BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subluksasi lutut/genu recurvatum (dislokasi kongenital) merupakan suatu penyakit yang relatif jarang dimana frekuensi kejadiannya sebanding antara anak laki-laki dengan perempuan. Sering kali terdapat anomali kongenital yang berkaitan atau penyakit yang lebih umum, seperti artrogriposis ( Zairin noor Helmi, 2013). Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan hiperekstensi. Normalnya, dengan sendi yang kendur secara merata, orang cenderung dengan lutut kebelakang, traksi yang lama, terutama pada suatu kerangka atau mempertahankan lutut berhiperekstensi dalam gips, dapat merentangkan ligamentum secara berlebihan, sehingga menyebabkan deformitas hiperekstensi yang permanen ( Arif Mutaqin, 2011). Genu recurvatum operasional didefinisikan sebagai ekstensi lutut lebih besar padIndividu dengan mengalami sakit lutut, menampilkan pola kiprah ekstensi, dan memiliki kontrol proprioseptif miskin pada terminal lutut ekstensi. Perubahan struktur lutut menyebabkan deformitas lutut, perubahan gaya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Subluksasi lutut/genu recurvatum (dislokasi
kongenital) merupakan suatu penyakit yang relatif
jarang dimana frekuensi kejadiannya sebanding antara
anak laki-laki dengan perempuan. Sering kali terdapat
anomali kongenital yang berkaitan atau penyakit yang
lebih umum, seperti artrogriposis ( Zairin noor
Helmi, 2013).
Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan
hiperekstensi. Normalnya, dengan sendi yang kendur
secara merata, orang cenderung dengan lutut
kebelakang, traksi yang lama, terutama pada suatu
kerangka atau mempertahankan lutut berhiperekstensi
dalam gips, dapat merentangkan ligamentum secara
berlebihan, sehingga menyebabkan deformitas
hiperekstensi yang permanen ( Arif Mutaqin, 2011).
Genu recurvatum operasional didefinisikan sebagai
ekstensi lutut lebih besar padIndividu dengan
mengalami sakit lutut, menampilkan pola kiprah
ekstensi, dan memiliki kontrol proprioseptif miskin
pada terminal lutut ekstensi. Perubahan struktur
lutut menyebabkan deformitas lutut, perubahan gaya
berdiri dan berjalan, dapat menggangu perubahan dalam
hal tumbuh kembang anak, dampak fisiologis pada
orangtua.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa/i dapat memahami asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal:
Genu rekurvatum
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui Konsep medis
dari genu recurvatum
Agar mahasiswa mampu memahami pengkajian pada
pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal
dengan genu rekurvatum
Agar mahasiswa mampu memahami diagosa pada
pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal
dengan genu rekurvatum
Agar mahasiswa mampu memahami Intervensi pada
pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal
dengan genu rekurvatum
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Defenisi
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana permukaan
sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam
hubungan anatomis (Brunner & Suddarth, 2002).
Dislokasi lutut kongenital/hiperekstensi
lutut( genu recurvatum) adalah suatu kondisi lepasnya
sendi lutut dan memberikan manifestasi kelainan
adanya hiperekstensi yang berlebihan pada sendi lutut
( Zairin noor Helmi, 2013).
Dislokasi kongenital atau subluksasi lutut adalah
suatu penyakit yang relatif jarang, dengan
menghilangnya persendian normal antara femur dan
tibia. Frekuensi kejadiannya sebanding antara anak
laki-laki dan anak perempuan (Rudolf abraham, 2006).
Genu Recurvatum (Back Knee) adalah penyakit
kongenital dan Cacat perkembangan atau keabnormal
posisi intra-uterin( Dikutip dari Text Book: Marlyn
J. Wong’s Nursing Care of Infant and children: Page
419).
2.1.2 Etiologi
Adapun etiologi dari genu rekurvatum , meliputi:
1. Kongenital
Kongenital merupakan kejadian yang terjadi saat
lahir atau sebelum lahir merujuk pada kondisi yang
ditemukan saat lahir tanpa memandang penyebabnya
2. Idiopatik
Idiopatik adalah Sesuatu yang terjadi tanpa
diketahui penyebabnya, timbul sendiri .
3. Faktor predisposisi :
1) Artritis reumatoid
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi
nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cenderung kronis yang dapat menyerang berbagai
sitem organ. Penyakit ini adalah salah satu
dari sekelompok penyakit jaringan penyambung
difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak
diketahui sebabnya. Artritis reumatoid
merupakan inflamasi kronis yang paling sering
ditemukan pada sendi. Artritis reumatoid diduga
karena faktor autoimmun dan infeksi( Muttaqin
Arif. 2008). Pasa artritis reumatoid, ligamen
dapat juga terlalu terlentang setelah terjadi
sinovitis atau peradangan pada membran
sinovial, jaringan yang melapisi dan melindungi
sendi yang kronis/ berulang. Dengan longgarnya
ligamen sendi lutut maka akan terjadi
hiperekstensi sendi lutut.
2) Hipotonia rakitis
Hypotonia adalah penurunan tonus otot rangka
(Dorland. 2011).
Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak
karena kekurangan atau gangguan metabolisme
vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium,
berpotensi menyebabkan patah tulang dan
kelainan bentuk. Rakitis adalah salah satu
penyakit anak yang paling sering di banyak
negara berkembang. (Dorland. 2011).
3) Poliomielitis
Polimyelitis adalah penyakit virus aku yang
biasanya disebabkan oleh poliovirus dan
ditandai dengan gejala klinik demam, nyeri
tenggorokan, nyeri kepal, muntah, serta sering
disertai kekauan leher dan punggung, dapat
terjadi gangguan sistem saraf pusat , kaku
kuduk, pleositosis dalam cairan serebrospinalis
dan kadang kelumpuhan, selanjutnya dapat
terjadi atrofi pada sekelompok otot yang
berakhir dengan kontraksi dan deformitas
permalitis
(Dorland. 2011). Pada kondisi yang lemah
akibat dari poliomelitis ini akan memaksa lutut
untuk hiperekstensi (genu rekurmvatum).
2.1.3 Patofisiologi
Ligamentum yang longgar dapat mengakibatkan
hiperekstensi. Normalnya, dengan sendi yang kendur
secara merata, orang cenderung dengan lutut kebelakang,
traksi yang lama, terutama pada suatu kerangka atau
mempertahankan lutut berhiperekstensi dalam gips, dapat
merentangkan ligamentum secara berlebihan, sehingga
menyebabkan deformitas hiperekstensi yang permanen.
Ligamentum juga dapat menjadi terlalu terlentang
setelah terjadinya sinovitis yang kronis atau berulang
( terutama pada rhumatoid arthtritis), hipotonia
rakitis lemas otot pada poliomielitis, atau
ketidakpekaan pada penyakit charcot. Penyebab lain
recurvatum adalah cedera lempeng pertumbuhan dan
fraktur yang mengalami malunion.
Recurvatum lutut juga bisa terjadi akibat dipaksa
berhiperekstensi. Pada tingkat sedang, keadaan ini
bahkan dapat menolong(misalnya untuk menstabilkan lutut
yang ekstensornya lemah). Namun, jika berlebihan atau
berlangsung lama, dapat menimbulkan deformitas yang
permanen. Jika dilakukan koreksi tulang, maka lutut
harus dibiarkan berhiperekstensi untuk mempertahankan
mekanisme stabilisasinya. Jika tenaga kuadriseps buruk,
maka pasien dapat membutuhkan suatu kaliper.
Hiperekstensi paralitik yang hebat dapat diterapi
dengan mengikaatkan patela ke dataran tibia, diman
patela berfungsi sebagai suatu blok tulang (Apley,
1995).
Adanya perubahan struktur dari lutut memberikan
dimanifestasikan dengan adanya deformitas pada lutut,
perubahan gaya berdiri dan berjalan, perubahan tumbuh
kembang dan dampak psikologis pada orang tua. Semua hal
tersebut di tambah dengan intervensi medis badah
perbaikan berimplikasi pada dibutuhkannya pemenuhan
informasi pra operatif.
2.1.4 Manifestasi klinis
1. Terjadinya deformitas
2. Nyeri pada saat terjadi pengubahan posisi
lutut
3. Lutut tidak bisa melakukan fleksi
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
1)Pemeriksaan foto polos
2)Pemeriksaan sinar-X, diperlukan untuk
membedakan dislokasi dan subluksasi.
2.1.6 Penatalaksanaan
1) Konservatif
Penataklasanaan konservatif dilakukan paada
kondisi awal kelahiran. Intervensi yang dapat
dilakukan, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Manipulasi dengan fleksi yang dilanjutkan dengan
pemasangan gips sirkular dan meningkatkan fleksi
secara bertahap setiap 2 minggu dan dilakukan
selama 8 minggu.
b. Pemasangan pavlik harness selama 2-3 bulan
Pavlik Harness, yaitu sebuah alat berbentuk
M yang dikenalkan oleh Arnold Pavlik, ahli
bedah ortopedi berkebangsaan Ceznia, tahun 1950
Alat ini membantu mendorong femur masuk ke dalam
acetabulum. Alat ini umumnya dipasang selama 3
sampai 9 bulan dan tidak boleh dibuka. Orang
tua akan mengalami kesulitan dalam memandikan
dan mengganti popok karena alat ini tidak boleh
dibuka. Tingkat keberhasilan alat ini mencapai
90%.
c. Manipulasi traksi kulit secara posisi prone 45-60
derajat dan fleksi 100 derajat Traksi adalah
penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh.
Ini dicapai dengan memberi beban yang cukup untuk
mengatasi penarikan otot.Traksi adalah tahanan
yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan ataugangguan pada tulang dan
otot.
2) Pembedahan
Intervensi bedah dilakukan dengan reporsisi perbaikan
agar lutut mampu melakukan fleksi. Bedah rekonstruksi
dilakukan dengan koreksi posisi dan dipertahankan
dengan K-wire serta
gips spalk dalam
posisi fleksi selama 6-8 m inggu.
(GAMBAR : K-WIRE)
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal
dan orang yang terdekat dengan klien.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem
muskuloskeletal, yaitu :
Nyeri
Kekakuan pada sendi
Pembengkakan, panas dan kemerahan pada sendi
Keterbatasan gerak
Otot
Kelemahan Otot
Tulang
Deformitas
c) Riwayat sosial
Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan klien.
d) Riwayat penyakit keturunan
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu di
identifikasi (mis, penyakit artritis, penyakit
sendi degeneratif, osteomielitis, dll)
e) Riwayat diet (nutrisi)
Identifikas adanya kelebihan berat badan karena
kondisi ini dapat mengakibatkan stress pada sendi
penyangga tubuh dan predisposisi terjadinya
instabilitas ligamen.
f) Riwayat kesehatan masa lalu
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu
sebelumnya.
g) Riwayat kesehatan masa sekarang
Meliputi, sejak kapan ada keluhan apakah ada
riwayat trauma atau hal-hal yang menimbulkan
gejala.
PENGKAJIAN FOKUS :
1. Look
Terlihat adanya deformitas lutut. Deformitas dalam
berdiri dan gaya berjalan dengan posisi ekstensi
sendi lutut kea rah posterior.
2. Feel
a. Sering didapatkan adanya perubahan posisi
patella yang mengakibatkan patella kedataran
tibia.
b. Tidak didapatkan nyeri tekan pada lutut.
3. Move
Ketidakmampuan dalam melakukan fleksi pada sendi
lutut.mobilisasi tidak bermasalah walaupun
terdapat kelainan dalam gaya berjalan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
A. Diagnosa Pre-Operasi
1. Nyeri Akut (00132) hal.604
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual/potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa(international
asociation for the study of pain); awitan yag
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6bulan.
Dp 1. Nyeri Akut b/d Agens cedera biologis
(pengubahan posisi lutut)
2. Hambatan mobilitas fisik(00085) hal.304
Domai 4 : Aktifitas/Istirahat
Kelas 2 : Aktifitas/Latihan
Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik
tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara
mandiri dan terarah.
Dp 2. Hambatan mobilitas fisik b/d Penurunan
kekuatan otot
(keterbatasa dalam melakukan
pergerakkan)
3. Resiko Cedera(00035) hal.547
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
Definisi : Beresiko mengalami cedera sebagai
akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan