Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization
(SRO) yang berperan sebagai fasilitator dalam
perkembangan pasar modal di Indonesia. Menurut Husnan
(2005:3), pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang
yang bias diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah
maupun perusahaan swasta. Dari definisi tersebut dapat
dipahami bahwa pasar modal memperdagangkan berbagai
komoditas modal sebagai instrumen jangka panjang.
Komoditas modal tersebut dibagi menjadi dua kelompok
yaitu modal diperoleh dengan hutang dan modal sendiri.
Modal sendiri yaitu surat berharga yang bersifat
penyertaan atau ekuitas seperti saham, option, warrant, dan
right. Sedangkan modal hutang yaitu surat berharga yang
berupa hutang atau sering disebut sebagai surat berharga
2
pendapatan tetap (fixed income), seperti obligasi
(obligation) dan obligasi konversi (convertible bond).
Di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis ekonomi
akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan menurunnya IHSG
(Indeks Harga Saham Gabungan). Krisis ekonomi di
Indonesia saat ini baru di titik awal dan belum mencapai
puncaknya. Mata uang rupiah bisa lebih terdepresiasi
lagi dan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) juga
berpotensi menurun lagi karena Indonesia masih mengalami
defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,6 miliar
disepanjang tahun 2012 dan berlanjut di tahun 2013 yang
tercatat hingga Juli 2013 yaitu sudah mencapai US$ 3,3
miliar atau lebih dari dua kali lipat pada defisit
ditahun 2012 sehingga hal tersebut memicu pelemahan
nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akibat
rentang antara ekspor Indonesia semakin jauh di bawah
impor Indonesia (neraca.co.id).
Keadaan perekonomian Indonesia yang mengalami
ketidakstabilan pada saat ini menjadi sebuah fenomena
yang sangat signifikan sehingga berdampak terjadinya
krisis global yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi
3
perusahaan. Hal ini mengakibatkan para investor berhati-
hati dalam melakukan penanaman modal pada suatu
perusahaan demi mengantisipasi risiko yang terjadi.
Ditambah dengan tingginya persaingan industri.
Dalam penelitian ini penulis memilih perusahaan
makanan dan minuman karena salah satu industri yang
menarik para investor karena sector industri yang dapat
bertahan ditengah krisis global yang terjadi sejak
pertengahan 2008. Sector industry makanan dan minuman
merupakan salah satu sector usaha yang akan terus
mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, volume
kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus
meningkat. Karakteristik masyarakat yang cenderung gemar
berbelanja makanan ikut membantu mempertahankan industry
makanan dan minuman. Dengan tidak terpengaruhnya
industry makanan dan minuman terhadap krisis global yang
terjadi maka saham pada perusahaan makanan dan minuman
lebih banyak menarik para investor karena tingkat
konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan
dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin kompleks.
4
Harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual
dan pembeli yang terjadi di bursa efek yang akan
bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran
yang terjadi atas saham tersebut. Sehingga semakin
banyak investor yang berminat dengan saham, maka semakin
tinggi pula harga saham yang ditawarkan. Hal ini dapat
dilihat dari indeks harga saham sektor makanan dan
minuman yang merupakan salah satu dari 5 indeks sektoral
di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai tingkat harga
saham yang cukup baik selain industri pertanian,
pertambangan, industri dasar dan kimia, dan aneka
industri. (Ibe, 2010).
Data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh
Indonesia (GAPMMI) menunjukkan terja di lonjakan impor
makanan dan minuman sebesar 17,02% selama Januari-Mei
2011. Selama periode itu nilai impor makanan dan minuman
mencapai US$89,56 juta sementara periode yang sama tahun
lalu hanya US$76,54 juta. Berdasarkan data GAPMMI
penyumbang impor makanan dan minuman terbesar berasal
dari negara-negara ASEAN yang mencapai US$43,84 juta
5
atau naik 32,6% dari periode sebelumnya yang hanya US$33
juta.(http://detik.com).
Dalam konteks manajemen keuangan perusahaan dikenal
dengan tiga fungsi utama yaitu fungsi penggunaan dana
yang menyangkut keputusan pembelanjaan (pendanaan) serta
fungsi pengalokasian laba yang menyangkut kebijakan
dividen. Pendanaan menggunakan saham, baik saham biasa
maupun saham preferen merupakan bentuk pendanaan
permanen bagi perusahaan. Pemegang saham biasa maupun
saham preferen adalah pemilik perusahaan. Pengambilan
keputusan investasi dalam saham memerlukan pertimbangan
dan perhitungan dari analisis yang mendalam untuk
menjamin keamanan dana yang diinvestasikan serta
keuntungan yang diharapkan oleh investor. Calon investor
harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang
menjual surat berharganya. Hal ini dapat diperoleh
dengan mempelajari dan menganalisis informasi yang
relevan.
Suatu informasi dikatakan relevan bagi investor jika
informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor
untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin
6
pada perubahan harga saham. Salah satu informasi yang
dianggap relevan oleh para investor adalah laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah salah satu
informasi yang dapat digunakan untuk merevisi dan
mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi dan
sekuritas lainnya. Dengan kata lain pasar bereaksi
terhadap pengumuman laporan keuangan. Reaksi tersebut
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dan volume
perdagangan saham perusahaan yang melakukan pengumuman
laporan keuangan. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham
di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di
bursa efek merupakan indicator nilai perusahaan.
Motivasi investor membeli saham adalah untuk
mendapatkan dividen (bagian dari laba yang dibagikan
kepada pemegang saham) dan capital gain (keuntungan harga
jual saham lebih tinggi dari harga saham). Investor
lebih menyukai dividen dari pada capital gain karena dividen
lebih pasti dibanding capital gain. Untuk memperoleh capital
gain seorang investor harus berani berspekulasi tinggi
dengan tingkat capital loss yang tinggi (kerugian harga
jual saham lebih rendah dari harga belinya). Namun saat
7
sekarang di Bursa Efek Indonesia motif investasi lebih
didorong untuk mendapatkan capital gain bukan untuk
mendapatkan dividen. Hal ini dikarenakan keuntungan yang
diperoleh capital gain lebih tinggi dari pada dividen.
Untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan, investor
perlu melakukan analisis penilaian terhadap kinerja
perusahaan sebelum membuat keputusan untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut. Terdapat dua analisa
untuk menilai atau meramalkan harga saham pada periode
yang akan datang, yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal. Menurut Tandelilin (2010:338),
analisis fundamental adalah penilaian terhadap saham-
saham perusahaan berdasarkan data keuangan perusahaan
seperti pendapatan, penjualan, risiko, dan lainnya.
Sedangkan analisis teknikal adalah teknik untuk
memprediksi arah pergerakan harga saham dan indicator
pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar historis
seperti informasi harga dan volume. Analisis teknikal
merupakan analisis yang menggunakan data yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan mengabaikan hal-
hal yang berkaitan dengan posisi keuangan. Analisis
8
teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan
harga di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan
pergerakan harga di masa yang akan datang. Analisis
teknikal ini sering juga disebut dengan chartist karena
para analisisnya melakukan studi dengan menggunakan
grafik (chart), dimana mereka berharap dapat menemukan
suatu pola pergerakan harga sehingga mereka dapat
mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan. Saat
ini banyak investor yang mulai melakukan spekulasi
perdagangan saham yang hanya mengandalkan keberuntungan
yang tidak pasti. Berdasarkan hal tersebut penelitian
ini hanya tertuju pada analisis fundamental perusahaan
karena analisis fundamental secara terperinci lebih
memfokuskan pada laporan keuangan perusahaan. Hal ini
sangat penting bagi investor yang telah melakukan
penilaian harga saham dengan analisis fundamental
berarti investor tersebut telah menentukan keputusan
untuk membeli atau menjual sahamnya dengan baik.
Meskipun dalam menganalisis fundamental membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam memprediksi suatu perusahaan
tetapi hasilnya akan berdampak pada prospek perusahaan
9
dalam jangka waktu yang panjang karena nilai fundamental
mencerminkan nilai perusahaan yang sebenarnya. Dengan
demikian langkah penting dalam memprediksi harga saham
di masa yang akan datang adalah dengan mengidentifikasi
factor-faktor fundamental.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis
fundamental dengan menghubungkan beberapa rasio terhadap
harga saham, hal ini sangat penting bagi investor karena
dengan analisis ini, investor dapat meramalkan
perkembangan suatu perusahaan. Salah satu cara yang
digunakan dalam analisis ini adalah analisis laporan
keuangan dalam bentuk rasio rasio keunagan. Adapun rasio
yang dapat menunjukkan tingkat kinerja suatu perusahaan,
diantaranya adalah rasio Return On Equity (ROE), Return On
Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Net Profit Margin
(NPM).
Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal
sendiri yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno,
10
2009:223). Semakin besar nilai Return On Equity (ROE) maka
perusahaan dianggap semakin menguntungkan yang
kemungkinan para investor akan mencari saham ini
sehingga menyebabkan permintaan bertambah dan harga
penawaran saham di pasar modal terdorong naik. Apabila
nilai ROE kecil maka perusahaan tersebut dianggap kurang
menguntungkan sehingga para investor tidak tertarik
untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga
permintaan berkurang dan harga penawaran saham akan
menurun.
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih
yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktivanya
untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan berapa
besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari
nilai aktivanya. Semakin besar ROA, maka akan semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin
baik pula posisi perusahaan tersebut, dengan semakin
baiknya posisi perusahaan otomatis akan meningkatkan
harga saham perusahaan tersebut. Apabila nilai ROA kecil
maka keuntungan yang dicapai perusahaan juga kecil
sehingga harga saham perusahaan juga akan ikut turun.
11
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukan
bagian laba untuk setiap saham yang diperoleh investor
(Darmadji dan Fakhrudin, 2006:195). Semakin tinggi EPS
maka akan semakin besar laba yang tersedia untuk
pemegang saham. apabila EPS mengalami kenaikkan maka
kemungkinan akan diikuti oleh kenaikkan harga saham
perusahaan tersebut. Begitu juga sebaliknya apabila EPS
mengalami penurunan maka maka akan diikuti oleh
penurunan harga saham perusahaan tersebut.
Net Profit Margin (NPM) adalah merupakan rasio antara laba
bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi seluruh beban
termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan
(Syamsuddin, 2004:62). Secara teori jika kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba semakin besar maka
harga saham saham di pasar modal juga akan mengalami
peningkatan. Begitu juga sebaliknya, apabila laba
menurun akan menyebabkan permintaan saham turun yang
akhirnya harga saham juga akan turun.
Harga saham yang digunakan adalah harga saham
penutupan (closing price) pada laporan keuangan tahunan
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
12
Beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan
oleh Saputra (2007) menguji factor-faktor yang
mempengaruhi harga saham perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Variabel yang diteliti adalah
Dividen Payout Ratio (DPR), Return On Investment (ROI),
Growth Sales dan Rate of Return Saham (RoR) Saham. Dari
keempat variabel yang diteliti menyebutkan bahwa keempat
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
harga saham tetapi hanya ROI dan Growth Sales yang
berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Hasil
penelitian Nur (2007) menunjukkan bahwa Earning Per Share
(EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham,
sedangkan Return On Asset (ROA) dan Dividend Payout Ratio (DPR)
tidak berpengaruh sigifikan terhadap saham. Agustina
(2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa seluruh
variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan, sedangkan secara parsial EPS berpengaruh
signifikan sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh
terhadap harga saham. hasil penelitian Rosalina (2013)
menunjukkan bahwa Net Profit Margin (NPM), Return On Investment
(ROI), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan
13
Dividen Per Share (DPS) secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada
sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan uraian dan fenomena yang terjadi, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan rasio Return
On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS)
dan Net Profit Margin (NPM) yang diduga berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan makanan dan minuman yang Go
Public. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, terdapat
permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :
a. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public ?
b. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public ?
14
c. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public ?
d. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE)
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public.
b. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA)
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public.
c. Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public.
d. Untuk mengetahui pengaruh Net Profit Margin (NPM)
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public.
15
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi para investor atas informasi
keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan
untuk berinvestasi di pasar modal, dengan tujuan
dapat memperkecil risiko investor yang mungkin
dapat terjadi sebagai akibat dalam pembelian saham
di pasar modal.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi
apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
menjadi alternatif bagi perusahaan dalam mengambil
suatu keputusan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan oleh pihak - pihak lain yang
berkepentingan baik digunakan sebagai referensi
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap
fungsi-fungsi keuangan yang meliputi bagaimana memperoleh
dana (raising fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut
(allocation fund). Dalam pengalokasian dana perusahaan tidaklah
boleh sembarangan seorang manajer keuangan harus menguasi
bidangnya secara matang dikarenakan seorang manajer harus
mempertanggungjawabkan keuangan perusahaan yang didalamnya
terdapat bidang akuntansi dimana pelaporannya haruslah
sesuai dengan yang benar-benar terjadi dilapangan (Sutrisno,
2009:3).
Menurut Keown, et al. (2011:4) manajemen keuangan adalah
bagaimana cara menciptakan nilai ekonomis atau kekayaan yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan seperti
18
memperkenalkan produk baru, investasi aset tetap,
penghentian penggunaan aset tetap, menerbitkan obligasi dan
saham, melakukan pinjaman, memberikan kredit dan seberapa
banyak mempertahankan kas.
Sementara itu Horne dan Wachowics (2012:2)
mendefinisikan bahwa manajemen keuangan berkaitan dengan
proses perolehan asset, pendanaan, dan manajemen asset
dengan didasari beberapa tujuan yang meliputi fungsi
manajemen keuangan yaitu: intervensi, pendanaan dan
manajemen asset.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
utama manajemen keuangan adalah bagaimana mendapatkan dana
dan bagaimana memanfaatkan dana tersebut. Masalah keuangan
yang utama pada hakikatnya adalah bagaimana menyeimbangkan
antara aktiva dan pasiva.
Dalam Sutrisno (2009:5) menyebutkan fungsi dari manajemen
keuangan ada tiga yaitu :
1. Investment decision (pembelanjaan aktif) keputusanpenggunaan dana atau pengalokasian dana.Implementasi dari alocation of funds, yang meliputibisa dalam jangka pendek working capital, berupaaktiva lancar atau jangka panjang dalam bentukcapital investment berupa aktiva tetap.
2. Financial decision (pembelanjaan pasif) keputusandengan pemilihan sumber dana. Implementasi dari
19
rasing of funds meliputi besarnya dana, jangka waktupenggunaan, asal dana serta persyaratan-persyaratan yang timbul karena rasing of funds bisadiperoleh dari internl meliputi : ssahampreferen, saham biasa, laba ditahan, dancadangan. Dari eksternal jangka pendek maupunjangka panjang. Sumber dana jangka pendekmisalnya utang dagang, utang wesel, utang gaji,utang pajak. Sumber dana jangka panjang misalnyautang bank dan obligasi. Hasil dari financial decisiontercermin disebelah kanan neraca.
3. Deviden decision (keputusan mengenai deviden) untukmenentukan apakah dana yang diperoleh dandihasilkan operasi akan dibagikan kepada pemegangsaham atau investasi kembali.
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu
sumber informasi yang penting disamping informasi lain
seperti informasi industri, kondisi perekonomian yang biasa
memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan
resiko perusahaan. Kondisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan yang tercermin pada laporan perusahaan pada
hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi
perusahaan yang bersangkutan. Informasi tentang kondisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi
berbagai pihak, baik pihak yang berada dalam perusahaan,
maupun pihak yang berada di luar perusahaan.
20
Kieso et al. (2007:2) mendefinisikan laporan keuangan
adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama
kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan ini
menampilkan sejarah perusahaan yang dikualifikasikan dalam
nilai moneter. Laporan keuangan menyajikan data keuangan
termasuk catatan yang menyertainya bila ada yang dimaksud
untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi atau kewajiban
suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas asset
atau liabilitas selama periode tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas kinerja pihak manajemen terhadap para
investor atau pemilik modal.
Menurut Yadiati (2010:52) laporan keuangan adalah
informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan manajemen
dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal
yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha
yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan
komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1(2009 :P7) :
21
Laporan keuangan adalah penyajian terstrukturdari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatuentitas. Tujuan laporan keuangan adalahmemberikan informasi mengenai posisi keuangan,kinerja keuangan dan arus kas entitas yangbermanfaat bagi sebagian besar kalangan penggunalaporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.Laporan keuangan juga menunjukkan hasilpertanggungjawaban manjemen atas penggunaansumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Warren (2005 :24) laporan keuangan suatuentitas terdiri atas :
1. Laporan Posisi keuanganLaporan posisi keuangan merupakan suatu daftarasset, kewajiban dan ekuitas pemilik padatanggal tertentu, biasanya pada akhir bulanatau tahun. Pada bagian asset dalam laporanposisi keuangan biasanya disusun berdasarkancepat lambatnya asset tersebut dapatdikonversikan kedalam kas atau digunakan dalamkegiatan operasi.
2. Laporan laba rugiLaporan laba rugi melaporkan pendapatan danbeban dalam periode waktu tertentu berdasarkankonsep perbandingan dan pengaitan (matchingconcept). Laporan laba rugi melaporkan kelebihanpendapatan terhadap beban yang terjadi disebutsebagai laba bersih.
3. Laporan ekuitas pemilikLaporan ekuitas pemilik melaporkan perubahanekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu.Laporan tersebut disiapkan setelah laporanlaba rugi karena laba bersih atau rugi bersihdalam periode berjalan harus dilaporkan dalamlaporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuatsebelum mempersiapkan neraca. Karena jumlahekuitas pemilik pada akhir periode harusdilaporkan dineraca atau laporan posisikeuangan.
4. Laporan arus kas
22
Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisarpenerimaan kas dan pembayaran kas selamaperiode waktu tertentu. Laporan arus kasterdiri atas tiga bagian yaitu : aktivitasoperasi, aktivitasi nvestasi, dan aktivitaspendanaan.
Dalam Ghozali dan Chairi (2007 :48) Ikatan Akuntansi
Indonesia menegaskan pentingnya karakteristik kualitatif
dalam informasi laporan keuangan yang dihasilkan agar
informasi tersebut bermanfaat bagi pengambil keputusan.
Karakteristik yang digunakan IAI adalah :
1. Dapat dipahamiHal ini berarti kualitas penting yang terdapatdalam laporan keuangan adalah kemudahan untuksegera dipahami oleh pemakai laporan keuangan.Dalam hal ini diasumsikan memiliki pengetahuanyang memadai tentang aktivitas ekonomi danbisnis, akuntansi, serta kemauan untukmempelajarinya.
2. RelevanSuatu informasi dikatakan relevan apabilainformasi memiliki manfaat sesuai dengan tindakanyang dilakukan pemakai laporan keuangan.
3. KeandalanSuatu informasi harus dapat diuji kebenarannya,netral, dan menggambarkan keadaan secara wajarsesuai dengan peristiwa yang digambarkan.
4. Daya bandingSuatu informasi dikatakan bermanfaat jikainformasi tersebut dapat saling diperbandingkanbaik antar periode maupun antar perusahaan.
2.1.3. Investasi
23
Dalam mengembangkan suatu usaha, emiten memerlukan
tambahan modal yang besar untuk memperlancar operasi emiten.
Jalan yang dapat diambil suatu emiten adalah menjual surat
berharga dari emiten. Keputusan menjual surat berharga suatu
emiten diharapkan akan memberikan keuntungan besar di masa
yang akan datang. Dengan menjual surat berharga yang
dimiliki akan memberikan kesempatan kepada investor untuk
menginvestasikan sebagian dananya untuk emiten yang nantinya
akan digunakan emiten untuk mengembangkan usahanya.
Pengertian Investasi Menurut Hartono (2009:5)
Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk
dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang
tertentu.
Menurut Tandelilin (2010:2) pengertian investasi
adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan di masa datang.
Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa investasi adalah sejumlah dana yang dikelolah selama
periode tertentu dengan menunda konsumsi saat ini dengan
24
harapan dapat memperoleh keuntungan lebih dimasa yang akan
datang.
2.1.4. Pasar Modal
2.1.4.1. Pengertian Pasar Modal
Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) mengemukakan bahwa
pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan tempat
diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka
panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif
dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana pendanaan bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi
berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
memberi pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal,
yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan publik yang berkaitan dengan
Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek.
25
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pasar modal merupakan suatu tempat di mana kita bisa
melakukan transaksi jual beli saham dan berbagai jenis
instrumen keuangan lain.
2.1.4.2. Instrumen Pasar Modal
Darmadji dan Fakhruddin (2011:2) menyatakan bahwa
instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal
merupakan instrumen jangka panjang (lebih dari satu tahun)
seperti saham (stock), obligasi (bond), waran (warrant), right,
reksadana (mutual fund), dan berbagai instrumen derivatif
seperti opsi (option), kontrak berjangka (futures) dan lain-
lain.
Untuk mengetahui instrumen pasar modal tersebut di
atas akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Saham (stock)
Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyerahan
atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilikan kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
26
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar pernyetaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
2. Obligasi (bond)
Obligasi (bond) adalah surat berharga yang menunjukkan
bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada
masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga
secara berkala dan kewajiban mlunasi pokok hutang pada
waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi
tersebut.
3. Right
Right atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
merupakan surat berharga yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk meukarkan (exercise) menjadi saham biasa.
4. Waran (warrant)
Waran (warrant) adalah hak untuk membeli saham biasa pada
waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran
dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya
obligasi atau saham. Waran diterbitkan dengan tujuan agar
investor tertarik membeli obligasi atau saham yang
diterbitkn emiten.
5. Derivatif
27
Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai
atau peluan keuntungannya terkait dengan kinerja aset
lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets. Secara
umum, terdapat dua instrumen utama derivatif yaitu, opsi
(option) atau kontrak opsi saham dan kontrak berjangka
(futures).
2.1.5. Saham
2.1.5.1. Pengertian Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006: 5) yang
dimaksud dengan saham adalah :
“Sebagai tanda penyertaan atau pemilikanseseorang atau badan dalam suatu perusahaanatau perseroan terbatas. Wujud saham adalahselembar kertas yang menerangkan bahwa pemilikkertas tersebut adalah pemilik perusahaan yangmenerbitkan surat berharga tersebut. Porsikepemilikan ditentukan oleh seberapa besarpenyertaan yang ditanamkan di perusahaantersebut.”
Menurut Hin (2008: 14), saham adalah surat berharga
yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha
terhadap perusahaan.
28
Menurut Widoatmodjo (2012: 55), saham adalah surat
berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut
dengan emiten.
Menurut Tambunan (2007: 105), saham dapat
didefinisikan sebagai bukti penyertaan modal pada sebuah
perusahaan.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
saham merupakan surat berharga atau tanda bukti kepemilikan
yang menunjukkan kepemilikan suatu perusahaan dan pemiliknya
disebut sebagai pemegang saham.
2.1.5.2. Pengertian Harga Saham
Menurut Hidayat (2010:103) setiap saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan memiliki harga. Harga nominal
saham adalah harga yang tercantum pada lembar saham yang
diterbitkan.
Menurut Widoatmodjo (2005: 239) pengertian harga
saham adalah harga saham adalah harga di bursa yang
ditentukan oleh kekuatan pasar, dalam artian tergantung
29
kekuatan permintaan (penawar beli) dan penawaran (penawar
jual).
Menurut Halim (2005: 20), harga pasar saham adalah
harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa harga saham
terbentuk di pasar jual beli saham karena akibat dari
transaksi jual beli yang terjadi antara investor tersebut.
2.1.5.3. Jenis-Jenis Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006: 6) menjelaskan
bahwa ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham,
yaitu :
a. Dilihat dari segi kemampuan hak tagih atau klaim,
maka saham terbagi atas :
1) Saham biasa (common stock), yaitu sahammenempatkan pemiliknya pada posisi palingjunior dalam pembagian dividen dan hak atasharta kekayaan perusahaan apabila perusahaantersebut dilikuidasi.
2) Saham preferen (preferred stock), yaitu sahamyang memiliki karateristik gabungan antaraobligasi dan saham biasa, karena bisamenghasilkan pendapatan tetap (seperti bungaobligasi), tetapi bisa juga tidakmendatangkan hasil seperti yang dikehendakiinvestor.
30
b. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 6),dilihat dari sudut pandang cara peralihannyasaham dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1) Saham atas unjuk (bearer stock)Saham atas unjuk yaitu pada saham tersebuttidak tertulis nama pemiliknya, agar mudahdipindahtangankan dari satu investor keinvestor lainnya. Secara hukum, siapa yangmemegang saham tersebut, maka diakuisebagai pemiliknya dan berhak untuk ikuthadir dalam RUPS.
2)Saham atas nama (registered stock)Saham atas nama yaitu saham yang ditulisdengan jelas siapa nama pemiliknya, di manacara peralihannya harus melalui prosedurtertentu, yaitu dengan dokumen peralihandan kemudian nama pemiliknya dicatat dalambuku perusahaan yang khusus memuat namapemegang saham. Apabila sertifikat inihilang, maka pemilik dapat memintapenggantian.
c. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 6),dilihat dari sudut pandang kinerja perdaganganmaka saham dapat dikategorikan sebagai berikut:1) Saham unggulan (blue-chip stock)
Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yangmemiliki reputasi tinggi, sebagai leader diindustri sejenis, memiliki pendapatanyangstabil dan konsisten dalam membayardividen.
2) Saham pendapatan (income stock)Yaitu saham dari suatu emiten yang memilikikemampuan membayar dividen lebih tinggi darirata-rata dividen yang dibayarkan pada tahunsebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampumenciptakan pendapatan yang lebih tinggi dansecara teratur membagikan dividen tunai.
31
Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidakmementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
3) Saham pertumbuhan (growth stocks – well known)Yaitu saham - saham dari emiten yang memilikipertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagaileader di industri sejenis yang mempunyaireputasi tinggi. Selain itu terdapat jugagrowth stock (lesser-known), yaitu saham dariemiten yang tidak sebagai leader dalamindustri namun memiliki ciri growth stock.Umumnya saham ini berasal dari daerah dankurang populer di kalangan emiten.
4) Saham spekulatif (speculative stock)Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisasecara konsisten memperoleh penghasilan daritahun ke tahun, akan tetapi mempunyaikemungkinan penghasilan yang tinggi di masamendatang meskipun belum pasti.
5) Saham siklikal (counter cyclical stock)Yaitu saham yang tidak terpengaruh olehkondisi ekonomi makro maupun situasi bisnissecara umum. Pada saat resesi ekonomi, hargasaham ini tetap tinggi, di mana emitennyamampu memberikan dividen yang tinggi sebagaiakibat dari kemampuan emiten dalam memperolehpenghasilan yang tinggi pada masa resesi.Emiten seperti ini biasanya bergerak dalamproduk yang sangat dibutuhkan masyarakatseperti rokok dan consumer goods.
2.1.6. Nilai- Nilai Saham
Menurut Hartono (2010: 121) beberapa nilai yang
berhubungan dengan saham antara lain nilai buku (book value),
nilai pasar (market value), nilai intrinsik (intrinsic value).
Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten.
32
Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai
intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai nilai
yangberhubungan dengan saham :
a. Nilai buku (book value) ialah nilai perlembar saham yang
menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh
pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas
pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah
total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku
(Hartono, 2010: 122):
- Nilai nominal, ialah nilai kewajiban yang ditetapkan
untuk tiap-tiap lembar saham oleh emiten.
- Agio saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari
yang dibayarkaninvestor kepada emiten dikurangi harga
nominalnya.
- Nilai modal disetor, ialah total yang dibayar oleh
pemegang saham kepadaperusahaan emiten, yaitu jumlah
nilai nominal ditambah agio saham.
33
- Laba ditahan, ialah laba yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham dandiinvestasikan kembali ke perusahaan
dan merupakan sumber dana internal.
b. Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi
di pasar bursa saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar
bursa.
c. Nilai Intrinsik (intrinsic value) atau dikenal sebagai
nilai fundamental merupakan nilai seharusnya dari
suatu saham. Untuk menentukan nilai sebenarnya dari
saham dapat menggunakan analisis fundamental atau
analisis teknikal.
1. Analisis Teknikal (Technical Analysis)
Tandelilin (2010:392) menyatakan bahwa
analisis teknikal teknik untuk memprediksi arah
pergerakan harga saham dan indicator pasar saham
lainnya berdasarkan pada data pasar historis
seperti informasi harga dan volume.
Para pengguna analisis teknikal disebut
sebagai analisis teknikal, juga disebut sebagai
34
chartist karena dalam aktivitasnya mereka merekam
data atau membuat grafik (chart) pergerakan harga
saham dan volume perdagangan. Beberapa teknik
penggunaan grafik dalam analisis teknikal yaitu
the dow theory, chart pola harga saham, analisis
rata-rata bergerak, dan analisis relative
strength.
2. Analisis Fundamental (Fundamental analysis)
Analisis fundamental adalah metode analisis
yang digunakan untuk mempelajari kondisi ekonomi,
kondisi industri, dan kondisi keuangan perusahaan
untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan.
Hartono (2009:130) menjelaskan analisis
fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai
intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan
perusahaan. Sedangkan Tandelilin (2010:303)
menerangkan bahwa analisis fundamental adalah
penilaian terhadap saham-saham perusahaan
berdasarkan data-data keuangan perusahaan seperti
pendapatan, penjualan, risiko, dan lainnya.
35
Analisis fundamental mempelajari semua
informasi relevan yang berhubungan dengan saham
dan pasar yang dituju dalam hal untuk mencoba
melihat bisnis di masa yang akan datang dan
perkembangan keuangan termasuk pergerakan dari
harga saham itu sendiri. Informasi fundamental
yang dipelajari termasuk laporan keuangan dan
akun-akunnya, data industri (seperti tren
penjualan dan pemesanan) serta melihat pada
lingkungan ekonomi dan keuangan seperti tren dari
tingkat suku bunga.
Menurut Tandelilin (2010:338) dalam melakukan
analisis penilaian saham, investor bisa melakukan
analisis fundamental secara “top-down” untuk
menilai prospek perusahaan yaitu:
a. Analisis Ekonomi dan Pasar Modal
Pada tahap analisis ini, investor melakukan
analisis terhadap berbagai alternatif keputusan
tentang dimana alokasi investasi akan dilakukan
(dalam negeri dan atau luar negeri), serta
36
dalam bentuk apa investasi tersebut dilakukan
(saham, obligasi, kas properti,dan lainya).
b. Analisis Industri
Pada tahap ini, meliputi analisis yang
mendasarkan hasil analisis ekonomi dan pasar
modal untuk menentukan jenis-jenis industri
mana saja yang akan dipilih (tentu saja yang
berprospek baik menguntungkan).
c. Analisis Perusahaan
Analisis tahap ini merupakan tahap ketiga
yang didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk
menentukan perusahaan-perusahaan atau saham-
saham mana saja yang menguntungkan sehingga
layak dijadikan pilihan investasi.
2.1.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham pada umumnya selalu bergerak dinamis, naik
turun, atau diam. Menurut Ferlianto, dkk. (2009:48) factor-
37
faktor penggerak saham baik secara individual maupun secara
kelompok indeks adalah sebagai berikut :
1. Liquidity
Semakin likuid saham, dalam arti jumlah saham
yang outstanding diperdagangkan di bursa semakin
banyak, maka pergerakan harga dapat semakin dinamis
yang dapat membentuk pola tren. Semakin banyak
volume saham-saham yang diperdagangkan, sehingga
pasar menjadi sangat dinamis.
2. Corporate Earnings
Corporate earnings merupakan laporan keuangan
korporasi dari emiten yang biasanya dirilis secara
periodic atau berkala misalnya pada per tiga bulan,
semester dan tahunan. Laporan ini biasanya
dinantikan oleh para investor untuk mengetahui
perkembangan fundamental dari emiten yang bila
laporannya baik apalagi lebih baik dari perkiraan
pasar sebelumnya akan menaikkan harga saham dengan
segera. Sebaliknya, bila rilis laporan mengecewakan
pasar, harga saham korporasi bersangkutan dapat
langsung melorot pada hari perdagangannya.
38
3. Suku Bunga, Ekonomi dan Inflasi
Masalah suku bunga sangat berpengaruh terhadap
pergerakan saham dan indeks saham. aksi bank
sentral untuk menaikkan suku bunga umumnya akan
berdampak negative terhadap pergerakan harga saham
maupun indeks saham karena pada gilirannya
menaikkan biaya uang yang harus dibayar korporasi
yang ada di bursa. Sedangkan aksi penurunan suku
bunga acuan tentunya akan memberikan sentiment
positif di lantai bursa ,baik untuk bursa saham
maupun bursa berjangka,
Bank sentral akan melakukan aksi kenaikan bunga
apabila ekonomi dinilai terlalu panas (overheating
economy), inflasi tinggi menekan atau sector
keuangan yang terlalu ekspansif. Kebijakan ini
biasa juga disebut sebagai kebijakan pengetatan
moneter. Dengan demikian, para investor akan
melihat bila terdapat tekanan inflasi yang tinggi,
misalnya dipicu oleh tingginya harga minyak, bank
sentral diekspektasikan akan menaikkan suku
39
bunganya yang secara umum akan mendorong terjadinya
aksi jual di bursa.
4. Funds Allocation (save haven)
Suatu saham banyak diburu oleh investor sehingga
pada dasarnya harganya akan naik. Jadi, bila pasar
menilai sector komoditi, misalnya menarik untuk
dikoleksi karena harga minyak yang cenderung
menguat maka dana-dana dipasar akan teralokasikan
ke kelompok saham sector tersebut. Dengan
sendirinya harga saham yang terkait akan naik, yang
apabila komposisinya di bursa dominan akan dapat
menaikkan indeks saham.
5. Political and Government Intervention
Pasar saham tidak bisa lepas dari situasi politik
negara. Gejolak politik yang memanas di suatu
negara merupakan suatu hambatan terhadap
berjalannnya aktivitas bisnis dan akan berdampak
negative bagi bursa.apalagi terdapat intervensi
kebijakan pemerintah maka bursa pasti terpengaruh.
40
2.1.8. Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan
Menurut Arifin (2004: 116), faktor fundamental adalah
“faktor -faktor yang mencerminkan kinerja emiten yang dapat
dilihat dari laporan keuangan emiten tersebut”.
Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pula
pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham dan demikian
sebaliknya, apabila semakin buruknya kinerja emiten maka
semakin turunnya harga saham yang diterbitkan dan
diperdagangkan pada perusahaan tersebut. Karena kinerja
emiten menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan
investor dalam menanamkan modalnya.
Dengan adanya penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor – factor fundamental perusahaan mencerminkan
kinerja suatu emiten, tentang efektifitas dan efisiensi
perusahaan dalam mencapai sasarannya dimana hal tersebut
dapat terlihat dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
diterbitkan atau dipublikasikan setiap per triwulan, per
kuartal, per semester dan per tahun (akhir periode).
41
Dalam penelitian ini akan menjelaskan faktor - faktor
fundamental perusahaan yang hanya mencakup ruang lingkup
laporan keuangan saja yang digunakan untuk menganalisis
harga saham, yaitu diwakili oleh: Return On Equity (ROE), Return
On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Net Profit Margin (NPM),
sebagai berikut :
2.1.8.1. Return On Equity (ROE)
Menurut Sutrisno (2009:223) Return On Equity (ROE)
merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal
sendiri yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Husnan (2006:73) Return On Equity (ROE) adalah
rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi
hak pemilik modal sendiri.
Return On Equity (ROE) adalah rasio yang memberikan
informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat
pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja
perusahaan menghasilkan laba. Semakin besar Return On Equity
(ROE) maka tingkat pengembalian yang diharapkan investor
juga besar. Semakin besar nilai Return On Equity (ROE) maka
42
perusahaan dianggap semakin menguntungkan yang kemungkinan
para investor akan mencari saham ini sehingga menyebabkan
permintaan bertambah dan harga penawaran saham di pasar
modal terdorong naik, sedangkan jika nilai ROE kecil maka
perusahaan tersebut dianggap kurang menguntungkan sehingga
para investor tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan
tersebut sehingga permintaan berkurang dan harga penawaran
saham akan menurun.
Return On Equity dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut : (Sutrisno, 2009: 223)
2.1.8.2. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) yaitu rasio antara Net Income After Tax
terhadap aset secara keseluruhan menunjukkan ukuran
produktivitas aktiva alam memberikan pengembalian pada
penanaman modal (Sawir, 2005:125).
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih
yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktivanya untuk
menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba
ReturnOnEquity= EATModalSendiri
×100%
43
bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai
aktivanya. Analisis Return On Asset (ROA) atau rentabilitas
ekonomis mengukur perkembangan perusahaan menghasilkan laba
pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa
mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba pada masa mendatang. Semakin besar Return On Asset (ROA)
menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat
kembalian semakin besar (Robert, 1997:18). Dengan demikian
semakin tinggi Return On Asset (ROA) maka akan meningkatkan
daya tarik investor, sehingga harga saham akan meningkat.
Apabila nilai ROA kecil maka keuntungan yang dicapai
perusahaan juga kecil sehingga harga saham perusahaan juga
akan ikut turun.
Return On Asset (ROA) dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut: (Sutrisno, 2009: 222)
2.1.8.3. Earning Per Share (EPS)
ReturnOnAsset= EBITTotalAktiva
×100%
44
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:195), Earning Per
Share merupakan rasio yang menunjukan bagian laba untuk
setiap saham yang diperoleh investor.
Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan
bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010:241-242):
“Meskipun beberapa perusahaan tidakmencantumkan besarnya EPS perusahaan yangbersangkutan dalam laporan keuangannya, tapibesarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitungberdasarkan informasi laporan neraca danlaporan rugi laba perusahaan”. “Earning Per Sharedikenal sebagai laba per lembar saham”.
Pendapatan per lembar saham/Earning Per Share (EPS)
merupakan total keuntungan yang diperoleh investor untuk
setiap lembar sahamnya. Salah satu alasan investor membeli
suatu saham adalah untuk mendapatkan dividen, apabila
pendapatan perlembar saham kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagi dividen. Artinya investor akan
memilih emiten yang memiliki EPS yang tinggi. Semakin tinggi
EPS, harga saham cenderung naik. EPS yang meningkat
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berhasil meningkatkan
taraf kemakmuran investor dan hal ini akan mendorong invetor
untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan
45
tersebut, sehingga terjadi peningkatan jumlah permintaan
terhadap saham yang membuat harga saham menjadi naik. Begitu
juga sebaliknya apabila EPS mengalami penurunan maka maka
akan diikuti oleh penurunan harga saham perusahaan tersebut.
Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut : (Sutrisno, 2009: 223)
2.1.8.4. Net Profit Margin (NPM)
Menurut Van Horne (2005:156), mengemukakan bahwa Net
Profit Margin (NPM) secara umum digunakan untuk mengukur
keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan,
pendapatan bersih 1 dari dollar.
Menurut Syamsuddin (2004:62), Net Profit Margin (NPM)
adalah merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan
sesudah dikurangi seluruh beban termasuk pajak dibandingkan
dengan penjualan. Semakin tinggi rasio Net Profit Margin (NPM)
berarti laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga semakin
besar. Hal tersebut akan menarik minat para investor untuk
melakukan transaksi dengan perusahaan yang bersangkutan.
EarningPerShare= EATJumlahLembarSahamBeredar
46
Secara teori jika kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba semakin besar maka harga saham saham di pasar modal
juga akan mengalami peningkatan. Begitu juga sebaliknya,
apabila laba menurun akan menyebabkan permintaan saham turun
yang akhirnya harga saham juga akan turun.
Net Profit Margin (NPM) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut : (Sutrisno, 2009: 222)
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang menghubungkan
antara faktor - faktor fundamental (rasio keuangan) dengan
harga saham menunjukkan hasil yang variatif, baik yang
berpengaruh signifikan maupun tidak berpengaruh signifikan,
yaitu sebagai berikut:
Penelitian Gunawan Saputra (2007) menguji factor-
faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan sampel 58 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2004-2005. Variabel yang diteliti adalah Dividen Payout
NetProfitMargin= EBITPenjualan
×100%
47
Ratio (DPR), Return On Investment (ROI), Growth Sales dan Rate of
Return Saham (RoR) Saham. Dari keempat variabel yang diteliti
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda
menyebutkan bahwa keempat variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap harga saham tetapi hanya ROI
dan Growth Sales yang berpengaruh secara parsial terhadap harga
saham.
Penelitian Tolla Nur (2007) yang menganalisis rasio
keuangan terhadap harga saham perusahaan sector perbankan
yang terdaftar di BEI dengan 32 sampel perusahaan dengan
periode 2003-2010. Variabel yang digunakan adalah Earning Per
Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Dividend Payout Ratio (DPR).
Dari ketiga variabel independen tersebut diteliti dengan
menggunakan alat analisis regresi linear berganda
menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, sedangkan Return On Asset (ROA) dan
Dividend Payout Ratio (DPR) tidak berpengaruh sigifikan terhadap
saham.
Penelitian Lisa Agustina (2012) menganalisis rasio
Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS),
Net Profit Margin (NPM), dan Price Earning Ratio (PER) untuk
48
mengetahui pengaruh terhadap harga saham perusahaan minuman
di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode purposive
sampling maka ada 20 sampel perusahaan selama periode 2006-
2010. Hasil penelitian yang dilakukan dengan alat analisis
regresi linear berganda menunjukkan bahwa seluruh variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan, sedangkan
secara parsial EPS berpengaruh signifikan sedangkan variabel
lainnya tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian Lia Rosalina (2013) menganalisis rasio
profitabilitas terhadap harga saham perusahaan industry
barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia dengan sampel 30
perusahaan selama periode 2008-2010. Hasil penelitian yang
dilakukan dengan alat analisis regresi linear berganda
menunjukkan bahwa Net Profit Margin (NPM), Return On Investment
(ROI), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Dividen
Per Share (DPS) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham pada sector industry barang
konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Dari kelima variabel
independen yang digunakan dalam penelitian diperoleh hasil
bahwa variabel Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh paling
dominan terhadap harga saham.
49
Tabel 2.1
Matriks Hasil Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti
Gunawan Saputra(2007)
Lisa Agustina (2012)
Tolla Nur (2012)
Lia Rosalina (2013)
(Peneliti
sekarang)
Fitria
Anggraini
(2014)Judul Penelitian
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham pada PerusahaanManufaktur di BEI
Pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Net Prifit Margin (NPM), dan PriceEarning Ratio (PER) terhadapharga saham pada Industri Minuman di BEI
Analisis Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI
Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Sektor Industri Barang Konsumsi yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public
Variable Dependen
Harga Saham Harga Saham Harga Saham Harga Saham Harga Saham
Variable Independen
Growth Sales, DPR, ROI dan Rate of Return Saham
ROE, ROA, EPS,NPM, dan PER
EPS, ROA, DPR NPM, ROI, ROE, EPS, DPS
ROE, ROA, EPS,NPM
Alat Analisis
Regresi Linier Berganda
Regresi LinierBerganda
Regresi Linier Berganda
Regresi Linier Berganda
Regresi LinierBerganda
Populasi danSampel
58 perusahaan x2 tahun = 116 sampel
4 perusahaan x5 tahun = 20 sampel
4 perusahaan x 8 tahun = 32 sampel
30 x 3 = 90 sampel
11 perusahaan x 4 tahun = 44sampel
Objek Perusahaan manufaktur di BEI
Perusahaan minuman di BEI
Sektor perbankan di BEI
Perusahaan industry barang konsumsi di BEI
Perusahaan Makanan dan Minuman di BEI
Hasil Penelitian
Secara simultansemua variabel independen
Menunjukkan bahwa EPS berpengaruh
Secara parsial EPS berpengaruh
Secara bersama-sama seluruh
Menujukkan bahwa hanya variabel EPS
50
berpengaruh signifikan dan secara parsial Growth Sales dan ROI berpengaruhsignifikan sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh.
signifikan terhadap hargasaham, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap hargasaham, tetapi secara simultan ROE, ROA, EPS, NPM,dan PER memberikan pengaruh signifikan terhadap hargasaham.
terhadap harga saham, sedangkan ROAdan DPR tidakberpengaruh signifikan.
variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham dan EPS yang berpengaruh dominan terhadap harga saham.
yang berpengaruh signifikan terhadap hargasaham, sedangkan ROE,ROA dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap hargasaham.
Secara umum penelitian ini memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Persamaannya terletak pada variabel dependen yang digunakan
adalah harga saham dan alat analisis yang digunakan adalah
regresi linear berganda. Perbedaaannya adalah objek
penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian
adalah pada perusahaan sector makanan dan minuman di BEI dan
periode penelitian dimana periode penelitian adalah periode
tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 dan pada penggunaan
variabel independen seperti pada penelitian yang dilakukan
oleh Gunawan Saputra (2007) menggunakan variabel independen
Growth Sales, DPR, ROI dan Rate of Return Saham untuk meneliti
pengaruh harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI.
51
Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Agustina (2012) yang
menggunakan rasio ROE, ROA, EPS, NPM, dan PER bertujuan
untuk menguji apakah dengan menggunakan variabel independen
tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham
harga saham perusahaan industry minuman di BEI. Tolla Nur
(2012) melakukan penelitian pada sector perbankan di BEI
dengan menggunakan variabel independen EPS, ROA, DPR.
Penelitian Lia Rosalina melakukan penelitian pada perusahaan
industry barang konsumsi dengan menggunakan variabel
independen NPM, ROI, ROE, EPS, DPS. Disini penulis melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga
saham dengan variabel ROE, ROA, EPS, NPM. Semua variabel
penelitian yang digunakan peneliti sudah digunakan dalam
penelitian sebelumnya namun dengan jumlah dan komposisi yang
berbeda dengan semua penelitian sebelumnya.
2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini menjelaskan tentang factor-faktor
yang mempengaruhi harga saham perusahaan makanan dan minuman
yang telah Go Public. Factor-faktor yang mempengaruhi harga
saham tidak saja dari kondisi internal perusahaan tetapi
juga kondisi eksternal ekonomi yang berada diluar
52
perusahaan. Penelitian ini dibatasi hanya menganalisis
factor-faktor fundamental perusahaan yang berkaitan langsung
dengan kinerja / kondisi suatu perusahaan yang dapat dilihat
dari data laporan keuangan selama perusahaan melakukan
kegiatan operasi perusahaan. Untuk menganalisis harga saham
pada perusahaan makanan dan minuman diwakili dengan
menggunakan rasio Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA),
Earning Per Share (EPS), dan Net Profit Margin (NPM).
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari empat variabel independen dan satu variabel
dependen. Dimana variable independen adalah Return On Equity
(ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Net Profit
Margin (NPM) dan variabel dependen adalah harga saham.
Return On Equity (ROE)(X1)
Return On Asset (ROA)(X2) Harga Saham
(Y)Earning Per Share (EPS)
(X3)
53
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Return On Equity (ROE) adalah rasio yang memberikan
informasi pada para investor tentang seberapa besar
tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang
berasal dari kinerja perusahaan dalam menghasilkan
laba. Semakin besar nilai Return On Equity (ROE) maka
tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga
besar. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur rate
of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis
sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat
memperhatikan rasio ini, semakin tinggi ROE yang
dihasilkan perusahaan, akansemakin tinggi harga
sahamnya Tambunan (2007: 179).
Menurut Harahap (2007: 156), ROE digunakan untuk
mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para
Net Profit Margin (NPM)(X4)
54
pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa
baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang
saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE
memiliki hubungan yang positif dengan harga saham,
sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga
pasar, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa
pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi
sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham
tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham
cenderung naik, sedangkan jika nilai ROE kecil maka
perusahaan tersebut dianggap kurang menguntungkan
sehingga para investor tidak tertarik untuk membeli
saham perusahaan tersebut sehingga permintaan
berkurang dan harga penawaran saham akan menurun.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian
Lisa Agustina (2012) dan Lia Rosalina (2013) bahwa ROE
memberikan pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ha1 : Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
2.4.2. Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
55
Return On Asset (ROA) sering disebut dengan
rentabilitas ekonomis yang merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2009:222).
Semakin tinggi nilai ROA maka menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik karena akan berdampak
pada tingkat kembalian investor. Dengan demikian
semakin tinggi ROA maka dapat meningkatkan daya tarik
investor sehingga harga saham akan meningkat. Apabila
nilai ROA kecil maka keuntungan yang dicapai
perusahaan juga kecil sehingga harga saham perusahaan
juga akan ikut turun. Hal tersebut didukung oleh hasil
penelitian Tolla Nur (2012) dan Lisa Agustina (2012)
bahwa ROA memberikan pengaruh signifikan terhadap
harga saham.
Ha2 : Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
2.4.3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang berhubungan dengan kepentingan
para bagi pemegang saham dan manajemen disaat ini
56
maupun disaat yang akan datang. Semakin tinggi EPS
maka akan semakin besar laba yang tersedia untuk
pemegang saham, Earning Per Share (EPS) yang lebih besar
menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham. pertumbuhan EPS memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga pasar saham dan apabila EPS
mengalami kenaikkan maka akan diikuti oleh kenaikkan
harga saham perusahaan tersebut. Begitu juga
sebaliknya apabila EPS mengalami penurunan maka maka
akan diikuti oleh penurunan harga saham perusahaan
tersebut. Hal ini terjadi karena pergerakan harga
saham dipengaruhi pendapatan perlembar saham,
sedangkan laba perlembar saham dipengaruhi oleh
pendapatan dari perusahaan. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Lisa Agustina (2012),
Tolla Nur (2012) dan Lia Rosalina (2013) yang
menemukan bahwa Earning Per Share (EPS) memberikan
pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ha3 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
57
2.4.4. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net
Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih
dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja
perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini
menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan.Semakin besar rasio
ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara
laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih
menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan
perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan
margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi
pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu
resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan
netto per rupiah penjualan.
Tandelilin (2010:236) berpendapat bahwa : “Jika laba
perusahaan tinggi maka pengembalian investasi
perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan
58
tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga
harga saham tersebut akan mengalami kenaikan”. Dari
pendapat pakar diatas, laba yang diwakili Net Profit
Margin (NPM) mempunyai hubungan signifikan terhadap
harga saham. Apabila Net Profit Margin (NPM) naik
mengindikasikan laba perusahaan meningkat dan investor
akan tertarik dengan kenaikan laba bersih perusahaan,
maka mengakibatkan permintaan saham perusahaan
tersebut meningkat sehingga akan menaikkan harga saham
karena jumlah permintaan saham tersebut lebih besar
dibandingkan penawarannya. Begitu juga sebaliknya,
apabila laba menurun maka akan menyebabkan permintaan
saham turun sehingga harga saham juga akan turun.
Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Lisa
Agustina (2012) yang menemukan bahwa NPM memberikan
pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ha4 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
59
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memperjelas suatu penulisan, maka diberikan
suatu penjelasan definisi operasional yaitu penjelasan
secara khusus variabel-variabel yang akan diteliti, sebagai
berikut :
1. Harga Saham
Harga saham yang digunakan adalah harga saham
penutupan (closing price) periode akhir pembukuan
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2009-2012.
Dalam penelitian ini harga saham adalah variabel
dependen yang dilambangkan dengan Y dan diukur
berdasarkan nilai nominal.
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah rasio laba bersih setelah
dikurangi pajak terhadap modal sendiri dengan tujuan
untuk mengukur tingkat hasil pengembalian dari
investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham masing-
60
masing perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2012.
Dalam penelitian ini Return On Equity (ROE) adalah
variabel independen yang dilambangkan dengan X1 dan
diukur berdasarkan nilai rasio.
3. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antar laba bersih
yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan berapa
besar laba bersih yang diperoleh yang diukur dari
nilai aktiva masing-masing perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2009-2012.
Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) adalah variabel
independen yang dilambangkan dengan X2 dan diukur
berdasarkan nilai rasio.
4. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah perbandingan antara laba
bersih setelah pajak (earning after tax) dengan jumlah
lembar saham yang beredar pada masing-masing
61
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2009-2012.
Dalam penelitian ini Earning Per Share (EPS) adalah
variabel independen yang dilambangkan dengan X3
dan
diukur berdasarkan nilai nominal.
5. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih
(Net Profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi engan
seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan
penjualan. Semakin tinggi Net Profit Margin (NPM) maka
semakin baik operasi masing-masing perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2009-2012.
Dalam penelitian ini Net Profit Margin (NPM) adalah
variabel independen yang dilambangkan dengan X4
dan
diukur berdasarkan nilai rasio.
3.2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
jumlah keseluruhan laporan keuangan tahunan selama 4 tahun
periode 2009 – 2012 pada perusahaan makanan dan minuman yang
telah Go Public dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
62
Sampel yang dipilih pada penelitian ini dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu yang memenuhi
kriteria - kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang
diinginkan peneliti dan dipilih berdasarkan pertimbangan
tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan
dicapai. Kriteria sampel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan makanan dan minuman yang Go public dan
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak
1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2012.
b. Perusahaan makanan dan minuman yang menyajikan
laporan keuangan per 31 Desember untuk periode
2009, 2010, 2011, dan 2012 serta mempunyai laporan
keuangan lengkap sesuai dengan data yang diperlukan
dalam variabel penelitian.
Berdasarkan karakteristik pemilihan sampel diatas
diperoleh perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel
penelitian.
Tabel 3.1 berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel
dengan metode purposive sampling.
63
Tabel 3.1.
Seleksi sampel
Keterangan Jumlah Jumlah perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun
2012
(15 perusahaan x 4 tahun)
60
Pengurangan sampel kriteria 1
Perusahaan tidak terdaftar sebelum 1 Januari 2009
dan delisting selama periode 2009, 2010, 2011 dan
2012
(3 perusahaan x 4 tahun)
(12)
Pengurangan sampel kriteria 2
Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan per
31 Desember, serta tidak memiliki data laporan
keuangan secara lengkap sesuai dengan data yang
diperlukan
(1 perusahaan x 4 tahun)
(4)
Jumlah sampel terseleksi 44Sumber : Data diolah
64
Tabel 3.2
Sampel Terseleksi
No Perusahaan Kode1 Akasha Wira International Tbk ADES2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA3 Cahaya Kalbar Tbk CEKA4 Siantar Top Tbk STTP5 Delta Djakarta Tbk DLTA6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF7 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI8 Mayora Indah Tbk MYOR9 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN10 Sekar Laut Tbk SKLT
11Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
Sumber : Data diolah
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
data sekunder dari perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang
digunakan adalah data laporan tahunan untuk periode 2009-
2012, dimana pada periode tersebut cukup mewakili kondisi
BEI yang relatif normal. Selain laporan keuangan yang
berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia, data yang
digunakan juga berasal dari buku-buku referensi, internet
dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan
pembahasan penelitian.
65
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode
dokumenter, yaitu dengan cara pengumpulan data-data yang
berkaitan dengan variabel-variabel sebagai deteksi yang
mempengaruhi harga saham. Metode dokumentasi/studi
kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
menggunakan teori-teori atau konsep yang dapat dipakai dalam
pembahasan masalah penelitian yang meliputi dokumen-dokumen
yang sudah ada maupun jurnal–jurnal penelitian, koran, dan
literatur-literatur lainnya yang mendukung penelitian ini,
kemudian dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan yaitu
mengenai jenis, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan
gambaran cara mengolah data.
3.5. Teknik Analisis
3.5.1. Uji Asumsi Dasar
Uji asumsi digunakan untuk memberikan pre-test / uji
awal terhadap suatu perangkat/instrument yang digunakan
dalam pengumpulan data, bentuk data dan jenis data awal yang
akan diproses lebih lanjut dari suatu kumpulan data awal
yang telah diperoleh, sehingga syarat untuk mendapatkan data
66
yang tidak bias menjadi terpenuhi sehingga prinsip BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, baik variabel dependen maupun variabel
independen, keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak.Model regresi yang baik adalah model regresi yang
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2006: 110).
Untuk membuktikan apakah data yang digunakan dalam
penelitian ini terdistribusi normal dapat dilihat dari
titik - titik pada grafik menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada grafik
normal p-p plot. Apabila titik - titik pada grafik
menyebar jauh dari arah garis diagonal pada grafik normal
p-p plot maka, data tersebut tidak terdistribusi dengan
baik atau tidak normal.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
67
Uji multikolinearitas merupakan salah satu alat uji
asumsi regresi yang bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Jika terjadi korelasi maka terdapat
masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas
dilakukan dengan dengan menghitung nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tiap - tiap variabel independen dan melalui
kolom Collinearity Statistics pada tabel Coefficients, jika nilai VIF
ada di sekitar angka 1 dan nilai Tolerance mendekati angka
1, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Multikolinearitas terjadi jika nilai Variance Inflation
Factor (VIF) melebihi 10, dan jika nilai Variance Inflation Factor
(VIF) kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar
variabel independen masih bisa ditolerir. Model regresi
yang baik adalah model yang tidak terjadi
multikolinearitas (Ghozali, 2006: 91).
Dasar pengambilan keputusan :
1. VIF >10 : Antar variabel independen terjadi
multikolinieritas.
2. VIF <10 : Antar variabel independen tidak terjadi
multikolinieritas.
68
b. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu (error term) pada suatu periode dengan kesalahan
pada periode sebelumnya yang biasanya terjadi karena
menggunakan data time series. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006:
95).
Dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokolerasi
69
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokolerasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokolerasi positif No Decision dl _ d _ du
Tidak ada autokolerasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokolerasi negatif No Decision 4 – du _ d _ 4
– dl
Tidak ada autokolerasi positif
atau negatif
Tidak
ditolak
du < d < 4 –
du
Keterangan : du = batas atas dan dl = batas bawahSumber :Ghozali (2006: 96)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas, dan
sebaliknya jika varians berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau
tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola
70
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED,
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di
studentized.
Dasar analisis :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini pengujian menggunakan statistik
deskriptif untuk menganalisis data. Analisis data yang
digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang
merupakan pencatatan data yang disertai angka - angka yang
dapat memberikan gambaran yang objektif dari masalah yang
dianalisis.
71
Analisis regresi adalah suatu teknik untuk membangun
persamaan dan mengggunakan persamaan tersebut untuk
memperkirakan apa dan bagaimana kemungkinan kejadian di masa
mendatang bisa diestimasi. Persamaan regresi adalah
persamaan yang mendefinisikan sifat hubungan antara dua atau
lebih variabel.
Regresi linear sederhana adalah suatu alat analisis
dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan
matematis antara dua variabel, yaitu variabel independen
atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel
terikat.
Pada analisis regresi linear sederhana hanya
menggunakan satu variabel bebas saja. Jika ditulis dalam
bentuk persamaan, model regresi sederhana menurut Ghozali
(2006: 164) adalah Y = a + bx.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah persamaan regresi linear berganda karena menggunakan
4 (empat) variabel independen dan 1 (satu) variabel
dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Return
On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Net
Profit Margin (NPM) terhadap harga saham dengan menggunakan
72
metode regresi linear berganda yang menggunakan alat bantu
SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0. Hal ini
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: (Ghozali,
2006: 164)
Dimana :
Y : Harga saham (closing price)
a : Konstanta
b1, b2, b3, b4 : Koefisien regresi masing - masing
variabel independen
x1 : Return On Equity (ROE)
x2 : Return On Asset (ROA)
x3 : Earning Per Share (EPS)
x4 : Net Profit Margin (NPM)
e : Error term
3.6. Uji Hipotesis
Untuk melakukan uji hipotesis maka digunakan uji
hipotesis keberpengaruhan. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan
Y = a + b1 x1 +b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + e
73
terhadap variabel dependen. Rumusan hipotesis statistik
sebagai berikut :
Ho1 : Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Ha1 : Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Ho2 : Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Ha2 : Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Ho3 : Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Ha3 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
74
Ho4 : Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Ha4 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis yaitu
sebagai berikut:
a. Uji t signifikansi
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dikemukakan
maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t
signifikansi. Uji t ini digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara
signifikansi t dengan α (0,05).
1. Apabila t sig < 0,05, maka Ha diterima dan menolak
Ho yang berarti bahwa variable independen
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
variable dependen.
75
2. Apabila t sig > 0,05, maka Ha ditolak dan menerima
Ho yang berarti bahwa variabel independen tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Objek Penelitian
Perusahaan go public merupakan perusahaan yang
terbuka atau perusahaan publik dan para pemegang
sahamnya tidak hanya pihak dari internal tetapi juga dari
publik. Transparansi perusahaan merupakan hal yang
harus diperhatikan karena menyangkut dengan masyarakat
umum, para investor dan media massa (BAPEPAM-LK, 2009).
Perusahaan go public merupakan salah satu cara badan
usaha untuk memperoleh dana yaitu dengan cara menjual
dan menawarkan untuk melepaskan hak atas saham dengan
pembayaran. Badan usaha dapat go public dengan cara
menjual saham baru yang berasal dari modal dasar maupun
saham lama yang berasal dari modal yang sudah disetor
(Sumantoro, 1990 : 64).
Seluruh perusahaan yang go public telah tercatat di
Bursa Efek Indonesia dan diklasifikasikan ke dalam 9
sektor yang didasarkan pada klasifikasi industrI yang
77
ditetapkan oleh NEJ atau disebut dengan JASICA (Jakarta
Stock Exchange Industrial Classification).
Adapun 9 sektor yang go public dan telah tercatat di
Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Pertambangan
3. Sektor Industri Dasar dan Kimia
4. Sektor Aneka Industri
5. Sektor Industri Barang Konsumsi
6. Sektor Properti dan Real Estate
7. Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
8. Sektor Keuangan
9. Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Penelitian ini menggunakan perusahaan sektor
industri barang konsumsi yaitu makanan dan minuman
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 sebagai
objeknya. Adapun populasi sasaran merupakan perusahaan
industri barang konsumsi sektor makanan dan minuman
yang menerbitkan laporan keuangan lengkap per 31
78
Desember 2009 sampai dengan 31 Desember 2012, serta
tersedia data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Adapun nama-nama perusahaan yang terpilih menjadi
populasi sampel, dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Sampel
No Perusahaan Kode1 Akasha Wira International Tbk ADES2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA3 Cahaya Kalbar Tbk CEKA4 Siantar Top Tbk STTP5 Delta Djakarta Tbk DLTA6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF7 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI8 Mayora Indah Tbk MYOR9 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN10 Sekar Laut Tbk SKLT
11Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2013 (diolah
kembali)
4.2 Deskriptif Variabel Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya
penelitian ini dimaksudkan untuk menguji dan
menganalisis pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Asset
79
(ROA), Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM)
terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang
Go Public yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009 sampai dengan 2012. Untuk
mengetahui tujuan tersebut maka perlu mengetahui
perkembangan masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Harga Saham
Harga saham adalah nilai per lembar saham
merupakan harga yang berlaku sekarang dimana saham
diperdagangkan (Martono dan Harjito, 2005: 235).
Harga saham yang digunakan adalah harga saham
penutupan (closing price) dari tahun 2009 sampai dengan
2012.
Berikut ini adalah tabel daftar harga saham pada
perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
80
Tabel 4.2 Harga Saham (Closing Price) PerusahaanMakanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia(BEI) Periode Tahun 2009-2012 (dalamRupiah)
Nama Perusahaan KodePerusahaa
n
2009 2010 2011 2012
Akasha Wira International Tbk ADES 640 1.620 1.010 1.920Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 360 780 495 1.080Cahaya Kalbar Tbk CEKA 1.490 1.100 950 1.300Siantar Top Tbk STTP 250 385 690 1.050
Delta Djakarta Tbk DLTA62.000 120.00
0111.50
0255.00
0Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 3.550 4.875 4.600 5.850
Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
177.000
274.950
359.000
740.000
Mayora Indah Tbk MYOR 4.500 10.750 14.250 20.000Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 110 80 310 205
Sekar Laut Tbk SKLT 150 140 140 180Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
580 1.210 1.080 1.330
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2013 (diolah
kembali)
81
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa
selama periode pengamatan 2009-2012 harga saham
tertinggi terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp
740.000,00 yang dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia
Tbk dengan kode perusahaan MLBI dan harga saham terendah
Rp 80,00 terjadi pada PT Prashida Aneka Niaga Tbk
ditahun 2010.
Pada PT Akasha Wira International Tbk, PT Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Cahaya Kalbar Tbk, PT
Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Prashida Aneka Niaga Tbk,
PT Sekar Laut Tbk, dan PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk harga sahamnya berfluktuasi,
terdapat kenaikan dan juga penurunan harga saham
sepanjang tahun 2009-2012.
Pada PT Siantar Top Tbk, PT Multi Bintang Indonesia
Tbk dan PT Mayora Indah Tbk mengalami peningkatan harga
saham dikarenakan kinerja perusahaan tersebut mengalami
kenaikan sepanjang tahun 2009-2012, sehingga banyak
investor yang ingin menanamkan sahamnya pada perusahaan
tersebut. Dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya
peningkatan harga saham yaitu, perusahaan akan
82
membagikan deviden dan keuntungan yang cukup tinggi
kepada investor. Sedangkan harga saham pada PT Prashida
Aneka Niaga Tbk tahun 2010 kinerja perusahaan tersebut
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sehingga
banyak investor yang menjual sahamnya di bursa. Dampak
yang akan ditimbulkan dengan adanya penurunan harga
saham yaitu, perusahaan akan membagikan dividen dan
keuntungan yang cukup rendah kepada investor.
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal
sendiri yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno,
2009:223).
Berikut ini adalah tabel daftar Return On Equity
(ROE) pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
83
Tabel 4.3 Return On Equity (ROE) Perusahaan Makanan
dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode Tahun 2009-2012 (dalam persen)
Nama Perusahaan KodePerusahaa
n
2009 2010 2011 2012
Akasha Wira International Tbk ADES 25,5 33,58 23,56 18,06Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 12,24 16,36 10,10 15,95
Cahaya Kalbar Tbk CEKA 23,24 13,07 32,16 18,06Siantar Top Tbk STTP 9,85 10,08 12,32 16,06Delta Djakarta Tbk DLTA 30,16 33,40 35,76 48,06
Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 40,02 32,37 20,10 18,48
Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
449,09
126,09 128,33 184,10
Mayora Indah Tbk MYOR 31,86 33,06 25,84 31,28Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 46,70 28,36 17,99 12,40
Sekar Laut Tbk SKLT 10,94 5,22 6,52 9,01Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
8,25 15,63 11,18 27,31
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2013 (diolah
kembali)
84
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa
nilai rasio Return On Equity tertinggi diantara tahun 2009-
2012 terjadi pada tahun 2009 sebesar 449,09% yang
terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI).
Return On Equity terendah yaitu 5,22% yang terjadi pada
perusahaan PT Sekar Laut Tbk pada tahun 2010.
Nilai Return On Equity Pada PT Akasha Wira
International Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
Cahaya Kalbar Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Sekar Laut
Tbk dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Tbk tidak stabil karena mengalami kenaikan dan penurunan
sepanjang tahun 2009-2012.
Pada PT Siantar Top Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, PT
Multi Bintang Indonesia Tbk dan PT Prashida Aneka Niaga
Tbk terjadi peningkatan nilai Return On Equity disepanjang
tahun 2009-2012. Semakin meningkatnya ROE dari tahun ke
tahun tersebut menunjukkan bahwa perusahaan telah
efektif dalam menghasilkan laba bersih dari modal
pemilik, yang berarti perusahaan mampu memberikan
keuntungan bagi pemegang saham pada perusahaan tersebut.
Sedangkan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk Return On
85
Equity terus mengalami penurunan disepanjang tahun 2009-
2012. Hal ini bisa disebabkan karena kurang efisiennya
perusahaan dalam mengelola modal sendiri yang
dimilikinya, sehingga akan menghasilkan laba yang kurang
optimal.
3. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba
bersih yang berbanding terbalik dengan keseluruhan
aktivanya untuk menghasilkan laba. Rasio ini
menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh
perusahaan diukur dari nilai aktivanya.
Berikut ini adalah tabel daftar Return On Asset (ROA)
pada perusahaan makanan dan minuman cenderung yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 4.4 Return On Asset (ROA) Perusahaan Makanandan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Tahun 2009-2012 (dalam persen)
Nama Perusahaan KodePerusahaa
n
2009 2010 2011 2012
86
Akasha Wira International Tbk ADES 9,76 10,34 9,37 19,69Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA
3,89 4,86 5,16 8,38
Cahaya Kalbar Tbk CEKA 12,33 4,74 15,82 8,14Siantar Top Tbk STTP 7,26 6,94 6,46 7,45Delta Djakarta Tbk DLTA
23,41 27,23 29,43 38,57
Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 10,06 11,49 11,85 10,63Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 47,56 52,25 55,74 52,71Mayora Indah Tbk MYOR 15,52 14,97 9,49 11,56Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 16,56 9,46 8,81 7,44
Sekar Laut Tbk SKLT 6,33 3,10 3,74 4,67Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
5,67 10,11 7,20 18,91
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2013 (diolah
kembali)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa
nilai rasio Return On Asset tertinggi diantara tahun 2009-
2012 terjadi pada tahun 2011 sebesar 55,74% yang
terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk dan Return
On Asset terendah yang terjadi di tahun 2010 pada PT Sekar
Laut Tbk yaitu 3,10%.
87
Nilai Return On Asset pada PT Akasha Wira International
Tbk, PT Cahaya Kalbar Tbk, PT Siantar Top Tbk, PT
Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Multi Bintang Indonesia
Tbk, PT Mayora Indah Tbk dan PT Sekar Laut Tbk
menagalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil
disepanjang tahun 2009-2012. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena kelemahan dalam efisiensi operasi atau
kelemahan dalam penggunaan asset perusahaan yang dapat
mengakibatkan tidak stabilnya pada nilai pengembalian
investasi, dimana investasi tersebut merupakan aset bagi
perusahaan.
Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Delta
Djakarta Tbk dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk mengalami kenaikan disepanjang tahun 2009-
2012 yang berarti perusahaan tersebut mampu memanfaatkan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan.
4. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) memberikan gambaran seberapa
besar satu lembar saham dapat memberikan keuntungan
88
pada pemegang saham. Earning Per Share (EPS) diperoleh
dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan jumlah saham beredar. Earning Per Share (EPS)
yang tinggi mengartikan perusahaan tersebut
memiliki saham yang baik dan memiliki prospek yang
bagus.
Berikut ini adalah tabel daftar Return On Asset (ROA)
pada perusahaan makanan dan minuman cenderung yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 4.5 Earning Per Share (EPS) Perusahaan Makanandan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Tahun 2009-2012 (dalam Rupiah)
Nama Perusahaan KodePerusahaa
n
2009 2010 2011 2012
Akasha Wira International Tbk ADES 27,67 53,67 43,85 141,33Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 22,60 45,00 89,68 86,69Cahaya Kalbar Tbk CEKA 166,26 99,37 323,72 196,12Siantar Top Tbk STTP 31,35 32,54 32,58 56,96
Delta Djakarta Tbk DLTA7.900,0
08.715,1
39.474,3
913.327,8
9
89
Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 236,42 336,30 571,43 554,84
Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
16.158,42
21.021,17
24.080,78
21.518,98
Mayora Indah Tbk MYOR 485,48 631,48 631,15 971,10Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 22,53 8,97 16,57 17,79
Sekar Laut Tbk SKLT 18,53 7,00 8,65 11,52Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ 21,17 37,09 35,08 122,36Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2013 (diolah kembali)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa
nilai Earning Per Share tertinggi diantara tahun 2009-2012
ditunjukan pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 24.080,78
yang terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)
dan Earning Per Share paling rendah sebesar Rp 7,00 yang
terjadi pada perusahaan PT Sekar Laut Tbk pada tahun
2010.
Pada PT Akasha Wira International Tbk, PT Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Cahaya Kalbar Tbk, PT
Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Multi Bintang Indonesia
Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Prashida Aneka Niaga Tbk,
PT Sekar Laut Tbk dan PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk mengalami penurunan dan kenaikan
90
nilai EPS disepanjang tahun 2009-2012. Dengan adanya
penurunan dan kenaikan Earning Per Share menandakan bahwa
perusahaan kurang mampu memberikan tingkat kesejahteraan
sebagaimana yang diharapkan oleh para pemegang saham.
Pada PT Siantar Top Tbk dan PT Delta Djakarta Tbk
mengalami kenaikan nilai EPS disepanjang tahun 2009-
2012. Hal ini disebabkan karena perusahaan mengalami
keuntungan yang cukup tinggi. Dampak yang akan
ditimbulkan dengan adanya kenaikan EPS yaitu, perusahaan
akan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih
baik kepada pemegang sahamnya.
5. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah merupakan rasio antara
laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi
seluruh beban termasuk pajak dibandingkan dengan
penjualan. Semakin tinggi rasio Net Profit Margin (NPM)
berarti laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga
semakin besar (Syamsuddin, 2004:62).
Berikut ini adalah tabel daftar Net Profit Margin
(NPM) pada perusahaan makanan dan minuman cenderung
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
91
Tabel 4.6 Net Profit Margin (NPM) Perusahaan Makanandan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Tahun 2009-2012 (dalam persen)
Nama Perusahaan KodePerusahaa
n
2009 2010 2011 2012
Akasha Wira International Tbk ADES 12,14 14,47 8,64 16,07Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA
7,09 10,67 8,55 11,80
Cahaya Kalbar Tbk CEKA 4,14 4,12 7,78 7,45Siantar Top Tbk STTP 6,55 5,59 4,15 7,25Delta Djakarta Tbk DLTA
17,08 25,48 26,90 39,93
Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 5,59 7,69 11,07 12,60Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 21,06 24,74 27,30 28,93Mayora Indah Tbk MYOR 7,79 6,70 5,12 9,13Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 5,48 1,39 1,91 3,89Sekar Laut Tbk SKLT 4,63 1,54 1,74 2,90Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
3,79 5,70 4,82 16,29
92
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2013 (diolah
kembali)
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui
bahwa nilai rasio Net Profit Margin tertinggi diantara tahun
2009-2012 ditunjukkan pada tahun 2012 sebesar 39,93%
yang terdapat pada PT Delta Djakarta Tbk (DLTA). Net
Profit Margin dan Net Profit Margin terendah sebesar 1,39% yang
terjadi pada perusahaan PT Prashida Aneka Niaga Tbk pada
tahun 2010.
Nilai Net Profit Margin pada PT Akasha Wira
International Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
Cahaya Kalbar Tbk, PT Siantar Top Tbk, PT Mayora Indah
Tbk, PT Prashida Aneka Niaga Tbk, PT Sekar Laut Tbk dan
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
terjadi kenaikan dan penurunan yang tidak stabil
disepanjang tahun 2009-2012. Hal ini bisa disebabkan
karena biaya-biaya yang dilakukan perusahaan kurang
efisien sehingga mengurangi laba yang diperoleh oleh
perusahaan.
Pada PT Delta Djakarta Tbk, PT Indofood Sukses
Makmur Tbk dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk mengalami
93
kenaikan dari tahun ke tahun selama periode tahun 2009-
2012. Nilai Net Profit Margin yang tinggi tersebut tidak
hanya menunjukkan kekuatan bisnis tetapi juga semangat
yang kuat dari pihak manajemen untuk melakukan control
terhadapa biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut
memiliki efisiensi yang tinggi dan juga menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi
dari penjualannya.
4.3 Uji Asumsi Dasar dan Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan
model regresi linear berganda dengan metode estimasi
Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi
dasar dan asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat
tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator).
Pengujian asumsi dasar dan asumsi klasik dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan program
statistik. Menurut Ghozali (2005:123), asumsi klasik
yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Berdistribusi normal.
b. Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel
independen dalam model regresi tidak memiliki
94
korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun
mendekati sempurna.
c. Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam
model regresi tidak saling berkolerasi.
d. Non-Heterokedastisitas, artinya varians variabel
independen dari salah satu pengamatan ke pengamatan
lain adalah konstan atau sama.
4.3.1. Uji Asumsi Dasar
Menurut Wibowo (61:2012) uji normalitas termasuk
dalam uji asumsi dasar. Oleh karena itu penulis
terlebih dahulu melakukan uji asumsi dasar melalui
uji normalitas lalu dilanjutkan dengan uji asumsi
klasik yang melalui uji multikolinearitas, uji
autokerelasi dan uji heterokedastisitas.
a.Uji Normalitas
Uji data statistik dengan model Kolmogorov
Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data
sudah terdistribusi normal atau tidak (Ghozali,
2006:114), memberikan pedoman pengambilan
keputusan tentang data yang merupakan
terdistribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov
95
Smirnov dapat dilihat dari tingkat signifikansi
variabelnya, dimana jika signifikansinya lebih
dari 0,05 maka menunjukkan data terditribusi
dengan normal. Jika signifikansinya dibawah 0,05
maka data tidak terdistribusi dengan normal.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
96
ROE ROA EPS NPM HARGASAHAM
N 44 44 44 44 44
Normal Parametersa,,b
Mean 39.9477 15.1150 2917.9911 10.6284 49737.73
Std. Deviation 71.77447 13.86971 6434.06450 8.75359 133913.634
Most Extreme Differences
Absolute .364 .261 .437 .204 .406
Positive .364 .261 .437 .204 .406
Negative -.314 -.193 -.325 -.146 -.355
Kolmogorov-Smirnov Z 2.416 1.734 2.899 1.355 2.693
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .005 .000 .051 .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Output SPSS, 2014
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8
diketahui bahwa terdapat empat variabel bernilai
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu ROE 0,000, ROA 0,005,
EPS 0,000 dan Harga Saham 0,000. Hanya satu variabel
bernilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu NPM 0,051. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa data residual tersebut tidak
berdistribusi normal.
Data yang tidak berdistribusi normal dapat disebabkan
adanya data yang outlier, yaitu data yang memiliki nilai yang
sangat menyimpang.
Untuk mengubah nilai residual agar menjadi normal,
peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma
natural (LN) dari HargaSaham = f(ROE,ROA,EPS,NPM) menjadi
97
LN_HargaSaham (LN_ROE, LN_ROA, LN_EPS, LN_NPM). Setelah
dilakukan tranformasi data ke model logaritma natural,
selanjutnya data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas.
Table 4.8 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_ROE LN_ROA LN_EPS LN_NPM LN_HARGASAHAM
N 44 44 44 44 44
Normal Parametersa,,b Mean 3.1492 2.4164 5.2035 2.0563 7.8156
Std. Deviation
.87190 .73918 2.43674 .81203 2.46942
Most Extreme Differences
Absolute .156 .130 .138 .073 .182
Positive .156 .130 .138 .070 .182
Negative -.071 -.066 -.121 -.073 -.097
Kolmogorov-Smirnov Z 1.035 .865 .913 .482 1.207
Asymp. Sig. (2-tailed) .234 .443 .375 .974 .108
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.Sumber: hasil output SPSS, 2014
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogrov-
Smirnov pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) Kolmogrov-Smirnov yang lebih dari 0,05.
98
Berikut ini adalah hasil output dari pengujian
normalitas dengan menggunakan grafik normal P-P plot yang
dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik P-P Plot Sumber: Hasil Output SPSS, 2014
Pada grafik normal p-p plot terlihat bahwa data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah
memenuhi asumsi normalitas.
99
4.3.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan
melihat nilai Variance Inflantion Factor (VIF) dan
nilai tolerance lawannya. Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah
yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih tapi dijelaskan oleh
variabel lainnya. Multikolinearitas terjadi
jika nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan
Variance Inflantion Factor (VIF) > 10.
Tabel 4.9 Collinearity Statistic
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LN_ROE .206 4.843
LN_ROA .123 8.147
LN_EPS .184 5.444
LN_NPM .312 3.204
100
a. Dependent Variable: LN_HARGASAHAMSumber: Hasil Output SPSS, 2014
Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa
nilai VIF keempat variabel, yaitu ROE (LN_ROE)
4,843, ROA (LN_ROA) 8,147, EPS (LN_EPS) 5,444,
NPM (LN_NPM) 3,204. Nilai VIF keempat variabel
tersebut lebih kecil dari 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa antar variabel independen
tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakah suatu model linear ada korelasi antar
kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya
terjadi pada regresi yang datanya time series.
101
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi masalah dalam autokorelasi
diantaranya adalah dengan uji Durbin Watson.
Pengambilan kepututsan ada tidaknya autokorelasi
menurut Sunyoto (2009:91) adalah sebagai
berikut:
1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada
autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti
tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W diatas +2 berarti ada
autokorelasi negative
Tabel 4.10 Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted RSquare
Std. Error ofthe Estimate Durbin-Watson
1 .978a .956 .951 .54624 1.279a. Predictors: (Constant), LN_NPM, LN_ROE, LN_EPS, LN_ROA b. Dependent Variabel: LN_HARGA SAHAM
Sumber: Hasil Output SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa
nilai Durbin Watson sebesar 1,279. Nilai tersebut
berada diantara -2 sampai +2, maka dapat
102
disimpulkan model regresi tidak terjadi
autokorelasi.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2006:105).
Model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi heterokedastisitas.
Cara mendeteksi ada tidaknya gejala
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik
scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data
dengan menggunakan program SPSS. Dasar
pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian
103
menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot
untuk menguji apakah terjadi gejala
heterokedastisitas atau tidak dengan cara
mengamati penyebaran titik-titik pada grafik
dibawah ini.
104
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas (Scatterplot)
Sumber: Hasil Output SPSS, 2014
Berdasarkan gambar 4.2 diatas menunjukkan grafik
scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas, sehingga model regresi ini layak
dipakai untuk memprediksi harga saham perusahaan
makanan dan minuman yang Go Public berdasarkan masukkan
variabel independen yaitu ROE, ROA, EPS dan NPM.
105
4.4 Uji Regresi Linear Berganda
4.4.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analsisis statistik deskriptif dilakukan agar
dapat memberikan gambaran terhadap variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan lima variabel independen yaiitu Return On
Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS),
dan Net Profit Margin (NPM). Sedangkan variabel dependen
dari penelitian ini adalah harga saham penutupan
(closing price). Deskriptif variabel atas data yang
digunakan yaitu empat tahun dari tahun 2009 sampai
dengan 2012 sehingga jumlah data keseluruhan berjumlah
44 dari 11 perusahaan makanan dan minuman di Bursa
Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan
program (Statistical Product and Service Solution)
versi 17.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:
Tabel 4.11 Descriptive Statistic
106
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum MeanStd.
Deviation
ROE 44 5.22 449.09 39.9477 71.77447
ROA 44 3.10 55.74 15.1150 13.86971
EPS 44 7.00 24080.78 2917.9911 6434.06450
NPM 44 1.39 39.93 10.6284 8.75359
HARGASAHAM 44 80 740000 49737.73 133913.634
Valid N (listwise)
44
Sumber: Hasil Output SPSS, 2014
Berdasarkan data dari tabel 4.11 dapat dijelaskan
bahwa:
1. Variabel Return On Equity (X2) memiliki sampel (N)
sebanyak 44, dengan nilai minimum (terkecil) 5,22,
nilai maksimum (terbesar) 449,10 dan mean (nilai
rata-rata) 39,94. Standar deviation (simpangan baku)
variabel ini adalah 71,78.
2. Variabel Return On Assets (X3) memiliki sampel (N)
sebanyak 44, dengan nilai minimum (terkecil) 3,10,
nilai maksimum (terbesar) 55,74 dan mean (nilai
rata-rata) 15,11. Standar deviation (simpangan baku)
variabel ini adalah 13,87.
107
3. Variabel Earning Per Share (X4) memiliki sampel (N)
sebanyak 44, dengan nilai minimum (terkecil) 7,00,
nilai maksimum (terbesar) 24.080,78 dan mean (nilai
rata-rata) 2.917,99. Standar deviation (simpangan baku)
variabel ini adalah 6.434,06.
4. Variabel Net Profit Margin (X5) memiliki sampel (N)
sebanyak 44, dengan nilai minimum (terkecil) 1,39,
nilai maksimum (terbesar) 39,93 dan mean (nilai
rata-rata) 10,62. Standar deviation (simpangan baku)
variabel ini adalah 8,75.
5. Variabel Harga Saham (Y) memiliki sampel (N)
sebanyak 44, dengan nilai minimum (terkecil) 80,
nilai maksimum (terbesar) 740.000 dan mean (nilai
rata-rata) 4.9737,73. Standar deviation (simpangan baku)
variabel ini adalah 133.913,63.
4.4.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Setelah mendapatkan model regresi yang memenuhi
beberapa asumsi-asumsi klasik, maka model regresi yang
dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model
estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan dapat
108
dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu
melakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengolahan
data dengan analisis regresi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.12
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.607 .350 7.449 .000
LN_ROE .133 .210 .047 .634 .529
LN_ROA -.239 .322 -.072 -.743 .462
LN_EPS .982 .080 .969 12.313 .000
LN_NPM .124 .184 .041 .677 .503a. Dependent Variabel: LN_HARGA SAHAMSumber: Hasil Output SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 4.12 diatas pada kolom
Unstandardized Coefficients Beta diperoleh model persamaan
regresi linear berganda, yaitu :
Y = 2,607 + 0,133LN_X1 – 0,239LN_X2 + 0,982LN_X3 +
0,124LN_X4
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
109
a. Konstanta sebesar 2,607 artinya apabila ROE, ROA,
EPS dan NPM nilainya tidak ada atau sama dengan 0
(nol) maka nilai harga saham adalah 2,607.
b. Unstandardized Coefficients Beta ini menggambarkan bahwa
setiap kenaikan Return On Equity sebesar 1 satuan,
maka harga saham akan mengalami peningkatan
sebesar 0,133.
c. Unstandardized Coefficients Beta ini menggambarkan bahwa
setiap penurunan Return On Asset sebesar 1 satuan,
maka harga saham akan mengalami penurunan sebesar
-0,239.
d. Unstandardized Coefficients Beta ini menggambarkan bahwa
setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1 satuan,
maka harga saham akan mengalami peningkatan
sebesar 0,982.
e. Unstandardized Coefficients Beta ini menggambarkan bahwa
setiap kenaikan Net Profit Margin sebesar 1 satuan,
maka harga saham akan mengalami peningkatan
sebesar 0,124.
4.5 Pengujian Hipotesis
110
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua, apakah
masing-masing variabel independen (Return On Equity, Return
On Asset, Earning Per Share, Net Profit Margin) secara signifikan
berpengaruh terhadap variabel dependen (Harga Saham).
Berikut hasil uji t dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.13
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.607 .350 7.449 .000
LN_ROE .133 .210 .047 .634 .529
LN_ROA -.239 .322 -.072 -.743 .462
LN_EPS .982 .080 .969 12.313 .000
LN_NPM .124 .184 .041 .677 .503a. Dependen Variabel: LN_HARGA SAHAMSumber: Hasil Output SPSS, 2014
111
Dalam penelitian ini sebelum membandingkan thitung
dengan ttabel maka terlebih dahulu menentukan nilai ttabel
dengan cara rumus df = (n-k) yaitu df = 44 - 5 = 39,
dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah
variabel, dengan taraf nyata sebesar 5% atau 0,05,
sehingga menghasilkan ttabel sebesar 2,022.
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui
hubungan masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial sebagai berikut:
1. Diketahui nilai uji thitung secara individual
variabel Return On Equity sebesar 0,634 dengan
tingkat signifikansi (α) sebesar 0,529 dimana
nilai probabilitasnya lebih dari 0,05. Sehingga
dapat dibandingkan nilai thitung Return On Equity
sebesar 0,634 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar
2,022 yang berarti bahwa variabel Return On Equity
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
2. Diketahui nilai uji thitung secara individual
variabel Return On Asset sebesar -0,743 dengan
tingkat signifikansi (α) sebesar 0,462 dimana
112
nilai probabilitasnya lebih dari 0,05. Sehingga
dapat dibandingkan nilai thitung Return On Asset
sebesar -0,743 lebih kecil dari nilai ttabel
sebesar 2,022 yang berarti bahwa variabel Return
On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
3. Diketahui nilai uji thitung secara individual
variabel Earning Per Share sebesar 12,313 dengan
tingkat signifikansi (α) sebesar 0,000 dimana
nilai probabilitasnya kurang dari 0,05. Sehingga
dapat dibandingkan nilai thitung Earning Per Share
sebesar 12,313 lebih besar dari nilai ttabel
sebesar 2,022 yang berarti bahwa variabel Earning
Per Share secara signifikan berpengaruh terhadap
harga saham.
4. Diketahui nilai uji thitung secara individual
variabel Net Profit Margin sebesar 0,677 dengan
tingkat signifikansi (α) sebesar 0,503 dimana
nilai probabilitasnya lebih dari 0,05. Sehingga
dapat dibandingkan nilai thitung Net Profit Margin
sebesar 0,677 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar
113
2,022 yang berarti bahwa variabel Net Profit Margin
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
4.6 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui
analisis dan pengujian hipotesis, maka untuk memperoleh
gambaran hasil penelitian yang lebih komprehensif akan
dibahas lebih lanjut sesuai data hasil perhitungan
masing-masing variabel.
Dari hasil analisis pengaruh antara variabel independen
yaitu Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per
Share (EPS), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap variabel
dependen yaitu harga saham diperoleh persamaan regresi
berganda dengan menggunakan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 17.0 sebagai berikut:
Y = 2,607 + 0,133LN_X1 – 0,239LN_X2 + 0,982LN_X3 +
0,124LN_X4
1. Return On Equity (ROE)
114
Dari hasil analisis regresi berganda Return
On Equity memiliki Unstandardized Coefficients Beta
bertanda positif bernilai 0,133, maka dapat
dijelaskan bahwa variabel independen Return On
Equity memiliki arah hubungan positif terhadap
variabel dependen harga saham perusahaan sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009-2012, dimana kenaikan Return
On Equity akan mendorong kenaikan harga saham.
Namun hal ini tidak didukung oleh hasil uji t
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,529 dimana
nilai probabilitasnya lebih dari 0,05 yang
artinya variabel Return On Equity tidak memberikan
pengaruh signifikan terhadap harga saham. Tidak
berpengaruhnya Return On Equity bisa disebabkan oleh
kurang efisiennya perusahaan dalam mengelola
modal sendiri yang dimilikinya, sehingga kurang
menghasilkan laba yang optimal. Hal ini
memberikan indikator yang kurang baik untuk
mengetahui kemampuan perusahaan memberikan return
yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan
115
investor. Hal ini juga tidak mencerminkan
penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang
baik dan manajemen biaya yang efektif. Hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan teori
yang dikemukakan oleh Tambunan (2007:179) dimana
semakin tinggi nilai ROE yang dihasilkan oleh
perusahaan maka akan semakin tinggi harga
sahamnya. Hal kedua yang menyebabkan Return On
Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham dikarenakan data perusahaan yang fluktuatif
dan rentang data terlalu jauh yang dapat dilihat
pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk yang
mempunyai Return On Equity tertinggi pada tahun 2009
sebesar 449,09% sedangkan Return On Equity terendah
yaitu tahun 2010 PT Sekar Laut Tbk hanya 5,22%,
dengan data yang bervariasi dan rentang data yang
terlalu jauh pada masing-masing perusahaan maka
Return On Equity tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisa
Agustina (2012) dan Lia Rosalina (2013) yang
116
menemukan bahwa Return On Equity (ROE) tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
pertama dalam penelitian ini ditolak.
2. Return On Asset (ROA)
Dari hasil analisis regresi berganda Return
On Asset memiliki Unstandardized Coefficients Beta bertanda
negatif bernilai -0,239, maka dapat dijelaskan
bahwa variabel independen Return On Asset memiliki
arah hubungan negatif terhadap variabel dependen
harga saham perusahaan sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2009-2012, dimana kenaikan Return On Asset akan
menurunkan harga saham. Hal ini didukung oleh
hasil uji t dengan tingkat signifikansi sebesar
0,462 dimana nilai probabilitasnya lebih dari
0,05 yang artinya variabel Return On Asset tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap harga
saham. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
kelemahan dalam efisiensi operasi perusahaan
dalam penggunaan aset perusahaan yang
117
mengakibatkan penurunan pada nilai pengembalian
investasi, dimana investasi tersebut merupakan
aset bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
ketidakmampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan
untuk menghasilkan dapat laba dan menunjukkan
manajemen asset yang tidak efisien sehingga
menunjukkan prospek perusahaan yang kurang baik.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori
yang dikemukakan oleh Robert (1997:18) bahwa ROA
menunjukkan berapa besar laba bersih yang
diperoleh perusahaan yang diukur dari nilai
aktivanya. Semakin besar nilai ROA maka
menunjukkan kinerja yang semakin baik karena
tingkat kembalian semakin besar sehingga semakin
tinggi ROA maka harga saham akan semakin
meningkat. Tidak berpengaruhnya Return On Asset
terhadap harga saham juga dikarenakan data
perusahaan yang sangat fluktuatif dan rentang
data terlalu jauh yang dapat dilihat pada PT
Multi Bintang Indonesia Tbk yang mempunyai Return
On Asset teringgi pada tahun 2011 sebesar 55,74%
118
sedangkan Return On Asset terendah pada tahun 2010 PT
Sekar Laut Tbk hanya 3,10 %, dengan data yang
bervariasi dan rentang data yang terlalu jauh
pada masing-masing perusahaan maka Return On Asset
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lisa Agustina dan
Tolla Nur (2012) yang menemukan bahwa Return On
Asset (ROA) tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap harga saham. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini
ditolak.
3. Earning Per Share (EPS)
Dari hasil analisis regresi berganda Earning
Per Share memiliki Unstandardized Coefficients Beta
bertanda positif bernilai 0,982, maka dapat
dijelaskan bahwa variabel independen Earning Per
Share memiliki arah hubungan positif terhadap
variabel dependen harga saham perusahaan sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009-2012, dimana kenaikan Earning
119
Per Share akan mendorong kenaikan harga saham. Hal
ini didukung oleh hasil uji t dengan tingkat
signifikansi (α) sebesar 0,000 dimana nilai
probabilitasnya kurang dari 0,05 yang artinya
variabel Earning Per Share berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Hal ini juga didukung oleh
teori yang dikemukakan oleh Jones dalam Husnan
(2007:25) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi
yang kuat antara pertumbuhan laba Earning Per Share
dengan pertumbuhan harga saham. Elton dan Gruber
dalam Tandelilin (2007) juga mengungkapkan bahwa
adanya hubungan antara perubahan earning dengan
perubahan harga saham. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lisa Agustina (2012), Tolla Nur (2012) dan Lia
Rosalina (2013) yang menemukan bahwa Return On Asset
(ROA) tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap harga saham. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini
ditolak.
4. Net Profit Margin (NPM)
120
Dari hasil analisis regresi berganda Net Profit
Margin memiliki Unstandardized Coefficients Beta bertanda
positif bernilai 0,124, maka dapat dijelaskan
bahwa variabel independen Net Profit Margin memiliki
arah hubungan positif terhadap variabel dependen
harga saham perusahaan sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2009-2012, dimana kenaikan Net Profit Margin akan
mendorong kenaikan harga saham. Tetapi hal ini
tidak didukung oleh hasil uji t dengan tingkat
signifikansi (α) sebesar 0,503 dimana nilai
probabilitasnya lebih dari 0,05. Hal ini
disebabkan karena pengeluaran biaya-biaya yang
dilakukan perusahaan kurang efisien sehingga
mengurangi laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Selain itu kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba yang tinggi maka akan diikuti
pula dengan peningkatan harga saham. Namun tidak
hanya faktor dalam menghasilkan suatu laba saja
yang dapat mempengaruhi harga saham tetapi faktor
penjualan dan biaya. Hal ini tidak sejalan dengan
121
pendapat yang dikemukakan oleh Tandelilin
(2010:236) yaitu jika laba perusahaan tinggi maka
pengembalian investasi perusahaan akan tinggi
sehingga para investor akan tertarik untuk
membeli saham perusahaan sehingga harga saham
tersebut akan mengalami kenaikan. Pada hasil
penelitian ini tidak berpengaruhnya Net Profit Margin
terhadap harga saham juga dikarenakan data
perusahaan yang sangat fluktuatif yang dapat
dilihat pada PT Delta Djakarta Tbk yang mempunyai
Net Profit Margin teringgi pada tahun 2012 sebesar
39,93% dan Net Profit Margin terendah di tahun 2010
pada PT Sekar Laut Tbk hanya 1,39%, dengan data
yang bervariasi dan rentang data masing-masing
perusahaan terlalu jauh pada masing-masing
perusahaan maka Net Profit Margin tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Lisa Agustina (2012) dan Lia Rosalina (2013)
yang menemukan bahwa Net Profit Margin (NPM) tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap harga
122
saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
keempat dalam penelitian ini ditolak.
BAB V
PENUTUP
5.1 . Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan makanan dan
minuman yang Go Public periode 2009 sampai 2012 yang terdiri
dari Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share
(EPS), Net Profit Margin (NPM) maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Variabel Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) dan
Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman
yang go public. Hal ini mengindikasikan ketidakmampuan
123
perusahaan industri makanan dan minuman dalam
menghasilkan laba yang biasa diperoleh pemegang saham
dan memberikan indikator yang kurang baik untuk
mengetahui kemampuan perusahaan industri makanan dan
minuman memberikan return yang sesuai dengan tingkat
yang telah diisyaratkan oleh investor. Hal ini juga
tidak mencerminkan penerimaan perusahaan industri
makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia atas
peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang
efektif.
2. Variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman
yang go public. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan
yang kuat antara pertumbuhan Earning Per Share (EPS)
dengan pertumbuhan harga saham pada perusahaan
industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.
3. Dari variabel Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA),
Earning Per Share (EPS), dan Net Profit Margin (NPM) yang
berpengaruh signifikan terhadap harga saham yaitu
hanya variabel Earning Per Share (EPS) yang mempunyai
124
nilai standar koefisien regresi paling besar diantara
variabel independen lainnya.
5.2 . Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
saran-saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut, sebaiknya
menggunakan model yang berbeda untuk mengukur harga
saham atau dapat menambah dan mengganti variabel
penelitian serta memperpanjang periode penelitian
untuk membuktikan kembali hipotesis dalam skripsi
ini, serta hasil yang diperoleh mempunyai cakupan
yang cukup luas dan akan diperoleh hasil yang lebih
akurat. Selain itu, sebaiknya peneliti selanjutnya
memperluas objek penelitian agar hasil penelitian
dapat diaplikasikan untuk semua jenis perusahaan.
2. Bagi Manajemen Perusahaan
125
Untuk meningkatkan kepercayaan para pemegang saham
terhadap perusahaan, maka perusahaan harus mampu
menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus terutama
dalam menghasilkan laba. Ada beberapa variabel rasio
keuangan dan rasio profitabilitas seperti Return On
Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS),
dan Net Profit Margin (NPM) yang perlu diperhatikan untuk
bisa lebih ditingkatkan nilainya, agar dapat
menghasilkan nilai profitabilitas yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan minat investor dalam
menanamkan sahamnya. Pengaruh signifikan yang
dimiliki variabel Earning Per Share (EPS) terhadap harga
saham perusahaan dapat dijadikan pertimbangan bagi
perusahaan baik emiten maupun investor untuk
memprediksi harga saham dan meningkatkan kinerja
keuangan. Hal ini maka dapat mendorong investor untuk
menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan
tersebut yang pada akhirnya peningkatan jumlah
permintaan saham akan mendorong harga saham menjadi
naik pula.
3. Bagi Investor
126
Investor diharapkan lebih teliti mengamati
perkembangan kinerja perusahaan, terutama dalam hal
Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) dan Net Profit
Margin (NPM) sehingga dalm berinvestasi dapat
memperoleh return yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Ali . 2004. Membaca Saham. Andi. Yogyakarta.
Arifin, Z. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta:
Ekonisia.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal.Rineka Cipta.
127
Jakarta.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2006. Pasar Modaldi Indonesia :
Pendekatan Tanya Jawab, Edisi kedua. Salemba Empat.Jakarta.
Fabozzi, J. Frank. 2002. Manajemen Investasi. Buku II. SalembaEmpat. Jakarta.
Ferlianto, Lie R., Alfred Pakasi, Nico Amer Jonckheere, danSelasti Panjaitan. 2009. Mengapa Semakin Banyak OrangTertarik? STODEX Online Trading. Elex Media Komputindo.Jakarta.
Ghozali, I. dan A.Chairi. 2007. Teori Akuntansi. Semarang:UNDIP.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,Edisi
keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro (BPUD).Semarang.
Gitman, L.J. 2006. Principles of Managerial Finance. EdisiKesepuluh. Addison Wesley. USA.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi kedua. Salembaempat. Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Harjito, Agus. 2009. Keuangan Perilaku Menganalisis KeputusanInvestor. Edisi
pertama. Ekonisia. Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Yogyakarta: BPFE.
128
Hidayat, Taufik. 2010. Buku Pintar Investasi: Reksadana, Saham, StockOptions, Valas Emas, Cetakan Pertama. Mediakita. JakartaSelatan.
Hin, L. Thian. 2008. Panduan Berinvestasi Saham. Jakarta: PTElex Media Komputindo.
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Buku Satu. Edisi Indonesia .Salemba Empat Jakarta.
Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.Edisi Ketiga. UUP AMP YKPN. Yogyakarta.
Husnan, S dan Pudjiastuti E. 2006. Dasar-Dasar ManajemenKeuangan. Edisi Kelima. Cetakan Keempat. Yogyakarta :UUP AMP YKP.
Http://www.neraca.co.id, diunduh 10 September 2013.
http://www.okezone.com, diunduh 10 September 2013.
Ibe, Dhanz. 2010. Indeks Harga saham.http://populerkan.blogspot.com/2011/06/indeks-harga-saham.html, diunduh tanggal 11 Nopember 2013.
Ismiati, Yuli. 2003. ”Harga Saham-Analisis FaktorFundamental Yang Mempengaruhi
Saham Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Research fromJIPTUMM. Dept. of Economic and Development Studies.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).2009. Standar AkuntansiKeuangan, per 31 Oktober 2009.salemba Empat. Jakarta.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama,Cetakan ke-1, Kencana Prenada Media Group.
129
Keown, Arthur J, David F Scott, & John D Martin WilliamPetty. 2011. Prinsip-prinsip dan Aplikasi Manajemen Keuangan.Buku satu. Edisi kelima. Jakarta: Indeks.
Kieso, E Donald, Jerry Weygand & Terry D Warfield. AkuntansiIntermediate. Edisi kedua belas. Buku satu. Jakarta :Erlangga.
Nur, Tolla. 2012. Analisis Rasio Keuangan terhadap Harga SahamPerusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI. .*Skripsi,Samarinda: Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman.
Saputra, Gunawan. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiHarga Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEI.*Skripsi,Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas SanataDharma.
Sawir, Agnes. 2005. Kinerja Keuangan dan Perencanaan KeuanganPerusahaan. Cetakan kelima. PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. EdisiPertama. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta:Ekonsia.
Syamsuddin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Sony Abimanyu dan Hasan Sakti Siregar. 2009. AnalisisFaktor – Faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar Di Bursa Efek Indonesia(BEI) pada tahun 2005 - 2007. JurnalAkuntansi USU.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis Investasi dan ManajemenPortofolio. Kanisius (anggota IKAPI). Yogyakarta.
Tambunan AP. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo.
130
Wibowo, Agung Edy. 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian.Yogyakarta: Gava Media.
Widoatmodjo S. 2012. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal: PengantarMenjadi Investor Profesional. Ed ke-5. Jakarta: PT Elex MediaKomputindo.
----------------. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal: PengantarMenjadi Investor Profesional. Jakarta: PT Elex MediaKomputer.
Yadiati, Winwin. 2010. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Edisikedua. Jakarta: Kencana.
top related