8/18/2019 Bab Peritonitis
1/31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga
perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi,
obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis. Peradangan peritoneum merupakan komplikasi
berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal),
ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka
tembus abdomen. Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap
infeksi bakteri (secara inokulasi kecilkecilan) kontaminasi yang terus
menerus, bakteri yang !irulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda
asing atau en"im pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan
terjadinya peritonitis. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus
segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit
yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis
dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis
pada data anamnesis, pemeriksaan #sik dan pemeriksaan penunjang.
B. Tujuan
a. $ujuan %mum
&u mengetahui dan memahami pato#siologi dan asuhan
keperawatan sistem pencernaan
b. $ujuan Khusus'. &engetahui dan memahami pengertian peritonitis. &engetahui dan memahami anatomi dan #siologiperitonitis. &engetahui dan memahami etiologi peritonitis*. &engetahui dan memahami klasi#kasi peritonitis+. &engetahui dan memahami manifestasi klinis peritonitis. &engetahui dan memahami komplikasi peritonitis
. &engetahui dan memahami pato#siologi peritonitis. &engetahui dan memahami /01 peritonitis2. &engetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik peritonitis
'
8/18/2019 Bab Peritonitis
2/31
'3.&engetahui dan memahami penatalaksanaan peritonitis''.&engetahui dan memahami pengkajian pada klien peritonitis'.&engetahui dan memahami diagnosa keperawatan pada klien
peritonitis'.&engetahui dan memahami inter!ensi pada klien peritonitis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT PERITONITIS
.! Pengert"an
Peritonitis diartikan sebagai proses in4amasi atau proses peradangan
peritoneum termasuk sebagian atau seluruh organ di dalam rongga peritoneum.
Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan sekitarnya
melalui perforasi usus seperti rupture appendiks atau di!ertikulum karena
awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. 5elain itu juga dapat
diakibatkan oleh materi kimia yang iritan seperti asam lambung dari perforasi
ulkus atau empedu dari perforasi kantung empedu atau laserasi hepar. Padawanita sangat dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pel!is dari
8/18/2019 Bab Peritonitis
3/31
infeksi tuba falopi atau rupturnya kista o!ari. Kasus peritonitis akut yang tidak
tertangani dapat berakibat fatal. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami
gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik
dengan syok sepsis. 6nfeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis
spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ !iseral), atau
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang
adekuat). 6nfeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi
(umum) dan abses abdomen (lokal infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan
sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.
. Anat#$" % F"&"#l#g"
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.
Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu
coelom. 7i antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding
enteron. 8nteron didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm,
dorsal dan !entral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian
menjadi peritonium.
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi
dinding rongga abdomen dan peritoneum !isceral yang melapisi semua organ
yang berada dalam rongga abdomen. 9uang yang terdapat diantara dua lapisan
ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa
kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka
masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam peritoneum banyak terdapat
lipatan atau kantong. :ipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak
yang terdapat disebelah depan lambung. :ipatan kecil (omentum minor) meliputi
hati, kur!aturan minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan
membentuk mesenterium usus halus.
:apisan peritoneum dibagi menjadi , yaitu;
') :embaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina !isceralis (tunika
serosa).
) :embaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.
) :embaran yang menghubungkan lamina !isceralis dan lamina parietalis.
8/18/2019 Bab Peritonitis
4/31
dudenum)
*. $ukak thypoid
+. $ukan disentri amuba>colitis
. $ukak pada tumor
. 5alpingitis
. 7i!ertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri 1oli, streptokokus alpha dan beta
hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
'. 5ecara langsung dari luar.
*
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-Askep%20Peritonitis.html
8/18/2019 Bab Peritonitis
5/31
'. 0perasi yang tidak steril
. $erkontaminasi talcum !enetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi
peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa
sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis
granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
. $rauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
*. &elalui tuba fallopius seperti cacing enterobius !ermikularis.
$erbentuk pula peritonitis granulomatosa.
. 5ecara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti
radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis,
glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau
pnemokokus.
?entuk peritonitis yang paling sering ialah 5pontaneous bacterial Peritonitis
(5?P) dan peritonitis sekunder. 5?P terjadi bukan karena infeksi intra
abdomen, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi
kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehingga menjadi translokasi
bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang
terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit
hati yang kronik. 5emakin rendah kadar protein cairan asites, semakin
tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. 6ni terjadi karena ikatan
opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites pathogen yang
paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negati!e 8. 1oli
*3@, Klebsiella pneumoniae @, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram
lainnya 3@ dan bakteri gram positif yaitu 5treptococcus pnemuminae'+@, jenis 5treptococcus lain '+@, dan golongan 5taphylococcus @, selain
itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi
atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi
bakteri rongga peritoneal terutama disebabkan bakteri gram positif yang
berasal dari saluran cerna bagian atas.
+
8/18/2019 Bab Peritonitis
6/31
Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah
mendapatkan terapi 5?P atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan
berasal dari kelainan organ, pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul
abses atau 4agmon dengan atau tanpa #stula. 5elain itu juga terdapat
peritonitis $?, peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-
bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain
atau prses in4amasi transmural dari organ-organ dalam (&isalnya penyakit
1rohn).
.( Kla&")ka&"
?erdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasi#kasikan sebagai berikut;
!. Per"t#n"t"& *akter"al +r"$er
&erupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen
pada ca!um peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam
abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya 8. 1oli,
5reptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi
dua, yaitu;
a) 5pesi#k; misalnya $uberculosis
b) Aon spesi#k; misalnya pneumonia non tuberculosis dan $onsilitis.
8/18/2019 Bab Peritonitis
7/31
5elain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat
memperberat suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari;
a. :uka>trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam
ca!um peritoneal.
b. Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan
oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
c. Komplikasi dari proses in4amasi organ-organ intra abdominal, misalnya
appendisitis.
d. Peritonitis tersier
'. Per"t#n"t"& ter&"er0 $"&aln1a2a. Peritonitis yang disebabkan oleh jamur.
b. Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.
&erupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii
misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
(. Per"t#n"t"& Bentuk la"n ,ar" +er"t#n"t"&2
• =septik>steril peritonitis.
• Granulomatous peritonitis.
• Biperlipidemik peritonitis.
• $alkum peritonitis.
.3 4an"5e&ta&" Kl"n"k
Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya.
?iasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di
perutnya. ?isa terbentuk satu atau beberapa abses. 6nfeksi dapat meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya
bisa menyumbat usus. ?ila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi
bisa berkembang dengan cepat. Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan
cairan tertahan di usus
halus dan usus besar. 1airan juga akan merembes dari peredaran darah ke
dalam rongga peritoneum. $erjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan
elektrolit. 5elanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-
paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang menyebar.
8/18/2019 Bab Peritonitis
8/31
=danya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan
tanda-tanda rangsangan peritonium. 9angsangan peritonium menimbulkan nyeri
tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di
bawah diafragma. Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan
sementara usus.
?ila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan
terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. 9angsangan
ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran
peritonium dengan peritonium. Ayeri subjektif berupa nyeri waktu penderita
bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan. Ayeri objektif berupa
nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes
lainnya.
7iagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri
abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas
lokasinya (peritoneum !isceral) yang makin lama makin jelas lokasinya
(peritoneum parietal). $anda-tanda peritonitis relati!e sama dengan infeksi berat
yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi,
dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Ayeri abdomen yang hebat biasanya
memiliki punctum maCimum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. 7inding
perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak
sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena
iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan !agina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat pel!ic in4ammatoru disease. Pemeriksaan-
pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan
imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi,
atau B6D), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma
cranial,ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita
dengan paraplegia dan penderita geriatric.
.6 K#$+l"ka&"
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana
komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu;
'. Komplikasi dini.
8/18/2019 Bab Peritonitis
9/31
a. 5eptikemia dan syok septic.
b. 5yok hipo!olemik.
c. 5epsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengankegagalan multisystem.
d. =bses residual intraperitoneal.
e. Portal Pyemia (misal abses hepar).
. Komplikasi lanjut.
a. =dhesi.
b. 0bstruksi intestinal rekuren.
.7 Pat#)&"#l#g"
9eaksi awal peritoneum terhadap in!asi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat #brinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara
perlekatan #brinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan
sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila
infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita #brosa, yang kelak
dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalami kebocoran. Eika de#sit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperin4amatorius, sehingga
membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit
oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. $akikardi awalnya
meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipo!olemia.
0rgan-organ didalam ca!um peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. 0edem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah
kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga
peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal
2
8/18/2019 Bab Peritonitis
10/31
dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan
hipo!olemia. Bipo!olemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan
yang tidak ada, serta muntah.
$erjebaknya cairan di ca!um peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh
menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
?ila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. 7engan
perkembangan peritonitis umum, akti!itas peristaltik berkurang sampai timbul
ileus paralitik usus kemudian menjadi atoni dan meregang. 1airan dan elektrolit
hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi
dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang
meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan
mengakibatkan obstruksi usus.
5umbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus
karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. 6leus ini dapat berupa
ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi
disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir
dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena
penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
.8 9O:
'3
:uka>trauma
penetrasi
6ritan langsung(getah
lambung>getah
empedu>getah
Komplikasi dariproses in4amasi
organ intra
6nfeksi akut >perforasi traktus
G6>traktus
Kontaminasibakteri pada
ca!um Kuman dari luar
masuk ke ca!umPenyebaran bakteri
ke peritoneum
6n4amasi pada peritoneum
Pelepasan berbagai
mediator kimiawi
(histamine,
bradikinin,serotonin,interleukin
Keluarnya eksudat
#brosa
&engaktifkan
neutro#l dan
=kti!itas
peristaltic
usus &K ; resiko
infeksiPelepasan "at pirogen6leus
&erangsang sel-sel
endotel hipotalamus
%sus menjadi
meregangPeningkatan
permeabilitas
kapiler dan
membrane
&erangsang syaraf
perasa nyeri&emicu
mengeluarkan
=bsorpsi
makanan
8/18/2019 Bab Peritonitis
11/31
.; Pe$er"k&aan D"agn#&t"k $est laboratorium
• :eukositosis
• Bematokrit meningkat
• =sidosis metabolik
F. 9ay
8/18/2019 Bab Peritonitis
12/31
dengan tanda peritonitis atau hipo!olemia harus menjalani ekplorasi bedah,
tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanda-tanda sepsis dengan
hemodinamik stabil. 5emua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus
diekplorasi terlebih dahulu. ?ila luka menembus peritoneum maka tindakan
laparatomi diperlukan. Prolaps !isera tanda-tanda peritonitis, syok,
hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum,
adanya udara bebas intraperitoneal dan la!ese peritoneal yang positif juga
merupakan indikasi melakukan laparotomi. ?ila tidak ada, pasien harus
diobser!asi selama *-* jam. 5edangkan pasien pada luka tembak
dianjurkan agar dilakukan laparotomi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERA9ATAN PERITONITIS!. Pengkaj"an
!/ I,ent"ta& +a&"en
• 6dentitas pasien ; nama, umur, agama, pekerjaan, suku>bangsa, jenis
kelamin./ R"=a1at ke&e>atan
a) 9iwayat Penyakit 5ekarangPasien peritonitis datang dengan gejala nyeri abdomen, demam tinggi,
hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga hipotensi bahkan syok.Peritinotis
dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal
diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik,
lupus eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.b) 9iwayat Penyakit 7ahulu=pakah klien pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi,
operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan
seperti ruptur limpa dan ruptur hati. 9iwayat penyakit perforasi
appendicsitis, ulkus peptikum dan duodenumc) 9iwayat Penyakit Keluarga5ecara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini
disebabkan oleh bakterial primer, seperti; $ubercolosis. &aka
kemungkinan diturunkan ada.'/ Pe$er"k&aan F"&"k a. Keadaan %mum Pasien
- G15 ; biasanya pasien mengalami penrunan kesadaran- ?? ; terdapat perbedaan ?? pasien sebelum sakit dan setelah
sakit, karena terjadi penurunan ?? pasien.b. Dital sign
- $7 ; biasanya pasien mengalami penurunan tekanan darah- 5uhu ; terjadi peningkatan suhu tubuh
'
8/18/2019 Bab Peritonitis
13/31
- Aadi ; terjadi peningkatan frekuensi nadi (takikardi). Klien
mengalami takikardi karena mediator in4amasi dan hipo!elemia
!askular karena anoreksia dan !omit.- 99 ; terjadi peningkatan frekuensi pernafasan, dispnea
c. Kepala dan leher?iasanya tidak terdapat gangguan, kepala normal dan tidak ada
pembesaran pada kelenjar getah beningd. &ata dan telinga
Pada konjungti!a mungkin terlihat anemis akibat kurangnya asupan
makanan (Bb pasien biasanya rendah), sclera tidak ikterik. 7an tidak ada
gangguan pada telingae. Bidung ; tidak ada gangguan pada hidungf. $horak
- 6nspeksi ; dispnea, biasanya retraksi otot bantu
pernafasan serta biasanya pasien menggunakan otot bantu
pernafasan- Palpasi ; tidakm ada gangguan, hanya saja biasanya
perubahan kecepatan frekuensi pernafasan pada pasien- Perkusi ; biasanya normal- =uskultasi ; biasanya normal
Eantungirama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik,
hipo!olemik atau septik)g. =bdomen
- 6nspeksi ; biasanya distensi abdomen- =uskultasi ; biasanya terjadi penurunan bising usus, gerakan
peristaltic usus turun ('C>i)- Perkusi ; biasanya tidak ada gangguan (timpani)- Palpasi ; terdapat nyeri tekan disetiap kuadran abdomen
h. Genital ; biasanya tidak ada gangguani. 8kstremitas atas dan bawah
akral ; dingin, basah, dan pucat. letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan
akti!itas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot
mengalami kelelahan.
j. 6ntegumentturgor kulit menurun akibat kekurangan !olume cairan.k. Autrisi
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Domit dapat muncul akibat
proses ptologis organ !isceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder
akibat iritasi peritoneal.l. 8liminasi
$erjadi penurunan jumlah produksi urin
(/ Pe$er"k&aan ,"agn#&t"? ,an la*#rat#r"u$
Pemeriksaan :aboratorium
'
8/18/2019 Bab Peritonitis
14/31
a. 1omplete ?lood1ount (1?1), umumnya pasien dengan infeksi intra
abdomen menunjukan adanya luokositosis (H''.333 sel> I:) dengan
adanya pergerakan ke bentuk immatur pada diJerential cell count.
Aamun pada pasien dengan immunocompromised dan pasien
dengan beberapa tipe infeksi (seperti fungal dan 1&D) keadaan
leukositosis dapat tidak ditemukan atau malah leucopenia
b. P$, P$$ dan 6A9 c.
c. $est fungsi hati jika diindikasikan
d. =milase dan lipase jika adanya dugaan pancreatitis e.
e. %rinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran kemih
(seperti pyelonephritis, renal stone disease)
f. 1airan peritoneal, cairan peritonitis akibat bakterial dapat ditunjukan
dari pB dan glukosa yang rendah serta peningkatan protein dan nilai
:7B
Pemeriksaan 9adiologi
•
8/18/2019 Bab Peritonitis
15/31
5ebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset #lm yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran
kaset dan #lm ukuran + C * cm. 5ebelum terjadi peritonitis, jika
penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada
foto polos abdomen posisi didapatkan gambaran radiologis antara lain;
a.Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya
penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dnding usus, gambaran seperti duri ikan
(Berring bone appearance).
b. Posisi ::7, untuk melihat air 4uid le!el dan kemungkinan perforasi usus.
7ari air 4uid le!el dapat diduga gangguan pasase usus. ?ila air 4uid le!el
pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang-panjang
kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah
adanya udara bebas infra diafragma dan air 4uid le!el.
c. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh
adanya air 4uid le!el dan step ladder appearance. Eadi gambaran
radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya distensi usus partial, air 4uid
le!el, dan herring bone appearance. 5edangkan pada ileus paralitik
didapatkan gambaran radiologis yaitu;
a.7istensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehinggakadang-kadang susah membedakan anatara intestinum tenue yang
melebar atau intestinum crassum.
b.=ir 4uid le!el.
c.Berring bone appearance.
.!! D"agn#&a Ke+era=atan
' Ayeri berhubungan dengan proses in4amasi, demam dan kerusakan
jaringan.
9isiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
dan muntah.
* Kekurangan !olume cairan berhubungan dengan kehilangan !olume cairan
aktif.
'+
8/18/2019 Bab Peritonitis
16/31
+ Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan
sekunder distensii abdomen dan menghindari nyeri.
=nsietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Bipertermi berhubungan dengan peingkatan kerja hipothalamus
.! Interen&" Ke+era=atan
Ao7iagnosa
KeperawatanA01 A61
!
Ayeri
berhubungan
dengan proses
in4amasi, demam
dan kerusakan
jaringan.
• N1er" 2 Re&+#n& S"$+ang
P&"k#l#g"&
- Proses Pemikiran :ambat
('>)- Pelemahan ingatan ('>)- Gangguan konsentrasi ('>)- Kebimbangan ('>)- ?ahaya nyeri ('>)- Kuatir tentang nyeri ('>)- Kuatir akan membebani
orang lain ('>)- Kuatir akan ketertinggalan
('>)- 7epresi ('>)- Kegelisahan ('>)- Kesedihan ('>)- Keadaan tidak berdaya ('>)- Keputusasaan ('>)- Keadaan tidak berharga
('>)- Perasaan dikucilkan ('>)- Gangguan dengan 8fek
merusak nyeri ('>)- ?erpikir bunuh diri ('>)- ?erpikir pesimis ('>)- $akut pada tindakan dan
peralatan ('>)- $akut nyeri tidak dapat
ditahan ('>)- Kebencian terhadap orang
lain ('>)- &elumpuhkan kemarahan
pada efek nyeri ('>) Peng#ntr#lan N1er"
4anaje$en n1er"
=kti!itas ;
!. :akukan pengakajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presifasi. 0bser!asi reaksi non!erbal
dari ketidaknyamanan'. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk
mengatahui pengalaman
nyeri pasien(. Kai kultrul yang
mempengaruhi respons
nyeri3. 8!aluasi pengalaman nyeri
masa lampau6. 8!aluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau7. ?antu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengarui nyeri
'
8/18/2019 Bab Peritonitis
17/31
- &enilai faktor penyebab
('>)- 9ecogni"e lamanya Ayeri
('>)-
Gunakan ukuranpencegahan ('>)
- Penggunaan mengurangi
nyeri dengan non analgesic
('>)- Gunakan tanda L tanda !ital
memantau perawatan ('>)- :aporkan tanda > gejala
nyeri pada tenaga
kesehatan professional ('>)- Gunakan catatan nyeri ('>)- Gunakan sumber yang
tersedia ('>)- &enilai gejala dari nyeri
('>)- :aporkan bila nyeri
terkontrol ('>)
• N1er" 2 E5ek
Pengganggu- Kehilangan hubungan
6nterpersonal ('>)- Kehilangan aturan
penampilan ('>)
- Permainan yang
membahayakan ('>)- =kti!itas diwaktu luang yang
membahayakan ('>)- Pekerjaan yang
membahayakan ('>)- Kenyamanan hidup yang
membahayakan ('>)- Kontrol perasaan yang
membahayakan ('>)- Kehilangan konsentrasi ('>)- Barapan yang
membahayakan ('>)- Kehilangan mood ('>)- Kesabaran berkurang ('>)- Gangguan tidur ('>)- Kehilangan mobilitas #sik
seperti suhu ruangan
percahayaan dan
kebisingan;. Kurangi faktor presi!itasi
nyeri!
8/18/2019 Bab Peritonitis
18/31
('>)- Kehilangan kemandirian (self
L care) ('>)- Kurangnya nafsu makan
('>)- Kesulitan untuk mengurus
pekerjaan ('>)- Kesulitan eliminasi ('>)- =bsen dalam bekerja ('>)- =bsen dalam sekolah ('>)
• T"ngkat N1er"
- &elaporkan nyeri ('>)- Persentase tubuh yang
dipengaruhi ('>)
- &erintih dan &enangis ('>)- :ama episode nyeri ('>)- 8kspresi oral ketika nyeri
('>)- 8kspresi wajah ketika nyeri
('>)- Posisi tubuh melindungi ('>)- Gelisah ('>)- Kekuatan otot ('>)- Perubahan frekuensi nafas
('>)- Perubahan frekuensi nadi
('>)- Perubahan tekanan darah
('>)- Perubahan ukuran pupil ('>)- Keringat ('>)- Bilang nafsu makan ('>)
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal3. Pilih rute pemberian
secara 6D, 6&, untuk
pengobatan nyeri secara
teratur6. &onitor !italsign
sebelum dan sesudah
pemberian nalgesik
pertama kali7. ?erikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat8. 8!aluasi akti!itas
analgesik tanda dan gejala
A,$"n"&tra&" analge&"?
a. $entukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obatb. 1ek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensic. 1ek riwayat alergid. Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih
dari 5atue. $entukan pilihan
analgesic tergantungtipe dan berat nyeri
f. $entukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimalg. Pilih rute pemberian
secara 6D, 6& untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
h. &onitor !ital sign
'
8/18/2019 Bab Peritonitis
19/31
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kalii. ?erikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat j. 8!aluasi e!ekti!itas
analgesic, tanda dan
gejala
9isiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan trauma
jaringan.
Statu& I$un
- $idak adanya infeksi
berulang ('>)
- $idak adanya tumor ('>)
- 5tatus pencernaan dari skalayang diharapkan ('>)
- 5tatus pernafasan dari skala
yang diharapkan ('>)
- 5tatus genito urinary ('>)- ?erat dari skala yang
diharapkan ('>)
- 5uhu tubuh dari skala yang
diharapkan ('>)
- 6ntegritas kulit ('>)- 6ntegritas mukosa ('>)- $idak adanya kelelahan
secara terus menerus ('>)
- Pengebalan sekarang ('>)- Kadar "at terlarut pada
antibodi dalam batas normal
('>)
- 9eaksi tes kulit cocok
dengan pembukaan('>)- Bal L hal yang mutlak dalam
menghitung sel darah putih
nilai L nilai dalam batas
normal ('>)
- 7iferensial dalam
menghitung sel darah putih
dan nilai L nilai dalam batas
normal ('>)
- 5el $* dalam batas normal
K#ntr#l "n5ek&"
=kti!itas ;
'. ?ersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain. Pertahankan teknik isolasi. ?atasi pengunjung bila
perlu*. 6nstruksikan pada
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien+. Gunakan sabun antibikrobia
untuk cuci tangan. 1uci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat2. Ganti letak 6D perifer line
sentral dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum'3.Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
''.$ingkatkan intake nutrisi'.?erikan terapi antibiotik
'2
8/18/2019 Bab Peritonitis
20/31
('>)
- 5el $ dalam batas normal
('>)
- Pelengkap dalam batas
normal ('>)- Penemuan F L rays timus
dari skala yang diharapkan
('>)
K#ntr#l Re&"k#
- &enyatakan resiko ('>)- &emantau faktor resiko
lingkungan ('>)
- &emantau faktor resiko
perilaku pribadi ('>)- &engembangkan strategi
kontrol resiko yang efektif
('>)
- &enyesuaikan strategi
kontrol resiko yang
dibutuhkan ('>)
- &elakukan strategi kontrol
resiko ('>)
- &engikuti strategi kontrolresiko yang dipilih ('>)
- &odi#kasi gaya hidup untuk
menurunkan faktor resiko
('>)
- &enghindari paparan
ancaman kesehatan ('>)
- ?erpartisipasi dalam skrining
masalah kesehatan yang
berhubungan ('>)
- ?erpartisipasi dalam skrining
untuk mengidenti#kasi
resiko ('>)
- &endapatkan imunitas yang
sesuai ('>)
- &enggunakan yankes sesuai
kebutuhan ('>)
- &enggunakan sistem
dukungan pribadi untuk
bilaperlu
Pr#tek&" ter>a,a+
"n5ek&"
=kti!itas ;
'. &onitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal. &onitor hitung granulosit,
/?1. &onitor kerentanan
terhadap infeksi*. ?atasi pengunjung+. 5ering pengunjung
terhadap penyakit menular. Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko. Pertahankan teknik isolasi
kepada pasien. ?erikan perawatan kulit
pada area epidema2. 6nspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
'3.6nspeksi kondisi luka> insis
bedah''.7orong masukan nutrisi
yang cukup'.7orong memasukkan cairan'.7orong istirahat'*.6nstruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
'+.=jarkan pasien dan keluargatanda dan gejala infeksi
'.=jarkan cara menghindari
infeksi'.:aporkan kecurigaan infeksi'.:aporkan kultur positif
3
8/18/2019 Bab Peritonitis
21/31
mengontrol resiko ('>)
- &enggunakan sumber
komunitas untuk mengontrol
risiko ('>)
- &engenal perubahan statuskesehatan ('>)
- Pantau perubahan status
kesehatan ('>) Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d
anoreksia dan
muntah
Statu& nutr"&" 2 a&u+an
$akanan ,an ?a"ran
@ Pemasukkan makanan lewat
slang '>
@ =supan cairan oral >*
@ 5tatus nutrisi ; intakemakanan dan cairan 6ntake
makanan dimulut '>
@ 6ntake disaluran makanan
'>
@ 6ntake cairan dimulut '>@ 6ntake cairan '>
Statu& nutr"&" 2 "ntake
nutr"&"
@ 6ntake kalori '>@ 6ntake protein '>@ 6ntake lemak '>@ 6ntake karbohidrat '>@ 6ntake !itamin '>@ 6ntake mineral '>@ 6ntake "at besi '>@ 6ntake kalsium '>
4anaje$ent nutr"&"
=kti!itas ;
!. Kaji adanya alergi makanan. Kolaborasi dengan ahli
giiuntuk menentukan
jumlah kalorasi dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien'. =njurkan pasien untuk
menungkatkan intake
8/18/2019 Bab Peritonitis
22/31
3. &onitor makanan selama
makan6. Eadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan7. &onitor kulit kering dan
prubahan pigmentasi8. &onitor turgor kulit;. &onitor kekeringan rambut
kusam dan mudah patah!)
- $ekanan arteri 689('>)
- $ekanan !ena sentral
689 ('>)
- $ekanan pulmoner
689 ('>)
- 7enyut nadi perifer
teraba jelas ('>)
- Bipotensi ortostatik
tidak ada ('>)- Keseimbangan
4anaje$en ?a"ran
@ $imbang ?? tiap hari@ Bitung haluaran@ Pertahankan intake yang
adekuat
@ Pasang kateter urin@ &onitor status hidrasi@ &onitor status
hemodinamik termasuk
1DP, &=P, P=P
- &onitor hasil lab, terkait
retensi ciran
(peningkatan ?%A)
- &onitor $$D
- &onitor adanya indikasi
8/18/2019 Bab Peritonitis
23/31
masukan dan
haluran * jam ('>)
- ?unyi nafas
tambahan tidak ada
('>)- ?erat badan stabil
('>)
- asites tidak ada ('>)- $idak ada distensi
!ena leher ('>)
- $idak ada edema
perifer ('>)
- &ata tidak cekung
('>)- &embrane mukosa
lembab ('>)
- Bematokrit dalam
batas normal ('>)
- Baus yang abnormal
tidak ada ('>)
- Pengeluaran urin
dalam batas normal
('>)• H",ra&"
- Bidrasi kulit ('>)- &embrane mukosa
lembab ('>)
- 8dema perifer tidak
ada ('>)
- =sites tidak ada ('>)- Baus yang abnormal
tidak ada ('>)- ?unyi nafas
tambahan tidak ada
('>)
- Aafas pendek tidak
ada ('>)
- &ata cekung tidak
ada ('>)
- $idak ada demam
('>)- Kemampuan
retensi>o!erload cairan
(seperti ; edema, asites,
distensi !ena leher)
- &onitor perubahan ??
klien sebelum dan
sesudah dialisa
- &onitor status nutrisi- Kaji lokasi dan luas
edema
- =njurkan klien untuk
intake oral
- 7istribusikan cairan H*
jam
- ?erikan terapi 6D- ?erikan cairan- ?erikan diuretic- Persiapan untuk
administrasi produk
darah
• 4anaje$en
?a"ranelektr#l"t
- &onitor keabnormalan
untuk serum- 7apatkan specimen lab
untuk memonitor le!el
cairan atau
elektrolit( seperti B$,
?%A, sodium, protein,
potassium)
- $imbang ?? tiap hari- ?erikan cairan
- Promosikan intake oral- ?eri terapi nasogastrik
untuk menggantikan
output
- ?eri serat pada selang
makan pasien untuk
mengurangi kehilangan
cairan dan elektrolit
selama diare- Pasang infuse 6D
8/18/2019 Bab Peritonitis
24/31
berkeringat ('>)
- Baluaran urin dalam
batas normal ('>)
- $ekanan darah
dalam batas normal('>)
- Bematokrit dalam
batas normal ('>)
• Ke&e"$*angan
elektr#l"t ,an
a&a$ *a&a
- )- )- Aatrium serum /A:
('>)
- Kalium serum /A:
('>)
- klorida serum /A:
('>)- kalsium serum /A:
('>)
- &agnesium serum
/A: ('>)
- PB serum /A: ('>)- Kekuatan otot ('>)- Gatal pada
ektremitas tidak ada
('>)
- &onitor hasil lab yang
rele!an dengan retensi
cairan
- &onitor status
hemodinamik termasuk
&=P, P=P, P1/P
- Pertahankan keakuratan
catatan intake dan
output
- &onitor dan gejala
retensi cairan
- &onitor $$D- 9estribusi cairan
- Perbaikan dehidrasi
postoperati!e
- Pertahankan 6D yang
mengandung elektrolit
pada frekuensi tetes
yang konstan
- &onitr respon pasien
untuk memberiakan
terapi elektrolit- :akukan pengontrolan
kehilangan cairan
- ?eri tindakan untuk
mengurangi ?=?
- ?erikan manajemen
hipoglikemia
- &onitor manifestasi dari
kekurangan
keseimbangan elektrolit- Kaji sclera, kulit, untuk
mencari indikasi
kekurangan
keseimbangan cairan
dan elektrolit+
Ketidakefektifan
pola nafas b.d
penurunan
• 5tatus pernafasan ;
kepatenan jalan
nafasa. 7emam tidak ada
• &anajemen jalan nafas
a. &embuka jalan nafas
dengan cara dagu
diangkat atau rahang
*
8/18/2019 Bab Peritonitis
25/31
kedalaman
pernafasan
sekunder distensii
abdomen dan
menghindari
nyeri.
('>)b. 5esak tidak ada ('>)c. )
e. Keluaran sputum dari
jalan napas ('>)f. $idak ada suara
napas tambahan
('>)
• 5tatus pernapasan ;
!entilasia. $ingkatan
pernapasan
jangkauan yang
diharapkan ('>)b. 6rama pernapasan
jangkauan yang
diharapkan ('>)c. Kedalaman inspirasi
('>)d. &emudahkan
bernafas ('>)e. ?unyi nafas
auscultate ('>)f. )h. Dokal yang cukup
('>)
• 5tatus tanda-tanda
!ital ;a. $ekanan darah
sistolik ('>)b. $ekanan darah
diastolic ('>)c. )
e. 5uhu ('>)
ditinggikanb. &emposisikan pasien
agar mendapatkan
!entilasi yang maksimal
c. Penghirupan nafasmelalui mulut atau
nasofaringd. &emberikan terapi #sik
dadae. &engeluarkan secret
dengan cara batuk atau
penyedotanf. &endorong pernafasan
yang
dalam,lambat,bolak-
balik,dan batukg. &emberikan oksigen
yang tepath. &emberikan cairan yang
teratur agar memperoleh
keseimbangan dalam
tubuh
i. &emeriksa keadaan
pernafasan dan oksigen
Tera+" Ok&"gen'. &empertahankan jalan nafas. &engontrol aliran oksigen. &emberikan 0 tambahan*. &emeriksa secara berkala
alat pemasangan oksigen
untuk memastikan bahwa
telah sesuai dengan resep+. $empatkan pasien di tempat
tidur yang nyaman
?erikan posisi semi fowler
+
8/18/2019 Bab Peritonitis
26/31
=nsietas
berhubungan
dengan
perubahan status
kesehatan.
• kr"ter"a >a&"la. pasien mampu
mengidenti#kasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas.b. &engidenti#kasi,
mengungkapkan
dan menunjukkan
tehnik untuk
mengontrol
cemas.
c. Dital sign dalambatas normal.
d. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat akti!itas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
• An"et1 Re,u?t"#n
-+enurunan ke?e$a&an /a. Gunakan pendekatan
yang menyenangkan.
b. Ayatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku
pasien.c. Eelaskan semua
prosedur dan apa
yang dirasakan
selama prosedur.d. Pahami perspektif
pasien terhadap
situasi stress.e. $emani pasien untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi takut.f. ?erikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis.g. 7orong keuarga untuk
menemani anak .h. :akukan back > neck
rub.i. 7engarkan dengan
penuh perhatian. j. 6denti#kasi tingkat
kecemasan.k. ?antu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan.l. 7orong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,ketakutan,p
ersepsi.
m. 6nstruksikan pasien
8/18/2019 Bab Peritonitis
27/31
menggunakan teknik
relaksasi.n. ?erikan obat untuk
menguragi
kecemasan..
Bipertermi
berhubungan
dengan
peingkatan kerja
hipothalamus
Ter$#regula&"
5uhu kulit dalam
rentang normal ('>)
5akit kepala tidak
muncul ('>)
5akit otot tidak muncul
('>)
6ritabilitas tidak
muncul ('>)
Keletihan tidak tampak
('>)
Perubahan warna kullit
tidak muncul ('>)
=danya menggigil
ketika dingin ('>)
0tot berkedut tidak
ada ('>)
?erkeringat sangat
panas 2'>)
Gemetaran saat dingin
('>)
7enyut nadi dalam
rentang yangdiharpkan ('>)
Pernafasan dalam
rentang yang
diharapkan ('>)
5tatus hidrasi adekuat
('>)
&elaporkan
kenyamanan termal
Feer treat$ent2
• &onitor suhu sesering
mungkin
• &onitor 6/:
• &onitor warna dan
suhu kulit
•
&onitor tekanandarah, nadi dan 99
• &onitor penurunan
tingkat kesadaran
• &onitor /?1, Bb, dan
Bct
• &onitor intake dan
output
•
?erikan anti peritik• ?erikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
• 5elimuti pasien
• :akukan tapid sponge
• Kolaborasi pemberian
cairan intra!ena
• Kompren pasien pada
lipat paha dan aksila
• $ingkatkan sirkulasi
udara
• ?erikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Te$+eratur regulat"#n2
• &onitor suhu minimal
8/18/2019 Bab Peritonitis
28/31
('>) tiap jam
• 9encanakan
monitoring suhu
secara kontinyu• &onitor $7, nadi dan
99
• &onitor warna dan
suhu kulit
• &onitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
•
$ingkatkan intakecairan dan nutrisi
• 5elimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
• =jarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
• 7iskusi tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
• ?eritahukan tentang
indikasi terjadi
terjadinya keletihan
dan penanganan
emergency yang
diperlukan
• =jarkan indikasi dari
hepertermi dan
penanganan yang
diperlukan
• ?erikan anti pieretik
8/18/2019 Bab Peritonitis
29/31
jika perlu
"tal &"gn $#n"t#r"ng2
• &onitor $7, nadi, suhu,
dan 99
• 1atat adanya 4uktuasi
tekanan darah
• &onitor D5 saat pasien
bebaring, duduk, atau
berdiri
• =uskultasi $7 pada
kedua tangan dan
bandingkan
• &onitor $7, nadi, 99,
sebelum, selama, dan
setelah akti!itas
• &onitor kualitas dari
nadi
• &onitor frekuensi dan
irama pernafasan
• &onitor suara paru
• &onitor suara
pernapasan abnormal
• &onitor suhu, warna,
dan kelembapan
kulit.monitor sianosis
perifer• &onitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bridikardi, peningkatan
sistolik)
• 6denti#kasi penyebab
dari perubahan !ital
sign
2
8/18/2019 Bab Peritonitis
30/31
BAB III
PENUTUP
'.! Ke&"$+ulan
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus
!isera dalam rongga perut.Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.Peritonitis yang
terlokalisir hanya dalam rongga pel!is disebut pel!ioperitonitis. Penyebab
peritonitis antara lain ; penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi,
penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan
seksual, infeksi dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung,
peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan, dialisa peritoneal
(pengobatan gagal ginjal), iritasi tanpa infeksi. Pato#sologi peritonitis adalah
reaksi awal peritoneum terhadap in!asi bakteri adalah keluarnya eksudat
3
8/18/2019 Bab Peritonitis
31/31
#brinosa. $erbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara perlekatan
#brinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi
menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita #brinosa, yang kelak
dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Prinsip umum terapi pada
peritonitis adalah ;
a.Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara
intra!ena.
b.$erapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. c.$erapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.
'. Saran
Kita sebagai seorang perawat dalam mengatasi masalah peritonitis di
masyarakat dapat memberikan berbagai cara untuk mencegah peritonitis dan
diharapkan mahasiswa>i dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya
pada klien yang mengalami peritonitis yang sesuai dengan apa yang
dipelajari.