lain adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan denganproduksi secret yang

meningkat, resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak

napas, nyeri dada berhubungan dengan hipoksia jantung, dan perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

DAFTAR PUSTAKA

Doengus, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC

Soeparman, Sarwono Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:FKUI

Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol I. Jakarta:EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media Aesculapius

Danang Setiyono. TB Paru. http://masdanang.co.cc/?p=34. 3 Februari 2010. 13:05 WIB

23

Page 24: Askep-Tb-Paru I

Endonesian Nurse. Asuhan Keperawatan Klien Tubercolusis (TBC).

http://ndonesiannursing.com/2008/05/19/asuhan-keperawatan-klien-tubercolusis-tbc/.

3 Februari 2010. 13:20 WIB.

Riey Wijaya. TB Paru. http://rieywatvha.blogspot.com/2009/03/tb-paru.html. 3 Februari

2010.14.00 WIB

Hilda amalia http://id.scribd.com/doc/111092012/Askep-Tb-Paru

24