Transcript
ASUHAN KEPERWATAN PADA An. B DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
(DHF) DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Anak semester 6
Koordinator: Ns. Meira Erawati, M.Si.Med
Disusun oleh:
Yulia Nurlailla
22020110130086
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat
berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat (Hastuti, 2008). Menurut
Fefendi (2008) Demam berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering
menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot
dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic
Fever ( DHF ).
B. ETIOLOGI
Dmam berdarah dengue (DHF) disebabkan oleh virus dengue. Virus
dengue dapat dibawa ditularkan dari atu orang ke orang lain melalui perantara
nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus, Aedes Polyneiensis, Aedes Scutellaris,
dan Aedes Finlaya. Semua spesies tersebut, kecuali aegypti memiliki penyebaran
sendiri, walaupun spesies tersebut merupakan vector yang sangat baik untuk virus
dengue. Epidemi yang ditimbulkannya tidak separah yang diakibatkan oleh
Aegypti. (WHO, 2004)
C. PATOFISIOLOGI
Nyamuk Aedes (Stegomyia) betina biasanya akan terinveksi virus dengue
saat mengisap darah dari penderita yang berada pada fase demam (viremik) akut.
Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari, kelenjar air liur nyamuk
menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif menggigit
dan menginjeksi air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi
pada tubuh manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan
mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mialgia,
hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk
mual, muntah, dan ruam kulit. (WHO, 2004).
Perubahan patofisiologis yang terjadi pada DHF adalah meningkatnya
permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemia,
dan syok. DHF memiliki cirri yang unik karena kebocoran plasma khusus ke arah
rongga pleura dan peritoneum dengan periode kebocoran cukup singkat (24-48
jam). meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. (Fefendi, 2008)
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan
plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic
dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun
mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks
imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi
system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat. (Fefendi, 2008)
D. FAKTOR RESIKO DHF
Tingkat keparahan dari DHF bergantung dari beberapa faktor, diantaranya
(WHO, 2004):
1. Infeksi sekunder dengue
2. Antibody-pasif pada bayi
3. Strain virus yang menyerang
4. Usia dan genetic: DHF lebih banyak menyerang pada anak-anak usia di
bawah 15 tahun
E. PATHWAY
(Basuto, 2010)
F. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau mengakibatkan
penyakit demam biasa (sindrom virus), demam dengue (DF), atau demam
berdarah dengue (DHF) termasuk sindrom syok dengue (DSS). Infeksi terhadap
salah satu serotype virus dengue memberikan imunitas seumur hidup khusus
untuk serotype tersebut, tetapi tidak ada perlindungan silang terhadap serotype
yang lain. Penampilan klinis bergantung pada usia, status imun, dan strair virus.
(WHO, 2004)
1. Demam Dengue
Masa inkubasi berlangsung selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari).
Setelah masa inkubasi berlangsung timbul berbagai gejala awal yang tidak
spesifik seperti sakit kepala, sakit punggung, dan malaise menyeluruh. Secara
tipikal, awitan pada orang dewasa terjadi tiba-tiba, dengan peningkatan suhu
tubuh yang cukup tajam diserti dengan menggigil dan terkadang disertai
dengan sakit kepala yang parah dan kemerahan pada wajah. Nyeri retroobital
mungkin akan dirasakan dalam 24 jam terutama jika mata bergerak atau
ditekan, begitu juga dengan fotobia, sakit punggung, dan nyeri otot serta
persendian/tulang tangan dan kaki. Gejala umum lainnya meliputi anoreksia
dan berubahnya sensasi pengecap, konstipasi, nyeri kolik, dan nyeri tekan
perut, nyeri tarikan dibagian pangkal paha, sakit tenggorok, dan depresi
menyeluruh. Gejala ini memiliki tingkat keparahan yang berbeda dan
biasanya berlangsung selama beberapa hari. (WHO, 2004)
Suhu tubuh biasanya mencapai 390C-400C, demam ini mungkin
bersifat bifasik yang berlangsung sekitar 5-7 hari. Ruam kulit berupa
kemerahan atau bercak-bercak merah yang menyebar dapat terlihat pada
wajah, leher, dan dada selama separuh pertama periode demam dan ruam yang
jela yang kemungkinan makulopapular atau pun menyerupai bentuk demm
sklarlatina akan muncul pada hari ke tiga atau ke empat. Menjelang akhir
periode demam atau tepat setelah fase defervesens, ruam di seluruh tubuh
mulai menghilang secara bertahap dan kumpulan bintik merah yang
terlokalisasi akan muncul di daerah punggung, kaki, di tungkai, dan lengan
serta tangan. Pertemuan ruam dan bintik merah ditandai dengan bidang-
bidang bulat yang pucat dan menyebar pada kulit normal. Ruam kadang
disertai gatal. Perdarahan kulit dilihat dari hasil uji turniket yang positif
dan/atau petekia. (WHO, 2004)
Durasi dan tingkat keparahan DF relatif berbeda antara individu dalam
satu epedemi, begitu pula antara epidemic yang satu dengan yang lainnya.
Masa pemulihan dapat berlangsung singkat tanpa ada cirri khas yang
menyertai, tetapi mungkin juga berlangsung lama. Pada orang dewasa, masa
pemulihan terkadang berlangsung sampai beberapa minggu dan mungkin
disertai dengan asthenia dn depresi yang nyata. Bradikardi juga sering terjadi
pada masa ini. Komplikasi perdarahan seperti epistaksis, gusi berdarah,
perdarahan gastrointestinal, hematuria, dan hipermenorhi mungkin menyertai
DF. (WHO, 2004)
Temuan laboratorium selama serangan DF akut berlangsung, pada saat
permulaan demam hitung sel darah putih biasanya normal, kemudian
leucopenia terjadi dan terus berlangsung hingga periode demam berakhir.
Hitung trombosit biasanya normal, demikian pula dengan komponen lain
dalam mekanisme pembekuan darah. Akan tetapi, dlam beberapa epidemic
umumnya terjadi trombositopenia. Serum biokimia dan enzim bisanya
normal, tetapi kadar enzim hati biasanya meningkat. (WHO, 2004)
2. Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue
DHF ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan,
hepatomegali, dan sering kali disertai dengan kegagalan sirkulasi.
Trombositopenia sedang hingga berat yang disertai hemokonsentrasi dapat
dibedakan dengan hasil temuan laboratorium klinis. Perubahan patofisiologis
utama yang menentukan tingkat keparahan penyakit DHF dan
membedakannya dengan DF adalah hemostasis yang abnormal dan kebocoran
plasma yang dimanifestasikan dengan trombositopenia dan jumlah hematokrit
yang meningkat. (WHO, 2004)
DHF umumnya dimulai dengan peningkatan suhu tubuh secara tiba-
tiba yang disertai dengan kemerahan pada wajah serta gejala fisik nonspesifik
lain yang menyerupai demam dengue, misalnya noreksia, muntah, sakit
kepala, dan nyeri otot serta sendi. Sakit tenggorok, faring merah, ketidak
nyamanan pada epigastrik, nyeri tekan di tepi rusuk kanan, serta nyeri perut
yang biasa terjadi mungkin ditemukan pada pemeriksaan fisik. Suhu tubuh
biasanya tinggi dan pada kebanyakan kaus akan tetap tinggi selama 2 atau 7
hari berikutnya, kemudian turun turun kembali menjadi normal atau
subnormal. Kadang suhu tubuh dapat mencapai 400C dan dapat terjadi kejang
demam. (WHO, 2004)
Perdarahan dapat diketahui melalui uji turniket, mudah memar dan
berdarah di sisi injeksi, petekia yang sangat kecil menyebar mulai dari
anggota gerak, ketiak, wajah dan palatum lunak mungkin akan tampak selama
fase awal demam. Epistaksis, hematuria, dan gusi berdarah jarang terjadi. hati
dapat teraba hingga 2-4 cm di bawah tepi rusuk kanan. Ukuran hati tidak
berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit tetapi hepatomegali lebih
sering ditemukan pada kasus syok. Nyeri tekan hati terasa, tapi biasanya
ikhterik tidak tampak. (WHO, 2004)
Pada pemeriksaan darah, awalnya sel darah putih dalam jumlah
normal, menjelang akhir fase demam terdapat penurunan yang tajam.
Trombositopenia dan hemokonsentrasi ditemukan dengan jumlah trombosit
menurun hingga 100.000/mm3. Peningkatan jumlah hematokrit terjadi
terutama pada kasus syok. Peningkatan hemokonsentrasi dan hematokrit
hingga 20% atau lebih, dianggap sebagai bukti objektif adanya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma. (WHO, 2004)
Gejala lain dapat ditemukan adanya albuminuria ringan, darah dalam
tinja, serta penurunan kadar fibrinogen, protombin, factor VIII, XII, dan
antitrombin III dalam uji koagulasi. Masa tromboplastin parsial dan masa
protombin memanjang masing-masing pada separuh dan sepertiga kasus
DHF. Kadar komplemen serum menurun, hipoproteinemia, hiponatremia, dan
kadar aminotransferase aspartat serum naik sedikit. Asidosis metabolic pada
kasus yang engalami kasus syok lama, dan kadar nitrogen urea darah
meningkat pada tahap terminal dengan syok berkepanjangan. (WHO, 2004)
G. KLASIFIKASI DHF
Menurut Satari & Meiliasari (2004) terdapat 4 derajad penyakit DHF, antara lain:
1. Derajad I
Demam mendadak dan gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan yang
paling ringan, yaitu rumple leed positif. Dari uji turniket, perdarahan berupa
bintik-bintik merah di lengan lebih dari 10. Penurunan trombosit
≤100000/mm3 dan kenaikan Hct ≥ 20%.
2. Derajad II
Kondisi ini lebih berat daripada derajd I. selain demam ditemukan perdarahan
kulit dan manifestasi perdarahan di tempat lain, seperti mimisan (epistaksis),
perdarahan gusi, muntah darah (hematemesis), dan atau bung air besar yang
mengandung darah (melena).
3. Derajad III
Penderita pada fase kritis dan membutuhkan perawatan intensif. Tekanan nadi
< 20 mmHg, Tekanan Darah Sistolik <90 mmHg, kulit lembab, dingin dan
lemah.
4. Derajad IV
Nadi tak teraba dan TD tak terukur.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah (Fefendi, 2008)
a. Trombositopeni (≤100.000/mm3)
b. Hb dan PCV meningkat (≥ 20%)
c. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
d. Isolasi virus
e. Serologi (Uji H): respon antibody sekunder
f. Creatinin serum,
2. Foto dada: ditemukan adanya efusi pleura
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan (Fefendi, 2008):
1. Identitas
2. Keluhan utama: panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual, dan nafsu
makan menurun
3. Riwayat penyakit sekarang: adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, sakit waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat kesehatan lingkungan: lingkungan kurang bersih
7. Riwayat tumbuh kembang
8. Pengkajian persistem:
a. System pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, terdengar ronchi, krakles
b. Sistem persarafan: pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan
kesadaran serta pada grade IV trjadi DSS
c. System kardiovaskuler: pada grade I terjadi hemokonsentrasi, uji turniket
positif, trombositopeni, pada grade III dapt terjadi kegagalan sirkulasi,
nadi cepat, lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,
pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem pencernaan: selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri sat menelan, dapat
hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan: produksi urin menurun, kedang kurang dari 30
cc/jam, akan mengungkpkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
f. Sistem integument: terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada
grade I terdapat positif pada uji turniket, petekie, pada grade III dapat
terjadi perdrahan spontan pada kulit
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul dalam DHF adalah (Fefendi,
2008):
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dengue
2. Defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan menurun
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni)
6. Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakt, prognosis, efek prosedur, dan
perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat informasi
K. INTERVENSI KEPERAWATAN (Fefendi, 2008)
No No. Dx Kep
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. 1 Setelah diberikan asuhan keperawatan suhu tubuh klien dapat kembali normalCriteria hasil:1. S: 356-370C2. Nyeri otot hilang
1. Kaji suhu tubuh pasien
2. Beri kompres hangat
3. Anjurkan banyak minum 1500-2000cc/hari
4. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
5. Observasi intake & output, tanda vital tiap 3 jam sekali
6. Kolaborasi: pemberian cairan IV dan obat sesuai program
Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
Mengurangi panas melalui konduksi
Mengganti vairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
Memberikan rasa nyaman, dan pakaian tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangang peningkatan suhu tubuh
Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan dan elektrolit tubuh
Menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. Obat untuk enurunkan panas
2 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami deficit cairan.Krieria hasil:
1. Awasi TTV tiap 3 jam/sesuai indikasi
TTV membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
1. Intake dan out put seimbang
2. TTV dalam batas normal
3. Tidak ada tanda presyok
4. Akral hangat5. CRT < 2 detik
2. Observasi CRT
3. Observasi intake dan output
4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml/hari (sesuai toleransi)
5. Kolaborasi: pemberian cairan IV
Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
Penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi
Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
Dapat meningkatkan cairan tubuh untuk mencegah terjadinya syok hipovolmik
3. 3 Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak terjadi syok hipoolemikCriteria hasil:Tanda vital dalam batas normal
1. Monitor keadaan umum pasien
2. Observasi TTV setiap 3 jam atau lebih
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
4. Kolaborasi: - berikan cairan IV
- cek HB, PCV,
Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat perdarahan/syok
Untuk memastikan adanya tanda presyok/syok
Tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan cepat dan tepat dapat diberikan
Untuk mengganti cairan tubuh secara hebatUntuk mengetahui
Trombosit tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan sebagai acuan tindak lanjut
4. 4 Setelah diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisiCriteria hasil:1. tidak ada tanda-
tanda malnutrisi2. menunjukkan berat
badan yang seimbang
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien
3. Berikan makanan sedikit tapi sering dan atau makan diantara waktu makan
4. Berikan dan bantu oral hygiene
5. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas
Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
Mengawasi penurunan BB/mengawasi efektifitas intervensi
Dapat menurunkn kelemahan dan meningkatkan masukan serta mencegah distensi gaster
Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
Menurunkan distensi dan iritasi gaster
5. 5 Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak terjadi perdarahan. Criteria hasil:1. TD: 100/60 mmHg2. N: 80-100 x/m
regular, pulsasi kuat3. Tidak ada tanda
perdarahan lebih lanjut
1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis
2. Anjurkan untuk
Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran plasma drah yang pada tahap tertentu menimbulkan tanda klinis seperti epistaksis,petekie
Aktivitas pasien
4. Trombosit meningkat
banyak istirahat
3. Berikan penjelasan untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti: hematemesis, melena, epistaksis
4. Antisipasi adanya perdarahan: gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit selesai ambil darah
5. Kolaborasi:Monitor trombosit etiap hari
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
Keterlibatan pasien dan keluarga membantu penanganan dini bila terjadi perdarahan
Mencegah terjadinya perdarahan lanjut
Dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan dialami pasien
5 6 Setelah diberikan asuhan keperawatan ansietas dapat berkurang/terkontrolCriteria hasil:1. Klien melaporkan
tidak ada manifestasi kecemaan secara fisik
2. Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan
1. Kaji dan dokmentasikan tingkat kecemaan pasien
2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu
3. Lakukan pendekaan dan berikan motivasi
1. Memudahkan intervensi
Mempertahankan mekanisme koping adaptif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas
Pendekatan dan motivasi kepada
membantu pasien untuk mengekstermalisasikan yang dirasakan
4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan positif terhadap terapi yang dijalani
5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas
6. Anjurkan untuk menggnakan teknik relaksasi
7. Sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, perawatan, dan prognosis
8. Kolaborasi:Pemberian obat anti ansietas
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
Alat untuk mengidentifiksi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan
Menciptakan rasa percaya dalam diri bhwa dirinya mampu mengatasi maalah dan member keyakinan pada diri sendiri yang dibuktkan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya
Meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan
Mengurangi ansietas sesuai kebutuhan
7. 7 Setelah diberikan asuhan keperawatn orangtua mengutarakan pemahaman kondisi, efek prosedur dan proses pengobatanCriteria hasil:1. Melakukan prosedur
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
2. Berikan penjelasan
Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
Dapat memberikan
yang diperlukan dan menjelaskan alas an dari suatu tindakan
2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan
pada klien dan keluarga tentang penyakit an kondisinya sekarang
3. Anjurkan kelmurga dank lien untuk memperhatikan diet makanannya
4. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keurga yang sakit
5. Minta klien atau keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
rasa tenang dan mengurangi rasa cemas
Diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan
Perawatan diri dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks saat sakit
Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
L. DAFTAR PUSTAKA
Fefendi. 2008. Asuhan Keperawatan Anak dengan Demam Berdarah Dengue.
Inggris: www.google.com
Hastuti, Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue: Penyakit & Cara
Pencegahannya. Yogyakarta: Kanisius
http://basuto.wordpress.com/2010/03/28/dss-dengue-syok-syndrom/
Kusuma, Sony. 2008. http://id.scribd.com/doc/52378251/ASUHAN-
KEPERAWATAN-KLIEN-DEMAM-BERDARAH-DENGUE. diakses
tanggal 29 Maret 2013
Satari, Hindra I & Meiliasari, Mila. 2004. Demam Berdarah: Keperawatan di
Rumah & Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Puspa Swara
WHO. 2004. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah
Dengue: Panduan Lengkap. Jakarta: EGC
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS
Demam berdarah dengue (DHF) memiliki beberapa tanda dan gejala
seperti demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari yang kemudian akan turun kembali
menjadi normal atau subnormal. Kadang suhu tubuh dapat mencapai 400C dan
dapat terjadi kejang demam. Selain demam penderita DHF juga akan mengalami
gejala fisik nonspesifik seperti anoreksia, muntah, sakit kepala dan nyeri otot
sendi. Sakit tenggorok, faring merah, ketidaknyamanan pada epigastrik, nyeri
tekan di tepi rusuk kanan, serta nyeri perut yang akan ditemukan pada
pemeriksaan fisik.
DHF dapat dipastikan dengan berbagai macam pemeriksaan. Melalui uji
turniket ditemukan adanya perdarahan dalam kulit, mudah memar, dan berdarah
di sisi injeksi. Adanya petekie yang menyebar mulai dari anggota gerak, ketiak,
wajah, dan palatum lunak, serta terjadi epistaksis, hematuria dan gusi berdarah.
Terdapat pembesaran hati (hepatomegali) hingga 2-4 cm yang dapat teraba pada
bawah tepi rusuk kanan.
Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk melihat gejala yang pasti.
Pada pemeriksaa darah ditemukan adanya penurunan jumlah sel darah putihn
(leukopenia), penurunan trombosit hingga <100. 103/ul (trombositopenia) dan
peningkatan jumlah hematokrit hingga 20% atau lebih serta IgM, IgG Dengue
positif.
Berdasarkan kasus di atas, An. B terdiagnosa menderita demam berdarah
dengue. Pasien tersebut mengalami gejala demam selama 4 hari sebelum masuk
rumah sakit, mukosa bibir kering, badan pagal-pegal, pusing, nyeri tekan pada ulu
hati, teraba pembesaran hati (hepatomegali) 2 cm, belum BAB selama 4 hari dan
nafsu makan serta minum menurun. Saat di kaji suhu tubuh pasien telah kembali
dalam batas normal. Pasien tidak mengalami demam namun masih terdapat tanda
dan gejala yang lainnya.
Tanda dan gejala pada pasien An. B didukung dengan pemeriksaan darah,
sebagai berikut:
1. Tanggal 23 Maret 2013 (demam hari ke-4)
Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit (AL) L 3,1 103/ul 4,5-11,0
Eritrosit (AE) H 6,75 106/ul 4-5
Hemoglobin (Hb) H 18,0 g/dl 12-16
Hemaotokrit (Ht) H 52,2 % 38-47
MCV L 77,3 FL 85-100
MCH L 26,7 Pg 28-31
MCHC N 34,5 g/dl 30-35
Trombosit (AT) L 37 103/ul 150-450
Gol. Darah O
IgM Dengue Negative
IgG Dengue Negative
2. Tanggal 24 Maret 2013 (demam hari ke-5)
Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit (AL) 6,7 103/ul 4,5-11,0
Eritrosit (AE) 5,98 106/ul 4-5
Hemoglobin (Hb) 15,7 g/dl 12-16
Hemaotokrit (Ht) 46,1 % 38-47
MCV 77,1 FL 85-100
MCH 26,3 Pg 28-31
MCHC 34,1 g/dl 30-35
Trombosit (AT) 18 103/ul 150-450
3. Tanggal 26 Maret 2013, (demam hari ke-7 pasien telah diberikan tranfusi Tc 3
kantong)
Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit (AL) 5,3 103/ul 4,5-11,0
Eritrosit (AE) 4,85 106/ul 4-5
Hemoglobin (Hb) 13,0 g/dl 12-16
Hemaotokrit (Ht) 38,1 % 38-47
MCV 78,6 FL 85-100
MCH 26,8 Pg 28-31
MCHC 34,1 g/dl 30-35
Trombosit (AT) 63 103/ul 150-450
4. Tanggal 26 Maret 2013 (demam hari ke-8)
Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit (AL) 8,2 103/ul 4,5-11,0
Eritrosit (AE) 4,94 106/ul 4-5
Hemoglobin (Hb) 13,2 g/dl 12-16
Hemaotokrit (Ht) 38,9 % 38-47
MCV 78,7 FL 85-100
MCH 26,7 Pg 28-31
MCHC 33,9 g/dl 30-35
Trombosit (AT) 152 103/ul 150-450
SGOT 54 u/e
SGPT 81 u/e
Hasil pengkajian di atas sesuai dengan apa yang telah di bahas pada materi
BAB I. Pasien memiliki tanda dan gejala yang sama dengan tanda dan gejala
DHF pada teori. Namun terdapat beberapa tanda gejala dimana pasien tidak
mengalami perdarahan pada uji turniket, tidak adnya epistaksis, petekie, gusi
berdarah, hematuria, dan melena. Hal ini menunjukkanbahwa pasien baru pada
tahap DHF derajad I.
Pada pemeriksaan penunjang hari pertama terdapat hasil IgM dan IgG
dengue negative. Jika dilihat dari sisi tersebut, pasien tidak mengalami DHF
melainkan trombositopenia. Namun meskipun demikian, kita tidak hanya melihat
pada sisi satu saja, selain itu pemeriksaan penunjang bukanlah akhir dalam
memutuskan diagnosa.
Pasien An. B dengan DHF memiliki beberapa diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan teori pada BAB I, yaitu:
1. Defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler,
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan
darah (trombositopenia),
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hepatomegali akibat
inveksi virus,
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat akibat nafsu makan menurun
(anoreksia),
5. Gangguan pola eliminasi defekasi berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat, imobilisasi, penrunan motilitas usus, dan
6. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan kelemahan fisik.
B. EVALUASI
Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit akibat virus dengue
yang dapat berdampak buruk jika tidak segera ditangani. Trombositopenia dengan
jumlah trombosit yang setiap hari menurun akan berakibat fatal, pasien dapat
mengalami syok hingga berakhir dengan kematian. Pasien An. B berhasil
diselamatkan dengan perawatan intensive dan pemberian tranfusi trombosit.
Jika terdapat tanda gejala seperti apa yang ada pada tanda gejala DHF,
perlu adanya kewaspadaan. Pemeriksaan darah rutin sangat dianjurkan untuk
mengetahui tingkat keparahan penyerangan virus DHF. Dengan demikian kita
dapat memberikan tindakan yang tepat dan cepat sebelum terjadinya syok.
top related