Page 1
BAB III
ASPEK TEKNIS
3.1 Routing Sheet
Routing sheet atau lembar pengurutan merupakan lembar
kerja yang digunakan untuk mengidentifikasi efisiensi
kebutuhan mesin berdasarkan urutan mesin yang digunakan
selama proses operasi tiap komponen. Routing sheet
digunakan untuk menghitung jumlah mesin teoritis yang
diperlukan dan menghitung jumlah bahan yang harus
disiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi
yang diinginkan. Tabel 3.1 berikut ini merupakan hasil
perhitungan routing sheet untuk produk rak buku.Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku
No.Operasi
Deskripsi Nama Mesin
Produksi
Mesin/Jam
%Scrap
BahanDiminta
BahanDisiapka
n
Efisiensi
Mesin
KebutuhanMesin
Teoritis
Aktual
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
001 Kaki 1 (1)
O-1 Mengukur
MejaFabrikasi 12,99 0 57,41 57,41 60,44 0,73 1
O-2 Memotong
MesinPotong 9,97 0,47
32 30,24 57,41 60,44 0,95 1
O-3 Meratakan
MesinSerut 14,96 0,00
75 30,01 30,24 31,84 0,34 1
O-4 Melubangi Mesin Bor 30 0,00
02 30 30,01 31,59 0,17 1
002 Kaki 2 (1)
O-5 Mengukur
MejaFabrikasi 12,27 0 57,99 57,99 61,05 0,78 1
O-6 Memotong
MesinPotong 11,08 0,47
85 30,24 57,99 61,05 0,87 1
O-7 Meratakan
MesinSerut 11,22 0,00
76 30,01 30,24 31,84 0,45 1
O-8 Melubangi Mesin Bor 29,56 0,00
02 30 30,01 31,59 0,17 1
003 Kaki 3 (1)
O-9 Menguku Meja 15,84 0 57,99 57,99 61,05 0,61 1
III-1
Page 2
III-2
r Fabrikasi
O-10 Memotong
MesinPotong 10,53 0,47
85 30,24 57,99 61,05 0,91 1
O-11 Meratakan
MesinSerut 11,08 0,00
76 30,01 30,24 31,84 0,45 1
O-12 Melubangi Mesin Bor 37,98 0,00
02 30 30,01 31,59 0,13 1
004 Lingkaran 1 (2)
O-13 Mengukur
MejaFabrikasi 11,01 0 165,22 165,22 173,92 2,47 3
O-14 Memotong
MesinPotong 11,26 0,63
2 60,8 165,22 173,92 2,42 3
O-15 Meratakan
MesinSerut 8,02 0,01
28 60,02 60,8 64 1,25 2
O-16 Melubangi Mesin Bor 117,65 0,00
02 60 60,02 63,18 0,09 1
Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku (Lanjutan)No.
Operasi
Deskripsi Nama Mesin Produksi
Mesin/Jam%
Scrap
BahanDimint
a
BahanDisiapka
n
EfisiensiMesin
KebutuhanMesin
Teoritis
Aktual
005 Lingkaran 2 (2)
O-17 Mengukur
MejaFabrikasi 30,31 0 173,86 173,86 183,02 0,95 1
O-18 Memotong
MesinPotong 10,53 0,65 60,85 173,86 183,02 2,72 3
O-19 Meratakan
MesinSerut 11,39 0,01
31 60,05 60,85 64,06 0,88 1
O-20 Melubangi Mesin Bor 48,79 0,00
07 60 60,05 63,22 0,21 1
006 Lingkaran 3 (2)
O-21 Mengukur
MejaFabrikasi 12,99 0 197,76 197,76 208,17 2,51 3
O-22 Memotong
MesinPotong 16,81 0,69
21 60,89 197,76 208,17 1,94 2
O-23 Meratakan
MesinSerut 18,19 0,01
35 60,06 60,89 64,1 0,56 1
O-24 Melubangi Mesin Bor 50,43 0,00
09 60 60,06 63,23 0,2 1
007 Lingkaran 4 (1)
O-25 Mengukur
MejaFabrikasi 14,26 0 215,06 215,06 226,38 2,49 3
O-26 Memotong
MesinPotong 16,86 0,85
79 30,56 215,06 226,38 2,1 3
O-27 Meratakan
MesinSerut 19,11 0,01
82 30 30,56 32,17 0,27 1
008 Lingkaran 5 (1)
O-28 Mengukur
MejaFabrikasi 12,5 0 107,61 107,61 113,28 1,42 2
O-29 Memotong
MesinPotong 14,29 0,71
58 30,58 107,61 113,28 1,24 2
O-30 Meratakan
MesinSerut 60 0,01
82 30,02 30,58 32,19 0,09 1
O-31 Melubangi Mesin Bor 125 0,00
06 30 30,02 31,6 0,04 1
009 Lingkaran 6 (2)
O-32 Mengukur
MejaFabrikasi 14,36 0 144,42 144,42 152,03 1,66 2
O-33 Memotong
MesinPotong 68,19 0,57
54 61,32 144,42 152,03 0,35 1
O-34 Meratak Mesin 17,65 0,02 60 61,32 64,55 0,58 1
Page 3
III-3
an Serut 15010 Lingkaran 7 (2)
O-35 Mengukur
MejaFabrikasi 58,83 0 112,88 112,88 118,83 0,32 1
O-36 Memotong
MesinPotong 89,56 0,45
55 61,46 112,88 118,83 0,21 1
O-37 Meratakan
MesinSerut 23,44 0,02
36 60 61,46 64,7 0,44 1
011 Perakitan 1
O-38 Merakit MejaPerakitan 5,81 0 30 30 31,58 0,85 1
012 Perakitan 2
O-39 Merakit MejaPerakitan 5,9 0 30 30 31,58 0,84 1
013 Perakitan 3
O-40 Merakit MejaPerakitan 23,17 0 30 30 31,58 0,22 1
014 Perakitan 4
O-41 Merakit MejaPerakitan 5,2 0 30 30 31,58 0,95 1
Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku (Lanjutan)No.
Operasi
Deskripsi Nama Mesin Produksi
Mesin/Jam
%Scra
p
BahanDimint
a
BahanDisiapka
n
Efisiensi
Mesin
KebutuhanMesin
Teoritis
Aktual
015 Perakitan 5
O-42 Merakit MejaPerakitan 17,05 0 30 30 31,58 0,29 1
016 Perakitan 6
O-43 Merakit MejaPerakitan 722,9 0 30 30 31,58 0,01 1
017 Perakitan 7
O-44 Merakit MejaPerakitan 18,35 0 30 30 31,58 0,27 1
018 Perakitan 8
O-45 Merakit MejaPerakitan 60 0 30 30 31,58 0,09 1
019 Perakitan 9
O-46 Merakit MejaPerakitan 120 0 30 30 31,58 0,05 1
020 Pemeriksaan 1
I-1 Pemeriksaan
MejaPerakitan 60 0 30 30 31,58 0,09 1
Perhitungan untuk tabel routing sheet sebaiknya
dilakukan untuk proses terakhir sebelum perakitan untuk
semua komponen. Hal tersebut dilakukan karena jumlah
Page 4
III-4
yang diminta adalah 30 unit untuk setiap komponen dan
karena proses merakit tidak menghasilkan scrap. Berikut
ini merupakan contoh perhitungan routing sheet komponen
kaki 1 proses melubangi.
1. Kolom 1 : Nomor Operasi
Karena proses melubangi memiliki nomor urut 4 maka
dapat ditulis dengan O-4.
2. Kolom 2 : Deskripsi
Berisi nama operasi yang dilakukan yaitu melubangi.
3. Kolom 3 : Nama Mesin
Berisi nama mesin yang digunakan pada operasi
melubangi yaitu mesin bor.
4. Kolom 4 : Produksi Mesin/Jam
Berisi banyak unit produk yang dihasilkan dalam
waktu 1 jam atau 60 menit.
Produksi Mesin/Jam =60 menitWaktu Operasi
Produksi Mesin/Jam =60 menit2 menit
=30 unit
5. Kolom 5 : Scrap
Jumlah buangan bahan baku atau persentase kerusakan
yang diperkirakan, yang dilakukan dalam satu operasi
(dalam %). Scrap diperoleh dari peta proses operasi.
Untuk proses melubangi scrap yang dihasilkan adalah
0,2%, maka dapat ditulis 0,002.
6. Kolom 6 : Bahan diminta
Page 5
III-5
Bahan diminta merupakan jumlah bahan yang diharapkan
setelah melalui suatu proses. Karena komponen kaki 1
terdiri dari 1 unit untuk 1 produk maka jumlah bahan
diminta dapat ditulis 30 unit. Jika terdiri dari 2
unit untuk 1 produk dapat ditulis sebesar 60 unit.
Untuk jumlah bahan yang diminta pada proses
mengukur, memotong, dan meratakan dapat ditulis
sesuai dengan jumlah bahan yang disiapkan pada
proses selanjutnya.
7. Kolom 7 : Bahan Disiapkan
Kolom jumlah bahan yang harus disiapkan, berisi
jumlah bahan yang harus tersedia dengan
mempertimbangkan persen scrap sebelum melakukan
proses operasi tertentu.
Bahan yang disiapkan =Bahan yang diminta1 - %scrap
Bahan yang disiapkan =30 unit1 - 0,002
=30,01 unit
8. Kolom 8 : Efisiensi Mesin
Kolom efisiensi mesin merupakan tingkat pemanfaatan
mesin.
Efisiensi Mesin =Bahan yang disiapkanEfisiensi
Efisiensi Mesin =30,01 unit95%
=31,59
9. Kolom 9 : Jumlah Mesin Teoritis (JMT)
Page 6
III-6
Berisi tentang jumlah mesin secara teoritis untuk
setiap operasi jumlah ini diperoleh dengan
menggunakan persamaan :
Jumlah Mesin Teoritis =Efisiensi Mesin
Produksimesinjam
×Reabilitas×Jamkerjahari
Jumlah Mesin Teoritis =31,5930×80%×8
=0,17 unit
10. Kolom 10 : Jumlah Mesin Aktual
Berisi tentang jumlah mesin yang akan digunakan pada
proses produksi, di mana diperoleh dari pembulatan
hasil pada jumlah mesin teoritis. Maka untuk proses
melubangi komponen kaki 1 dapat ditulis dengan 1
unit.
Berdasarkan hasil perhitungan routing sheet pada
Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah mesin yang
digunakan setiap komponen berbeda-beda, hal tersebut
dikarenakan dipengaruhi oleh produksi mesin per jam dan
persentase scrap. Semakin besar jumlah produksi mesin
per jam maka jumlah mesin yang dibutuhkan cenderung
kecil dan sebaliknya. Perhitungan jumlah mesin yang
digunakan juga dipengaruhi oleh efisiensi mesin dan
reabilitas. Efisiensi mesin merupakan tingkat
pemanfaatan mesin dalam melakukan suatu proses
produksi. Nilai efisiensi mesin sebesar 95%
menunjukkan mesin dapat digunakan selama 95% dari waktu
bekerja sedangkan sisanya sebesat 5% dari waktu bekerja
Page 7
III-7
digunakan untuk waktu set up mesin maupun maintenance.
Sedangkan reabilitas merupakan peluang sebuah komponen
(mesin), melakukan fungsinya dengan baik, dalam kurun
waktu dan operasi tertentu. Jumlah mesin aktual pada
routing sheet tidak dapat digunakan secara langsung dalam
perancangan tata letak fasilitas mesin dikarenakan
jumlah-jumlah tersebut masih dalam setiap komponen dan
belum dikelompokkan dalam mesin yang sama. Maka dari
itu diperlukan multi product process chart (MPPC).
3.2 Multi Product Process Chart (MPPC)
Multi product process chart (MPPC) merupakan suatu
diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang
akan dialami oleh bahan, baik komponen utama maupun
komponen tambahan, seperti urutan-urutan operasi,
pemeriksaan, dan penyimpanan. Multi product process chart
(MPPC) digunakan untuk mengetahui jumlah pemakaian
kebutuhan mesin aktual dari routing sheet. Gambar 3.1
berikut ini merupakan multi product process chart (MPPC) untuk
proses produksi rak buku.
Page 8
III-8
Gambar 3.1 Multi Product Process Chart (MPPC) Rak Buku
Page 9
III-9
Pembuatan multi product process chart (MPPC) seperti pada
Gambar 3.1 perlu memperhatikan beberapa hal yaitu
urutan proses operasi pada multi product process chart (MPPC)
harus sama dengan yang diinformasikan pada peta proses
operasi. Contoh yaitu pada peta proses operasi untuk
proses pengukuran komponen utama kaki 1 memiliki nomor
urut O-1, maka pada multi product process chart (MPPC) juga
memiliki nomor urut O-1. Simbol-simbol yang digunakan
pada peta proses operasi dan multi product process chart
(MPPC) antara lain operasi, pemeriksaan, dan
penyimpanan. Cara penomoran dilakukan berdasarkan
urutan-urutan proses operasi per komponen. Hal terakhir
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan multi product
process chart (MPPC) yaitu kebutuhan mesin teoritis pada
multi product process chart (MPPC) harus sama dengan jumlah
kebutuhan setiap mesin (misal meja fabrikasi, mesin
potong) dalam satu kegiatan, bukan sama dengan jumlah
kebutuhan mesin seluruh mesin untuk satu komponen.
Berdasarkan multi product process chart (MPPC) pada
Gambar 3.1, jumlah total mesin yang digunakan adalah 40
unit dengan rincian 14 meja fabrikasi, 14 mesin potong,
6 mesin serut, 2 mesin bor, dan 4 meja fabrikasi. Mesin
potong memiliki kuantitas paling besar dibandingkan
dengan mesin yang lain, hal tersebut disebabkan karena
pada routing sheet jumlah produksi mesin tidak cukup
banyak dan scrap yang dihasilkan cukup banyak sehingga
Page 10
III-10
akan mempengaruhi jumlah mesin teoritisnya. Berdasarkan
multi product process chart, dapat dilihat pula bahwa aliran
proses produk rak buku berbentuk intermittent¸ dimana
proses setiap komponen dilakukan berulang-ulang sebelum
perakitan. Perbedaan yang jelas antara routing sheet dan
multi product process chart (MPPC) yaitu penentuan jumlah
mesin aktual. Pada multi product process chart (MPPC)
penentuan jumlah mesin dikelompokkan berdasarkan
kesamaan dalam mesin yang digunakan. Sehingga teknik
yang digunakan dalam perancangan tata letak fasilitas
adalah process layout.
3.3. Luas Lantai
Luas lantai adalah luas suatu tempat atau area
yang akan digunakan dalam mengolah suatu bahan atau
dalam mengerjakan suatu proses produksi. Perhitungan
luas lantai terdiri dari tiga bagian yaitu perhitungan
luas lantai gudang bahan baku (receiving), luas lantai
mesin, dan luas lantai gudang barang jadi (shipping).
Perhitungan luas lantai dilakukan untuk memperkirakan
kebutuhan luas lantai bagian produksi.
3.3.1. Luas Lantai Bahan
Page 11
III-11
Perhitungan luas lantai bahan terdiri dari dua
bagian yaitu perhitungan luas lantai gudang bahan baku
model tumpukan dan perhitungan luas lantai gudang bahan
baku model rak. Gudang bahan baku model tumpukan
digunakan untuk menyimpan komponen utama yang memiliki
dimensi yang relatif lebih besar. Sedangkan gudang
bahan baku model rak digunakan untuk menyimpan komponen
tambahan yang memiliki dimensi yang relatif lebih
kecil.
3.3.1.1 Gudang Bahan Baku Model Tumpukan
Perhitungan luas lantai gudang bahan baku model
tumpukan dilakukan untuk memperkirakan area yang
dibutuhkan untuk menyimpan komponen utama yang memiliki
dimensi atau ukuran relatif lebih besar. Data-data yang
diperlukan untuk perhitungan luas lantai gudang bahan
baku model tumpukan yaitu nomor komponen, nama
komponen, jumlah komponen, tipe material, dan ukuran
per potong. Data-data tersebut dapat diperoleh dari
data komponen utama, peta proses operasi, dan routing
sheet. Tabel 3.2 berikut ini merupakan hasil perhitungan
luas lantai gudang bahan baku model tumpukan.Tabel 3.2 Luas Lantai Model Tumpukan
No.Komp
NamaKomponen Tipe
Ukuran (cm)Volume(m3)
Bahan/Minggu
VolumeTotal(m3)
TinggiTumpukan
(m)
LuasLantai(m2)
Allowance(200%)
TotalLuas(m2)P L T D
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Kaki 1 Kayu
91
31 1 0,0028
21 290 0,82 1 0,82 1,64 2,46
2 Kaki 2 Kayu
91
31 1 0,0028
21 290 0,82 1 0,82 1,64 2,46
3 Kaki 3 Kay 9 3 1 0,0028 290 0,82 1 0,82 1,64 2,46
Page 12
III-12
u 1 1 21
4 Lingkaran1
Kayu
66
66 1 0,0043
56 830 3,62 1 3,62 7,24 10,86
Tabel 3.2 Luas Lantai Model Tumpukan (Lanjutan)No.Komp
NamaKomponen Tipe
Ukuran (cm)Volume(m3)
Bahan/Minggu
VolumeTotal(m3)
TinggiTumpukan
(m)
LuasLantai(m2)
Allowance(200%)
TotalLuas(m2)P L T D
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
5 Lingkaran 2
Kayu 56 56 1 0,0031
36 870 2,73 1 2,73 5,46 8,19
6 Lingkaran 3
Kayu
49,5
49,5 1 0,0024
51 990 2,43 1 2,43 4,86 7,29
7 Lingkaran 4
Kayu
39,5
39,5 1 0,0005
15 1080 0,56 1 0,56 1,12 1,68
8 Lingkaran 5
Kayu
39,5
39,5 1 0,0010
46 540 0,57 1 0,57 1,14 1,71
9 Lingkaran 6
Kayu
33,5
33,5 1 0,0011
23 725 0,82 1 0,82 1,64 2,46
10 Lingkaran 7
Kayu
23,5
23,5 1 0,0005
53 565 0,32 1 0,32 0,64 0,96
Total Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Tumpukan 40,53
Contoh perhitungan dan analisis mengenai luas lantai
model tumpukan untuk komponen kaki 1 dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Data pada kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari
data penunjang.
2. Kolom 5 berisi volume (m3) dari komponen utama kaki
1.
Volume kaki 1 (m3) = p x l x t = 91 x 31 x 1 = 2,821
cm3 = 0,002821 m3
3. Kolom 6 berisi jumlah bahan yang disiapkan dalam 1
minggu, data ini diperoleh dari routing sheet dan
merupakan hasil pembulatan. Pembulatan dilakukan
karena dalam pemesanan bahan baku komponen utama
tidak memungkinkan untuk pembelian dalam jumlah
desimal. Selain itu, komponen utama merupakan bahan
baku yang akan diproses sendiri dan memiliki ukuran
yang relatif besar sehingga periode yang digunakan
Page 13
III-13
dalam jangka waktu 1 minggu. Sehingga tidak terlalu
banyak tumpukan dibandingkan dalam jangka waktu 1
bulan.
Bahan/Minggu = Bahan yang disiapkan x Jumlah hari
kerja/Minggu
Bahan/Minggu = 58 x 5 = 290
4. Kolom 7 berisi volume total bahan baku dalam 1
minggu
Volume Total = Volume x Bahan/Minggu = 0,002821 x
290
Volume Total = 0,82 m3
5. Kolom 8 berisi tinggi tumpukan yaitu sebesar 1
meter. Penentuan tinggi maksimal tumpukan
dimaksudkan agar komponen yang letaknya di bawah
tumpukan tidak mengalami kerusakan. Komponen utama
merupakan salah satu elemen yang penting dalam
proses produksi, sehingga apabila mengalami
kerusakan akan menghambat proses produksi dan target
produksi tidak dapat tercapai.
6. Kolom 9 berisi luas lantai yang diperoleh dengan
persamaan:
Luas Lantai (m2) = Volume Total : Tinggi Tumpukan =
0,82 : 1 = 0,82 m2
7. Kolom 10 berisi kelonggaran atau toleransi yang
diberikan agar proses produksi berjalan dengan
lancar. Kelonggaran ditentukan dengan
Page 14
III-14
mempertimbangkan faktor operator, mesin, dan bahan
baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku, operator
tidak akan mengalami kesulitan dan kualitas bahan
baku tetap terjamin.
Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,82 x 200% =
1,64 m2
8. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan
untuk komponen utama.
Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,82 +
1,64 = 2,46 m2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas
area yang diperlukan untuk menyimpan komponen kaki 1
dalam gudang bahan baku (receiving) yaitu 2,46 m2.
3.3.1.2 Gudang Bahan Baku Model Rak
Perhitungan luas lantai gudang bahan baku model
rak dilakukan untuk memperkirakan area yang dibutuhkan
untuk menyimpan komponen tambahan yang memiliki dimensi
atau ukuran relatif lebih kecil. Data-data yang
diperlukan untuk perhitungan luas lantai gudang bahan
baku model rak yaitu nomor komponen, nama komponen,
jumlah komponen, volume pemakaian, ukuran per potong,
dan unit tersedia. Data-data tersebut dapat diperoleh
dari data komponen tambahan, peta proses operasi, dan
routing sheet. Tabel 3.3 berikut ini merupakan hasil
perhitungan luas lantai gudang bahan baku model rak.
Page 15
III-15
3.3 Luas Lantai Model RakNo.Komp
NamaKompone
n
Vol.Pemakai
an
Ukuran (cm)Unit
Tersedia
Produk/Minggu
Unit/Minggu
Unit/4
Minggu
VolumeMaterial
(m3)
VolumeUnit(m3)
LuasLantai(m2)
Allowance
(200%)
TotalLuas(m2)P L T D
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
11 Sekat 5 5 5 1 5 750 150 600 0,000025 0,015 0,007
5 0,015 0,0225
12 Sekrup 14 7 5 3 50 2100 42 168 0,000105
0,01764
0,00882
0,01764
0,02646
13 Engsel 4 3 5 0,1 4 600 150 600 0,00000
150,0009
0,00045
0,0009
0,00135
Total Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Rak 0,05031
Contoh perhitungan dan analisis mengenau luas lantai
model rak untuk komponen sekat dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Data pada kolom 1, 2, 3, 4, dan 5 dapat diketahui
dari data penunjang.
2. Kolom 6 berisi jumlah pemakaian komponen tambahan
dalam 1 minggu
Produk/Minggu = 30 x hari kerja/minggu x volume
pemakaian
Produk/Minggu = 30 x 5 x 5 = 750 unit
3. Kolom 7 berisi jumlah komponen yang harus tersedia
dalam 1 minggu sesuai dengan pemesanannya, karena
komponen tambahan sekat pemesanannya dilakukan
dengan lot for lot maka jumlah unit tersedia sama dengan
volume pemakaian. Perbedaan terletak pada komponen
tambahan sekrup, dimana memiliki lot size 50 sekrup
dalam 1 box pada setiap kali pemesanan.
Unit/Minggu = Produk/Minggu : Unit Tersedia = 750 :
5 = 150 unit
4. Kolom 8 berisi jumlah komponen tambahan yang harus
tersedia selama 4 minggu. Komponen tambahan memiliki
Page 16
III-16
perbedaan pada perhitungan luas lantai bahan baku
model tumpukan, karena periode yang digunakan pada
perhitungan luas lantai model rak adalah 4 minggu
atau 1 bulan. Hal tersebut dikarenakan komponen
tambahan memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga
penggunaan ruangan pada gudang bahan baku tidak
terlalu besar. Selain itu juga dikarenakan komponen
tambahan tidak diproduksi sendiri dalam perusahaan,
sehingga persediaan sangat mempengaruhi kelancaran
proses produksi.
Unit/ 4 Minggu = Unit/Minggu x Jumlah Minggu
Kerja/bulan
Unit/ 4 Minggu = 150 x 4 = 600 unit
5. Kolom 9 berisi volume material dari komponen
tambahan sekat. Rumus volume yang digunakan adalah
rumus balok. Hal tersebut dikarenakan bentuk sekat
yang seperti balok. Satuan perlu dikonversi ke dalam
satuan m3 (meter kubik) karena mengacu pada satuan
internasional (SI).
Volume material = p x l x t = 5 x 5 x 1 = 25 cm3 =
0,000025 m3
6. Kolom 10 berisi volume unit komponen tambahan selama
4 minggu.
Volume unit = Unit/ 4 Minggu x Volume Material
Volume unit = 600 x 0,000025 = 0,015 m3
Page 17
III-17
7. Kolom 11 berisi luas lantai yang diperlukan untuk
komponen tambahan sekat dengan mempertimbangkan
tinggi maksimal model rak yaitu 2 meter. Ketinggian
maksimal dipilih 2 meter karena rata-rata tinggi
manusia tidak lebih dari 2 meter sehingga meskipun
cukup tinggi namun dengan dimensi yang relatif lebih
kecil diharapkan operator akan mudah dalam
menjangkau komponen tambahan tersebut. Selain itu,
tinggi maksimal 2 meter dapat menghemat penggunaan
ruangan gudang bahan baku.
Luas Lantai = Volume Unit : Tinggi maksimal model
rak
Luas Lantai = 0,015 : 2 = 0,0075 m2
8. Kolom 12 berisi kelonggaran atau toleransi yang
diberikan agar proses produksi berjalan dengan
lancar. Kelonggaran ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor operator, mesin, dan bahan
baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku komponen
tambahan, operator tidak akan mengalami kesulitan
dan kualitas bahan baku tetap terjamin. Pemberian
kelonggaran diasumsikan 100% untuk area pengambilan
yang dilakukan oleh operator sedangkan sisanya 100%
untuk gang sehingga aliran bahan tetap lancar.
Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,0075 x 200%
= 0,015 m2
Page 18
III-18
9. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan
untuk komponen tambahan.
Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,0075 +
0,015 = 0,0225 m2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas
area yang diperlukan untuk menyimpan komponen
tambahan sekat dalam gudang bahan baku (receiving)
yaitu 0,0225 m2.
3.3.2 Luas Lantai Mesin
Perhitungan luas lantai mesin dilakukan untuk
memperkirakan area yang akan digunakan untuk
menempatkan mesin-mesin yang akan digunakan selama
proses produksi. Dalam perhitungan luas lantai mesin,
perlu diperhatikan mengenai gang. Penentuan besarnya
gang dipengaruhi oleh ukuran faktor manusia, peralatan
atau mesin, dan bahan baku yang digunakan. Data-data
yang diperlukan untuk perhitungan luas lantai mesin
yaitu nama mesin atau peralatan, jumlah mesin atau
peralatan, ukuran mesin atau peralatan, dan toleransi
bahan. Data penunjang tersebut dapat diperoleh dari
data mesin-mesin dan multi product process chart. Tabel 3.4
berikut ini merupakan hasil perhitungan luas lantai
mesin produk rak buku.Tabel 3.4 Luas Lantai Mesin
Nama Mesin Departemen JumlahMesin
Ukuran(m)
LuasMesin
LuasSeluru
Toleransi
Allowance(200%)
TotalLuas/Departe
Page 19
III-19
(m2)h
Mesin(m2)
Bahan(100%) men (m2)P L
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
MejaFabrikasi
DepartemenFabrikasi
14 2.5 2 5 70 70 140 280
MesinPotong 14 2 1 2 28 28 56 112
Mesin Serut 6 2 1 2 12 12 24 48
Mesin Bor 2 2 1 2 4 4 8 16
MejaAssembling
DepartemenPerakitan 4 2.
52.5 6.25 25 25 50 100
Total Luas Lantai Mesin 556
Contoh perhitungan dan analisis mengenai luas lantai
mesin untuk meja fabrikasi dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari data-data
penunjang.
2. Kolom 5 berisi luas lantai mesin tanpa toleransi dan
allowance. Luas lantai ini menggunakan rumus persegi
panjang.
Luas mesin = p x l = 2,5 x 2 = 5 m2
3. Kolom 6 berisi luas seluruh mesin berdasarkan jumlah
mesin yang akan digunakan pada multi product process chart
(MPPC).
Luas seluruh mesin = jumlah mesin x luas mesin = 14
x 5 = 70 m2
4. Kolom 7 berisi toleransi yang diberikan karena
sebelum mesin melanjutkan proses selanjutnya
biasanya terdapat bahan baku yang letaknya dekat
dengan mesin tersebut. Luas toleransi diberikan
untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak
Page 20
III-20
mengalami kesulitan sewaktu proses produksi
berjalan.
Toleransi bahan = luas seluruh mesin x toleransi
bahan 100%
Toleransi bahan = 70 x 100% = 70 m2
5. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan. Luas allowance
sebesar 100% diberikan untuk operator yang
menjalankan mesin tersebut sedangkan sisanya 100%
untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang
(gang).
Allowance = luas seluruh mesin x allowance 200%
Allowance =70 x 200% = 140 m2
6. Kolom 9 berisi total luas departemen berdasarkan
luas seluruh mesin, toleransi bahan, dan allowance.
Total luas/departemen = luas seluruh mesin +
toleransi bahan + allowance
Total luas/departemen = 70 + 70 + 140 = 280 m2
Berdasarkan hasil tersebut, maka luas area yang
dibutuhkan untuk proses pengukuran dengan meja
fabrikasi adalah sebesar 280 m2.
3.3.3 Luas Lantai Gudang Barang Jadi
Perhitungan luas lantai gudang barang jadi
(shipping) dilakukan untuk mengetahui area yang
digunakan untuk menyimpang produk jadi hasil produksi.
Page 21
III-21
Data-data yang diperlukan untuk perhitungan luas lantai
gudang barang jadi yaitu nama produk, ukuran produk,
dan tinggi tumpukan. Tabel 3.5 berikut ini merupakan
hasil perhitungan luas lantai gudang barang jadi rak
buku.Tabel 3.5 Luas Lantai Gudang Barang Jadi
NamaProduk
Ukuran Produk(m)
Vol(m3)
ProdukJadi/Minggu
TotalVolume(m3)
TinggiTumpukan
(m)
Luaslantai(m2)
Allowance(200%)
TotalLuas
Lantai(m2)P L T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Rak Buku 0.65
0.65
0.9 0.38 150 57.04 1 57.04 114.08 171.12
Perhitungan luas lantai gudang barang jadi produk rak
buku:
1. Data nama produk (kolom 1) dan ukuran produk (kolom
2) dapat diperoleh dari data penunjang.
2. Kolom 3 berisi volume produk jadi rak buku. Bentuk
rak buku diasumsikan seperti balok. Maka persamaan
yang digunakan yaitu:
Volume = p x l x t = 0,65 x 0,65 x 0,9 = 0,38 m3
3. Kolom 4 berisi total produk jadi yang dapat dibuat
dalam jangka waktu 1 minggu.
Produk jadi/minggu = kapasitas produksi/hari x
jumlah hari kerja/minggu
Produk jadi/minggu = 30 x 5 = 150 unit
4. Kolom 5 berisi total volume dari seluruh barang jadi
dalam 1 minggu.
Page 22
III-22
Total volume = volume x produk jadi/minggu
Total volume = 0,38 x 150 = 57,04 m3
5. Kolom 6 berisi tinggi maksimal tumpukan yaitu 1
meter. Alasan pemilihan tinggi maksimal tumpukan
tersebut yaitu agar barang jadi tidak mengalami
kerusakan pada saat ditumpuk dan kualitas masih
terjamin. Selain itu, untuk mempermudah operator
dalam menjangkau produk jadi.
6. Kolom 7 berisi luas lantai yang digunakan untuk
menyimpan barang jadi.
Luas lantai = total volume : tinggi maksimal
tumpukan
Luas lantai = 57,04 : 1 = 57,04 m2
7. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan terhadap area
penyimpanan barang jadi. Allowance yang digunakan
yaitu 200% dimana 100% diperuntukkan bagi area
operator yang menyimpan atau mengangkut barang jadi
sedangkan sisanya 100% digunakan sebagai jalannya
alat-alat pengangkut barang jadi (gang).
Allowance = luas lantai x allowance 200%
Allowance = 57,04 x 200% = 114,08 m2
8. Kolom 9 berisi total luas lantai yang digunakan
untuk menyimpan barang jadi meliputi allowance.
Total luas lantai = luas lantai + allowance
Total luas lantai = 57,04 + 114,08 = 171,12 m2
Page 23
III-23
Hasil tersebut menyatakan luas area yang digunakan
untuk meyimpan barang jadi rak buku selama 1 minggu
adalah sebesar 171,12 m2.
3.4. Analisis Pemindahan Bahan, Ongkos, dan Alokasi
Layout
Material handling merupakan proses memindahkan bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat
asal ke tempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan
material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang
terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat
proses produksi ketempat proses produksi yang lain.
Proses pemindahan ini mengakibatkan adanya ongkos
pemindahan bahan yang mencakup jeins alat angkut dan
jarak pemindahan. Berdasarkan aktivitas tersebut maka
menyebabkan perlunya melakukan penentuan alokasi
terhadap tata letak dari suatu pabrik.
3.4.1 Proses Pemindahan Bahan
Pemindahan bahan baku untuk produk rak buku
dimulai dari gudang bahan baku (receiving) model
tumpukan. Bahan baku yang akan dipindahkan dari gudang
bahan baku model tumpukan yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3,
lingkaran 1, lingkaran 2, lingkaran 3, lingkaran 4,
lingkaran 5, lingkaran 6, dan lingkaran 7. Proses
pemindahan yang pertama yaitu memindahkan semua
Page 24
III-24
komponen utama menuju ruang pengukuran melewati gudang
bahan baku (receiving) model rak. Selanjutnya adalah
proses pemindahan semua hasil pengukuran menuju ruang
pemotongan. Setelah dilakukan proses pemotongan, maka
selanjutnya dipindahkan menuju ruang penghalusan.
Beberapa komponen utama hasil penghalusan seperti kaki
1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2, lingkaran
3, dan lingkaran 5 perlu dipindahkan ke ruang mesin bor
untuk dilakukan proses membuat lubang. Sementara itu,
komponen utama seperti lingkaran 4, lingkaran 6, dan
lingkaran 7 langsung dipindahkan ke ruang perakitan
tanpa proses melubangi.
Komponen utama yang telah melalui proses melubangi
selanjutnya dipindahkan ke ruang perakitan. Komponen
tambahan yang berada di gudang bahan baku (receiving)
model rak langsung dipindahkan menuju ruang perakitan.
Karena komponen tambahan tidak mengalami proses untuk
perubahan bentuk atau dimensi. Komponen utama dan
komponen tambahan yang terdapat pada ruang perakitan,
selanjutnya melalui proses perakitan hingga menjadi
produk rak buku. Produk rak buku yang telah dirakit
selanjutnya dipindahkan ke gudang barang jadi
(shipping). Proses pemindahan barang dari satu
departemen ke departemen lain dalam lantai produksi
tentunya membutuhkan alat angkut. Alat angkut yang
dapat digunakan yaitu orang untuk bobot maksimal 25 kg
Page 25
III-25
dengan ongkos Rp 500/meter, walky pallet untuk bobot
maksimal 150 kg dengan ongkos Rp 1.000/meter, dan hand
truck untuk bobot lebih dari 150 kg dengan ongkos 1.500
meter. Penentuan alat angkut yang akan digunakan
berdasarkan total berat semua komponen yang dipindahkan
dari satu departemen menuju departemen yang lain dalam
lantai produksi.
3.4.2 Ongkos Penanganan Material (OMH)
Perhitungan ongkos penanganan material (OMH)
dilakukan untuk meminimalkan ongkos pemindahan material
dari satu departemen ke departemen lainnya dalam lantai
produksi. Selain itu dengan menghitung ongkos
penanganan material dapat diketahui pula alat angkut
yang digunakan untuk memindahkan material dari satu
departemen ke departemen lainnya dalam lantai produksi.
Perhitungan ongkos penanganan material (OMH) diperlukan
beberapa data penunjang yaitu peta proses operasi,
routing sheet, dan luas lantai. Berikut ini adalah
ketentuan alat angkut beserta spesifikasinya yang akan
digunakan sesuai dengan ongkos yang dikeluarkan:
1. ≤ 25 kg: orang = Rp 500,-
2. 25-150 kg : walky pallet = Rp 1.000,-
3. ¿ 150 kg : hand Truck = Rp 1.500,-
Berdasarkan data-data penunjang tersebut, maka
dapat dilakukan proses perhitungan ongkos penanganan
Page 26
III-26
material (OMH). Tabel 3.6 berikut merupakan hasil
perhitungan ongkos penanganan material (OMH) pada
lantai produksi rak buku.Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH)
Dari Ke NamaKomponen
BentukMateria
l
PotonganMaterial
Produk/Hari
JumlahTiapBentuk
BeratBentuk
(Kg)
BeratTotal(Kg)
AlatAngkut
OMH(Rp/meter)
Jarak(m)
TotalOngkos
(Rp)
Receiving(Model
Tumpukan)
MejaFabrika
si
Kaki 1 Kayu 1 57,41 58 0,5 29
HandTruck 1500 11,77 17655
Kaki 2 Kayu 1 57,99 58 0,5 29
Kaki 3 Kayu 1 57,99 58 0,5 29Lingkaran
1 Kayu 1 165,22 166 0,5 83
Lingkaran2 Kayu 1 173,86 174 0,45 78,3
Lingkaran3 Kayu 1 197,76 198 0,4 79,2
Lingkaran4 Kayu 1 215,06 216 0,1 21,6
Lingkaran5 Kayu 1 107,61 108 0,25 27
Lingkaran6 Kayu 1 144,42 145 0,2 29
Lingkaran7 Kayu 1 112,88 113 0,15 16,95
Total 422,05
Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH) (Lanjutan)
Dari Ke NamaKomponen
BentukMateria
l
PotonganMaterial
Produk/Hari
JumlahTiapBentuk
BeratBentuk
(Kg)
BeratTotal(Kg)
AlatAngkut
OMH(Rp/meter)
Jarak(m)
TotalOngkos
(Rp)
MejaFabrikasi
MesinPotong
Kaki 1 Kayu 1 57,41 58 0,5 29
HandTruck 1500 13,66 20490
Kaki 2 Kayu 1 57,99 58 0,5 29
Kaki 3 Kayu 1 57,99 58 0,5 29Lingkaran
1 Kayu 1 165,22 166 0,5 83
Lingkaran2 Kayu 1 173,86 174 0,45 78,3
Lingkaran3 Kayu 1 197,76 198 0,4 79,2
Lingkaran4 Kayu 1 215,06 216 0,1 21,6
Lingkaran5 Kayu 1 107,61 108 0,25 27
Lingkaran6 Kayu 1 144,42 145 0,2 29
Lingkaran7 Kayu 1 112,88 113 0,15 16,95
Total 422,05
MesinPotong
MesinSerut
Kaki 1 Kayu 1 30,24 31 0,5 15,5
HandTruck 1500 8,76 13140
Kaki 2 Kayu 1 30,24 31 0,5 15,5
Kaki 3 Kayu 1 30,24 31 0,5 15,5Lingkaran
1 Kayu 1 60,8 61 0,5 30,5
Lingkaran2 Kayu 1 60,85 61 0,45 27,45
Lingkaran3 Kayu 1 60,89 61 0,4 24,4
Lingkaran4 Kayu 1 30,56 31 0,1 3,1
Lingkaran5 Kayu 1 30,02 31 0,25 7,75
Lingkaran6 Kayu 1 61,32 62 0,2 12,4
Lingkaran7 Kayu 1 61,46 62 0,15 9,3
Total 161,4
Page 27
III-27
MesinSerut
MesinBor
Kaki 1 Kayu 1 30,01 31 0,5 15,5
WalkyPallet 1000 5,46 5460
Kaki 2 Kayu 1 30,01 31 0,5 15,5
Kaki 3 Kayu 1 30,01 31 0,5 15,5Lingkaran
1 Kayu 1 60,02 61 0,5 30,5
Lingkaran2 Kayu 1 60,05 61 0,45 27,45
Lingkaran3 Kayu 1 60,06 61 0,4 24,4
Lingkaran5 Kayu 1 30,02 31 0,25 7,75
Total 136,6
MesinSerut
MejaPerakit
an
Lingkaran4 Kayu 1 30 30 0,1 3
Orang 500 12,46 6230Lingkaran6 Kayu 1 60 60 0,2 12
Lingkaran7 Kayu 1 60 60 0,15 9
Total 24
MesinBor
MejaPerakit
an
Kaki 1 Kayu 1 30 30 0,5 15
WalkyPallet 1000 7 7000
Kaki 2 Kayu 1 30 30 0,5 15
Kaki 3 Kayu 1 30 30 0,5 15Lingkaran
1 Kayu 1 60 60 0,5 30
Lingkaran2 Kayu 1 60 60 0,45 27
Lingkaran3 Kayu 1 60 60 0,4 24
Lingkaran5 Kayu 1 30 30 0,25 7,5
Total 133,5
Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH) (Lanjutan)
Dari Ke NamaKomponen
BentukMateria
l
PotonganMaterial
Produk/Hari
JumlahTiapBentuk
BeratBentuk
(Kg)
BeratTotal(Kg)
AlatAngkut
OMH(Rp/meter)
Jarak(m)
TotalOngkos
(Rp)
Receiving(ModelRak)
MejaPerakit
an
Perakitan 1
Orang 500 43,36 21680
Engsel (2) Besi 2 60 30 0,01 0,3
Perakitan 2
Engsel (2) Besi 2 60 30 0,01 0,3
Perakitan 3
Sekrup 2cm (2) Besi 25 60 2 0,5 1
Perakitan 4
Sekrup 2cm (5) Besi 10 150 3 0,5 1,5
Sekat (2) Kayu 2 60 60 0,1 6
Perakitan 5
Sekrup 2cm (5) Besi 10 150 3 0,5 1,5
Sekat (2) Kayu 2 60 60 0,1 6
Perakitan 7
Sekrup 2cm (2) Besi 25 60 2 0,5 1
Sekat (1) Kayu 1 30 30 0,1 3
Total 20,6
MejaPerakitan
Shipping Rak Buku ProdukJadi 1 30 30 3,72 111,6 Walky
Pallet 1000 11,54 11540
Total 114 103195
Page 28
III-28
Contoh perhitungan dan analisis untuk perhitungan
ongkos penanganan material (OMH) komponen kaki 1 dari
receiving ke meja fabrikasi dapat dilihat sebagai berikut.
Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen
utama dan MPPC.
Kolom 5 = Untuk komponen utama didapat dari
pembagian volume diterima dengan volume
dipakai. Contoh perhitungan:
Potongan material =91x31x190x30x1
=1,04≈1 buah
Kolom 6 = Data diperoleh dari bahan disiapkan untuk
komponen kaki 1 yang terdapat pada routing
sheet.
Kolom 7 = Datanya diperoleh dari pembagian antara
kolom 6 dengan kolom 5.
Jumlah Tiap Bentuk =Produk/hariPotongan Material
=57,41
1=57,41≈58
Kolom 8 = Diketahui dari data komponen utama.
Kolom 9 = Datanya diperoleh dari perkalian antara
kolom 7 dengan kolom 8. Contoh
perhitungan komponen kaki 1:
Berat Total = Jumlah tiap bentuk x berat
bentuk
= 58 x 0,5 = 29 kg
Kolom 10 = Penentuan alat angkut yang digunakan
untuk memindahkan material. Datanya
Page 29
III-29
diperoleh dengan ketentuan sesuai dengan
data penunjangnya. Karena berat total
untuk perpindahan dari receiving ke meja
fabrikasi adalah sebesar 422,05 kg. Maka
alat angkut yang tepat digunakan adalah
hand truck, karena dapat menampung material
untuk bobot lebih dari 150 kg.
Kolom 11 = Karena alat angkut yang digunakan yaitu
hand truck, maka material handling cost untuk
perpindahannya yaitu Rp 1.500 untuk
setiap meter yang ditempuh.
Kolom 12 = Datanya diperoleh dari jarak yang
ditempuh dari gudang bahan baku komponen
utama ke meja fabrikasi dengan
menggunakan rumus berikut.
Jarak = 12 √A+√B+
12 √C
Jarak = 12 √Luas lantai model tumpukan+
√luas lantai model rak+12 √luas lantai ruang pengukuran
Jarak = 12 √40,53+√0,05031+
12 √280=11,77 meter
Kolom 13 = Datanya diperoleh dari hasil perkalian
antara kolom 11 dengan kolom 12. Contoh
perhitungan:
Page 30
III-30
Total ongkos = OMH x Jarak antar
Departemen
= Rp 1,500,- x 11,77 = Rp.
17.655,-
Penanganan material dari gudang bahan baku model
rak untuk komponen tambahan ke meja perakitan memiliki
cara perhitungan yang berbeda karena komponen tambahan
dibawa dalam bentuk kemasan. Berikut ini merupakan
contoh perhitungan komponen tambahan sekrup 2 cm pada
perakitan ke-3.
Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen
tambahan, PPO dan MPPC.
Kolom 5 = Untuk komponen tambahan didapat dari
pembagian unit tersedia dengan kauntitas
yang dibutuhkan untuk setiap perakitan.
Contoh perhitungan:
Potongan material =502=25
Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam 1
kemasan sekrup 2 cm hanya dapat digunakan
sebanyak 25 perakitan pada perakitan ke-
3. Sedangkan dalam 1 hari, terdapat 30
perakitan, maka dari itu tidak cukup 1
kemasan untuk perakitan ke-3.
Page 31
III-31
Kolom 6 = Data diperoleh dari jumlah sekrup yang
disiapkan untuk perakitan ke-3 selama 30
perakitan. Contoh perhitungan:
2 x 30 perakitan = 60 unit sekrup
Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah
unit sekrup yang dibutuhkan untuk
perakitan ke-3 dalam 1 hari adalah 60
unit sekrup.
Kolom 7 = Datanya diperoleh dari pembagian antara
kolom 6 dengan kolom 5.
Jumlah Tiap Bentuk = Kebutuhan produksiisi kemasan
=6050
=1,2≈2 kemasan
Kolom 8 = Diketahui dari data komponen tambahan.
Kolom 9 = Datanya diperoleh dari perkalian antara
kolom 7 dengan kolom 8. Contoh
perhitungan sekrup 2 cm:
Berat Total = Jumlah tiap bentuk x berat
bentuk
= 2 x 0,5 = 1 kg
Kolom 10 = Penentuan alat angkut yang digunakan
untuk memindahkan material. Datanya
diperoleh dengan ketentuan sesuai dengan
data penunjangnya. Karena berat total
untuk perpindahan dari receiving ke meja
perakitan adalah sebesar 20,6 kg. Maka
alat angkut yang tepat digunakan adalah
Page 32
III-32
orang, karena dapat menampung material
untuk bobot kurang dari 25 kg.
Kolom 11 = Karena alat angkut yang digunakan yaitu
orang, maka material handling cost untuk
perpindahannya yaitu Rp 500 untuk setiap
meter yang ditempuh.
Kolom 12 = Datanya diperoleh dari jarak yang
ditempuh dari gudang bahan baku komponen
tambahan ke meja perakitan dengan
menggunakan rumus berikut.
Jarak = 12 √A+√B+ √C+√D+√E+
12 √F
Jarak =12 √LL. model rak+√LL. ruang pengukuran
+√LL. ruang pemotongan+√LL. ruang penghalusan+√LL. ruang melubangi+
12 √LL. ruang perakitan
Jarak = 12 √0,05031+√280 + √112 + √48 +√16 + 12 √100=43,36 meter
Kolom 13 = Datanya diperoleh dari hasil perkalian
antara kolom 11 dengan kolom 12. Contoh
perhitungan:
Total ongkos = OMH x Jarak antar
Departemen
= Rp 500,- x 43,36 = Rp.
21.680,-
Page 33
III-33
Lantai produksi rak buku terdiri dari 8 departemen
yaitu departemen gudang bahan baku model tumpukan,
gudang bahan baku model rak, departemen pengukuran,
departemen pemotongan, departemen penghalusan,
departemen melubangi, departemen perakitan, dan
departemen gudang barang jadi. Banyaknya tahapan aliran
bahan yang harus dilalui yaitu sebanyak 8 tahapan
meliputi perpindahan dari receiving (gudang bahan baku) ke
meja fabrikasi (komponen utama), meja fabrikasi ke
mesin potong, mesin potong ke mesin serut, mesin serut
ke mesin bor, mesin serut ke meja perakitan, mesin bor
ke meja perakitan, receiving (gudang bahan baku) ke meja
perakitan (komponen tambahan), dan meja perakitan ke
shipping (gudang barang jadi). Tingkat aliran material
dipengaruhi oleh faktor kuantitas atau jumlah material
yang dipindahkan dan jarak perpindahan material
tersebut. Aktivitas penanganan material merupakan
aktivitas yang non produktif karena tidak memberikan
nilai apa-apa terhadap material. Penentuan alat angkut
yang tepat dapat meminimalkan ongkos penanganan bahan
(OMH) pada modal kerja dan pembelian alat angkut
menjadi lebih efisien karena disesuaikan dengan
kapasitas angkutnya.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat terdapat beberapa analisis. Potongan material
menunjukkan jumlah unit komponen yang dapat diproduksi
Page 34
III-34
dari 1 unit papan yang dipesan dari supplier. Potongan
material sebesar 1 unit menunjukkan bahwa papan yang
dipesan dari supplier hanya dapat diproduksi komponen
utama sebanyak 1 unit. Hal tersebut dikarenakan
kebijakan perusahaan yang memesan komponen yang
ukurannya telah ditambah allowance sebesar 1 cm. Kolom
produk/hari menunjukkan jumlah unit komponen yang harus
disiapkan sebelum proses pada tempat yang dituju
dilaksanakan berdasarkan routing sheet. Kolom jumlah tiap
bentuk menunjukkan jumlah unit komponen yang harus
disediakan dari hasil pembagian antara kolom
produk/hari dengan potongan material. Hasil pembagian
tersebut dilakukan pembulatan, hal tersebut dikarenakan
menunjukkan jumlah unit papan yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Berat total paling besar diperoleh dari penanganan
material dari gudang bahan baku komponen utama ke meja
fabrikasi dan meja fabrikasi ke meja potong. Hal ini
dikarenakan material yang dipesan dari supplier belum
mengalami perubahan bentuk sehingga bobot setiap
komponen belum berkurang. Penentuan alat angkut yang
akan digunakan pada penerapan material handling cost ini
hanya berdasarkan karakteristik material untuk bobot.
Sehingga masih sulit menentukan apakah kualitas
komponen masih terjamin untuk setiap penanganan
materialnya. Jarak terjauh yang ditempuh dalam
Page 35
III-35
penanganan material produk rak buku yaitu dari gudang
bahan baku model rak untuk komponen tambahan ke meja
perakitan. Hal tersebut dikarenakan untuk mencapai
tempat tujuan, harus melewati beberapa lantai produksi
seperti meja fabrikasi, mesin potong, mesin serut, dan
mesin bor. Hasil perhitungan penanganan material ini
belum optimal, karena seharusnya sebelum melakukan
perhitungan material handling cost, perlu ditentukan
terlebih dahulu aliran material yang digunakan. Aliran
material akan mempengaruhi perhitungan jarak antar
mesin atau departemen dan pada akhirnya akan
mempengaruhi total biaya penanganan material.
3.5. Alokasi Layout
Secara umum, alokasi layout dilakukan untuk
mengetahui pola aliran aktivitas yang akan digunakan
pada perusahaan khususnya pada lantai produksi. Pola
aliran aktivitas tersebut mempertimbangkan ongkos
penanganan material (OMH) dan skala prioritas sehingga
akan meminimalkan ongkos penanganan material dan layout
menjadi lebih optimal. Alokasi layout ini terdiri dari
empat bagian yaitu from to chart (FTC), in flow - out flow (IF –
OF), tabel skala prioritas (TSP), dan allocation relationship
diagram (AAD).
3.5.1 From To Chart (FTC)
Page 36
III-36
From to chart (FTC) merupakan gambaran tentang total
ongkos penanganan material (OMH) dari suatu bagian
aktivitas ke aktivitas lain dalam lantai produksi.
Sebelum membuat from to chart (FTC), masing-masing
departemen dalam lantai produksi dapat disimbolkan
sebagai berikut.
1. R = Gudang bahan baku (receiving)
2. F1= Meja Fabrikasi
3. F2= Mesin Potong
4. F3= Mesin serut
5. F4= Mesin bor
6. A1= Meja perakitan
7. S = Shipping (gudang barang jadi)
Berdasarkan data penunjang ongkos penanganan
material (OMH) pada Tabel 3.6, maka dapat dihitung
ongkos yang masuk ke mesin (inflow) dan ongkos yang
keluar dari mesin (outflow) dalam perhitungan from to chart
(FTC). Pada tabel from to chart (FTC) perhitungan yang
dilakukan menggunakan ongkos penanganan material (OMH).
Karena ongkos penanganan material (OMH) telah
mempertimbangkan jarak dan alat angkut yang digunakan.
Sehingga parameter yang tepat digunakan sebagai
pertimbangan dalam menentukan aliran material yaitu
ongkos penanganan material. Tabel 3.7 berikut ini
merupakan tabel from to chart (FTC) yang berisi ongkos
Page 37
III-37
inflow dan outflow untuk setiap mesin atau departemen pada
lantai produksi rak buku.Tabel 3.7 From To Chart (FTC)
To R F1 F2 F3 F4 A1 S JumlahFrom
R 17655 2168
0 39335
F1 20490 20490
F2 13140 13140
F3 5460 6230 11690F4 7000 7000
A1 11540 11540
S 0Jumlah 0 1765
520490
13140 5460 3491
011540
103195
Berdasarkan Tabel 3.7 mengenai from to chart (FTC)
yang berisi ongkos mesin, maka didapat dilihat bahwa
ongkos penanganan material (OMH) yang paling besar
dikeluarkan yaitu berasal dari receiving atau gudang bahan
baku. Hal tersebut gudang bahan baku terdiri dari dua
bagian yaitu gudang bahan baku komponen utama yang
mengirim komponen utama rak buku ke meja fabrikasi dan
gudang bahan baku komponen tambahan yang mengirim
komponen tambahan ke meja perakitan. Sedangkan ongkos
penanganan material (OMH) yang paling besar dimasukkan
yaitu departemen meja perakitan. Hal tersebut karena
lantai produksi pada departemen meja perakitan menerima
penanganan material komponen tambahan dari receiving,
komponen utama yang telah dihaluskan atau diratakan
Page 38
III-38
dari departemen mesin serut, dan komponen utama yang
telah dilubangi dari departemen mesin bor. Maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak yang
ditempuh maka ongkos penanganan material yang
dikeluarkan akan semakin besar.
3.5.2 In Flow – Out Flow (IF – OF)
Berdasarkan from to chart (FTC) pada Tabel 3.7 dapat
dilihat bahwa nilai-nilai tiap selnya diperoleh tabel
ongkos penanganan material (OMH). Selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk FTC inflow dan FTC outflow. FTC inflow
dilakukan untuk menghitung ongkos yang masuk dari suatu
mesin ke mesin lainnya, sedangkan FTC outflow untuk
menghitung ongkos yang keluar dari satu mesin atau area
ke mesin atau area lainnya. Tabel 3.8 berikut ini
merupakan hasil perhitungan from to chart (FTC) in flow pada
lantai produksi rak buku.Tabel 3.8 From To Chart (FTC) In Flow
To R F1 F2 F3 F4 A1 SFromR 1 0,63 F1 1 F2 1 F3 1 0,18 F4 0,21 A1 1S
Page 39
III-39
In flow merupakan koefisien atas ongkos pada mesin
dilihat dari ongkos yang masuk ke dalam mesin. Berikut
ini merupakan contoh perhitungan in flow dari gudang
bahan baku (receiving) menuju meja fabrikasi.
Inflow=ongkos di mesinongkos yang masuk ke mesin
=1765517655
= 1
Nilai koefisien sebesar 1 menunjukkan bahwa ongkos
yang masuk ke mesin sebanding dengan ongkos yang
terdapat di mesin. Sedangkan nilai koefisien yang
kurang dari 1 menunjukkan bahwa ongkos yang masuk ke
mesin lebih besar dibandingkan dengan ongkos pada
mesin. Hal tersebut disebabkan karena mesin yang
digunakan menerima pengiriman komponen dari beberapa
department misal pada meja perakitan yang menerima
komponen-komponen dari gudang bahan baku (receiving),
mesin serut, dan mesin bor. Berdasarkan Tabel 3.8 dapat
dilihat bahwa pada from to chart (FTC) in flow koefisien
terkecil adalah 0,18 dari departemen mesin serut ke
departemen meja perakitan. Setelah perhitungan from to
chart inflow, maka langkah selanjutnya adalah perhitungan
from to chart outflow untuk menentukan apakah ada koefisien
yang lebih kecil dibandingkan 0,18. Tabel 3.9 berikut
hasil perhitungan ongkos yang keluar dari mesin (out
flow) pada lantai produksi rak buku.Tabel 3.9 From To Chart (FTC) Out Flow
To R F1 F2 F3 F4 A1 SFromR 0,87 1,88
Page 40
III-40
F1 1,56 F2 1,13 F3 0,78 0,54 F4 0,61 A1 ∞ S
Out flow merupakan koefisien atas ongkos pada mesin
dilihat dari ongkos yang keluar dari dalam mesin.
Berikut ini merupakan contoh perhitungan from to chart
(FTC) out flow dari gudang bahan baku (receiving) ke meja
fabrikasi.
Outflow=ongkos di mesinongkos yang keluar dari mesin
=1765520490
= 0,87
Berdasarkan hasil perhitungan from to chart (FTC) out
flow, tidak terdapat nilai koefisien sebesar 1. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ongkos yang keluar dari
mesin tidak ada yang sebanding dengan ongkos di mesin
untuk semua lantai produksi. Nilai koefisien yang
kurang dari 1 menunjukkan bahwa ongkos yang keluar dari
mesin lebih besar dibandingkan dengan ongkos pada
mesin. Hal tersebut disebabkan karena mesin yang
digunakan menerima pengiriman komponen dari beberapa
departemen misal pada meja perakitan yang menerima
komponen-komponen dari gudang bahan baku (receiving),
mesin serut, dan mesin bor.Sedangkan koefisien yang
lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa ongkos yang keluar
dari mesin lebih kecil dibandingkan dengan ongkos di
mesin. Terdapat koefisien ∞ pada Tabel 3.9, hal
Page 41
III-41
tersebut dikarenakan tidak ada ongkos penanganan
material yang keluar dari shipping namun hanya terdapat
ongkos distribusi yang tidak dipertimbangkan dalam
menentukan aliran material. Berdasarkan Tabel 3.9 dapat
dilihat bahwa koefisien terkecil adalah sebesar 0,54
dari departemen mesin serut ke departemen meja
perakitan.
3.5.3 Tabel Skala Prioritas (TSP)
Tabel skala prioritas (TSP) merupakan gambaran
urutan prioritas antara departemen atau mesin dalam
suatu lintas atau layout produksi. Tujuan tabel skala
prioritas (TSP) yaitu untuk meminimumkan ongkos, untuk
memperkecil jarak handling, dan untuk mengoptimalkan
layout. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien terkecil
dari from to chart (FTC) in flow dan out flow dapat dilihat
bahwa nilai koefisien paling kecil adalah 0,18 yang
berada pada perhitungan from to chart (FTC) in flow. Maka
untuk mengisi tabel skala prioritas diutamakan meja
perakitan terlebih dahulu dan seterusnya sesuai dengan
urutan koefisien dari terkecil hingga terbesar. Tabel
3.10 berikut ini merupakan tabel skala prioritas (TSP)
pada lantai produksi rak buku.Tabel 3.10 Tabel Skala Prioritas (TSP)
Departemen/Mesin
PrioritasI II
R A1 F1
Page 42
III-42
F1 F2F2 F3F3 A1 F4F4 A1A1 S
Berdasarkan tabel skala prioritas di atas, dapat
diketahui bahwa lokasi gudang bahan baku (receiving)
harus berdekatan dengan departemen meja perakitan
(prioritas pertama) dan departemen meja fabrikasi
(prioritas kedua). Lokasi meja fabrikasi harus
berdekatan dengan lokasi mesin potong. Lokasi mesin
potong harus berdekatan dengan lokasi mesin serut.
Lokasi mesin serut harus berdekatan dengan lokasi meja
perakitan (prioritas pertama) dan lokasi mesin bor.
Lokasi mesin bor harus berdekatan dengan lokasi meja
perakitan. Serta lokasi meja perakitan harus berdekatan
dengan gudang barang jadi (shipping).
3.5.4 Activity Relationship Diagram (ARD)
Activity relationship diagram (ARD) adalah diagram
hubungan antar aktivitas (departemen atau mesin)
berdasarkan tingkat prioritas kedekatan dengan kata
lain meminimumkan ongkos handling. Tujuan dari pembuatan
activity relationship diagram (ARD) yaitu menentukan letak
lokasi departemen satu dengan yang lain, dan
menggambarkan hubungan derajat kepentingan antar
departemen, sehingga perencanaan yang ditentukan dapat
Page 43
III-43
berjalan dengan tepat. Keuntungan pembuatan activity
relationship diagram (ARD), yaitu pembagian wilayah
kegiatan menjadi sistematis, meminimumkan ruangan yang
tidak digunakan dan memudahkan proses tata letak.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel
skala prioritas pada Tabel 3.10, maka selanjutnya
adalah membuat activity relationship diagram (ARD). Gambar 3.2
sampai dengan Gambar 3.. berikut ini merupakan
alternatif-alternatif activity relationship diagram (ARD) yang
dapat digunakan dalam lantai produksi rak buku.
SA1
F4
F3
F2F1R
Gambar 3.2 ARD Alternatif 1
Alternatif ke-1 mendekati aliran melingkar
(circular). Pola ini hampir sama dengan pola U-Shaped,
diharapkan barang atau produk kembali ke tempat awal
proses, penerimaan dan pengiriman pada satu tempat
sama, dan digunakan mesin dengan rangkaian yang sama
untuk kedua kalinya.
S
A1
F4 F3
F2F1
R
Gambar 3.3 ARD Alternatif 2
Page 44
III-44
Alternatif ke-2 mendekati aliran melingkar
(circular). Pola ini hampir sama dengan pola U-Shaped,
diharapkan barang atau produk kembali ke tempat awal
proses, penerimaan dan pengiriman pada satu tempat
sama, dan digunakan mesin dengan rangkaian yang sama
untuk kedua kalinya.
F3 S
RF1F2
F4
A1
Gambar 3.4 ARD Alternatif 3
Alternatif ke-3 mendekati aliran melingkar
(circular). Pola ini hampir sama dengan pola U-Shaped,
diharapkan barang atau produk kembali ke tempat awal
proses, penerimaan dan pengiriman pada satu tempat
sama, dan digunakan mesin dengan rangkaian yang sama
untuk kedua kalinya.
F3
S
RF1F2
F4A1
Gambar 3.5 ARD Alternatif 4
Alternatif ke-4 merupakan aliran bentuk U (U-
shaped). Digunakan apabila mengakhiri proses pada
tempat yang relatif sama dengan awal proses. Hal ini
Page 45
III-45
mungkin disebabkan pada pabrik tersebut hanya mempunyai
satu jalur untuk penerimaan bahan dan pengiriman produk
jadi.
R
F2 A1F4
F3
S
F1
Gambar 3.6 ARD Alternatif 5
Alternatif ke-5 mendekati aliran bentuk ular (zig-
zag). Digunakan apabila lintasan lebih panjang dari
ruang yang dapat digunakan untuk ditempati, dan
karenanya berbelok-belok dengan sendirinya untuk
memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam
bangunan dengan luas, bentuk, dan ukuran yang lebih
ekonomis.
Berdasarkan lima activity relationship diagram (ARD) di
atas, ada 5 jenis aliran material berdasarkan dengan
tabel skala prioritas (TSP). Berdasarkan activity
relationship diagram (ARD) maka letak lokasi departemen satu
dengan yang lain dapat ditentukan. Alternatif yang
dipilih untuk diterapkan dalam perancangan tata letak
fasilitas adalah alternatif ke-4 dengan tipe U-shaped.
Alasan pemilihan tipe aliran material tersebut karena
lebih mudah dalam penerapannya, selain itu lebih
ekonomis karena lintasan relatif lebih pendek daripada
alternatif yang lainnya sehingga akan memberikan
Page 46
III-46
efisiensi biaya pemindahan material. Transportasi yang
dilakukan untuk memasukkan komponen dan mengeluarkan
barang jadi dapat dilakukan dalam satu akses. ARD di
atas belum menggambarkan layout lantai produksi namun
hanya sekedar aliran material dari satu departemen ke
departemen lain. Penempatan gudang bahan baku maupun
gudang barang jadi tidak diletakkan di tengah, karena
dapat menghambat proses pemindahan material.Nantinya
pabrik yang akan didirikan hanya mempunyai satu jaluruntuk penerimaan bahan dan pengiriman produk jadi.