Top Banner

of 31

Bab Peritonitis

Jul 07, 2018

Download

Documents

Fitriza Afka
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    1/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga

    perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.

    Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa

    tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi,

    obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang

    mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga

    terjadilah peritonitis. Peradangan peritoneum merupakan komplikasi

    berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ

    abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal),

    ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka

    tembus abdomen. Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap

    infeksi bakteri (secara inokulasi kecilkecilan) kontaminasi yang terus

    menerus, bakteri yang !irulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda

    asing atau en"im pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan

    terjadinya peritonitis. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus

    segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit

    yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis

    dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis

    pada data anamnesis, pemeriksaan #sik dan pemeriksaan penunjang.

    B. Tujuan

    a. $ujuan %mum

    &ampu mengetahui dan memahami pato#siologi dan asuhan

    keperawatan sistem pencernaan

    b. $ujuan Khusus'. &engetahui dan memahami pengertian peritonitis. &engetahui dan memahami anatomi dan #siologiperitonitis. &engetahui dan memahami etiologi peritonitis*. &engetahui dan memahami klasi#kasi peritonitis+. &engetahui dan memahami manifestasi klinis peritonitis. &engetahui dan memahami komplikasi peritonitis

    . &engetahui dan memahami pato#siologi peritonitis. &engetahui dan memahami /01 peritonitis2. &engetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik peritonitis

    '

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    2/31

    '3.&engetahui dan memahami penatalaksanaan peritonitis''.&engetahui dan memahami pengkajian pada klien peritonitis'.&engetahui dan memahami diagnosa keperawatan pada klien

    peritonitis'.&engetahui dan memahami inter!ensi pada klien peritonitis

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT PERITONITIS

    .! Pengert"an

    Peritonitis diartikan sebagai proses in4amasi atau proses peradangan

    peritoneum termasuk sebagian atau seluruh organ di dalam rongga peritoneum.

    Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan sekitarnya

    melalui perforasi usus seperti rupture appendiks atau di!ertikulum karena

    awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. 5elain itu juga dapat

    diakibatkan oleh materi kimia yang iritan seperti asam lambung dari perforasi

    ulkus atau empedu dari perforasi kantung empedu atau laserasi hepar. Padawanita sangat dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pel!is dari

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    3/31

    infeksi tuba falopi atau rupturnya kista o!ari. Kasus peritonitis akut yang tidak

    tertangani dapat berakibat fatal. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami

    gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik

    dengan syok sepsis. 6nfeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis

    spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ !iseral), atau

    penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang

    adekuat). 6nfeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi

    (umum) dan abses abdomen (lokal infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan

    sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.

    . Anat#$" % F"&"#l#g"

    Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.

    Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu

    coelom. 7i antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding

    enteron. 8nteron didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm,

    dorsal dan !entral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian

    menjadi peritonium.

    Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi

    dinding rongga abdomen dan peritoneum !isceral yang melapisi semua organ

    yang berada dalam rongga abdomen. 9uang yang terdapat diantara dua lapisan

    ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa

    kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka

    masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam peritoneum banyak terdapat

    lipatan atau kantong. :ipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak

    yang terdapat disebelah depan lambung. :ipatan kecil (omentum minor) meliputi

    hati, kur!aturan minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan

    membentuk mesenterium usus halus.

    :apisan peritoneum dibagi menjadi , yaitu;

    ') :embaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina !isceralis (tunika

    serosa).

    ) :embaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.

    ) :embaran yang menghubungkan lamina !isceralis dan lamina parietalis.

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    4/31

    dudenum)

    *. $ukak thypoid

    +. $ukan disentri amuba>colitis

    . $ukak pada tumor

    . 5alpingitis

    . 7i!ertikulitis

    Kuman yang paling sering ialah bakteri 1oli, streptokokus alpha dan beta

    hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah

    clostridium wechii.

    '. 5ecara langsung dari luar.

    *

    http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.html

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    5/31

    '. 0perasi yang tidak steril

    . $erkontaminasi talcum !enetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi

    peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa

    sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis

    granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.

    . $rauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati

    *. &elalui tuba fallopius seperti cacing enterobius !ermikularis.

     $erbentuk pula peritonitis granulomatosa.

    . 5ecara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti

    radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis,

    glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau

    pnemokokus.

    ?entuk peritonitis yang paling sering ialah 5pontaneous bacterial Peritonitis

    (5?P) dan peritonitis sekunder. 5?P terjadi bukan karena infeksi intra

    abdomen, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi

    kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehingga menjadi translokasi

    bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang

    terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit

    hati yang kronik. 5emakin rendah kadar protein cairan asites, semakin

    tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. 6ni terjadi karena ikatan

    opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites pathogen yang

    paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negati!e 8. 1oli

    *3@, Klebsiella pneumoniae @, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram

    lainnya 3@ dan bakteri gram positif yaitu 5treptococcus pnemuminae'+@, jenis 5treptococcus lain '+@, dan golongan 5taphylococcus @, selain

    itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.

    Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi

    atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi

    bakteri rongga peritoneal terutama disebabkan bakteri gram positif yang

    berasal dari saluran cerna bagian atas.

    +

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    6/31

    Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah

    mendapatkan terapi 5?P atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan

    berasal dari kelainan organ, pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul

    abses atau 4agmon dengan atau tanpa #stula. 5elain itu juga terdapat

    peritonitis $?, peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-

    bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain

    atau prses in4amasi transmural dari organ-organ dalam (&isalnya penyakit

    1rohn).

    .( Kla&")ka&"

    ?erdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasi#kasikan sebagai berikut;

    !. Per"t#n"t"& *akter"al +r"$er

    &erupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen

    pada ca!um peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam

    abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya 8. 1oli,

    5reptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi

    dua, yaitu;

    a) 5pesi#k; misalnya $uberculosis

    b) Aon spesi#k; misalnya pneumonia non tuberculosis dan $onsilitis.

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    7/31

    5elain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat

    memperberat suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari;

    a. :uka>trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam

    ca!um peritoneal.

    b. Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan

    oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.

    c. Komplikasi dari proses in4amasi organ-organ intra abdominal, misalnya

    appendisitis.

    d. Peritonitis tersier

    '. Per"t#n"t"& ter&"er0 $"&aln1a2a. Peritonitis yang disebabkan oleh jamur.

    b. Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.

    &erupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii

    misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.

    (. Per"t#n"t"& Bentuk la"n ,ar" +er"t#n"t"&2

    • =septik>steril peritonitis.

    • Granulomatous peritonitis.

    • Biperlipidemik peritonitis.

    •  $alkum peritonitis.

    .3 4an"5e&ta&" Kl"n"k 

    Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya.

    ?iasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di

    perutnya. ?isa terbentuk satu atau beberapa abses. 6nfeksi dapat meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya

    bisa menyumbat usus. ?ila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi

    bisa berkembang dengan cepat. Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan

    cairan tertahan di usus

    halus dan usus besar. 1airan juga akan merembes dari peredaran darah ke

    dalam rongga peritoneum. $erjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan

    elektrolit. 5elanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-

    paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang menyebar.

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    8/31

    =danya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan

    tanda-tanda rangsangan peritonium. 9angsangan peritonium menimbulkan nyeri

    tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di

    bawah diafragma. Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan

    sementara usus.

    ?ila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan

    terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. 9angsangan

    ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran

    peritonium dengan peritonium. Ayeri subjektif berupa nyeri waktu penderita

    bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan. Ayeri objektif berupa

    nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes

    lainnya.

    7iagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri

    abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas

    lokasinya (peritoneum !isceral) yang makin lama makin jelas lokasinya

    (peritoneum parietal). $anda-tanda peritonitis relati!e sama dengan infeksi berat

    yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi,

    dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Ayeri abdomen yang hebat biasanya

    memiliki punctum maCimum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. 7inding

    perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak

    sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena

    iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan !agina bimanual untuk

    membedakan nyeri akibat pel!ic in4ammatoru disease. Pemeriksaan-

    pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan

    imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi,

    atau B6D), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma

    cranial,ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita

    dengan paraplegia dan penderita geriatric.

    .6 K#$+l"ka&"

    Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana

    komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu;

    '. Komplikasi dini.

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    9/31

    a. 5eptikemia dan syok septic.

    b. 5yok hipo!olemik.

    c. 5epsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengankegagalan multisystem.

    d. =bses residual intraperitoneal.

    e. Portal Pyemia (misal abses hepar).

    . Komplikasi lanjut.

    a. =dhesi.

    b. 0bstruksi intestinal rekuren.

    .7 Pat#)&"#l#g"

    9eaksi awal peritoneum terhadap in!asi oleh bakteri adalah keluarnya

    eksudat #brinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara

    perlekatan #brinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan

    sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila

    infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita #brosa, yang kelak

    dapat mengakibatkan obstuksi usus.

    Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran

    mengalami kebocoran. Eika de#sit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,

    maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti

    misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperin4amatorius, sehingga

    membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena

    tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit

    oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. $akikardi awalnya

    meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipo!olemia.

    0rgan-organ didalam ca!um peritoneum termasuk dinding abdomen

    mengalami oedem. 0edem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah

    kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga

    peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal

    2

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    10/31

    dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan

    hipo!olemia. Bipo!olemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan

    yang tidak ada, serta muntah.

     $erjebaknya cairan di ca!um peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut

    meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh

    menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.

    ?ila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum

    atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. 7engan

    perkembangan peritonitis umum, akti!itas peristaltik berkurang sampai timbul

    ileus paralitik usus kemudian menjadi atoni dan meregang. 1airan dan elektrolit

    hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi

    dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang

    meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan

    mengakibatkan obstruksi usus.

    5umbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus

    karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan

    peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. 6leus ini dapat berupa

    ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh

    darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi

    disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir

    dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena

    penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.

    .8 9O:

    '3

    :uka>trauma

    penetrasi

    6ritan langsung(getah

    lambung>getah

    empedu>getah

    Komplikasi dariproses in4amasi

    organ intra

    6nfeksi akut >perforasi traktus

    G6>traktus

    Kontaminasibakteri pada

    ca!um Kuman dari luar

    masuk ke ca!umPenyebaran bakteri

    ke peritoneum

    6n4amasi pada peritoneum

    Pelepasan berbagai

    mediator kimiawi

    (histamine,

    bradikinin,serotonin,interleukin

    Keluarnya eksudat

    #brosa

    &engaktifkan

    neutro#l dan

    =kti!itas

    peristaltic

    usus &K ; resiko

    infeksiPelepasan "at pirogen6leus

    &erangsang sel-sel

    endotel hipotalamus

    %sus menjadi

    meregangPeningkatan

    permeabilitas

    kapiler dan

    membrane

    &erangsang syaraf 

    perasa nyeri&emicu

    mengeluarkan

    =bsorpsi

    makanan

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    11/31

    .; Pe$er"k&aan D"agn#&t"k  $est laboratorium

    • :eukositosis

    • Bematokrit meningkat

    • =sidosis metabolik

    F. 9ay

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    12/31

    dengan tanda peritonitis atau hipo!olemia harus menjalani ekplorasi bedah,

    tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanda-tanda sepsis dengan

    hemodinamik stabil. 5emua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus

    diekplorasi terlebih dahulu. ?ila luka menembus peritoneum maka tindakan

    laparatomi diperlukan. Prolaps !isera tanda-tanda peritonitis, syok,

    hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum,

    adanya udara bebas intraperitoneal dan la!ese peritoneal yang positif juga

    merupakan indikasi melakukan laparotomi. ?ila tidak ada, pasien harus

    diobser!asi selama *-* jam. 5edangkan pasien pada luka tembak

    dianjurkan agar dilakukan laparotomi.

    B. KONSEP ASUHAN KEPERA9ATAN PERITONITIS!. Pengkaj"an

    !/ I,ent"ta& +a&"en

    •   6dentitas pasien ; nama, umur, agama, pekerjaan, suku>bangsa, jenis

    kelamin./ R"=a1at ke&e>atan

    a) 9iwayat Penyakit 5ekarangPasien peritonitis datang dengan gejala nyeri abdomen, demam tinggi,

    hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga hipotensi bahkan syok.Peritinotis

    dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal

    diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik,

    lupus eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.b) 9iwayat Penyakit 7ahulu=pakah klien pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi,

    operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan

    seperti ruptur limpa dan ruptur hati. 9iwayat penyakit perforasi

    appendicsitis, ulkus peptikum dan duodenumc) 9iwayat Penyakit Keluarga5ecara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini

    disebabkan oleh bakterial primer, seperti; $ubercolosis. &aka

    kemungkinan diturunkan ada.'/ Pe$er"k&aan F"&"k a. Keadaan %mum Pasien

    - G15 ; biasanya pasien mengalami penrunan kesadaran- ?? ; terdapat perbedaan ?? pasien sebelum sakit dan setelah

    sakit, karena terjadi penurunan ?? pasien.b. Dital sign

    - $7 ; biasanya pasien mengalami penurunan tekanan darah- 5uhu ; terjadi peningkatan suhu tubuh

    '

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    13/31

    - Aadi ; terjadi peningkatan frekuensi nadi (takikardi). Klien

    mengalami takikardi karena mediator in4amasi dan hipo!elemia

    !askular karena anoreksia dan !omit.- 99 ; terjadi peningkatan frekuensi pernafasan, dispnea

    c. Kepala dan leher?iasanya tidak terdapat gangguan, kepala normal dan tidak ada

    pembesaran pada kelenjar getah beningd. &ata dan telinga

    Pada konjungti!a mungkin terlihat anemis akibat kurangnya asupan

    makanan (Bb pasien biasanya rendah), sclera tidak ikterik. 7an tidak ada

    gangguan pada telingae. Bidung ; tidak ada gangguan pada hidungf. $horak

    - 6nspeksi ; dispnea, biasanya retraksi otot bantu

    pernafasan serta biasanya pasien menggunakan otot bantu

    pernafasan- Palpasi ; tidakm ada gangguan, hanya saja biasanya

    perubahan kecepatan frekuensi pernafasan pada pasien- Perkusi ; biasanya normal- =uskultasi ; biasanya normal

     Eantungirama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik,

    hipo!olemik atau septik)g. =bdomen

    - 6nspeksi ; biasanya distensi abdomen- =uskultasi ; biasanya terjadi penurunan bising usus, gerakan

    peristaltic usus turun ('C>i)- Perkusi ; biasanya tidak ada gangguan (timpani)- Palpasi ; terdapat nyeri tekan disetiap kuadran abdomen

    h. Genital ; biasanya tidak ada gangguani. 8kstremitas atas dan bawah

    akral ; dingin, basah, dan pucat. letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan

    akti!itas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot

    mengalami kelelahan.

     j. 6ntegumentturgor kulit menurun akibat kekurangan !olume cairan.k. Autrisi

    Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Domit dapat muncul akibat

    proses ptologis organ !isceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder

    akibat iritasi peritoneal.l. 8liminasi

     $erjadi penurunan jumlah produksi urin

    (/ Pe$er"k&aan ,"agn#&t"? ,an la*#rat#r"u$

    Pemeriksaan :aboratorium

    '

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    14/31

    a. 1omplete ?lood1ount (1?1), umumnya pasien dengan infeksi intra

    abdomen menunjukan adanya luokositosis (H''.333 sel> I:) dengan

    adanya pergerakan ke bentuk immatur pada diJerential cell count.

     Aamun pada pasien dengan immunocompromised dan pasien

    dengan beberapa tipe infeksi (seperti fungal dan 1&D) keadaan

    leukositosis dapat tidak ditemukan atau malah leucopenia

    b. P$, P$$ dan 6A9 c.

    c. $est fungsi hati jika diindikasikan

    d. =milase dan lipase jika adanya dugaan pancreatitis e.

    e. %rinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran kemih

    (seperti pyelonephritis, renal stone disease)

    f. 1airan peritoneal, cairan peritonitis akibat bakterial dapat ditunjukan

    dari pB dan glukosa yang rendah serta peningkatan protein dan nilai

    :7B

    Pemeriksaan 9adiologi

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    15/31

    5ebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset #lm yang dapat

    mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran

    kaset dan #lm ukuran + C * cm. 5ebelum terjadi peritonitis, jika

    penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada

    foto polos abdomen posisi didapatkan gambaran radiologis antara lain;

    a.Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya

     penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal

    daerah obstruksi, penebalan dnding usus, gambaran seperti duri ikan

    (Berring bone appearance).

    b. Posisi ::7, untuk melihat air 4uid le!el dan kemungkinan perforasi usus.

    7ari air 4uid le!el dapat diduga gangguan pasase usus. ?ila air 4uid le!el

     pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang-panjang

    kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah

    adanya udara bebas infra diafragma dan air 4uid le!el.

    c. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh

    adanya air 4uid le!el dan step ladder appearance. Eadi gambaran

    radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya distensi usus partial, air 4uid

    le!el, dan herring bone appearance. 5edangkan pada ileus paralitik

    didapatkan gambaran radiologis yaitu;

    a.7istensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehinggakadang-kadang susah membedakan anatara intestinum tenue yang

    melebar atau intestinum crassum.

    b.=ir 4uid le!el.

    c.Berring bone appearance.

    .!! D"agn#&a Ke+era=atan

    ' Ayeri berhubungan dengan proses in4amasi, demam dan kerusakan

     jaringan.

    9isiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

    dan muntah.

    * Kekurangan !olume cairan berhubungan dengan kehilangan !olume cairan

    aktif.

    '+

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    16/31

    + Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan

    sekunder distensii abdomen dan menghindari nyeri.

    =nsietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

    Bipertermi berhubungan dengan peingkatan kerja hipothalamus

    .! Interen&" Ke+era=atan

    Ao7iagnosa

    KeperawatanA01 A61

    !

    Ayeri

    berhubungan

    dengan proses

    in4amasi, demam

    dan kerusakan

     jaringan.

    • N1er" 2 Re&+#n& S"$+ang

    P&"k#l#g"&

    - Proses Pemikiran :ambat

    ('>)- Pelemahan ingatan ('>)- Gangguan konsentrasi ('>)- Kebimbangan ('>)- ?ahaya nyeri ('>)- Kuatir tentang nyeri ('>)- Kuatir akan membebani

    orang lain ('>)- Kuatir akan ketertinggalan

    ('>)- 7epresi ('>)- Kegelisahan ('>)- Kesedihan ('>)- Keadaan tidak berdaya ('>)- Keputusasaan ('>)- Keadaan tidak berharga

    ('>)- Perasaan dikucilkan ('>)- Gangguan dengan 8fek

    merusak nyeri ('>)- ?erpikir bunuh diri ('>)- ?erpikir pesimis ('>)-  $akut pada tindakan dan

    peralatan ('>)-  $akut nyeri tidak dapat

    ditahan ('>)- Kebencian terhadap orang

    lain ('>)- &elumpuhkan kemarahan

    pada efek nyeri ('>)  Peng#ntr#lan N1er"

    4anaje$en n1er"

    =kti!itas ;

    !. :akukan pengakajian nyeri

    secara komprehensif

    termasuk lokasi,

    karakteristik, durasi,

    frekuensi, kualitas dan

    faktor presifasi. 0bser!asi reaksi non!erbal

    dari ketidaknyamanan'. Gunakan teknik komunikasi

    terapeutik untuk

    mengatahui pengalaman

    nyeri pasien(. Kai kultrul yang

    mempengaruhi respons

    nyeri3. 8!aluasi pengalaman nyeri

    masa lampau6. 8!aluasi bersama pasien

    dan tim kesehatan lain

    tentang ketidakefektifan

    kontrol nyeri masa lampau7. ?antu pasien dan keluarga

    untuk mencari dan

    menemukan dukungan8. Kontrol lingkungan yang

    dapat mempengarui nyeri

    '

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    17/31

    - &enilai faktor penyebab

    ('>)- 9ecogni"e lamanya Ayeri

    ('>)-

    Gunakan ukuranpencegahan ('>)

    - Penggunaan mengurangi

    nyeri dengan non analgesic

    ('>)- Gunakan tanda L tanda !ital

    memantau perawatan ('>)- :aporkan tanda > gejala

    nyeri pada tenaga

    kesehatan professional ('>)- Gunakan catatan nyeri ('>)- Gunakan sumber yang

    tersedia ('>)- &enilai gejala dari nyeri

    ('>)- :aporkan bila nyeri

    terkontrol ('>)

    • N1er" 2 E5ek

    Pengganggu- Kehilangan hubungan

    6nterpersonal ('>)- Kehilangan aturan

    penampilan ('>)

    - Permainan yang

    membahayakan ('>)- =kti!itas diwaktu luang yang

    membahayakan ('>)- Pekerjaan yang

    membahayakan ('>)- Kenyamanan hidup yang

    membahayakan ('>)- Kontrol perasaan yang

    membahayakan ('>)- Kehilangan konsentrasi ('>)- Barapan yang

    membahayakan ('>)- Kehilangan mood ('>)- Kesabaran berkurang ('>)- Gangguan tidur ('>)- Kehilangan mobilitas #sik

    seperti suhu ruangan

    percahayaan dan

    kebisingan;. Kurangi faktor presi!itasi

    nyeri!

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    18/31

    ('>)- Kehilangan kemandirian (self 

    L care) ('>)- Kurangnya nafsu makan

    ('>)- Kesulitan untuk mengurus

    pekerjaan ('>)- Kesulitan eliminasi ('>)- =bsen dalam bekerja ('>)- =bsen dalam sekolah ('>)

    • T"ngkat N1er"

    - &elaporkan nyeri ('>)- Persentase tubuh yang

    dipengaruhi ('>)

    - &erintih dan &enangis ('>)- :ama episode nyeri ('>)- 8kspresi oral ketika nyeri

    ('>)- 8kspresi wajah ketika nyeri

    ('>)- Posisi tubuh melindungi ('>)- Gelisah ('>)- Kekuatan otot ('>)- Perubahan frekuensi nafas

    ('>)- Perubahan frekuensi nadi

    ('>)- Perubahan tekanan darah

    ('>)- Perubahan ukuran pupil ('>)- Keringat ('>)- Bilang nafsu makan ('>)

    pilihan, rute pemberian,

    dan dosis optimal3. Pilih rute pemberian

    secara 6D, 6&, untuk

    pengobatan nyeri secara

    teratur6. &onitor !italsign

    sebelum dan sesudah

    pemberian nalgesik

    pertama kali7. ?erikan analgesik tepat

    waktu terutama saat nyeri

    hebat8. 8!aluasi akti!itas

    analgesik tanda dan gejala

      A,$"n"&tra&" analge&"?

    a. $entukan lokasi,

    karakteristik, kualitas,

    dan derajat nyeri

    sebelum pemberian obatb. 1ek instruksi dokter

    tentang jenis obat, dosis,

    dan frekuensic. 1ek riwayat alergid. Pilih analgesic yang

    diperlukan atau

    kombinasi dari analgesic

    ketika pemberian lebih

    dari 5atue. $entukan pilihan

    analgesic tergantungtipe dan berat nyeri

    f. $entukan analgesic

    pilihan, rute pemberian,

    dan dosis optimalg. Pilih rute pemberian

    secara 6D, 6& untuk

    pengobatan nyeri secara

    teratur

    h. &onitor !ital sign

    '

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    19/31

    sebelum dan sesudah

    pemberian analgesic

    pertama kalii. ?erikan analgesic tepat

    waktu terutama saat

    nyeri hebat j. 8!aluasi e!ekti!itas

    analgesic, tanda dan

    gejala

    9isiko tinggi

    infeksi

    berhubungan

    dengan trauma

     jaringan.

      Statu& I$un

    -  $idak adanya infeksi

    berulang ('>)

    -  $idak adanya tumor ('>)

    - 5tatus pencernaan dari skalayang diharapkan ('>)

    - 5tatus pernafasan dari skala

    yang diharapkan ('>)

    - 5tatus genito urinary ('>)- ?erat dari skala yang

    diharapkan ('>)

    - 5uhu tubuh dari skala yang

    diharapkan ('>)

    - 6ntegritas kulit ('>)- 6ntegritas mukosa ('>)-  $idak adanya kelelahan

    secara terus menerus ('>)

    - Pengebalan sekarang ('>)- Kadar "at terlarut pada

    antibodi dalam batas normal

    ('>)

    - 9eaksi tes kulit cocok

    dengan pembukaan('>)- Bal L hal yang mutlak dalam

    menghitung sel darah putih

    nilai L nilai dalam batas

    normal ('>)

    - 7iferensial dalam

    menghitung sel darah putih

    dan nilai L nilai dalam batas

    normal ('>)

    - 5el $* dalam batas normal

    K#ntr#l "n5ek&"

    =kti!itas ;

    '. ?ersihkan lingkungan

    setelah dipakai pasien lain. Pertahankan teknik isolasi. ?atasi pengunjung bila

    perlu*. 6nstruksikan pada

    pengunjung untuk mencuci

    tangan saat berkunjung dan

    setelah berkunjung

    meninggalkan pasien+. Gunakan sabun antibikrobia

    untuk cuci tangan. 1uci tangan setiap sebelum

    dan sesudah tindakan

    keperawatan. Gunakan baju, sarung

    tangan sebagai alat

    pelindung. Pertahankan lingkungan

    aseptik selama

    pemasangan alat2. Ganti letak 6D perifer line

    sentral dan dressing sesuai

    dengan petunjuk umum'3.Gunakan kateter intermiten

    untuk menurunkan infeksi

    kandung kencing

    ''.$ingkatkan intake nutrisi'.?erikan terapi antibiotik

    '2

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    20/31

    ('>)

    - 5el $ dalam batas normal

    ('>)

    - Pelengkap dalam batas

    normal ('>)- Penemuan F L rays timus

    dari skala yang diharapkan

    ('>)

      K#ntr#l Re&"k#

    - &enyatakan resiko ('>)- &emantau faktor resiko

    lingkungan ('>)

    - &emantau faktor resiko

    perilaku pribadi ('>)- &engembangkan strategi

    kontrol resiko yang efektif

    ('>)

    - &enyesuaikan strategi

    kontrol resiko yang

    dibutuhkan ('>)

    - &elakukan strategi kontrol

    resiko ('>)

    - &engikuti strategi kontrolresiko yang dipilih ('>)

    - &odi#kasi gaya hidup untuk

    menurunkan faktor resiko

    ('>)

    - &enghindari paparan

    ancaman kesehatan ('>)

    - ?erpartisipasi dalam skrining

    masalah kesehatan yang

    berhubungan ('>)

    - ?erpartisipasi dalam skrining

    untuk mengidenti#kasi

    resiko ('>)

    -  &endapatkan imunitas yang

    sesuai ('>)

    - &enggunakan yankes sesuai

    kebutuhan ('>)

    - &enggunakan sistem

    dukungan pribadi untuk

    bilaperlu

      Pr#tek&" ter>a,a+

    "n5ek&"

    =kti!itas ;

    '. &onitor tanda dan gejala

    infeksi sistemik dan lokal. &onitor hitung granulosit,

    /?1. &onitor kerentanan

    terhadap infeksi*. ?atasi pengunjung+. 5ering pengunjung

    terhadap penyakit menular. Pertahankan teknik aspesis

    pada pasien yang beresiko. Pertahankan teknik isolasi

    kepada pasien. ?erikan perawatan kulit

    pada area epidema2. 6nspeksi kulit dan membran

    mukosa terhadap

    kemerahan, panas, drainase

    '3.6nspeksi kondisi luka> insis

    bedah''.7orong masukan nutrisi

    yang cukup'.7orong memasukkan cairan'.7orong istirahat'*.6nstruksikan pasien untuk

    minum antibiotik sesuai

    resep

    '+.=jarkan pasien dan keluargatanda dan gejala infeksi

    '.=jarkan cara menghindari

    infeksi'.:aporkan kecurigaan infeksi'.:aporkan kultur positif 

    3

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    21/31

    mengontrol resiko ('>)

    - &enggunakan sumber

    komunitas untuk mengontrol

    risiko ('>)

    - &engenal perubahan statuskesehatan ('>)

    - Pantau perubahan status

    kesehatan ('>) Ketidakseimbanga

    n nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    tubuh b.d

    anoreksia dan

    muntah

     

    Statu& nutr"&" 2 a&u+an

    $akanan ,an ?a"ran

    @ Pemasukkan makanan lewat

    slang '>

    @ =supan cairan oral >*

    @ 5tatus nutrisi ; intakemakanan dan cairan 6ntake

    makanan dimulut '>

    @ 6ntake disaluran makanan

    '>

    @ 6ntake cairan dimulut '>@ 6ntake cairan '>

     

    Statu& nutr"&" 2 "ntake

    nutr"&"

    @ 6ntake kalori '>@ 6ntake protein '>@ 6ntake lemak '>@ 6ntake karbohidrat '>@ 6ntake !itamin '>@ 6ntake mineral '>@ 6ntake "at besi '>@ 6ntake kalsium '>

      4anaje$ent nutr"&"

    =kti!itas ;

    !. Kaji adanya alergi makanan. Kolaborasi dengan ahli

    giiuntuk menentukan

     jumlah kalorasi dan nutrisi

    yang dibutuhkan pasien'. =njurkan pasien untuk

    menungkatkan intake

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    22/31

    3. &onitor makanan selama

    makan6.  Eadwalkan pengobatan dan

    tindakan tidak selama jam

    makan7. &onitor kulit kering dan

    prubahan pigmentasi8. &onitor turgor kulit;. &onitor kekeringan rambut

    kusam dan mudah patah!)

    -  $ekanan arteri 689('>)

    -  $ekanan !ena sentral

    689 ('>)

    -  $ekanan pulmoner

    689 ('>)

    - 7enyut nadi perifer

    teraba jelas ('>)

    - Bipotensi ortostatik

    tidak ada ('>)- Keseimbangan

      4anaje$en ?a"ran

    @  $imbang ?? tiap hari@ Bitung haluaran@ Pertahankan intake yang

    adekuat

    @ Pasang kateter urin@ &onitor status hidrasi@ &onitor status

    hemodinamik termasuk

    1DP, &=P, P=P

    - &onitor hasil lab, terkait

    retensi ciran

    (peningkatan ?%A)

    - &onitor $$D

    - &onitor adanya indikasi

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    23/31

    masukan dan

    haluran * jam ('>)

    - ?unyi nafas

    tambahan tidak ada

    ('>)- ?erat badan stabil

    ('>)

    - asites tidak ada ('>)-  $idak ada distensi

    !ena leher ('>)

    -  $idak ada edema

    perifer ('>)

    - &ata tidak cekung

    ('>)- &embrane mukosa

    lembab ('>)

    - Bematokrit dalam

    batas normal ('>)

    - Baus yang abnormal

    tidak ada ('>)

    - Pengeluaran urin

    dalam batas normal

    ('>)• H",ra&"

    - Bidrasi kulit ('>)- &embrane mukosa

    lembab ('>)

    - 8dema perifer tidak

    ada ('>)

    - =sites tidak ada ('>)- Baus yang abnormal

    tidak ada ('>)- ?unyi nafas

    tambahan tidak ada

    ('>)

    - Aafas pendek tidak

    ada ('>)

    - &ata cekung tidak

    ada ('>)

    -  $idak ada demam

    ('>)- Kemampuan

    retensi>o!erload cairan

    (seperti ; edema, asites,

    distensi !ena leher)

    - &onitor perubahan ??

    klien sebelum dan

    sesudah dialisa

    - &onitor status nutrisi- Kaji lokasi dan luas

    edema

    - =njurkan klien untuk

    intake oral

    - 7istribusikan cairan H*

     jam

    - ?erikan terapi 6D- ?erikan cairan- ?erikan diuretic- Persiapan untuk

    administrasi produk

    darah

    • 4anaje$en

    ?a"ranelektr#l"t

    - &onitor keabnormalan

    untuk serum- 7apatkan specimen lab

    untuk memonitor le!el

    cairan atau

    elektrolit( seperti B$,

    ?%A, sodium, protein,

    potassium)

    -  $imbang ?? tiap hari- ?erikan cairan

    - Promosikan intake oral- ?eri terapi nasogastrik

    untuk menggantikan

    output

    - ?eri serat pada selang

    makan pasien untuk

    mengurangi kehilangan

    cairan dan elektrolit

    selama diare- Pasang infuse 6D

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    24/31

    berkeringat ('>)

    - Baluaran urin dalam

    batas normal ('>)

    -  $ekanan darah

    dalam batas normal('>)

    - Bematokrit dalam

    batas normal ('>)

    • Ke&e"$*angan

    elektr#l"t ,an

    a&a$ *a&a

    - )- )- Aatrium serum /A:

    ('>)

    - Kalium serum /A:

    ('>)

    - klorida serum /A:

    ('>)- kalsium serum /A:

    ('>)

    - &agnesium serum

    /A: ('>)

    - PB serum /A: ('>)- Kekuatan otot ('>)- Gatal pada

    ektremitas tidak ada

    ('>)

    - &onitor hasil lab yang

    rele!an dengan retensi

    cairan

    - &onitor status

    hemodinamik termasuk

    &=P, P=P, P1/P

    - Pertahankan keakuratan

    catatan intake dan

    output

    - &onitor dan gejala

    retensi cairan

    - &onitor $$D- 9estribusi cairan

    - Perbaikan dehidrasi

    postoperati!e

    - Pertahankan 6D yang

    mengandung elektrolit

    pada frekuensi tetes

    yang konstan

    - &onitr respon pasien

    untuk memberiakan

    terapi elektrolit- :akukan pengontrolan

    kehilangan cairan

    - ?eri tindakan untuk

    mengurangi ?=?

    - ?erikan manajemen

    hipoglikemia

    - &onitor manifestasi dari

    kekurangan

    keseimbangan elektrolit- Kaji sclera, kulit, untuk

    mencari indikasi

    kekurangan

    keseimbangan cairan

    dan elektrolit+

    Ketidakefektifan

    pola nafas b.d

    penurunan

    • 5tatus pernafasan ;

    kepatenan jalan

    nafasa. 7emam tidak ada

    • &anajemen jalan nafas

    a. &embuka jalan nafas

    dengan cara dagu

    diangkat atau rahang

    *

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    25/31

    kedalaman

    pernafasan

    sekunder distensii

    abdomen dan

    menghindari

    nyeri.

    ('>)b. 5esak tidak ada ('>)c. )

    e. Keluaran sputum dari

     jalan napas ('>)f. $idak ada suara

    napas tambahan

    ('>)

    • 5tatus pernapasan ;

    !entilasia. $ingkatan

    pernapasan

     jangkauan yang

    diharapkan ('>)b. 6rama pernapasan

     jangkauan yang

    diharapkan ('>)c. Kedalaman inspirasi

    ('>)d. &emudahkan

    bernafas ('>)e. ?unyi nafas

    auscultate ('>)f. )h. Dokal yang cukup

    ('>)

    • 5tatus tanda-tanda

    !ital ;a. $ekanan darah

    sistolik ('>)b. $ekanan darah

    diastolic ('>)c. )

    e. 5uhu ('>)

    ditinggikanb. &emposisikan pasien

    agar mendapatkan

    !entilasi yang maksimal

    c. Penghirupan nafasmelalui mulut atau

    nasofaringd. &emberikan terapi #sik

    dadae. &engeluarkan secret

    dengan cara batuk atau

    penyedotanf. &endorong pernafasan

    yang

    dalam,lambat,bolak-

    balik,dan batukg. &emberikan oksigen

    yang tepath. &emberikan cairan yang

    teratur agar memperoleh

    keseimbangan dalam

    tubuh

    i. &emeriksa keadaan

    pernafasan dan oksigen

      Tera+" Ok&"gen'. &empertahankan jalan nafas. &engontrol aliran oksigen. &emberikan 0 tambahan*. &emeriksa secara berkala

    alat pemasangan oksigen

    untuk memastikan bahwa

    telah sesuai dengan resep+. $empatkan pasien di tempat

    tidur yang nyaman

     

    ?erikan posisi semi fowler

    +

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    26/31

    =nsietas

    berhubungan

    dengan

    perubahan status

    kesehatan.

    • kr"ter"a >a&"la. pasien mampu

    mengidenti#kasi

    dan

    mengungkapkan

    gejala cemas.b. &engidenti#kasi,

    mengungkapkan

    dan menunjukkan

    tehnik untuk

    mengontrol

    cemas.

    c. Dital sign dalambatas normal.

    d. Postur tubuh,

    ekspresi wajah,

    bahasa tubuh dan

    tingkat akti!itas

    menunjukkan

    berkurangnya

    kecemasan.

    • An"et1 Re,u?t"#n

    -+enurunan ke?e$a&an /a. Gunakan pendekatan

    yang menyenangkan.

    b. Ayatakan dengan jelas harapan

    terhadap pelaku

    pasien.c. Eelaskan semua

    prosedur dan apa

    yang dirasakan

    selama prosedur.d. Pahami perspektif 

    pasien terhadap

    situasi stress.e. $emani pasien untuk

    memberikan

    keamanan dan

    mengurangi takut.f. ?erikan informasi

    faktual mengenai

    diagnosis, tindakan

    prognosis.g. 7orong keuarga untuk

    menemani anak .h. :akukan back > neck

    rub.i. 7engarkan dengan

    penuh perhatian. j. 6denti#kasi tingkat

    kecemasan.k. ?antu pasien

    mengenal situasi

    yang menimbulkan

    kecemasan.l. 7orong pasien untuk

    mengungkapkan

    perasaan,ketakutan,p

    ersepsi.

    m. 6nstruksikan pasien

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    27/31

    menggunakan teknik

    relaksasi.n. ?erikan obat untuk

    menguragi

    kecemasan..

    Bipertermi

    berhubungan

    dengan

    peingkatan kerja

    hipothalamus

    Ter$#regula&"

     

    5uhu kulit dalam

    rentang normal ('>)

     

    5akit kepala tidak

    muncul ('>)

     

    5akit otot tidak muncul

    ('>) 

    6ritabilitas tidak

    muncul ('>)

     

    Keletihan tidak tampak

    ('>)

     

    Perubahan warna kullit

    tidak muncul ('>)

     

    =danya menggigil

    ketika dingin ('>) 

    0tot berkedut tidak

    ada ('>)

     

    ?erkeringat sangat

    panas 2'>)

     

    Gemetaran saat dingin

    ('>)

     

    7enyut nadi dalam

    rentang yangdiharpkan ('>)

     

    Pernafasan dalam

    rentang yang

    diharapkan ('>)

     

    5tatus hidrasi adekuat

    ('>)

     

    &elaporkan

    kenyamanan termal

    Feer treat$ent2

    • &onitor suhu sesering

    mungkin

    • &onitor 6/:

    • &onitor warna dan

    suhu kulit

    &onitor tekanandarah, nadi dan 99

    • &onitor penurunan

    tingkat kesadaran

    • &onitor /?1, Bb, dan

    Bct

    • &onitor intake dan

    output

    ?erikan anti peritik• ?erikan pengobatan

    untuk mengatasi

    penyebab demam

    • 5elimuti pasien

    • :akukan tapid sponge

    • Kolaborasi pemberian

    cairan intra!ena

    • Kompren pasien pada

    lipat paha dan aksila

    •  $ingkatkan sirkulasi

    udara

    • ?erikan pengobatan

    untuk mencegah

    terjadinya menggigil

    Te$+eratur regulat"#n2

    • &onitor suhu minimal

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    28/31

    ('>) tiap jam

    • 9encanakan

    monitoring suhu

    secara kontinyu• &onitor $7, nadi dan

    99

    • &onitor warna dan

    suhu kulit

    • &onitor tanda-tanda

    hipertermi dan

    hipotermi

     $ingkatkan intakecairan dan nutrisi

    • 5elimuti pasien untuk

    mencegah hilangnya

    kehangatan tubuh

    • =jarkan pada pasien

    cara mencegah

    keletihan akibat panas

    • 7iskusi tentang

    pentingnya

    pengaturan suhu dan

    kemungkinan efek

    negatif dan kedinginan

    • ?eritahukan tentang

    indikasi terjadi

    terjadinya keletihan

    dan penanganan

    emergency yang

    diperlukan

    • =jarkan indikasi dari

    hepertermi dan

    penanganan yang

    diperlukan

    • ?erikan anti pieretik

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    29/31

     jika perlu

    "tal &"gn $#n"t#r"ng2

    • &onitor $7, nadi, suhu,

    dan 99

    • 1atat adanya 4uktuasi

    tekanan darah

    • &onitor D5 saat pasien

    bebaring, duduk, atau

    berdiri

    • =uskultasi $7 pada

    kedua tangan dan

    bandingkan

    • &onitor $7, nadi, 99,

    sebelum, selama, dan

    setelah akti!itas

    • &onitor kualitas dari

    nadi

    • &onitor frekuensi dan

    irama pernafasan

    • &onitor suara paru

    • &onitor suara

    pernapasan abnormal

    • &onitor suhu, warna,

    dan kelembapan

    kulit.monitor sianosis

    perifer• &onitor adanya

    cushing triad (tekanan

    nadi yang melebar,

    bridikardi, peningkatan

    sistolik)

    • 6denti#kasi penyebab

    dari perubahan !ital

    sign

    2

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    30/31

    BAB III

    PENUTUP

    '.! Ke&"$+ulan

    Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus

    !isera dalam rongga perut.Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang

    membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.Peritonitis yang

    terlokalisir hanya dalam rongga pel!is disebut pel!ioperitonitis. Penyebab

    peritonitis antara lain ; penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi,

     penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan

    seksual, infeksi dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung,

    peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan, dialisa peritoneal

    (pengobatan gagal ginjal), iritasi tanpa infeksi. Pato#sologi peritonitis adalah

    reaksi awal peritoneum terhadap in!asi bakteri adalah keluarnya eksudat

    3

  • 8/18/2019 Bab Peritonitis

    31/31

    #brinosa. $erbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara perlekatan

    #brinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya

    sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi

    menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita #brinosa, yang kelak

    dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Prinsip umum terapi pada

    peritonitis adalah ;

      a.Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara

    intra!ena.

    b.$erapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam

    pengobatan infeksi nifas. c.$erapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.

    '. Saran

    Kita sebagai seorang perawat dalam mengatasi masalah peritonitis di

    masyarakat dapat memberikan berbagai cara untuk mencegah peritonitis dan

    diharapkan mahasiswa>i dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya

    pada klien yang mengalami peritonitis yang sesuai dengan apa yang

    dipelajari.