LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUBERKULOSIS PARU I. Konsep Dasar Penyakit A. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, yang dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer, 2002;584). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Kuman ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 µm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah. B. Epidemiologi/Insiden Kasus Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.Program penanggulangan secara terpadu baru dilakukan pada tahun 1995 melalui strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis.Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUBERKULOSIS PARU
I. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru,
yang dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan
nodus limfe (Smeltzer, 2002;584). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Kuman ini dapat merupakan organisme
patogen maupun saprofit.Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 µm, ukuran ini lebih
kecil dari satu sel darah merah.
B. Epidemiologi/Insiden Kasus
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman mikrobakterium
tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.Program penanggulangan secara
terpadu baru dilakukan pada tahun 1995 melalui strategi DOTS (directly observed
treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan
kedaruratan global penyakit tuberkulosis.Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta
bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini
disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular
(BTA positif).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita dengan
kematian tiga juta orang (WHO, 1997).Di negara-negara berkembang kematian karena
penyakit ini merupakan 25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.
Diperkirakan 95 % penyakit tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah
kelompok usia produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian
lebih banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas.
Di Indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok
usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun
menjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000.Secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis
dengan BTA positif.
C. Penyebab/faktor predisposisi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil mycobacterium tuberculosis tipe
humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan
bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik karena sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak
(lipid).Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es).Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis
aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.Dalam hal ini tekanan bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar
kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). Keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami
penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis kebanyakan didapatkan
padausia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah
peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
Individu yang berisiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah :
Mereka yang kontak dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam
terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV)
Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (anak-anak di bawah usia 15
tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15-44 tahun)
Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya,
diabetes, gagal ginjal kronis)
Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (asia tenggara, afrika, dan
amerika latin)
Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya fasilitas perawatan jangka panjang,
institusi psikiatrik, penjara)
Individu yang tinggal di daerah, perumahan subtandar kumuh
Petugas kesehatan
D. Patofisiologi terjadinya tuberculosis paru
Tuberkulosis tergolong airbone disease dimana penularan terjadi karena kuman dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei dalam udara oleh individu yang terinfeksi
dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droflet nuclei.
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam. Di bawah sinar
matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam suasana yang gelap dan
lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan.
Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli
kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau
kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh limfe, basil berpindah kebagian
paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.Masuknya kuman TB ini akan segera
diatasi oleh mekanismeimunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit
kuman TB dan biasanyasanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagiankecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman
akanbereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembangbiak,
akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama kolonikuman TB di
jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN.Dari focus primer, kuman TB menyebar
melalui saluran limfe menuju kelenjar limferegional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai
saluran limfe ke lokasi focus primer.Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di
saluran limfe (limfangitis) dan dikelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus
primer terletak di lobus parubawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus,sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan
terlibat adalahkelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara focus
primer,kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe
yangmeradang (limfangitis).Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga
terbentuknya kompleksprimer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini
berbeda denganpengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejakmasuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB
biasanyaberlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
minggu.Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-
104,yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.
Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmikkuman TB
sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadaptuberculin, mengalami
perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleksprimer inilah, infeksi TB
primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai olehterbentuknya hipersensitivitas
terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya responspositif terhadap uji tuberculin. Selama
masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif.Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas
seluluer tubuh terhadap TB telahterbentuk. Pada sebagian besar individu dengan system
imun yang berfungsi baik,begitu sistem imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB
terhenti. Namun,sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila
imunitas selulertelah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan
segeradimusnahkan.Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru
biasanyamengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelahmengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga
akanmengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya
tidaksesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup danmenetap
selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.Kompleks primer dapat juga mengalami
komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapatdisebabkan oleh focus paru atau di kelenjar limfe
regional. Fokus primer di parudapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau
pleuritis fokal. Jika terjadinekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair
dan keluar melaluibronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas).
Kelenjar limfehilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi,
akanmembesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat terganggu.Obstruksi
parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat menyebabkanateletaksis. Kelenjar yang
mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapatmerusak dan menimbulkan erosi dinding
bronkus, sehingga menyebabkan TBendobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju
dapat menimbulkan obstruksikomplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan
pneumonitis danateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-
konsolidasi.Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat
terjadipenyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebarke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan
padapenyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebarke
seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TBdisebut
sebagai penyakit sistemik.Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam
bentuk penyebaranhematogenik tersamar (occult hamatogenic spread). Melalui cara ini,
kuman TBmenyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkangejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh
tubuh.Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi
baik,misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus
atasparu. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk
kolonikuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya.Di
dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya olehimunitas
seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dormant.
Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenikgeneralisata akut
(acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini,sejumlah besar kuman TB masuk
dan beredar dalam darah menuju ke seluruhtubuh.Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
manifestasi klinis penyakit TB secaraakut, yang disebut TB diseminata.TB diseminata ini
timbul dalam waktu 2-6 bulansetelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada
jumlah dan virulensikuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran.
Tuberkulosisdiseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu (host)
dalammengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.
E. Klasifikasi
a. Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu
faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a) Dengan atau tanpa gejala klinik
b) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong
biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
c) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a) Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
b) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative
b) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah.
d) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
b. Klasifikasi diagnostik TB adalah:
1. TB paru
a. BTA mikroskopik langsung (+) ata biakan (+), kelainan foto torax menyokong
TB
b. BTA mikroskopik langsung atau biakan (-)tetapi kelainan rontgen dan klinis
sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB. Pasien
golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat
2. TB paru tersangka
Diagnosis pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat
(paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis yang lengkap , tetapi
kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat
dimulai.
3. Bekas TB
Ada riwayat TB pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau
gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum
BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati
(Smeltzer:2002;585)
F. Gejalaklinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah
dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimptomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan.Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur
darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.Berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertaiseperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Wheezing
Karena penyempitan lumen endobronkus: oleh karena secret,radang, dan jaringan
granulasi
e. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.Nyeri dada sering kali dirasakan pada
daerah axilla, ujung skapula, dan lain-lain
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya,
serta menggigil. Sedangkan masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.Timbulnya gejala
biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan
batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia, kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek saat beraktivitas, kesulitan
tidur pada malam, takhikardi, kelelahan otot.
c. Gejala Psikologis
Perasaan tak berdaya, menyangkal. (khususnya selama tahap dini), ancietas,
ketakutan, mudah tersinggung.
G. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik khususnya dada dan paru adalah sebagai berikut :
Inspeksi : Dispnea, retraksi otot-otot interkostal, pengembangan napas tidak simetrs