PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK- …... · bahwa terdapat peningkatan prestasi mata pelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
Post on 27-Apr-2019
260 Views
Preview:
Transcript
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-
PAIR-SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 PEDAN
KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
ELPIANA
X 7406020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-
PAIR-SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 PEDAN
KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
ELPIANA
X 7406020
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Sri Witurachmi, M.M. Muhtar, S.Pd, M.Si.
NIP. 1954 06 14 1981 03 2 001 NIP. 1966 12 31 1994 12 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Ketua : Drs. Sukirman, M.M. 1. __________
Sekretaris : Laily Faiza Ulfa, S.E., M.M. 2. __________
Anggota I : Dra. Sri Witurachmi, M.M. 3. __________
Anggota II : Muhtar, S.Pd., M.Si. 4. __________
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 1960 07 27 1987 02 1 001
Skripsi ini telah direvisi sesuai anjuran dan pengarahan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi
Ketua : Drs. Sukirman, M.M. 1. __________
Sekretaris : Laily Faiza Ulfa, S.E., M.M. 2. __________
Anggota I : Dra. Sri Witurachmi, M.M. 3. __________
Anggota II : Muhtar, S.Pd., M.Si. 4. __________
ABSTRAK
Elpiana. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten tahun ajaran 2009/2010, yang berjumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes, dan (d) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi mata pelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (a) keaktifan siswa dalam bertanya menunjukkan peningkatan dari 21 siswa atau 52,5% pada siklus I menjadi 28 siswa atau 70% pada siklus II, (b) keaktifan siswa dalam menjawab menunjukkan peningkatan dari 22 siswa atau 55% pada siklus I menjadi 30 siswa atau 75% pada siklus II, (c) keaktifan siswa dalam diskusi kelompok menunjukkan peningkatan dari 28 siswa atau 70% pada siklus I menjadi 35 siswa atau 90% pada siklus II, (d) adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 38 siswa atau 95% pada siklus I menjadi 40 siswa atau 100% pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
ABSTRACT
Elpiana. THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) ON ACCOUNTING SUBJECT STUDENTS OF X ACCOUNTANCY 1 SMK 1 PEDAN KABUPATEN KLATEN IN 2009/2010 ACADEMIC YEAR. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2010.
The objective of this study is to improving students learning result by the implementation of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) on accounting subject students of x accountancy 1 SMK 1 Pedan Kabupaten Klaten in 2009/2010 academic year.
The research model used by researcher is Classroom Action Research. This study is conducted collaboratively among researcher, classroom teacher and involved the students participation. The subject of this study was the students of X accountancy 1 SMK 1 Pedan Kabupaten Klaten in 2009/ 2010 academic year, which consist of 40 students. The technique for collecting the data was: (a) observation, (b) interview, (c) test, and (d) documentations. The procedure of the research covers 4 steps such as: (a) planning the action, (b) action, (c) observation, and (d) reflection.
From the research that was done, it can conclude that the improving of students achievement in learning accounting through applying cooperative learning model Think Pair Share (TPS). The things are reflected by some aspect, as follow: (a) the increasing of the students who active in giving questions from 21 students or equal as 52,5% at the first cycle become 28 students or equal as 70% at the second cycle, (b) the increasing of the students who active in giving answer from 22 students or equal as 50% at the first cycle become 30 students or equal as 75% at the second cycle, (c) the increasing of the students who active in giving group discussion from 28 students or equal as 70% at the first cycle become 35 students or equal as 90% at the second cycle, (d) the increasing of completeness students learning result from 38 students or equal as 95%% at the first cycle become 40 students or equal as 100% at the second cycle. Thus, it can be concluded that the implementation of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) can improve the students accounting learning result.
MOTTO
Ilmu lebih baik dari harta, karena kita pasti akan sibuk menjaga harta itu, sedangkan ilmu
akan memelihara kita. Harta habis bila dinafkahkan, sedangkan ilmu justru akan
berkembang. Ilmu adalah kuasa, sedangkan harta dikuasai.
( Ali Bin Abi Thalib )
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari
suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada
Allah lah hendaknya kamu berharap.
(QS.Alam Nasyrah: 6-8)
Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren dan Hari esok harus lebih baik dari hari ini
(penulis)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan teristimewa untuk:
Ibu Bapak tercinta yang menjadi semangat dalam menopang langkahku
dengan kasih sayang, doa, dan pengorbanannya yang tak pernah bertepi
Adik-adikku tersayang (De’ Linda dan De’ Risa), untukmu aku berjuang dan
berusaha menjadi panutan yang baik
Saudara perjuangan (teman-teman Kost Cinta
Damai) terimakasih atas dukungan dan
kebersamaannya selama ini
Sahabat-sahabat terbaikku di Solo dan Klaten, semoga persahabatan ini tak
kan lekang oleh waktu
Teman-teman seperjuangan PAK ’06, semangat kawan, perjuangan kita
belum usai
Almamater
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya serta dengan usaha keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu,
baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan
terima kasih dan penghargaan penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan
skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan ijin
penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Sutaryadi, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan
ijin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Wahyu Adi,M.Pd., selaku Ketua BKK Pendidikan Akuntansi Program
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Sri Witurachmi, M.M., selaku Pembimbing I yang dengan arif dan bijak
dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Muhtar, S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan arif dan bijak dalam
memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
7. Dosen Prodi Ekonomi BKK PAK yang telah memberi bekal ilmu
pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.
8. Tim penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji
penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna
menyelesaikan studi di bangku kuliah.
9. Ir. Marjono, selaku Kepala SMK Negeri 1 Pedan yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
10. Anis Farida, S.Pd., selaku guru Akuntansi SMK Negeri 1 Pedan yang telah
membantu dan menyediakan waktu dalam penelitian.
11. Siswa kelas X Akuntansi 1, terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca
guna dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN REVISI ..................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1. Tinjauan Tentang Belajar ....................................................... 7
a. Pengertian Belajar ............................................................ 7
b. Tujuan Belajar ................................................................. 8
c. Prinsip-prinsip Belajar ..................................................... 9
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar …....………... 10
2. Tinjauan Tentang Pembelajaran ............................................. 14
a. Pengertian Pembelajaran ................................................... 14
b. Unsur-unsur dalam Pembelajaran ..................................... 14
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar …………………….......... 15
a. Pengertian Prestasi Belajar ……………………………... 15
b. Evaluasi Prestasi Belajar ……………………………….. 16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar .......... 18
4. Hakikat Akuntansi ………………………………………….. 19
a. Pengertian Mata Pelajaran Akuntansi ............................... 19
b. Prestasi Mata Pelajaran Akuntansi ................................... 19
5. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif ……………….. 20
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif …………………… 20
b. Unsur-unsur Cooperative Learning ……………………... 22
c. Tipe Cooperative Learning …………………………….... 26
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ………........................... 28
6. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share ………….. 28
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share (TPS) ……………………………………………… 28
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
(TPS) …………………………………………………….. 29
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Think
Pair Share (TPS) ………………………………………… 30
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share (TPS) …………………………………. 31
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 32
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 33
D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 36
1. Tempat Penelitian .................................................................... 36
2. Waktu Penelitian ...................................................................... 36
3. Siklus Penelitian ....................................................................... 37
B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 37
1. Subjek Penelitian ..................................................................... 37
2. Objek Penelitian ....................................................................... 37
C. Metode Penelitian ....................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 38
1. Observasi ................................................................................. 38
2. Wawancara .............................................................................. 39
3. Dokumentasi ............................................................................ 40
4. Teknik Evaluasi/ Tes ............................................................... 40
E. Prosedur Penelitian ...................................................................... 41
1. Rancangan Siklus I .................................................................. 41
a. Perencanaan Tindakan .......................................................... 41
b. Pelaksanaan Tindakan .......................................................... 42
c. Observasi .............................................................................. 43
d. Refleksi ................................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 46
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 46
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Kelas X Ak 1
di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten ................................. 48
C. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………..... 50
1. Siklus I ..................................................................................... 51
a. Perencanaan Tindakan I ....................................................... 51
b. Pelaksanaan Tindakan I ........................................................ 52
c. Observas ..... .......................................................................... 54
d. Refleksi ................................................................................. 56
2. Siklus 2 ..................................................................................... 58
a. Perencanaan Tindakan II ..................................................... 58
b. Pelaksanaan Tindakan ........................................................... 59
c. Observasi .............................................................................. 62
d. Refleksi ................................................................................ 63
D. Pembahasan .................................................................................. 64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 70
A. Simpulan ...................................................................................... 70
B. Implikasi ....................................................................................... 71
C. Saran ............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Skema Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35
2. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 44
3. Grafik Prestasi Belajar Siswa .................................................................... 65
4. Grafik Keaktifan Siswa ............................................................................. 66
5. Kegiatan Pembelajaran Sebelum PTK ...................................................... 80
6. Kegiatan Pembelajaran Sebelum PTK ...................................................... 80
7. Pembagian Kelompok Siswa Siklus I ....................................................... 114
8. Presentasi Materi oleh Guru Siklus I ........................................................ 115
9. Siswa Berdiskusi secara Berpasangan pada Siklus I ................................. 115
10. Presentasi Hasil Diskusi Oleh Siswa pada Siklus I ................................... 116
11. Evaluasi Siklus I ........................................................................................ 116
12. Pembagian Kelompok Siswa pada Siklus II ............................................. 146
13. Presentasi Materi oleh Guru Siklus II ....................................................... 147
14. Siswa Berdiskusi secara Berpasangan pada Siklus II ............................... 147
15. Presentasi Hasil Diskusi Oleh Siswa pada Siklus II ................................. 148
16. Evaluasi Siklus II ...................................................................................... 148
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian ....................................... 36
2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ...................................................... 42
3. Hasil Tes Awal Kemampuan Siswa ......................................................... 50
4. Hasil Ulangan Harian Siklus I .................................................................. 56
5. Hasil Ulangan Harian Siklus II ................................................................. 63
6. Ketuntasan Belajar Siswa ......................................................................... 65
7. Keaktifan Siswa ........................................................................................ 66
8. Daftar Siswa Kelas X Ak 1 SMK Negeri I Pedan .................................... 75
9. Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X Ak 1 SMK Negeri I Pedan ................. 76
10. Silabus ....................................................................................................... 81
11. Daftar Nilai Evaluasi Siklus I ................................................................... 102
12. Lembar Observasi Siswa ........................................................................... 104
13. Lembar Observasi Guru ............................................................................ 106
14. Daftar Nilai Evaluasi Siklus II .................................................................. 135
15. Lembar Observasi Siswa .......................................................................... 137
16. Lembar Observasi Guru ............................................................................ 139
17. Pedoman Wawancara ................................................................................ 149
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Siswa Kelas X Ak 1 SMK Negeri I Pedan .................................... 75
2. Daftar Nilai Awal Penelitian .................................................................... 76
3. Catatan Lapangan 1 .................................................................................. 78
4. Foto Awal Penelitian ................................................................................ 80
5. Silabus ....................................................................................................... 81
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................... 84
7. Soal Diskusi Siklus I ................................................................................. 93
8. Kunci Jawaban Diskusi Siklus I ............................................................... 94
9. Soal Evaluasi Siklus I ............................................................................... 97
10. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I .............................................................. 99
11. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ......................................................... 102
12. Lembar Observasi Siswa Siklus I ............................................................. 104
13. Lembar Observasi Guru Siklus I ............................................................... 106
14. Catatan Lapangan 2 ................................................................................... 109
15. Daftar Kelompok Diskusi Siklus I ............................................................ 114
16. Foto Penelitian Siklus I ............................................................................. 115
17. Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP) Siklus II ................................ 117
18. Soal Diskusi Siklus II................................................................................ ` 126
19. Kunci Jawaban Diskusi Siklus I ................................................................ 127
20. Soal Evaluasi Siklus II .............................................................................. 130
21. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ..................................................... 132
22. Daftar Nilai Evaluasi Siklus II .................................................................. 135
23. Lembar Observasi Siswa Siklus II ............................................................ 137
24. Lembar Observasi Guru Siklus II ............................................................. 139
25. Catatan Lapangan 3 ................................................................................... 142
26. Daftar Kelompok Diskusi Siklus II ........................................................... 146
27. Foto Penelitian Siklus II ............................................................................ 147
28. Pedoman Wawancara ................................................................................ 149
29. Hasil Wawancara (Guru) .......................................................................... 151
30. Hasil Wawancara (Siswa) ......................................................................... 153
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah kunci untuk memperbaiki kualitas SDM sehingga
perbaikan kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Kebijakan di bidang
pendidikan harus melakukan terobosan secara konsisten dan berkelanjutan.
Indonesia harus melakukan strategi baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas bangsa melalui pendidikan yang berkualitas sehingga diharapkan mampu
menghasilkan manusia-manusia yang unggul, cerdas dan kompetitif. Perbaikan
kualitas pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh oleh semua pihak baik
pemerintah, guru, peserta didik, maupun orangtua siswa. Salah satu aspek penting
yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah model pembelajaran. Model
pembelajaran penting untuk diperhatikan karena dengan model pembelajaran yang
tepat dapat membawa dampak positif dalam menciptakan proses pembelajaran
yang berkualitas dan hasil belajar yang optimal sehingga berujung pada perbaikan
kualitas pendidikan yang lebih baik.
Sejak Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) disahkan, secara otomatis peran guru harus berubah sesuai
tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan. Dalam pasal 20b disebutkan bahwa:
”Guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni”. Berdasarkan pasal tersebut, guru perlu
memiliki kreatifitas agar dapat membuat suasana kelas dan pembelajaran menjadi
nyaman, menyenangkan, dan bermakna sehingga siswa merasa belajar merupakan
sesuatu yang menarik dan ditunggu-tunggu.
Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal dan informal.
Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi. SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten merupakan sekolah
menengah kejuruan yang terletak di Jln. Bhayangkara, Pedan, Klaten. SMK
Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten mempunyai tujuan untuk menciptakan lulusan
yang berorientasi ke dunia kerja. Lulusan SMK dapat terjun langsung ke dunia
kerja dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
selama menuntut ilmu di bangku sekolah. SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten
Klaten mempunyai empat jurusan yaitu akuntansi, administrasi perkantoran,
penjualan, dan teknik komputer & informatika.
Bidang studi akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang
penting karena dalam kehidupan sehari–hari manusia tidak lepas dari keuangan,
perencanaan maupun untuk menentukan beberapa alternatife harus disesuaikan
dengan uang yang dimiliki, seperti yang terdapat di SMK Negeri 1 Pedan
Kabupaten Klaten.
Bagi kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten,
akuntansi merupakan mata pelajaran baru yang diajarkan di kelas X, karena pada
tingkat SMP pelajaran tersebut belum diajarkan. Karena bidang studi akuntansi
merupakan mata pelajaran baru bagi mereka, maka dimungkinkan mereka
mengalami kesulitan dalam belajar akuntansi, dimana mereka harus benar-benar
memahami konsep-konsep yang ada secara bertahap dan proses tersebut harus
berjalan sedikit demi sedikit sedangkan akuntansi sendiri merupakan mata
pelajaran yang membutuhkan pemahaman yang sangat mendalam dan prosesnya
secara bertahap dari materi ke materi berikutnya.
Observasi peneliti menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata
pelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten cenderung masih
bersifat konvensional, guru memberi penjelasan dan siswa mencatat disertai tanya
jawab seperlunya kemudian dilanjutkan dengan latihan soal atau tugas.
Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran masih sangat dominan.
Penggunaan metode konvensional ini pembelajaran berpusat pada guru dan
kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya. Dengan demikian, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan daya kreativitasnya secara optimal. Proses pembelajaran yang
demikian membuat sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar ekonomi.
Pada saat kegiatan pembelajaran akuntansi berlangsung banyak siswa yang tidak
memperhatikan, siswa kurang aktif, beberapa siswa tidak mau mengerjakan tugas
yang diberikan guru, dan sering terjadi siswa malah mengobrol sendiri dengan
temannya. Selain itu masih terdapat beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal akuntansi yang diberikan oleh guru sehingga prestasi
belajar mereka pun menjadi rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata masih di
bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 69. Nilai KKM untuk mata
pelajaran akuntansi kelas X adalah 70. Siswa yang mendapat nilai 70 ke atas
sebesar 55% dari keseluruhan, sisanya 45% belum memenuhi KKM.
Alternatif model pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat
siswa dalam belajar diantaranya adalah dengan menempatkan siswa secara
kelompok-kelompok. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah
itu dengan temannya, apalagi masih banyak siswa yang canggung untuk bertanya
dengan guru. Selain itu dengan berkelompok siswa mendapat kesempatan yang
lebih luas untuk mempraktikkan sikap dan perilaku pada situasi sosial yang
bermakna bagi mereka.
Ibrahim et al dalam Isjoni (2009: 64) mengibaratkan pembelajaran kooperatif bagaikan dua orang yang memikul balok. Balok akan dapat dipikul bersama-sama jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya. Kegagalan salah satu saja dari kedua orang tersebut berarti kegagalan keduanya. Demikian pula dengan tujuan yang akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan secara bersama-sama.
Bagi mereka yang tidak suka dengan pelajaran akuntansi secara tidak
langsung dituntut untuk belajar akuntansi dan untuk membantu temannya
sehingga memotivasi belajar mereka. Hal ini akan berpengaruh pula pada prestasi
belajar siswa. Semakin mereka mau belajar akuntansi maka akan semakin mudah
bagi mereka untuk memahami konsep akuntansi sehingga prestasi belajar yang
akan diperoleh cenderung meningkat.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama
lain. Dalam menyelesaikan tugasnya, setiap anggota kelompok saling bekerjasama
dan membantu untuk memahami suatu materi pelajaran. Belajar dianggap belum
selesai apabila seorang dari anggota kelompok belajar itu belum menguasai materi
pelajaran. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, salah satu diantaranya
adalah pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).
Oleh karena itu peneliti ingin mencoba dan menerapkan model
pembelajaran kooperatif think pair share (berpikir berpasangan berbagi) pada
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten karena dengan model pembelajaran
kooperatif think pair share siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain sehingga siswa dapat lebih mantap dalam
memahami materi. Model pembelajaran kooperatif think pair share merupakan
pembelajaran yang merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan
hasil pemikirannya dengan teman, dan juga merangsang keberanian siswa untuk
mengemukakan pendapatnya di depan kelas.
Model pembelajaran kooperatif think pair share (TPS) yang diterapkan
di SMK Negeri 4 Klaten diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan
melatih siswa dalam menyelesaikan setiap persoalan atau kasus yang diberikan
oleh guru sehingga akan tercapai hasil yang optimal. Dengan demikian dalam
pembelajaran akuntansi tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru yang
menerangkan di depan kelas, tetapi juga mencakup kegiatan diskusi kelompok
pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Akuntansi
Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten Tahun
Ajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Apakah penyebab siswa kurang antusias dan kurang berminat terhadap mata
pelajaran akuntansi?
2. Apakah prestasi belajar akuntansi siswa yang rendah disebabkan karena
pembelajaran yang konvensional?
3. Mengapa partisipasi siswa dalam pembelajaran akuntansi cenderung kurang?
4. Apakah penerapan pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan
prestasi belajar akuntansi siswa?
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
maka perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
”Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi pada siswa kelas X
Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten tahun ajaran 2009/2010?”.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian disini adalah untuk menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi dengan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas X Akuntansi
1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten tahun ajaran 2009/2010”.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif Think-
Pair-Share (TPS) terhadap peningkatan prestasi belajar.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
pengembangan bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang pada
bidang permasalahan yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi akuntansi
yang berdampak pada meningkatnya prestasi belajar.
b. Bagi guru
Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS) dalam proses belajar mengajar di kelas
sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi peneliti
Membekali peneliti sebagai calon guru untuk dapat menentukan metode
mengajar yang tepat.
d. Bagi sekolah.
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan
pembelajaran di dalam kelas, peningkatan kualitas sekolah yang diteliti,
dan bagi sekolah-sekolah lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Gagne dalam bukunya yang berjudul The Conditions of Learning
sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2007: 84) menyatakan
bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
M. Dalyono (2009: 49) mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu
usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”. Menurut Slameto (2010: 2)
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang disebabkan karena adanya hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotorik. Belajar sangatlah penting bagi kehidupan seorang
manusia, karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses belajar dapat
membantu manusia untuk menjadi lebih dewasa.
Belajar merupakan suatu perubahan, namun tidak setiap perubahan
yang terjadi dalam individu merupakan hasil dari proses belajar. Suatu
perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciri-
ciri tertentu. Menurut Slameto (2010: 3), ciri-ciri perubahan tingkah laku
dalam mengajar adalah sebagai berikut:
1) Perubahan terjadi secara sadar. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
b. Tujuan Belajar
Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar.
Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya harus belajar dengan giat.
Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam
masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa
kursus, les privat, bimbingan studi, dan sebagainya.
M. Dalyono (2009: 49) berpendapat bahwa belajar mempunyai tujuan
antara lain:
1) Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.
2) Belajar bertujuan untuk mengubah kebiasaan. 3) Belajar bertujuan untuk mengubah sikap. 4) Belajar bertujuan untuk mengubah keterampilan. 5) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang
ilmu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar sangat penting
dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan
perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan
kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib, mencapai cita-cita yang
didambakan. Sehingga, tidak boleh lalai, jangan malas dan membuang waktu
secara percuma, tetapi manfaatkan waktu dengan seefektif mungkin, agar
tidak timbul penyesalan di kemudian hari.
c. Prinsip-Prinsip Belajar
M. Dalyono (2009: 51) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar
terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar, antara lain:
1) Memahami tujuan 2) Memiliki kesiapan 3) Ulangan dan latihan 4) Memiliki kesungguhan 5) Kematangan jasmani dan rohani Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut
sebagai berikut:
1) Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan
jasmani maupun rohani yang sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya.
Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta
kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar.
Kematangan rohani yaitu telah memiliki kemampuan secara psikologis
untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir,
ingatan, fantasi dan sebagainya.
2) Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki
kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun
perlengkapan belajar.
3) Memahami tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, ke mana arah
tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki
oleh orang yang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai
dan berhasil.
4) Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya.
Belajar tanpa dengan kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan dan banyak waktu maupun tenaga yang terbuang dengan
percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh akan memperoleh
hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif.
5) Ulangan dan latihan
Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu
yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai
sepenuhnya dan sukar dilupakan.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan
pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, suatu keberhasilan dan kegagalan
merupakan suatu masalah yang selalu akan dihadapi oleh subjek belajar.
Keberhasilan dan kegagalan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Muhibbin Syah (2008: 132) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut
sebagai berikut:
1) Faktor Internal
a) Faktor Fisik
Faktor fisik adalah faktor yang berkenaan dengan keadaan fisik anak yang
pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa.
Faktor fisik meliputi: usia, kesehatan tubuh, kelainan atau cacat tubuh,
kemalangan, panca indera, dan keadaan lain yang berhubungan dengan
fisik.
b) Faktor Psikologis
(1) Minat
Minat adalah suatu rasa suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat dapat berupa
kekuatan yang berasal dari dalam yang menyebabkan seseorang
menaruh perubahan pada objek tertentu. Suatu minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang dapat menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal dari pada yang lainnya, dapat pula
ditunjukkan dengan partisipasi dalam suatu aktivitas, maka minat
dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga prestasi
yang dicapai siswa akan meningkat.
(2) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses
dan hasil belajar siswa, karena apabila seseorang belajar pada
bidang yang sesuai bakatnya akan memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha itu. Hasil belajar yang dicapai bisa lebih tinggi
jika bahan yang dipakai sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh
siswa karena siswa merasa senang dan lebih giat dalam belajar.
(3) Motivasi
Motivasi adalah keadaan seseorang dimana pribadi seseorang yang
mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas. Jadi motivasi
belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong individu untuk
belajar, peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Kuat lemahnya
motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan
belajar. Dengan motivasi yang kuat, seseorang akan berusaha untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya.
(4) Konsentrasi
Dalam proses belajar konsentrasi sangat diperlukan, sehingga
segala informasi yang disampaikan sepenuhnya dapat dipahami.
Seorang siswa belajar, tetapi perhatiannyatidak dikonsentrasikan
pada hal yang dipelajari, maka hasilnya dapat berkurang.
(5) Kepercayaan Diri Sendiri
Kepercayaan diri yang dimiliki akan mampu mendorong semangat
dalam mengikuti proses belajar. Kepercayaan bahwa dirinya
memiliki kemampuan yang sama dengan temannya, akan mampu
meningkatkan pencapaian hasil belajar sehingga prestasi belajar
meningkat pula.
(6) Intelegensi atau Tingkat Kecerdasan
Intelegensi atau tingkat kecerdasan besar pengaruhnya terhadap
kemajuan proses belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari
pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Siswa yag mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu
berhasil dalam belajarnya, hal ini disebabkan belajar adalah suatu
proses yang sangat kompleks dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Siswa yang mempunyai kondisi intelegensi
normal akan dapat berhasil dalam belajarnya jika kondisi yang
diciptakan mendukung proses belajar dengan baik.
(7) Ingatan
Seseorang apabila mempunyai daya ingat yang baik dapat dengan
mudah mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan dialami dengan
baik pula, sedangkan seseorang yang mempunyai daya ingat yang
buruk akan mudah melupakan sesuatu yang telah dipelajari dan
dialami.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Sosial
(1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga, terdiri dari orang tua, kakak, adik, dan
kerabat keluarga. Cara orang tua mendidik, hubungan antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap
dan pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan keluarga
dapat memberi dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan
belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
(2) Lingkungan Sekolah
Lingkugan sekolah, berupa hubungan antar teman, kemampuan
profesional guru mengajar, suasana kelas dan kondisi sekolah dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa, sikap guru dalam memberi
bimbingan yang baik dalam belajar akan memotivasi siswa dalam
belajar.
(3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat meliputi masyarakat dan teman bergaul
akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Belajar kelompok di
masyarakat akam mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Faktor Non-Sosial
Berupa lingkungan sekitar yang bukan manusia, diantaranya cuaca,
fasilitas, kebisingan suara ataupun sampai bahan pelajaran. Faktor-
faktor tersebut juga menentukan keberhasilan siswa dalam belajar
sehingga harus diatur sedemikian rupa agar membantu dan mendukung
anak dalam proses belajar secara maksimal.
3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning)
Pendekatan belajar dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran
materi tertentu. Pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan
proses pembelajaran siswa tersebut. Pendekatan belajar dapat dibagi
menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: pendekatan tinggi (speculative dan
achieving), pendekatan sedang (analitic dan deep), pendekatan rendah
(reproductive dan surface).
2. Tinjauan Tentang Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Driscoll dalam Robert E. Slavin (2008: 179) menyatakan bahwa
“Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang
disebabkan oleh pengalaman. Namun bukan perubahan yang disebabkan oleh
perkembangan (seperti tumbuh makin tinggi) tetapi karena si pebelajar
merasakan dan mengalami sendiri pembelajaran melalui pengalamannya”.
Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum Berbasis
Kompetensi sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Rohmadi dan Slamet
Subiyantoro (2009: 64) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses
interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik”. Sedangkan menurut Damyati dan Mujiono
(2002: 247), “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar”. Dimyati dan Mujiono (1999: 286)
menerangkan bahwa hakekat pembelajaran diantaranya adalah:
a. Kegiatan yang dimaksud untuk membelajarkan pebelajar. b. Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan
sebagai suatu sistem. c. Kegiatan yang dimaksud untuk memberikan pengalaman belajar
kepada pebelajar. d. Kegiatan yang mengarahkan pebelajar ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. e. Kegiatan yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi
pelajaran, sistem penyajian dan sistem evaluasi dalam realisasinya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh
guru secara terprogram untuk menghasilkan perubahan tingkah laku pada
seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
b. Unsur-unsur dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar terdiri atas beberapa unsur yang
saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama
membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut Nana Sudjana (2009: 22) proses belajar mengajar terdiri
dari empat unsur utama, antara lain:
1) Tujuan.
2) Bahan.
3) Metode dan alat.
4) Penilaian.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut
sebagai berikut:
1) Tujuan, yaitu sebagai arah dari proses belajar-mengajar pada hakekatnya
adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa
setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.
2) Bahan, yaitu seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari
kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar
agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan.
3) Metode dan alat, yaitu cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai
tujuan.
4) Penilaian, yaitu upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian
berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa.
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) berpendapat bahwa “Prestasi belajar
adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787) “Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”. Zaenal Arifin (1990:_3) mengemukakan bahwa
“Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam
sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia
selalu mengajar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai melalui
pengukuran dan penilaian terhadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai akibat dari
aktivitas belajar yang dinyatakan dalam simbul, angka, huruf atau kode.
b. Evaluasi Prestasi Belajar
Evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk menilai prestasi belajar
siswa. Melalui evaluasi dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah pembelajaran.
Muhibbin Syah (2008: 143-145) mengemukakan bahwa evaluasi hasil
belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena
itu, ragamnya pun banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Pre test dan post test 2) Evaluasi prasyarat 3) Evaluasi diagnostik 4) Evaluasi formatif 5) Evaluasi sumatif 6) UAN Berdasarkan jenis-jenis evaluasi tersebut, dapat penulis uraikan lebih
lanjut sebagai berikut:
1) Pre test dan post test
Kegiatan pretest dilakukan guru secararutin pada setiap akan
memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi
saraf pengetahua siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi
seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrument
tertulis.
Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi
yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah
untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan menggunakan
instrument sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya sangat
terbatas.
2) Evaluasi prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari
materi baru yang akan diajarkan.
3) Evaluasi diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang
belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis ini dititikberatkan pada
bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan
kesulitan.
4) Evaluasi formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan Ulangan yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan
evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit atau
kesulitan) kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar itu
digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial
(perbaikan).
5) Evaluasi sumatif
Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan Ulangan
Umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi
belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.
Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun
ajaran. Hasilnya digunakan sebagai bahan laporan resmi mengenai kinerja
akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya siswa ke kelas yang
lebih tinggi.
6) UAN
UAN (Ujian Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan
evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa.
Namun, UAN yang mulai diberlakukan pada tahun 2002 itu dirancang
untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang
pendidikan tertentu yakni SD/MI (Madrasah IbtiDaiyah), dan seterusnya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 130) menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Faktor internal terdiri dari dua macam yaitu: a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
b) Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan
dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
(2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
c) Faktor budaya seperti adat istiadat, faktor kematangan fisik maupun psikis
2) Yang tergolong faktor eksternal ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas:
(1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok
b) Ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
4. Hakikat Akuntansi
a. Pengertian Mata Pelajaran Akuntansi
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accounting)
“Akuntansi adalah merupakan seni pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter transaksi dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirka
hasil-hasilnya”.
Akuntansi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu
sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan.
Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusa dan
tanggung jawab dibidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta
(Akuntansi Perusahaan), pemerintah (Akuntansi Pemerintah), serta organisasi
masyarakat lainnya (akuntansi Publik).
1) Fungsi dan Tujuan
a) Fungsi mata pelajaran Akuntansi
Fungsi mata pelajaran Akuntansi di SMK dan MA adalah
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional,
teliti, jujur, dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan,
pengelompokkan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan
laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar
Akuntasi Keuangan (SAK).
b) Tujuan mata pelajaran Akuntansi
Tujuan mata pelajaran Akuntansi di SMK dan MA adalah
membekali tamatan SMK dan MA dalam berbagai kompetensi dasar
agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar,
prinsip dan prosedur Akuntansi dengan benar, baik untuk kepentingan
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke
masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa.
b. Prestasi Mata Pelajaran Akuntansi
Prestasi merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat
pengetahuan siswa. Prestasi mata pelajaran Akuntansi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah nilai akhir penyajian materi akuntansi yang diberikan
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS), serta dari penilaian keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Prestasi belajar ini dapat diketahui dari tes yang diberikan pada tiap akhir
siklus pelaksanaan tindakan.
Guru mengamati atau melakukan observasi terhadap keaktifan siswa
selama proses pembelajaran. Nilai atau skor yang paling berpengaruh pada
penelitian ini adalah nilai evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus
pelaksanaan tindakan.
5. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bukanlah model baru dalam Proses Belajar
Mengajar, karena sesungguhnya pembelajaran kooperatif telah dilaksanakan
oleh guru dengan terprogram dalam satuan pelajarannya (SP) yaitu pada
langkah-langkah pembelajaran, akan tetapi guru tidak mengetahui bahkan
sering kali dalam proses pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai
program karena faktor intern dan ekstern yang terjadi saat jalannya proses
belajar mengajar, dan guru akan mengubah model pembelajaran tersebut,
misalnya menggunakan model pembelajaran tradisional dimana guru
mendominasi kelas atau dengan model ceramah, tanya jawab atau pengerjaan
soal-soal sebagai latihan.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja kelompok untuk
saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakekat
sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Siswa yakin
bahwa tujuan mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan
tersebut. Untuk itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran
kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Slavin
(2009: 4) menyatakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan
saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Johnson & Johnson dalam bukunya Isjoni (2009: 17) mengemukakan
bahwa “Cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas
ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan
kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain
dalam kelompok tersebut”. Sejalan dengan pengertian tersebut Isjoni (2009:
11) mengemukakan bahwa:
Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya cooperative learning
diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain untuk mengerjakan
tugas yang telah diberikan dan masing-masing siswa mempunyai tanggung
jawab untuk memperoleh hasil yang telah ditargetkan dalam kelompok serta
kerja siswa dapat lebih terarah karena tiap siswa sudah mempunyai peran
masing-masing berkaitan dengan tugas yang telah diberikan.
Bebarapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang
bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi
pembelajaran kooperatif merupakan model pebelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Unsur-unsur Cooperative Learning
Kerja kelompok belum tentu identik dengan cooperative learning. Hal
demikian tergantung bagaimana proses belajar yang terjadi dalam kelompok.
Roger dan David Johson (Lie, 2008: 31-37) mengatakan untuk mencapai hasil
yang maksimal, ada lima unsure cooperative learning yang diterapkan antara
lain:
1) Evaluasi proses kelompok. 2) Tanggung jawab perseorangan. 3) Tatap muka. 4) Komunikasi antar anggota. 5) Saling ketergantungan positif.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut
sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Penilaian juga
dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri
dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan tiap
anggota. Dengan demikian siswa yang mempunyai kemampuan yang
kurang begitu baik terpacu untuk memberikan sumbangan nilai yang baik.
2) Tanggung jawab perseorangan.
Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari saling
ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut
prosedur model cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3) Tatap muka.
Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
Melalui proses ini siswa dapat membagikan pengalaman yang telah
dialaminya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi
tidak didapatkan begitu saja terjadi dalam sekejab, tetapi melalui proses
yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan
untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap
muka dan interaksi pribadi.
4) Komunikasi antar anggota.
Keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
guru juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok.
Perlu disediakannya waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerja
sama dengan lebih efektif.
c. Tipe Cooperative Learning
Slavin (2008: 10) membedakan pembelajaran kooperatif menjadi
beberapa tipe, yakni sebagai berikut:
1) Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa/PTS) a) Student Team-Achievement Division (STAD) b) Teams Games-Tournament (TGT) c) Jigsaw d) Team Accelerated Instruction (TAI) e) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
2) Structure Duadic Methods (Metode Struktur Berpasangan) 3) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks) 4) Learning Together (Belajar Bersama) 5) Group Investigation (Kelompok Investigasi) Berdasarkan jenis metode pembelajaran kooperatif tersebut, dapat
penulis uraikan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa/PTS)
Metode Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa atau PTS)
adalah teknik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan diteliti
oleh John Hopkins University. Semua metode pembelajaran kooperatif
menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan
bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri
mereka belajar sama baiknya. Tiga konsep penting bagi semua metode
PTS adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan
kesempatan sukses yang sama. Ada lima prinsip dalam metode PTS telah
dikembangkan dan diteliti secara ekstensif.
a) Student Team-Achievement Division (STAD).
Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin,
dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota
tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan
kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka
tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa
dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan
kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat
kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai
sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor
tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan
mendapatka sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian
kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan
kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas.
b) Teams Games-Tournament (TGT).
TGT pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith
Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns
Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang
disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti STAD, tetapi
menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, di mana siswa
memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini
bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta
dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor
nilai matematika terakhir yang sama.
c) Jigsaw II
Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978).
Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama,
yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti dalam
STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku
kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial, biografi, atau
materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota
tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu
dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli
dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang
mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan
topik mereka itu kepada teman satu timnya. Akhirnya akan ada kuis
atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. Penghitungan skor
dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti dalam
STAD.
d) Team Accelerated Instruction (TAI).
TAI sama dengan STAD dan TGT menggunakan penggunaan bauran
kemampuan empat anggota yang berbeda dan member sertifikat untuk
tim dengan kinerja terbaik. Tetapi metode STAD maupun TGT
menggunakan pola pengajaran tunggal untuk satu kelas, sementara
TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang
individual. Selain itu, STAD dan TGT dapat diaplikasikan pada
hampir semua mata pelajaran dan tingkat kelas, sementara TAI
dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa kelas
3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi yang belum siap menerima
materi aljabar lengkap).
e) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca
dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi
dan juga pada sekolah menengah (Madden, Slavin, & Steven, 1986).
Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi
latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan atau tidak
menggunakan kelompok membaca, seperti dalam kelas membaca
tradisional. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim
mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat
kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat
prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling
merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita,
dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata.
2) Group Investigation (Kelompok Investigasi)
Group Investigation, yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di
Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan-kelas yang
umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan
pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek
kooperatif (Sharan and Sharan, 1992). Dalam metode ini, para siswa
dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai
enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari
unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topic-topik ini
menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan
untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap kelompok kemudian
mempresentasikan atau menampilkan penemuan kelompoknya di hadapan
seluruh kelas.
3) Learning Together (Belajar Bersama)
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan
model Learning Together dari pembelajaran kooperatif (Johnson and
Johnson), 1987; Johnson, Johnson & Smith, 1991). Metode yang mereka
teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas
empat atau lima kelompok dengan latar belakang berbeda mengerjakan
lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil
kerja kelompok.
4) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks)
Elizabeth Cohen (1986) dan rekan-rekannya di Universitas Stanford telah
melakukan penelitian terhadap pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada penggunaan proyek berorientasi penemuan, khususnya dalam bidang
ilmu pengetahuan ilmiah, matematika, dan ilmu sosial. Fokus utama dari
Complex Instruction adalah pada membangun respek terhadap semua
kemampuan yang dimiliki para siswa, dan guru menunjukkan bagaimana
setiap siswa mempunyai kelebihan dalam sesuatu yang akan membantu
keberhasilan kelompok. Complex Instruction secara khusus digunakan
dalam pendidikan dengan menggunakan dua bahasa dan dalam kelas
heterogen yang menggunakan bahasasiswa-siswa minoritas, dimana materi
pelajaran sering kali disampaikan dalam bahasa Inggris maupun Spanyol.
5) Structure Duadic Methods (Metode Struktur Berpasangan)
Sementara metode-metode pembelajaran kooperatif melibatkan kelompok
beranggotakan sekitar empat orang yang memiliki kebebasan tertentu
dalam menentukan bagaimana mereka akan bekerja sama, ada peningkatan
bagian penelitian dengan metode yang berstruktur lebih tinggi di mana dua
orang murid saling mengajarkan. Tradisi kerja laboratorium sudah ada
sejak lama, penelitian telah menunjukkan bagaimana pembelajaran materi
berpasangan, di mana siswa saling bergantian menjadi guru dan murid
untuk mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari
teks, dapat menjadi sangat efektif dalam meningkatkan pembelajaran
siswa (Danserau, 1998).
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
Ibrahim,dkk dalam bukunya Isjoni (2009: 27-28), yaitu:
1) Hasil belajar akademik. Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial. Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
6. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat variasi dari beberapa model tersebut. Setidaknya terdapat empat
pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari sekumpulan strategi guru
dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, JIGSAW,
Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments/TGT), dan pendekatan
struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Number Head Together
(NHT). (Trianto, 2007: 49).
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Menurut Trianto
(2007: 61), “Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan
berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”. Strategi Think Pair Share (TPS)
ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pembelajaran Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman
dan koleganya di Universitas Maryland. Model ini mengajarkan kepada para
siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan
sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. (Trianto, 2007: 61).
Sesuai yang dikutip Arrends dalam Trianto (2007: 61) menyatakan bahwa, think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dengan asumsi bahwa semua diskusi memerlukan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya.
Pembelajaran Think Pair Share memiliki prosedur yang diterapkan
secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berfikir,
menjawab dan saling membantu satu sama lain. Dalam strategi ini guru hanya
berperan sebagai fasilitator sehingga guru menyajikan satu materi dalam
waktu pembahasan yang relatif singkat. Setelah itu giliran siswa untuk
memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan.
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Think Pair Share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari
Universitas Maryland yaitu bertujuan memperkenankan siswa untuk berpikir
sebelum berbagi diantara pasangan atau kelompoknya atau dengan seluruh
anggota kelas. Para siswa sering berharap dapat berbagi ide dalam pasangan
atau kelompoknya dan kemudian menyajikannya ke seluruh anggota kelas.
Strategi membuat para siswa berusaha menyajikan ide mereka dalam sebuah
dialog yang saling mendukung. Berpikir dan berbicara mengenai sebuah ide
juga dapat mempermudah siswa dalam merumuskan pemikiran mereka dan
mempertajam ide-idenya saat mereka saling mendengar. Pada tahap akhir,
siswa yang mempunyai kepercayaan diri memperoleh kesempatan untuk
berbagi ide atau jawaban dengan pasangannya, sementara siswa yang belum
percaya diri mempunyai kesempatan untuk mendengarkan dari pasangannya.
c. Tahap-tahap Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Ibrahim
(2000: 26-27) adalah sebagai berikut:
1) Tahap Pertama: Thinking (berpikir) Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2) Tahap Kedua: Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari pertanyaan atau ide bila persoalan telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3) Tahap Ketiga: Sharing (berbagi) Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi pada seluruh kelas. Hal ini akan efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai kurang lebih seperempat pasangan memiliki kesempatan untuk presentasi.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair
Share adalah:
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan.
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, kemudian menjelaskan tujuan
pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual.
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
memikirkan jawaban dari suatu permasalahan yang telah
disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan
dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban
atau hasil pemikiranya.
Langkah ke 3 : Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikirannya dengan
pasangannya.
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan
jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling
meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam
kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat
dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan
atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas.
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan
masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah
mereka diskusikan.
Dalam tahapan Thinking, Pairing dan Sharing inilah, kemampuan
siswa dalam berkomunikasi yang meliputi kemampuan mendengar, berbicara,
membaca maupun menuliskan gagasan atau pendapatnya ketika pembelajaran
berlangsung akan terlihat. Adanya pemberian masalah dilakukan untuk
melihat penguasaan dan pemahaman siswa mengenai materi yang telah
dipelajarinya.
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share (TPS)
Anita Lie (2008: 46) mengemukakan bahwa, pada model kelompok
berpasangan memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1) Meningkatkan partisipasi.
2) Cocok untuk tugas sederhana.
3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota
kelompok.
4) Interaksi lebih mudah.
5) Lebih mudah dan cepat membentuknya.
Model Think Pair Share ini memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk menunjukkan partisipasinya kepada orang lain. Selain itu, Think
Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri. Model ini dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Menurut Anita Lie (2008: 46), model kelompok berpasangan juga
memiliki beberapa kelemahan antara lain:
1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitori.
2) Lebih sedikit ide yang muncul.
3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
Think Pair Share (TPS) ini sangat sistematis sehingga waktu yang diberikan
kepada siswa untuk berpikir sudah cukup dan memungkinkan siswa dapat
memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Penelitian Yang Relevan
Nurla Amri Fahrida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Bagi Siswa Kelas XI IPS 1
SMA Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) pada mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan prestasi belajar
Ekonomi siswa. Prestasi belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum
pencapaian prestasi belajar siswa berada di atas standar batas tuntas nilai Ekonomi
yaitu 62. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) nilai rata-rata kelas siswa adalah 50 tetapi setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata kelas menjadi 62,4
pada siklus I dan 68,76 pada siklus II. Pada siklus I sebanyak 15 siswa (50%)
mendapat nilai di atas 62 dari 75% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai
rata-rata kelas 68,76 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 24
siswa (80%) sudah mencapai nilai di atas 62 dari 75% target yang direncanakan.
Rosmaini S., Evi Suryawati dan Mariani N. L. (2004) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Struktural Think–Pair–Share
( TPS ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN
20 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003”.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat Daya serap siswa 74,85% (Katagori
baik), Ketuntasan belajar siswa 90,48% (Katagori tuntas).
2. Aktivitas siswa meningkat rata-rata 69,27% (Katagori baik).
3. Penerapan pendekatan Struktural TPS dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa.
Nana Septriana dan Budi Handoyo (2007) dalam penelitiannya yang
berjudul ”Penerapan Think Pair Share (TPS) dalam Pembelajaran Kooperatif
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi”. Berdasarkan hasil analisis data
penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa setelah penerapan TPS
dalam pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase
keberhasilan tindakan sebesar 65,68% dalam kategori sedang, sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 85,29% dalam kategori baik. Prestasi belajar siswa
setelah penerapan TPS juga mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata
sebesar 71,76 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 64,71% dan pada
siklus II mengalami peningkatan menjadi 76,03% dengan jumlah siswa yang
tuntas belajar adalah sebanyak 79,41%.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir yang digunakan dalam
penelitian, digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah mempunyai
landasan teori yang mendukung judul penelitian. Berdasarkan teori yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Konsep-konsep dalam Akuntansi itu tersusun mulai dari yang mendasar
atau mudah sampai pada yang paling sukar. Oleh karena itu, penguasaan materi
dasar dengan baik merupakan pondasi awal untuk melanjutkan materi selanjutnya.
Seberapa baik dan tepat materi akuntansi yang ditetapkan belum tentu
akan menjamin tercapainya pendidikan akuntansi yang dirumuskan. Salah satu
faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar
mengajar yang dilaksanakan. Pada umumnya, guru dalam proses belajar mengajar
selalu menggunakan metode konvensional misalnya metode ceramah, sehingga
siswa kurang berpartisipasi dalam proses balajar mengajar dan tidak menjamin
semua siswa memahami materi yang disampaikan. Hal itu menyebabkan
pencapaian prestasi siswa kurang maksimal. Oleh karena itu, guru harus lebih
bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran misalnya model
pembelajaran kooperatif.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share
(Berpikir Berpasangan Berbagi). Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu dari model kooperatif
yang menggunakan struktur kelompok berpasangan. Meskipun termasuk dalam
model kooperatif, struktur ini memberikan kesempatan mengembangkan
kemampuan berpikir individu. Selain itu model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) juga memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, berpasangan, dan berbagi sehingga kemampuan siswa baik
secara individu maupun kelompok dapat berkembang, sedangkan dalam
pembelajaran konvensional menekankan pembelajaran secara individu dengan
guru sebagai pusat kegiatan. Penyajian masalah dalam model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) yang kontekstual melatih para siswa secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep-konsep akuntansi.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Kerangka pemikiran
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil
penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut: ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share (TPS) dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Akuntansi 1
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten Pada Mata Pelajaran Akuntansi Tahun
Pelajaran 2009/2010”.
Permasalahan yang dihadapi;
1. Metode pembelajaran
konvensional dalam pembelajaran
akuntansi
2. Siswa kurang berpartisipasi saat
KBM berlangsung di kelas
Prestasi belajar akuntansi siswa kurang maksimal
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Proses Belajar Mengajar
Peningkatan prestasi belajar siswa
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1
Pedan Kabupaten Klaten yang beralamat di Jln. Bhayangkara, Pedan, Klaten
khususnya di kelas X Akuntansi 1. Adapun alasan yang mendasari pelaksanaan
penelitian di lokasi ini adalah:
1) Menurut pendapat beberapa siswa kelas X Akuntansi 1 pembelajaran
akuntansi yang dilakukan saat ini kurang menarik dan hasilnya belum
maksimal.
2) Secara khusus, di kelas X Akuntansi 1 belum pernah dilaksanakan
penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya
penelitian ulang.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah dari proses
persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Untuk lebih jelasnya,
dapat dipaparkan jadwal penelitian dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2009 Tahun 2010 No Keterangan
Des Jan Feb Maret April Mei Juni 1 Pengajuan judul dan mini proposal 2 Penyusunan proposal 3 Ijin penelitian 4 Perencanaan Tindakan 5 Implementansi Tindakan
Siklus I dan Siklus II
6 Penyusunan laporan penelitian
3. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui dua siklus untuk
melihat peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara
kolaborasi dengan guru mata pelajaran akuntansi yaitu Anis Farida, S.Pd.
B. Subjek Dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X
Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten yang terdiri dari 40 siswa
dengan komposisi 40 siswa perempuan.
2. Objek Penelitian
Dalam Peneitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi objek penelitian adalah:
a. Suasana belajar saat berlangsung proses belajar mengajar dengan
penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
b. Prestasi belajar siswa.
C. Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang
dilakukan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 58), pengertian dari PTK
adalah ”Penelitian tindakan (action researcs) yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya”.
Komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui PTK antara lain
siswa, guru, materi pelajaran, peralatan, hasil pembelajaran, lingkungan, dan
pengelolaan (Suharsimi Arikunto, 2009: 58).
Penelitian Tindakan Kelas berbeda dengan penelitian lainnya, PTK
memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
a. Inkuiri Reflektif. Kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).
b. Kolaboratif. Kegiatan penelitian tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti dari luar kelas, tetapi peneliti harus berkolaborasi dengan guru, kolaborasi ini hanya bersifat basa basi tetapi harus ada dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas.
c. Reflektif. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil tindakan.
(Suharsimi Arikunto, 2009: 110)
Tujuan penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2009: 61)
sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
b. Untuk meningkatkan profesionalinalisme pendidik dan tenaga
kependidikan.
c. Untuk menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah.
Berdasarkan definisi tersebut, penelitian tindakan kelas dapat diartikan
suatu bentuk penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah
dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah
dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:
1. Observasi
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 220), observasi merupakan
suatu teknik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif
dan nonpartisipatif.
a. Observasi partisipatif (participatory observation).
Menurut Iskandar (2009: 68), dalam observasi partisipatif, peneliti
dituntut untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan atau aktivitas-
aktivitas subjek yang sesuai dengan tema atau fokus masalah yang
dijadikan objek penelitian.
b. Observasi nonpartisipatif (nonparticipatory)
Peneliti hanya bersifat sebagai pengamat, tidak ikut serta dalam
proses penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan peneliti bersifat
nonpartisipatif, peneliti hanya sebagai pengamat saja, tidak ikut serta dalam
proses pembelajaran yang diamati. Data yang dikumpulkan dalam pengamatan
adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), serta
hasil kuis siswa yang dilakukan dalam proses evaluasi.
2. Wawancara
Wawancara atau interview dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka secara individual (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008: 216). Iskandar
(2009: 72) mengklasifikasikan wawancara dalam 2 bentuk yaitu wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti telah menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang berdasarkan masalah yang akan diteliti.
b. Wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.
Dalam penelitian ini, peneliti memakai bentuk wawancara terstruktur,
yaitu wawancara yang dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu. Wawancara
yang dilakukan peneliti berfokus pada siswa dan guru. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data dari informan mengenai kesulitan yang dialami dalam
pembelajaran mata pelajaran Akuntansi serta faktor-faktor penyebabnya. Serta
untuk mengetahui tanggapan dan harapan siswa mengenai model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana
sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
mengumpulkan data dan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bahan-bahan yang berkaitan dengan
hasil yang sedang diteliti, baik dari sumber dokumen maupun dari buku-buku.
Teknik ini untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang
berupa dokumen sekolah, catatan-catatan, daftar hadir siswa, hasil karya siswa,
dsb.
4. Teknik Evaluasi/ Tes
Menurut Iskandar (2009: 233), tes/evaluasi adalah alat ukur yang berupa
petannyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang
dimiliki seseorang. Tes yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan dibedakan
menjadi tes hasil belajar (achievement test) dan tes psikologis (psychological test).
Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah tes hasil belajar, yaitu mengukur
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2008: 224), tes hasil belajar dibedakan menjadi 4, yaitu tes
diagnostik, tes penempatan, tas formatif, dan tes sumatif.
a. Tes diagnostik ditujukan untuk mengukur/mendiagnosis kelemahan atau kekurangan siswa dan digunakan untuk memberikan perbaikan.
b. Tes penempatan ditujukan untuk mengukur penguasaan/keunggulan siswa, digunakan untuk menempatkan siswa sesuai dengan tingkat penguasaan atau keunggulannya.
c. Tes formatif mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antar teman satu kelas maupun dalam penguasaan target materi.
d. Tes sumatif digunakan untuk perbaikan program atau proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes formatif yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diajarkan oleh guru, dengan menggunakan butir-butir soal atau instrumen soal
yang mengukur hasil belajar sesuai dengan bidang mata pelajaran yang diteliti
yaitu bidang studi akuntansi.
.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal hingga akhir. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah peningkatan prestasi pembelajaran akuntansi pada kelas X Akuntansi 1
SMK Negeri 1 Pedan Klaten dengan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS). Setiap tindakan peningkatan prestasi pembelajaran dirancang ke
dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan tindakan;
(2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi tindakan; dan (4) Refleksi tindakan untuk
perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan akan
dilaksanakan dalam dua siklus.
1. Rancangan Siklus I
a. Perencanaan tindakan
Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis
tindakan yang telah ditentukan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian tindakan kelas meliputi:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
2) Menyusun lembar observasi untuk guru dan siswa dengan tujuan agar
dapat mengamati kondisi belajar di kelas pada saat metode Think Pair
Share (TPS) diterapkan.
3) Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan
penemuan hasil refleksi.
4) Mempersiapkan lembar kerja siswa.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran, baik pre tes, kuis, dan tes akhir.
6) Menetapkan indikator ketercapaian.
Tabel 2. Indikator Ketercapain Belajar Siswa
Aspek yang diukur Persentase target capaian Cara mengukur
Partisipasi siswa dalam
mengajukan pertanyaan/
ide selama pembelajaran
berlangsung
70% Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
dan dihitung dari jumlah siswa
yang mengajukan pertanyaan atau
ide selama kegiatan pembelajaran
berlangsung
Partisipasi siswa dalam
menjawab pertanyaan
70% Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
dan dihitung dari jumlah siswa
yang menjawab pertanyaan selama
pembelajaran berlangsung
Interaksi antar siswa
dalam kelompok
kooperatif
70% Diamati saat pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi
(sosiogram) oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah siswa yang
berinteraksi (berbagi informasi,
berbagi tafsiran, negosiasi makna)
dalam diskusi kelompok
Ketuntasan hasil belajar
(standar nilai 70)
80% Dihitung dari jumlah siswa yang
mendapatkan nilai 70 ke atas,
untuk siswa yang mendapat nilai
70 dianggap telah mencapai
ketuntasan belajar.
Sumber: Observasi awal tindakan kelas
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam rangka pemecahan masalah
sebagaimana yang telah direncanakan. Keseluruhan tindakan yang
dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa mata pelajaran Akuntansi yang sebelumnya dirasakan kurang
menarik dan kurang maksimal.
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru
mata pelajaran Akuntansi. Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan untuk
mengefektifkan proses pembelajaran, mengaktifkan siswa, meningkatkan
minat belajar siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan yang
dilakukan berupa pembelajaran mata pelajaran Akuntansi dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pelaksanaan tindakan
ini merupakan implementasi dari semua rencana tindakan yang telah dibuat.
c. Observasi
Bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti melakukan
observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Observasi merupakan
proses perekaman dengan mengamati semua peristiwa dan kegiatan yang
terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Tujuan dari observasi
tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang
sedang berlangsung dapat diharapkan menghasilkan perubahan yang
diinginkan.
Peneliti bertugas sebagai pengamat pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Fokus pengamatan ditekankan pada implementasi pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap kualitas pembelajaran secara
menyeluruh yang meliputi: kondisi atau suasana belajar pada saat proses
belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar siswa.
d. Refleksi
Dilakukan dengan menganalisis atau data hasil observasi dan
interprestasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang memerlukan
perbaikan dan bagian mana yang sudah sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam melakukan refleksi, peneliti harus bekerjasama dengan guru
sebagai kolaborator mengadakan diskusi untuk penentuan langkah-langkah
untuk memperbaiki permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan.
Setelah itu, ditarik kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau
tidak sehingga dapat menentukan langkah berikutnya.
Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut:
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 2. Bagan Posedur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2009: 74)
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Perencanaan Tindakan I
Pengamatan / Pengumpulan Data I
Refleksi I Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan / Pengumpulan Data II
Perencanaan Tindakan II
Refleksi II
Pelaksanaan Tindakan II
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut, dengan materi
pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran akuntansi perusahaan jasa,
termasuk tahap pelaksanaan, observasi dan interprestasi dan refleksi juga
mengacu pada siklus sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten yang dulu bernama SMEA
Negeri Pedan Kabupaten Klaten disesuaikan pada 25 Januari 1968 dengan SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.32/UKK.3/68, tanggal 1 Januari
1968.
Sejak dimulainya kurikulum 1994 dalam perjalanannya sekolah ini
telah mengalami perubahan nama dari SMEA, SMKTA, dan sekarang
bernama SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten.
Dalam perkembangannya SMK Negeri 1 Pedan telah mengalami perpindahan
lokasi antara lain:
1. Tahun 1968 – 1969 berlokasi di Desa Selan, Kecamatan Pedan
2. Tahun 1970 – 1973 berlokasi di Desa Gombang, Kecamatan Cawas
3. Tahun 1974 – Sekarang berlokasi di Desa Sobayan, Kecamatan Pedan
Lokasi sangat strategis karena dekat dengan pasar, berada di pusat
kota Pedan, hubungan lalu lintas dan komunikasi sangat lancar. Disamping itu
untuk menunjang kelancaran kebutuhan sarana dan prasarana sekolah sangat
mudah diperoleh.
Selama dalam perjalanannya SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten
telah mengalami pergantian pimpinan beberapa kali diantaranya:
1. Tahun 1969 – 1971 : Aryo Suparno
2. Tahun 1971 – 1977 : Soetarno, BA
3. Tahun 1977 – 1978 : Soerono, BA
4. Tahun 1978 – 1987 : Drs. Indrato
5. Tahun 1987 – 1991 : Drs. Soemarno
6. Tahun 1991 – 1992 : Drs. Ig. Surono
7. Tahun 1992 – 1999 : Drs. Rusmadi WY
8. Tahun 1999 – 2004 : Dra. Tien Suhartinah
9. Tahun 2004 – 2009 : Drs. Purwanto
10. Tahun 2009 – sekarang: Ir. Marjono
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten dikenal sebagai SMK Bisnis
Manajemen yang didalamnya dikaji program keahlian:
a. Akuntansi
b. Administrasi Perkantoran
c. Penjualan
d. Teknik Komputer dan Informatika
Kurikulum yang digunakan di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten
Klaten adalah Kurikulum Edisi 2004 dan yang terakhir yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Para pendiri SMK Negeri 1 Pedan Klaten:
1. Dharmadi, BA
2. Suharlan, BA
3. Soeradi Marhaentiyoso, BA
2. Visi dan Misi
a. VISI
Menghasilkan tamatan di tingkat menengah yang mampu bekerja
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan baik saat ini maupun
di masa yang akan datang sejalan dengan era globalisasi.
b. MISI
1) Menyiapkan kurikulum implementatif dengan mengoptimalkan peran
serta masyarakat khususnya Dunia Usaha atau Dunia Industri dan Unit
Produksi.
2) Membangun sikap adaptif, inovatif, dan penerapan pelayanan prima
serta memiliki komitmen tinggi.
3) Mengembangkan program diklat dan evaluasi serta sertifikasi profesi
dengan peralatan yang terstandar.
4) Meningkatkan sumber daya kependidikan sehingga dapat mempunyai
kompetensi berstandar nasional/internasional.
5) Menerapkan Sistem Manajemen ISO.
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Kelas X Akuntansi 1 di
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan identifikasi masalah (observasi awal) dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi awal dilakukan pada
Pebruari 2010 di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Hasil dari identifikasi
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Sarana dan prasarana pembelajaran kurang memadai (terbatasnya buku
paket untuk siswa).
Dalam pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Pedan
Kabupaten Klaten ini didukung dengan buku paket yang mana masing-
masing siswa berhak meminjam buku yang tersedia di perpustakaan
sekolah. Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak semua siswa bisa
mendapatkan buku tersebut. Hal itu dikarenakan jumlah buku yang
tersedia sangat terbatas, sehingga siswa terpaksa memggunakan satu buku
untuk dua orang. Keterbatasan tersebut berdampak pada terhambatnya
proses belajar siswa (baik belajar dirumah maupun di sekolah).
b. Siswa kurang berminat terhadap pelajaran akuntansi.
Kejenuhan siswa pada pembelajaran akuntansi salah satunya
disebabkan karena penggunaan metode ceramah yang terus-menerus oleh
guru, siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan mencatat apa yang
dijelaskan oleh guru, serta mengerjakan apa yang diperintahkan guru,
sehingga siswa menjadi bosan dan mengabaikan mata pelajaran akuntansi.
Dampaknya, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru karena selain pemahaman siswa kurang, dalam mata
pelajaran akuntansi melibatkan perhitungan dan berkaitan dengan kejadian
sehari-hari. Hal tersebut dapat diatasi apabila siswa dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan aktif mengungkapkan
pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas dan bertanya pada saat
mereka mengalami kesulitan.
c. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran akuntansi yang biasa dilakukan.
Siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya
tentang kesulitan yang mereka hadapi.
Siswa cenderung malu untuk mengungkapkan pendapatnya jika
diadakan tanya jawab. Mereka memilih diam tidak bertanya meskipun
sebenarnya mereka belum paham mengenai materi yang sedang dibahas.
Sebagian siswa juga masih malu untuk maju ke depan kelas jika diminta
guru untuk menjelaskan kembali apa yang mereka terima setelah
mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa cenderung bermasalah dalam
menuangkan ide, gagasan, dan kreatifitas. Mereka cenderung tidak
mempunyai kesempatan untuk berkreasi.
d. Siswa lebih tertarik pada kebebasan dan keleluasaan dalam belajar.
Hal ini didasarkan pada hasil pengamatan peneliti pada saat
survei awal, bahwa sebagian besar siswa SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten
Klaten kelas X Akuntansi 1, mereka lebih senang belajar dengan serius
tetapi santai, dalam artian mereka belajar dengan serius, namun dalam
pembelajaran mereka menghendaki keleluasaan (tidak ada paksaan/rileks).
Mereka lebih senang bertanya kepada teman daripada guru tentang materi
yang belum mereka pahami. Misalnya, saat guru menerangkan materi
mereka tidak mengerti dan mereka malas untuk mengikuti pelajaran dan
memilih bertanya kepada teman saat pelajaran telah selesai dari pada
memperhatikan guru pada saat menerangkan materi sehingga suasana
kelas menjadi gaduh karena siswa membuat kesibukan sendiri-sendiri.
2. Ditinjau dari Segi Guru
a. Guru merasa kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
akuntansi.
Pada saat pembelajaran akuntansi, siswa menunjukkan sikap
yang kurang berminat dan kurang antusias terhadap mata pelajaran
akuntansi. Siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan pada saat
pembelajaran akuntansi berlangsung. Guru sudah mencoba melakukan
upaya guna membangkitkan minat siswa dengan memberikan pendekatan
secara langsung dan dengan memotivasi serta menegur siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran. Namun, cara ini belum mampu membangkitkan
semangat dan minat belajar siswa.
b. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum menunjukkan hasil
yang maksimal.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti menunjukkan
bahwa hasil belajar akuntansi SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten
dapat dikatakan rendah, karena dalam pemgamatan yang dilakukan
peneliti pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten
Klaten, dari hasil pekerjaan siswa menunjukkan rata-rata nilai yang
mereka peroleh adalah 69. Rata-rata tersebut masih dibawah KKM yang
telah ditetapkan sekolah untuk pelajaran akuntansi yaitu 70, serta siswa
yang memperoleh nilai 70 ke atas adalah 22 siswa (55%) dari 40 siswa dan
hal itu mengindikasikan bahwa pembelajaran akuntansi yang selama ini
dilakukan belum mencapai hasil yang optimal.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Sebagai data awal peneliti mengambil nilai ulangan harian terakhir yang
diperoleh siswa untuk mengetahui kemampuan siswa serta dijadikan tes awal
siswa sebelum kita masuk pada siklus pertama yang mana tes tersebut dalam
bentuk soal esay diperoleh hasil seperti tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 3. hasil tes awal kemampuan siswa
Nilai Jumlah anak Persentase
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
60-64
1
3
3
15
9
9
2,5
7,5
7,5
37,5
22,5
22,5
Jumlah 40 100
Sumber: Nilai ulangan harian terakhir sebelum penelitian tindakan kelas
Hasil tes awal pada tabel 6 di atas tergambar bahwa dari 40 siswa kelas
X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten, 18 siswa atau 45% belum
mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan yaitu nilai 70. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi belum optimal.
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus pertama melalui model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
a. Perencanaan Tindakan I
1) Menyiapkan Perangkat Pembelajaran
Peneliti bersama guru mendiskusikan rancangan tindakan yang
akan dilakukan dalam penelitian ini, kemudian peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dilengkapi dengan skenario
pembelajaran. Setelah itu, peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan
tindakan siklus pertama akan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.
Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Pertemuan I, Senin, 8 Maret 2010
Kegiatan:
a) Salam pembuka, mengabsen siswa dan apersepsi.
b) Sosialisasi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
c) Pengulangan sedikit materi yang terdahulu.
d) Penjelasan materi diselingi tanya jawab siswa.
e) Evaluasi proses pembelajaran dan penutup.
Pertemuan II, Selasa, 9 Maret 2010
Kegiatan:
a) Salam pembuka dan mengabsen siswa.
b) Pembentukan kelompok.
c) Diskusi kelompok.
d) Presentasi tiap kelompok.
e) Evaluasi dari guru.
f) Penutup.
Pertemuan III, 12 Maret 2010
Kegiatan:
a) Salam pembuka dan mengabsen siswa.
b) Pembagian soal kuis.
c) Pengerjaan kuis individu oleh siswa.
d) Pengumpulan kuis.
e) Penutup.
2) Menyiapkan Instrument.
Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang meliputi lembar observasi
mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk
mencatat hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir
pembelajaran.
3) Menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
4) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan scenario
pembelajaran.
5) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat
prestasi belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS).
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan pertama dilakukan selama 3 kali pertemuan,
di ruang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten.
Pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit sesuai dengan skenario
pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Materi pada pelaksanaan tindakan pertama ini adalah pencatatan
dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system). Pada
pertemuan pertama, guru menjelaskan materi tentang pencatatan dana kas
kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system), kemudian pada
pertemuan kedua, siswa diminta untuk melaksanakan diskusi dan presentasi
dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pertemuan
ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus pertama.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertemuan ke-1 (Siklus I), Senin, 8 Maret 2010
1) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi.
2) Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS), hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami
kebingungan selama proses pembelajaran yaitu diskusi dan presentasi.
3) Guru memberikan penjelasan materi tentang pencatatan dana kas kecil
dengan sistem dana tetap (imprest fund system).
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.
5) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS), sehingga siswa-siswa disuruh belajar
dan mempersiapkan diri.
6) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
7) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ke-2 (Siklus II), Selasa, 9 Maret 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa
dan mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
2) Guru menyuruh siswa untuk merapikan tempat duduk dan menyuruh siswa
agar berpasangan.
3) Guru memberikan soal/permasalahan kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan.
4) Guru menyuruh masing-masing siswa agar memikirkan sendiri dahulu
mengenai jawabannya sebelum didiskusikan dengan temannya sekitar 15
menit.
5) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya
mengenai permasalahan yang diajukan tadi sekitar 30 menit.
6) Setelah setelah berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi
untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingi tanya jawab dengan
siswa sekitar 5 menit. Demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah
melakukan presentasi.
7) Guru memberikan evaluasi tentang jalannya diskusi tadi serta memberikan
kesimpulan materi yang telah dibahas.
8) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
kuis individu sehingga siswa disuruh untuk mempersiapkan diri.
9) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ke-3 (Siklus III), 12 Maret 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen
siswa.
2) Guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan kuis
atas materi yang telah dibahas.
3) Guru dan peneliti membagikan soal kuis berupa soal essay dan menyuruh
siswa untuk segera mengerjakannya.
4) Guru dan peneliti mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis dengan
tujuan agar siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak bekerja
sama dengan temannya.
5) Setelah waktu habis, guru dan peneliti meminta lembar jawab soal dari
kuis yang telah dikerjakan.
6) Guru mengulas sedikit jawaban dari soal kuis yang telah dikerjakan tadi,
agar siswa mengetahui letak kesalahannya.
7) Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya.
8) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Pada tahap ini peniliti melakukan pengamatan
dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi
tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS) dan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS).
Pada waktu kegiatan observasi berlangsung, kegiatan guru adalah
sebagai pemantau pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS). Guru memberi bantuan atau penjelasan pada siswa atau
kelompok yang kurang paham terhadap tugas yang harus mereka kerjakan.
Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap siswa yang aktif dalam
diskusi dan presentasi di depan kelas.
Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS):
1) Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama pembelajaran
berlangsung sebanyak 21 siswa (52,5%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa,
sedangkan lainnya masih belum berani untuk mengajukan pertanyaan
maupun idenya. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa belajar dengan
model pembelajaran konvensional, sehingga mereka lebih banyak
mendengarkan dan sedikit bertanya maupun berpendapat.
2) Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung sebanyak 22 siswa (55%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa,
sedangkan lainnya masih belum berani untuk menjawab pertanyaan. Hal
ini disebabkan siswa masih malu untuk mengungkapkan jawabannya serta
takut apabila jawaban mereka salah.
3) Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi
sebanyak 28 siswa (70%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan
yang lainnya hanya menunggu dan melihat temannya menyelesaikan
tugas.
4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa yang
sudah mampu mengerjakan soal esai pencatatan dana kas kecil dengan
sistem dana tetap (imprest fund system) serta mendapat nilai > 70
sebanyak 38 siswa (95%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan
lainnya belum sempurna dalam menyelesaikan soal yang diberikan, hal ini
disebabkan mereka masih belum paham dalam pencatatan dana kas kecil
dengan sistem dana tetap (imprest fund system) serta pembuatan jurnalnya.
Hasil ini ditunjukkan tabel di bawah ini:
Tabel 4. Hasil ulangan harian siklus pertama
Nilai Jumlah anak Persentase
95-100
90-94
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
2
12
13
11
-
-
2
5
30
32,5
27,5
-
-
5
Jumlah 40 100
Sumber: Nilai ulangan atau kuis pada siklus pertama
d. Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang
telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan
dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada
tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk
kemudian dilakukan refleksi untuk melihat kekurangan dan kelemahan yang
terjadi. Setelah pertemuan ke-3 yaitu setelah dilaksanakannya kuis individu,
peneliti baru dapat ,melakukan refleksi secara keseluruhan. Penerapan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
kelas.
Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS), rata-rata kelas adalah 69 namun setelah diterapkannya metode ini, rata-
rata kelas menjadi 87. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas standar
ketuntasan 70 sebanyak 38 siswa dari jumlah keseluruhan 40 siswa. Dengan
kata lain, salah satu indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai, yaitu
95 % siswa memperoleh nilai diatas 70 dari 80% target yang direncanakan.
Tetapi pada siklus I ini keaktifan siswa belum dapat mancapai target yang
direncanakan yaitu 70%, sehingga peneliti ingin menerapkan lagi model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) agar model pembelajaran ini
terbukti dapat membantu meningkatkan prestasi siswa serta meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan dari hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan
beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Think
Pair Share (TPS). Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai berikut:
1) Segi Guru
a) Guru kurang mengontrol pada saat proses belajar mengajar sehingga
siswa masih ada yang ramai pada saat awal pembelajaran dan masih
bingung dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS).
b) Guru kurang menguasai kelas, hal ini terlihat dari posisi guru
menjelaskan yang selalu berada di depan kelas sehingga siswa yang
bagian belakang kurang diperhatikan. Hal ini berdampak pada siswa
yang duduk di bagian belakang kelas kurang memperhatikan
penjelasan guru dan cenderung mengobrol dengan teman sebelah.
c) Guru kurang memperhatikan kondisi siswa setelah adanya kuis
sehingga suasana menjadi ramai dan kurang terfokus.
2) Segi Siswa
a) Dalam diskusi kelompok ada beberapa siswa yang cenderung masih
pasif dan malu berpendapat, ada juga yang mengantuk sehingga ada
beberapa kelompok yang mengerjakan sendiri tanpa berdiskusi dengan
teman sebangkunya.
b) Siswa masih belum mempunyai keberanian untuk mengungkapkan
pendapatnya di depan kelas karena kurang percaya diri.
Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah:
1) Guru meningkatkan kontrol dan penguasaan kelas untuk meningkatkan
disiplin kelas serta lebih tegas lagi dalam menegur siswa yang kurang
memperhatikan.
2) Guru meningkatkan pendekatan kepada siswa agar siswa bisa dengan
mudah berkomunikasi dengan guru dan lebih berani lagi bertanya serta
mengemukakan pendapatnya.
2. Siklus II
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus pertama melalui model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
a. Perencanaan Tindakan II
1) Menyiapkan Perangkat Pembelajaran
Peneliti bersama guru mendiskusikan rancangan tindakan yang
akan dilakukan dalam penelitian ini, kemudian peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario
pembelajaran. Setelah itu, peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan
tindakan siklus kedua akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan.
Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Pertemuan I, Senin, 15 Maret 2010
Kegiatan:
a) Salam pembuka, mengabsen siswa dan apersepsi.
b) Sosialisasi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
c) Pengulangan sedikit materi yang terdahulu.
d) Penjelasan materi diselingi tanya jawab siswa.
e) Evaluasi proses pembelajaran dan penutup.
Pertemuan II, Selasa, 19 Maret 2010
Kegiatan:
a) Salam pembuka dan mengabsen siswa.
b) Pembentukan kelompok.
c) Diskusi kelompok.
d) Presentasi tiap kelompok.
e) Evaluasi dari guru.
f) Penutup.
Pertemuan III, 29 Maret 2010
Kegiatan:
a) Salam pembuka dan mengabsen siswa.
b) Pembagian soal kuis.
c) Pengerjaan kuis individu oleh siswa.
d) Pengumpulan kuis.
e) Penutup.
2) Menyiapkan Instrument.
Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang terdiri dari lembar
observasi mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) untuk mencatat hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai
akhir pembelajaran.
3) Menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
4) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario
pembelajaran.
5) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat
prestasi belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS).
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan kedua dilakukan selama 3 kali pertemuan, di
ruang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten.
Pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit yang sesuai dengan skenario
pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Materi pada pelaksanaan tindakan kedua ini adalah pencatatan dana
kas kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System). Pada
pertemuan pertama, guru menjelaskan materi tentang pencatatan dana kas
kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System), kemudian
pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk melaksanakan diskusi dan
presentasi dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus kedua.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertemuan ke-1 (Siklus II), Senin, 15 Maret 2010
1) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi.
2) Guru memberitahukan bahwa akan dicoba lagi pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), hal ini bertujuan
agar siswa tidak mengalami kebingungan selama proses pembelajaran
yaitu diskusi dan presentasi.
3) Guru memberikan penjelasan materi tentang pencatatan dana kas kecil
dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System).
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.
5) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS), sehingga siswa-siswa disuruh belajar
dan mempersiapkan diri.
6) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
7) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ke-2 (Siklus II), Selasa, 19 Maret 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa
dan mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
2) Guru mengulas sedikit materi yang telah dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya.
3) Guru menyuruh siswa untuk merapikan tempat duduk dan menyuruh siswa
agar berpasangan.
4) Guru memberikan soal atau permasalahan kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan.
5) Guru menyuruh masing-masing siswa agar memikirkan sendiri dahulu
mengenai jawabannya sebelum didiskusikan dengan temannya sekitar 15
menit.
6) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya
mengenai permasalahan yang diajukan tadi sekitar 30 menit.
7) Setelah setelah berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi
untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingi tanya jawab dengan
siswa sekitar 5 menit. Demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah
melakukan presentasi.
8) Guru memberikan evaluasi tentang jalannya diskusi tadi serta memberikan
kesimpulan materi yang telah dibahas.
9) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
kuis individu sehingga siswa disuruh untuk mempersiapkan diri.
10) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ke-3 (Siklus II), 29 Maret 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen
siswa.
2) Guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan kuis
atas materi yang telah dibahas.
3) Guru dan peneliti membagikan soal kuis berupa soal essay dan menyuruh
siswa untuk segera mengerjakannya.
4) Guru dan peneliti mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis dengan
tujuan agar siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak bekerja
sama dengan temannya.
5) Setelah waktu habis, guru dan peneliti meminta lembar jawab soal dari
kuis yang telah dikerjakan.
6) Guru mengulas sedikit jawaban dari soal kuis yang telah dikerjakan tadi,
agar siswa mengetahui letak kesalahannya.
7) Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya.
8) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Observasi
Observasi atau pemngamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Pada tahap ini peniliti melakukan pengamatan
dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi ini
dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS) dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS).
Pada waktu kegiatan observasi berlangsung, kegiatan guru adalah
sebagai pemantau pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS). Guru memberi bantuan atau penjelasan pada siswa atau
kelompok yang kurang paham terhadap tugas yang harus mereka kerjakan.
Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap siswa yang aktif dalam
diskusi dan presentasi di depan kelas.
Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS):
1) Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama pembelajaran
berlangsung sebanyak 28 siswa (70%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa,
sedangkan lainnya masih belum berani untuk mengajukan pertanyaan
maupun idenya. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa belajar dengan
model pembelajaran konvensional, sehingga mereka lebih banyak
mendengarkan dan sedikit bertanya maupun berpendapat.
2) Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung sebanyak 30 siswa (75%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa,
sedangkan lainnya masih belum berani untuk menjawab pertanyaan. Hal
ini disebabkan siswa masih malu untuk mengungkapkan jawabannya serta
takut apabila jawaban mereka salah.
3) Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi
sebanyak 36 siswa (90%), sedangkan yang lainnya hanya menunggu dan
melihat temannya menyelesaikan tugas.
4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa yang
sudah mampu mengerjakan soal esai pencatatan dana kas kecil dengan
sistem dana tidak tetap (Fluctuation fund system) serta mendapat nilai > 70
sebanyak 40 siswa (100%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa. Hal ini
disebabkan siswa telah memahami cara pencatatan dana kas kecil dengan
sistem dana tidak tetap (Fluctuation fund system). Hasil ini ditunjukkan
tabel di bawah ini:
Tabel 5. Hasil ulangan harian siklus kedua
Nilai Jumlah anak Persentase
95-100
90-94
85-89
80-84
75-79
11
20
3
5
1
27,5
50
7,5
12,5
2,5
Jumlah 40 100
Sumber: Nilai ulangan atau kuis pada siklus kedua
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat
dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
akuntansi. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) karena siswa mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja
menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) menjadi lebih efektif.
Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
nilai rata-rata kelas hanya sebesar 69. Setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata kelas naik menjadi 87 pada
siklus I dan 92 pada siklus II. Pada siklus II sebanyak 100% siswa dinyatakan
tuntas, karena pencapaian prsetasi belajar siswa diatas standar batas tuntas
nilai, yaitu 70. Kondisi ini lebih baik dari siklus I yaitu 95% siswa yang
dinyatakan tuntas. Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan dan
telah mencapai target yang direncanakan yaitu 70%. Dengan demikian, semua
indikator ketercapaian pada siklus II telah tercapai. Dari hasil refleksi tersebut
dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) pada siklus II dinilai telah berhasil dan dianggap sudah
memuaskan sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi tindakan pada siklus II, peneliti
melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru sudah bisa menguasai kelas sehingga ketika mengajar perhatiannya
bisa tersebar pada seluruh bagian kelas.
2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami
peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak perlu dan jauh
lebih bersemangat saat diskusi dan presentasi berlangsung, meskipun ada
beberapa siswa yang masih pasif saat pembelajaran berlangsung.
Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan
analisis yang telah dilakukan adalah :
1) Guru lebih kreatif dalam upaya menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
2) Guru harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan terhadap
beberapa siswa yang masih pasif dalam proses pembelajaran.
3) Guru harus lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model dan metode
pembelajaran pada saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan.
D. Pembahasan
Hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Hal tersebut
dapat dilihat dari table berikut ini:
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa
Jumlah Siswa Persentase Kriteria
Sebelum
Penerapan
Siklus
I
Siklus
II
Sebelum
Penerapan
Siklus I Siklus
II
Tuntas 22 38 40 55% 95% 100%
Tidak
Tuntas
18 2 0 45 % 5% 0%
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 2. Grafik prestasi belajar siswa
Berdasarkan grafik dan tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan
siswa mengalami peningkatan. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS) jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas
standar ketuntasan 70 sebanyak 22 siswa sebesar 55% dengan nilai rata-rata kelas
siswa 69 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) menjadi 38 siswa pada siklus I sebesar 95% dan 40 siswa pada siklus
II sebesar 100%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 87, sebanyak 38 siswa (95%)
mendapat nilai di atas 70 dari 80% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai
rata-rata kelas 92, sebanyak 40 siswa (100%) sudah mencapai nilai di atas 70 dari
80% target yang direncanakan, sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) dalam pembelajaran akuntansi, selain dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa juga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 7. Keaktifan Siswa
Jumlah Siswa Persentase
Aspek Siklus
I
Siklus
II
Siklus
I
Siklus
II
Partisipasi siswa dalam
mengajukan pertanyaan/ ide
selama pembelajaran
berlangsung
21 28 52,5% 70%
Partisipasi siswa dalam
menjawab pertanyaan
22 30 55% 75%
Interaksi antar siswa dalam
kelompok kooperatif
28 36 70% 90%
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada grafik
sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik keaktifan siswa pada siklus II dan siklus II
Grafik di atas memberikan informasi bahwa dengan adanya penerapan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) maka keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran akuntansi mengalami peningkatan antara
lain:
1. Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama proses belajar
mengajar yaitu sebanyak 21 siswa (52,5%) pada siklus I menjadi 28 siswa
(70%) pada siklus II dari 70 % target yang direncanakan.
2. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung yaitu 22 siswa (55%) pada siklus I menjadi 30 siswa (75%) pada
siklus II dari 70 % target yang direncanakan.
3. Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi yaitu 30
siswa (70%) pada siklus I menjadi 36 siswa (90%) pada siklus II dari 70 %
target yang direncanakan.
Dalam penelitian ini keaktifan siswa mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Demikian pula pada prestasi siswa yang juga mengalami peningkatan
pada setiap siklusnya. Sehingga peniliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) mampu
meningkatkan keaktifan siswa. Dengan adanya peningkatan tingkat keaktifan
siswa, hal ini juga menyebabkan terjadinya peningkatan pada prestasi siswa.
Semakin tinggi tingkat keaktifan siswa, maka semakin tinggi pula nilai atau
prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Adapun deskripsi hasil
penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk
mengetahui kondisi yang ada di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten.
Berdasarkan hasil survey tersebut, peneliti menemukan bahwa prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Akuntansi kelas X Akuntansi 1 masih kurang optimal.
Hal tersebut disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru masih
konvensional (model ceramah dan tanya jawab). Guru juga belum menggunakan
model pembelajaran kooperatif sehingga menimbulkan beberapa permasalahan
dalam pembelajaran yaitu siswa kurang merespon, bila diberi pertanyaan asal
menjawab dan siswa kurang percaya diri. Oleh karena itu, peneliti mengadakan
diskusi dengan guru mata pelajaran Akuntansi untuk mencari solusi dan
mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS).
Pada siklus I peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Materi yang dibahas adalah
pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system). Setelah
perangkat siap, peneliti mendiskusikannya dengan guru. Dalam penelitian ini
peneliti sebagai pelaksana pembelajaran. Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
pada siklus I berjalan cukup lancar, siswa pun dapat ikut berpartisipasi di dalam
KBM meskipun ada beberapa siswa yang ramai dan kurang memperhatikan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus I
masih terdapat kekurangan yaitu siswa belum dapat bekerja sama secara optimal
dengan teman sebangkunya. Selain itu, siswa juga belum berani mengemukakan
pendapatnya di depan teman-teman dan guru. Prestasi belajar siswa pada siklus I
sudah mengalami peningkatan dibandingkan sebelum diterapkannya model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) tetapi peneliti ingin menerapkan
lagi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) agar keaktifan siswa
dapat ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun
rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam
pembelajaran akuntansi pada siklus I.
Materi pembelajaran siklus II adalah pencatatan dana kas kecil dengan
sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System). Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap proses pembelajaran pada siklus II siswa terlihat semakin aktif dan
kelemahan pada siklus I sudah teratasi pada siklus II. Siswa sebelumnya masih
kurang aktif dalam berdiskusi dan malu untuk mengemukakan pendapatnya
sekarang mulai berani untuk bertanya dan memberikan pendapatnya kepada teman
maupun guru.
Berdasarkan kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap
siswa, dapat diketahui bahwa siswa merasa lebih memahami materi pelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Siswa juga
mengungkapkan bahwa prestasi belajar mereka mengalami peningkatan. Hasil
wawancara yang dilakukan terhadap guru diperoleh keterangan bahwa partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan sehingga prestasi
belajar siswa juga meningkat.
Berdasarkan data siklus I dan siklus II diperoleh prestasi belajar yang
selalu mengalami peningkatan. Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran akuntnasi. Hal ini
terbukti pada peningkatan peran serta siswa pada pembelajaran dan prestasi
belajar siswa. Temuan yang muncul selama kegiatan belajar mengajar antara lain:
1. Kegiatan belajar mengajar di kelas yang berpusat pada siswa (student center)
sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi kelompok,
presentasi, dan tanya jawab. Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam bekerja
sama dan menumbuhkan semangat kebersamaan di dalam kelompok belajar.
2. Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan
siswa sehingga membuat siswa nyaman dalam belajar. Hal ini terlihat dari
semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami
peningkatan.
3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi yang dipelajari sehingga
pembelajaran efektif dapat tercapai.
4. Penerapan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan pencapaian
prestasi belajar. Prestasi belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara
umum pencapaian prestasi belajar siswa berada di atas standar batas tuntas
yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami
materi yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas X Akuntansi 1
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap
siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Berdasarkan analisa hasil penelitian tindakan dari siklus I sampai dengan
siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar
pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten.
Peningkatan prestasi belajar tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa
upaya antara lain:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
2. Guru mengadakan diskusi kelompok untuk membahas lembar kegiatan untuk
meningkatkan kerjasama antar siswa.
Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih
dahulu sebelum mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung
secara terarah dan terprogram.
Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (berpikir berpasangan berbagi)
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelas X Akuntansi 1
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten.
Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator berikut ini:
4. Siswa semakin aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan
keaktifan siswa mengajukan pertanyaan atau ide selama proses pembelajaran
dari 21 siswa pada siklus I sebesar 52,5% menjadi 28 siswa pada siklus II
sebesar 70%.
5. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan
siswa menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran dari 22 siswa pada
siklus I sebesar 55% menjadi 30 siswa pada siklus II sebesar 75%.
6. Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan siswa saat
berdiskusi dalam kelompoknya dari 30 siswa pada siklus I sebesar 70%
menjadi 36 siswa pada siklus II sebesar 90%.
7. Adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 38 siswa pada siklus I
sebesar 95% menjadi 40 siswa pada siklus II sebesar 100%.
Kondisi-kondisi tersebut diatas, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Guru mampu mengelola kelas dengan baik. Hal tersebut terefleksi dari (1)
kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk ikut aktif terlibat dalam
proses pembelajaran yang berlangsung, (2) posisi guru sudah tidak lagi
terpaku kelas bagian depan tetapi sudah mampu berotasi sehingga dapat
memantau siswa yang berada di bagian belakang, (3) guru sudah dapat
meningkatkan minat dan semangat siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar
mengajar maupun pada saat kegiatan diskusi berlangsung.
2. Guru menyadari perlunya melakukan suatu evaluasi terhadap proses
pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik, dan
tidak terulang dalam proses pembelajaran berikutnya.
B. Implikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu berasal
dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru
dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyanpaikan materi,
kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat belajar atau
motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Akuntansi.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru
memiliki kemampuan baik, maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik.
Materi tersebut akan diterima siswa dengan baik apabila siswa juga mempunyai
minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif,
efektif dan efisien.
Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran
Akuntansi dapat meningkatkan prestasi belajar Akuntansi. Bagi guru bidang studi
Akuntansi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Disamping itu dapat
menjadikan siswa lebih aktif dan menghapus pandangan siswa terhadap
pembelajaran yang membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan dalam mengajak
siswa untuk berkomunikasi dengan baik, sehingga siswa menjadi tidak malu
untuk bertanya atau maju ke depan kelas untuk menyampaikan pendapatnya.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Diharapkan guru untuk terus mengembangkan minat serta
semangat siswa selama proses pembelajaran berlangsung agar
siswa menemukan dan mengembangkan sendiri konsep dari
materi yang dipelajari.
b. Guru perlu menambah wawasannya tentang metode-metode
pembelajaran yang inovatif agar proses pembelajaran lebih
menarik dan siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar di kelas.
c. Guru hendaknya mampu memilih metode yang tepat dalam
proses pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai.
d. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sebaiknya guru
meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas sehingga
dapat tercipta suasana yang kondusif yang mendukung proses
pembelajaran.
e. Guru hendaknya mampu mengkaji permasalahan yang timbul
saat proses pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran di kelas
dapat tercapai dan berdampak positif pada peningkatan hasil
prestasi belajar siswa.
2. Bagi Siswa
a. Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Think
Pair Share (TPS), sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh
setiap siswa untuk bekerja sama dalam satu kelompok untuk
memecahkan masalah dan saling mengajari satu sama lain.
b. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kemampuan berdiskusi
maupun bersosialisasi dengan siswa lain dan saling membantu
terhadap siswa lain.
3. Bagi Peneliti
a. Bagi peneliti lain dapat menerapkan penelitian yang sejenis
dengan penyempurnaan dalam berbagai hal untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik lagi yakni nilai yang diperoleh siswa
menjadi lebih tinggi.
b. Peneliti sebagai calon guru harus dapat menerapkan metode
pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar yang
sesuai dengan kondisi pembelajaran yang diinginkan siswa dalam
proses pembelajaran yang akan dilakukan.
4. Bagi Sekolah
a. Perlu adanya sosialisasi model PAIKEM (pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) dan pembelajaran
kooperatif kepada guru-guru agar mereka dapat menerapkannya
di dalam kelas sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton.
b. Melengkapi perpustakaan dengan pengadaan buku-buku model
pembelajaran kooperatif maupun inovatif agar guru-guru bisa
membacanya sehingga pengetahuan mereka bertambah dan
akhirnya bisa diterapkan di kelas.
c. Mengadakan evaluasi tentang cara mengajar guru yaitu dengan
menyebarkan angket kepada siswa, supaya sekolah mengetahui
metode mengajar guru, sehingga bisa diberitahukan kepada guru
tentang metode atau cara mengajarnya selama ini agar guru bisa
memperbaikinya jika ada kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta. Anita, Lie. 2002. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo. ________. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta: Grasindo. Arends, Richard L. 2008. Learning to teach. Yogjakarta: Pustaka Belajar. Depdikbud. 1996. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. __________________ . 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi.
Surakarta: UNS Press. Handayani, Nanik Tri. 2009. Eksperimentasi Pengajaran Matematika Dengan
Metode TPS (Think Pair Share) Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University
Press. Isjoni.2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Drs. M. Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhammad Rohmadi dan Slamet Subiyantoro. 2009. Model-Model Pembelajaran
Bahasa, Sastra, Dan Seni. Surakarta: Yuma Pustaka Surakarta. Nana Sudjana, DR. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Nana Septriana dan Budi Handoyo. 2007. Penerapan Think Pair Share (TPS)
dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi. Malang : FKIP UM. (On Line) (http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-2-no-1-budi-handoyo.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2010)
Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rosmaini S., Evi Suryawati dan Mariani N. L. 2004. Penerapan Pendekatan
Struktural Think–Pair–Share ( TPS ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN 20 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003. Skripsi. Pekanbaru: FKIP Universitas Riau. (On Line)
(http://jurnalbiogenesis.files.wordpress.com/2004/09/vol-1-no-1-rosmaini.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2010)
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Penerjemah: Nurulita. Bandung : Nusa Media. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sutratinah Tirtonegoro. 2006. Anak Supernormal dan Program Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Syaiful Bahri Djamarah, Drs. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Yuliana, Elis Muddah. 2009. Penggunaan Metode Kooperatif Model Think-Pair-
Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa pada Pokok Bahasan Unsur Fisik Wilayah Indonesia Kelas VIII B di MTs Negeri I Pacitan_Tahun_Ajaran_2007/2008. Skripsi. Surakarta : FKIP UNS.
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama Widya.
top related