PERITONITIS MAKALAH oleh KELOMPOK 2
PERITONITIS
MAKALAH
diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KeperawatanKlinik IIIA
dengan dosen: Murtaqib, M.Kep
oleh:
Auliya Hidayati NIM 122310101001Jamilarul Komari NIM 132310101004
Fikri Nur Latifatul Q NIM 132310101011Mashilla Refani P NIM 132310101013
Dwi Yoga Setyorini NIM 132310101027Novita Nurkamilah NIM 132310101028
Rizky Bella M NIM 132310101043Afan Dwi Anwar NIM 132310101044Rizka Inna Safitri NIM 132310101047
ii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER
2015
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karuni-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Peritonotis”. Makalah ini disusun berdasarkan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik IIIA
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari
kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Murtaqib,M.Kep, selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah Keperawatan Klinik IIIA Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember;
2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan
perhatian dan dukungannya baik secara materil
maupun non materil;
iii
3. Rekan-rekan satu kelompok yang sudah bekerjasama
dan berusaha semaksimal mungkin sehingga makalah
ini dapat terealisasi dengan baik;
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu
terciptanya makalah ini yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Jember, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................... i
HALAMAN JUDUL....................................... ii
iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN.................................. 1
1.1.............................................Latar Belakang................................. 1
1.2.............................................Rumusan Masalah................................ 1
1.3.............................................Tujuan......................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN................................... 3
2.1 Definisi.................................... 32.2 Etiologi.................................... 42.3 Manifestasi Klinis.......................... 62.4 Patofisiologi............................... 72.5 Pathway..................................... 82.6 Komplikasi.................................. 92.7 Pemeriksaan Diagnostik...................... 92.8 Penatalaksanaan............................. 10
BAB 3. PENUTUP...................................... 14
3.1 Kesimpulan.................................. 143.2 Saran....................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................... 15
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradangan merupakan respon terhadap cedera. Arti
khususnya, peradangan adalah reaksi vascular yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang
terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan
interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Peradangan sebenarnya adalah gejala menguntungkan dan
pertahanan, yang hasilnya adalah netralisasi dan
pembuangan agen-agen penyerang, penghancur jaringan
nekrosis, pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk
perbaikan serta pemulihan. Peradangan bisa terjadi di
seluruh bagian tubuh manusia, misalnya peritonitis.
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh
infeksi pada selaput organ perut (peritonieum).
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse,
riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan
oleh infeksi atau aseptik.Pada keadaan normal,
peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara
inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus
menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun,
dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus
segera diambil karena setiap keterlambatan akan
menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan
penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan
analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi peritonitis?
1.2.2 Apa etiologi peritonitis?
1.2.3 Bagaimanamanifestasi klinis peritonitis?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi peritonitis?
1.2.5 Apa komplikasi pada peritonitis?
1.2.6 Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada
peritonitis?
2
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada peritonitis?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien
peritonitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi peritonitis;
1.3.2 untuk mengetahui etiologi peritonitis;
1.3.3 untuk mengetahuimanifestasi klinis pada
peritonitis;
1.3.4 untuk mengetahui patofisiologi peritonitis;
1.3.5 untuk mengetahui komplikasi pada peritonitis;
1.3.6 untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada
peritonitis;
1.3.7 untuk mengetahui penatalaksanaan pada
peritonitis;
1.3.8 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien
peritonitis
BAB. 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Peritonitis adalah suatu kondisi medis yang
ditandai dengan peradangan pada peritoneum. Peritoneum
adalah lapisan tipis dari jaringan yang melapisi organ-
organ perut dan terletak di dalam dinding perut.
Peradangan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau
jamur pada membrane ini. Ada dua tipe peritonitis yaitu
primer dan sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari pembuluh darah dan pembuluh
limfe ke peritoneum. Penyebab peritonitis primer yang
paling umum adalah penyakit hati. Peritonitis sekunder
adalah tipe peritonitis yang lebih umum. Hal ini
terjadi ketika infeksi yang berasal dari saluran
pencernaan atau saluran empedu menyebar ke dalam
peritoneum. Peritonitis juga dapat bersifat akut atau
kronis. Peritonitis akut adalah peradangan yang tiba-
tiba pada peritoneum sedangkan peritonitis kronis
adalah peradangan yang berlangsung sejak lama pada
peritoneum. Peritonitis adalah keadaan darurat yang
mengancam jiwa karena memerlukan perawatan medis
secepatnya. Infeksi menghentikan pergerakan usus yang
normal (peristaltik). Tubuh segera mengalami dehidrasi,
dan zat-zat kimia penting yang disebut elektrolit dapat
menjadi sangat terganggu. Seseorang yang menderita
peritonitis dan tidak dirawat dapat meninggal dalam
beberapa hari.
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal
dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan
diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas peritoneal oleh
bakteri atau kimia. Primer tidak berhubungan dengan
gangguan usus dasar (contoh: sirosis dengan asites,
system urinarius); sekunder inflamasi dari saluran GI,
ovarium/uterus, cedera traumatic atau kontaminasi bedah
(Doenges, 1999). Peritonitis adalah inflamasi
peritonium yang bias terjadi akibat infeksi bacterial
atau reaksi kimiawi (Brooker, 2001). Peritonitis adalah
infeksiseius atau peradangan dari sebagian atau seluruh
peritonium, penutup dari saluran usus (Griffith, 1994)
4
2.2 Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan didalam
abdomen berupa inflamasi dan penyulitnya misalnya
perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung,
perforasitifus abdominalis. Ileus obstruktif dan
perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena
trauma abdomen.
1. Bakterial, misalnya Bacteroides, E.Coli,
Streptococus,Pneumococus, proteus, kelompok
Enterobacter-Klebsiella, Mycobacterium Tuberculosa.
Misalnya peradangan dinding peritonium yang terjadi
bila benda asing termasuk bakteri atau isi
gastrointestinal.
2. Kimiawi, yaitu pada getah lambung,dan pankreas,
empedu,darah, urin, benda asing (talk, tepung).
Misalnya, robek atau perforasi dari organ mana saja
diperut, seperti apendiksitis, tukak peptik, atau
divetikulum yang terinveksi atau kandung kemih. Juga
luka pada dinding perut, seperti karena pisau atau
luka karena tembak, atau dapat pula karena penyakit
radang panggul atau robeknya kehamilan ektopi
Infeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai
bentuk:
1. Peritonitis primer (Spontaneus)
Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ
peritoneal yang langsung dari rongga peritoneum.
5
Penyebab paling sering dari peritonitis primer
adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hepar kronis. Kira-kira 10-30% pasien dengan
sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang
menjadi peritonitis bakterial.
2. Peritonitis sekunder
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah
perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit
ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon
sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker
serta strangulasi usus halus (Brian,2011).
Berikut penyebab peritonitis sekunder
Regio
AsalPenyebab
Esophagus
Boerhaave syndrome
Malignancy
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic*
Stomach
Peptic ulcer perforation
Malignancy (eg, adenocarcinoma, lymphoma,
gastrointestinal stromal tumor)
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic*
6
Duodenum
Peptic ulcer perforation
Trauma (blunt and penetrating)
Iatrogenic*
Biliary
tract
Cholecystitis
Stone perforation from gallbladder (ie,
gallstone ileus) or common duct
Malignancy
Choledochal cyst (rare)
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic*
Pancreas
Pancreatitis (eg, alcohol, drugs,
gallstones)
Trauma (blunt and penetrating)
Iatrogenic*
Small
bowel
Ischemic bowel
Incarcerated hernia (internal and
external)
Closed loop obstruction
Crohn disease
Malignancy (rare)
Meckel diverticulum
Trauma (mostly penetrating)
Large
bowel and
appendix
Ischemic bowel
Diverticulitis
Malignancy
Ulcerative colitis and Crohn disease
7
Appendicitis
Colonic volvulus
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic
Uterus,
salpinx,
and
ovaries
Pelvic inflammatory disease (eg,
salpingo-oophoritis, tubo ovarian
abscess, ovarian cyst)
Malignancy (rare)
Trauma (uncommon)
2.3 Manifestasi Klinis
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium
akan memberikan tanda-tanda rangsangan peritonium.
Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan
defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat
udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik usus
menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus.
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu
badan penderita akan naik dan terjadi takikardia,
hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.
Rangsangan ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan
yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan
peritonium. Nyeri subjektif berupa nyeri waktu
penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau
mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan
8
seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes
lainnya.
Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis
dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri
yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas
lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda
peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu
demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi
hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki
punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber
infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk
menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang
karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan
pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri
akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-
pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada
penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes
berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau
HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya
trauma cranial,ensefalopati toksik, syok sepsis, atau
penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan
penderita geriatric.
2.4 Patofisiologi
9
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari
organ abdomen ke dalam rongga abdomen sebagai akibat
dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi
tumor. Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya
edema jaringan dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi
cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh
dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih,
debris seluler dan darah. Respons segera dari saluran
usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus
paralitik disertai akumulasi udara dan cairan dalam
usus.
8
2.5 Pathway
Streptokok.Stapilokokeksternal
Masuk kaeginjal
Merangsangaktivitas
parasimpatik
Perdanganginjal
PERITONITIS
Keluarnyaenzim
pancreas,asam
Cederaperforasi
Masuk ke ronggaperitoneum
Fasepenyembuhan
Diare
Peradangansaluran
Masuksaluran
Bakteri Benda asing,dialysis,
Porte deentre benda
asing,
Merangsangpusat nyeri
Perangsanganpirogen dihipotalamus
Absorpsimenurun
Kekuranganvolume
Perlekatanfibrosa
Obstruksiusus
Refluk makanke atas
Mual,muntah,
nyeri hipertermi
9
2.6 Komplikasi
Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada
peritonitis bakterial akut sekunder, dimana komplikasi
tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan
lanjut, yaitu :
a. Komplikasi dini
1) Septikemia dan syok septic
2) Syok hipovolemik
3) Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat
dikontrol dengan kegagalan multi system
4) Abses residual intraperitoneal
5) Portal Pyemia (misal abses hepar)
b. Komplikasi lanjut
1) Adhesi
2) Obstruksi intestinal rekuren
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Test laboratorium
1) Leukositosis
Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal
mengandung banyak protein (lebihdari 3 gram/100 ml)
danb anyak limfosit, basil tuberkel diidentifikasi
dengan kultur. Biopsi peritoneum per kutan atau
secara laparoskopi memperlihatkan granuloma
tuberkuloma yang khas, dan merupaka
ndasardiagnosasebelum hasil pembiakan didapat.
a) Hematokritmeningkat
10
b) Asidosis metabolic
(darihasilpemeriksaanlaboratoriumpadapasien
peritonitis didapatkan PH =7.31, PCO2= 40, BE= -4
)
2) X. Ray
Dari tesX Ray didapat:
Fotopolos abdomen 3 posisi (anterior, posterior,
lateral), didapatkan:
a) Illeus merupakan penemuan yang tidak khas
pada peritonitis.
b) Usus halus dan usus besar dilatasi.
10
c) Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat
pada kasus perforasi
3) Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan
penunjang untuk pertimbangan dalam memperkirakan
pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis
dilakukan fotopolos abdomen 3 posisi, yaitu :
a) Tiduran terlentang (supine), sinar dari arah
vertikal dengan proyeksi anteroposterior.
b) Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau
memungkinkan, dengan sinar dari arah horizontal
proyeksi anteroposterior.
c) Tiduran miring kekiri (left lateral decubitus
= LLD), dengansinar horizontal
proyeksianteroposterior.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Pembedahan
Management peritonitis tergantung dari diagnosis
penyebabnya. Hampir semua penyebab peritonitis
memerlukan tindakan pembedahan (laparotomieksplorasi).
Pertimbangan dilakukan pembedahan a.l:
a. Pada pemeriksaan fisik didapatkan defansmuskuler
yang meluas, nyeri tekan terutama jika meluas,
distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan
(syok, anemia progresif), tanda sepsis (panastinggi,
11
leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi,
memburuknya pasien saat ditangani).
b. Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo
peritoneum, distensiusus, extravasasi bahan kontras,
tumor, danoklusi vena atau arteri mesenterika.
c. Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran
cerna dan perdarahan saluran cerna yang tidak
teratasi.
d. Pemeriksaan laboratorium.
Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :
a. Mengeliminasi sumber infeksi.
b. Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
c. Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.
Apabila pasien memerlukan tindakan pembedahan maka kita
harus mempersiapkan pasien untuk tindakan bedah a.l :
a. Mempuasakanpasienuntukmengistirahatkansalurancerna.
b. Pemasangan NGT untukdekompresilambung.
c. Pemasangankateteruntuk diagnostic maupun monitoring
urin.
d. Pemberianterapicairanmelalui I.V.
e. Pemberian antibiotic.
Terapi bedah pada peritonitis a.l :
a) Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan
sumber infeksi. Tipe dan luas dari pembedahan
tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan
infeksinya.
12
b) Pencucian rongga peritoneum: dilakukan dengan
debridement, suctioning, kainkassa, lavase, irigasi
intra operatif. Pencucian dilakukan untuk
menghilangkan pus, darah, danjaringan yang nekrosis.
c) Debridemen: mengambiljaringan yang nekrosis, pus dan
fibrin.
d) Irigasi kontinyu pasca operasi.
Terapi post operasi a.l:
a) Pemberiancairan I.V, dapat berupa air,
cairanelektrolit, dannutrisi.
b) Pemberian antibiotic
c) Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus,
peristaltic usus pulih, dan tidak ada distensi
abdomen.
2.8.2 Terapi
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan
elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena,
pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal,
pembuangan fokusseptik (apendiks, dsb) atau penyebab
radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar
dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
Resusitasi hebat dengan larutan saline isotonic
adalah penting. Pengembalian volume intravascular
memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen,
nutrisi, dan mekanisme pertahanan. Keluaran urine
13
tekanan vena sentral, dan tekanan darah harus dipantau
untuk menilai keadekuatan resusitasi.
1) Terapi antibiotic harus diberikan segera setelah
diagnosis peritonitis bakteri dibuat. Antibiotik
berspektrum luas diberikan secara empirik, dan
kemudian dirubah jenisnya setelah hasil kultur
keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada organism
mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika
berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase
bedah. Harus tersedia dosis yang cukup pada saat
pembedahan, karena bakterei akan berkembang selama
operasi.
2) Pembuangan focus septic atau penyebab radang lain
dilakukan dengan operasi laparotomi. Insisi yang
dipilih adalah insisi vertical di garis tengah yang
menghasilkan jalan masuk keseluruh abdomen dan mudah
dibuka serta ditutup. Jika peritonitis
terlokalisasi, insisi ditujukan di atas tempat
inflamasi.Tehnik operasi yang digunakan untuk
mengendalikan kontaminasi tergantung pada lokasi dan
sifat patologis dari saluran gastrointestinal. Pada
umumnya, kontaminasi peritoneum yang terus menerus
dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau
mereseksi viskus yang perforasi.
3) Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang
difus, yaitu dengan menggunakan larutan kristaloid
14
(saline). Agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke
tempat yang tidak terkontaminasi maka dapat
diberikan antibiotika (misalsefalosporin) atau
antiseptik (misalpovidon iodine) pada cairan
irigasi. Bila peritonitisnya terlokalisasi,
sebaiknya tidak dilakukan lavase peritoneum, karena
tindakan ini akan dapat menyebabkan bakteri menyebar
ke tempat lain.
4) Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak
dianjurkan, karena pipa drain itu dengan segera akan
terisolasi/terpisah dari cavum peritoneum, dan dapat
menjadi tempat masuk bagi kontaminaneksogen.
Drainase berguna pada keadaan dimanater jadi
kontaminasi yang terus-menerus (misal fistula) dan
diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang
tidak dapat direseksi.
2.8.3 Pngobatan
Biasanya yang pertama dilakukan adalah pembedahan
eksplorasi darurat, terutama bila terdapat
apendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi
atau divertikulitis. Pada peradangan pankreas
(pankreatitisakut) atau penyakit radang panggul pada
wanita, pembedahan darurat biasanya tidak
15
dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila
perlu beberapa macam antibiotic diberikan bersamaan.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan
oleh infeksi pada selaput organ perut
(peritonieum). Peritoneum adalah selaput tipis dan
jernih yang membungkus organ perut dan dinding
perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik
dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau
aseptik.
Ada dua tipe peritonitis yaitu primer dan
sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari pembuluh darah dan
pembuluh limfe ke peritoneum. Penyebab peritonitis
primer yang paling umum adalah penyakit hati.
Peritonitis sekunder adalaht ipe peritonitis yang
lebih umum.
Peritonitis juga dapat bersifat akut atau
kronis. Peritonitis akut adalah peradangan yang
tiba-tiba pada peritoneum sedangkan peritonitis
kronis adalah peradangan yang berlangsung sejak
lama pada peritoneum.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan perawat dapat
menangani dan dapat mengatasi apabila pasien dengan
peritonitis. Perawat diharapakan dapat melaksanakan
asuhan keperawatan dengan baik kepada klien dengan
peritonitis.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasaoleh Hartono, dkk. Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 2002. RencanaAsuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://www.pers ify.com/id/perspectives/medical- conditions-diseases/peritonitis-_-951000103799.diakses tanggal 27 Maret 2015 pukul 10.30 WIB
Heather, Herdman. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi danKlasifikasi. Jakarata : EGC
Wilkinson, J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatandengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.EGC: Jakarta.