TINJAUAN PUSTAKA
BAB IPRESENTASI KASUSBENIGN PROSTATE HYPERPLASIA
I.1IdentitasNama : Tn. SUmur: 78 tahunJenis kelamin:
Laki-lakiAlamat: Ds. Hukai RT 2 Kec. JuaiTanggal masuk: 03 Mei
2015I.2AnamnesisAutoanamnesis dan alloanamnesisA. Keluhan utama:
Pasien mengeluh buang air kecil tidak lancarB.. Riwayat penyakit
sekarang :Pasien mengeluh buang air kecil tidak lancar sejak sejak
2 bulan SMRS. Pasien sering mengedan saat pertama akan buang air
kecil, tetapi air kencing yang keluar tidak lancar di sertai nyeri
saat buang air kecil.Pasien merasakan ingin segera buang air kecil
dan seperti tidak dapat ditahan tetapi pada saat awal buang air
kecil pasien harus menunggu untuk memulai kencing. Setelah buang
air kecil pasien sering merasa tidak terpuaskan dan pancaran air
kencing saat akhir menetes. Setelah beberapa saat setelah kencing
pasien sering mersakan untuk buang air kecil kembali. Pasien juga
mengeluhkan tidak bisa menahan buang air kecil dan sering bolak-
balik ke WC buat buang air kecil tiap malam hari namun air kencing
sangat sulit untuk dikeluarkan. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pinggang kiri tetapi tidak mengeluhkan panas badan.
D. Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini sebelumnya Riwayat pernah kencing mengeluarkan
batu disangkal Riwayat kencing manis dan darah tinggi disangkal
E. Riwayat penyakit keluarga : Pasien menyangkal bahwa dalam
keluarganya ada yang pernah mengalami keluhan seperti dia.
I.3 Pemeriksaan FisikA. Keadaan umum: tampak sakit sedangB.
Kesadaran: compos mentisC. Vital sign Tekanan darah: 150/90 mmHg
Nadi: 84 x/menit Pernafasan: 22 x/menit Suhu: 36,5 CD. Status
Generalisata Kepala: normocephal Mata: conjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+)
Hidung: Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis,
sekret tidak ada, tidak ada deviasi septum Telinga: Simetris, tidak
ada kelainan, otore (-/-) Mulut: Bibir tidak sianosis, gusi tidak
ada perdarahan, lidah tidak kotor,faring tidak hiperemis Leher:
Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
getah bening, JVP tidak meningkat Thorax
Paru-paru : Inspeksi: Bentuk dan pergerakan pernafasan
kanan-kiri simetrisPalpasi: Fremitus taktil simetris
kanan-kiriPerkusi: Sonor pada kedua lapang paruAuskultasi: Suara
nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru, wheezing (-/-), ronkhi
(-/-)
Jantung :Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihatPalpasi: Ictus
cordis tidak teraba.Perkusi: Batas atas sela iga III garis mid
klavikula kiri Batas kanan sela iga V garis sternal kanan Batas
kiri sela iga V garis midklavikula kiriAuskultasi: Bunyi jantung I
II murni, murmur (-)
Abdomen :Inspeksi: Perut datar simetris.Palpasi: Hepar dan Lien
tidak membesar, nyeri tekan epigastrium (+), nyeri Lepas (-),
defans muskuler (-)Perkusi: TimpaniAuskultasi: Bising usus (+)
normal
EkstremitasSuperior: Sianosis (-), oedem (-), ikterik
(-)Inferior: Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
E. Status LokalisRegio Costovertebra- Inspeksi: Bentuk pinggang
simetris, benjolan (-)- Palpasi: Bimanual Ballotement ginjal (-)-
Perkusi: Nyeri Ketok (-)
Regio Supra Pubis- Inspeksi: Terdapat rambut pubis, tidak ada
benjolan - Palpasi: Nyeri Tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defance
Muscular (-)- Perkusi: Timpani- Auskultasi: Bising Usus (+)
Normal
Regio Genitalia Eksterna Inspeksi : Tampak penis tersirkumsisi
terpasang kateter, OUE pada gland penis, tanda radang (-), skrotum
tampak normal, hematom (-), edema (-) Palpasi : Pada penis tidak
teraba massa tumor, tidak nyeri tekan. Pada skrotum teraba dua buah
testis, kesan normal, massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak
ada
Regio Anal- Inspeksi: Bentuk Normal, benjolan (-)- Rectal
Toucher: Spincter ani adekuat, mukosa anus licin, ampula rekti
tidak kolaps, teraba massa arah jam 12, konsistensi padat kenyal,
permukaan licin, pole superior sulit dijangkau, berat kira-kira
> 30 gram, tidak terdapat nyeri tekan atau nodul.- Handscoon:
Darah, lendir dan feses tidak ada1.4Diagnosis Banding- Benign
prostat hiperplasia et.Sistitis komplikata et Hipertensi Grade 1-
Urolitiasis et.Sistitis komplikata et. Hipertensi grade 1
F. Pemeriksaan penunjangLaboratorium ( tanggal 03 Mei 2015
)Hasil Nilai RujukanHb: 14,3 g/dl 14-18 g/dlHt: 40,8 %
40,8%Leukosit: 13.200 mm3 4.000-10.000 mm3Trombosit: 156.000 mm3
150.000-450.000 mm3Ureum: 29 mg/dl 15-39 mg/dlKreatinin: 0,68 mg/dl
0,6-1,5 mg/dl
Foto Polos Abdomen
Foto Polos AbdomenSoft tissue swelling ( -)Pre-peritoneal fat
line tidak jelasPsoas line : simetris Skeletal :fraktur (-)- Corpus
vertebrae scoliosis,spondilosis lumbalDistribusi gas pada usus
halus dan colon : normal, distensi (-) Free air (-)Ginjal :
contour, tidak ada hidronefrosis, tidak ada batuTraktur urinarius
(ureter,bladder) : tidak ada batu, kalsifikasi (-).
I.5ResumeA. Anamnesis Pasien laki-laki berumur 78 tahun datang
dengan keluhan : Pasien merasakan buang air kecil tidak lancar
Nyeri pada saat buang air kecil Pasien harus mengedan agar air
kencingnya keluar Pasien merasa bunag air kecil menjadi lebih
sering dan air kencing yang keluar menetes dan terasa sakit Tanpa
disertai dengan demam
B. Pemeriksaan fisikStatus generalisata : dalam batas
normalStatus lokalis - Regio Costovertebra : Tidak Ada Kelainan -
Regio Suprapubis : Tidak Ada Kelainan - Regio Genetalia Eksterna :
Tidak Ada Kelainan - Regio AnalRectal Toucher : teraba massa arah
jam 12, konsistensi padat kenyal simetris, permukaan licin, pole
superior sulit dijangkau, berat kira-kira > 30 gram, tidak
terdapat nyeri tekan atau nodul.Handscoon : Darah, lendir dan feses
tidak ada Lab / Leukosit: 13.200 mm3 Foto Polos Abdomen : Batu
saluran kemih (-)
I.6Diagnosis Kerja- Benign prostat hiperplasia et. Hipertensi
Grade 1et. Sistitis Komplikata
I.7Terapi- IVFD RL 20 tpm- Ranitidin 250 mg- Ketorolac 330 mg-
Amlodipin 15 mg- Siprofloksasin 2250 mg- Rencana periksa urinalisa
besok tgl 4 Mei 2015 dan USG Abdomen tgl 7 Mei 2015
I.8PrognosisQuo ad vitam: Dubia ad bonamQuo ad functionam: Dubia
ad bonam
I.9Follow Up4 Mei 2015s/ - Nyeri pinggang (+) berkurang - pasien
mengeluh nyeri pada saat buang air kecil (-) - pasien mengeluh
buang air kecil sedikit (-) - pasien selalu mengedan pada saat
buang air kecil (-)o/ - Tekanan darah:100/60 mmHg - Nadi: 84
x/menit - Pernafasan: 24 x/menit - Suhu: 36,5 C - KU: sedang - KS:
CM Status lokalis pubis Regio Costovertebra- Inspeksi: Bentuk
pinggang simetris, benjolan (-)- Palpasi: Bimanual Ballotement
ginjal (-)- Perkusi: Nyeri Ketok (-)
Regio Supra Pubis- Inspeksi: Terdapat rambut pubis, tidak ada
benjolan - Palpasi: Nyeri Tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defance
Muscular (-)- Perkusi: Timpani- Auskultasi: Bising Usus (+)
Normal
Urinalisa MakroskopisWarna : KuningKejernihan: Jernih
KimiawiBerat Jenis :1.015Ph: 5Protein:-Glukosa:-Bilirubin:
-Urobilinogen:-Nitirit:-Ketone:- MikroskopikEritrosit :
PenuhLeukosit :10-15/LPBEpitel Sel:
-Silinder:-Kristal:-Bakteri:-
a/ BPH+Sistitis Komplikatath/ IVFD RL 20 tpm- Ranitidin 250 mg-
Ketorolac 330 mg- Amlodipin 15 mg- Siprofloksasin 2250 mg 05 Mei
2015s/ - Nyeri pinggang (+) berkurang - pasien mengeluh nyeri pada
saat buang air kecil (-) - pasien mengeluh buang air kecil sedikit
(-) - pasien selalu mengedan pada saat buang air kecil (-)
o/ - Tekanan darah:140/90 mmHg - Nadi: 94 x/menit - Pernafasan:
22 x/menit - Suhu: 36,4 C - KU: sedang - KS: CM
Status lokalis pubis Regio Costovertebra- Inspeksi: Bentuk
pinggang simetris, benjolan (-)- Palpasi: Bimanual Ballotement
ginjal (-)- Perkusi: Nyeri Ketok (-)
Regio Supra Pubis- Inspeksi: Terdapat rambut pubis, tidak ada
benjolan - Palpasi: Nyeri Tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defance
Muscular (-)- Perkusi: Timpani- Auskultasi: Bising Usus (+)
Normal
a/ BPH + Hipertensi grade 1+sistitis komplikatath/ IVFD RL 20
tpm- Ranitidin 250 mg- Ketorolac 330 mg- Amlodipin 15 mg-
Siprofloksasin 2250 mg
06 Mei 2015s/ - Nyeri pinggang (+) berkurang - pasien mengeluh
nyeri pada saat buang air kecil (-) - pasien mengeluh buang air
kecil sedikit (-) - pasien selalu mengedan pada saat buang air
kecil (-)o/ - Tekanan darah:130/90 mmHg - Nadi: 88 x/menit -
Pernafasan: 22 x/menit - Suhu: 36,5 C - KU: sedang - KS: CM
Status lokalis pubis Regio Costovertebra- Inspeksi: Bentuk
pinggang simetris, benjolan (-)- Palpasi: Bimanual Ballotement
ginjal (-)- Perkusi: Nyeri Ketok (-)
Regio Supra Pubis- Inspeksi: Terdapat rambut pubis, tidak ada
benjolan - Palpasi: Nyeri Tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defance
Muscular (-)- Perkusi: Timpani- Auskultasi: Bising Usus (+)
Normal
a/ BPH+Sistitis Komplikatath/ IVFD RL 20 tpm- Ranitidin 250 mg-
Ketorolac 330 mg- Amlodipin 15 mg07 Mei 2015s/ - Nyeri pinggang (+)
berkurang - pasien mengeluh nyeri pada saat buang air kecil (-) -
pasien mengeluh buang air kecil sedikit (-) - pasien selalu
mengedan pada saat buang air kecil (-)o/ - Tekanan darah:140/90
mmHg - Nadi: 88 x/menit - Pernafasan: 22 x/menit - Suhu: 36,8 C -
KU: sedang - KS: CM
Status lokalis pubis Regio Costovertebra- Inspeksi: Bentuk
pinggang simetris, benjolan (-)- Palpasi: Bimanual Ballotement
ginjal (-)- Perkusi: Nyeri Ketok (-)
Regio Supra Pubis- Inspeksi: Terdapat rambut pubis, tidak ada
benjolan - Palpasi: Nyeri Tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defance
Muscular (-)- Perkusi: Timpani- Auskultasi: Bising Usus (+) Normal
USG Abdomen : Pembesaran prostat 43 cc
a/BPH+Hipertensi grade 1 + Sistitis Komplikatath/ Ganti kateter
setiap 2 minggu sekali di puskesmas. Pasien di rujuk ke
puskesmas
BAB IIRANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIOBENIGN PROSTATE
HYPERPLASIA( BPH )
Subjective:
Pasien laki-laki 78 tahun datang keluhan buang air kecil tidak
lancar sejak sejak 2 bulan SMRS. Pasien sering mengedan saat
pertama akan buang air kecil, tetapi air kencing yang keluar tidak
lancar di sertai nyeri saat buang air kecil.Pasien merasakan ingin
segera buang air kecil dan seperti tidak dapat ditahan tetapi pada
saat awal buang air kecil pasien harus menunggu untuk memulai
kencing. Setelah buang air kecil pasien sering merasa tidak
terpuaskan dan pancaran air kencing saat akhir menetes. Setelah
beberapa saat setelah kencing pasien sering mersakan untuk buang
air kecil kembali. Pasien juga mengeluhkan tidak bisa menahan buang
air kecil dan sering bolak- balik ke WC buat buang air kecil tiap
malam hari namun air kencing sangat sulit untuk dikeluarkan. Pasien
juga mengeluhkan nyeri pinggang kiri tetapi tidak mengeluhkan panas
badan. Pada pasien ini kita terdapat keluhan pada saluran kemih
bagian bawah berupa gejala obstruksi :1. Harus menunggu pada
permulaan miksi (Hesistancy)2. Pancaran miksi yang lemah (weak
stream)3. Miksi terputus (Intermittency)4. Menetes pada akhir miksi
(Terminal dribbling)5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of
incomplete bladder emptying).1Maka harus di waspadai adanya
kelainan berupa kanker prostat dan striktur uretra. Tetapi padi
pasien ini juga terdapat gejala iritasi berupa :1. Bertambahnya
frekuensi miksi (Frequency)2. Nokturia3. Miksi sulit ditahan
(Urgency)4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi)2
Jika hanya terdapat gejala iritasi maka perlu di waspdai
sistitis dan kanker buli. Pada pasien terdapat gejala obstruksi dan
batu buli maka kita bisa pikirkan kemungkinan BPH dan Batu
buli.Infeksi saluran kemih adalah invasi mikroorganisme (biasanya
bakteri) pada saluran kemih, mulai dari uretra hingga ginjal.ISK
Komplikata : Infeksi saluran kemih pada pasien dengan kelainan
struktural atau fungsional yang dapat menurunkan efikasi terapi
antibiotik, anatara lain : Pemakaiaan kateter atau adanya stent
pada saluran kemih. Urine residu setelah berkemih > 100 ml.
Uropati obstruktif (batu, tumor, atau neurogenic bladder) Refluks
vesikoureter atau abnormalitas fungsional lainnya. Jejas kimia atau
radiasi pada uroepitel. Sistitis Gejala saluran kemih bawah (LUTS)
iritatif Trias : disuria,freukensi, urgensi. Nyeri suprapubik atau
dapat bermanifestasi sebagai nyeri pinggang bawah. Urin keruh dan
berbau tidak sedap. Urin dapat berdarah pada 30% kasus. Kemerahan
pada uretra atau area suprapubik.
Objective:
Dari hasil pemeriksaan fisik lokalista pada RT di temukan
:Teraba massa arah jam 12, konsistensi padat kenyal simetris,
permukaan licin, pole superior sulit dijangkau, berat kira-kira
> 30 gram, tidak terdapat nyeri tekan atau nodul..Berdasarkan
pemeriksaan fisik maka diagnosa BPH bisa di tegakkan tetapi belum
dapat mengeksklusi kemungkinan batu saluran kemih karena foto polos
abdomen hanya melihat kemungkinan adanya batu radio-opak seperti
jenis kalsium oksalat dan dan kalsium fosfat. Sedangkan batu asam
urat bersifat non opak (radio lusen). Maka di lanjutkan dengan
pemeriksaan USG untuk menyingkirkan diagnosa batu saluran kemih dan
mendukung diagnosa BPH. Dari hasil pemeriksaan USG tidak temukan
adanya batu saluran kemih dan adanya pembesaran prostat dengan
volume 43 cc.Pada pemeriksanaan urinalisa mikroskopik di temukan
ertrosit penuh dan leukosit 10-15/LPB
Assessment:
Dari anamnesis di dapatkan terdapat keluhan pada saluran kemih
bagian bawah berupa gejala obstruksi yang mengarahkan pada
kecurigaan BPH dan Batu saluran kemih. Pada BPH terdapat dua
komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen
mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan
dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak
uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine
(obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus
otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik
reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan
menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus.
Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis,
yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen
mekanik.Berbagai keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan dan
resistensi uretra. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan sumbatan
aliran kemih. Untuk mengatasi resistensi uretra yang meningkat,
otot-otot detrusor akan berkontraksi untuk mengeluarkan
urine.Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.Perubahan
struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS)
yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.Dengan
semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke
dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal
yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara
ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke
ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,
bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.3
Sedangkan pada pemeriksaan fisik lokalisata pada pada colok
dubur menunjukkan pembesaran prostat benigna berupa konsistensi
prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri
simetris dan tidak didapatkan nodul. Pemeriksaan foto polos abdomen
tidak menunjukkan batu radioopak. Pemerikssan USG Abdomen
menunjukkan pembesaran prostat
Planning:Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :Derajat berat
hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinisDerajatColok
DuburSisa Volume Urin
IPenonjolan prostat, batas atas mudah diraba< 50 ml
IIPenonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai50 100
ml
IIIBatas atas prostat tidak dapat diraba> 100 ml
IVRetensi urin total
Pada pasien ini derajat hipertropi adalah III karena pole
superior atau batas atas tidak teraba. Pembagian derajat beratnya
hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara
penanganan, yaitu : Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan
operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konservatif.
Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan
intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap
sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR).
Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan
operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan
pengobatan konservatif. Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan
oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat
tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan
selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.
Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah
membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan
memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik,
kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi
terbuka.4Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi
gejala, meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi
akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih
merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90%
kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula
beberapa terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif
dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat gejala klinik
hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran
kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan
berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik
ditujukan untuk :1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat2.
Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul
prostat3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan
detrusorTujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah
menghilangkan obstruksi pada leher vesica urinaria. Hal ini dapat
dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan
endourologi yang kurang invasif.5
Pilihan Terapi pada Hiperplasi Prostat Benigna
ObservasiMedikamentosaOperasiInvasif Minimal
Watchfull waitingPenghambat adrenergik Prostatektomi
terbukaTUMTTUBD
Penghambat reduktase FitoterapiHormonalEndourologi1. TURP2.
TUIP3. TULP (laser)Strent uretra dengan prostacathTUNA
Pada pasien ini karena mempertimbangkan faktor usia dan penyulit
operasi. Penyulit yang dapat terjadi setelah tindakan prostatektomi
terbuka adalah pasien akan kehilangan darah yang cukup banyak,
retensi urine, inkontinensia urine, impotensi dan terjadi infeksi.
Maka pada pasien tidak di lakukakan operasi di anjurkan pemakaiaan
kateter seumur hidup.
DAFTAR PUSTAKA1.Mahummad A., 2008.,Benigna Prostate
Hiperplasia.,http://ababar.blogspot
.com/2008/12/benigna-prostate-hyperplasia.html., Di akses tanggal
10 Mei 20152.Purnomo, Basuki B. Hiperplasia prostat dalam:Dasar
dasar urologi., Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto. 2003. p. 69 853.
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2.
Jakarta : EGC, 2004. pp. 782-7864.Kozar Rosemary A, Moore Frederick
A. Schwartzs Principles of Surgery. 8th Edition. Singapore : The
McGraw-Hill Companies,Inc; 20055. Sapardan Subroto. Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah. Jakarta : Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
15