BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan perubahan kurikulum yang selama ini menyibukkan guru-guru dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah lanjut dari kurikulum 2004 hingga kurikulum 2013 sekarang yang diharapkan dapat membantu meringankan bebean guru dalam mengajar serta meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu perbaikan pembelajaran adalah dengan supervisi klinis yang merupakan perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah sebagai berikut : Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaranKehilangan identitas profesi Pelanggaran kode etik yang akut Mengulang kekeliruan secara masif Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya C. Tujuan Secara umum tujuan supervisi klinis untuk : Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakangBerdasarkan perubahan kurikulum yang selama ini
menyibukkan guru-guru dari tingkat sekolah dasar sampaisekolah lanjut dari kurikulum 2004 hingga kurikulum 2013sekarang yang diharapkan dapat membantu meringankan bebeanguru dalam mengajar serta meningkatkan kualitaspembelajaran. Salah satu perbaikan pembelajaran adalahdengan supervisi klinis yang merupakan perbaikanpembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahapperencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadappenampilan pembelajarannya
B. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah sebagai berikut :
Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaranKehilanganidentitas profesi
Pelanggaran kode etik yang akut Mengulang kekeliruan secara masif Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana
mestinya
C. TujuanSecara umum tujuan supervisi klinis untuk :
Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnyaterhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki danmeningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisismasalah yang muncul dalam proses pembelajaran
Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahanmasalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalammengembangkan diri secara berkelanjutan.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Supervisi Klinis
Secara bahasa, supervisi klinis berasal dari kata
supervisi dan klinis. Sagala dalam Yuni Siregar (2010)
menyatakan bahwa menurut konsep kuno supervisi dilaksanakan
dalam bentuk “inspeksi“ atau mencari kesalahan. Dalam
pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi
guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam
belajar. Sedangkan klinis dalam hal ini diartikan sebagai
hubungan tatap muka antara upervisor dengan guru yang berfokus
pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru yang mengajar di
kelas, maksudnya adalah tingkah laku yang sewajarnya atau
tidak dibuat-buat.
Pada mulanya, supervisi klinis dirancang sebagai salah
satu model atau pendekatan dalam melakukan supervisi dalam
pengajaran terhadap calon guru yang sedang praktek mengajar.
2
Cogan dalam materi ajar PPL 1 Unesa mendefinisikan supervisi
klinis sebagai berikut :
The rational and practice designed to improve the teacher’s classroom
performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The
analysis of these data and the relationships between teacher and supervisor
from the basis of the program, procedures, and strategies designed to
improve the student’s learning by improviing the teacher’s classroom
behaviour.
Supervisi klinis pada dasarnya merupakan suatu bantuan yang
diberikan kepada guru menuju guru yang profesional, yakni
dengan melakukan pembinaan kinerja guru dalam proses belajar
mengajar. Bimbingan ini didasarkan pada kebutuhan dan
kesulitan yang dialami oleh guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran yang mereka lakukan.
2.2Beberapa Penelitian Supervisi Klinis
Sejak supervisi klinis diperkenalkan pada akhir tahun
lima puluhan dan awal tahun enam puluhan, keberadaannya masih
bersifat sebagai ide pendidikan belaka daripada praktik yang
workable dalam latar pendidikan (Krajewski, 1982). Namun akhir-
akhir ini banyak dipraktekkan supervisi klinis dan penelitian
efektivitasnya walaupun masih penelitian sederhana, misalnya
Fanders (1970) yang lebih memusatkan perhatiannya pada
analisis interaksi dalam supervisi klinis menemukan bahwa
melalui supervisi klinis supervisor dapat membantu guru untuk
menganalisis interaksi yang dilakukan di kelas. Penelitian
lainnya dilakukan Amidon, Shinn, dan Martin, yang bertujuan
untuk menjaring informasi mengenai sikap guru dan supervisor
3
terhadap supervisi klinis. Blumberg dan Amidon menemukan bahwa
para guru lebih menyukai dan menghargai penerapan komunikasi
tidak langsung yang merupakan unsur penting dalam supervisi
klinis. Komunikasi tidak langsung itu melahirkan model
supervisi klinis yang bergaya tidak langsung pula. Berdasarkan
penelitiannya Shinn menemukan dua kesimpulan mengenai
supervisi klinis, yaitu :
a. Para guru banyak yang mengatakan bahwa teknik supervisi
klinis sangat bermanfaat, dan
b. Para guru lebih menyukai supervisi klinis yang berbentuk
tidak langsung.
Sedangkan hasill penelitian Martin menyatakan bahwa para
guru bisa menerima supervisi klinis sebagai satu pendekatan
pembinaan pengajaran guru. Ia menemukan bahwa kelompok yang
telah ditatar bisa menerima maksud evaluasi tahunan, yang
bertujuan memperbaiki pekerjaan guru itu sendiri dan sebagai
promosi jabatan atau pertimbangan lain yang menyangkut
pekerjaan mereka.
Dalam proses supervisi klinis selalu terdapat kegiatan
yang disebut dengan istilah postconference, yang dilakukan setelah
dilakukan observasi kelas. Di sini, supervisor bersama guru
menganalisis kegiatan belajar mengajar yang telah diobservasi
sebelumnya. Sehingga kegiatan postconference guru memperoleh
balikan mengenai kegiatan-kegiatannya dalam mengelola proses
belajar mengajar. Tuckman dan Yates (1980) pernah melakukan
penelitian tentang efektivitas pemberian balikan dalam
meningkatkan keterampilan mengajar guru, diperoleh hasil
sebagai berikut :
4
Ada perbedaan yang signifikan antara guru-guru yang
memperoleh balikan dari murid dibandingkan guru-guru yang
tidak memperoleh balikan dari murid.
Penampilan mengajar tingkat akhir lebih baik bila
dibandingkan dengan penampilan mengajar tingkat permulaan
bagi kelompok eksperimen bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
2.3Sasaran Supervisi Klinis
Sasaran dari pelaksanaan supervisi klinis adalah guru-
guru yang kurang mampu dalam mengelola pengajaran secara
profesional ataupun guru yang ingin meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mengajarnya menuju guru yang profesional. Adapun
guru yang perlu diberikan supervisi klinis adalah yang
mempunyai karakteristik non profesional seperti pada tabel
berikut :
Karakteristik GuruGuru Sasaran Supervisi
KlinisGuru Profesional
Komitmen
rendah
Abstraksi
rendah
Komitmen
tinggi
Abstraksi
tinggi1 Kurang
peduli
pada siswa
1 Bingung
ketika
menghadapi
masalah
1 Antusias,
energik,
penuh
cita-cita
1 Dapat
melihat
masalah
dari
5
berbagai
sudut
pandang2 Waktu dan
energi
terbatas
2 Tidak tahu
apa yang
harus
dikerjakan
2 Niat baik 2 Dapat
mengembangk
an beberapa
alternatif
pemecahan3 Hanya
peduli
pada tugas
sendiri
3 Memiliki
hanya satu
atau dua
kebiasaan
menghadapi
masalah
3 Tdak segan
melakukan
pekerjaan
sekolah di
rumah
3 Dapat
memilih
alternatif
terbaik dan
cara
berpikir
secara
bertahap
2.4 Pelaksanaan Supervisi Klinis
Konsep supervisi klinis sebagai suatu teknik pendekatan
dalam pembelajaran guru merupakan suatu pola yang didasarkan
pada asumsi dasar bahwa proses belajar guru untuk berkembang
dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar
yang dilakukan guru tersebut. Supervisi klinis sebagai suatu
teknik memiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat
perhatian untuk mengembangkan profesionalitas guru. Menurut
Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yang
dinamainya dengan siklus atau proses supervisi klinis.
6
Delapan tahap tersebut yaitu :
1. Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan
supervisor,
2. Tahap perencanaan bersama guru,
3. Tahap perencanaan strategi observasi,
4. Tahap observasi pengajaran,
5. Tahap analisis proses belajar mengajar,
6. Tahap perencanaan strategi pertemuan,
7. Tahap pertemuan, dan,
8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.
Menurut Mosher dan Purpel dalam Anantyas, dkk (2013) ,
ada tiga aktivitas dalam supervisi klinis, yaitu :
1. Tahap perencanaan,
2. Tahap observasi,
3. Tahap evaluasi dan analisis.
Sedangkan menurut Oliva dalam Anantyas, dkk (2013), ada
tiga aktivitas esensial dalam proses supervisi klinis, yaitu:
1. Kontak dan komunikasi dengan guru untuk merencanakan
observasi kelas,
2. Observasi kelas,
3. Tindak lanjut observasi kelas.
Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli
di atas tentang langkah-langkah proses supervisi klinis
berbeda, namun sebenarnya langkah-langkah itu bisa disimpulkan
pada tiga tahap esensial yang berbentuk proses, yaitu (1)
proses pertemuan awal atau perencanaan, (2) proses pelaksanaan
pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat, serta (3)
proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan7
balik. Dua dari ketiga tahap tersebut memerlukan pertemuan
antara guru dan supervisor, yaitu tahap pertemuan awal dan
tahap umpan balik.
2.4.1 Tahap Pertemuan Awal
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama
membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan
dilaksanakan. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru
dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama
guru, kemudian menterjemahakn ke dalam bentuk tingkah
laku yang dapat diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan
ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi
dan dicatat selama pelajaran berlangsung.
Tujuan utama pertemuan awal adalah untuk
mengembangkan secara bersama-sama antara supervisor dan
guru, kerangka observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil
pertemuan awal ini adalah kesepakatan kerja antara antara
supervisor dan guru. Tujuan ini bisa tercapai apabila
tercipta kerjasama yang baik antara guru dan supervisor,
oleh karena itu disarankan pertemuan awal dilaksanakan
secara rileks dan terbuka agar timbul kepercayaan guru
terhadap supervisor.
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981)
mendeskripsikan satu agenda yang harus dihasilkan pada
akhir pertemuan awal, meliputi
a. Menetapkan kontrak atau persetujuan antara
supervisor dengan guru.
Tujuan instruksional dan khusus pengajaran.
8
Implementasi keseluruhan program pengajaran.
Aktivitas yang akan diobservasi.
Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem,
dan unsur lain berdasarkan kesepakatan bersama.
Deskripsi spesifik masalah-masalah yang balikannya
diinginkan guru.
b. Menetapkan mekanisme/aturan-aturan observasi
Waktu (jadwal) observasi.
Lamanya observasi
Tempat observasi
c. Menetapkan rencana spesisfik untuk melaksanakan
observasi
Dimana supervisor akan duduk selama observasi?
Apakah supervisor menjelaskan kepada murid
mengenai tujuan observasi, kapan?
Akankah supervisor mencari satu tindakan khusus?
Perlukan adanya material/persiapan khusus?
Bagaimanakah supervisor akan mengakhiri observasi?
Secara teknis menurut Anastyas, dkk (2013)
diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya
pertemuan awal yang baik, yaitu :
1. Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan
guru sebelum langkah-langkah selanjutnya
dibicarakan,
2. Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan
pelajaran,
3. Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan
dilatihkan dan diamati,
9
4. Memilih atau mengembangankan suatu instrumen
observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah
laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya,
5. Instrumen observasi yang dipilih atau yang
dikembangkan dibicarakan bersama antara guru dan
supervisor.
2.4.2 Tahap Observasi Mengajar
Menurut Daresh dalam materi PPL 1 Unesa, ada dua
aspek yang harus diputuskan dan dilaksanakan oleh
supervisor sebelum dan selama melaksanakan observasi
pengajaran yaitu menentukan aspek-aspek yang akan
diobservasi dan bagaimana cara mengobservasinya. Aspek-
aspek yang akan diobservasi harus sesuai dengan hasil
diskusi antara guru dengan supervisor pada pertemuan
awal, sedangkan mengenai bagaimana mengobservasi juga
perlu diperhatikan agar diperoleh data yang diinginkan.
Tujuan utama pengumpulan data untuk memperoleh informasi
yang nantinya digunakan sebagai bahan tukar pikiran
dengan guru setelah observasi berakhir, sehingga guru
menganalisis dengan cermat aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya di kelas.
Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan
ini, sebenarnya para penelitii telah banyak
mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa digunakan
dalam mengamati kegiatan pembelajaran. Acheson dan Gall
menganjurkan agar menggunakan beberapa teknik dalam
proses supervisi klinis sebagai berikut :10
a. Selective verbatim.
Pada teknik ini, supervisor membuat semacam
rekaman tertulis. Tentunya hanya kejadian-kejadian
tertentu yang direkam secara selektif yang sesuai
dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan
guru.
b. Rekaman observasional berupa seating chart
Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi
selama pengajaran di dokumentasikan /dideskripsikan
secara bergambar dengan seating chart.
c. Wide lens techniques
Supervisor membuat catatan lengkap mengenai
kejadian-kejadian di kelas dalam cerita yang panjang
lebar dikenal dengan anecdotal record.
d. Checklists and timeline coding
Supervisor mengumpulkan dan mengobservasi
perilaku belajar mengajar dengan terlebih dahulu
diklasifikasi/dikategorikan. Flanders aktivitas
kelas dikategorikan dalam pembicaraan guru,
pembicaraan murid, dan tidak ada pembicaraan (silence).
Kunjungan dan observasi yang dilakukan supervisor
bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
sebenarnya. Manfaat observasi tersebut antara lain
dapat :
- Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan
pembinaan lebih lanjut,
11
- Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam
melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran,
- Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan
masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar-
mengajar,
- Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan
dalam penyusunan program pembinaan profesional secara
terperinci,
- Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat
lebih baik,
- Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-
hal pendukung kelancaran proses belajar-mengajar.
2.4.3 Tahap Umpan Balik
Sebelum pertemuan ini dilaksanakan, supervisor
mengadakan analisis pendahuluan tentang rekaman observasi
yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan pada tahap
umpan balik. Tujuan utama menganalisis hasil pengamatan
dan memberikan umpan balik adalah menindaklanjuti apa
yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap
proses pembelajaran. Supervisor harus mengusahakan data
yang objektif, menganalisis, dan menginterpretasikan
secara kooperatif dengan guru tentang apa yang telah
berlangsung dalam mengajar.
Proses ini merupakan proses yang penting untuk
mengembangkan perilaku guru dengan memberikan balikan
tertentu. Balikan ini harus bersifat deskriptif,
spesifik, konkret, bersifat memotivasi, aktual, dan
akurat, sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru.
12
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mengemukakan
lima manfaat pertemuan balikan yaitu :
a. Guru diberi penguatan dan kepuasan.
b. Isu-isu dalam pengajaran dapat didefinisikan bersama
supervisor dan guru yang tepat.
c. Supervisor bila perlu mengintervensi guru secara
langsung untuk memberikan bantuan didaktis dan
bimbingan.
d. Guru bisa dilatih untuk melakukan supervisi terhadap
dirinya sendiri.
e. Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk
meningkatkan profesional diri di masa mendatang.
Keseluruhan tahap di dalam proses supervisi klinis dapat
digambarkan dalam bagan siklus supervisi sebagai berikut :
A. Orientasi Perilaku Supervisi Pengajaran
13
TAHAP PERTEMUAN AWALMenganalisis rencana pelajaranmenetapkan bersama aspek-aspek yang akan diobservasi dalam mengajar
TAHAP OBSERVASI MENGAJAR
Mencatat peristiwa selama pengajaranCatatan harus objektif dan selektif
TAHAP PERTEMUAN BALIKANMenganalisis hasil observasi bersama gurumenganalisis perilaku mengajar.bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnyaSumber : Diadaptasikan dari of Advance Education (1981). Supervision of Practice Teaching. Primary Program, Sydney Australia, halaman 2
Gambar : Siklus supervisi klinis
Dalam proses supervisi klinis, perilaku supervisor
menentukan keberhasilannya dalam membantu mengembangkan
guru. Menurut Glickman (1981), perilaku supervisor dalam
proses supervisi pengajaran meliputi :
a. Mendengarkan (listening) segala yang dikemukakan guru
(masalah-masalah) dalam mengelola proses belajar
mengajar.
b. Mengklarifikasi (clarifying) dan mempertegas apa yang
dikemukakan guru.
c. Mendorong (encouraging) guru agar bersedia mengemukakan
sesuatu yang dirasa belum jelas.
d. Mempresentasikan (presenting) berarti supervisor
mengemukakan konsep atau pemikirannya terhadap
permasalahan guru
e. Memecahkan masalah (problem solving) berarti supervisor
dan guru memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru.
f. Bernegosiasi (negotiating) berarti supervisor membuat
kesepakatan pembagian tugas bersama guru.
g. Mendemonstrasikan (demonstrating) berarti supervisor
mendemonstrasikan performa tertentu yang dapat diikuti
guru.
h. Memastikan (directing) apa yang seharusnya dilakukan guru.
i. Menguatkan (reinforcing) dengan menggambarkan kondisi
menguntungkan bagi guru.
Beberapa perilaku supervisi :
1. Orientasi Langsung
14
Supervisi pengajaran berorientasi langsung
berdasarkan asumsi dasar psikologi perilaku, bahwa
mengajar pada dasarnya merupakan pengkondisian individu
melalui lingkungannya. Orientasi perilaku supervisi yang
pertama adalah orientasi langsung. menurut Glickman
(1981), supervisi pengajaran berorientasi langsung
mencakup perilaku-perilaku pokok, berupa klarifikasi,
presentasi, demonstrasi, penegasan, standardisasi, dan
penguatan. Hasil akhir adalah tugas bagi guru yang harus
dikerjakan dalam satu periode waktu tertentu.
Aplikasi supervisi orientasi langsung adalah sebagai
berikut : Pertama pada pertemuan awal, supervisor
mengklarifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
guru dan melakukan konfirmasi dan revisi seperlunya,
serta supervisor mempresentasikan ide-idenya mengenai
informasi data apa saja yang harus dikumpulkan. Kedua
observasi kelas, supervisor mengamati untuk mengetahui
kondisi sebenarnya. Ketiga, pertemuan balikan, setelah data