Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
60

ASKEP CA PARU(2)

Jun 29, 2015

Download

Documents

Agapito Suseno
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASKEP CA PARU(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan

wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru

yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat

1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker

paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di

inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker

terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki

urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita

yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di

rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai

pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar

prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden

puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.

Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker

Paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka

insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.

B. TUJUAN PENULISAN.

Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium,

pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan

keperawatan pada klien dengan kanker paru.

Page 2: ASKEP CA PARU(2)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS.

A. PENGERTIAN.

Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi,

1995).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi

dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

B. ETIOLOGI.

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada

beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker

paru :

1. Merokok.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik

yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang

sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini

mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.

Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan

kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10

tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok

yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2. Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di

Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal

akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk

radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

Page 3: ASKEP CA PARU(2)

3. Kanker paru akibat kerja.

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil

nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite

(paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan

dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4. Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih

tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui

adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker

paru, yakni :

a. Proton oncogen.

b. Tumor suppressor gene.

c. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis.

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor

dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan

cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan

pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti

apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death).

Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel

paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom.

Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan

terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

Page 4: ASKEP CA PARU(2)

Predisposisi Gen supresor tumor

Inisitor

Delesi/ insersi

Promotor

Tumor/ autonomi

Progresor

Ekspansi/ metastasis

6. Diet.

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin

A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.

(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

C. KLASIFIKASI.

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :

1. Karsinoma Bronkogenik.

a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).

Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk

metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas

mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol

kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa

centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus,

dinding dada dan mediastinum.

b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini

timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.

Page 5: ASKEP CA PARU(2)

Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma

sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian

pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.

c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus

dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru –

paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh

darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan

gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.

d. Karsinoma sel besar.

Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk

dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel

ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat

dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.

e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.

f. Lain – lain.

1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).

2). Tumor kelenjar bronchial.

3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.

4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma

5). Sarkoma

6). Tak terklasifikasi.

7). Mesotelioma.

8). Melanoma.

(Price, Patofisiologi, 1995).

Page 6: ASKEP CA PARU(2)

D. MANIFESTASI KLINIS.

1. Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

bronkus.

2. Gejala umum.

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai

sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai

titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon

terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang

mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

E. STADIUM.

Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint

Committee on Cancer.

Gambarn TNM DefenisiTumor primer (T)T0Tx

TIST1

T2

T3

Tidak terbukti adanya tumor primerKanker yang tersembunyi terlihat pada

sitologi bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi

Karsinoma in situTumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi

paru – paru atau pleura viseralis yang normal.

Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.

Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai jantung,

Page 7: ASKEP CA PARU(2)

T4

Kelenjar limfe regional (N)N0

N1

N2

N3

Metastasis jauh (M)M0M1

Kelompok stadiumKarsinoma tersembunyi TxN0M0

Stadium 0 TISN0M0Stadium I T1N0M0 T2N0M0

Stadium II T1N1M0 T2N1M0

Stadium IIIa T3N0M0 T3N0M0

Stadium IIIb Setiap T N3M0 T4 setiap NM0

pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.

Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.

Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.

Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.

Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina.

Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Tidak diketahui adanya metastasis jauhMetastasis jauh terdapat pada tempat

tertentu (seperti otak).

Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis.

Karsinoma in situ.Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2

tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh.

Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.

Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.

Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis kelenjar

Page 8: ASKEP CA PARU(2)

Stadium IV Setiap T, setiap N,M1limfe regional; tidak ada metastasis jauh.

Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

Page 9: ASKEP CA PARU(2)

F. PATOFISIOLOGI.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan

cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan

adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan

displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan

displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi

langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.

Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi

di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,

dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya

metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –

struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang

rangka.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.

1. Radiologi.

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi

dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya

kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat

menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi

tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

Page 10: ASKEP CA PARU(2)

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan

ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker

paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi

(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran

< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara

torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang

terlibat.

e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam

prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan

pleura.

b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

H. PENATALAKSANAAN.

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

Page 11: ASKEP CA PARU(2)

a. Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup

klien.

b. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun

keluarga.

d. Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,

tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

1. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,

untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan

sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

1. Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks

khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

2. Pneumonektomi pengangkatan paru).

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa

diangkat.

3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb

atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

4. Resesi segmental.

Page 12: ASKEP CA PARU(2)

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

5. Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit

peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru

– paru berbentuk baji (potongan es).

6. Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

2. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif

dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,

seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/

bronkus.

3. Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,

untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas

serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU.

1. PENGKAJIAN.

a. Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).

1). Aktivitas/ istirahat.

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,

dispnea karena aktivitas.

Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

2). Sirkulasi.

Gejala : JVD (obstruksi vana kava).

Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).

Page 13: ASKEP CA PARU(2)

Takikardi/ disritmia.

Jari tabuh.

3). Integritas ego.

Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan

Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.

Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.

4). Eliminasi.

Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan

hormonal, tumor epidermoid)

5). Makanan/ cairan.

Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan

makanan.

Kesulitan menelan

Haus/ peningkatan masukan cairan.

Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)

Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava),

edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor

epidermoid).

6). Nyeri/ kenyamanan.

Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu

pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh

perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau

adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.

Page 14: ASKEP CA PARU(2)

7). Pernafasan.

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau

produksi sputum.

Nafas pendek

Pekerja yang terpajan polutan, debu industri

Serak, paralysis pita suara.

Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja

Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)

Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran

udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area

yang mengalami lesi).

Hemoptisis.

8). Keamanan.

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

9). Seksualitas.

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel

besar)

Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma

sel kecil)

10). Penyuluhan.

Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis

Kegagalan untuk membaik.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

- Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit

pasien.

Page 15: ASKEP CA PARU(2)

- Frekuensi dan irama jantung.

- Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit

serum, Hb dan Ht).

- Pemantauan tekanan vena sentral.

- Status nutrisi.

- Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas

di sisi yang di operasi.

- Kondisi dan karakteristik water seal drainase.

1). Aktivitas atau istirahat.

Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.

2). Sirkulasi.

Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.

3). Eliminasi.

Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB

Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine

Bisng usus, samara atau jelas.

4). Makanan dan cairan.

Gejala : Mual atau muntah

5). Neurosensori.

Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.

6). Nyeri dan ketidaknyamanan.

Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri

Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi

Atau efek – efek anastesi.

Page 16: ASKEP CA PARU(2)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA

KEPERAWATAN.

a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi,

2000, dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1). Kerusakan pertukaran gas

Dapat dihubungkan :

Hipoventilasi.

Kriteria hasil :

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan

GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/

situasi.

Intervensi :

a) Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan

frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.

Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya

tahanan jalan nafas.

b) Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya

bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.

Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada

area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area

jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane

alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau

penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta

tumor.

c) Kaji adanmya sianosis

Page 17: ASKEP CA PARU(2)

Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.

Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun

telinga adalah paling indikatif.

d) Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi

Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.

e) Awasi atau gambarkan seri GDA.

Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan

sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan

perubahan terapi.

2). Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Dapat dihubungkan :

- Kehilangan fungsi silia jalan nafas

- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.

- Meningkatnya tahanan jalan nafas

Kriteria hasil :

- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih

- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn

jalan nafas.

Intervensi :

a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas.

Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran

nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.

b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.

Page 18: ASKEP CA PARU(2)

Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan

dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.

c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif),

juga produksi dan karakteristik sputum.

Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada

penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin

banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.

d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas

sesuai kebutuhan.

Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila

jalan nafas pasein dipengaruhi.

e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll.

Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi,

hipertensi, tremor, insomnia.

Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,

menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan

memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/

pilihan obat.

3). Ketakutan/Anxietas.

Dapat dihubungkan :

- Krisis situasi

- Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.

- Faktor psikologis.

Kriteria hasil :

- Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk

mengatasinya.

- Mengakui dan mendiskusikan takut.

Page 19: ASKEP CA PARU(2)

- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat

diatangani.

- Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.

Intervensi :

a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.

Rasional : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau

meningkatkan ansietas.

b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.

Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan

penghematan energi.

c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan

imajinasi.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani

ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.

d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.

Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan

mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.

e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.

Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap

identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan

kemampuan diri untuk mengatasi.

4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.

Dapat dihubungkan :

- Kurang informasi.

- Kesalahan interpretasi informasi.

- Kurang mengingat.

Kriteria hasil :

Page 20: ASKEP CA PARU(2)

- Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.

- Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.

- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang

memerlukan perhatian medik.

- Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.

Intervensi :

a) Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak

informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.

Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat

menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk

penerimaan informasi/ tugas baru.

b) Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat

Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman

memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program

pengobatan.

c) Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan

makanan kalori tinggi.

Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya

mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga

memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.

d) Berikan pedoman untuk aktivitas.

Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan

mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan

regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen

berlebihan.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1). Kerusakan pertukaran gas.

Dapat dihubungkan :

Page 21: ASKEP CA PARU(2)

- Pengangkatan jaringan paru

- Gangguan suplai oksigen

- Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).

Kriteria hasil :

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal.

- Bebas gejala distress pernafasan.

Intervensi :

a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi

penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran

mukosa.

Rasional : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai

mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.

b) Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak normal.

Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang

dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun, pasien

lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang

masih ada.

c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi,

penghisapan, dan penggunaan alat

Rasional : Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi,

menggangu pertukaran gas.

d) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga

telentang sampai posisi miring.

Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.

e) Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan

tepat.

Page 22: ASKEP CA PARU(2)

Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan

menurunkan/ mencegah atelektasis.

2). Bersihan jalan nafas tidak efektif

Dapat dihubungkan :

- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret

- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.

- Kelemahan/ kelelahan.

Kriteria hasil :

Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah

dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.

Intervensi :

a) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret.

Rasional : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan

tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.

b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan

batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.

Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal

dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan

membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.

c) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.

Rasional : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya

normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.

d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam

toleransi jantung.

Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/

peningkatan pengeluaran.

Page 23: ASKEP CA PARU(2)

e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetik

sesuai indikasi.

Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki

aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.

3). Nyeri (akut).

Dapat dihubungkan :

- Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.

- Adanya selang dada.

- Invasi kanker ke pleura, dinding dada

Kriteria hasil :

- Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.

- Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.

Intervensi :

a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat

rentang intensitas pada skala 0 – 10.

Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.

Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat

nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic,

meningkatkan control nyeri.

b) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.

Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat

memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan

intervensi.

c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.

Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari

pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan

kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan

mengatasinya.

Page 24: ASKEP CA PARU(2)

d) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.

Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan

menurunkan ambang persepsi nyeri.

e) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan

teknik relaksasi

Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

4). Anxietas.

Dapat dihubungkan:

- Krisis situasi

- Ancaman/ perubahan status kesehatan

- Adanya ancman kematian.

Kriteria hasil :

- Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah

- Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan

wajah tampak rileks/ istirahat

- Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.

Intervensi :

a) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat

tentang diagnosa.

Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi

informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola

hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan

perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk

memilih intervensi yang tepat.

b) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong

mengekspresikan perasaan

Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau

menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.

c) Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.

Page 25: ASKEP CA PARU(2)

Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi

kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan

emebuka cara penyelesaiannya.

d) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan

jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai

pemahaman yang sama.

Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan

persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi..

e) Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan

perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.

Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan

kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam

menerima pengobatan dan diagnosa.

f) Berikan kenyamanan fiik pasien.

Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila

pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.

5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.

Dapat dihubungkan :

- Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber

- Salah interperatasi informasi.

- Kurang mengingat

Kriteria hasil :

- Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program

pengobatan.

- Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan

alas an tindakan tersebut.

- Berpartisipasi dalam proses belajar.

- Melakukan perubahan pola hidup.

Intervensi :

Page 26: ASKEP CA PARU(2)

a) Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil

yang diharapkan.

Rasional : Memberikan informasi khusus individu, membuat

pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah.

Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan

informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk

membuat keputusan berdasarkan informasi.

b) Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur

pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan

informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang

dari penyembuhan.

Rasional : Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe

pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi.

c) Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi

perawatan saat pulang.

Rasional : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan

umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga

memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan pada

waktu yang sedikit stres.

Page 27: ASKEP CA PARU(2)

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tn J usia 45 tahun, alamat Rowosari, Gubug Grobogan, status menikah dan

mempunyai anak 4 orang anak, saat ini sedang dirawat di C3 RSDK. Saat ini keluhan

yang dirasakan adalah sesak nafas. Mempunyai riwayat merokok 10 tahun yang lalu

dimana frekunesinya 15 batang perhari. Saat ini dirawat sudah 17 hari. Pasien merasa

tidak berdaya jika sesak nafasnya bertambah berat. Pasien merasa tidak nyaman dan

sesak nafas bila berbaring. Hasil pemeriksaan laboratorium : Hb 12,6 gr%, Ht 34,7 %,

leukosit 4400 /ml, trombosit 191000/ml, kreatinin 2,40 mg/dl.

Pasien tersebut mendapatkan terapi : infuse RL 12 tts/ menit, Aminophilin 3 x 500 mg

dan injeksi Dexamethasone 3 x 2 ampul.

Diagnosa medis : Ca Paru Dextra.

A. PENGKAJIAN.

Pada kasus di dapatkan data :

Identitas : nama Tn.J, jenis kelamin laki – laki, alamat Rowosari, Gubug grobogan,

Status menikah, Diagnosa medik Ca Paru Dextra.

Page 28: ASKEP CA PARU(2)

Riwayat kesehatan : Mempunyai riwayat merokok 10 tahun yang lalu dimana

frekuensinya 15 batang perhari, Sudah dirawat selama 17 hari; Keluhan : sesak

nafas, tidak nyaman dan sesak nafas bila berbaring.

Laboratorium : Hb 12,6 gr%, Ht 34,7 %, leulosit 4400 /ml, trombosit, 191000 /ml,

kreatinin 2,40 mg/dl

Pengobatan : infuse RL 12 tts/mnt, Aminophillin 3 x 500 mg, dan injeksi

Dexamethason 3 x 2 ampul.

Penatalaksanaan : direncanakan pembedahan dengan Anesthesi General umum.

B. ANALISA DATA.

Dari keluhan yang didapat maka diagnosa yang dapat timbul yaitu :

1. Kerusakan pertukaran gas

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.

1. Kerusakan pertukaran gas

Dapat dihubungkan :

Hipoventilasi.

Kriteria hasil :

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan

GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/

situasi.

Intervensi :

a) Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan

frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.

Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan

jalan nafas.

Page 29: ASKEP CA PARU(2)

b) Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya

bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.

Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area

yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan

sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi

adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan

dengan mukus/ edema serta tumor.

c) Kaji adanmya sianosis

Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.

Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga

adalah paling indikatif.

d) Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi

Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.

e) Awasi atau gambarkan seri GDA.

Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar

evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Dapat dihubungkan :

- Kehilangan fungsi silia jalan nafas

- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.

- Meningkatnya tahanan jalan nafas

Kriteria hasil :

- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih

- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan

nafas.

Intervensi :

Page 30: ASKEP CA PARU(2)

a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas.

Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal

menunjukkan peningkatan upaya bernafas.

b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.

Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan

akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.

c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga

produksi dan karakteristik sputum.

Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/

etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental,

berdarah, adan/ atau puulen.

d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai

kebutuhan.

Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas

pasein dipengaruhi.

e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi

untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor,

insomnia.

Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,

menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan

pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.

Page 31: ASKEP CA PARU(2)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus masih terdapat data – data pengkajian, baik berupa identitas klien,

riwayat kesehatan, dan laboratorium yang kurang jika kita kaitkan dengan tinjauan teori.

1. Secara ilmu fisiologi dan patofisiologi, proses penyakitnya dapat digambarkan

sebagai berikut :

Dari riwayat merokok Tn. J yang dapat dikatakan sebagai faktor resiko dari Ca

Paru. Dari etiologi tau faktor resiko tersebut yang menyerang percabangan segmen/

sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi

ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal. Dari mekanisme diatas dpat menyebakan klein mengeluh sesak nafas

Page 32: ASKEP CA PARU(2)

dan nyeri. Jika klien merasa tidak nyaman dan sesak nafas bila berbaring, karten

pada waktu berbaring pengembangan paru tidak maximal.

2. Dilihat secara histologi, perkembangan yang terjadi pada paru – paru kanan tuan

J dapat dikategorikan dalam jenis karsinoma sel skuamosa yang mempunyai

hubungan dekat dengan faktor resiko merokok. Tetapi untuk diagnosa yang lebih

lanjut (oleh dokter)atau memastikan jenis karsinoma, maka diperlukan pemeriksaan

– pemeriksaan lainnya seperti laboratorium, radiology, histopatologi, dan pencitraan.

3. Pemeriksaan diagnostik tambahan yang dapat dilakukan adalah : pemeriksaan

laboratorium (sputum, pleural, atau nodus limfe, pemeriksaan fungsi paru dan GDA,

tes kulit, jumlah absolute limfosit), pemeriksaan histopatologi, dan pencitraan.

a. Radiologi.

- Foto thorax.

Untuk mengetahui adanya pembesaran massa atau tidak dan letak

pembesaran tersebut.

- CT Scan.

Dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi – lesi yang

dicurigai.

- Bronkoskopi.

Bronkoskopi yang sertai dengan biopsi untuk mendiagnosis jenis karsinoma

yang terjadi.

- Biopsi kelenjar skalenus.

Cara terbaik untuk mendiagnosis kanker yang tidak terjangkau oleh

bronkoskopi.

b. Pemeriksaan Sitologi.

Sputum rutin, dikerjakan terutama bila ada keluhan seperti batuk.

Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil yang berarti karena

tergantung pada :

Page 33: ASKEP CA PARU(2)

- Letak tumor terhadap bronkus.

- Jenis tumor.

- Teknik mengeluarkan sputum.

- Jumlah sputum yang diperiksa (dianjurkan pemeriksaan 3 – 5

hari berturut – turut).

- Waktu pemeriksaan sputum.

Pada kanker paru yang letaknya sentral pemeriksaan sputum yang baik dapat

memberikan hasil positif sampai 67 – 85 % pada karsinoma sel skuamosa. Sehingga

untuk Tn. J dapat dilakukan sitologi ini untuk mamastikan apakah termasuk dalam

kanker paru sel skuamosa.

PEMERIKSAAN TUAN J HARGA NORMAL

Hemoglobin (Hb)

Hematokrit (Ht)

Leukosit

Trombosit

Kreatinin

12,6 gr%

34,7 %

4400 ml

191000 /ml

2,40 mg/ml

13 – 18 gr%

42 – 52 %

4500 – 10800 ml

150000 – 300000 /ml

0,5 – 1,4 mg/ml

Pada Tn. J ditemukan hasil laboratorium Hb, Ht, Leukosit, Trombosit mmasih

dalam batas normal dan belum ada perubahan yang berarti tetapi biasanya pada

keadaan lebih lanjut dapat terjadi anemia dan polisitemia. Anemia terjadi sebagai

akibat dari metastase kanker paru keorgan lain seperti hati, limpa dan tulang

belakang, yang berkaitan dengan proses pembentukan dari sel darah merah.

Sedangkan polisitemia yang dapat berhubungan dengan merokok cigarette karena

kontak dengan karbon monoksida kronik mempertinggi eritrositosis. Hemoglobin

diproduksi dan difagositosis terutama di hati, limpa dan sumsum tulang. Dimana

pada salah satu proses yaitu sisa hem direduksi menjadi menjadi karbon monoksida

(CO) dan beliverdin. CO ini diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin, dan

Page 34: ASKEP CA PARU(2)

dikeluarkan melalui paru. Jika paru terkena kanker maka proses ini akan mengalami

gangguan, dan CO terus dibentuk dan tidak dikeluarkan akan mempertinggi

eritrositosis.

Hasil laboratorium kreatinin meningkat, ini menunjukkan bahwa Tn. J fungsi

ginjalnya sudah mulai terganggu. Ini disebabkan ekstra torak. Penyebaran ekstra

torak tergantung dari tempat metastase. Struktur yang sering terkena adalah

kelenjar getah bening skalenus (terutama pada tumor paru – paru), adrenal (50%),

hati (30%), otak (20%), tulang (20%), dan ginjal (15%).

Nilai tersebut 12,6 gr % ( N: 13-14 gr %)

Berarti turun 0,4 % perlu dari observasi, bila penurunan tersebut terjadi secara

signifikan maka perlu diberikan transfusi darah. 1 Olef (250 cc menaikkan 0,5

mg tersebut ).

Nilai tersebut 34,7 % Normal

Terjadi penurunan komponen sel-sel darah merah dalam plasma hal ini

dikarenakan sel-sel cancer pada Tn.J akan merusak sel darah merah( hemolisis ).

Leukosit 4400/ ml ( N : 4000-10000 / ml )

Pada TN.J belum terjadi penurunan, tetapi biasanya pada Ca paru akan terjadi

Leukopenia karena fungsi sel darah putih akan dirusak oleh sel-sel cancer.

Trombosit 191000 / ml ( N : 150-450 ribu )

Trombosit : Normal tetapi perlu diobservasi adanya penurunan trombosit. Karena

pada Ca paru stadium lanjut akan terjadi pendarahan / hemoptomesis.

Kreatinin 2 mg / dl ( N : 0,3-1,1 mg / dl )

Pada Tn.J terjadi kenaikan kreatinin yang cukup signifikan, yang

mengindikasikan kerusakan ginjal. Ini bisa disebabkan karena ginjal diperdarahi

oleh arteri renalis. Arteri ini menyalurkan O2 dari paru-paru, pada Ca paru-paru

O2 turun sehingga darah yang dibawa oleh arteri renalis miskin O2 sehingga akan

merusak ginjal dan kemampuan filtrasi pada glomerulus akan mengalami

penurunan yang menyebabkan kreatinin naik karena banyaknya lolos waktu yang

di filtrasi.

Page 35: ASKEP CA PARU(2)

4. Jika dilihat secara farmakologi, pengobatan yang diberikan pada Tn. J masih

kurang tepat. Jika di kaitkan denga keluhan pasien memang obat yang diberikan

dapat meringankan gejala saja, tetapi khusus untuk penyakitnya (Ca Paru) belum

dapat menyembuhkannya. Untuk kanker paru pengobatannya lebih bersifat

pembedahan. Chemotherapi juga sangat penting untuk diberikan sebagai pembunuh

sel-sel kanker dosis pemberian disesuaikan dengan derajat keganasan Ca

pada TN. J

Aminophillin : Tn. J mendapat terapi Aminophillin 3 X 500 mg. Diberikan

aminophillin karena merupakan obat bronkodilator yang membebaskan obstruksi

jalan nafas seperti pada asma kronis dan mengurangi gejala dari penyakit kronik,

juga merupakan salah satu derivate Xanthine yang mempunyai kegunaan sebagai

perangsang pernafasan dengan relaksasi otot polos bronkus. Alangkah baiknya

Aminoppilin dimasukan secara perdrip.Hal ini dimaksudkan supaya kerja

Aminoppilin sebagai bronkodilator lebih cepat dibandingkan peroral [kasus], karena

pada kasus Tn. J mengalami sesak nafas berat, baru setelah sesak nafasnya

berkurang baru bisa diberikan peroral. Perlu ditambahkan data BB dan TB untuk

menentukan dosis obat yang diberikan

Dexamethason : tidak mempunyai efek langsung pada otot polos saluran nafas,

tetapi hanya untuk menurunkan jumlah dan aktivitas sel – sel yang terlibat dalam

inflamasi saluran nafas. Golongan steroid anti inflamasi mengurangi inflamasi

dengan menghilangkan, menghambat pelepasan leukotrien reaktivitas bronchial

sangat berkurang.

Menurut DOI yaitu 0,4-0,6 mg / Kg BB di buat rata-rata: 0,5 mg / Kg BB,

karenatidak ada data BB, misal diperkirakan Tn. J. 50 Kg:

Berarti : 50 Kg x 0,5 mg = 250 mg / hr, sedangkan dosis Tn. J : 3 x 2 ampul x 1

ampul = 5 mg

= 3 x 10 ampul

= 3 x 50 ampul = 300 mg / hr

Page 36: ASKEP CA PARU(2)

Antibiotik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi infeksi yang akan

terjadi, karena pada kanker paru terjadi lesi pada lapisan pleura dan jaringan yang

lain apabila sudah bermetastasis sehingga dapat terjadi hemoptisis. Dengan adanya

hemoptisis sebagai indikasi perdarahan didalam tersebut dapat menyebabkan infeksi,

dimana kanker paru dapat menyebar secara hematogen yang memungkinkan

membawa agen virus atau bakteri. Tetapi pada pasien Tn. J nilai leukositnya masih

normal : yaitu 4400 ( N : 4000-10000). Sehingga berdasarkan terapi rasional untuk

sementara antibiotic belum perlu untuk diberikan.

5. Terapi cairan yang diberikan kepada Tn. J yaitu RL 12 tts/menit, lebih

dimaksudkan sebagai cairan untuk transport obat yang diberikan. Biasanya

pemberian aminophillin dalam bentuk drip. Tetapi dapat disaran untuk memberikan

infuse dextrose 5% karena mengandung glukosa sebagai penambah energi, karena

indikasi klien mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan akan nutrisi dan

cairan yang dapat disebabkan rasa tidak nyaman didada dan sesak nafas. Selain itu

dari hasil analisa kelompok, perlu ditambahkan therapy O2 karena pada kasus Ca

paru, kerja paru menurun sehingga produk O2 kuat untuk dibawa ke jantung dan

disirkulasikan ke seluruh tubuh.

6. Pengaruh yang mungkin terjadi pada Tn. J pada status pernafasannya yang akan

dilakukan Anesthesi General umum :

a. Apneu.

b. Arrest.

c. Hipotensi

d. Ancaman gagal nafas

Hal – hal yang perlu diperhatikan terkait dengan tindakan post operasi yaitu :

a. Observasi tanda vital dan keadaan umum.

Page 37: ASKEP CA PARU(2)

b. Posisi pasien ditempat tidur

c. Pantau drainage

d. Ventilasi dan reekspansi paru

e. Evaluasi mobilitas ekstremitas atas pada sisi yang dioperasi.

f. Pemantauan insisi terhadap perdarahan atau emfisema subkutan.

BAB V

P E N U T U P

A. KESIMPULAN.

1. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada

wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok.

2. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus,

menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam

kecendrungan metastasis dan prognosis.

3. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah

pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai

peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan

perokok, dan menghindari lingkungan polusi.

4. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan

tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka

pertama kali didiagnosa.

Page 38: ASKEP CA PARU(2)

5. Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat

pada peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan

nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan rasa

nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan

insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.

B. SARAN.

1. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker

Paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.

2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker

paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok,

memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya.

3. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta

Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses

Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.

Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Page 39: ASKEP CA PARU(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGASMATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

ABANG APRI SETIAWAN NIM. G2B204001

ADRIANA NIM. G2B204002

AKFI KAMILATUS NIM. G2B204003

ANTONIA MARIA K NIM. G2B204005

ARIF PUJI A NIM. G2B204006

BUDININGSIH NIM. G2B204007

Page 40: ASKEP CA PARU(2)

DESI TRI KURNIASIH NIM. G2B204009

DUDUNG SUDIRA NIM. G2B204010

DWI INDAH ISWANTI NIM. G2B204011

FALIKHAH WIDIYANI NIM. G2B204012

GRACIA HERNI P NIM. G2B204013

HANSEN MAIKEL SU NIM. G2B204014

HENNY CRISTIANTI NIM. G2B204015

IDA AYU RINJANI NIM. G2B204016

INDAH WULANINGSIH NIM. G2B204017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2005