Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subluksasi lutut/genu recurvatum (dislokasi kongenital) merupakan suatu penyakit yang relatif jarang dimana frekuensi kejadiannya sebanding antara anak laki-laki dengan perempuan. Sering kali terdapat anomali kongenital yang berkaitan atau penyakit yang lebih umum, seperti artrogriposis ( Zairin noor Helmi, 2013). Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan hiperekstensi. Normalnya, dengan sendi yang kendur secara merata, orang cenderung dengan lutut kebelakang, traksi yang lama, terutama pada suatu kerangka atau mempertahankan lutut berhiperekstensi dalam gips, dapat merentangkan ligamentum secara berlebihan, sehingga menyebabkan deformitas hiperekstensi yang permanen ( Arif Mutaqin, 2011). Genu recurvatum operasional didefinisikan sebagai ekstensi lutut lebih besar padIndividu dengan mengalami sakit lutut, menampilkan pola kiprah ekstensi, dan memiliki kontrol proprioseptif miskin pada terminal lutut ekstensi. Perubahan struktur lutut menyebabkan deformitas lutut, perubahan gaya
30

askep genurecurvatum

Feb 24, 2023

Download

Documents

blabla bebe
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: askep genurecurvatum

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Subluksasi lutut/genu recurvatum (dislokasi

kongenital) merupakan suatu penyakit yang relatif

jarang dimana frekuensi kejadiannya sebanding antara

anak laki-laki dengan perempuan. Sering kali terdapat

anomali kongenital yang berkaitan atau penyakit yang

lebih umum, seperti artrogriposis ( Zairin noor

Helmi, 2013).

Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan

hiperekstensi. Normalnya, dengan sendi yang kendur

secara merata, orang cenderung dengan lutut

kebelakang, traksi yang lama, terutama pada suatu

kerangka atau mempertahankan lutut berhiperekstensi

dalam gips, dapat merentangkan ligamentum secara

berlebihan, sehingga menyebabkan deformitas

hiperekstensi yang permanen ( Arif Mutaqin, 2011).

Genu recurvatum operasional didefinisikan sebagai

ekstensi lutut lebih besar padIndividu dengan

mengalami sakit lutut, menampilkan pola kiprah

ekstensi, dan memiliki kontrol proprioseptif miskin

pada terminal lutut ekstensi. Perubahan struktur

lutut menyebabkan deformitas lutut, perubahan gaya

Page 2: askep genurecurvatum

berdiri dan berjalan, dapat menggangu perubahan dalam

hal tumbuh kembang anak, dampak fisiologis pada

orangtua.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Agar mahasiswa/i dapat memahami asuhan keperawatan

pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal:

Genu rekurvatum

1.2.2 Tujuan Khusus

Agar mahasiswa dapat mengetahui Konsep medis

dari genu recurvatum

Agar mahasiswa mampu memahami pengkajian pada

pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal

dengan genu rekurvatum

Agar mahasiswa mampu memahami diagosa pada

pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal

dengan genu rekurvatum

Page 3: askep genurecurvatum

Agar mahasiswa mampu memahami Intervensi pada

pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal

dengan genu rekurvatum

Page 4: askep genurecurvatum

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Defenisi

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana permukaan

sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam

hubungan anatomis (Brunner & Suddarth, 2002).

Dislokasi lutut kongenital/hiperekstensi

lutut( genu recurvatum) adalah suatu kondisi lepasnya

sendi lutut dan memberikan manifestasi kelainan

adanya hiperekstensi yang berlebihan pada sendi lutut

( Zairin noor Helmi, 2013).

Dislokasi kongenital atau subluksasi lutut adalah

suatu penyakit yang relatif jarang, dengan

menghilangnya persendian normal antara femur dan

tibia. Frekuensi kejadiannya sebanding antara anak

laki-laki dan anak perempuan (Rudolf abraham, 2006).

Genu Recurvatum (Back Knee) adalah penyakit

kongenital dan Cacat perkembangan atau keabnormal

posisi intra-uterin( Dikutip dari Text Book: Marlyn

Page 5: askep genurecurvatum

J. Wong’s Nursing Care of Infant and children: Page

419).

2.1.2 Etiologi

Adapun etiologi dari genu rekurvatum , meliputi:

1. Kongenital

Kongenital merupakan kejadian yang terjadi saat

lahir atau sebelum lahir merujuk pada kondisi yang

ditemukan saat lahir tanpa memandang penyebabnya

2. Idiopatik

Idiopatik adalah Sesuatu yang terjadi tanpa

diketahui penyebabnya, timbul sendiri .

3. Faktor predisposisi :

1) Artritis reumatoid

Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi

nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif,

cenderung kronis yang dapat menyerang berbagai

sitem organ. Penyakit ini adalah salah satu

dari sekelompok penyakit jaringan penyambung

difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak

diketahui sebabnya. Artritis reumatoid

merupakan inflamasi kronis yang paling sering

ditemukan pada sendi. Artritis reumatoid diduga

karena faktor autoimmun dan infeksi( Muttaqin

Arif. 2008). Pasa artritis reumatoid, ligamen

dapat juga terlalu terlentang setelah terjadi

sinovitis atau peradangan pada membran

Page 6: askep genurecurvatum

sinovial, jaringan yang melapisi dan melindungi

sendi yang kronis/ berulang. Dengan longgarnya

ligamen sendi lutut maka akan terjadi

hiperekstensi sendi lutut.

2) Hipotonia rakitis

Hypotonia adalah penurunan tonus otot rangka

(Dorland. 2011).

Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak

karena kekurangan atau gangguan metabolisme

vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium,

berpotensi menyebabkan patah tulang dan

kelainan bentuk. Rakitis adalah salah satu

penyakit anak yang paling sering di banyak

negara berkembang. (Dorland. 2011).

3) Poliomielitis

Polimyelitis adalah penyakit virus aku yang

biasanya disebabkan oleh poliovirus dan

ditandai dengan gejala klinik demam, nyeri

tenggorokan, nyeri kepal, muntah, serta sering

disertai kekauan leher dan punggung, dapat

terjadi gangguan sistem saraf pusat , kaku

kuduk, pleositosis dalam cairan serebrospinalis

dan kadang kelumpuhan, selanjutnya dapat

terjadi atrofi pada sekelompok otot yang

berakhir dengan kontraksi dan deformitas

permalitis

Page 7: askep genurecurvatum

(Dorland. 2011). Pada kondisi yang lemah

akibat dari poliomelitis ini akan memaksa lutut

untuk hiperekstensi (genu rekurmvatum).

2.1.3 Patofisiologi

Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan

hiperekstensi. Normalnya, dengan sendi yang kendur

secara merata, orang cenderung dengan lutut kebelakang,

traksi yang lama, terutama pada suatu kerangka atau

mempertahankan lutut berhiperekstensi dalam gips, dapat

merentangkan ligamentum secara berlebihan, sehingga

menyebabkan deformitas hiperekstensi yang permanen.

Ligamentum juga dapat menjadi terlalu terlentang

setelah terjadinya sinovitis yang kronis atau berulang

( terutama pada rhumatoid arthtritis), hipotonia

rakitis lemas otot pada poliomielitis, atau

ketidakpekaan pada penyakit charcot. Penyebab lain

recurvatum adalah cedera lempeng pertumbuhan dan

fraktur yang mengalami malunion.

Recurvatum lutut juga bisa terjadi akibat dipaksa

berhiperekstensi. Pada tingkat sedang, keadaan ini

bahkan dapat menolong(misalnya untuk menstabilkan lutut

yang ekstensornya lemah). Namun, jika berlebihan atau

berlangsung lama, dapat menimbulkan deformitas yang

permanen. Jika dilakukan koreksi tulang, maka lutut

harus dibiarkan berhiperekstensi untuk mempertahankan

Page 8: askep genurecurvatum

mekanisme stabilisasinya. Jika tenaga kuadriseps buruk,

maka pasien dapat membutuhkan suatu kaliper.

Hiperekstensi paralitik yang hebat dapat diterapi

dengan mengikaatkan patela ke dataran tibia, diman

patela berfungsi sebagai suatu blok tulang (Apley,

1995).

Adanya perubahan struktur dari lutut memberikan

dimanifestasikan dengan adanya deformitas pada lutut,

perubahan gaya berdiri dan berjalan, perubahan tumbuh

kembang dan dampak psikologis pada orang tua. Semua hal

tersebut di tambah dengan intervensi medis badah

perbaikan berimplikasi pada dibutuhkannya pemenuhan

informasi pra operatif.

2.1.4 Manifestasi klinis

1. Terjadinya deformitas

2. Nyeri pada saat terjadi pengubahan posisi

lutut

3. Lutut tidak bisa melakukan fleksi

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

1)Pemeriksaan foto polos

2)Pemeriksaan sinar-X, diperlukan untuk

membedakan dislokasi dan subluksasi.

Page 9: askep genurecurvatum

2.1.6 Penatalaksanaan

1) Konservatif

Penataklasanaan konservatif dilakukan paada

kondisi awal kelahiran. Intervensi yang dapat

dilakukan, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Manipulasi dengan fleksi yang dilanjutkan dengan

pemasangan gips sirkular dan meningkatkan fleksi

secara bertahap setiap 2 minggu dan dilakukan

selama 8 minggu.

b. Pemasangan pavlik harness selama 2-3 bulan

Page 10: askep genurecurvatum

Pavlik Harness,  yaitu sebuah alat berbentuk

M yang dikenalkan oleh Arnold  Pavlik, ahli

bedah ortopedi berkebangsaan Ceznia, tahun 1950

Alat ini membantu mendorong femur masuk ke dalam

acetabulum. Alat ini umumnya dipasang selama 3

sampai 9 bulan dan  tidak boleh dibuka.  Orang

tua akan mengalami kesulitan dalam memandikan

dan mengganti popok karena alat ini tidak boleh

dibuka. Tingkat keberhasilan alat ini mencapai

90%.  

c. Manipulasi traksi kulit secara posisi prone 45-60

derajat dan fleksi 100 derajat Traksi adalah

penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh.

Page 11: askep genurecurvatum

Ini dicapai dengan memberi beban yang cukup untuk

mengatasi penarikan otot.Traksi adalah tahanan

yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk

menangani kerusakan ataugangguan pada tulang dan

otot.

2) Pembedahan

Intervensi bedah dilakukan dengan reporsisi perbaikan

agar lutut mampu melakukan fleksi. Bedah rekonstruksi

dilakukan dengan koreksi posisi dan dipertahankan

dengan K-wire serta

gips spalk dalam

posisi fleksi selama 6-8 m inggu.

(GAMBAR : K-WIRE)

Page 12: askep genurecurvatum

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a) Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal

dan orang yang terdekat dengan klien.

b) Keluhan Utama

Keluhan utama pada klien gangguan sistem

muskuloskeletal, yaitu :

Nyeri

Kekakuan pada sendi

Pembengkakan, panas dan kemerahan pada sendi

Keterbatasan gerak

Otot

Kelemahan Otot

Tulang

Deformitas

c) Riwayat sosial

Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan klien.

d) Riwayat penyakit keturunan

Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk

menentukan hubungan genetik yang perlu di

Page 13: askep genurecurvatum

identifikasi (mis, penyakit artritis, penyakit

sendi degeneratif, osteomielitis, dll)

e) Riwayat diet (nutrisi)

Identifikas adanya kelebihan berat badan karena

kondisi ini dapat mengakibatkan stress pada sendi

penyangga tubuh dan predisposisi terjadinya

instabilitas ligamen.

f) Riwayat kesehatan masa lalu

Data ini meliputi kondisi kesehatan individu

sebelumnya.

g) Riwayat kesehatan masa sekarang

Meliputi, sejak kapan ada keluhan apakah ada

riwayat trauma atau hal-hal yang menimbulkan

gejala.

PENGKAJIAN FOKUS :

1. Look

Terlihat adanya deformitas lutut. Deformitas dalam

berdiri dan gaya berjalan dengan posisi ekstensi

sendi lutut kea rah posterior.

2. Feel

a. Sering didapatkan adanya perubahan posisi

patella yang mengakibatkan patella kedataran

tibia.

b. Tidak didapatkan nyeri tekan pada lutut.

3. Move

Page 14: askep genurecurvatum

Ketidakmampuan dalam melakukan fleksi pada sendi

lutut.mobilisasi tidak bermasalah walaupun

terdapat kelainan dalam gaya berjalan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

A. Diagnosa Pre-Operasi

1. Nyeri Akut (00132) hal.604

Page 15: askep genurecurvatum

Domain 12 : Kenyamanan

Kelas 1 : Kenyamanan Fisik

Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

jaringan yang aktual/potensial atau digambarkan

dalam hal kerusakan sedemikian rupa(international

asociation for the study of pain); awitan yag

tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan

hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau diprediksi dan berlangsung <6bulan.

Dp 1. Nyeri Akut b/d Agens cedera biologis

(pengubahan posisi lutut)

2. Hambatan mobilitas fisik(00085) hal.304

Domai 4 : Aktifitas/Istirahat

Kelas 2 : Aktifitas/Latihan

Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara

mandiri dan terarah.

Dp 2. Hambatan mobilitas fisik b/d Penurunan

kekuatan otot

(keterbatasa dalam melakukan

pergerakkan)

3. Resiko Cedera(00035) hal.547

Page 16: askep genurecurvatum

Domain 11 : Keamanan/Perlindungan

Kelas 2 : Cedera Fisik

Definisi : Beresiko mengalami cedera sebagai

akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan

sumber adaptif dan sumber defensif individu.

Dp 3. Resiko Cedera

4. Ansietas(00146) hal.445

Domain 9 : Koping/Toleransi Stress

Kelas 2 : Respon Koping

Definisi : Perasaan tidak nyaman atau khawatir

yang samar disertai respon autonom (sumber sering

kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh

individu); perasaan takut yang disebabkan oleh

antisipasi terhadap bahaya.

Dp 4. Ansietas (orang tua) b/d Perubahan dalam

status kesehatan

( proses bedah)

B. Diagnosa Post-operasi

1. Nyeri Akut (00132) hal.604

Domain 12 : Kenyamanan

Kelas 1 : Kenyamanan Fisik

Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

Page 17: askep genurecurvatum

jaringan yang aktual/potensial atau digambarkan

dalam hal kerusakan sedemikian rupa(international

asociation for the study of pain); awitan yag

tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan

hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau diprediksi dan berlangsung <6bulan.

Dp 1. Nyeri Akut b/d Agens cedera biologis (insisi

pasca-bedah)

2. Resiko Infeksi(00004) hal.531

Domain 11 : Keamanan/Perlindungan

Kelas 1 : Infeksi

Definisi : Mengalami peningkatan resiko terserang

organisme patogenik.

Dp 2. Resiko Infeksi

3. Resiko Cedera Akibat Posisi Perioperatif(00087)

hal.550

Domain 11 : Keamanan/Perlindungan

Kelas 2 : Cedera Fisik

Definisi : Berisiko mengalami perubahan anatomis

dan fisik yang tidak disengaja akibat sikap tubuh

atau peralatan yang digunakan saat prosedur

invasif/bedah.

Dp 3. Resiko Cedera Akibat Posisi Perioperatif

Page 18: askep genurecurvatum

2.2.3 Intervensi Keperawatan

A. Intervensi Keperawatan Pre-Operasi

Page 19: askep genurecurvatum

No

.

Dp

NOC NIC

1. Paint Control (1605)Setelah dilakukan tindakanKeperawatan selama 3 x 24jam nyeri dapat teratasidengan indikator:

(160511) pasienmelaporkan penyesuianterhadap nyeri

(160501) pasien dapatmenyebutkan faktorpenyebab nyeri

(160502) mengetahuiserangan nyeri

Paint management(1400)

Kaji nyeri secarakomperensifmeliputi lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas danfaktor penyebabnyeri

Observasiketidaknyamanannonverbal yangdialami pasienkhususnya padapasien yang takmampuberkomunikasiefektif

Kaji pengetahuanpasien tntangnyeri

Lakukanpengkajianterhadapfrekuensi nyeridan rencanaperawatan

Ajarkanpenggunaan teknoknonfarmakologi,teknik napasdalam untukmeringankan nyeri

Berikan informasi

Page 20: askep genurecurvatum

tentang nyerimeliputi factorpenyebab nyeri,durasi nyeri danprosedur yangdapat menimbulkannyeri

Berikan penguatanpositif padapasien dankelurga

Kolaborasidaengan anggotakesehatan lainnya(dokter untukmemilih danmenentukanpemberian terapi)

2. Mobility (0208)Setelah dilakukan tindakanKeperawatan selama 3x24jam Hambatan mobilitasfisik teratasidengan kriteria hasil:

(02081) Mengertitujuan daripeningkatan mobilitas

(02089)Memverbalisasikan perasaan dalammeningkatkan kekuatandan kemampuanberpindah

(020811)Memperagakanpenggunaan alat Bantuuntuk mobilisasi(walker)

Exercise therapy :ambulation(0221)

Monitoring vitalsignsebelum/sesudahlatihan dan lihatrespon pasiensaat latihan

Konsultasikandengan terapifisik tentangrencana ambulasisesuai dengankebutuhan

Kaji kemampuanpasien dalammobilisasi

Latih pasiendalam pemenuhankebutuhan ADLssecara mandirisesuai kemampuan

Page 21: askep genurecurvatum

Dampingi danBantu pasien saatmobilisasi danbantu penuhikebutuhan ADLsps.

Berikan alatBantu jika klienmemerlukan.

Ajarkan pasienbagaimana merubahposisi danberikan bantuanjika diperlukan.

3. Safety Health CareEnvironment (1934)Setelah dilakukan tindakanKeperawatan selama 3x24Resiko Cedera teratasidengan kriteria hasil:

(193405)Mengertitujuan daripeningkatan resikocedera

(193407)Memverbalisasikan perasaan dalammeningkatkan kekuatandankemampuanberpindah.

(193410)Mampumengatasai masalahresiko cedera denganmeningkatkankewaspadaan dankehat-hatian

EnvironmentalManagementsafety(6486)

Sediakanlingkungan yangaman untukpasien

Identifikasikebutuhankeamanan pasien,

sesuaidengan kondisi fisik

Menghindarkanlingkungan yangberbahaya(misalnyamemindahkanperabotan)

Memasang siderail tempat tidur

Menyediakantempat tidur yangnyaman dan bersih

Menempatkan

Page 22: askep genurecurvatum

saklar lampuditempat yangmudah dijangkaupasien.

Membatasipengunjung

Memberikanpenerangan yangcukup

Menganjurkankeluarga untukmenemani pasien.

Mengontrollingkungan darikebisingan

Memindahkanbarang-barangyang dapatmembahayakan

Berikanpenjelasan padapasien dankeluarga ataupengunjung adanyaperubahan statuskesehatan

4. Anxiety Self – Control (1402)Setelah dilakukan tindakanKeperawatan selama 3 x 24jam nyeri dapat teratasidengan indikator:

(140201) monitor intensitas dari ansietas

(140206) gunakan strategi koping efektif

(140207) menggunakan teknik relaksasi

Anxiety Reduction(5820)

Gunakanpendekatan yangmenenangkan

Nyatakan denganjelas harapanterhadap pelakupasien

Jelaskan semuaprosedur dan apayang dirasakanselama prosedur

Temani pasien

Page 23: askep genurecurvatum

untuk menurunkan ansietas

untuk memberikankeamanan danmengurangi takut

Berikan informasifaktual mengenaidiagnosis,tindakanprognosis

Libatkan keluargauntukmendampingi klien

Instruksikan padapasien untukmenggunakantehnik relaksasi

Dengarkan denganpenuh perhatian

Identifikasitingkat kecemasan

Dorong pasienuntukmengungkapkanperasaan,ketakutan,persepsi

Kelola pemberianobat anti cemas

B. Intervensi Keperawatan Post-Operasi

NoDp

NOC NIC

1 Paint Control (1605)Setelah dilakukantindakanKeperawatan selama 3 x24 jam nyeri dapatteratasi denganindikator:

(160511) pasienmelaporkanpenyesuian terhadap

Paint management(1400)

Kaji nyeri secarakomperensifmeliputi lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas danfaktor penyebab

Page 24: askep genurecurvatum

nyeri (160501) pasien

dapat menyebutkanfaktor penyebabnyeri

(160502)mengetahui serangannyeri

nyeri Observasi

ketidaknyamanannonverbal yangdialami pasienkhususnya padapasien yang takmampuberkomunikasiefektif

• Kajipengetahuanpasien tentangnyeri

Lakukanpengkajianterhadapfrekuensi nyeridan rencanaperawatan

Ajarkanpenggunaan teknoknonfarmakologi,teknik napasdalam untukmeringankan nyeri

Berikan informasitentang nyerimeliputi factorpenyebab nyeri,durasi nyeri danprosedur yangdapat menimbulkannyeri

Berikan penguatanpositif padapasien dankelurga

Kolaborasi daengananggota kesehatanlainnya (dokter untuk

Page 25: askep genurecurvatum

memilih dan menentukanpemberian terapi)

2. Infection severity(0703)Setelah dilakukantindakanKeperawatan selama 3 x24 jam nyeri dapatteratasi denganindikator:

(070330)ketidakstabilantemperature

(070333) nyeri (070307) demam (070311) malaise

Infection Protection(6550)

Monitori systemdan lokasi daritanda dan gejaladari infeksi

Monitoriperubahan tingkatenergi / malaise

Batasi jumlahpengunjung, jikaperlu

Kaji kedaan kulitdan membran mucusadanya kemerahan,ekstermitas yangpanas

Penyuluhan padapasien/ keluarga Ajarkan pasien

dan keluargatentang tanda dangejala dariinfeksi sertamelaporkan kepadapetugas kesehatan

Ajarkan pasiendan keluargamengingat carabagaimanamenghindariinfeksi

Kolaborasi dengandokter

Laporkan tandainfeksi kepadapetugas pengawas

Page 26: askep genurecurvatum

infeksi3. Risk control (1902)

Setelah dilakukantindakankeperawatan selama 3x24jamKlien tidak mengalamiResiko Cedera dengan kriterianhasil:

(190219)Klienterbebas daricedera

(190220)Klien mampumenjelaskancara/metodeuntukmencegahinjury/cedera

(190223)Klien mampumenjelaskan factorrisiko darilingkungan/perilakupersonal

EnvironmentManagement:Safety(6486)(Manajemen lingkungan)

Sediakanlingkungan yangaman untuk pasien

Identifikasikebutuhankeamanan pasien,sesuai dengankondisi fisik danfungsi kognitifpasien danriwayat penyakitterdahulu pasien

Menghindarkanlingkungan yangberbahaya(misalnyamemindahkanperabotan)

Memasang siderail tempat tidur

Menyediakantempat tidur yangnyaman dan bersih

Menempatkansaklar lampuditempat yangmudah dijangkaupasien.

Membatasipengunjung

Memberikanpenerangan yangcukup

Menganjurkankeluarga untuk

Page 27: askep genurecurvatum

menemani pasien..

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan

hiperekstensi. Normalnya, dengan sendi yang kendur

secara merata, orang cenderung dengan lutut

kebelakang, traksi yang lama, terutama pada suatu

kerangka atau mempertahankan lutut berhiperekstensi

dalam gips, dapat merentangkan ligamentum secara

berlebihan, sehingga menyebabkan deformitas

hiperekstensi yang permanen.

Adanya perubahan struktur dari lutut memberikan

dimanifestasikan dengan adanya deformitas pada lutut,

perubahan gaya berdiri dan berjalan, perubahan tumbuh

kembang dan dampak psikologis pada orang tua. Semua

hal tersebut di tambah dengan intervensi medis badah

perbaikan berimplikasi pada dibutuhkannya pemenuhan

informasi pra operatif.

3.2 Saran

Page 28: askep genurecurvatum

Bagi para mahasiswa maupun para pembaca lainnya

kami berharap makalah kami ini dapat bermanfaat untuk

kita semua, dan bagi kita seorang perawat kami

berharap semoga makalah kami ini dapat kita jadikan

bahan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan klien

gangguan sistem muskuloskeletal.

Page 29: askep genurecurvatum

DAFTAR PUSTAKA

Dorland newman. 2011. Kamus saku kedokteran

Dorland. Edisi:28. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. 2012. Nanda Internasional.

Jakarta : EGC

Helmi, Zairin Noor. 2013. Buku ajar gangguan

muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Laura M.Criddle. 2005. Sheey’s Manual or emergency

care. Edition: Sixth. St.Louis: Mosby

Elsevier

Marlyn J Hockenberry.2008. Wong’s Nursing Care of

infants and Children. St.Louis: Mosby

Elsevier

Muttaqin, Arif. 2011. Buku saku gangguan

muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif & Kumala sari. 2009. Asuhan

keperawatan perioperatif. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2011. Anatomi fisiologi. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue. Marion Johnson. DKK. 2001. Nursing

Outcomes Classification (NOC) : St. Louis : Mosby

Moorhead, Sue. Marion Johnson. DKK. 2001. Nursing

Intervention Classification (NIC) : St. Louis : Mosby

Page 30: askep genurecurvatum

SKM, Suratun. Heryati. 2006. Klien gangguan sistem

muskuloskeletal. Jakarta : EGC