Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakangBerdasarkan perubahan kurikulum yang selama ini
menyibukkan guru-guru dari tingkat sekolah dasar sampaisekolah lanjut dari kurikulum 2004 hingga kurikulum 2013sekarang yang diharapkan dapat membantu meringankan bebeanguru dalam mengajar serta meningkatkan kualitaspembelajaran. Salah satu perbaikan pembelajaran adalahdengan supervisi klinis yang merupakan perbaikanpembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahapperencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadappenampilan pembelajarannya
B. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah sebagai berikut :
Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaranKehilanganidentitas profesi
Pelanggaran kode etik yang akut Mengulang kekeliruan secara masif Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana
mestinya
C. TujuanSecara umum tujuan supervisi klinis untuk :
Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnyaterhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki danmeningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisismasalah yang muncul dalam proses pembelajaran
Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahanmasalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalammengembangkan diri secara berkelanjutan.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Supervisi Klinis
Secara bahasa, supervisi klinis berasal dari kata
supervisi dan klinis. Sagala dalam Yuni Siregar (2010)
menyatakan bahwa menurut konsep kuno supervisi dilaksanakan
dalam bentuk “inspeksi“ atau mencari kesalahan. Dalam
pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi
guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam
belajar. Sedangkan klinis dalam hal ini diartikan sebagai
hubungan tatap muka antara upervisor dengan guru yang berfokus
pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru yang mengajar di
kelas, maksudnya adalah tingkah laku yang sewajarnya atau
tidak dibuat-buat.
Pada mulanya, supervisi klinis dirancang sebagai salah
satu model atau pendekatan dalam melakukan supervisi dalam
pengajaran terhadap calon guru yang sedang praktek mengajar.
2
Cogan dalam materi ajar PPL 1 Unesa mendefinisikan supervisi
klinis sebagai berikut :
The rational and practice designed to improve the teacher’s classroom
performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The
analysis of these data and the relationships between teacher and supervisor
from the basis of the program, procedures, and strategies designed to
improve the student’s learning by improviing the teacher’s classroom
behaviour.
Supervisi klinis pada dasarnya merupakan suatu bantuan yang
diberikan kepada guru menuju guru yang profesional, yakni
dengan melakukan pembinaan kinerja guru dalam proses belajar
mengajar. Bimbingan ini didasarkan pada kebutuhan dan
kesulitan yang dialami oleh guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran yang mereka lakukan.
2.2Beberapa Penelitian Supervisi Klinis
Sejak supervisi klinis diperkenalkan pada akhir tahun
lima puluhan dan awal tahun enam puluhan, keberadaannya masih
bersifat sebagai ide pendidikan belaka daripada praktik yang
workable dalam latar pendidikan (Krajewski, 1982). Namun akhir-
akhir ini banyak dipraktekkan supervisi klinis dan penelitian
efektivitasnya walaupun masih penelitian sederhana, misalnya
Fanders (1970) yang lebih memusatkan perhatiannya pada
analisis interaksi dalam supervisi klinis menemukan bahwa
melalui supervisi klinis supervisor dapat membantu guru untuk
menganalisis interaksi yang dilakukan di kelas. Penelitian
lainnya dilakukan Amidon, Shinn, dan Martin, yang bertujuan
untuk menjaring informasi mengenai sikap guru dan supervisor
3
terhadap supervisi klinis. Blumberg dan Amidon menemukan bahwa
para guru lebih menyukai dan menghargai penerapan komunikasi
tidak langsung yang merupakan unsur penting dalam supervisi
klinis. Komunikasi tidak langsung itu melahirkan model
supervisi klinis yang bergaya tidak langsung pula. Berdasarkan
penelitiannya Shinn menemukan dua kesimpulan mengenai
supervisi klinis, yaitu :
a. Para guru banyak yang mengatakan bahwa teknik supervisi
klinis sangat bermanfaat, dan
b. Para guru lebih menyukai supervisi klinis yang berbentuk
tidak langsung.
Sedangkan hasill penelitian Martin menyatakan bahwa para
guru bisa menerima supervisi klinis sebagai satu pendekatan
pembinaan pengajaran guru. Ia menemukan bahwa kelompok yang
telah ditatar bisa menerima maksud evaluasi tahunan, yang
bertujuan memperbaiki pekerjaan guru itu sendiri dan sebagai
promosi jabatan atau pertimbangan lain yang menyangkut
pekerjaan mereka.
Dalam proses supervisi klinis selalu terdapat kegiatan
yang disebut dengan istilah postconference, yang dilakukan setelah
dilakukan observasi kelas. Di sini, supervisor bersama guru
menganalisis kegiatan belajar mengajar yang telah diobservasi
sebelumnya. Sehingga kegiatan postconference guru memperoleh
balikan mengenai kegiatan-kegiatannya dalam mengelola proses
belajar mengajar. Tuckman dan Yates (1980) pernah melakukan
penelitian tentang efektivitas pemberian balikan dalam
meningkatkan keterampilan mengajar guru, diperoleh hasil
sebagai berikut :
4
Ada perbedaan yang signifikan antara guru-guru yang
memperoleh balikan dari murid dibandingkan guru-guru yang
tidak memperoleh balikan dari murid.
Penampilan mengajar tingkat akhir lebih baik bila
dibandingkan dengan penampilan mengajar tingkat permulaan
bagi kelompok eksperimen bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
2.3Sasaran Supervisi Klinis
Sasaran dari pelaksanaan supervisi klinis adalah guru-
guru yang kurang mampu dalam mengelola pengajaran secara
profesional ataupun guru yang ingin meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mengajarnya menuju guru yang profesional. Adapun
guru yang perlu diberikan supervisi klinis adalah yang
mempunyai karakteristik non profesional seperti pada tabel
berikut :
Karakteristik GuruGuru Sasaran Supervisi
KlinisGuru Profesional
Komitmen
rendah
Abstraksi
rendah
Komitmen
tinggi
Abstraksi
tinggi1 Kurang
peduli
pada siswa
1 Bingung
ketika
menghadapi
masalah
1 Antusias,
energik,
penuh
cita-cita
1 Dapat
melihat
masalah
dari
5
berbagai
sudut
pandang2 Waktu dan
energi
terbatas
2 Tidak tahu
apa yang
harus
dikerjakan
2 Niat baik 2 Dapat
mengembangk
an beberapa
alternatif
pemecahan3 Hanya
peduli
pada tugas
sendiri
3 Memiliki
hanya satu
atau dua
kebiasaan
menghadapi
masalah
3 Tdak segan
melakukan
pekerjaan
sekolah di
rumah
3 Dapat
memilih
alternatif
terbaik dan
cara
berpikir
secara
bertahap
2.4 Pelaksanaan Supervisi Klinis
Konsep supervisi klinis sebagai suatu teknik pendekatan
dalam pembelajaran guru merupakan suatu pola yang didasarkan
pada asumsi dasar bahwa proses belajar guru untuk berkembang
dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar
yang dilakukan guru tersebut. Supervisi klinis sebagai suatu
teknik memiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat
perhatian untuk mengembangkan profesionalitas guru. Menurut
Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yang
dinamainya dengan siklus atau proses supervisi klinis.
6
Delapan tahap tersebut yaitu :
1. Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan
supervisor,
2. Tahap perencanaan bersama guru,
3. Tahap perencanaan strategi observasi,
4. Tahap observasi pengajaran,
5. Tahap analisis proses belajar mengajar,
6. Tahap perencanaan strategi pertemuan,
7. Tahap pertemuan, dan,
8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.
Menurut Mosher dan Purpel dalam Anantyas, dkk (2013) ,
ada tiga aktivitas dalam supervisi klinis, yaitu :
1. Tahap perencanaan,
2. Tahap observasi,
3. Tahap evaluasi dan analisis.
Sedangkan menurut Oliva dalam Anantyas, dkk (2013), ada
tiga aktivitas esensial dalam proses supervisi klinis, yaitu:
1. Kontak dan komunikasi dengan guru untuk merencanakan
observasi kelas,
2. Observasi kelas,
3. Tindak lanjut observasi kelas.
Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli
di atas tentang langkah-langkah proses supervisi klinis
berbeda, namun sebenarnya langkah-langkah itu bisa disimpulkan
pada tiga tahap esensial yang berbentuk proses, yaitu (1)
proses pertemuan awal atau perencanaan, (2) proses pelaksanaan
pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat, serta (3)
proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan7
balik. Dua dari ketiga tahap tersebut memerlukan pertemuan
antara guru dan supervisor, yaitu tahap pertemuan awal dan
tahap umpan balik.
2.4.1 Tahap Pertemuan Awal
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama
membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan
dilaksanakan. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru
dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama
guru, kemudian menterjemahakn ke dalam bentuk tingkah
laku yang dapat diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan
ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi
dan dicatat selama pelajaran berlangsung.
Tujuan utama pertemuan awal adalah untuk
mengembangkan secara bersama-sama antara supervisor dan
guru, kerangka observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil
pertemuan awal ini adalah kesepakatan kerja antara antara
supervisor dan guru. Tujuan ini bisa tercapai apabila
tercipta kerjasama yang baik antara guru dan supervisor,
oleh karena itu disarankan pertemuan awal dilaksanakan
secara rileks dan terbuka agar timbul kepercayaan guru
terhadap supervisor.
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981)
mendeskripsikan satu agenda yang harus dihasilkan pada
akhir pertemuan awal, meliputi
a. Menetapkan kontrak atau persetujuan antara
supervisor dengan guru.
Tujuan instruksional dan khusus pengajaran.
8
Implementasi keseluruhan program pengajaran.
Aktivitas yang akan diobservasi.
Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem,
dan unsur lain berdasarkan kesepakatan bersama.
Deskripsi spesifik masalah-masalah yang balikannya
diinginkan guru.
b. Menetapkan mekanisme/aturan-aturan observasi
Waktu (jadwal) observasi.
Lamanya observasi
Tempat observasi
c. Menetapkan rencana spesisfik untuk melaksanakan
observasi
Dimana supervisor akan duduk selama observasi?
Apakah supervisor menjelaskan kepada murid
mengenai tujuan observasi, kapan?
Akankah supervisor mencari satu tindakan khusus?
Perlukan adanya material/persiapan khusus?
Bagaimanakah supervisor akan mengakhiri observasi?
Secara teknis menurut Anastyas, dkk (2013)
diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya
pertemuan awal yang baik, yaitu :
1. Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan
guru sebelum langkah-langkah selanjutnya
dibicarakan,
2. Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan
pelajaran,
3. Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan
dilatihkan dan diamati,
9
4. Memilih atau mengembangankan suatu instrumen
observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah
laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya,
5. Instrumen observasi yang dipilih atau yang
dikembangkan dibicarakan bersama antara guru dan
supervisor.
2.4.2 Tahap Observasi Mengajar
Menurut Daresh dalam materi PPL 1 Unesa, ada dua
aspek yang harus diputuskan dan dilaksanakan oleh
supervisor sebelum dan selama melaksanakan observasi
pengajaran yaitu menentukan aspek-aspek yang akan
diobservasi dan bagaimana cara mengobservasinya. Aspek-
aspek yang akan diobservasi harus sesuai dengan hasil
diskusi antara guru dengan supervisor pada pertemuan
awal, sedangkan mengenai bagaimana mengobservasi juga
perlu diperhatikan agar diperoleh data yang diinginkan.
Tujuan utama pengumpulan data untuk memperoleh informasi
yang nantinya digunakan sebagai bahan tukar pikiran
dengan guru setelah observasi berakhir, sehingga guru
menganalisis dengan cermat aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya di kelas.
Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan
ini, sebenarnya para penelitii telah banyak
mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa digunakan
dalam mengamati kegiatan pembelajaran. Acheson dan Gall
menganjurkan agar menggunakan beberapa teknik dalam
proses supervisi klinis sebagai berikut :10
a. Selective verbatim.
Pada teknik ini, supervisor membuat semacam
rekaman tertulis. Tentunya hanya kejadian-kejadian
tertentu yang direkam secara selektif yang sesuai
dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan
guru.
b. Rekaman observasional berupa seating chart
Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi
selama pengajaran di dokumentasikan /dideskripsikan
secara bergambar dengan seating chart.
c. Wide lens techniques
Supervisor membuat catatan lengkap mengenai
kejadian-kejadian di kelas dalam cerita yang panjang
lebar dikenal dengan anecdotal record.
d. Checklists and timeline coding
Supervisor mengumpulkan dan mengobservasi
perilaku belajar mengajar dengan terlebih dahulu
diklasifikasi/dikategorikan. Flanders aktivitas
kelas dikategorikan dalam pembicaraan guru,
pembicaraan murid, dan tidak ada pembicaraan (silence).
Kunjungan dan observasi yang dilakukan supervisor
bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
sebenarnya. Manfaat observasi tersebut antara lain
dapat :
- Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan
pembinaan lebih lanjut,
11
- Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam
melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran,
- Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan
masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar-
mengajar,
- Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan
dalam penyusunan program pembinaan profesional secara
terperinci,
- Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat
lebih baik,
- Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-
hal pendukung kelancaran proses belajar-mengajar.
2.4.3 Tahap Umpan Balik
Sebelum pertemuan ini dilaksanakan, supervisor
mengadakan analisis pendahuluan tentang rekaman observasi
yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan pada tahap
umpan balik. Tujuan utama menganalisis hasil pengamatan
dan memberikan umpan balik adalah menindaklanjuti apa
yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap
proses pembelajaran. Supervisor harus mengusahakan data
yang objektif, menganalisis, dan menginterpretasikan
secara kooperatif dengan guru tentang apa yang telah
berlangsung dalam mengajar.
Proses ini merupakan proses yang penting untuk
mengembangkan perilaku guru dengan memberikan balikan
tertentu. Balikan ini harus bersifat deskriptif,
spesifik, konkret, bersifat memotivasi, aktual, dan
akurat, sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru.
12
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mengemukakan
lima manfaat pertemuan balikan yaitu :
a. Guru diberi penguatan dan kepuasan.
b. Isu-isu dalam pengajaran dapat didefinisikan bersama
supervisor dan guru yang tepat.
c. Supervisor bila perlu mengintervensi guru secara
langsung untuk memberikan bantuan didaktis dan
bimbingan.
d. Guru bisa dilatih untuk melakukan supervisi terhadap
dirinya sendiri.
e. Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk
meningkatkan profesional diri di masa mendatang.
Keseluruhan tahap di dalam proses supervisi klinis dapat
digambarkan dalam bagan siklus supervisi sebagai berikut :
A. Orientasi Perilaku Supervisi Pengajaran
13
TAHAP PERTEMUAN AWALMenganalisis rencana pelajaranmenetapkan bersama aspek-aspek yang akan diobservasi dalam mengajar
TAHAP OBSERVASI MENGAJAR
Mencatat peristiwa selama pengajaranCatatan harus objektif dan selektif
TAHAP PERTEMUAN BALIKANMenganalisis hasil observasi bersama gurumenganalisis perilaku mengajar.bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnyaSumber : Diadaptasikan dari of Advance Education (1981). Supervision of Practice Teaching. Primary Program, Sydney Australia, halaman 2
Gambar : Siklus supervisi klinis
Dalam proses supervisi klinis, perilaku supervisor
menentukan keberhasilannya dalam membantu mengembangkan
guru. Menurut Glickman (1981), perilaku supervisor dalam
proses supervisi pengajaran meliputi :
a. Mendengarkan (listening) segala yang dikemukakan guru
(masalah-masalah) dalam mengelola proses belajar
mengajar.
b. Mengklarifikasi (clarifying) dan mempertegas apa yang
dikemukakan guru.
c. Mendorong (encouraging) guru agar bersedia mengemukakan
sesuatu yang dirasa belum jelas.
d. Mempresentasikan (presenting) berarti supervisor
mengemukakan konsep atau pemikirannya terhadap
permasalahan guru
e. Memecahkan masalah (problem solving) berarti supervisor
dan guru memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru.
f. Bernegosiasi (negotiating) berarti supervisor membuat
kesepakatan pembagian tugas bersama guru.
g. Mendemonstrasikan (demonstrating) berarti supervisor
mendemonstrasikan performa tertentu yang dapat diikuti
guru.
h. Memastikan (directing) apa yang seharusnya dilakukan guru.
i. Menguatkan (reinforcing) dengan menggambarkan kondisi
menguntungkan bagi guru.
Beberapa perilaku supervisi :
1. Orientasi Langsung
14
Supervisi pengajaran berorientasi langsung
berdasarkan asumsi dasar psikologi perilaku, bahwa
mengajar pada dasarnya merupakan pengkondisian individu
melalui lingkungannya. Orientasi perilaku supervisi yang
pertama adalah orientasi langsung. menurut Glickman
(1981), supervisi pengajaran berorientasi langsung
mencakup perilaku-perilaku pokok, berupa klarifikasi,
presentasi, demonstrasi, penegasan, standardisasi, dan
penguatan. Hasil akhir adalah tugas bagi guru yang harus
dikerjakan dalam satu periode waktu tertentu.
Aplikasi supervisi orientasi langsung adalah sebagai
berikut : Pertama pada pertemuan awal, supervisor
mengklarifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
guru dan melakukan konfirmasi dan revisi seperlunya,
serta supervisor mempresentasikan ide-idenya mengenai
informasi data apa saja yang harus dikumpulkan. Kedua
observasi kelas, supervisor mengamati untuk mengetahui
kondisi sebenarnya. Ketiga, pertemuan balikan, setelah data
dianalisis, supervisor mendemonstrasikan tindakan-
tindakan pengajaran yang mungkin dilakukan oleh guru dan
menetapkan standar pencapaian serta penguatan baik dalam
bentuk insentif material maupun sosial. Perilaku
supervisor yang menonjol dalam orientasi ini :
Mengklarifikasi masalah-masalah guru.
Mempresentasikan ide-ide pemecahan masalah.
Mendemonstrasikan ide-ide pemecahan masalah yang
harus dilakukan guru.
15
Menetapkan standar pelaksanaan tugas pemecahan
masalah.
Memberikan reinforcement agar menjalankan tugasnya
dengan baik.
2. Orientasi Kolaboratif
Supervisi pengajaran yang berorientasi kolaboratif
berdasarkan asumsi psikologi kognitif, bahwa belajar
merupakan hasil perpaduan antar perilaku individu dan
lingkungan luarnya. Glickman (1981) menjelaskan bahwa
supervisi pengajaran yang berorientasi kolaboratif akan
mencakup perilaku-perilaku pokok, berupa mendengarkan,
mempresentasikan, pemecahan masalah, dan negosiasi. Hasil
akhir berupa kontrak kerja antara supervisor dan guru.
Aplikasi supervisi orientasi langsung adalah sebagai
berikut :
a. Pertemuan awal
Supervisor mendengarkan keluhan-keluhan guru,
sehingga ia betul-betul memahami masalah-masalah yang
dihadapi guru. Setelah itu, bersama mengadakan
negosiasi untuk menetapkan kapan supervisor akan
melakukan observasi kelas.
b. Observasi kelas
Supervisor menggunakan instrumen tertentu mengamati
pengajaran guru dan aktivitas murid. Setelah data
dianalisis, supervisor menyiapkan beberapa pertanyaan
16
untuk mengarahkan pemahaman guru terhadap masalah yang
dihadapinya.
c. Pertemuan balikan
Supervisor mengajukan beberapa pertanyaan dan guru
berusaha menjawab pertanyaan tersebut, kemudian
bersama-sama memecahkan masalah. Dalam pemecahan
masalah sebaiknya guru dan supervisor berpisah,
sehingga masing-masing pihak dapat mengidentifikasi
alternatif pemecahan masalah menurut pikiran masing-
masing. Hari berikutnya keduanya berkumpul untuk
membahas alternatif pemecahan masalah yang terbaik
serta membagi tugas untuk mengemplementasikannya.
Beberapa perilaku supervisor yang menonjol dalam
orientasi kolaboratif :
Mendengarkan masalah-masalah yang dikemukkan guru,
sehingga memahami secara utuh.
Mempresentasikan alternatif pemecahan masalah untuk
dipadukan dengan alternatif pemecahan masalah guru.
Bersama guru membahas alternatif pemecahan masalah
yang terbaik.
Negosiasi dengan guru untuk membagi tugas dalam
rangka mengimplementasikan alternatif pemecahan
masalah yang dipilih.
3. Orientasi tidak Langsung
Perilaku supervisi klinis yang berorientasi tidak
langsung berdasarkan asumsi psikologi humanistik, bahwa
17
belajar merupakan hasil keinginan individu untuk
menemukan rasionalitas dan dasar-dasar dalam dunia ini.
Glickman (1981) menjelaskan bahwa perilaku supervisi
klinis yang berorientasi tidak langsung akan mencakup
mendengarkan, mengklarifiksi, mendorong,
mempresentasikan, dan bernegosiasi. Hasil akhir supervisi
ini adalah rencana guru sendiri (teacher self-plan).
Aplikasi perilaku supervisi klinis yang berorientasi
tidak langsung adalah :
a. Pertemuan awal
Supervisor mendengarkan keluhan guru, kemudian
bertanya perlu tidaknya diadakan observasi kelas saat
guru mengajar.
b. Observasi kelas
Supervisor mengamati bagaimana guru mengajar,
bagaimana murid belajar, mendengarkan penjelasan,
berdiskusi dan sebagainya. Selanjutnya supervisor
menganalisis hasil pengamatan serta dan
diinterpretasikan. Bila perlu supervisor dapat menyusun
pertanyaan untuk mengklarifikasi hasil pengamatan untuk
membantu guru memahami kekurangannya.
c. Pertemuan balikan
Pada pertemuan balikan, diidentifikasi kembali
tindakan-tindakan guru di kelas, serta membantu guru
memahami kekurangan-kekurangan sendiri.
Peran supervisor dalam perilaku supervisi klinis
yang berorientasi tidak langsung tidaklah banyak,
18
hanya membantu guru memahami dan memecahkan masalahnya
sendiri. Karena guru yang harus merencanakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan apa yang akan
dilakukan.
B. Kriteria Memilih Orientasi Supervisi Pengajaran
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi
dan perilaku guru itu tidak sama. Blumberg (1974) menemukan
guru-guru itu terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok
memiliki persepsi sangat positif terhadap supervisor yang
berorientasi kolaboratif tetapi kelompok lain memiliki
persepsi sangat positif terhadap supervisor yang memiliki
orientasi tidak langsung.
Zin (1977) menanyakan kepada guru tentang preferensinya
terhadap tiga tipe konsultasi. Jawaban-jawaban guru
menunjukkan bahwa 35% guru memilih model medis/klinik, 46%
guru memilih model perilaku (behaviour model), dan 19% guru
memilih model kesehatan mental (mental health) (Glickman,
1981).
Sebenarnya tidak ada satu pun orientasi perilaku
supervisi pengajaran yang efektif untuk semua guru. Hal ini
sangat ditentukan oleh karakteristik guru seperti tingkat
kemampuan, kebutuhan, minat, kematangan profesional, dan
karakteristik personal lainnya (Sergiovanni, 1987). Dan
daresh (1989). Sedangkan menurut Glicman (1981) ada dua
aspek yang harus dipertimbangkan oleh supervisor sebelum
menentukan orientasi, yaitu :
1. Tingkat Komitmen
19
Aspek pertama yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan orientasi adalah tingkat komitmen guru.
Komitmen lebih luas daripada concern sebab komitmen itu
mencakup waktu dan usaha. Tingkat komitmen guru
terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang
paling rendah ke paling tinggi. Seorang guru yang kurang
memiliki komitmen biasanya bekerja semata-mata memandang
dirinya sendiri, kurang mau mengembangkan diri. Ciri-ciri
guru yang rendah komitmennya cenderung sebagai berikut :
Sedikit sekali perhatiannya terhadap murid-murid
Waktu yang disediakan untuk mengembangkan kinerjanya
sangat sedikit,
Perhatiannya hanya memandang jabatannya.
Sedangkan guru yang komitmennya tinggi akan :
Perhatiannya tinggi terhadap murid-murid dan guru-
guru lainnya.
Waktu dan tenaga yang disediakan banyak sekali.
Perhatian utama adalah bekerja sebanyak mungkin bagi
kepentingan orang lain.
2. Tingkat Abstraksi
Pertimbangan kedua adalah tingkat abstraksi guru,
yaitu tingkat kemampuan guru dalam mengelola pengajaran,
mengklarifikasi masalah-masalah pengajarannya
(pengelolaan, disiplin, pengorganisasian, dam minat
murid), menentukan pemecahan masalah dan kemudian
merencanakan tindakan-tindakannya. Hasil penelitian
Harvey (1966), Hunt, dan Joyce (1967) menunjukkan bahwa
20
guru-guru dengan tingkat perkembangan kognitif yang
tinggi, dimana pemikiran abstrak sangat dominan mampu
berfungsi fleksibel dan kompleks di dalam kelas.
Menurut Glickman (1981) tingkat berpikir guru
terbentang dalam satu garis kontinum, mulai dari rendah,
menengah, sampai tinggi. Guru-guru yang memiliki
kemampuan abstraksi rendah tidak merasa bahwa mereka
memiliki nasalah-masalah pengajaran, apabila mereka
merasakannya akan sangat bingung tentang masalahnya.
Mereka tidak tahu apa yang bisa dikerjakan dan mereka
butuh petunjuk mengenai apa yang dikerjakan. Guru
memiliki kemampuan abstraksi menengah biasanya bisa
mendefinisikan masalah berdasarkan bagaimana mereka
melihatnya. Mereka bisa berfikir satu atau dua
kemungkinan tindakan, tetapi mereka mengalami kesulitan
dalam memikirkan rencana yang komprehensif. Sedangkan
guru yang memiliki kemampuan abstraksi tinggi bisa
memandang masalah-masalah pengajaran dari banyak
perspektif (diri sendiri, murid, orang tua,
administrator, dan alat pelajaran) serta mengumpulkan
banyak rencana alternatif untuk memilih rencana atau
memikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
21
Dengan menggunakan dua variabel perkembangan, yaitu tingkat
komitmen guru dan tingkat abstraksi guru, supervisor bisa
mengukur individu guru dengan menyilangkan kedua garis
kontinum, yaitu garis kontinum komitmen yang bergerak dari
yang rendah ke tinggi, dan garis kontinum abstrak yang juga
bergerak dari dari rendah ke tinggi, sebagaimana
divisualisasikan gambar di samping yang menunjukkan ada empat
kategori guru.
C. Tujuan dan fungsi supervisi pembelajaran
Secara umum tujuan supervisi pengajaran adalah:
meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar-mengajar,
22
mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di
sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan
yang telah ditetapkan,
menjamin agar kegiatan sekolalah berlangsung sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga segala sesuatunya
berjalan lancar dan diperoleh hasil yang optimal,
menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan
tugasnya,dan
memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki
kesalahan, kekurangan dan kekilafan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat
dicegah kesalahan dan penyimpangan yang lebih jauh
Untuk melaksanakan pembelajaran, guru perlu memiliki
banyak pengalaman serta pengembangan profesinya di bidang
pembelajaran. Guru senantiasa hendaknya terus belajar untuk
menambah pengalaman guna mengimbangi ilmu dan teknologi dalam
pertumbuhan masyarakat sebagai anggota unit kerja, guru tidak
dapat kerja sendiri, terpisah dari orang lain.
Tujuan umum supervisi pembelajaran adalah untuk
mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik melalui
pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, melalui supervisi
pembelajaran diharapkan kualitas pengajara yang dilakukan oleh
guru semangkin meningkat, baik dalam mengembangakan kemampuan
yang selain ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan
keterampilan mengajar yang dimiliki oleh seorang guru, juga
pada peningkatan komitmen, kemauan, motivasi yang dimiliki
guru tersebut.
23
Sementara menurut Suhertian dan Matahe dalam saiful
sagala (2010) mengemukakan bahwa tujuan supervisi pembelajaran
adalah
1. Membantu para guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan
pendidikan
2. Membantu para guru para guru dalam membimbing pengalaman
belajar
3. Membantu para guru menggunakan sumber-sumber pengalaman
belajar
4. Membantu para guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid
5. Membantu para guru dalam menggunakan alat-alat metode dan
model mengajar
6. Membantu para guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan
hasil pekerjaan guru itu sendiri
7. Membantu para guru membina reaksi mental atau moral para
guru dalam rangka pertumbuhan pribadi jabatannya
8. Membantu para guru di sekolah sehingga mereka merasa
gembira dengan tugas yang diembannya
9. Membantu para guru agar lebih mudah mengadakan
penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan
sumber belajar dari masyarakat dan seterusnya
10. Membantu para guru agar waktu dan tenaga dicurahkan
sepenuhnya dalam membantu peserta didik belajar dan
membina sekolah.
Sedangkan menurut Ametembun fungsi supervisi merupakan
kesatuan yang kesatuan yang secara resiprokal dapat
digambarkan sebagai berikut:
24
1. penelitian
2. perbaikan
3. peningkatan
4. penilaian
D. Perbedaan Pokok Supervisi Tradisional dengan
Supervisi Klinis
Di atas telah dijelaskan bahwa supervisi memiliki
beberapa varian atau model seperti model supervisi yang
konvensional atau tradisional, model supervisi yang bersifat
ilmiah, model supervisi artistik, dan model supervisi klinis.
Adapun perbedaan antara supervisi tradisional dengan supervisi
klinis adalah sebagai berikut.
NoSupervisi Tradisional
(Preskriptif)
Supervisi Klinis
(Kolaboratif)
1 Supervisi bertindak sebagai
inspektur yang harus
mengamankan peraturan yang
berlaku.
Supervisor bertindak
sebagai mitra atau rekan
kerja guru.
2 Supervisor menganggap
dirinya sebagai seorang ahli
dan memiliki rasa super jika
dibanding dengan guru yang
disupervisi.
Supervisor dan guru yang
disupervisi mempunyai
derajat keahlian yang sama.
3 Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan
preskriptif (membandingkan
Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan inkuiri
(mencoba menenmukan dan
25
apa yang diobservasi dengan
apa yang dijadikan model).
yang memahami apa yang
dilakukan guru)
4 Supervisor lebih berkuasa
dari guru yang disupervisi
dalam kegiatan diskusi
sebelum dan sesudah
observasi
Diskusi dilaksanakan
sebagai tindak lanjut dari
pengamatan KBM yang
dilaksanakan. Diskusi
bersifat terbuka dan
objektif.
5 Supervisi bertujuan untuk
menjamin agar metode yang
ditetapkan diterapkan secara
benar
Supervisi bertujuan untuk
membantu mengembangkan
profesionalitas guru
melalui kegiatan-kegiatan
reflektif.
26
BAB III
Kesimpulan
Dari yang sudah kami kumpulkan kami dapat menyimpulkan
Supervisi klinis : suatu bantuan yang diberikan kepada
guru menuju guru yang profesional, yakni dengan melakukan
pembinaan kinerja guru dalam proses belajar mengajar
Supervise klinis adalah suatu proses bimbingan yang
membantu pengembangan profesional calon guru khusunya
dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan
analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan
intuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut
27
Prosedur supervise klinis ada tiga yaitu : pertemuan
terencana, pengamatan mengajar, dan pertemuan balikan
yang semuanya saling berhubungan
Perbedaan supervise klinis dan supervise tradisional
N
o
Supervisi Tradisional
(Preskriptif)
Supervisi Klinis
(Kolaboratif)
1 Supervisi bertindak sebagai
inspektur yang harus
mengamankan peraturan yang
berlaku.
Supervisor bertindak
sebagai mitra atau
rekan kerja guru.
2 Supervisor menganggap
dirinya sebagai seorang
ahli dan memiliki rasa
super jika dibanding dengan
guru yang disupervisi.
Supervisor dan guru
yang disupervisi
mempunyai derajat
keahlian yang sama.
3 Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan
preskriptif (membandingkan
apa yang diobservasi dengan
apa yang dijadikan model).
Pendekatan yang
digunakan adalah
pendekatan inkuiri
(mencoba menenmukan
dan yang memahami apa
yang dilakukan guru)
4 Supervisor lebih berkuasa
dari guru yang disupervisi
dalam kegiatan diskusi
sebelum dan sesudah
observasi
Diskusi dilaksanakan
sebagai tindak lanjut
dari pengamatan KBM
yang dilaksanakan.
Diskusi bersifat
terbuka dan objektif.
28
5 Supervisi bertujuan untuk
menjamin agar metode yang
ditetapkan diterapkan
secara benar
Supervisi bertujuan
untuk membantu
mengembangkan
profesionalitas guru
melalui kegiatan-
kegiatan reflektif.
29
Daftar Pustaka
http://dispendik.gresikkab.go.id/wp-content/uploads/
2012/03/supervisi-klinis.pdf
Dewi, Anastyas Kusuma, dkk. 2013. Supervisi Klinis dalam
Supervisi Pendidikan. [online]. http:lismurtii270992.
wordpress.com.
Maryonis, Ali. 2011. Perbaikan Pengajaran dengan
Supervisi Klinis. [online].
http:supervisiklinis.blogspot.com.
Materi PPL 1 Universitas negeri Surabaya.
Siregar, Yusni. 2010. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru
Melalui Supervisi Klinis di SMPN Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara. Medan : UNIMED Press.
Sudrajat, Akhmad. 2012. Tentang Pendidikan. [online].
http:akhmadsudrajat.wordpress.com.
Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi Klinis (Modul Manajemen
Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat
Agus Taufiq. 2007. Supervisi Bimbingan dan Konseling
(Bahan Pelatihan BK di Cikole). Bandung
30
top related