. DIAGNOSIS KLINIS Kunjungan pertama Pada saat kunjungan pertama ini, seorang dokter gigi perlu menilai beberapa hal seperti: 1. Penilaian pasien secara keseluruhan Seorang operator harus mencoba menilai pasien secara keseluruhan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah status mental dan emosional pasien, tabiat, sikap, dan umur fisiologi (Carranza, 1990). 2. Riwayat sistemik Menurut Carranza (1990), suatu riwayat sistemik akan menolong operator dalam hal (1) diagnosis manifestasi oral dari penyakit sistemik, (2) penemuan kondisi sistemik yang dapat mempengaruhi respon jaringan periodontal terhadap faktor lokal, (3) penemuan kondisi sistemik yang membutuhkan suatu tindakan pencegahan dan modifikasi dalam perawatannya. Suatu riwayat sistemik harus mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
.
DIAGNOSIS KLINIS
Kunjungan pertama
Pada saat kunjungan pertama ini, seorang dokter gigi perlu menilai beberapa hal seperti:
1. Penilaian pasien secara keseluruhan
Seorang operator harus mencoba menilai pasien secara keseluruhan. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah status mental dan emosional pasien, tabiat, sikap, dan umur
fisiologi (Carranza, 1990).
2. Riwayat sistemik
Menurut Carranza (1990), suatu riwayat sistemik akan menolong operator dalam hal (1)
diagnosis manifestasi oral dari penyakit sistemik, (2) penemuan kondisi sistemik yang
dapat mempengaruhi respon jaringan periodontal terhadap faktor lokal, (3) penemuan
kondisi sistemik yang membutuhkan suatu tindakan pencegahan dan modifikasi dalam
perawatannya. Suatu riwayat sistemik harus mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah pasien sedang dalam perawatan dokter; jika iya, tanyakan asal, durasi
penyakit serta terapinya. Penyidikan dapat dilakukan berdasarkan dosis dan
durasi terapi dengan antikoagulan dan kortikosteroid.
b. Riwayat rheumatic fever, rheumatic atau penyakit jantung
kongenital,hipertensi, angina pectoris, myocardial infarction, nefritis, penyakit
ginjal, diabetes, dan/atau pingsan.
c. Kecendrungan perdarahan yang abnornal seperti hidung yang berdarah,
perdarahan yang lama pada luka kecil, ecchymosis spontan, kecendrungan
terhadap memar yang berlebihan, dan perdarahan menstruasi yang berlebihan.
d. Penyakit infeksi, termasuk berkontak dengan penyakit infeksi di rumah atau di
kantor, atau baru saja mendapat rontgen di bagian dada.
e. Kemungkinan memiliki penyakit akibat pekerjaannya.
f. Riwayat alegi, termasuk hay fever, asma, sensitif terhadap makanan, atau
sensitif terhadap obat misalnya aspirin, codeine, barbiturat, sulfonamide,
antibiotik, prokain, dan laxatives atau terhadap bahan dental seperti eugenol
atau resin akrilik.
g. Informasi onset pubertas dan menopause dan mengenai kelainan menstrual
atau hysterectomy, kehamilan, atau keguguran.
3. Riwayat kesehatan gigi
Pada saat mencari riwayat kesehatan gigi, praktisi mendapat kesempatan untuk
menulai perilaku pasien, membangun hubungan, danmempelajari penyakit gigi yang
telah lalu serta responya terhadap perawatan. Juga penting untuk mengetahui cara
pemeliharaan kebersihan mulut yang selama ini dilakukan oleh pasien di rumah yang
mencerminkan pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi (Fedi dkk, 2005). Menurut
Carranza (1990), pada saat pengumpulan riwayat kesehatan gigi, harus ditanyakan pula
keluhan utama pasien. Gejala pasien dengan penyakit gingival dan periodontal
berhubungan dengan perdarahan pada gusi, spacing pada gigi yang sebelumnya tidak
ada, bau mulut, dan rasa gatal pada gusi yang dapat berkurang melalui pencungkilan
dengan tusuk gigi. Selain itu juga terdapat rasa nyeri dengan variasi tipe dan durasi,
misalnya konstan, tumpul, gnawing pain, rasa nyeri yang tumpul setelah makan, rasa
nyeri yang dalam rahang, rasa nyeri akut, sensitif ketika mengunyah, sensitif terhadap
panas dan dingin, sensasi terbakar pada gusi, dan sensitif terhadap udara yang dihirup.
Riwayat dental harus meliputi acuan seperti:
a. Kunjungan ke dokter gigi meliputi frekuensi, tanggal terakhir kunjungan,
dan perawatannya. Profilaksis oral atau “pembersihan” oleh dokter gigi
frekuensi dan tanggal terakhir dibersihkan.
b. Menyikat gigi – frekuensi, sebelum atau sesudah makan, metode, tipe sikat
gigi dan pasta, serta interval waktu digantinya sikat gigi.
c. Perawatan ortodontik – durasi dan perkiraan waktu selesai.
d.Rasa nyeri di gigi atau di gusi – cara rasa nyeri terpancing, asal dan
durasinya, dan cara menghilangkan rasa nyeri tersebut.
e.Gusi berdarah – kapan pertama kali diketahui; terjadi spontan atau tidak,
terjadi saat sikat gigi atau saat makan, terjadi pada malam hari atau pada
periode yang teratur; apakah gusi berdarah berhubungan dengan periode
menstruasi atau faktor spesifik; durasi perdarahan dan cara menghentikannya.
f. Bau mulut dan daerah impaksi makanan
g. Kegohayan gigi – apakah terasa hilang atau tidak nyaman pada gigi?
Apakah terdapat kesulitan pada saat mengunyah?
h. Riwayat masalah gusi sebelumnya
i. Kebiasaan – grinding teeth atau clenching teeth pada malam hari atau
setiap waktu. Apakah otot gigi terasa sakit pada pagi hari? Kebiasaan
lainnya seperti merokok, menggigit kuku, dan menggigit benda asing.
4. Survey radiografi intraoral
Survey radiografi minimum terdiri dari 14 film intraoral dan 4 bitewing posterior.
Survey lengkung gigi dan struktur sekitarnya dapat dilihat dengan mudah melalui
radiograf panoramik. Radiograf panoramik menyediakan gambar radiografi keseluruhan
yang informatif untuk melihat distribusi dan keparahan kerusakan tulang pada penyakit
periodontal, namunfilm intraoral yang lengkap dibutuhkan untuk diagnosis periodontal
dan rencana perawatan.
5. Cetakan rahang
Cetakan rahang berguna sebagai bantuan visual dalam diskusi dengan pasien dan
berguna untuk perbandingan antara sebelum dan sesudah perawatan maupun untuk
acuan pada kunjungan check-up (Carranza, 1990).
6. Foto klinis
Foto tidaklah begitu penting, namun foto berguna untuk merekam tampilan jaringan
sebelum dan setelah perawatan (Carranza, 1990).
7. Peninjauan kembali pemeriksaan awal
Untuk menegakkan diagnosa, kita harus melakukan anamnesis dan berbagai
pemeriksaan agar diagnosis penyakit pasien tepat dan rencana perawatan dan
pengobatan yang akan dilakukan pun menjadi efektif. Dalam melakukan anmnesis, kita
melakukan komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien.
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain
untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan
media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual (Burgon &
Huffner, 2002). Contoh kelompok maya, misalnya komunikasi melalui internet
(chatting, face book, email, etc.). Berkembangnya kelompok maya ini karena
perkembangan teknologi media komunikasi.
Terdapat definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses
komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu
stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari).
Fungsi Komunikasi Interpersonal
1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda
efektivitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan
balik, saat Anda berkomunikasi dengan orang lain.
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.
Contohnya, setelah apa yang akan kita lakukan setelah mengetahui lawan bicara
kita kurang nyaman diajak berbincang.
3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat
melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi. Misalnya, iklan
yang arahnya membujuk orang lain.
Beberapa unsur atau elemen komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut
(Burgon & Huffner, 2002):
Kisi-kisi dalam Melakukan Konsultasi Gigi :
1. Membangun Hubungan Dokter Gigi – Pasien
a. Perilaku Non Verbal :
Kontak mata, ekspresi wajah, postur, posisi dan pergerakan, fokal (termasuk
kecepatan, volume dan kekerasan bicara)
Jika harus menulis atau menggunakan komputer dilakukan tanpa
menghambat dialog dan pengumpulan data
Memperlihatkan sikap percaya diri
b. Pengembangan Penyusunan Data :
Menerima legitimasi sudut pandang dan perasaan pasein tanpa menghakimi
Berempati selama berkomunikasi dan menghargai perasaan pasien
Memberikan dukungan dengan memperlihatkan sikap pengertian, keinginan
menolong dan membangun kemitraan
Bersikap senhsitif terhadap topik pembicaraan yang bersifat rahasia yang
berkaitan dengan pemeriksaan fisik
c. Keterlibatan Pasien :
Berbagi pendapat dengan pasien untuk meningkatkan keterlibatan di dalam
proses
Menjelaskan secara rasional setiap pertanyaan atau langkah-langkah
pemeriksaan fisik yang dapat timbul selama proses tetapi tidak berhubungan.
Jelaskan proses danh mintalah ijin pesien selama pemeriksaan dan perawatan
berlangsung.
2. Tahapan Keterampilan Khusus
1. Tahap Inisiasi
Membuat hubungan dengan pasien
Menyapa dengan hangat , kontak mata dan kontak fisik jika diperlukan
Konfirmasi nama pasien dan memperkenalkan diri
Orientasi pada pasien, ekspresi wajah dan suara ramah
Mempersilahkan pasien duduk dengan nyaman, mempertimbangkan adanya
temen atau pendamping pasien bila diperlukan
Menunjukkan kepedulian terhadap perasaan dan keperluan pasien
2. Tahap Identifikasi Keluhan Pasien Saat Ini (Patient’s Presenting Problem)
Menggunakan pertanyaan pembuka yang layak seperti :
Apa yang menyebabkan pasien datang hari ini ?
Apa yang ingin pasien diskusikan hari ini ?
3. Tahap Pengumpulan Informasi
Penggalian Masalah Pasien :
Menggali dan mendengarkan secara aktif pendapat, kebutuhan , dan harapan
pasien melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka. Mempersilakan pasien bicara
dengan bebas tentang masalah dan sejarah masalah yang dihadapi.
Mendengar secara aktif yang didukung dengan ketrampilan mem-parafrase,
menyimpulkan dan merefleksikan.
Identifikasi masalah-masaalh yang berhubungan termasuk menggali dampak
psikososial masalah, persepsi pasien terhadap perawatan gigi (misalnya rasa