EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (R-SMA-BI) ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung )
TESIS
Oleh:
MOHAMMAD ARIFIN NIM. 08710047/S2
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010
iii
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Mohammad Arifin
NIM : 08710047/S2
Alamat : Jalan Raya Banjaran N0. 18 Pameungpeuk Kab. Bandung
Menyatakan bahwa “Tesis” yang saya buat untuk memenuhi
persyaratan kelulusan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang dengan judul: EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di
SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung) adalah hasil karya saya sendiri
bukan “duplikasi” dari karya orang lain.
Selanjutnya apabila dikemudian hari ada “claim” dari pihak lain, bukan
menjadi tanggung jawab dosen pembimbing dan atau pengelola Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, tetapi
menjadi tanggung jawab saya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.
Malang, 16 Juli 2010
Hormat saya,
Mohammad Arifin
vi
ABSTRAK
Mohammad Arifin, 2010, Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional: Studi Kasus di SMA Negeri 1 Baleendah, Tesis Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Maliki Malang. Pembimbing: (1) Dr. Sugeng Listiyo Prabowo, (2) Slamet,MM. Phd.
Kata Kunci: Evaluasi Implementasi Standar R-SMA-BI .
R-SMA-BI merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah di Indonesia supaya mampu menghadapi di era global. Pelaksanaan programnya sendiri dilaksanakan dengan tiga tahapan, pertama tahap pengembangan yaitu untuk tiga tahun pertama, kedua tahap konsolidasi untuk tahun ke empat dan kelima ketiga tahap kemandirian yaitu tahun ke enam dan tujuh. SMA Negeri 1 Baleendah sejak tahun pelajaran 2007-2008 telah ditunjuk Departemen Pendidikan Nasional untuk menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional , sehingga saat ini sudah masuk tahun ketiga. Banyak hal yang sudah dilakukan dalam tiga tahun terakhir ini dari mulai pengelolaan, pengembangan kurikulum, merumuskan kompetensi lulusan, membenahi proses pembelajaran, mebenahi sistem penilaian, meningkatkan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, membenahi sarana arasarana dan membenahi standar pembiayaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan perubahan yang penting dilakukan oleh SMA Negeri 1 Baleendah untuk menuju sekolah yang bertaraf internasional.(2) Mendeskripsikan tingkat ketercapaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah (3) Mendeskripsikan berbagai hambatan dalam Implementasi standar R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah dan (4) Merumuskan strategi percepatan pencapaian SBI. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah, metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus, teknik pengumpulan data meliputi:(1)wawancara mendalam, (2) observas,dan(3)studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) perubahan yang telah dilakukan sekolah meliputi perubahan visi-misi, mengadopsi serta mengadaptasi ISO 9001/12000/14000. Untuk manjemen kurikulum sampai saat ini masih menggunakan KTSP .Untuk peningkatan SDM sekolah melakukan pelatihan bahasa Inggris, komputer untuk semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta memberikan dorongan dan bantuan secara finansial kepada guru supaya melanjutkan penndidikannya ke S2. Sedangkan dalam manajemen sarana prasarana sekolah telah melakukan banyak perubahan terutama untuk kegiatan belajar mengajar di kelas dengan berbasis information comunication technology.(ICT). (2)Adapun ketercapaian standar R-SMA-BI sampai saat ini baru mencapai74,4%.(3) Hambatan yang dihadapi adalah masih terkendala rendahnya SDM sekolah untuk hubungan internasional human relation, (4) strategi untuk mempercepat pencapaian standar R-SMA-BI ada tiga hal yang dinilai sangat strategis yaitu, (1) Seluruh aktivitas pendidikan di sekolah beporors pada visi-misi (2) Peningkatan manajemen mutu pengelolaan sekolah, (3) Peningkatan manajemen mutu pembelajaran Dari hasil penelitian, saran-saran yang diajukan yaitu: (1).Peningkatan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan,(2) Mengoptimalkan peran serta komite sekolah dalam memberdayakan stakeholders sekolah secara maksimal dalam kontribusinya ke sekolah. (3) Khusus bagi pemerintah daerah kabupaten Bandung supaya berperan lebih aktif dalam mengembangkan rintisan sekolah bertaraf internasional.
vii
ABSTRACT
Mohammad Arifin, 2010, the evaluation of Implementation for pioneering standard of international school: Case study in SMA N 1 Baleendah, Thesis for department of Islamic Education Management, the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Advisor: (1) Dr. Sugeng Listiyo Prabowo (2) Slamet, MM. Phd.
Keywords: Evaluation of standard implementation R-SMA-BI
R-SMA-BI is one of government program that aim to increase the quality of school in Indonesia in order that is able to face this global era. The implementation of it program has been done in three steps, firstly the step of development which is for the first three years, secondly the step of consolidation for the fourth and fifth, thirdly the step of autonomous that is the sixth and seventh. Since of 2007-2008 the Senior high school of 1 Baleedah has showed by the Department of National Education for being the pioneering school of international standard, so that up to now it has been in the third years. There are many things has been done in the recent three years from the management, developing of curriculum, formulating the graduation competency, refinement of learning process, refinement of values system, improving the standard competency of educator and the personnel of educational, refinement of infrastructure and the refinement of defrayal standard.
The purposes of research are: (1) to describe the important change that has done by SMA N 1 Bleendah to reach the school of international standard. (2) to describe the level of achievement of R-SMA-BI in SMA N 1 Baleendah (3) to describe a variety of obstacles in the implementation of standard of R-SMA-BI in SMA N 1 Bleendah and (4) to formulate the strategy of achievement process for SBI.
The research has done in SMA N 1 Baleendah , and the method that used is qualitative approach by planning of case study, the technique of data collection included: (1) in-depth interview, (2) observation, (3) study of documentation.
Based on the research is showed that (1) the change has been done by the school are including the change of vision-mission, and adopted and adapted ISO / 9001/12000/14000. For the management of curriculum until this time is still using KTSP. For the improving of Human Resource of school has been making the training of English language, computer and financial supporting for the teacher in order that they are continued their study in the Post-Graduate. Whereas in the management of infrastructure of school has make many changes particularly for the study leaning in the class by the based on information communication technology (ICT). (2) The achievement of standard for R-SMA-BI until this time is only reach 74, 4%. (3) the obstacle that faced is it low quality of Human Resource of school for having international of human relation, (4) strategy of achievement standard process for R-SMA-BI are three things that judged very strategic that are; (1) all of education community of school are focused on the vision-mission (2) improving the management of school quality process, (3) improving the management of learning quality.
Based on the result of research has suggested that: (1) improving the educator resource and the personnel of education entirely and continuously (2) having the optimal purpose for the participant of school committee in the functioning of stakeholder as maximum in the contribution of school (3) special for the regional government of Bandung regency in order to play role more active in the development of pioneering school of international standard.
viii
خالصة البحث
: على مستوى دوليتقدیر تنفيذ تقييس تمهيد المدرسة , ٢٠١٠, محمد عارفينالبحث العلمي , بالندة ١الحكومية الثانویة العليا البحث في المدرسة
موالنا حكوميةللتخصص تدبير التربية اإلسالمية بجامعة اإلسالمية اسوآغ لستيو برابوو دآتور ) ١: (تحت اإلشراف, مالك إبراهيم مالنج
.ةيالفلسف الماجستير تسالم) ٢( R-SMA-BIتقدیر تنفيذ تقييس تمهيد المدرسة :مفتاح الكلمات
R-SMA-BI التي تهدف إلى تحسين نوعية هو من برامج الحكومة
.جل ان یكون قادرا على مواجهة هذا العصر العالميأالمدارس في اندونيسيا من الطبقةالتطویریة هي في السنة الثالثة : أوال. خطواتتنفيذ برامجها تعقد بثالثة
الطبقة :ثالثا الطبقة االتحادیة هي للسنة الرابعة والخامسة :ثانيا. األولىالحكومية الثانویة العليا المدرسة . والسابعةة ادساإلستقالية بالنفس هي للسنة الس
التربية قد اختارها وزارة الشؤون ٢٠٠٨/٢٠٠٩ بالندة منذ سنة الدراسة ١الى اآلن تجري الى السنة ,العاليمستوى العلى الوطنية لتكون تمهيد المدرسة
وتطویر , آثير ما من األحوال التي نفذت في الثالثة األواخر من التدبير. الثالثة تحسينو, منوال التدریس تحسينو, آفائة الخرجين تحسينو, منهج التدریس تحسينو ,الوسائل تحسينو, وتطویر آفائة المدرسين والدراسة, آيفية اإلنتياجة .التنفيذ المالي
یعقد في المدرسة اشراح التفسير المهم) ١(مقصود هذاالبحث هو ) ٢( على مستوى دوليبالندة لتكون المدرسة مدرسة ١الحكومية الثانویة العليا
١الحكومية الثانویة العليا في المدرسة R-SMA-BI اشراح طبقة الحصولفي المدرسة R-SMA-BIاشراح أنواع العوائق عند تنفيذ الدرجة ) ٣(بالندة
. SBIترميز سياسة تسریع الحصول ) ٤(بالندة ١الحكومية الثانویة العليا والطریقة , بالندة ١الحكومية الثانویة العليا هذاالبحث یعقد في المدرسة
١-: سياسة تجميع الوثائق هي و, واقتراح البحث ,لمستخدمة هي تقریب الكميةا .ودرس توثيق الوثائق -٣. والمراقبة-٢. متعمقةال المقابلة و المحادثة
التغيير نفذته المدرسة هو تغيير ) ١(واستنادا إلى البحوث اظهرت ان لتدبير ISO 9001/12000/14000 البعثة والطيف اقتباسا و تكييفا مع بيئة
ولتطویر الثروة , KTSP حتى اآلن التزال المدرسة تستخدم منهج المنهجوآمبيوتر لجميع المدرسين , اإلنسانية نفذت جهة المدرسة الریاضة اإلنجليزیة
الدراسات العليا ليواصلوا دراستهم الى بالمساعدة المالية لهموأعطت التشجيع )٢S( , وسائل المدرسة قد عقدت آثيرا من التغيرات مع أن ذالك في تدبير
فضال في أنشطة الدراسة في الفصل بأساس اإلعالمات والمبلغة التجنولوجية )ICT(, )٢ ( أما حصول التمهيد R-SMA-BI 4، 74 اآلن یحصللى ا ٪. )٣ (
لعالقة المدرسة لالتصال العالمية في والعوائق هي ضعف الثروة اإلنسانية آل -١: هي أشياءثالثة R-SMA-BI الطریقة لتسریع حصول تمهيد ) ٤( اإلنسان
-٣المدرسة تدبير سجية تطبيق-٢أنشطة التربية محور في البعثة و الطيف .تطبيق تدبير سجية الدراسة
تطبيق ثروة -١: واستنادا إلى نتائج البحوث العلمية واقترح ما یلياآمال دور لجنة المدرسة في عرفة موقد المدرسة -٢. المدرس آليا واستمرارا
أآثر نشاطا في تطویر المدارس الرائدة على مستوى دولي -٣. تماما
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT. Semoga sholawat dan
salam senantiasa terlimpahkan keharibaan Rasulullah SAW, Amien. Dan karena limpahan
rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul
“Implementasi Evaluasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Kasus: SMA
Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung)
Tesis ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar Manajemen Pendidikan Islam (M.Pd) Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Tesis ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat kepada:
1. Ayahanda dan bunda (almrhmh) Bapak / ibu mertua yang senantiasa memberikan
kasih sayang dengan tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan program
studi S2 di UIN MALIKI Malang
2. Prof. Dr. H Imam Suprayogo, sebagai Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.atas segala pelayanan dan fasilitas yang telah diberikan selama penulis
menempuh studi.
3. Prof. Dr. H. Muhaimin,MA, Direktur Program Pascasarjana Universitasi Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan para asiten direktur, ketua program
studi serta staf/karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan yang telah diberikan
selama penulis menempuh studi di UIN Maliki Malang.
x
4. Dr. Sugeng Listiyo Parbowo selaku pembimbing I dalam penulisan tesis ini yang
selalu sabar dan tekun membimbing penulis dan tak henti-hentinya selalu
memberikan dorongan agar tesis ini cepat diselesaikan.
5. Slamet, MM. PHd. selaku pembimbing II dalam penulisan tesis ini yang sangat
telaten membimbing penulis, memberikan arahan dan selalu motivasi agar segera
menyelesaikan penulisan tesis ini
6. Drs. Aa Sudaya MPd. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten
Bandung atas kesediaannya mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan
penelitian di lembaga yang dipimpinnya.
7. Seluruh dewan guru, dan civitas akademika SMA Negeri 1 Baleendah yang telah
membantu penulis memberikan informasi dalam upaya penyelesaian tesis ini.
8. Semua sahabat mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Islam angkatan
2008, yang banyak memberikan inspirasi dan motivasi dalam penyelesaian Tesis ini.
Penulis berharap semoga budi baik semua pihak tersebut diatas mendapat
balasan dari Allah SWT berupa pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari
bahwa tesis ini masih sederhana dan penuh keterbatasan. Untuk
menyempurnakannya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca yang budiman. Akhirnya semoga kita dapat
menganmbil manfaat dari karya tulis ini dan semoga Allah SWT. senatiasa
memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin
Malang, 16 Juli 2010 Penulis, (Mohammad Arifin)
xi
DAFTAR ISI Halaman
Halaman Sampul .................................................................................................................... i
Halaman Judul ....................................................................................................................... ii
Lembar Pernyataan ……………………………………………………………………….. . iii
Lembar Persetujuan .............................................................................................................. iv
Lembar Pengesahan .............................................................................................................. v
Abstrak ……………………………………………………………………………………. . vi
Kata Pengantar ....................................................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................................................ xi
Daftar Tabel ........................................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ....................................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................................... xvi
Motto ...................................................................................................................................... xvii
Persembahan ……………………………………………………………………………… . xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ……………………………………………………………… 1
B. Fokus Penelitian ……………………………………………………………….. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7
E. Originalitas Penelitian …………………………………………………………. 8
F. Definisi Istilah ...................................................................................................... 12
G. Sitimatika Pembahasan ………………………………………………………… 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
1. Pengertian ………………………………………………………………… 15
2. Visi dan Misi SMA Bertaraf Internasional……………..…………………. 18
B. Evaluasi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
1 . Pengertian ………………………………………………………………… . 20
2. Tujuan ........................................................................................................... 23
C. Teori dan Kebijakan Standar Nasional Pendidikan SMA
xii
1. Standar Pengelolaan ……………………………………………………... 26
2. Standar Isi ………………………………………………………………… 42
3. Standar Kompetensi Lulusan …………………………………………….. 55
4. Standar Proses …………………………………………………………… 64
5. Standar Penilaian Pendidikan …………………………………………….. 73
6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan …………………………….. 77
7. Standar Sarana dan Prasarana ……….…………………………………… 91
8. Standar Pembiayaan ……………………………………………………… 104
BAB III, Metode Penelitian
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................................... 111
B. Data dan Sumbe Data …………………………………………………………. 112
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………….. 113
D. Analisis Data …………………………………………………………………… 122
E. Pengecekan Keabsahan Temuan ………………………………………………. 124
BAB IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Perubahan-Perubahan yang Penting dilakukan dalam Upaya Menuju SBI ……… 127
a. Perubahan Visi-Misi …………………………………………………………... 128.
b. Pengembangan Kurikulum ……………………………………………………. 129
c. Proses Pembelajaran …………………………………………………………... 134
d. Penilaian ………………………………………………………………………. 135
e. Pengembangan SDM …………………………………………………………. 136
f. Sarana Prasarana ……………………………………………………………… 136
2. Tingkat Ketrcapaian Program R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah ………… 138
a. Standar Pengelolaan ………………………………………………………….. 139
b. Standar Isi / Kurikulum ………………………………………………………. 140
c. Standar Kompetensi Lulusan …………………………………………………. 140
d. Standar Proses ………………………………………………………………… 142
e. Standar Penilaian ……………………………………………………………… 143
f. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..……………………….............. 144
g. Standar Sarana Prasarana ……………………………………………………… 147
xiii
h. Standar Pembiayaan …………………………………………………………… 148
3. Hambatan-Hambatan yang dihadapi dalam Penyelenggaraan R-SMA-BI ……… 149
4. Strategi untuk Mempercepat Pencapaian R-SMA-BI …………………………… 152
B. Temuan Penelitian ........................................................................................ 156
BAB V. PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Perubahan-Perubahan yang Penting dilakukan dalam Upaya Menuju SBI
1. Perubahan Visi-Misi …………………………………………………………….. 160.
2. Pengembangan Kurikulum ………………………………………………………. 165
3. Proses Pembelajaran ………………..…………………………………………… 166
4. Penilaian …………………………………………………………………………. 167
5. Pengembangan SDM …………………..………………………………………... 168
6. Sarana Prasarana ………………………..……………………………………….. 169
B. Tingkat Ketrcapaian Program R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah
1. Standar Pengelolaan ……………………………………………………………... 172.
2. Standar Isi / Kurikulum ………………………………………………………… 172
3. Standar Kompetensi Lulusan ……………………………………………………. 173
4. Standar Proses …………………………………………………………………… 174
5. Standar Penilaian ………………………………………………………………... 174
6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..………………………................... 175
7. Standar Sarana Prasarana ……………………………………………………….. 176
8. Standar Pembiayaan ………..……………………………………………………. 177
C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi ………………………………………….…… 177
D. Strategi untuk Mempercepat Pencapaian R-SMA-BI ………………………….…… 179
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 184
B. Saran –Saran ……………………………………………………………………… 186.
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian 11 Tabel 2.1 Indikator Operasional Visi Misi Bercirikan Keunggulan 30 Tabel 2.2 Upaya Menjalankan Indikator Keunggulan 32 Tabel 2.3 Tahapan Untuk Mewujudkan Visi 34 Tabel 2.4 Indikator Standar RKJM dan RKT 34 Tabel 2.5 Mengadopsi dan Mengadaptasi Standar ISO 37 Tabel 2.6 Alokasi Waktu Pada Kalender Pendidikan 49 Tabel 2.7 Indikator Operasional Penerapan KTSP 50 Tabel 2.8 Pemenuhan Standar Isi 52 Tabel 2.9 Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan 58 Tabel 2.10 Standar Akademik Berbasis TIK 62 Tabel 2.11 Indikator Operasional Standar Proses 67 Tabel 2.12 Indikator Operasional Standar Penilaian 75 Tabel 2.13 Indikator Operasional Standar Pendidik 85 Tabel 2.14 Indikator Operasional Standar Tenaga Kependidikan 87 Tabel 2.15 Indikator Operasional Standar Kepala Sekolah 89 Tabel 2.16 Indikator Operasional Standar Sarana Prasarana 96 Tabel 2.17 Indikator Operasional Standar Pembiayaan 109 Tabel 3.1 Materi dan Informan Evaluasi 118 Tabel 3.2 Kode Informan dan Teknik Pengumpulan Data 122 Tabel 4.1 Rekapitulasi Scor per Komponen evaluasi R-SMA-BI 138 Tabel 4.2 Skor Hasil Evalausi Kinerja Pengelolaan 144 Tabel 4.3. Skor Hasil Evalausi Kinerja Kurikulum 140 Tabel 4.4. Skor Hasil Evalausi Kinerja Kompetensi Lulusan 140 Tabel 4.5 Skor Hasil Evalausi Kinerja Proses Pembelajaran 142 Tabel 4.6 Skor Hasil Evalausi Kinerja Penilaian 143 Tabel 4.7. Skor Hasil Evalausi Kinerja Pendidik &Tenaga Kependidikan 144 Tabel 4.8. Skor Hasil Evalausi Kinerja Sarana Prasarana 147 Tabel 4.9. Skor Hasil Evalausi Kinerja Pembiayaan 148 Tabel 4.10 Faktor Penghambat dan Kegiatan yang Belum Terlaksana 155
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Macam-macam Sekolah …………………………………………... 16
Gambar 4.1 : Pembelajaran dengan Teaching Assistant dari Prancis ……………. 130
Gambar 4.2 : Pembelajaran di Lab. komputer …………………………………... 131
Gambar 4.3 : Pembinaan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) …………………….. 133
Gambar 4.4 : Pembelajaran di Lab. Bahasa ……………………………………... 137
Gambar 4.5 : Pembelajaran di Lab. IPA …………………………………………. 137
Gambar 5.1 : Perubahan yang dilakukan dalam upaya Mencapai R-SMA-BI …. 159
Gambar 5.2 : Ketercapaian Standar R-SMA-BI ………………………………… 170
Gambar 5.3 : Sub-sub Komponen yang Menjadi Penghambat R-SMA-Bi …….. 178
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Macam-macam Sekolah …………………………………………... 16
Gambar 4.1 : Pembelajaran dengan Teaching Assistant dari Prancis ……………. 130
Gambar 4.2 : Pembelajaran di Lab. komputer …………………………………... 131
Gambar 4.3 : Pembinaan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) …………………….. 133
Gambar 4.4 : Pembelajaran di Lab. Bahasa ……………………………………... 137
Gambar 4.5 : Pembelajaran di Lab. IPA …………………………………………. 137
Gambar 5.1 : Perubahan yang dilakukan dalam upaya Mencapai R-SMA-BI …. 159
Gambar 5.2 : Ketercapaian Standar R-SMA-BI ………………………………… 170
Gambar 5.3 : Sub-sub Komponen yang Menjadi Penghambat R-SMA-Bi …….. 178
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat mohon idzin penelitian
Lampiran 2. Surat keterangan melaksanakan penelitian
Lampiran 3. Surat Penunjukan menjadi sekolah rintisan sekolah bertaraf internasional
R-SMA-BI) dari Direktur Pembinaan SMA
Lampiran 4 Surat Pernyataan dukungan dari Komite sekolah menjadi R-SMA-BI
Lampiran 5. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Sekolah (DPAS)
Lampiran 6. Komposisi instrument evaluasi kinerja
Instrumen 7 Instrumen Evaluasi penyelenggaraan R-SMA-BI
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil evaluasi kinerja Penyelenggaraan R-SMA-BI
Lampiran 9. Brosur Penerimaan siswa baru
Lampiran 10 Denah SMA Negeri 1 Baleendah
Lampiran 11. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Baleendah
Lampiran 12. Sertifikat Akreditasi dari BAN-S/M
Lampiran 13. SK pembagian tugas guru dan tugas tambahan lainnya
dalam proses belajar mengajar tahun pelajaran 2009-2010
Lampiran 14. SK pembagian tugas staf tata usaha tahun 2009-2010
Lampiran 15. Tata tertib guru dan karyawan SMA Negeri 1 Baleendah
Lampiran 16. Kebijakan mutu SMA Negeri 1 Baleendah
Lampiran 17. Daftar urut kepangkatan (DUK) guru
Lampiran 18. Daftar urut kepangkatan tata usaha dan karyawan
Lampiran 19 Tatatertib Siswa
xvii
MOTTO
|·÷‚u‹ ø9uρ š Ï%©! $# öθ s9 (#θä. t s? ôÏΒ óΟÎγ Ïù=yz
Zπ−ƒ Íh‘ èŒ $≈yèÅÊ (#θ èù%s{ öΝÎγøŠ n= tæ (#θà)−G u‹ ù= sù ©! $#
(#θä9θ à)u‹ ø9uρ Zωöθ s% # ´‰ƒ ωy™
dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
xviii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Buah Karya Sederhana Ini Kepada Kedua Orang Tuaku, Hanya Dengan Peluh Dan doanyalah
Penulis Sampai Pada Kondisi Saat Ini Kepada Istri Tercinta, Yang Senantiasa Mendampingi Penulis
Dalam Suka Dan Duka Dalam Menjalani Sisa Hidup Dan Kehidupan
Teruntuk Buah Cinta Kami Ulwan Dhiaul Haq ,
Risalatul haq, Azmi Filhaq
Inka Farihalhaq Gantungkanlah Cita-Citamu Setinggi Bintang Di Langit
Semoga Kelak Kalian Menjadi Insan yang sholeh dan sholehah dan Berguna untuk masyarakat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
SMA Negeri 1 Baleendah sebagai salah satu sekolah dengan keunggulan layanan
pendidikan terbaik di kabupaten Bandung. Hal ini bisa dilihat dari trend pendaftar ketika
Penerimaan Siswa Baru (PSB) dari tahun ketahun”1.Sejak tahun ajaran 2007/ 2008 sudah
berperan aktif dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang mempunyai keunggulan
global dengan cara merintis pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(R-SMA-BI).2
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 1 Baleendah
diselenggarakan dengan landasan:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4: “Warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.3
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 50 ayat 3: ”Pemerintah dan atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”.4
3. Surat Keputusan Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Mandikdasmen Depdiknas
nomor: 697/C4/MN/2007 tentang Penetapan Penyelenggara Program Rintisan SMA
Bertaraf Internasional (SMA BI)5
1 Dokumen sekolah tentang PSB dari tahun 2000 s.d. 2009. 2 SK Direktorat jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 622/C4/MN/2007. 3 Undang-undang N0. 20 tahun 003 tentang sistem Pendidikan Nsional, Asa Mandiri, 2009, hlm.24. 4 Undang-undang N0.20 tahun 2003, “Sistem Pendidikan”, hlm.70. 5 Dokumen sekolah tentang penetapan SMA Negeri 1 Baleendah sebagai R SMA BI.
2
4. Surat Diretorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah nomor
622/C4/MN/2007 tangal 29 Juni 2007 perihal keikutsertaan SMAN 1 Baleendah
pada worshop penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional.6
5. Pernyataan dukungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat cq Kasubdis Dikmenti
melalui surat nomor 008/82-Dikmenti/2007.7
6. Pernyataan dukungan penyelenggaraan program rintisan SBI dari komite SMA
Negeri 1 Baleendah nomor: 004/Komite-SMA.BE/2007.8
Penunjukan dari pemerintah baik pusat maupun daerah dan dukungan komite
sekolah adalah suatu penghargaan yang cukup prestise yang besar bagi sekolah. Sebab
tidak semua sekolah mendapatkan kesempatan tersebut, bahkan hanya satu-satunya
sekolah di kabupaten Bandung yang memiliki kesempatan dari 25 SMA Negeri dan 74
SMA Swasta yang ditunjuk menjadi sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(R-SMA-BI). Penunjukan itu bukan tanpa alasan bagi pemerintah sebab nama besar
SMA Negeri 1 Baleendah dengan prestasinya, baik akademik maupun non akademik di
tingkat kabupaten maupun propinsi sudah sering diraihnya. Misalnya dalam prestasi
keikutsertaan pada olimpiade MIPA,9 bahasa Inggris, seni, olahraga, dan kegiatan
ekstrakurikuler lainnya.10
Berdasarkan hasil studi awal melalui observasi11 penunjukan itu menjadi
tantangan yang sangat berat bagi sekolah, sebab penunjukan itu tidak didasarkan pada
studi kelayakan yang ketat dan akurat yang merujuk pada standar yang harus dipenuhi
oleh R-SMA-BI. Sebagaimana syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan
6 Dokumen sekolah tentang surat penetapan mengikuti workshop penyelenggaraan R SMA BI 7 Dokumen sekolah tentang surat dukungan penyelenggaraan R SMA BI untuk SMANegeri 1 Baleendah 8 Dokumen sekolah tentang dukungan atas penyelenggaraan R SMA BI untuk SMA Negeri 1 Baleendah 9 Dokumen sekolah tentang keikut sertaan siswa SMA Negeri 1 Baleendah di olimpiade tingkat kabupaten dan propinsi
10 Piala –piala dalam keikutsertaan pada kejuaraan antar sekolah tingkat kabupaten dan propinsi 11 Hasil Observasi penulis januari 2010
3
R-SMA-BI, sebagaimana dalam panduan penyelenggaraan R SMA BI yaitu: bebarapa
syarat sudah terpenuhi namun ada yang belum terpenuhi. Adapun syarat yang dimaksud
adalah sebagai berikut 12
1. Sekolah menengah atas negeri atau swasta yang telah memenuhi standar Nasional dan terakrediatasi A.
2. Kepala sekolah memenuhi standar nasional pendidikan berkompeten dalam pengelolaaan manajemen mutu pendidikan serta mampu mengoperasikan komputer dan dapat berkompetensi dalam bahasa inggris
3. Memiliki tenaga pengajar , fisika, kimia, biologi, matematika dan mata pelajaran lainnya yang berkompeten dalam menggunakan ICT dan pengantar bahasa Inggris.
4. Tersedia sarana prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang proses pembelajaran bertaraf internasional. antara lain : a. Memiliki tiga laboratorium IPA ( Fisika, Kimia, Biologi) b. Memiliki perpustakaan yang memadai c. Memiliki laboratorium komputer d. Tersedia akses internet e. Memiliki Web sekolah f. Memiliki kultur sekolah yang kondusif (bersih, bebas asap rokok, bebas
kekerasan, indah dan rindang) 5. Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program rintisan
SMA bertaraf internasional. 6. Penyelenggaraan sekolah dalam satu shift (tidak double shift) 7. Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal 9 (sembilan ) atau
setara dengan 288 siswa . 8. Memiliki lahan minimal 10. 000m2. 9. Memiliki jalan akses masuk yang mudah dilalui oleh kendaraan roda empat
Merujuk buku panduan tantangan yang dihadapi oleh SMA Negri 1 Baleendah ini
antara lain adalah “13:
Pertama, Masih lemahnya kemampuan guru menyusun kurikulum sekolah
menyebabkan terbatasnya ketersediaan dokumentasi kurikulum panduan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran ( kurikulum sekolah ) secara lengkap untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
12Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Diektorat Pembinan Sekolah Menengah Atas, Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Betaraf Internasional (R‐SM‐BI), 2009, hlm. 8
13 Dokumen program sekolah tahun 2007, tentang kesiapan sekolah menuju sekolah kategori mandiri
4
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kedua, kurangnya alat penunjang sarana prasarana pendidikan seperti buku
pegangan guru, buku pegangan siswa dan buku referensi lainnya termasuk kelengkapan
laboratorium, baik laboratorium IPA, laboratorium komputer, laboratorium bahasa,
laboratorium IPS, pusat pengembangan akhlak mulia, kebun botani dan multimedia
berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran yang sangat berat untuk mencapai
sekolah yang unggul dan mandiri. Pesatnya perkembangan media masa elektronik dan
media cetak selain mengandung dampak positip dalam meningkatkan pengetahuan juga
berdampak negatip yang dapat mempengaruhi moralitas yang tidak sesuai dengan moral
bangsa, sehingga perlu dijaga moralitasnya dengan baik .
Ketiga, Kondisi guru dalam penguasaan teknologi informasi berdasarkan angket
yang dialakukan oleh sekolah adalah14 75% guru SMAN 1 Baleendah masih kurang
mengenal dengan baik terhadap teknologi informatika, 20 % mengenal teknologi
informatika dengan baik dan 5% menguasai informatika dengan baik .
Keempat, rendahnya penghasilan orangtua dalam mendukung pelaksanaan
program kurikulum dalam menjadikan SMA Negeri 1 Baleendah sebagai sekolah yang
unggul dalam prestasi dan berbudaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai religius, kultural dan
berwawasan lingkungan sangatlah berat membutuhkan kemampuan guru untuk
mendorong peserta didik menjadi mandiri dan bangga terhadap bangsanya.
Kelima, beratnya beban kurikulum yang harus ditempuh oleh siswa karena
banyaknya mata pelajaran yang harus diterima siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan
14 Dokumen sekolah tentang kesiapan guru dalam penguasaan teknologi informasi. Tahun 2007
5
kecerdasan dalam mensiasati kesulitan siswa, sehingga siswa tidak merasa terlalu berat
dalam menyelesaikan pembelajaran.
Dari uraian di atas nampak jelas ada ketidak sesuaian antara konsep
penyelenggaraan R SMA BI dengan kenyataan di lapangan. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk mengangkat masalah ini menjadi bahan atau obyek
penelitian. Sebab esensi dari kebijakan penyelenggaraan R SMA BI adalah untuk
peningkatan mutu pendidikan supaya bisa bersaing di tingkat internasional. Akan
tetapi dalam proses peningkatan mutu pendidikan itu harus berdasarkan pada konsep
atau terori yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah atau akademis.
Seperti yang dikemukakan oleh Husaini Usman 15“ada tiga faktor yang dapat
menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak
berhasil. .Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input
oriented. Kedua pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented,
diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana
mestinya di tingkat mikro (sekolah). Dengan kata lain bahwa kompleksitas cakupan
permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat dipikirkan secara utuh dan akurat oleh
birokrasi pusat; Ketiga peran serta masyarakat khususnya orang tua peserta didik
dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim.
Hal ini akan berpengaruh pada rendahnya mutu lulusan pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah merupakan
permasalahan pendidikan yang harus segera dicarikan solusi16.
15Husaini Usman, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem
Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1. 16 Depdiknas., Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku I Konsep danPelaksanaan, (Dirjen.
Dikdasmen.Direktur SLTP, 2001), hlm., 1
6
Merujuk Tilaar bahwa pengelolaan Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa
“manajemen sistem pendidikan nasional merupakan suatu proses sosial yang
direkayasa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara efektif dan efisien
dengan mengikutsertakan, kerjasama dan partisipasi seluruh masyarakat, dan dari
sinilah konsep MBS lahir. MBS merupakan suatu model kebijakan yang ditempuh
oleh pendididkan Indoneia pada maing-masing satuan pendidikan sehingga tercermin
MBS sebagai model manajemen pendidikan yang otonomi, lebih besar kepada
sekolah memberikan fleksibiitas (keluwesan) kepada sekolah dan mendorong
partisipasi secara langsung setakeholders untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”17
Walaupun demikian, penyelenggaraan R SMA BI di SMA Negeri 1
Baleendah terus berjalan dengan upaya yang keras oleh para pengelolanya untuk
diwujudkan sesuai dengan visi dan misinya. Saat ini sudah sampai tahun ketiga atau
telah sampai pada tahap pengembangan (3 tahun pertama). Pada tahun pertama
( tahun ajaran 2007-2008) menerima hanya satu kelas, tahun kedua (tahun ajaran
2008-2009) menerima dua kelas (R SMA BI by class) dan mulai tahun ajaran 2009-
2010 menerima sepuluh kelas ( R SMA BI by school).
Menyimak gambaran proses penyelenggaraan R SMA BI di SMA Negeri 1
Baleendah maka penulis tertraik untuk diangkat menjadi kajian dalam bentuk
penelitian, Oleh sebab tesis ini diberi judul EVALUASI IMPLEMENTASI
STANDAR SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) ( Studi Kasus di
SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung )
17HAR Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, Visidan Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan menuju 2020, jakarta, Grasindo, 1994, hlm. 11
7
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka Peneliti memfokuskan penelitian ini
pada evaluasi kesiapan sekolah untuk menjadi Sekolah yang Bertaraf Internasional
( R-SMA-BI ) . Fokus tersebut dijabarkan dalam beberapa sub fokus sebagai berikut :
1. Perubahan apa yang penting dilakukan SMA Negeri 1 Baleendah dalam upaya
menuju R SMA BI.?
2. Bagaimankah tingkat ketercapaian program R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah?
3. Faktor apa yang menjadi hambatan program R-SMA-BI di SMA Negeri 1
Baleendah?
4. Bagaimankah Strategi SMA Negeri 1 Baleendah dalam mempercepat pencapaian
SBI ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan fokus Penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan perubahan yang dilakukan oleh SMA Negri 1 Baleendah untuk
menuju sekolah yang bertaraf internasional
2. Mendeskripsikan tingkat ketercapaian RSMABI di SMA Negeri 1 Baleendah
3. Mendeskripsikan berbagai hambatan Implementasi standar SBI di SMA Negeri 1
Baleendah
4. Mendeskripsikan strategi SMA Negeri 1 Baleendah dalam mempercepat pencapaian
SBI
D. Manfaat Penelitian
Sebagai suatu kegiatan, maka sudah barang tentu penulisan ini mempuyai kegunan.
Adapun kegunaannya sebagai berikut :
a. Kegunaan Teoritis
8
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan hazanah
ilmu pengetahuan khususnya yang menyangkut tentang penyelenggaraan manajemen
rintisan sekolah bertaraf internasional
2. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain
yang berminat melakukan penelitian mengenai pentingnya manajemen
penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasiona ( RSBI ) dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
b. Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini akan dapat memberikan konstribusi bagi lembaga yang bersangkutan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agar tujuan yang diharapkan dapat
dicapai secara maksimal.
2. Menjadi sumber informasi bagi peneliti lain dari sernua pihak yang berkepentingan.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola
pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
c. Kegunaan bagi Peneliti.
1. Menmabah ilmu dan pengalaman penulis dalam mengembangkan R-SMA-BI
2. Menumbuhkan motivasi dalam keikutsertaan peneliti dalam mengembangkan R-
SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah.
3. Untuk menyelesaikan studi MPI di UIN Maliki Malang.
E. Originalitas Penelitian
Penelitian tentang rintisan sekolah bertaraf internasional ( R SMA BI ) belum
begitu banyak dilakukan orang, sebab keberadaan sekolah tersebut tergolong masih
baru. Akan tetapi penelitian yang menjadikan R SMA BI sebagai obyek dan fokus kajian
penelitian, sudah penulis temukan antara lain :
9
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Abu Tholib dengann judul, Implementasi
Kebijakan Manajemen Peningkatan mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dengan
pendekatan Manajemen Mutu Terpadu Pada Sekolah Menengah Pertama ( Studi
deskriptif pada SMP rintisan, potensial, unggulan, sekolah standar nasional (SSN) dan
sekolah bertaraf internasional (SBI) di kabupaten Indramayu tahun 2006-2007) .
Adapun yang menjadi focus penelitiannya adalah merumuskan strategi manajemen mutu
terpadu (MMT) pada sekolah rintisan, potensial, unggulan, sekolah standar nasional
(SSN) dan sekolah bertaraf internasional (SBI).
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh, Hariman Lucan Wahyu18, dengan judul:
Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
( studi kasus SMA Negeri 3 Malang). Adapun fokus kajian dari penelitian ini adalah (1).
Penjaminan mutu perencanaan proses pembelajaran, (2). Penjaminan mutu pelaksanaan
proses pembelajaran, (3). Penjaminan mutu penilaian proses dan hasil pembelajaran, (4).
Penjaminan mutu pengawasan proses pembelajaran dan (5). Pencapaian indikator
tambahan .
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Desi Dwi Juliana19, dengan ,judul:
Implementasi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional . (Studi kasus di SMP Negeri 3
Tulungagung). Adapun yang menjadi fokus penelitiannya adalah kesiapan untuk menuju
sekolah bertaraf internasional dari segi : (1).Manajemen kurikulum, (2). Manajemen
peserta didik, (3).Manajemen sumber daya manusia, dan (4). Manajemen sarana
prasarana.
18 Lucan Wahyu, Penjaminan mutu Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (studi kasus
di SMA Negeri 3 Malang. (Universitas Negeri Malang , 2009) 19 Desi Dwi Juliana, Implementyasi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ( studi kasus di SMP Negeri 3
Tulungagung . ( Universitas Negeri Malang, 2009)
10
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Putri Septikasari20, dengan mengambil
judul: Proses Penerimaan Siswa Baru ( studi kasus di rintisan sekolah bertaraf
internasional SMP Negeri 2 Pare Kabupaten Kediri.). Adapun fokus penelitiannya
adalah: (1). Kebijakan sekolah dalam penerimaan siswa baru, (2). Sistem penerimaan
siswa baru, dan (3). Prosedur penerimaan siswa baru.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Wahyuningtyas21, dengan judul
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di rintisan sekolah bertaraf internasional.
( studi kasus: di SMP negeri 1 Bojonegoro). Adapun yang menjadi fokus penelitiannya
adadalah : (1). Perencanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, (2).
Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, (3). Penililaian
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, dan (4). Pengawasan proses pembelajaran
pendidikan kewearganegaraan.
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Lilasari Riza Novita, dengan judul
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (studi kasus di
Unit Pelaksanan Teknis (UPTD) SMP Negeri 1 Nganjuk). Adapun yang menjadi fokus
penelitiannya adalah, kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan KTSP .
Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Sukarji, dengan judul: Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan Rintisan Sekolah Sekolah Bertaraf
Internasional ( Studi kasus, multi situs di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Negeri 5
Malang). Adapun fukus penilaiannya adalah tentang kepemimpinan kepala sekolah
dalam menggerakan personil dan mengimplementasikan R-SMA-BI. Serta dibahas pula
20 Putri septikasari, Proses Penerimaan Siswa Baru ( studi kasus di Rintisan sekolah bertaraf Internasional
SMP Negeri 2 Pare. (Universitas Negeri Malang, 2009) 21 Dewi Wahyuningtyas, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional ( studi kasus di SMP Negeri 1 Bojonegoro), (Universitas Negeri Malang, 2009)
11
tentang upaya kepala sekolah dalam membudayakan sekolah bertaraf internasional dan
mengatasi kendala-kendalanya.
Untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel.
Tabel 1.1 Originalitas penelitian
N0
Nama & Tahun
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Orisinalitas Penelitian
1
Drs. H. Abdul Tholib, M.Pd. 2007.
Strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah rintisan bertaraf internasional
Obyeknya tidak hanya RSBI saja tapi Multi situs, dan jenjang sekolah SMP.
1.Perubahan sekolah yang harus dilakukan untuk menuju SBI
2.Penelitian ini memfokuskan kepada, Evaluasi ketercapaian standar sekolah SBI,
3.faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam Pengembangan RSBI dan strategi mempercepat ketercapaian SBI .
4.Perumusan strategi untuk mempercepat ketercapaian SBI
2. Hariman Lucan Wahyu, 2009
Obyek penelitian rintisan sekolah bertaraf Internasional
Fokus penelitian ini pada proses penjaminan mutu pembelajaran pada, perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan proses pengawasan
12
N0
Nama & Tahun
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Orisinalitas Penelitian
3 Desi Dwi Juliana
1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional
2.Fokus peneletian pada implementasi kesiapan menuju RSBI
Fokus penelitian ini pada kesiapan , manajemen kurikulum, manajemen peserta didik, sumber daya manusia dan manajemen sarana prasarana.
4 Septi Septikasari
1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional
2. Kebijakan khusus tentang penerimaan siswa baru
Fokus penelitian hanya seputar masalah penerimaan siswa baru.
5 Dwi Wahyuning Tyas
1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional
2.Pada standar pemebelajaran SBI
Fokus penelitian ini hanya seputar maslah perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan proses pembelajaran
6 Lilasari Riza Novita
1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional
2. Pada kajian kepemimpinan dan KTSP
Pada penelitian ini fokus kajiannya hanya pada kepemimpinan kepala sekolah
7 Sukarji 1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional
2.Pada pengkajian kendala mengimplementasika R-SMA-BI
Penelitian ini fokus pada peran kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplmentasikan R-SMA-BI.
13
F. Definisi Istilah
1. Evaluasi Implementasi adalah suatu penilaian kesiapan pemenuhan atau
ketercapaian standar rintisan sekolah bertaraf internasional yang memasuki tahun ke
tiga.
2. Standar Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah, SMA nasional yang telah
memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan keunggulan
yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-
sekolah unggul tingkat internasional.
E. Sitimatika Pembahasan
Dalam penulisan tesis ini penulis menyusun sistematika pembahsan sebagai
berikut: Bab 1 Pendahuluan, yang berisi tentang, konteks penelitian, fokus masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi istilah dan
sistematika pembahasan.
Bab II. Kajian Pustaka, yang berisi kajian teori yang berkaitan dengan, Konsep
tenatang penyelenggaraan R SMA BI. Evaluasi Rintisan Sekolah Bertarap Internasional
(R-SMA-BI),teori tentang evaluasi dan teori dan kebijakan Standar Nasional Pendidikan,
Bab III. Metode penelitian yang berisi tantang, pendekatan dan jenis penelitian,
Data dan sumber data, metode, Strategi pengumpulan data, analisis data dan pengecekan
keabsahan temuan..
Bab. IV. Papaparan data dan hasil temuan, yang meliputi, Perubahan yang telah
dilakukan sekolah dalam upaya menuju R-SMA-BI, Tingkat Ketercapaian R-SMA-BI di
SMA Negeri 1 Baleendah, Hambatan yang dihadapai dalam penyelenggaraan R-SMA-BI
dan perumusan strategis dalam mempercepat ketercapaian Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI)
14
Bab V. Pembahsan hasil Penelitian, yang meliputi, Pembahasan perubahan yang
telah dilakukan sekolah dalam upaya menuju R-SMA-BI, Analisis tingkat Ketercapaian
R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah, Pembahasan hambatan yang dihadapai dalam
penyelenggaraan R-SMA-BI dan Perumusan strategis dalam mempercepat ketercapaian
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Bab VI. Kesimpulan dan Saran-Saran.yang meliputi perubahan yang penting
dilakukan, tingkat ketercapaian standar R-SMA-BI, Faktor yang menjadi penghambat
dan strategi sekolah dalam mempercepat pencapaian SBI. Adapun saran-saran ditujukan
kepada manajemen sekolah, komite sekolah dan pemerintah kabupaten Bandung.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
1. Pengertian
Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional adalah SMA nasional yang telah
memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan keunggulan yang
mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-sekolah unggul
tingkat internasional1 Sedangkan sekolah rintisan Bertaraf Internasional (R-SMA-BI)
adalah “program peningkatan mutu SMA menuju standar SBI yang ditetapkan oleh
Depdiknas. Masa perintisan untuk tiap sekolah diperkirakan lima tahun dan tiap tahun
dilakukan evaluasi”2
Pencapaian kualitas pendidikan nasional selaras dengan kategori sekolah formal
yang ada, yaitu: Sekolah Kategori Standar, Sekolah Kategori Mandiri, dan Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional. Sekolah yang berkategori mandiri didorong menuju
sekolah bertaraf internasional. Sekolah kategori mandiri adalah sekolah yang hampir atau
telah memenuhi delapan komponen SNP. Untuk pengembangan program rintisan SMA
bertaraf internasional, pencapaian standar nasional pendidikan merupakan syarat utama
yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
SMA Bertaraf Internasional perlu menjalin kerjasama (networking) dengan
sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri yang telah memiliki reputasi
internasional sebagai bentuk kegiatan perujukan (benchmarking). Bentuk kerjasama lain
1 Departemen Pendidikan Nsional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar, Panduan, hlm. 1. 2 Djufri Thlib, Subdirektorat Kelembagaan Direktorat Pembinaan SMA Peningkatan Kualitas Pendidikan
Melalui Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional, disampaikan dalam Workshop Asosiasi SBI Provinsi Jawa Barat di Hotel Sofyan Betawi, Menteng Jakarta Pusat, tanggal 29 Maret 2007 .
16
dapat berupa kolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan.
SMA bertaraf internasional juga harus mengembangkan program sertifikasi,
meningkatkan daya saing dalam lomba tingkat internasional, dan mempersiapkan calon
tenaga kerja yang dapat bekerja pada lembaga bertaraf internasional.
Konsep SMA bertaraf internasional dapat dirumuskan sebagai berikut: 3
SNP (Standar Nasional Pendidikan) adalah standar minimal yang harus dipenuhi oleh
satuan pendidikan meliputi standar: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pembertaraf internasionalayaan, pengelolaan, dan
penilaian. Sedangkan ”X” dapat berupa penguatan, pengayaan, pengembangan,
perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada
standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD dan negara-
negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam didang pindidikan.
Di Indonesia secara empirik terdapat beberapa jenis SMA yang dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 2.1 Macam-Macam Sekolah Menengah Atas4
3 Djufri Thlib, Subdirektorat Kelembagaan Direktorat Pembinaan SMA “Peningkatan Kualitas” 29 Maret
2007 4 http://gurupembaharu.com panduan_rsmabi_2008.,(dikutip kamis, 11Pebruari 2010 )
SMA Bertaraf Internasional = SNP + X
17
SMA Mandiri merupakan sekolah yang telah memenuhi standar nasional
pendidikan, mampu menerapkan dan mengelola pembelajaran dengan sistem SKS, dan
tidak dicampuri dengan kurikulum asing.
Rintisan SMA Bertaraf Internasional adalah SMA nasional yang telah
memenuhi seluruh standar nasional pendidikan, menerapkan sistem kredit semester dan
dalam proses menuju SMA bertaraf internasional (hanya salah satu strategi menyiapkan
SBI
SMA Asing merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh lembaga/negara asing,
memberlakukan kurikulum asing, dan diperuntukkan bagi warga negara asing yang
berada di Indonesia dan wajib mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan
kewarganegaraan kepada peserta didik warga negara Indonesia.
SMA Franchise merupakan sekolah yang diselenggarakan warga negara
Indonesia, memberlakukan kurikulum asing dan wajib mengajarkan pendidikan agama
dan pendidikan kewarganegaraan kepada peserta didik warga negara Indonesia.
Untuk mewujudkan SMA bertaraf internasional, Direktorat Pembinaan SMA
mengembangkan program rintisan SMA bertaraf internasional dengan menerapkan
beberapa strategi utama.5 Pertama, pengembangan kemampuan sumber daya manusia,
modernisasi manajemen dan kelembagaan. Kedua, melakukan konsolidasi untuk
menemukan praktek yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik baik melalui diskusi
fokus secara terbatas maupun diskusi fokus secara luas melalui lokakarya atau seminar
dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
5 http://gurupembaharu.com panduan_rsmabi_2008.,(dikutip kamis, 11 pebruari 2010 )
18
2. Visi dan Misi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
R-SMA BI adalah tahap awal untuk menuju SMA bertaraf internasional. Oleh
karena itu perlu dipahami terlebih dahulu visi dan misi SMA bertaraf internasional.
Mengacu pada visi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas ) visi SMA bertaraf
internasional perlu dirancang agar mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan
seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global. Contoh visi yang
mencakup komponen tersebut misalnya, ”Mewujudkan insan Indonesia yang
berkepribadian Pancasila, cerdas dalam hal intelegensi (IQ), emosi (EQ), dan rohani
(SQ) agar mampu bersaing secara global”.6
Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional
memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan
sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan
diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.
Visi SMA bertaraf internasional, yaitu7 mencirikan wawasan kebangsaan,
memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global perlu
dijabarkan ke dalam misi SMA bertaraf internasional. Contoh misi yang menjabarkan
visi tersebut di atas misalnya berbunyi ”Berdasarkan visi tersebut di atas maka (nama
sekolah) memiliki komitmen untuk (1) menjaga keutuhan NKRI, (2) membekali dan
membina siswa dalam hal budi pekerti luhur dan terpuji sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia, (3) memberdayakan potensi kecerdasan siswa baik dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) maupun iman dan taqwa (IMTAQ) serta
6 Departemen Pendidikan Nasional, “Panduan Penyelenggaaraan”, hlm. 12. 7 http://gurupembaharu.com, “panduan” _rsmabi_2008.
19
kecerdasan sosial-emosional, (4) meningkatkan kemampuan daya saing secara
internasional.
Misi yang telah dijabarkan tersebut akan dijadikan dasar rujukan dalam
menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memiliki indikator
SMART, yaitu spesifik (Specific), dapat diukur (Measurable), dapat dicapai
(Achievable), realistik (Realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan yang jelas (Time
Bound). Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan SMA
bertaraf internasional yang disusun secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-
driven. 8
Penyelenggaraan SMA bertaraf internasional bertujuan untuk menghasilkan
lulusan yang berstandar nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berstandar
nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20/2003 dan dijabarkan dalam
PP Nomor 19/2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas N0. 78 tahun 2009
pada pasal 2 dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan SBI adalah untuk menghasilkan
lulusan yang memiliki:
a. kompetensi sesuai standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar
kompetensi pada salah satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara
maju lainnya,
b. daya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan
menampilkan keunggulan lokal ditingkat internasional;
c. kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional yang
dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu dan bentuk penghargaan
intemasional lainnya;
8 http://gurupembaharu.com, “panduan” _rsmabi_2008
20
d. kemampuan bersaing kerja di luar negeri terutama bagi lulusan
sekolah menengah kejuruan
e. kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris (skor TOEFL Test
<7,5 dalam skala intemet based test bagi SMA, skor TOEIC 450
bagi SMK), dan/atau bahasa asing lainnya;
f. kemampuan berperan aktif secara intenasional dalam menjaga kelangsungan hidup
dan perkembangan dunia dari perspektif”9
B. Evaluasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu dari fungsi manajemen, sebagaia mana yang
dikatakan oleh para ahli antara lain GR. Terry fungsi-fungsi manajemen meliputi :
planning, organizing, actuating dan controlling. Sedangkan John F. Mee berpendapat
bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah planning, organizing, motivating dan
controlling. Louis A. Allen berpendapat bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah terdiri
dari : leading, planning, organizing dan controlling. Sementara itu Henry Fayol
berpendapat fungsi-fungsi manajemen adalah meliputi :planning, organizing,
commanding, coordinating, dan controlling.10
Pendapat beragam tentang fungsi manajemen di atas menunjukan banayaknya
asfek yang harus dikerjakan oleh seorang manajer . Dari beberapa pendapat tersebut
terlihat adanya beberapa aspek utama yaitu, planning, organizing, actuating,
commanding dan evaluating.
9 Permen Diknas N0. 78, tahun 2009 tentang, Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional Pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . 10 Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi ( Kediri : Manhalun Nasiin Press, 2002), Cet. III, hlm. 26
21
Dalam kegiatan evaluasi tersebut sebagai fungsi manajemen , terdapat beberapa
istilah yang mempunyai keterkaiatan dengan evaluasi tetapi memiliki penekanan pada
aspek tertentu. Evaluasi merupakan terjemahan bahasa inggris evaluation yang identik
dengan penilaian. Istilah lain yang mempunyai makna yang hampir sama dengan
evaluasi adalah, assessment dan measurement (pengukuran). Membahas evaluasi tidak
akan terlepas dari pengukuran dan penilaian. Adapun dari segi istilah, merujuk apa
yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.Brown (1977), Evaluation refer
to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka
istilah evaluasi menunjuk kepada atau mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.11
Pengertian evaluasi menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan
tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai.
Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan
mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.12 Evaluasi
juga dapat diartikan sebagai proses menyediakan informasi untuk membuat keputusan.
Atau sebagai suatu proses menetapkan pertimbangan nilai berdasarkan pada peristiwa
tentang suatu program atau produk13. Sedangkan menurut Nhertzer dan Stone14
Evaluation consists of making syistematic judgment of yhe relative evectiveness with
gools are attained in relation to special standard”
11 Edwind Wandt dan Gerald, Essentials of Educational Evaluation ( New York , Holt Rinehart and
Winston,1977),hlm.46 12 Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip & Operasionalnya (Yogyakarta: Bumi Aksara,2008), hlm.1 13 Mary Lee Smith & Glass GeneV. Resecarch and Evaluation in Education and the Social Science,
(Englewood Cliffs New Jersey; Prentice Hall.Inc. 1987) 14 Bruce Shertezer&Shelley Stone, Fundamential of Guidance, Fout Edition, (USA:1981 Purdue
Univewrsity), hlm. 464.
22
Evaluasi diartikan sebagai proses menentukan kesesuaian pada produk, tujuan,
prosedur, program, pendekatan dan fungsi. Jadi evaluasi merupakan suatu proses yang
dilakukan terhadap suatu kegiatan. Kegiatan dapat berupa sutau program yang sudah
direncanakan, sehingga untuk mengetahui suatu keberhasilan dan manfaatnya dilakukan
proses penilaian. Evaluasi sebagai suatu proses hanya menyiapkan data kepada
pengambil keputusan. Data yang disediakan mengandung nilai yang dapat memberikan
arti tergantung pada pertimbangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan.
Assessment merupakan prosedur yang digunakan untuk mendeskripsikan
tingkahlaku. Measurement/ pengukuran sebagai upaya membandingkan sesuatu dengan
ukuran tertentu; biasanya berkaitan dengan kuantitatif. Sedangkan menurut Ebel15 dalam
murtadlo, menyebutkan pengukuran merupakan suatu set aturan mengenai pemberian
angka terhadap hasil suatu kegiatan. Beberapa konsep ini mempunyai pengertian yang
berbeda tetapi ada kesamaannya terutama dalam tujuannya, yaitu menyediakan data.
Merujuk Arikunto,16 menyimpulkan pengertian evaluasi dari beberapa pendapat
bahwa, Eval;uasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan. Sedangkan apabila dikaitkan dengan program,
maka evaluasi program didefinisikan sebagai suatu unit atau suatu kegiatan yang
merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekolompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan
15 Murtadlo, Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa melalui Supervisi kelompok, ( Disertasi, Malang , Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. 2007). Hlm.42 16 Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin Abdul Jabar, . Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 2004). Hlm.1‐2.
23
program, yaitu (1). Realisasi atu implementasi suatu kebijakan, (2). Terjadi dalam waktu
relatif lama, bukan kegiatan tunggal tetapi jamak dan berkesinamobungan dan (3)
Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Dengan demikian R-SMA BI sebagai sebuah kebijakan dalam sutau organisasi
atau lembaga yang belum tentu dapat diimplementasikan atau direalisasikan dengan baik
sesuai dengan jiwa kebijakan . Evaluasi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
sebarapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang
belum tercapai serta apa, penyebabnya, maka perlu adanya evaluasi program,tanpa
adanya evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. . Oleh sebab
bisa ditarik benang merah bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah “
Upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan
cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya17
2. Tujuan Evaluasi R SMA BI
Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga
dengan evaluasi. tujuan evaluasi ada dua yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih
difokuskan pada masing-masing komponen.
Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana
program tersbut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak
akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru
sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi
program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta memberikan saran-saran
17Arikunto, Evaluasi program pendidikan, hlm. 7.
24
atau rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah
akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.
Adapun tujuan evaluasi dari R SMA BI adalah :
a. Menginventarisasi keterlaksanaan program RSBI di SMA, yang mencakup:
1) Perolehan nilai akreditasi
2) Pemenuhan standar isi dan SKL
3) Pemenuhan standar proses
4) Pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan
5) Pemenuhan standar sarana dan prasarana
6) Pemenuhan standar pengelolaan
7) Pemenuhan standar pembiayaan
8) Pemenuhan standar penilaian
9) Pemenuhan standar kesetaraan mutu pada konteks global.
b. Mengidentifikasi ketercapaian program R-SMA-BI.
c. Mengidentifikasi hambatan, kelemahan, dan keberhasilan keterlaksanaan program
RSBI.
C. Teori dan Kebijakan Standar Nasional Pendidikan SMA
Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan, setiap proses yang bertujuan
memiliki parameter sejauhmana proses itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
mutu pendidikannya diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
25
bertanggungjawab18. Pencapaian orientasi tersebut diperlukan suatu kerangka logis dan
strategis dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, hal ini berarti perlu perumusan
proses pendidikan yang jelas, terarah, dan fisible dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Langkah strategis pelaksanaan pendidikan SMA dirumuskan melalui kebijakan
pendidikan nasional, diantaranya; UU NO. 20 Tahun 2003 sebagai perangkat sistem
pendidikan nasional memberikan petunjuk mutu pendidikan yang bersifat teoritis. Pada
tataran implementasinya terdapat dalam PP No. 19 Tahun 2005 sebagai penjabaran dari
mutu pendidikan nasional melalui standar nasional pendidikan19. Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan ditingkat lembaga dan
berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia20. Standar
Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional termasuk SMA.
Fungsi standar nasional pendidikan sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan SMA yang bermutu.
Berikut dibawah ini dideskripsikan teori dan kebijakan standar nasional pendidikan pada
SMA.
Merujuk pada kerangka pemikiran dan uraian di atas, maka struktur deskripsi
teori dan kebijakan standar nasional pendidikan 1. Standar pengelolaan 2. Standar
kompetensi lulusan, 3. Standar penilaian ,4. Standar isi, 5. Standar pendidik dan tenaga
18 LEKDIS Standar Nasional Pendidikan PP RI NO. 19 TAHUN 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Penjelasan Pasal 3, hlm. 73. 19 Lihat: dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 35 ayat (4), pasal 36 ayat (4), pasal 37 ayat (3), psal
42 ayat (3), pasal 43 ayat (2), pasal 59 ayat (3), pasal 60 ayat (4), dan pasal 61 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NAsional, perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan.
20 LEKDIS, Standar Nasional, hlm. 14.
26
kependidikan, 6. Standar proses, 7. Standar sarana dan prasarana, 8. Standar pembiayaan.
Maka struktur deskripsinya dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Standar Pengelolaan
Istilah administrasi, manajemen, pengelolaan, penataan, memimpin, atau
pengaturan memiliki arti yang hampir sama. Oleh karena itu istilah-istilah tersebut tidak
perlu didebatkan yang paling esensi adalah bagaimana agar suatu organisasi atau intuisi
dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan sumber daya yang ada. Menurut
Wayne K. Hoy dan Miskel dalam bukunya “educational administration : teory research
and practice”, menyatakan bahwa pendekatan manajemen dapat dilihat dari tiga bagian,
yaitu: (1) Pendekatan organisasi (1900-1930) klasik, (2) Pendekatan manusiawi (1930-
1950), dan (3) Pendekatan prilaku (1950-sekarang)21.
Pengelolaan merupakan ilmu, kiat, seni dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu,
menurut Gullick karena pengelolaan dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama22.
Menurut Seligman mengemukakan bahwa “management is simulating organizing, and
directing of human effort to effectively materials and favilities to attain and objective.”
Batasan ini lebih menekankan pada fungsi-fungsi pengelolaan melalui perangsangan,
perorganisasian dan pengarahan usaha manusia dalam rangka pemanfaatan fasilitas
secara efektif untuk mencapai tujuan. Kalau diaplikasikan dalam pengelolaan SMA,
berarti berbagai upaya pimpinan SMA untuk memperoleh hasil (prestasi) dalam rangka
mencapai tujuan program SMA melalui kerjasama dengan orang lain, dengan proses dan
21 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational Administration,hlm. 342. 22 Djam’an dan Udin S. Saefuddin, Masalah Kontemporer Pengelolaan Sistem Pendidkan 51
Nasional Indonesia, Bandung: Jurusan Adpen, hlm 35.
27
prosedur, perangsangan, pengorganisasian, pengarahan dan pembinaan untuk
mewujudkan visi dan misi SMA yang sudah ditetapkan bersama.
Dalam konteks Islam , pengertian pengelolaan selaras al-tadbir (Pengaturan
atau pengelolaan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang
banyak terdapat di dalam Al Qur’an, diantaranya surat (As Sajdah ayat: 5).
Sedangkan Pengelolaan disekolah harus dimanisfestasikan dalam bentuk
aktivitas –aktivitas kongkret. Fungsi utama pengelolaan adalah mencapai tujuan
pendidikan yang efektif dan efisien. Gambaran tentang keefektifan yang berorientasi
pada hasil atau nilai guna dan efisiensi digambarkan dalam (Q.S. Al Baqoroh ayat 261)
Dalam Hadits dinyatakan nilai keefektifan hidup itu selalu menjadi lebih baik,
Rasulallah bersabda: Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari
kemarin maka ia beruntung “23.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka keefektifan aktivitas manajemen dapat
dipahami dari keefektifan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan,
manajemen sebagai suatu proses yang khas. Menurut Terry (1964) terdiri atas tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang
dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya (resource) lainnya.
Pengelolaan merupakan proses yang mengintegrasikan sumber-sumber yang semula
tidak berhubungan satu dengan yang lainnya menjadi suatu sistem yang menyeluruh
untuk mencapai tujuan organisasi yang efektif.
Pengelolaan pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Hasil penelitian Balitbang Dikbud (1991) menunjukan bahwa manajemen
23 H.R. Bukhori
28
sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan. Kriteria atau
ukuran keberhasilan administrasi pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang
merupakan kombinasi efektifitas dan efisiensi. Hal ini senada dengan Engkoswara Ia
menyatakan bahwa mutu pendidikan berkaitan dengan konteks produktivitas dan proses
pendidikan. Produktivitas pendidikan diukur dari prestasi yang meliputi : (a) Masukan
yang merata, (b) Pengeluaran yang banyak dan bermutu tinggi, (c) Ilmu dan keluaran
yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan (d) Pendapatan lulusan atau keluaran
memadai. Kebermutuan proses pendidikan dapat diamati dari : (a) Motivasi dan
kegairahan belajar tinggi (b) Semangat bekerja yang besar (c) Kepercayaan berbagai
pihak (d) Penggunaan tenaga, pembiayaan, waktu dan fasilitas24.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April
2002 tentang dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memberi konsekwensi pada model
pengelolaan ditingkat lembaga pendidikan SMA. Manajemen berbasis sekolah (MBS)
merupakan upaya inovasi di bidang pendidikan yang relatif memadai sebagai suatu
pilihan antisipatif dan berbagai konsekwensi logis. Sebagai akibat diberlakukannya
sistem desentralisasi, khususnya didalam bidang pendidikan. Gagasan otonomi
pendidikan ini semakin mengemuka setelah dikeluarkannya kebijakan pengelolaan
pendidikan. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dan PP No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan pusat dan provinsi
sebagai otonom. Produk hukum tersebut mengisyaratkan terjadinya pergeseran
kewenangan dalam pengelolaan pendidikan dan melahirkan wacana akuntabilitas
pendidikan25.
24 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1966), hil. 41-43. 25 http://yukbelajar.blogspot.com/2007/12/kaji-ulang-kebijakan-mbs_19.html
29
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan SMA, yang secara teknis pengelolaan ini dijabarkan sampai pada
Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Adapun cakupan dari standar nasional pendidikan
dipaparkan meliputi :
a. Penanggung jawab : standar jumlah satuan pendidikan sebagai penanggung jawab
satuan pendidikan.
b. Pengambilan Keputusan : pengambil keputusan untuk bidang akademik adalah
dewan pendidikan (dipimpin kepala satuan pendidikan) dan non akademik oleh
komite sekolah (dihadiri kepala satuan pendidikan)
c. Pedoman Pengelolaan : pedoman yang mengatur kurikulum, kalender pendidikan,
kategori aktivitas, struktur organisasi, pembagian tugas diantara pendidik dan tenaga
kependidikan, peraturan akademik, tata tertib, penggunaan dan pemelharaan sarana
dan prasarana, kode etik hubungan antara sesame warga di dalam lingkungan satuan
pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat, biaya
satuan operasional pendidikan.
d. Rencana kerja tahunan : penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun.
e. Pengawasan : meliputi pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut
hasil pengawasan26.
Pada standar pengelolaan R-SMA-BI sekolah harus memiliki : Visi- misi yang
bercirikan keunggulan, disertai program jangka menengah, program jangka pendek
.Selain itu harus mengadaptasi dan mengadopsi ISO 9001/12000-14000 .
26. LEKDIS, Standar Nasional, Hlm. 14.
30
a. Indikator Operasional Visi-Misi Bercirikan Keunggulan
Untuk mengukur visi-misi yang bercirikan keunggulan mempunyai beberapa
komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara
terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Indikator Operasional Visi-Misi Bercirikan Keunggulan
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
Visi dan misi sekolah
Rumusan visi-misi sekolah
Sekolah menunjukkan data kesesuaian visi - misi dengan kondisi sekolah
1 Menunjukkan visi-misi
2 Visi dan misi dibangun
dan dipahami bersama
3 Menunjukkan indikator pencapaian
1 4 Menunjukkan kesesuaian tujuan dengan visi-misi
5
Visi dan misi menjadi tercermin pada penampilan sekolah
Visi-misi tercermin pada strategi mewujudkan keunggulan dalam menerapkan 8 standar nasional pendidikan
Dokumen strategi dalam mencapai target pada 8 standar nasional pendidkan
Sekolah menerapkan strategi dalam mencapai target pada 8 standar nasional pendidkan
1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
2 Standar Isi
3 Standar Proses
4 Standar Penilaian
2 5 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6 Standar Sarana dan Prasarana
7 Standar Pengelolaan Pendidikan
8 Standar Pembiayaan
31
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
3 Indikator keunggulan mengenai simbol-simbol pembinaan wawasan kebangsaan
Simbol-simbol kebangsaan di kelas dan lingkungan sekolah
Sekolah memasang atribut-atribut kebangsaan di lingkungan sekolah
1 Memasang bendera merah putih
2 Memasang gambar burung Garuda
3 Memasang peta Republik Indonesia
4 Memasang foto presiden dan wakil presiden
5 Memasang gambar pahlawan nasional
4 Realisasi keunggulan wawasan kebangsaan
Dokumen program, pelaksanaan dan hasil kegiatan membina semangat kebangsaan
Sekolah membangun kultur sekolah yang berwawasan kebangsaan
1 Melaksanakan upacara bendera & membina paskibra
2 Mengembangkan kegiatan kepramukaan
3 Mengembangkan kegiatan PMR-UKS
4 Mengembangkan kegiatan social
5 Memiliki dokumen/rekaman lagu-lagu wajib
5 Bukti-bukti pengembangan keunggulan melalui pembinaan kreativitas siswa
Bukti sekolah mengembangkan kreativitas siswa
Sekolah memamerkan kebolehan siswa dalam mengembangkan daya kreasi dan inovasi
1 Mengelola majalah dinding
2 Menunjukkan karya kreatif bidang seni
3 Menunjukkan karya kreatif bidang akademik
4 Sekolah sebagai media pamer karya kreatif
5 Mempublikasikan karya kreatif melalui internet
b. Tujuan Beruraikan Upaya Menjalankan Indikator Keunggulan
Untuk mengukur visi-misi yang berkaitan menjalankan indicator keunggulan Visi-Misi
mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat
ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :
32
Tabel 2.2 Upaya Menjalankan Indikator Keunggulan27
N0
Komponen SNP
Bukti/Fisik dokumen
Indikator operasional
Alat Ukur
1 Realisasi tujuan sekolah
sesuai indikator
keunggulan penerapan misi
Data kinerja sekolah
Sekolah menunjukkan
data hasil evaluasi kinerja
sebagai dasar penetapan program
1 Menunjukkan hasil evaluasi kinerja pelaksanaan RKAS/RKT
2 Menunjukkan data kinerja kepala sekolah
3 Menunjukkan data kinerja guru 4 Menunjukkan data kinerja siswa 5 Menunjukkan data kinerja tenaga
kependidikan 2 Penerapan
langkah-langkah
penjaminan mutu dalam
menerapkan 8 standar nasional
pendidikan
Dokumen penjaminan
mutu
Sekolah melaksanakan penjaminan mutu dalam menerapkan
standar nasional
pendidikan.
1 Memiliki sistem infomasi hasil analisis evaluasi kinerja
2 Memiliki instrumen evaluasi 3 Melaksanakan pemantauan kinerja
proses 4 Melaksanakan pemantauan
pencapaian target output 5 Menunjukkan dokumen tindak lanjut
perbaikan mutu 3 Deskripsi
uraian tugas dan target
kinerja kepala sekolah,
pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya
Uraian tugas dan target
kinerja pada struktur
organisasi sekolah
Sekolah mendeskripsik
an struktur organisasi
sekolah serta sistem uraian
tugas dan target pada setiap tugas dan fungsi
1 Menetapkan uraian tugas setiap fungsi 2 Menetapkan target kinerja sekolah 3 Menetapkan target kinerja kepala
sekolah 4 Menetapkan target kinerja pendidik 5 Menetapkan target kinerja tenaga
kependidikan lainnya
4 Peningkatan keunggulan mutu bidang
akademik
Dokumen program
peningkatan mutu
akademik
Sekolah menunjukkan
dokumen perkembanga
n prestasi akademik bertaraf
internasional
1 Menunjukkan dokumen pengembangan prestasi akademik bertaraf internasional
2 Menetapkan target mutu akademik bertaraf internasional
3 Mengembangkan mutu SDM sesuai target mutu akademik
4 Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu akademik sesuai rencana
5 Menunjukkan data perkembangan mutu bidang akademik
27 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahun ke 3.
33
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
5
Peningkatan keunggulan pembinaan bidang seni
Dokumen sistem pembinaan prestasi siswa dalam bidang seni
Sekolah melakukan pembinaan prestasi siswa dalam bidang seni bertaraf internasional
1 Menunjukkan rencana pembinaan prestasi seni bertaraf internasional
2 Menetapkan target prestasi seni bertaraf internasional
3 Mengembangkan struktur organisasi kesenian
4 Melaksanakan kegiatan pembinaan sesuai rencana
5 Memonitor pelaksanaan kegiatan
6 Peningkatan keunggulan dalam standar pengelolaan pendidik
Dokumen pengembangan keunggulan mutu pendidik dalam pelayanan belajar bertaraf internasional
Sekolah memiliki dokumen program peningkatan mutu pendidik
1 Menunjukkan dokumen pembinaan mutu pendidik
2 Menetapkan target mutu pendidik bertaraf internasional
3 Melaksanakan kegiatan pembinaan sesuai rencana
4 Melaksanakan penjaminan mutu pembinaan pendidik
5 Mengevaluasi pencapaian target peningkatan mutu
7
Peningkatan keunggulan standar pengelolaan tenaga kependidikan
Dokumen pengembangan keunggulan mutu tenaga kependidikan dalam pelayanan pendidikan bertaraf internasional
Sekolah mengembangkan program peningkatan mutu tenaga kependidikan bertaraf internasional
1 Menunjukkan dokumen pembinaan tenaga kependidikan sesuai kebutuhan sekolah
2 Menetapkan target mutu bertaraf internasional
3 Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu tenaga kependidikan
4 Melakukan pengukuran ketercapaian target
5 Mendokumentasikan hasil pengukuran pencapaian standar
8 Peningkatan keunggulan melalui penerapan Prosedur Operasional Standar (POS) dalam pengelolaan administrasi
Dokumen Prosedur Operasional Standar (POS) dalam meningkatkan kinerja pelayanan sistem administrasi
Sekolah menerapkan POS (Prosedur Operasional Standar) pengelolaan sistem informasi manajemen sekolah
1 Menerapkan POS pengelolaan administasi kesiswaan
2 Menerapkan POS pengelolaan administrasi kepegawaian
3 Menerapkan POS pengelolaan administrasi persuratan
4 Menerapkan POS pengelolaan administrasi keuangan
5 Menerapkan POS pengelolaan administrasi sarana dan prasarana
34
c. Tujuan Berkaiatan dengan Tahapan untuk Mewujudkan Visi-Misi
Untuk mengukur visi-misi yang bercirikan keunggulan mempunyai beberapa komponen,
bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 2.3 Tahapan untuk mewujudkan Visi-Misi
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi standar isi
Data target pencapaian standar isi
Sekolah memetakan pentahapan pencapaian target dalam memenuhi standar isi
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
2 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi
standar proses
Data target pencapaian
standar proses
Sekolah memiliki dokumen
target sekolah dalam
memenuhi standar proses
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
3 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi
standar kompetensi
lulusan
Data target pencapaian
standar kompetensi
lulusan
Sekolah menunjukkan
dokumen target mutu
dalam memenuhi
standar kompetensi
lulusan
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
4 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi
standar pendidik dan
tenaga kependidikan
Data target pencapaian
standar pendidik dan tenaga
kependidikan
Sekolah menetapkan target dalam memenuhi
standar kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
35
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
5 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi
standar sarana dan prasarana
Data target pencapaian
standar sarana dan prasarana
Sekolah menetapkan
target sekolah dalam
memenuhi standar sarana
prasarana
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
6 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi
standar pengelolaan
Data target pencapaian
standar pengelolaan
Sekolah menetapkan target dalam memenuhi
standar pengelolaan
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
7 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi
standar pembiayaan
Data target pencapaian
standar pembiayaan
Sekolah menetapkan
target sekolah dalam
memenuhi standar
pembiayaan
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
8 Penetapan target
pencapaian tujuan sekolah
dalam memenuhi
standar penilaian
Data target pencapaian
standar penilaian
Sekolah menetapkan
target sekolah dalam
memenuhi standar
penilaian
1 Menetapkan indikator pencapaian
2 Menetapkan target dalam memenuhi standar
3 Menetapkan instrumen pengukuran
4 Melaksanakan pengukuran
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
d. Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)
Untuk mengukur rencana kerja jangka menengah (RKJM) mempunyai beberapa
komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara
terperinci disajikan dalam tabel berikut :
36
Tabel 2.4 Indikator Standar RKJM dan RKT28
N0 Komponen SNP Bukti Fisik/Dokumen Indikator
Operasional Alat ukur
1 Rencana Kerja Jangka
Menengah (RKJM/RPS)
Program Kerja Jangka
Menengah
Sekolah memiliki dokumen
RKJM/RPS
1 Menunjukkan program jangka menengah
2 Meliputi 8 standar nasional pendidikan
3 Menetapkan prioritas peningkatan mutu
4 Menetapkan indikator dan kriteria mutu
bertaraf internasional 5 Menunjukkan
pentahapan kegiatan tahunan
2 Program Kerja Tahunan
(RKT/RKAS)
Program Kerja Tahunan
Sekolah memiliki dokumen
RKT/RKAS
1 Menunjukkan program kerja tahunan tingkat
satuan pendidikan 2 Meliputi 8 standar
nasional pendidikan 3 Menetapkan prioritas
peningkatan mutu 4 Menetapkan indikator
dan kriteria mutu bertaraf internasional
5 Menetapkan anggaran tahunan
3 Pelaksanaan Rencana Anggaran Tahunan
Dokumen Rencana Kerja
Tahunan
Sekolah menyelaraskan
rencana dengan
pelaksanaan kegiatan
1 Melaksanakan kegiatan sesuai tujuan
2 Melaksanakan kegiatan tepat waktu
3 Melaksanakan kegiatan tepat sasaran
4 Melaksanakan kegiatan sesuai
pembiayaan 5 Melaksanakan
monitoring 4 Evaluasi
Rencana Kerja Tahunan
Dokumen Hasil Kegiatan
Evaluasi Diri
Sekolah melaksanakan
kegiatan evaluasi dan refleksi atas
realisasi program RKT
1 Memiliki instrumen monitoring/supervise
2 Memiliki dokumen pelaksanaan
monitoring/ supervise 3 dokumen proses
pengolahan data monitoring /supervise
4 Menunjukkan data hasil pengolahan
5 Terdapat tindak lanjut perbaikan mutu
28 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahun ke 3
37
e. Mengadopsi dan Mengadaptasi ISO 9001/12000/14000
Untuk mengukur mengadopsi dan mengadaptasi ISO 9001/12000/14000
mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat
ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.5 Mengadaptasi dan Mengadopsi Standar ISO 9001/12000/1400029
N0 Komponen SNP Bukti Fisik / Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Adopsi standar ISO dalam sistem pengelolaan sekolah
Dokumen perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program.
Sekolah mengadopsi dokumen tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program
1 Memiliki data profil sekolah hasil evaluasi
2 Menyusun perencanaan berdasarkan data hasil evaluasi
3 Menentukan target mutu
4 Memonitor pelaksanaan peningkatan mutu
5 Melaksanakan perbaikan mutu berkelanjutan
2 Adaptasi standar ISO dalam sistem pengelolaan sekolah
Dokumen perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program
Sekolah mengadaptasi dokumen tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program
1 Memiliki panduan pelaksanaan penerapan ISO
2 Meningkatkan kegiatan pemahaman
3 Terdapat bukti rancangan model adaptasi
4 Terdapat model penerapan konsep
5 Terdapat evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
29 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahun ke 3
38
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
3 Penerapan standar ISO dalam peningkatan dan penjaminan mutu sekolah sesuai dengan 8 SNP
Model adaptasi yang dibuktikan dengan adanya dokumen rujukan, model adaptasi dan evaluasi kegiatan
Sekolah menerapkan manajemen mutu berstandar ISO (efektivitas proses)
1 Menunjukkan dokumen perencanaan
2 Melaksanakan program sesuai rencana
3 Melaksanakan audit mutu internal
4 Menunjukkan dokumen kerja sama dalam penerapan ISO
5 Memperoleh sertifikat ISO
4 Perlakuan belajar berlandaskan peluang yang adil kepada seluruh siswa serta didasari dengan nilai demokratis
Data pemerataan layanan fasilitas sekolah bagi seluruh siswa
Sekolah menunjukkan data adanya pemerataan penggunaan layanan fasilitas bagi seluruh siswa.
1 Memberi peluang kepada siswa kurang mampu dalam ekonomi dan lulus seleksi PSB
2 Memberi peluang belajar kepada siswa dari berbagai etnis, ras dan agama
3 Memberikan pelayanan belajar yang sama kepada semua peserta didik
4 Menyediakan beasiswa kepada yang berprestasi
5 Memberi peluang mengikuti kegiatan untuk meraih prestasi secara kompetitif
5 Tingkat keyakinan sekolah dalam mewujudkan mutu terbaik
Dokumen target mutu pengelolaan dan pembelajaran yang berkeunggulan pada taraf nasional dan internasional
Sekolah menunjukkan keyakinan dengan target pencapaian kinerja yang sesuai dengan kriteria persaingan mutu bertaraf nasional dan internasional
1 Target mutu kepala sekolah bertaraf nasional dan internasional
2 Target mutu guru bertaraf nasional dan internasional
3 Target mutu TU bertaraf nasional dan internasional
4 Target mutu siswa bertaraf nasional dan internasional
5 Target mutu komite bertaraf nasional dan internasional
39
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
6 Peningkatan kerja sama bertaraf internasional melalui kolaborasi global
Dokumen pendukung kolaborasi dan produk kegiatan kolaborasi internasional
Sekolah mengembangkan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa melalui kolaborasi dengan lembaga-lembaga internasional
1 Mengikutsertakan kegiatan pertukaran pelajar
2 Mengikutsertakan pendidik dan tenaga kependidikan pada kegiatan bertaraf nasional dan internasional
3 Melakukan kunjungan studi di dalam dan ke luar negeri
4 Melakukan kolaborasi siswa pada taraf nasional dan internasional
5 Berpartisipasi dalam kegiatan internasional melalui internet
7 Pengembangan kerja sama sister school dengan sekolah bertaraf internasional
Data program kerja sama
Sekolah melaksanakan kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional
1 Kerjasama dalam peningkatan mutu guru
2 Kerjasama dalam peningkatan kompetensi siswa bidang akademik
3 Kerjasama dalam bidang seni budaya
4 Kerjasama dalam bidang olahraga
5 Kerjasama dalam bidang teknologi
8 Kerja sama dengan sekolah mitra luar negeri
Dokumen kerja sama sister school dengan sekolah mitra di luar negeri dari negara OECD
Sekolah menunjukkan dokumen pelaksanaan kerja sama sister school dengan sekolah mitra di luar negeri
1 Bidang kerja sama tercantum pada dokumen
2 Menunjukkan target yang terukur
3 Menunjukkan aktivitas kerja sama
4 Menunjukkan bukti manfaat kerja sama
5 Mendokumentasikan hasil yang dicapai
40
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
9 Kerja sama dengan
sekolah mitra dalam negeri
Dokumen kerja sama sister school dalam rangka meningkatkan keunggulan sekolah
Sekolah menunjukkan dokumen pelaksanaan kerja sama sister school dengan sekolah mitra di dalam negeri
1 Menunjukkan dokumen kerja sama
2 Bidang kerja sama tercantum pada dokumen
3 Menunjukkan target yang terukur
4 Menunjukkan aktivitas kerja sama
5 Menunjukkan bukti hasil kerjasama
10 Penerapan aturan dan sanksi yang jelas serta tegas dalam mencegah siswa menjadi perokok, pengguna narkoba, minuman keras, tawuran dan melakukan kekerasan
Tata tertib siswa Sekolah memiliki aturan bebas rokok dan narkoba, menerapkan sanksi bagi siswa yang melanggarnya
1 Larangan-sanksi membawa dan menghisap rokok
2 Larangan-sanksi membawa dan menggunakan narkoba
3 Larangan-sanksi membawa dan meminum minuman keras
4 Terdapat slogan bebas rokok di lingkungan sekolah
5 Terdapat slogan bebas narkoba
11 Penerapan aturan dan sanksi yang jelas serta tegas bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang merokok di lingkungan sekolah
Tata tertib pendidik dan tenaga kependidikan
Sekolah memiliki aturan larangan merokok dan menerapkan sanksi bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang melanggarnya
1 Terdapat aturan pendidik dan tenaga kependidikan dilarang merokok di sekolah
2 Terdapat slogan bebas rokok di ruang guru
3 Bebas penjualan rokok di sekolah
4 Bebas sarana merokok
5 Bebas asap rokok di ruang sekolah
41
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
12 Penerapan
sistem kendali untuk mencegah anggota komunitas sekolah melakukan tindak kekerasan
Tata tertib siswa Sekolah memiliki tata tertib siswa sesuai dengan perkembangan kehidupan di sekolah dan masyarakat
1 Larangan dan sanksi melakukan tawuran
2 Larangan dan sanksi melakukan pelecehan
3 Larangan dan sanksi melakukan penghinaan
4 Larangan dan sanksi membawa senjata tajam
5 Larangan sanksi mengungkapkan kata-kata kasar
6 Larangan dan sanksi melakukan tindak kekerasan
7 Larangan dan sanksi memberikan hukuman fisik
13 Pemberian peluang yang sama kepada siswa putra dan putri berprestasi
Dokumen kegiatan siswa
Sekolah mengembangkan sikap kesetaraan gender
1 Adanya beasiswa untuk putra dan putrid
2 Memimpin organisasi kesiswaan
3 Kegiatan ekstrakurikuler
4 Menjadi delegasi perlombaan
5 Delegasi sekolah pada pertemuan ilmiah
14 Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional – Sekolah/Madrasah (BAN-S/M)
Nilai akreditasi di atas 95
Nilai akreditasi yang telah sekolah raih
1 Meraih nilai > 98 2 Meraih nilai 97 -
97,99 3 Meraih nilai 96-
96,99 4 Meraih nilai 95-
95,99 5 Meraih nilai < 95
42
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
15 Adopsi standar
pengelolaan dari penjaminan mutu negara maju
Konsep rujukan bersumber dari negara maju dan model aplikasi pada tingkat satuan pendidikan
Sekolah mengadopsi model penerapan standar pengelolaan dari negara maju
1 Menerapkan standar pengelolaan
2 Menerapkan PAS atau sistem basis data
3 Menggunakan sistem administrasi berbasis internet
4 Memiliki lembaga monev internal
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
16 Adopsi standar pembelajaran dari penjaminan mutu negara maju
Konsep rujukan bersumber dari negara maju dan model aplikasi pada tingkat satuan pendidikan
Sekolah mengadopsi model penerapan standar pembelajaran dari negara maju
1 Menerapkan pembelajaran siswa aktif
2 Menerapkan pembelajaran konstruktivistik
3 Menerapkan pembelajaran kontekstual
4 Menerapkan pembelajaran inkuiri
5 Mengembangkan model-model pembelajaran secara berkelanjutan
2.. Standar Isi
Dalam epistimologi Islam dinyatakan bahwa semua ilmu itu bersumber dari
Allah dan meliputi segala sesuatu, sebagaimana firman Allah (Q.S Kahfi:29 )
Merujuk Mac Donald and Popham,kurikulum itu adalah pernyataan mengenai
tujuan, Tanner menyatakan kurikulum adalah rencana tertulis, adapun Saylor dan
Alexander mendefinisikan kurikulum sebagai pengalaman nyata yang dialami peserta
didik30. definisi tersebut hanya berkenaan dengan salah satu dimensi
kurikulum.Sedangkan menurut Said Hamid Hasan idealnya kurikulum itu memiliki 30 P.F. Oliva, Developing the Curriculum, (New York: Longman, 1997), hlm 34.
43
empat dimensi, yaitu; dimensi ide dalam arti tujuan, dokumen tertulis arti luasnya
sebagai perencanaan pembelajaran, dimensi implementasi sebagai pelaksanaan
pembelajaran, dan dimensi hasil31.
Pengertian kurikulum diatas juga dianut dalam pengertian standar isi adalah
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu32.
Pada standar isi mengindikasikan lembaga SMA dituntut untuk mengembangkan
kurikulum, pengembangan standar isi yang dikemukakan oleh Said Hasan Hamid adalah
keseluruhan proses pengembangan kurikulum berkenaan dengan pengembangan empat
dimensi yaitu:
a. Dimensi ide, dimensi ini berkenaan dengan landasan filosofis dan teoritis kurikulum.
Landasan filosofis kurikulum berkenaan dengan filosofis pendidikan yang digunakan
untuk mengembangkan arah dan orientasi kurikulum. Aspek filosofi menentukan
permasalahan kurikulum yang diidentifiasi dan merumuskn jawabannya. Dari
dimensi ide juga dapat dikenal teori belajar, model dan desain kurikulum yang
digunakan. Secara logika kurikulum dikembangkan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional dan kontribusi lembaga pendidikan terhadap tujuan pendidikan.
Dengan demikian filosofi dan teori kurikulum yang digunakan harus disesuaikan
31 Said Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: UPI University Press, 2006), hlm. 477. 32 LEKDIS, Standar Nasional Pendidikan , hlm. 14-16.
44
dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan suatu jenjang
pendididkan33.
b. Kurikulum sebagai dimensi dokumen maka kurikulum berisikan komponen seperti
tujuan, konten, proses, dan assement. Berbagai literature kurikulm menyebutkan
dimensi dokumen ini dengan sebutan intention/intended atau planned. Pengertian
kurikulum yang dikemukakan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dan berkenaan
dengan dimensi dokumen.
c. Kurikulum dalam dimensi proses adalah implementasi dari apa yang direncanakan
dalam dimensi dokumen. Pelaksanaan atau implementasi itu mungkin sama tapi
mungkin juga berbeda dari apa yang direncanakan dalam dokumen. Dimensi proses
juga sering disebut dengan istilah implemented, observed, atau reality. Pengertian
kurikulum yang diemukakan dalam PP RI 19 Tahun 2005 dan dilaksanakan pada
SMA berkenaan dengan dimensi proses.
d. Kurikulum sebagai dimensi hasil adalah apa yang dimiliki oleh peserta didik. Dmensi
ini merupakan suatu pembuktian apakah tujuan kurikulum tercapai. Dimensi ini
sangat kritikal dalam menentukan keberhasilan suatu kurikulum dan oleh karena itu
alat evaluasi hasil yang digunakan haruslah memiliki tingkat validitas kurikulum
(curriculum validity) yang tinggi bukan validitas konten. Validitas kurikulum
menunjukan tingkat kesesuaian ruang lingkup tujuan kurikulum (pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap, nilai dan kebiasaan) dengan ruang lingkup alat
evaluasi yang digunakan. Validitas konten menunjukan tingkat kesesuaian ruang
33 Said Hamid Hasan, Ilmu dan Aplikasi n, hlm. 482.
45
lingkup suatu konten (konsep, teori, nilai, kebebasan) dengan ruang lingkup butir-
butir pertanyaan dari suatu tes34.
Lembaga SMA kini bebas mengembangkan kuriulum pendidikan masing-masing.
Namun, pengembangan kurikulum tersebut harus tetap mengacu kepada standar isi dan
kompetensi nasional. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No
22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Semenjak diberlakukan Permendiknas tersebut tidak ada lagi sebutan kurikulum
nasional. Setiap SMA bebas mengembangkan kurikulum. Tentunya, ini tergantung
kemauan sekolah, konsekwensi dari Permendiknas No 22 Tahun 2006 yang baru
diharapkan pendidikan di Indonesia makin beragam dan maju. Tentunya tidak ada lagi
sebutan kurikulum nasional. Yang ada hanya standar minimum mengenai isi kurikulum
dan setiap Lembaga Pendidikan SMA mengembangkan kurikulum sesuai dengan
potensi, sumber daya, serta ciri khasnya.
Secara formal standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan
struktur kurikulum, beban belajar, kuriulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik35.
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum yang pernah berlaku selama ini adalah kurikulum 1968, kurikulum
1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, dan mulai tahun ajaran 2006/2007 diberlakukan
34 Said Hamid Hasan, Ilmu dan Aplikasi hlm. 488. 35 LEKDIS Standar Nasional hlm. 14-16.
46
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kebijakan ini berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri No. 22/2006 tentang
standar isi untu satuan pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 2010 seluruh sekolah
dan madrasah harus sudah melaksanakan KTSP. Pelaksanaan KTSP secara penuh
diharapkan mulai tahun ajaran 201136.
KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK), KTSP sebagai
suatu sistem kurkulum nasional mengakomodasi berbagai perbedaan budaya dan
mengsinergikan; 1) standar kompetensi dan hasil belajar, dan 2) mendesentralisasikan
pengembangan silabus dan pelaksanaannya. Kedua inovasi ini sesuai dengan prinsip
“kesatuan dalam kebijakan dan keragaman dalam pelaksanaannya”. Prinsip pertama
terlihat pada adanya penetapan standar kompetensi dan hasil belajar oleh pemerintah
pusat, sedangakan prinsip kedua ditandai oleh adanya pengembangan silabus oleh
pemerintah daerah dan SMA sesuai dengan potensinya37.
KTSP menganut prinsip fleksibilitas. Setiap SMA diberi kebebasan menambah
empat jam pelajaran tambahan per minggu, yang bisa diisi dengan apa saja baik yang
wajib atau muatan lokal. Namun fleksibilitas ini mesti diimbangi dengan potensi sekolah
masing-masing serta pemenuhan standar isi seperti digariskan Badan Standarisasi
Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan SMA
untuk mengubah kebiasaan lama yakni ketergantungan pada birokrat. Peluang bagi SMA
untuk mandiri secara manaemen dan akademis, karena KTSP dikembangkan melalui
36 http://www.depdiknas.go.id/sejarahkurikulumindonesia/press. 37 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya), hlm. 32.
47
kesesuaian dengan satuan pendidikan, potensi daerah, kondisi social budaya masyarakat
setempat, dan peserta didik. Hal ini menuntut guru lebih kreatif.38
KTSP model kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan
peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh SMA dimulai tahun ajaran 2006/2007
dengan mengacu pada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) untuk
pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006,
serta panduan pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada SMA,
dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan. Penyusunan KTSP selain
melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli
dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan
KTSP, maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan
kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
b. Kalender Pendidikan SMA
Faktor penting dalam keefektifan kegiatan pembelajaran di SMA adalah masalah
waktu. Pembahasan tentang waktu pembelajaran mengenai karakteristik lingkungan
diluar sekolah dan proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga hal ini mempengaruhi
siklus kalender akademik SMA. Pertimbangan tentang penggunaan waktu dalam
38 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007). Cet ke-1, hlm. 2001.
48
kalender pendidikan di SMA memegang potensi besar, kesalahan menentukan kalender
akademik akan mengakibatkan krisis pembelajaran, merusak sistem pendidikan dan
mengurangi pencapaian tujuan.
Dimensi waktu dalam suatu model keefektifan organisasi dapat terkonsep dengan
jangka kesuksesan yang berkelanjutan dari jangka pendek, jangka panjang untuk SMA,
indikator jangka pendeknya adalah nilai siswa dalam tes pencapaian dan kepuasan kerja.
Pengaruh lain dari waktu adalah bahwa kriteria keefektifan lembaga pendidikan tidak
selalu konstan. Seperti; masyarakat (steak holders) menyediakan waktu pembelajaran di
sekolah, konstituen yang merubah preferensinya tentang pencapaian tujuan pendidikan,
dan lain-lain.39
Pada standar isi kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Hari libur berbentuk jeda
tengah semester selama-lamanya satu minggudan jeda antar semester. Kurikulum satuan
pendidikan pada SMA mengikuti kalender pendidkan pada setiap tahun ajaran. Kalender
pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama
satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahu ajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif dan hari libur40. Untuk lebih jelasnya dideskripsikan dalam bentuk
table dibawah ini;
39 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational Administration, Teory, Research, and Practice, (New
York: Random House, 1978), hlm. 665. 40 LEKDIS Standar Nasional .hlm. 14-15.
49
Tabel: 2.6 Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
1 Minggu efektif belajar
Minimum 34 minggu dan Maksimum 38
minggu
Digunakan untuk kegiatan pembelajaran efektif pada setiap satuan pendidikan
2 Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester
3 Jeda antar semester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II
4 Libur akhir tahun pelajaran Maksimum 3 minggu
Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
5
Hari libur keagamaan 2-4 minggu
Daerah khusus yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengaturnya sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
6 Hari libur umum/nasional Maksimum 2 minggu Disesuaikan dengan peraturan
pemerintah
7 Hari libur khusus Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan dengan cirri kekhususan masing-masing
c. Standar Penerapan KTSP R-SMA BI
Untuk mengukur penerapan standar KTSP R-SMA-BI , mempunyai beberapa
komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara
terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel berikut :
50
Tabel 2.7 Indikator Operasional Penerapan KTSP 41
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1
Perumusan profil mutu lulusan di atas standar nasional
Dokumen Kebijakan Standar Mutu Lulusan
Sekolah menunjukkan dokumen kebijakan penetapan standar mutu lulusan
1Menetapkan indikator keimanan dan akhlak
mulia
2 Menetapkan target nilai UN
3 Menetapkan target lulusan diterima di PT
4Menetapkan target
kompetensi berbahasa Inggris
5Merumuskan indikator mutu lulusan bertaraf
internasional
2
Peningkatan mutu kurikulum merujuk pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Dokumen Silabus & RPP
Sekolah menunjukkan adanya hasil penetapan standar kompetensi lulusan yang menjadi dasar penyempurnaan KTSP
1
Merumuskan standar kompetensi siswa untuk lulus UN di atas standar
nasional
2
Merumuskan standar kompetensi siswa agar
dapat diterima di perguruan tinggi favorit
3
Merumuskan standar kompetensi siswa untuk berkompetisi pada taraf
internasional
4
Menentukan indikator pembelajaran sesuai
kebutuhan kompetensi SKL
5
Melakukan analisis kesesuaian KTSP dengan
kebutuhan siswa melanjutkan dan hidup
mandiri
3
Penggunaan rujukan Operasional KTSP
Dokumen KTSP
Sekolah merumuskan KTSP merujuk pada petunjuk operasional penyusunan.
1 Keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia
2
Potensi kecerdasan dan minat sesuai
perkembangan peserta didik
3 Keragaman potensi daerah
dan lingkungan
4 Pembangunan daerah, nasional
5 Tuntutan global
41 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.
51
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
4 Penyempurnaan KTSP
Dokumen program dan dokumen KTSP hasil penyempurnaan
Sekolah merencanakan dan melaksanakan KTSP hasil penyempurnaan
1Menyempurnakan KTSP dengan rujukan kurikulum negara maju
2
Memperbaharui materi ajar sesuai kebutuhan siswa bersaing pada taraf internasional
3
Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi
4
Mengadaptasikan sistem penilaian otentik dari sekolah di negara maju
5 Menggunakan multimedia 5 Penyusunan
sistem kenaikan kelas, kelulusan, penjurusan
Terdapat aturan kenaikan kelas, kelulusan dan penjurusan
Sekolah menetapkan aturan kenaikan kelas, kelulusan, dan penjurusan
1 Memiliki kriteria kenaikan kelas
2
Kriteria minimal nilai semester sesuai dengan KKM
3
Kriteria pencapaian minimal nilai kelulusan > 75
4
Kriteria penjurusan sesuai dengan KKM dan karakteristik siswa
5
Dokumen yang disahkan
rapat dewan pendidik
(notula rapat)
d. Pemenuhan standar isi
Untuk mengukur pemenuhan standar isi mempunyai beberapa komponen,
bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan
dalam tabel berikut :
52
Tabel 2.8 Pemenuhan Standar Isi
N0
Komponen SNP
Bukti Fisik/Dokumen Indikator Operasional Alat Ukur
1
Pemenuhan komponen standar isi
Kesesuaian kandungan isi
Sekolah memenuhi kandungan isi materi pelajaran memenuhi kriteria standar lokal, nasional, dan internasional
1 Internasional
2 Nasional
3 Lokal
4 Life Skill
5 Pengembangan diri
2
Pemenuhan standar isi Dokumen KTSP
Sekolah memiliki dokumen KTSP yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan
pembelajaran
1Memiliki dokumen isi sekolah lain di dalam dan luar negeri
2 Menyelaraskan isi dengan SK dan KD
3 Penyusunan muatan lokal
4 Menyusun muatan internasional
5 Mengatur penyebaran beban belajar
3
Pengembangan KTSP/Substans
KTSP
Dokumen KTSP
hasil pengembangan
Sekolah
mengembangkan KTSP
1
Melakukan evaluasi diri dan analisis kebutuhan sebagai dasar pengembangan KTSP
2 Memiliki dokumen KTSP yang dibuat sendiri
3
Meningkatkan keunggulan KTSP dengan mengadopsi keunggulan kurikulum negara maju
4 Mengevaluasi pelaksanaan KTSP tiap akhir tahun
5
Melakukan perbaikan KTSP
53
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
4
Penyempurnaan Muatan KTSP/Substansi KTSP
Dokumen KTSP hasil penyempur naan
Sekolah menyempurnakan muatan KTSP
1Menyesuaikan tujuan pendidikan sekolah dengan tujuan nasional
2Menyelaraskan tujuan sekolah dengan tujuan pendidikan internasional
3
Menyetarakan standar materi pelajaran sekolah dengan standar materi pelajaran di negara maju
4Menyelaraskan mulok dengan nilai-nilai universal
5Penyempurnaan pengaturan beban belajar
5
Materi pendidikan kecakapan hidup
Dokumen KTSP
Sekolah menentukan jenis kecakapan diri siswa
1 Melakukan analisis kekuatan sekolah
2Menentukan bidang kekhasan dan keunggulan sekolah
3
Menerapkan strategi pencapaian kekhasan dan keunggulan sekolah
4Memiliki prestasi keunggulan lokal dan nasional
5Memamerkan prestasi keunggulan internasional
6
Pengembangan pendidikan berbasis keunggulan lokal, nasional, dan global
Dokumen KTSP pada tiap mata pelajaran
Sekolah menentukan keunggulan khas tingkat satuan pendidikan
1 Berbasis potensi siswa
2 Keunggulan khas sekolah
3 Keunggulan khas lokal
4 Keunggulan nasional
5 Keunggulan global
54
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
7
Penyusunan kalender pendidikan tingkat satuan pendidikan
Dokumen kalender pendidikan
Sekolah menggunakan kalender pendidikan yang berfungsi sebagai basis penentuan kegiatan
1Memiliki dokumen rencana kalender pendidikan
2Menyempurnakan menjelang awal tahun ajaran
3
Menggunakan kalender sebagai dasar meningkatkan efektivitas waktu
4
Memastikan kegiatan mengacu pada waktu yang ditentukan dalam kalender
5Mengevaluasi efektivitas pengelolaan waktu
8
Perumusan target mutu
SK Kepala Sekolah tentang KKM
Sekolah menentukan target KKM di atas standar nasional
1 Mempertimbangkan kompleksitas SK/KD
2 Menganalisis indikator SK/KD
3Mempertimbangkan kemampuan rata-rata peserta didik
4 Menetapkan target KKM >75%
5 Pencapaian kriteria ketuntasan ideal 100%
9 Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran (diambil dari kelas 12, kecuali mapel yang tidak ada diambil dari kelas sebelumnya)
SK Kepala Sekolah tentang KKM
Sekolah menentukan standar KKM minimal 7,5 dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal
1 Agama 2 PPKN 3 Bahasa Indonesia 4 Penjaskes 5 Kesenian
6 TIK
10 Penetapan kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran pada jurusan IPA (Kelas 12)
SK Kepala Sekolah tentang KKM
Sekolah menentukan standar KKM minimal 7,5 dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal jurusan IPA
1 Matematika 2 Kimia 3 Fisika 4 Biologi
5 Bahasa Inggris
55
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
11 Penetapan kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran pada jurusan IPS (Kelas 12)
SK Kepala Sekolah tentang KKM
Sekolah menentukan standar KKM minimal 7,5 dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal jurusan IPS
1 Sejarah 2 Ekonomi – Akuntansi 3 Sosiologi - Antropologi 4 Geografi
5 Bahasa Inggris
12
Penyempurnaan Silabus dan RPP
Dokumen program, data pelaksanaan kegiatan, dan laporan kegiatan.
Sekolah menentukan standar dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal
1 Terdapat program pengembangan
2 Pelaksanaan workshop pengembangan
3 Laporan kegiatan 4 Sumber dana
5Terdapat dokumen silabus dan RPP untuk seluruh mata pelajaran
3. Stadar Kompetensi Lulusan
Indikasi utama dari paradigma baru dalam pendidikan nasional yaitu; pendidikan
berbasis kompetensi. Pada tataran praktis kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak. McAshan (1981) mengemukakan bahwa kompetensi: “… is a
knowledge, wich become part of his or her being to the exerat he or she can
satisfaktorily perform particular cognitive, affective, psychomotor behavior.” 42
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki dan dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Frinch dan Crunkilton
42 Dikutip oleh E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm 32.
56
(1979:22) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan dari suatu tugas, keterampilan,
sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan43.
Menurut Ahmad Tafsir konsep kompetensi berawal dari konsep kebermaknaan,
Genesis kompetensi ini dilahirkan dari filsafat yunani kuno yang menegaskan
kebermaknaan hidup manusia. Kompetensi adalah suatu metode atau cara agar manusia
mempunyai fungsi dan berguna bagi manusia dan lingkungannya. Dalam konsep
kompetensi tinggi rendahnya derajat manusia tergantung pada kemampuan seseorang
berdaya guna bagi komunitas44. Dalam pandangan Islam kebermaknaan manusia
dipandang dari jabatannya sebagai Kholifatul fil Ardh, dalam Al Qur’an manusia
menempati kedudukan istimewa di alam semesta ini yaitu sebagai kholifah di muka
bumi, sebagaimana firman Allah (Q.S. Al Baqoroh ayat: 30)
Standar kompetensi lulusan merupakan output dari proses pendidikan,
penjelmaan dari lulusan lembaga pendidikan merupakan suatu kepribadian manusia
yang diusahakan dalam proses pendidikan, sehingga profil kepribadian yang telah
ditetapkan sebagai pencapai tujuan pendidikan merupakan usaha atau kegiatan
pendidikan yang akan dilaksanakan untuk mengarahkan kepribadian manusia yang
sesuai dengan profil kepribadian yang telah ditetapkan untuk dicapai pada masa peserta
didik lulus kelak di lembaga tersebut
Standar kompetensi lulusan berkedudukan sebagai tujuan operatif dari tujuan
ideal pendidikan. Dalam suatu model organisasi yang efektif, input dan transformasi
(proses) harus didasari antara tujuan lembaga dan tujuan operatifnya45. Dari teori
keefektifan ini menggambarkan keefektifan SMA dapat diukur apabila kegiatan dan
43 Dikutip oleh E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm 36. 44 Ahmad Tafsir, seminar Pendidikan pada Jurusan Kependidikan Islam, 2009 45 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational hlm. 318.
57
poses pendidikannya mengacu pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan yaitu pada
standar kompetensi lulusan. Menurut Sterrs tujuan operatif atau standar kompetensi
lulusan merupakan tolak ukur tugas-tugas dan kegiatan lembaga tersebut. Tujuan
berfungsi sebagai pembanding dan kritik terhadap proses dari input pendidikan, apabila
proses atau kegiatan yang berlangsung dan input (sumber daya manusia) tidak
mencerminkan pencapaian tujuan maka kegiatan pendidikan tersebut tidak efektif46.
Standar kompetensi lulusan menuntut profil lulusan yang mempunyai kualifikasi
kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. Adapun kompetensi yang harus dimiliki peserta didik sebagai
berikut dibawah ini:
a. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran.
b. Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan
membaca dan menulis yang sesuai denagn jenjang pendidikan.
c. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan SMA bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetehuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut47.
Penjabaran dari kebijakan peraturan pemerinta Nomor 1 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dilanjutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 21 Tahun 2006 bahwa pendidikan SMA bertujuan: meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
46 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational hlm. 317. 47 LEKDIS, Standar Nasional hlm. 25.
58
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Penjabaran dari tujuan SMA ini diindikatorkan
dengan 23 kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan SMA.48
a. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan
Untuk mengukur kompetensi lulusan , mempunyai beberapa komponen, bukti
fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel: 2.9 Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Prestasi dalam pengembangan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (SKL)
Siswa berprestasi dalam pengembangan keimanan, ketakwaaan dan akhlak mulia.
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam pengembangan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (SKL)
1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat
Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional
2 Prestasi dalam bidang matematika
Siswa berprestasi dalam bidang matematika
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang matematika
1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat
Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 3 Prestasi dalam
bidang kimia Siswa berprestasi dalam bidang kimia
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang kimia
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi
4 Tingkat Nasional
5 Tingkat Internasional
4 Prestasi dalam bidang biologi
Siswa berprestasi dalam bidang biologi
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang biologi
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi
4 Tingkat Nasional
5 Tingkat Internasional
48 http://www.depdiknas.co.id/produk_hukum/permen/permen_23_2006.pdf
59
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
5
Prestasi dalam bidang fisika
Siswa berprestasi dalam bidang fisika
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang fisika
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 6
Prestasi siswa dalam bidang bahasa Inggris
Siswa berprestasi dalam bidang bahasa Inggris
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang bahasa Inggris
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 7
Prestasi siswa dalam bidang sosial dan ekonomi
Siswa berprestasi dalam bidang sosial dan ekonomi
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang sosial dan ekonomi
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 8
Prestasi siswa dalam bidang olahraga
Siswa berprestasi dalam bidang olahraga
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang olahraga
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 9
Prestasi dalam bidang bahasa Indonesia
Siswa berprestasi dalam bidang bahasa Indonesia
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang bahasa Indonesia
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 10
Prestasi dalam bidang astronomi
Siswa berprestasi dalam bidang astronomi dan kebumian
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang astronomi dan kebumian
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 11
Prestasi siswa dalam bidang karya ilmiah
Siswa berprestasi dalam bidang karya ilmiah
Sekolah menunjukkan bukti-bukti dalam bidang karya ilmiah
1 Tingkat Sekolah
2 Tingkat Kabupaten/Kota
3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional
60
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
12 Prestasi siswa dalam bidang penerapan teknologi
Siswa berprestasi dalam bidang penerapan teknologi
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang penerapan teknologi
1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat
Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional
13 Prestasi siswa di bidang seni
Siswa berprestasi dalam bidang seni
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang seni
1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat
Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional
14 Prestasi dalam mengikuti program pendidikan atau pelatihan
Siswa meraih prestasi dalam program pendidikan/ pelatihan
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam program pendidikan/ pelatihan
1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat
Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional
15 Karya inovatif sebagai produk belajar
Siswa menghasilkan karya kreatif dan inovatif yang dipamerkan
Sekolah menunjukkan bukti-bukti karya kreatif dan inovatif yang dipamerkan
1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat
Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional
16 Prestasi dalam memperoleh nilai UN
Meraih prestasi terbaik hasil UN
Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi hasil UN
1 Memberi penghargaan kepada siswa terbaik di sekolah
2 Memperoleh prestasi tingkat kab./kota
3 Memperoleh prestasi tingkat provinsi
4 Memperoleh presatasi tingkat nasional
5 Mendokumenkan hasil dengan tertib
17 Prestasi dalam mewujudkan target ketuntasan belajar
Meraih Kriteria Ketuntasan Minimal di atas 7,5
Sekolah menunjukkan bukti-bukti peraihan Kriteria Ketuntasan Minimal di atas 7,5
1 Memiliki dokumen KKM di atas 7,5
2 Menghimpuan data pencapaian
3 Membahas permasalahan
4 Menentukan solusi pemecahan masalah
5 Melaksanakan perbaikan kinerja
61
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
18
Prestasi dalam meningkatakan kompetensi di bidang TIK
Mewujudkan prestasi dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi
Sekolah menunjukkan bukti-bukti dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi
1 Menunjukkan rencana pembinaan
2 Menunjukkan
pelaksanaan pembinaan
3 Menunjukkan dokumen
pengembangan
4 Menunjukkan produk kegiatan pengembangan
5 Menunjukkan manfaat
19
Pengembangan kompetensi siswa dalam berkolaborasi pada taraf internasional
Data program dan produk belajar siswa dalam berkolaborasi pada taraf internasional
Sekolah menghasilkan lulusan yang mampu berkolaborasi pada taraf internasional
1 Memiliki mitra kerja dalam meningkatkan daya kolaborasi pada taraf internasional
2 Memiliki tujuan dan indikator mutu dalam meningkatkan daya kolaborasi siswa
3 Kerja sama dalam pengembangan kompetensi akademik dan nonakademik.
4 Memiliki dokumen produk kerja sama bertaraf internasional
5 Mempublikasikan produk kerja sama siswa bertaraf internasional
20 Pencapaian standar kompetensi lulusan setara dengan standar kompetensi lulusan sekolah unggul di negara OECD atau negara maju lainnya
Dokumen analisis standar kompetensi lulusan yang setara dengan luluan negara OECD
Sekolah mewujudkan lulusan yang setara dengan sekolah unggul
1 Mewujudkan standar lulusan di atas SNP
2 Menunjukkan data bahwa lebih dari 50% lulusan berkomunikasi dalam bahasa Inggris
3 Menunjukkan seluruh lulusan mengakses internet sebagai sumber belajar
4 Menunjukkan bahwa 40% lulusan diterima di PTN dan PTS favorit
5 Menunjukkan bahwa tiap angkatan/tahun meraih prestasi bertaraf internasional
62
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
21 Daya kompetitif dalam mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi unggul di dalam negeri
Data statistik lulusan yang diterima di PTN dalam dua tahun terakhir
Persentase lulusan yang diterima di perguruan tinggi
1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20%
b. Standar sistem administrasi akademik berdasarkan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Dan muatan pelajaran setara Negara OECD atau Negara yang
maju lainnya.
Untuk mengukur sistem administrasi akademik berdasarkan teknologi
informasi dan komunikasi dan muatan pelajaran setara Negara OECD atau Negara
maju lainnya, mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional
dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Tabel: 2.10 Standar Akademik Berbasis TIK
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Rencana pengembangan implementasi TIK jangka menengah
Program dan implementasi program TIK
Sekolah merencanakan aplikasi TIK pendukung manajemen pembelajaran jangka menengah
1 Memiliki program aplikasi TIK
2 Menetapkan pentahapan
3 Indikator keberhasilan yg terukur
4 Memiliki tim pengembang
5 Memiliki alat ukur pencapaian
2 Sistem pengelolaan administrasi akademik siswa berbasis TIK
Dokumen administrasi akademik
Sekolah mengaplikasikan sistem pengelolaan administrasi akademik
1 Sistem administrasi penilaian (raport)
2 Sistem administrasi daftar hadir siswa
3 Sistem pengllan jdwl gru dan maple
4 Sistem layanan info akademik berbasis web
5 Sistem layanan info akademik via SMS
63
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
3 Aplikasi program
digital dalam peningkatan efektivitas belajar siswa
Produk aktivitas siswa pada dokumen web sekolah
Sekolah mengelola web sebagai pendukung efektivitas belajar siswa
1 Siswa berpartisipasi pada web sekolah
2 Siswa menyebarluaskan informasi melalui web sekolah
3 Siswa berinteraksi dengan sekolah melalui web
4 Siswa berintegrasi dengan guru melalui email
5 Sekolah aktif mengisi web dengan materi pelajaran untuk siswa
4 Pengembangan materi belajar yang menyesuaikan pada standar sekolah unggul di negara OECD atau negara maju lainnya
Ada kegiatan analisis komparatif materi pelajaran KTSP dengan kurikulum negara OECD
Sekolah menyetarakan materi sekolah unggul di salah satu negara OECD /negara maju lainnya pada MIPA, ilmu sosial, B.Inggris dan TIK
1 Matematika 2 IPA 3 Ilmu sosial 4 B. Inggris 5 TIK
5 Penggunaan standar
materi bertaraf internasional sebagai rujukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Kumpulan soal olimpiade dijadikan rujukan utk peningkatan kompetensi siswa
Sekolah mengadopsi sistem evaluasi belajar yang relevan dari sekolah unggul negara maju
1 Matematika 2 IPA 3 Ilmu sosial 4 TIK 5 Bahasa Inggris 6 Pelaksanaan kegiatan
penelusuran kemampuan awal siswa (prasyarat pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa)
Himpunan data uji bekal ajar awal siswa
Sekolah melaksanakan kegiatan penelusuran kemampuan awal siswa
1 Sekolah menetapkan SKL berdasarkan hasil penelusuran awal siswa
2 Sekolah mensosialisasikan SKL kepada guru dan siswa
3 Sekolah menetapkan strategi pencapaian SKL
4 Sekolah memonitor pencapaian SKL
5 Sekolah mengevaluasi ketercapaian SKL
64
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
7 Penetapan target rata-rata pencapaian kompetensi lulusan di atas standar nasional
Dokumen target kompetensi lulusan yang sekolah tetapkan
Sekolah menerapkan strategi bertaraf internasional dalam meningkatkan target kompetensi lulusan
1 Rata-rata nilai UN MIPA di atas standar nasional
2 Rata-rata Nilai UN IPS di atas standar nasional
3 Nilai rata-rata UN B.Inggris di atas standar nasional
4 Nilai rata-rata UN B.Indonesia di atas standar nasional
5 Nilai rata-rata US TIK di atas standar nasional
4. Standar Proses
Perubahan kurikulum pendidikan nasional saat ini yang disebut dengan KTSP
yang berbasis pada pencapaian kompetensi berekses terhadap kegiatan belajar. Suatu
perubahan paradigma yang fundamental dari akar filosofis belajar dengan menggunakan
kontruktivisme dan pendekatan konstektual diterapkan dalam pembelajaran. Kesadaran
perlunya pendekatan konstektual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan
bahwa sebagian murid tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.
Landasan filosofis konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghapal, tetapi mengkonstruksikanya atau membangun
pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau preposisi yang mereka alami
dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan KTSP yang sedang diberlakukan
saat ini. Kehadiran KTSP juga dilandasi dengan pemikiran bahwa berbagai kompetensi
akan terbangun secara mantap dan maksimal apabila pembelajaran dilakukan ecara
kontekstual, yaitu pembelajaran yang didukung situasi dalam kehidupan nyata.
65
Komponen pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai ciri utama
minimalnya tujuh komponen, yaitu: 1) constructivism (membangun atau membentuk), 2)
Questioning (bertanya), 3) Inquiry (menyelidiki), 4) Learning Community (Masyarakat
Belajar), 5) Modelling (pemodelan), 6) Reflection (Refleksi atau umpan balik), 7)
Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)49. Apabila ketujuh komponen ini
diterapkan dalam pembelajaran, maka akan terlihat pada realitas berikut;
a. Kegiatan belajar yang mengembangkan pikiran bahwa pembelajaran lebih bermakna
apabila siswa mandiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
b. Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingin tahuan siswa lewat bertanya melalui
sumber belajar tantang topik atau permasalahan yang dipelajari.
c. Kegiatan belajar yang mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki,
menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia menemukan
sesuatu.
d. Penciptaan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga siswa dapat
berdiskusi, curah pendapat, bekerjasama, dan saling membantu terhadap teman
lainnya.
e. Belajar melalui pengrekayasa model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa
dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara
mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya.
f. Belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab
dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekontruksi
49 R. S. Zais, Curriculum Priciples and Foundation, (New York: Harper and Row Publisher, 1976),
hlm.223.
66
kegiatan yang dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan dan saran atau
harapan siswa.
g. Penilaian kegiatan siswa yang bisa diamati secara periodik tentang perkembangan
kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.
John A. Zaborik dalam Cotruktivist Taching mencatat lima elemen yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran konstektual, yaitu:
a. Activiting Knowledge, pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
b. Acquirin knowledge, pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara
keseluruhan, memperhatikan esensi dan detailnya.
c. Understanding knowledge, pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun; a)
konsep sementara (hipotesis), b) melakukan sharing kepada teman sejawat agar
mendapatkan validasi, dan atas tangapan itu, c) konsep tersebut direvisi atau
dikembangkan.
d. Applying knowledge, mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut.
e. Reflecting knowledge, melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut50.
Penertian proses yang dimaksud pada standar ini adalah proses implementasi
standar isi atau pembelajaran. Lebih jelasnya sebagaimana definisi dalam PP RI No. 19
tahun 2005 mengemukakan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pembelajaran pada satu satuan pendidikan SMA untuk mencapai
standar kompetensi lulusan51, setiap satuan pendidikan SMA melakukan perencanaan
50 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), hlm. 85-98. 51 LEKDIS Standar Nasional Hlm. 14.
67
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran.
Sedangkan proses pembelajaran yang menjadi standar R-SMA-BI adalah harus
lebih tinggi dari standar nasional. Oleh karena itu untuk mengukur ketercapaiannya.
Standar proses mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan
sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Tabel: 2.11 Indikator Operasional Standar Proses52
N0 Komponen SNP
Bukti Fisik/Dokumen
Indikator Operasional
Alat Ukur
1 Pemenuhan standar proses pembelajaran
Kesesuaian dengan standar proses
Guru memenuhi prosedur pemenuhan standar proses pembelajaran
1 Pendekatan tatap muka
2 Kegiatan mandiri terstruktur
3 Kegiatan mandiri tidak terstruktur
4 Pengelolaan sistem moving class
5 Layanan konsultasi mata pelajaran
2 Perangkat pembelajaran
Sampel dokumen RPP yang guru miliki
Guru memenuhi standar komponen perangkat pembelajaran pada RPP
1 Kompetensi dasar
2 Indikator belajar
3 Materi belajar
4 Kegiatan pembelajaran
5 Sumber belajar
6 Evaluasi belajar
3 Pelaksanaan proses pembelajaran
Hasil observasi KBM di kelas
Guru mengembangkan mutu proses pembelajaran dalam siklus perbaikan berkelanjutan
1 Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perbaikan
2 Melaksanakan kegiatan eksplorasi
3 Melaksanakan kegiatan elaborasi
4 Melaksanakan kegiatan konfirmasi
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
52 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi KinerjaPenyelenggaraan R‐SMA‐BI tahun ke 3.
68
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
4 Penggunaan dokumen bahan ajar
Hasil observasi KBM di kelas
Guru memiliki variasi model bahan ajar
1 Resume 2 Handout 3 Lembar kerja siswa 4 Buku teks 5 Dokumen digital 5 Penggunaan
dokumen RPP Hasil observasi KBM di kelas
Sekolah menunjukkan naskah RPP yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
1 Naskah RPP tersedia dlm bhs Indonesia dan Inggris
2 Disahkan kepala sekolah 3 RPP direview oleh fasilitator
maple 4 RPP dapat dibaca oleh siswa
melalui web 5 Memiliki backup/arsip 6 Penggunaan
metode pembelajaran sesuai dengan RPP
Hasil observasi KBM di kelas
Guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa belajar
1 Sesuai dengan kebutuhan siswa
2 Sesuai dengan karakteristik materi
3 Sesuai dengan daya dukung sarana dan prasarana
4 Mendorong siswa aktif dan kreatif
5 Meningkatkan mutu produk belajar
6 Sesuai dengan konsep 7 Peningkatan
kesiapan guru menyediakan perangkat pengajaran
Hasil observasi KBM di kelas
Guru menyiapkan dan menggunakan perangkat pembelajaran
1 Persiapan pembelajaran 2 Silabus dan RPP 3 Buku nilai 4 Agenda kegiatan 5 Sumber belajar 6 Media belajar manual/digital 7 Perangkat evaluasi 8 Pelaksanaan
kegiatan pendahuluan pembelajaran
Hasil observasi KBM di kelas
Guru melakukan kegiatan pendahuluan pembelajaran
1 Melakukan tegur sapa dengan siswa
2 Mendata siswa yang tidak hadir
3 Mengaitkan materi sebelumnya
4 Mengungkap pokok materi
5 Menjelaskan tujuan mengajar 6 Menjelaskan indikator hasil
belajar
69
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
9 Penyesuaian indikator pada RPP dengan pelaksanaan pembelajaran
Hasil observasi KBM di kelas
Guru mengelola kegiatan belajar sesuai dengan uraian pada RPP
1 Sesuai dengan kompetensi dasar
2 Sesuai dengan indicator 3 Sesuai dengan materi belajar 4 Sesuai dengan kegiatan
pembelajaran 5 Sesuai dengan sumber belajar 6 Sesuai dengan evaluasi belajar
10 Penyajian bahan ajar pada pelaksanaan pembelajaran oleh guru
Hasil observasi KBM di kelas
Guru menguasai materi pelajaran yang disajikannya
1 Mencantumkan sumber belajar
2 Terdiri atas beberapa sumber belajar
3 Sesuai dengan KD 4 Membangun pengalaman
belajar siswa 5 Dikaitkan dengan konteks
11 Penggunaan TIK dalam pelaksanaan pembelajaran
Hasil observasi KBM di kelas
Guru menggunakan TIK dalam pelaksanaan kegiatan mengajar
1 Power point 2 Mendayagunakan e-mail 3 Menggunakan infomasi digital 4 Mendayagunakan flash, video,
CD 5 Menggunakan animasi
pembelajaran 12 Penggunaan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
Hasil observasi KBM di kelas
Guru menggunakan bahasa Inggris pada proses pembelajaran
1 Menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris
2 Menggunakan soal berbahasa Inggris
3 Menghasilkan tulisan dalam bahasa Inggris
4 Berkomunikasi dalam bahasa Inggris
5 Mejelaskan materi pelajaran dalam bahasa Inggris
13 Peningkatan mutu budaya baca tulis
Karya siswa dalam dua tahun terakhir
Guru mengembangkan kompetensi menulis siswa
1 Karya tulis ilmiah
2 Penerbitan bulletin 3 Karya sastra 4 Makalah 5 Handout 6 Kliping
70
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
14 Penggunaan sumber belajar yang setara dengan siswa sekolah unggul di negara anggota OECD
Hasil observasi KBM di kelas
Guru menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris
1 Jurnal 2 E-book 3 Web site 4 Text book 5 Referensi perpustakaan
15 Pelaksanaan pengayaan dengan materi ajar bertaraf internasional
Program pengayaan dari guru
Guru melaksanakan kegiatan pengayaan
1 Terdapat agenda pengayaan 2 Terdapat dokumen
pelaksanaan 3 Materi pengayaan 4 Terdapat data peserta dan
pelaksana 5 Data hasil pengayaan
16 Pengembangan kegiatan mandiri tidak terstruktur
Produk belajar siswa
Sekolah melaksanakan kegiatan belajar mandiri tidak terstruktur
1 Terprogram dalam RPP 2 Program disahkan dalam rapat
dewan pendidik 3 Memiliki standar prosedur
operasional 4 Jelas targetnya 5 Relevan dengan SKL
17 Perbaikan kinerja mengajar melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dokumen laporan penelitian
Guru melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1 Agama 2 MIPA 3 B. Inggris 4 B. Indonesia 5 Ilmu sosial
18 Perbaikan kinerja mengajar melalui penjaminan mutu pembelajaran
Dokumen aktivitas peneletian pendidik
Sekolah melaksanakan penjaminan mutu proses pembelajaran
1 Menetapkan tujuan 2 Menetapkan indikator dan
kriteria mutu bertaraf internasional
3 Mengembangkan instrumen penjaminan
4 Melakukan proses penjaminan dan pengolahan data
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
19 Tenaga pendidik menunjukkan keteladanan
Data kehadiran pendidik dan tenaga kependidikan
Persentase tingkat kehadiran pendidik dan tenaga kependidikan dlm menunaikan tugas.
1 > 98 % 2 97,1 - 98 % 3 96,1 - 97 % 4 95,1 - 96 % 5 < 95 %
71
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
No.
20 Penerapan tata tertib guru yang ditetapkan sekolah
Dokumen tata tertib yang telah disahkan sekolah
Sekolah memiliki tata tertib guru
1 Terdapat dokumen tata tertib yang disahkan sekolah
2 Terdapat sanksi pelanggaran 3 Terdapat reward atas prestasi 4 Guru tidak menerima
gratifikasi 5 Terdapat komisi disiplin
21 Penerapan tata tertib siswa yang ditetapkan sekolah
Dokumen tata tertib yang telah disahkan sekolah
Sekolah memiliki tata tertib siswa
1 Terdapat dokumen tata tertib yang disahkan sekolah
2 Terdapat bukti efektif data pelanggaran
3 Terdapat reward atas prestasi 4 Terdapat sanksi pelanggaran 5 Terdapat komisi disiplin
22 Pengembangan usaha kewirausahaan
Adanya lembaga usaha yang beroperasi
Sekolah memiliki lembaga atau kegiatan usaha
1 Memiliki koperasi siswa 2 Memiliki koperasi guru 3 Memiliki toko koperasi 4 Terdapat kegiatan usaha
produksi 5 Terdapat kegiatan usaha
layanan jasa lain 23 Pengembangan
kerja sama peningkatan mutu pembelajaran dengan sekolah unggul tingkat nasional
Adanya dokumen hasil kerja sama
Sekolah mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul tingkat nasional
1 Pertukaran informasi 2 Pertukaran siswa 3 Pertukaran guru 4 Peningkatan mutu profesi 5 Pengembangan kurikulum
24 Pengembangan kompetensi siswa bertaraf internasional melalui proses pembelajaran
Produk kegiatan belajar
Guru menunjukkan bukti pembelajaran mengembangkan kecakapan
1 Kemampuan komunikasi 2 Memecahkan masalah 3 Menggunakan teknologi 4 Bekerja sama dalam tim kerja 5 Berpikir kreatif
25 Kerja sama pembelajaran dengan sekolah unggul pada negara OECD atau negara maju lainnya
Adanya dokumen hasil kerja sama
Sekolah mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul dari negara OECD atau negara maju lainnya
1 Pertukaran informasi 2 Pertukaran siswa 3 Pertukaran guru 4 Peningkatan mutu profesi 5 Pengembangan kurikulum
72
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
No.
26 Pembangunan web sebagai media promosi sekolah yang komunikatif, adaptif dan media inovasi pembelajaran
Materi Web Sekolah mengembangkan web yang berfungsi sesuai tujuan
1 Memiliki web 2 Web dapat diakses 3 Web sebagai media belajar
interaktif 4 Web sebagai forum online
warga sekolah 5 Informasi web terbaharui
secara berkelanjutan 27 Pendayagunaan
TIK dalam kegiatan PBM pada semua mata pelajaran
Aktivitas siswa dalam penggunaan TIK
Siswa menggunakan TIK pada kegiatan belajar
1 Siswa diberi tugas mencari informasi lewat internet
2 Siswa mengupload hasil belajar ke web
3 Siswa mengumpulkan tugas melalui email
4 Siswa melakukan diskusi di forum web sekolah
5 Siswa memiliki networking internasional
28 Pengembangan alat peraga pembelajaran berbasis TIK yang setara dengan sekolah unggul di negara OECD atau negara maju lainnya
Alat peraga digital
Guru mengelola alat peraga pembelajaran berbasis TIK secara aktif
1 Guru dapat menggunakan komputer/laptop
2 Guru membuat media pembelajaran
3 Meningkatkan kemampuan menggunakan alat peraga
4 Bertukar alat peraga 5 Memiliki dokumen atau
menyimpan alat peraga 29 Penggunaan
referensi sumber belajar siswa berbahasa Inggris
Sumber belajar pada RPP guru
Siswa menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris dalam pembelajaran
1 Bahasa Inggris 2 Matematika 3 Biologi 4 Kimia 5 Fisika
30 Pelaksanaan pembelajaran sains, matematika dengan bahasa pengantar bahasa Inggris.
Penggunaan bahasa Inggris oleh guru
Guru melaksanakan pembelajaran berpengantar bahasa Inggris
1 Ilmu sosial 2 Matematika 3 Biologi 4 Kimia 5 Fisika
73
5. Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian adalah proses menilai suatu objek dengan menampilkan hubungan
sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut, Stufflebeam
mengatakan bahwa penilaian adalah proses menggambarkan, memperoleh dan
menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan, 1) Perbaikan
sistem pembelajaran, 2) Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat, dan
3) Penentuan tindak lanjut pengembanhan53.
Pangertian dan cakupan evaluasi diatas sesuai dengan standar penilaian
sebagaimana yang terdapat dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Tentang Standar
Peenilaian, penilaian digunakan dalam konteks yang lebih luas dan bisa dilaksanakan
oleh pihak eksternal (oleh pihak yang berada diluar sistem), seperti: pemerintah, badan
akreditasi, dan lain-lain. Istilah evaluasi atau penilaian mempunyai makna; we used the
world evaluation to designate summing-up process in wich value judgement play a
large part, as in grading and promoting students (Stanley and Hopkins, 1978)54.
Evaluasi mempunyai pengertian sebagai suatu kegiatan yang menetukan keberadaan
nilai, seperti baik-buruk atau efektif-tidak efektif, terhadap objek yang dievaluasi sesuai
dengan tolak ukur tertentu, berdasarkan informasi atau data yang dikumpulkan dengan
menggunakan cara-cara secara ilmiah yang dianggap sahih.
Informasi atau data yang digunakan dalam penilaian mempunyai peran besar
terhadap ketepatan pemberian nilai. Penilaian yang menggunakan data yang mencakup
berbagai aspek (komperhensif) akan menghasilkan penggambaran tenang keberadaan
nilai objek yang penilaian secara lebih tepat. Dalam penilaian ada lima faktor yang
53 Dikutip dari Stufflebeam (1972) oleh: Suharsimi Arikunto, ibid., 49. 54 Dikutip oleh: R. Ibrahim dan Mohammad Ali, Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Pedagogiana Press,
2007), hlm. 104.
74
harus diperhatikan.
a. Penilaian berkaitan dengan kegiatan pemberian nilai (value), yaitu derajat
kebaikan atau mutu dari objek yang dinilai.
b. Pemberian nilai seadanya digunakan untuk kepentingan sumatif, yaitu untuk
mencari bahan-bahan umpan balik yang akan digunakan untuk melakukan
perbaikan terhadap proses.
c. Nilai yang diberikan mengacu pada suatu patokan tertentu, dengan pilihan a)
kriteria ditetapkan terlebih dahulu, b) norma yang bersifat relatif disesuaikan
dengan data yang diperoleh, c) gabungan kedua patokan tersebut.
d. Pemberian nilai didasarkan atas data yang dikumpulkan melalui teknik-teknik,
seperti: pengujian, pengamatan, wawncara, dan hasil pekerjaan.
e. Hasil secara tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya (akurat dan
objektif)55.
Tujuan dan fokus penilaian terdiri dari empat macam, yaitu: penilaian program,
penilaian proses, penilaian hasil, dan penilaian dampak. 1) penilaian program
difokuskan pada program pendidikan berupa program yang dirancang untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti: kurikulum, tata tertib, dan lain-lain. 2) penilaian proses
difokuskan kepada proses pendidikan yang dilaksanakan serta berbagai variable yang
terlibat dalam proses pendidkan tersebut, seperti: interaksi edukatif, sarana prasarana,
budaya, dan sebagainya. 3) penilaian hasil, fokus utama penilaian pendidikan pada
hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil ini sering juga disebut penilain outcomes.
Penilaian ini akan diketahui setelah peserta didik memanfaatkan hasil belajar dalam 55 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm 49.
75
berbagai aktifitas dan konteks56.
Sedangkan standar peniaian R-SMA-BI harus memiliki kriteria yang lenih tinggi
dari standar penilaian PPRI N0. 19 thn 2005. Oleh karena itu untuk mengukur standar
penilaian mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan
sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Tabel: 2.12 Indikator Operasional Standar Penilaian57
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Perumusan instrumen penilaian sesuai dengan indikator keberhasilan belajar siswa
RPP Sekolah merumuskan instrumen penilaian yang termuat atau terlampir dalam RPP
1 Tes objektif 2 Tes uraian 3 Tes unjuk kerja 4 Portofolio 5 Non tes (anecdotal record,
event sampling, check list, etc.)
2 Pelaksanaan standar penilaian proses
Dokumen administrasi pengelolaan penilaian proses
Guru melaksanakan penilaian proses
1 Terdapat buku nilai 2 Terdapat hasil penilaian 3 Pengolahan nilai 4 Adanya tindak lanjut
remedial 5 Adanya tindak lanjut
pengayaan 3 Pelaksanaaan
penilaian hasil belajar siswa
Dokumen administrasi pengelolaan penilaian proses
Guru melaksanakan penilaian hasil belajar siswa
1 Ulangan harian 2 Ulangan tengah semester 3 Ulangan akhir semester 4 Ulangan kenaikan kelas 5 Ujian sekolah 4 Penggunaan hasil
penilaian belajar untuk perbaikan proses pembelajaran dalam rapat dewan pendidik
Notula rapat dewan pendidik
Sekolah melaksanakan perbaikan proses pembelajaran berdasarkan hasil penilaian belajar
1 Melakukan analisis hasil ulangan
2 Menyusun kegiatan tindak lanjut
3 Melakukan tindak lanjut (pengayaan, remedial)
4 Menganalisis kesulitan belajar siswa
5 Memberi bantuan belajar siswa
56 R. Ibrahim dan Mohammad Ali, Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Pedagogiana Press, 2007), hlm. 104. 57 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.
76
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
5 Penyelenggaraan supervisi secara terprogram
Program dan laporan pelaksanaan supervisi
Sekolah memprogram dan melaksanakan supervisi
1 Terprogram 2 Terlaksana 3 Terdapat catatan hasil 4 Terdapat catatan refleksi 5 Terdapat catatan tindak
lanjut 6 Penggunaan hasil
supervisi untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran
Catatan tindak lanjut supervisi
Kepala sekolah menentukan tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi
1 Terdapat program supervise
2 Terdapat hasil supervise 3 Melibatkan guru senior 4 Terdapat rumusan tindak
lanjut 5 Terdapat pelaksanaan
tindak lanjut 7 Pengembangan
model penilaian dengan menggunakan soal-soal seleksi masuk perguruan tinggi bertaraf internasional
Himpunan soal-soal seleksi masuk perguruan tinggi bertaraf internasional
Sekolah menghimpun informasi tentang soal-soal yang digunakan dalam seleksi masuk perguruan tinggi
1 Memiliki dokumen soal 2 Melakukan kajian
kesesuaian soal dengan kurikulum
3 Mengembangkan penilaian sesuai standar masuk perguruan tinggi
4 Memiliki dokumen perkembangan hasil penilaian
5 Melakukan perbaikan berkelanjutan
8 Pengembangan model penilaian dengan soal-soal dari lembaga penyelenggara olimpiade internasional
Himpunan soal-soal olimpiade sains internasional yang digunakan sebagai rujukan
Sekolah menggunakan soal olimpiade sebagai rujukan mutu tingkat internasional yang ditulis dalam bahasa Inggris
1 Memiliki dokumen model soal
2 Mengembangkan kompetensi pendidik menguasai soal-soal bertaraf internasional
3 Bekerja sama dengan tenaga ahli dlm sains
4 Meningkatkan kemampuan siswa menjawab soal-soal bertaraf nasional dan internasional.
5 Mengevaluasi kinerja siswa dalm menjawab soal
9 Pelaksanaan kerjasama dalam meningkatkan standar penilaian bertaraf internasional
Dokumen kerja sama dalam melakukan peingkatan standar penilaian
Melakukan kerjasama dalam meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul / lembaga dari negara OECD
1 Memiliki program
2 Terdapat dokumen kesepakatan
3 Adanya dokumen pelaksanaan kegiatan
4 Adanya penjaminan mutu dalam penilaian
5 Adanya produk kegiatan
77
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
No.
10 Pelaksanaan perbaikan mutu melalui kegiatan penjaminan mutu dalam meningkatkan standar penilaian bertaraf internasional
Dokumen perbaikan mutu dalam melakukan peningkatan standar penilaian
Sekolah memanfaatkan tenaga ahli dalam penjaminan mutu untuk meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul bertaraf intenasional
1 Bekerja sama dengan tenaga ahli
2 Terdapat rujukan mutu bertaraf internasional
3 Adanya dokumen pelaksanaan kegiatan
4 Adanya penjaminan mutu dalam penilaian
5 Adanya produk kegiatan
6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. pendidik
Gambaran tentang pendidik secara umum memiliki arti orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi
anak didik, senada dengan ini Fadhil al Jamili mengartikan pendidik adalah orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehinga terangkat derajat
kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimilik manusia. Marimba
mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertangung jawaban sebagai
pendidik,yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertangung jawab
tentang pendidikan peserta didik58. Dari definisi di atas tentang pendidik
mengindikasikan bahwa pendidik adalah suatu profesi dimana profesi tersebut
memiliki kemampuan (kompetensi), mempunyai tugas, mengarahkan dan untuk
mendidik peserta didik.
Berdasarkan dari definisi pendidik pula, maka profesi guru menuntun akan
adanya tanggung jawab, kompetensi, dan tugas yang harus dimiliki dan dijalani oleh
pendidik, sehingga kualitas dan mutu pendidik ditentukan oleh kemampuannya, 58 H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 125-128.
78
menjalankan tugas sebagai pendidik, dan memiliki tanggung jawab untuk tercapainya
tujuan pendidikan. Maka dari sinilah melahirkan kriteria dan persyaratan profesi
pendidik, hal ini digunakan untuk kualias dan mutu kemampuan pendidik dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Guru mempunyai tugas ganda yang luas, baik di sekolah, di keluarga maupun di
masyarakat. Guru yang baik dan efektif ialah guru yang dapat memainkan semua
perannya dengan baik. Menurut Amstrong dalam bukunya Secondary Education
peranan guru ada 659, yaitu:
1) Guru sebagai instruktur. Tanggung jawa instrusional guru ialah berlangsunnya
interaksi belajar mengajar60.
2) Guru sebagai manajer. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, guru sebagai
pendidk dalam proses belajar-mengajar sangat dituntut kemampunya dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi seluruh
kegiatannya. Dengan demikianguru sebagai manajer bertanggung jawab untuk
mengatur semua tugas-tugasnya dalam mendidik anak di kelas.
3) Guru sebagai pembimbing. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan
faktor utama. Sehubungan dengan perannya sebagai pembimbing, seorang guru
harus:
a) Mengumpulkan data tentang siswa
b) Mengamati tingah laku siswa
c) Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
d) Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara
59 David G. Amstrong dan Tom V. Savage, secondary Education, (New York: Macmillan Publishing,
1983), hlm 91. 60 David G. Amstrong dan Tom V. Savage, secondary.hlm 98.
79
individy maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang
perkembangan pendidikan anaknya
e) Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk
membantu memecahkn masalah siswa.
f) Membuat catatan pribadi siswa
g) Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu61.
4) Guru sebagai evaluator, penilaian merupakan suatu keharusan bagi seorang guru,
untuk mengukur berapa jauh ketercapaian tujuan pembelajaran. Seorang guru
dalam menjalankantuges kesehariannya, yaitu mendidik, tidak akan luput dari
penilaian, baik aspek kognitif, psikomotori maupun afetif. Ketiga aspek ini dapat
terwujud dengan baik jika seorang guru selama menjalankan tugasnya melakukan
penilaian dengan baik62.
5) Guru sebagai angota organisasi profesi. Tujuan utama dari organisasi profesi adalah
membantu para guru untuk meningkatkan profesinya, karena bagaimanapun juga
persoalan pendidikan yang begitu kompleks tidak akan bisa diselesaikan dengan
beberapa guru tanpa melalui organisasi profesi. Dengan ini peranan dan
tanggungjawab guru akan semakin jelas dan terarah.
6) Guru sebagai spesialis hubungan masyarakat, guru harus mampu memainkan peran
sebagai spesialis hubungan masyarakat, terutama dalam bekerja sama dengan orang
tua siswa. Pandangan-pandangan masyarakat yang bersifat positif dan bersifat
negative terhadap sekolah cenderung tergantung pada bagaimana masyarakat
tersebut memandang sekolah. oleh karena itu, para guru harus tetap menjaga
61 Udin Saefuddin Sa’ud dan Mulyani Sumantri, Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam Ilmu dan
Apikasi Pendidikan, (Bandung: Pedagogiana Press, 2007), hlm. 1113. 62 Udin Saefuddin Sa’ud dan Mulyani Sumantri, Pendidikan Dasar dan Menengah,), hlm. 1118.
80
hubungan yang terbuka dan positif dengan para orangtua siswa di mana anak-anak
mereka bersekolah63.
b. Tenaga Kependidikan
pada aspek tenaga kependidikan hal yang esensial ada pada kepemimpinan
SMA atau kepala SMA. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan merupakan
faktor kunci keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti dalam
manajemen kependidikan. Maju mundurnya suatu organisasi banyak dipengaruhi oleh
faktor kepemimpinan, kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila
dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang jujur, bertangung jawab, transparan, cerdas,
memahami tugas dan kewajibannnya, memahami anggota, mampu memotivasi, dan
berbagai sifat yang baik dalam diri seorang pemimpin.
Ada tiga pendekatan tentang studi kepemimpinan. Pertama, studi
kepemimpinan yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai sifat para pemimpin,
yakni dalam usaha menjawab pertanyaan “How one becomes a leader”. Kedua, studi
kepemimpinan yang menekankan pada berbagai perilaku pemimpin, yaitu untuk
memberikan jawaban atau pertanyaan “How leader behave”. Dan ketiga, studi
kepemimpinan kontingensi, yaitu studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha untuk
memenuhi jawaban atas pertanyaan “What makes the leader effective”64.
Menurut Hemhiel dan Coons (1957:7) bahwa kepemimpinan adalah perilaku
dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu
tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal). Sedangkan menurut Raum dan
Behling (1984:46) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
63 David G. Amstrong dan Tom V. Savage, hlm. 98. 64 Wahjosumidjo, Motivasi dan Kepemimpinan, (Jakarta Bumi Aksara , 1993, hlm. 12.
81
aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.
Kepemimpinan adalah sebuah proses member arti (pengarahan berarti) terhada usaha
kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakuan usaha yang diinginkan
untuk mencapai sasaran (Jacobs and Jacques, 1990: 281). Lebih lanjut ditegaskan
Kuozes dan Posner (1993: 11) menyatakan “Leadership is a relationship, one between
constituent and leader that is based in mutual needs and interest.” Sebagai hubungan
antara anggota-anggota organisasi dan pemimpin, maka kepemimpinan berlangsung
atas dasar adanya saling membutuhkan dan mnat yang sama dalam rangka mencapai
tujuan65.
Wahdjo Sumidjo menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai
kepemimpinan pada haketnya memberikan makna:
1) Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa
sifat-sifat tertentu seperti kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan
kesanggupan (capability).
2) Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
3). Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau nteraksi antara
pemimpin, pengikut dan situasi66.
Memahami pengertian kepemimpinan dari sudut para pakar akan memberikan
gambaran bahwa kepemimpinan merupakan suatu peran yang sangat penting dalam
manajemen pendidikan. Berbagai pengertian, konsep, teori dan praktik kepemimpinan
dalam manajemen pendidikan bertujuan agar pendidikan dapat mencapai tujuan
65 Wahdjo Sumidjo, Motivasi dan hlm. 122-138 66 Wahdjo Sumidjo, Motivasi dan , hlm. 147
82
pendidikan secara efektif dan efisien. Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta tuntutan masyarakat tehadap mutu pendidikan menuntut
kepemimpinan yang efektif. Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan adalah
bagaimana ia mampu berperan secara efektif dalam mendorong dan pelopor perusahaan
organisasi menuju organisasi yang bermutu. Upaya memperbaiki mutu dalam suatu
organisasi sangat dipengaruhi oleh mutu kepemimpinan yang efektif. Dukungan dari
anggota akan uncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya benar-benar bermutu atau
unggul.
Sekolah hanya akan maju apabila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner,
memiliki keterampilan manajerial, serta integritas kepribadian dalam melaksanakan
perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai
dengan iklim organisasinya67. Kepala sekolah akan dapat memainkan perannya secara
efektif apabila memaami dbudaya sekolah yang dipimpinnya. Perubahan budaya yang
berorientasi kepada mutu harus dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. kepala
sekolah harus memainkan kepemimpinan yang demokratis, transparan, jujur,
bertanggungjawab, menghargai guru dan staf, bersikap adil, dan bersikap terpuji
lainnya yang tertanam dalam diri dan dirasaka oleh warga sekolahnya. Kepala sekolah
terbuka menerima kritik dan masukan dari guru, staf TU, para siswa dan orang tua
tentang budaya yang berkembang di sekolah.
Kepemimpinan mutu pendidikan akan mampu menggerakan organisasi agar
program dan tujuan yang telah ditetapkan bersama dapat tecapai. Demikan pula dengan
gerakan utu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau menumbuh
kembangkan budaya mutu (quality culture) harus ditopang oleh peran kepemimpinan
67 Syarafuddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 50.
83
yang bermutu.
Dalam pandangan Peters dan Austins menyatakan bahwa kepemimpinan untuk
meraih mutu dalam sekolah unggul yang harus diperhatikan oleh pemimpin pendidikan
meliputi hal-hal berikut:
1) Vision and Symbolic. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai lembaga
terhadap staf, pelajar-pelajar, dan masyarakat luas.
2) Management by Walking about (MBWA), yaitu suatu cara bagi pemimpin untuk
memahami, berkomunikasi dan mendiskusikan proses yang berkembang dalam
lembaga dengan tidak hanya duduk di meja kerjanya.
3) For the kids, yaitu perhatian yang sungguh-sungguh kepada semua anggota
lembaganya, baik pelajar (primary customer) maupun pelanggan lain.
4) Autonomy, experimrntations and support for failure, yaitu memiliki autonomi, suka
mencoba hal baru, dan memberikan dukungan bagi sikap inisiatif dan inovatif
untuk memperbaiki kegagalan.
5) Create a sense of family, yaitu cara untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan
diantara sesama guru, pelajar, karyawan, dan setiap pemimpin lainnya.
6) Sense of the whole, rhytme passion, intensity, and enthusias, yaitu menumbuhkan
rasa kebersamaan, keinginan, semangat, potensi diri setiap staf.68
Dalam mewujudkan perbaikan mutu pendidikan berkelanjutan, maka yang
diperlukan adalah pemimpin yang hanya tidak berhasil (success), tetapi juga yang
efektif (effective). Pemimpin yang efektif dalam organisasi pendidikan adalah mereka
yang memberikan pengaruhnya dan orang lain bergerak kearah tujuan secara sukarela
dan senag tanpa merasa terpaksa. Pengaruh ini berkelanjutan untuk mewujudkan mutu
68 Dikutip ole Syaparuddin, Manajemen terpadu, hlm. 57.
84
pendidikan, sehingga kinerja sekolah dapat dirasakan para pelangan pendidikan dari
lulusan yang bermutu.
Dalam pandangan Hoy dan Miskel menyatakan bahwa pendekatan kontingensi
melihat keefektifan pemimpin terletak pada antara kesesuaian karakteristik kepribadian
pemimpin dengan variable situasional yang meliputi tugas, posisi kekuasaan,
keterampilan dan sikap bawahan. Oleh sebab itu menurut teori ini tidak ada satu pun
gaya kepemimpinan yang terbaik. Lebih lanjut menegaskan bahwa menjadi seorang
pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seorang menjadi pemimpin
karena keadaan yang bersangkutan berada pada tempat dan situasi yang tepat atau
karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang
keluarga dan kekayaan69.
Kajian tentang efektivitas kepemimpinan telah menarik perhatian para pakar
organisasi dan para pemimpin khususnya. Para pakar ataupun peneliti mencoba melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin dalam memimpin. Reitz
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi eetivitas pemimpin meliputi: (1)
kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan, (2) harapan dan perilaku
atasan, (3) karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan, (4) kebutuhan tugas, (5) iklim
dan kebijakan organisasi, dan (6) harapan dan perilaku rekan70.
Menurut Covey (1997: 26) dalam bukunya “The Principle Centered
Leadership”, seorang pemimpin yang efektif memiliki prinsip-prinsip dalam
membangun organisasinya. Prinsip adalah bagian dari kondisi, kesadaran, dan suara
hati. Prinsip dapat menimbulkan kepercayaan dan merupakan kompas yang
69 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational , hlm. 465. 70 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational , hlm. 479.
85
menunjukan arah, panduan yang tidak berubah. Prinsip muncul dalam bentuk ide, nilai,
norma dan ajaran yang meninggikan, memuliakan, memberdayakan, dan member
inspirasi kepada manusia. Prinsip juga merupakan pusat atau sumber utama sistem
penunjang hidup yang ditunjukan oleh empat dimensi dasar yaitu rasa aman, panduan,
sikap bijak dan kekuatan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam pengembangan R-SMA-BI
harus memiliki standar yang lebih tinggi dari standar sekolah standar nasional. Oleh
karena itu, untuk mengukur standar pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai
beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya.
Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Tabel, 2.13 Indikator Operasional Standar Pendidik 71
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Kesesuaian tugas mengajar dengan latar belakang bidang studinya
Dokumen data pegawai
Persentase relevansi latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diampunya (data kepegawaian)
1 > 80 % 2 60,1 - 80 % 3 40,1 - 60 % 4 20,1 - 40 % 5 0 - 20 % 2 Program pelatihan
peningkatan kompetensi profesi dalam pembelajaran (penguasaan materi, metode, peraga, sumber belajar dan teknik evaluasi)
Dokumen program peningkatan kompetensi guru
Sekolah melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi guru
1 Penguasaan materi pelajaran
2 Penguasaan metode pembelajaran
3 Pengembangan peraga pembelajaran
4 Pendayagunaan sumber belajar
5 Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
71 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.
86
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
3 Penerapan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Program Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Guru melaksanakan PTK
1 Pengembangan PTK terprogram
2 Terlaksana, tiap tahun terdapat hasil kegiatan
3 Terdapat catatan hasil 4 Terdapat catatan
refleksi 5 Terdapat perbaikan
mutu pembelajaran 4 Penerapan model
lesson study Dokumen laporan pelaksanaan
Persentase Guru yang telah melaksanakan model perbaikan mengajar melalui lesson studi
1 > 80 % 2 60,1 - 80 % 3 40,1 - 60 % 4 20,1 - 40 % 5 0 - 20 % 5 Peningkatan
kompetensi guru Sistem dokumen yang menunjukkan pelaksanaan dan hasil pembinaan
Sekolah menunjukkan bukti kinerja pembinaan pada berbagai ranah kompetensi
1 Indikator kompetensi professional
2 Indikator kompetensi pedagodik
3 Indikator kompetensi kepribadian
4 Indikator kompetensi social
5 Indikator kompetensi kepemimpinan
7 Peningkatan kompetensi guru dalam pemberdayaan TIK untuk kegiatan pembelajaran
Program peningkatan kompetensi guru dalam penggunaan TIK
Persentase guru yang terlatih menggunakan TIK aplikasi TIK dalam pembelajaran
1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20%
8 Penyampaian materi pelajaran dengan dukungan komputer dan LCD
Materi belajar yang dikelola dalam dokumen digital
Persentase guru yg menyajikan materi pelajaran berbaisis TIK
1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20% 9 Pemberdayaan
akses informasi melalui jaringan internet
Materi belajar pada RPP
Guru memberdayakan materi pelajaran berbahasa Inggris dari internet
1 Mengakses materi ajar dari internet
2 Menggunakan soal dari internet
3 Merumuskan masalah dari internet
4 Menghimpun alternatif pemecahan masalah dari internet
5 Mengembangkan inovasi dengan menggunakan internet
87
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
10 Penggunaan
sumber belajar guru berbahasa Inggris
Buku, jurnal, artikel, majalah, web
Guru mapel meningkatkan kompetensinya dengan menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris
1 Matematika 2 Biologi 3 Kimia 4 Fisika 5 Ilmu sosial
11 Peningkatan fasilitas guru untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana (untuk meraih S2/S3) pada perguruan tinggi dengan program studi berakreditasi A
Data guru yang telah melanjutkan pendidikan S2/S3
Persentase guru yang melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dan S3
1 > 15,1 %
2 10,1 -15 %
3 5,1- 10 %
4 0 - 5 %
5 0
12 Kriteria minimal 30% guru memiliki ijazah pascasarjana dari program studi berakreditasi A
Data ijasah pascasarjana pada program studi berakreditasi A
Persentase guru yang memiliki ijazah pascasarjana dari program studi berakreditasi A
1 > 15,1 % 2 10,1 -15 % 3 5,1- 10 % 4 0 - 5 % 5 0
13 Kriteria minimal 75% guru mengikuti pelatihan pendalaman materi pada bidang studi yang relevan
Data guru yang mengikuti pelatihan
Persentase guru yang telah mengikuti diklat pendalaman materi dalam 2 tahun terakhir
1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20%
Tabel: 2.14 Indikator Operasional Standar Tenaga Kependidikan 72
N0 Komponen SNP Bukti fisik/ Dokumen
Indikator operasional Alat Ukur
1 Ijazah S-1 Kepala
TAS dalam bidang administrasi pendidikan atau bidang yang relevan
Data pendidikan pegawai
Sekolah memiliki Kepala Tata Administrasi Sekolah yang berijazah S-1 di bidang administrasi pendidikan pendidikan Kepala TU
1 S1 atau S2
2 Diploma 3
3 Diploma 2
4 Diploma 1
5 SLTA
72 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.
88
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
2 Latar belakang pendidikan tenaga kependidikan
Data pendidikan pegawai
Persentase tenaga kependidikan berdasarkan latar belakang pendidikan S1
1 60,1 - 80% 2 40,1 - 60% 3 20,1 - 40% 4 0 - 20% 5 0 3 Penggunaan TIK
dalam mengelola administrasi
Aplikasi sistem administrasi sekolah (contoh PAS)
Sekolah mengelola administrasi berbasis TIK
1 Administrasi umum 2 Keuangan 3 Ketenagaan 4 Sarana dan prasarana 5 Kesiswaan 4 Pemahaman
bahasa Inggris dalam pelaksanaan tugas
Kemampuan berbahasa Inggris staf TU
Jumlah staf Tata Usaha yang memahami bahasa Inggris
1 lima orang atau lebih 2 empat orang 3 tiga orang 4 dua orang 5 satu orang 5 Kompetensi tenaga
administrasi Program yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas
Memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan perangkat lunak TIK
1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Operator PAS / SIM l 5 E-mail 6 Kompetensi tenaga
kepustakaan Program yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas
Sekolah memiliki tenaga kepustakaan yang mampu menggunakan perangkat lunak TIK
1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Operator PAS (SIM) 5 E-mail/searching
internet 7 Teknisi sumber
belajar yang berkompeten
Ada tidak adanya teknisi sumber belajar
Sekolah memiliki tenaga teknis pengelola sumber belajar yang berkompeten
1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Web site 5 E-mail/searching
internet 8 Tenaga laboran
yang berkompeten Adanya penggunaan TIK tenaga laboran
Sekolah memiliki tenaga laboran yang menggunakan perangkat lunak TIK
1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Aplikasi flash/GIF 5 E-mail/ internet 9 Tenaga konselor
yang berkompeten Penggunaan TIK di ruang bimbingan konseling
Sekolah memiliki tenaga konselor yang mampu menggunakan perangkat lunak TIK
1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Pengelolaan web 5 E-mail/searching
internet
89
Tabel: 2.15 Indikator Operasional Standar Kepala Sekolah 73
N0 Komponen SNP Bukti Fisik/
Dokumen Indikator
Operasional Alat Ukur
10 Ijazah kepala sekolah dari pascasarjana program studi yang berakreditasi A
Copy ijazah Berijasah S2/S3 dari lembaga pendidikan berakreditasi A
1 S3 pendidikan
2 S3 non-pendidikan
3 S2 pendidikan
4 S2 non-pendidikan
5 S1
11 Nilai TOEFL minimal 500
Sertifikat TOEFL/TOEIC kepala sekolah dalam dua tahun terakhir
Sertifikat ujian TOEFL/TOEIC dalam dua tahun terakhir
1 > 500
2 476 – 500
3 451 – 475
4 425 – 450
5 < 425
12 Kompetensi berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara aktif
Daya komunikasi kepala sekolah dalam berbahasa Inggris
Kepala sekolah memiliki kemampuan berbahasa Inggris aktif
1 Bercakap menggunakan bahasa Inggris
2 Mengirim surat berbahasa Inggris
3 Mendapat surat-surat berbahasa Inggris
4 Menyampaikan ide dalam bahasa Inggris
5 Menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris
13 Pengalaman mengikuti kegiatan dinegara anggota OECD atau negara maju lainnya
Bukti kunjungan (contoh : foto, dokumen surat)
Kepala sekolah melakukan kunjungan ke sekolah negara OECD atau negara maju lainnya
1 4 kali atau lebih
2 3 kali
3 2 kali
4 1 kali
5 belum pernah
14 Pengelolaan sumber daya pendidik dan kependidikan untuk mewujudkan tujuan sekolah
Dokumen program
Melakukan kunjungan dlm 2 thn terkhir ke sekolah unggul di negara OECD utk peningkatan profrsinya
1 4 kali atau lebih
2 3 kali
3 2 kali
4 1 kali
5 Belum pernah
73 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.
90
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
15 Penguatan keyakinan seluruh anggota komunitas dapat mewujudkan target pembaharuan
Keunggulan kompetitif sekolah yang sedang ditingkatkan mutunya.
Kepala Sekolah meyakinkan komunitas sekolah dapat mewujudkan target
1 Meyakinkan kepada orangtua
2 Meyakinkan kepada siswa 3 Meyakinkan kepada guru 4 Meyakinkan komite
sekolah 5 Meyakinkan kepada
masyarakat 6 Meyakinkan lembaga
eksternal 16 Penunjukan diri
sebagai model pembelajar
Bukti fisik produk kegiatan belajar kepsek
Kepala sekolah menunjukkan diri sebagai model pembelajar
1 Mengkomunikasikan hasil pelatihan
2 Mensosialisasikan hasil studi banding
3 Memakai rujukan teori dalam bekerja
4 Pengguna internet 5 Menjadi nara sumber guru
dan siswa 17 Pengembangan
kewirausahaan dalam pengelolaan sekolah
Adanya dokumen hasil kegiatan usaha
Persentase kontribusi dari produk kewirausahaaan pada RAPBS per tahun
1 > 3,1 % 2 2,1 - 3 % 3 1, 1 - 2 % 4 0 -1 % 5 0
18 Kemudahan guru dalam melanjutkan pendidikan
Bentuk dukungan kepala sekolah terhadap guru dan tenaga kependidikan
Sekolah memfasilitasi guru dalam melanjutkan pendidikan
1 Membiayai guru 100% 2 Membiayai guru 75% 3 Membiayai guru 50% d 4 Membiayai guru 25% 5 Mengeluarkan surat ijin
19 Kemudahan guru dalam menggunakan sarana dan prasarana TIK untuk mengoptimalkan kinerja pembelajaran
Adanya perangkat keras untuk guru
Sekolah memfasilitasi guru dengan sarana dan prasarana TIK
1 LAN ke ruang guru 2 Perangkat computer 3 Akses internet 4 SIM administrasi
pembelajaran 5 CD/VCD
pembelajaran/flash disk
20 Pemenuhan fasilitas belajar siswa untuk mengembangkan potensi diri secara optimal
Sarana belajar yang siswa gunakan
Sekolah menyediakan sarana pengembangan potensi siswa
1 Penyediaan sarana olahraga
2 Penyediaan sarana kesenian
3 Penyediaan sumber belajar
4 Mengirim siswa pada pertemuan ilmiah
5 Menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler
91
No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
21 Pelaksanaan supervisi akademik secara berkala
Dokumen program supervise
Kepala sekolah melaksanakan supervise
1 Melakukan supervisi kelas secara berkala
2 Memeriksa perencanaan belajar
3 Memantau permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran
4 Memantau pemberdayaan sarana
5 Memantau hasil belajar siswa
22 Publikasi karya tulis atau hasil penelitian
Dokumen karya tulis
Dokumen karya tulis atau hasil penelitian yang dipublikasikan
1 Tingkat internasional 2 Tingkat nasional 3 Tingkat provinsi 4 Tingkat kabupaten/kota 5 Tingkat sekolah
23 Kerja sama yang produktif dengan komite sekolah
Adanya dokumen kegiatan rapat dengan komite sekolah
Sekolah melaksanakan kerjasama bersama komite dalam mengambil keputusan
1 Penyusunan/ penetapan rencana kerja jangka menengah
2 Penyusunan/ pengesahan RAPBS
3 Rapat kerja sekolah 4 Menggali sumber dana 5 Pengawasan pengelolaan
keuangan 7. Standar Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti
gedung, ruang belajar/kelas, alat media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah74. dengan demikian dapat ditarik satu kesimpulan fungsi
sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua barang yang secara langsung
maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan
74 Afifudin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Insan Mandiri, 2004), hlm. 192.
92
dalam pendidikan. Keberlngsungan proses pembelajaran akan sangat terbantu dengan
kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran, maka sarana
dan prasarana membutuhkan pengelolaan yang baik agar sarana dan prasarana dapat
dipakai dan sesuai kebutuhan pembelajaran.
Pada hakikatnya tidak ada sarana dan prasarana yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan belajar, maka peran pendidik dan tenaga kependidikan dituntut dalam proses
pencapaian tujuan pembelajaraan diperlukan kesiapan mental, kemauan dan
kemampuan untuk menjelajahi aneka ragam sarana dan prasarana yang ada dan
mungkin ada. Kreatifitas pendidik dan tenaga pendidik sangat dibutuhkan dalam
menyediakan dan menggunakan sarana bukan hanya sekedar canggih dan mewah, akan
tetapi yang terpenting adalah kebermaknaan dan kesesuaian dengan kebutuhan
pencapaian tujuan pendidkan dan pencapaian tujuan pembelajaran. Diadaptasi dari
konsep sumber belajar teori tentang sarana dan prasarana meliputi; perancangan,
fungsi, strategi pemanfaatan, prosedur penggunaan, dan evaluasi pemanfaatan.
Dibawah ini dideskripsikan setiap komponennya75.
a. Perancangan Sarana Prasarana
Dilihat dari segi Perancangannya, secara garis besar sarana dan prasarana dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Sarana prasarana yang dirancang (learning resource by design) yakni sumber-
sumber yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai “komponen
sistem instruksional” untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan
bersifat formal.
2) Sarana prasarana yang dimanfaatkan (learning resources by utililization) yakni
75 AECT, The Definition of Educational Technologi, (Washington DC, 1977), hlm. 122.
93
sarana prasarana yang tidak didesain khusus untuk untuk keperluan
pembelajaran atau keberadaanya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Sarana prasarana yang dimanfaatkan ini adalah
sarana prasarana yang ada di masyarakat seperti: museum, pasar, toko-toko, dan
lainnya yang ada di lingkungan sekitar76.
b. Fungsi Sarana Prasarana
Sarana prasarana mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Sarana prasarana memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifetnya lebih individual
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
4) Lebih memantapkan pembelajaran
5) Memungkinkan pembelajaran secara seketika
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas77.
c. Strategi Pemanfaatan Sarana Prasarana
Strategi dalam menggunakan sarana prasarana, pendidik dan tenaga
kependidikan harus mampu mengidentifikasi karakteristik dari sarana prasarana yang
digunakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
1) Mengidentifikasi karakteristik sarana prasarana yang digunakan. Sarana
prasarana yang ada sangatlah banyak, untuk itu guru harus mampu
mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing sarana prasarana yang
digunakan. Apakah sarana prasarana yang digunakan sesuai dengan
76 Rudi Susilana, Teknologi Pendidikan, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: Pedagodiana
Press, 2007), hlm. 453. 77 Rudi Susilana, teknologi Pendidikan hlm. 459-462.
94
karakteristik materi pelajaran yang diberikan. Arinya, sarana prasarana tersebut
dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran tersebut dengan
lancar (bermakna).
2) Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan denagn tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Sarana prasarana yang digunakan dapat mengoptimalkan
pencapaian suatu kompetensi.
3) Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan guru.
Seorang guru harus memahami kemampuannya dalam hal menggunakan sarana
prasarana. Tanpa memahami karakteristik dan penggunaan sarana prasarana,
proses pembelajaran tidak akan berjalan secara optimal.
4) Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Pemilihan sarana prasarana yang dibutuhkan bermakna dan yang akan menarik
perhatian siswa sehingga diharapkan pembelajaran dapat berjalan optimal78.
d. Evaluasi pemanfaatan Sarana Prasarana
Langkah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi pemanfaatan sarana
prasarana antara lain:
1) Analisis kebutuhan, analisis difokuskan pada kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan dalam pencapaian tujuan pendidikan lebih praktisnya dalam tujuan
pembelajaran.
2) Penetapan sarana dan prasarana, berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan
langkah selanjutnya adalah menetapkan sarana dan prasarana yang akan
digunakan. Kegiatan ini dilakukan melalui konsep dan konstruk yang tersusun
78 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya), hlm. 157.
95
untuk dijadikan rujukan dalam menetapkan sarana dan prasarana.
3) Pengembangan sarana dan prasarana, kegiatan pengambangan dilakukan
dengan cara mengkaji dan meneliti berbagai masukan yang berasal dari
penetapan sarana dan prasarana. Selanjutnya hasil dari pengembangan tersebut
dapat dijadikan bahan bagi kegiatan revisi penggunaan sarana prasarana. Hasil
revisi ini akan digunakan sebagai rujukan pengembangan sarana dan
prasarana79.
Dalam standar nasional pendidikan sarana prasarana merupakan perhatian
yang urgen, kesadaran ini diakibatkan karena untuk memenuhi standar mutu
pendidikan yang lebih baik, hal ini berkonsekwensi pada penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan pendidikan, pada kebijakan
pendidikan nasional standar sarana dan prasarana berkaitan dengan:
1) Sarana prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran
2) Keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA),
laboratorium bahasa, laboratorium computer, dan peralatan pembelajaran lain.
3) Letak lahan pendidikan mempertimbangkan kenyamanan, kecukupan,
keselamatan, kesehatan bagi lembaga pendidikan danlingkungan diluar lembaga
pendidikan.
4) Pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan dengan memperhatikan masa pakai80.
Sedangkan dalam standar sarana prasarana R-SMA-BI harus melibihi srandar
sekolah nasional . Oleh karena itu untuk mengukur standar sarana prasarana
79 Romiszowski, The Selection and Use of Intruksional Media, (New York: Nicholas Pub, 1988), hlm. 144-
148. 80 http://www.depdiknas.go.id/produk_hukum/permen/permen_24_2007.pdf
96
mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat
ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :
Tabel: 2.16 Indikator Operasional Standar Sarana Prasarana 81
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Pemenuhan standar luas lahan
Sertifikat lahan sekolah
Pemenuhan standar luas lahan sekolah dalam ukuran dalam m2
1 ≥ 15000 m2
2 10000 m2 - 14999 m2
3 7500 m2 - 9999 m2
4 6240 m2 - 7449 m2
5 ≤ 6239 m2
2 Pemenuhan standar luas lantai bangunan terhadap peserta didik.
Data inventaris bangunan
Total Luas Bangunan
1 ≥ 8509 m2
2 7800 m2 - 8508 m2
3 7090 m2 - 7799 m2
4 6381 m2 - 7089 m2
5 ≤ 6380 m2
3 Pemenuhan standar keamanan gedung
Fisik bangunan Sekolah memenuhi kriteria standar keamanan gedung
1 Tralis
2 Pagar
3 Hidran
4 Pos jaga
5 Penangkal petir
6 Alarm kebakaran
7 Pintu / tangga darurat
8 Ppemadam kebakaran
4 Luas ruang kelas
Data inventaris bangunan
Sekolah memenuhi kriteria standar luas ruang kelas : Ukuran ruang kelas
1 ≥ 81 m
2 76 m2 - 80 m2
3 71 m2 - 75 m2
4 64 m2 - 70 m2
5 ≤ 63 m2
81 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.
97
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
5 Kondisi ruang kelas
Fisik bangunan Sekolah memiliki ruang kelas dengan kondisi yang memadai
1 Jumlah ruang kelas sesuai dengan rombongan belajar
2 Memiliki simbol-simbol kenegaraan
3 Kapasitas maksimum 32 orang
4 Lampu 4 titik, cahaya cukup untuk membaca
5 Pintu, kunci dan pengamanan ruangan memadai
6 Kelengkapan meja, kursi, lemari, papan tulis
7 Memiliki kelengkapan kebersihan
8 Kebersihan terjaga 6 Ruang kelas
yang dilengkapi dengan perangkat TIK
Fisik bangunan/uji coba perangkat internet
Jumlah ruang kelas dilengkapi dengan akses internet, komputer, LCD proyektor
1 > 80 % 2 60,1 - 80 % 3 40,1 - 60 % 4 20,1 - 40 % 5 0 - 20 %
7 Kelengkapan ruang perpustakaan
Fisik bangunan Sekolah memiliki ruang perpustakaan dengan kualitas yang memadai
1 Ruangan tidak bising 2 Meja sirkulasi 3 Ruang baca 4 Lemari referensi 5 Perangkat TIK 6 Sumber belajar lain 30
judul 7 1 eks buku panduan
/matpel/guru 8 Buku pengayaan 870 judul 9 Buku referensi 30 judul 10 Buku teks 1
eks./matpel/peserta didik ditambah 10 eks/mata pelajaran cadangan
8 Tingkat pemberdayaan perpustakaan sekolah
Dokumen jadwal perpustakaan sekolah dan daftar hadir pengunjung
Jumlah jam pelayanan perpustakaan sekolah per hari (1 jam = 60 menit)
1 ≥ 10 2 8 – 9 3 6 – 7 4 4 – 5 5 ≤ 3
98
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
2 Perabot laboratorium biologi
Blangko Instrumen
Sekolah melengkapi laboratorium biologi dengan perabot yang memadai
1 Listrik 2 Bak cuci 3 Kursi siswa 4 Lemari alat 5 Lemari bahan 6 Ketersediaan air 7 Meja kerja siswa 8 Meja demonstrasi 9 Ruang persiapan
10 Peralatan pendidikan laboratorium biologi
Blangko Instrumen
Sekolah memiliki ruang laboratorium biologi yang memenuhi kriteria standar
1 Alat peraga 2 Media pendidikan 3 Bahan habis pakai 4 Alat dan bahan percobaan 5 Peralatan berfungsi untuk
membantu belajar siswa 11 Perabot
laboratorium fisika
Blangko Instrumen
Sekolah melengkapi laboratorium fisika dengan perabot yang memadai
1 Listrik 2 Bak cuci 3 Kursi siswa 4 Lemari alat 5 Lemari bahan 6 Ketersediaan air 7 Meja kerja siswa 8 Meja demonstrasi 9 Ruang persiapan
12 Peralatan pendidikan laboratorium fisika
Blangko Instrumen
Sekolah memiliki ruang laboratorium fisika yang memenuhi kriteria standar
1 Alat peraga 2 Alat percobaan 3 Bahan percobaan 4 Media pendidikan 5 Peralatan berfungsi untuk
belajar siswa 13 Perabot
laboratorium kimia
Blangko Instrumen
Sekolah melengkapi laboratorium kimia dengan perabot yang memadai
1 Listrik 2 Bak cuci 3 Lemari alat 4 Lemari bahan 5 Lemari asam 6 Kursi siswa 7 Meja kerja siswa 8 Meja demonstrasi
9 Ruang persiapan
10 Ketersediaan air
99
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
14 Peralatan pendidikan laboratorium kimia
Blangko Instrumen
Sekolah memiliki ruang laboratorium kimia yang memenuhi kriteria standar
1 Alat peraga
2 Alat percobaan
3 Bahan percobaan
4 Media pendidikan
5 Peralatan berfungsi untuk membantu belajar siswa
15 Peralatan pendidikan laboratorium bahasa
Blangko Instrumen
Sekolah melengkapi laboratorium bahasa dengan peralatan yang memadai
1 LCD projector
2 CD-DVD pembelajaran
3 Komputer pendukung program
4 Aplikasi program lab bahasa
5 Modul pembelajaran
6 Headset minimal 20 unit
7 Penerangan minimum 4 titik lampu
8 Peralatan kebersihan
9 Soundsistem / pengeras suara
10 Perlengkapan berfungsi untuk belajar siswa
16 Peralatan pendidikan laboratorium computer
Data peralatan ruang computer
Sekolah melengkapi laboratorium komputer dengan peralatan yang memadai
1 Komputer
2 Printer
3 Scanner
4 Akses intenet
5 LAN
6 Server
7 Stabilizer
8 LCD projector
9 CD-DVD pembelajaran
10 Handycam
11 Kamera digital
12 Soundsistem
13 Kelengkapan multimedia (headset, microphone, web camera)
14 Modul praktek
15 Ruang dilengkapi AC
100
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
17 Ruang pimpinan
Data peralatan ruang pimpinan
Sekolah memiliki ruang pimpinan yang memenuhi kriteria standar
1 Tersedia meja pertemuan 2 Dilengkapi CCTV (alat
monitor kelas) 3 Tersedia ruang tamu 4 Penerangan minimum 2
titik lampu 5 Tersedia toilet 6 Tersedia komputer dan
akses internet 7 Lemari dokumen 8 Simbol-simbol kenegaraan 9 Papan statistic 10 Tersedia alat komunikasi
18 Ruang guru Data peralatan ruang guru
Sekolah memiliki ruang guru yang memenuhi kriteria standar
1 Tersedia meja pertemuan 2 Terdapat kamera CCTV 3 Tersedia ruang tamu 4 Penerangan minimum 6
titik lampu 5 Tersedia toilet 6 Tersedia komputer dan
akses internet 7 Locker guru 8 Simbol-simbol kenegaraan 9 Papan statistic 10 Sentral soundsistem 11 Tersedia alat komunikasi
19 Ruang tata usaha
Data perlengkapan
Sekolah memiliki ruang tata usaha yang memenuhi kriteria standar
1 Terdapat kamera CCTV 2 Tersedia ruang tamu 3 Penerangan minimum 4
titik lampu 4 Perangkat administrasi
kehadiran 5 Tersedia komputer dan
akses internet 6 Lemari arsip 7 Simbol-simbol kenegaraan 8 Papan statistic 9 Tersedia alat komunikasi 10 Terdapat penanda waktu
(bel)
101
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
20 Ruang konseling
Data perlengkapan
Sekolah memiliki ruang konseling yang memenuhi kriteria standar
1 Ada meja pertemuan 2 Terdapat kamera CCTV 3 Tersedia ruang tamu 4 Lampu minimum 4 titik 5 Ruang bimbingan pribadi 6 Ruang bimbingan
kelompok 7 Lemari dokumen 8 Simbol-simbol kenegaraan 9 Komp. akses internet 10 Instrumen konseling 11 Buku sumber 12 Media pengembangan
kepribadian 13 Papan statistic 14 Kotak saran / pendapat 15 Tersedia alat komunikasi
21 Ruang UKS Data Perlengkapan UKS
Sekolah memiliki ruang UKS yang memenuhi kriteria standar
1 Tersedia meja layanan 2 Tempat tidur pasien 3 Penerangan minimum 2
titik lampu 4 Lemari obat 5 Alat ukur tingi badan dan
berat badan 6 Lemari dokumen 7 Wastafel 8 Obat-obatan 9 Papan statistic 10 Tabung oksigen 11 Termometer 12 Tensimeter 13 Tandu / kursi roda 14 Tersedia alat komunikasi
22 Ruang OSIS Data perlengkapan ruang OSIS
Sekolah memiliki ruang oraganisasi kesiswaan yang memenuhi kriteria standar
1 Terdapat kamera CCTV 2 Penerangan minimum 2
titik lampu 3 Komputer 4 Struktur organisasi 5 Lemari arsip 6 Simbol-simbol kenegaraan 7 Meja rapat 8 Papan pengumuman
102
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
23 Ruang serbaguna
Data perlengkapan ruang serba guna
Sekolah memiliki ruang serba guna yang memenuhi kriteria standar
1 Podium 2 Sarana pendukung
pertunjukan seni 3 Sarana pendukung
pertunjukan film 4 Kursi minimum 80 5 Panggung 6 Ruang ganti 7 Memiliki langit-langit yang
tinggi 8 Kedap suara 9 Kedap cahaya/memiliki
gorden penutup 10 Penerangan minimum 10
titik 11 Soundsistem 12 LCD projekctor 13 Terdapat kamera CCTV 14 Pintu minimal 2 buah
24 Tempat bermain olahraga yang memenuhi (tersedia dan berfungsi)
Data lapangan Sekolah memiliki tempat olahraga yang memenuhi kriteria standar
1 Jauh/tidak menggangu kegiatan belajar
2 Tidak digunakan untuk parker
3 Permukaan datar 4 Lingkungan bersih 5 Terdapat ruang ganti
pakaian 25 Ruang kesenian Data kondisi
ruangan Sekolah memiliki ruang kesenian yang memenuhi kriteria standar
1 Terdapat peralatan kesenian
2 Kedap suara 3 Penerangan minimal 4 titik 4 Pencahayaan memadai 5 Soundsistem
26 Lingkungan sekolah rindang, bersih, dan nyaman
Data kondisi lingkungan
Sekolah memenuhi kriteria standar lingkungan
1 Aman 2 Bersih 3 Rindang 4 Tertata / rapih 5 Terdapat taman 6 Terdapat bangku taman 7 Tersedia tempat sampah
yang cukup
103
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
27 Penyediaan daya listrik
Copy kuitansi pembayaran listrik
Sekolah memiliki daya listrik yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan kegiatan belajar (waat jam)
1 ≥ 30,000 2 10,000 - 30,000 3 6600 - 10,000 4 4600 - 6,600 5 ≤ 4600
28 Penyediaan jamban
Data kondisi WC
Sekolah memiliki jamban yang sesuai dengan kriteria standar
1 Ruangan bersih
2 Ventilasi memadai 3 Ruangan tidak berbau 4 Berfungsi dengan baik 5 Air bersih tersedia cukup 6 Minimal sesuai jumlah
rombel 7 Saluran pembuangan
tertutup 8 Memisahkan jamban putra
dan putrid 9 Penerangan minimum 1
titik /per ruang 29 Pengembangan
LAN Data kondisi jaringan
Sekolah memiliki jaringan internet yang mendukung kegiatan belajar
1 Tersedia akses ke setiap ruang kelas
2 Jaringan berfungsi optimal 3 Sistem penataan jaringan
rapih 4 Mengakses informasi
dengan cepat 5 Terdapat bukti-bukti
berupa hasil kegiatan 30 Pemenuhan
standar rasio (perbandingan) jumlah komputer yang tersedia disekolah dengan jumlah siswa.
Data jumlah komputer dan data jumlah siswa
Sekolah memiliki komputer dengan jumlah yang memenuhi standar rasio perbandingan. -BI harus us ������������uter : jumlah siswa :
1 1:10 2 1:20 3 1:30 4 1:40 5 1: ≥ 50
104
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
31 Penerapan
sistem perangkat lunak TIK dalam mendukung kinerja pelayanan perpustakaan
Data aplikasi program
Sekolah menerapkan TIK dalam mendukung pelayanan perpustakaan
1 Katalog digital 2 Layanan online database 3 Memiliki dokumen tingkat
pemanfaatan 4 Memiliki koleksi
kepustakaan digital dalam bentuk jurnal, e-books, majalah
5 Siswa dapat memanfaatkan bahan pustaka dari luar ruang perpustakaan sekolah
32 Ruang multimedia
Adanya ruang multi media
Sekolah melengkapi ruang multimedia dengan sarana yang memenuhi kriteria standar
1 AC 2 Televisi 3 Komputer 4 Akses internet 5 LCD projector 6 Handycam 7 Soundsistem 8 Web camera 9 VCD/DVD Player 10 Radio/tape recorder 11 Kamera CCTV/ Kamera
Digital 34 Ruang
penelitian dan rujukan guru ( Teacher Research and Reference Center)
Adanya ruang TRRC
Sekolah melengkapi ruang TRRC dengan sarana yang memenuhi kriteria standar
1 AC 2 Printer 3 Scanner 4 Komputer 5 Handycam 6 Akses internet 7 Buku referensi 8 LCD Projector 9 Lemari dokumen 10 VCD/DVD Player 11 CD-R/DVD-R
8. Standar Pembiayaan
Pendidikan sebagai investasi, yaitu menanamkan modal (jasa atau materi) hari
ini untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dikemudian hari. Dalam Al
Qur’an nilai-nilai investasi banyak diisiratkan diantaranya dalam (Q.S. Al Baqoroh
:261)
105
Pengertian menafakahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk
pendidikan, kepentingan jihad, pembngunan pendidikan, rumah sakit, usahab
penyelidikan ilmiah dan lain-lain”82 Pendidikan juga diartikan jihad yang mempunyai
makna sejumlah pengorbanan harta, waktu dan tenaga. .
Sedangkan teori pembiayaan pendidikan selama ini bermuara dari teori
ekonomi dan teori pendidikan. Menurut Elchanan Cohn identifikasi nilai ekonomi dari
pendidikan pada dasarnya menelusuri “investment in human capital”. Penggunaan kata
“investment” mengandung arti bahwa ada keuntungan bagi masyarakat sama dengan
keuntungan yang diperoleh dari keuntungan fisik yaitu pendidikan mempunyai fungsi
untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif. Doktrin-doktrin ekonomi sebagaimana
yang dikemukakan oleh ahli ekonom menunjukan bahwa “human capital” dapat
dipandang sebagai unsur kemakmuran (wealth) yang dapat disamakan dengan
“material capital”. Peranan pendidikan dalam kerangka pembangunan ekonomi berupa
“human capital” dalam arti menyediakan tenaga-tenaga terdidik yang mempunyai “skill
capital” dalam arti menyediakan tenaga-tenaga terdidik yang mempunyai skills
tertentu, karena dalam penentuan investment pengetahuan dan skills merupakan
variable investment yang kritis dalam penentuan “rate of economic growth”83.
Lebih lanjutnya Elchanan Cohn mengemukakan ekonomi pendidikan pada
dasarnya berkenaan dengan produktivitas pendidikan, distribusi pendidikan bagi
kelompok dan individu dan persoalan berapa banyak biaya yang seyogyanya
dikeluarkan untuk pendidikan dan jenis pendidikan apa yang dipilih oleh masyarakat.
Pendidikan melibatkan banyak orang dan uang, baik dilihat dari jumlah siswa maupun
82 Departemen agama, Al Qur’an dan terjemahnya, Semarang, PT CiptaAfihar, 1993) hlm.1145 83 Elchanan Cohn, The Economic of Education an Introduction, (Massachussets: Ballinger Publishing
Company, 1979), hlm. 8.
106
tenaga pendidikan yang terlibat, demikian juga dilihat dari jumlah anggarannya84.
Pembiayaan pendidikan merupakan upaya pendistribusian benefit pendidikan
dan beban yang harus ditanggung masyarakat. Secara terperinci Nanang Fatah
mengartikan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan
dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang
mencakup: gaji guru, peningkatan professional guru, pengadaan sarana belajar,
perbaikan ruangan, pengadaan peralatan/mobiler, pengadaan alat-alat dan buku
pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan
dan supervisi pendidikan85.
Cakupan dari pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisa sumber-
sumber saja tetapi juga penggunaan dan secara efisien, makin efisien dana pada sistem
pendidikan itu maka berkurang pula dana yangdiperlukan untuk mencapai tujuan-
tujuannya. Oleh karena itu dengan efisiensi akan lebih banyak tujuan program yang
dicapai dengan anggaran yang tersedia. Dari definisi pembiayaan pendidikan yang
diuraikan, data dsimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah suatu analisa
tentang sumber-sumber (revenue) dan penggunaan biaya (expenditure)yang
diperuntukkan unutk pengelolaan pendidikan secara efisien untuk mencapai tujuan.
Besaran biaya pendidikan hal yang paling utama ditentukan oleh tujuan
pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut. Pencapaian tujuan
tersebut tentulah membutuhkan proses yang diaplikasikan dalam bentuk kegiatan
pendidikan meliputi pengadaan sarana dan prasarana dan biaya satuan, hal inilah dalam
pendekatan sistem biaya merupakan suatu unsure yang menentukan dalam mekanisme
84 Elchanan Cohn, The Economic hlm. 13-25. 85 Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan ), hlm. 112.
107
penganggaran. Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas
kegiatan dalam suatu lembaga pendidikan yang akan mencapai suatu tujuan tertentu.
Kegiatan yang dilaksanakan dengan biaya yang rendah dan hasilnya mempunyai
kualitas yang baik, maka akan dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan
secara efisien dan efektif.
Arti pembiayaan dalam standar nasional pendidikan direduksi dalam konsep
biaya, biaya (cost) secara tradisional didefinisikan sebagai jumlah nilai uang yang
dibelanjakan atau jasa pelayanan yang diserahkan pada siswa. Hal yang penting dalam
pembiayaan pendidikan adalah berapa besar uang yang harus dibelanjakan, dari mana
sumber uang diperoleh dan kepada siapa uang harus dibelanjakan86. Konsep biaya
menurut Tilaar merupakan keseluruhan dana dan upaya yang diserahkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan dalam kenyataan bahwa kegiatan
pendidikan merupakan bentuk dari pada pelayanan masyarakat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa biaya pendidika adalah beban masyarakat dalam perluasan dan fungsi
sistem pendidikan. Produsen, penjual dan konsumen pendidikan akan menyatukan diri
kedalam satu transaksi ekonomi dibidang pendidikan87.
Standar pembiayaan sebagai standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan
pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal, sebagaimana
dijelaskan dibawh ini;
a. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
86 Thomas H. Jones, School Finance: Technique and Sosial Policy, (London: Collier MacMilian Publisher,
1985), hlm. 12. 87 H. A. R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 7.
108
b. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
c. Biaya operasi satuan pendidikan, meliputi;
1). Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji.
2). Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.
3). Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekmunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi, dan lain sebagainya.88
Adapun pembiayaan di R-SMA-BI harus memnuhi standar lebih tinggi dari
standar nasional. Untuk mengukur standar pembiayaan mempunyai beberapa
komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara
terperinci disajikan dalam tabel berikut :
88 Lekdis, Standar Nasional, hlm. 47.
109
Tabel: 2.17 Indikator Operasional Standar Pembiayaan 89
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
1 Perolehan biaya dari berbagai sumber pembiayaan (yang variatif)
Dokumen bendahara
Sekolah memiliki bantuan pembiayaan dari berbagai sumber
1 Komite sekolah 3 Pemerintah provinsi 4 Pemerintah 5 Dunia usaha/masyarakat 6 Wirausaha
2 Pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel
Notula Rapat Sekolah mengelola keuangan secara transparan dan akuntabel
1 Terbuka pada rapat dewan pendidik dan tenaga kependidikan
2 Anggaran diputuskan rapat dengan komite sekolah
3 Penggunaan anggaran dikomunikasikan pada rapat dewan pendidik dan tenaga kependidikan
4 Terdapat sistem pembukuan keuangan yang diketahui oleh pihak sekolah dan komite sekolah
5 Laporan tepat waktu dan diketahui oleh pendidik dan tenaga kependidikan
3 Penerapan model sistem informasi keuangan yang efisien
Data aplikasi sistem pengelolaan keuangan
Sekolah menerapkan model sistem informasi keuangan yang efisien
1 Layanan sistem keuangan online
2 Layanan bank di sekolah 3 Layanan bank umum di luar
sekolah 4 Layanan pembayaran berbasis
computer 5 Layanan manual di sekolah 4 Pengalokasikan
anggaran untuk bantuan kepada siswa kurang mampu
Data penerima beasiswa yang berasal dari siswa kurang mampu
Mengalokasikan dan mendistribusikan anggaran kepada siswa kurang mampu . Prosentase alokasi anggaran untuk beasiswa
1 16,1 - 18 % 2 14, 1 - 16 % 3 12, 1 - 14 % 4 10 - 12 % 5 < 10 %
89 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.
110
No. Komponen SNP
Bukti Fisik/ Dokumen
Indikator Operasional Alat Ukur
5 Pembiayaan
sarana dan prasarana, pengembangan mutu SDM, dan modal kerja tetap.
Data perencanaan anggaran
Sekolah memiliki rencana alokasi biaya investasi sekolah
1 Penyediaan sarana belajar 2 Penyediaan prasarana belajar 3 Peningkatan mutu pendidik 4 Peningkatan mutu tenaga
kependidikan 5 Peningkatan kualifikasi tenaga
pendidik dan kependidikan 6 Pengelolaan
biaya operasional sekolah
Data perencanaan anggaran
Sekolah memiliki rencana alokasi biaya operasional sekolah
1 Gaji 2 Pajak 3 Asuransi 4 Konsumsi 5 Transportasi 6 Telepon, air dan listrik (TAL) 7 ATK dan bahan ajar habis pakai 8 Pemeliharaan sarana prasarana 9 Beasiswa untuk siswa kurang
mampu
111
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Karakteristik obyek studi ini berpijak pada paradigma Fenomenologi. Pandangan
fenoimenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya (pola hubungan)
terhadap sesuatu dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenolis pada dasarnya sangat
berpengaruh oleh Edmund Hussel dan Alfred Schultz, pengaruh lainnya berasal dari Max
Weber yang memberi tekanan pada pengertian iterpretatif terhadap pemahaman manusia
(verstehen)1 Dengan demikian sifat kualitatif studi ini terletak pada penedekatan
metodologis serta pada teknis analisis, untuk obyek sefesifiknya menggunakan “ teknis
analisis domain,, taksonomi dan komponen
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus, dipilihnya studi
kasus sebagai rancangan penelitian karena peneliti beranggapan bahwa penelitian ini
akan lebih mudah dijawab dengan studi kasus, dengan alasan: (1) studi kasus dapat
memberikan informasi penting mengenai hubungan antara variabel serta proses-proses
yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, (2) studi kasus
memberikan kesempatan untuk memperoleh wawancara mengenai konsep-konsep dasar
prilaku manusia, dengan melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan
karakteristik dan hubungan-hubungan yang mungkin tidak di duga sebelumnya, (3) studi
kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk
1 Lexy J. Moleong. Methodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosda Karya, 2004). hlm. 8-9.
112
membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang mendalam dalam
rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial2.
Dalam studi kasus ini peneliti menggunakan penelitian dengan menggunakan
studi kasus tunggal. Studi kasus tunggal yang peneliti maksud adalah menyajikan uji
kritis suatu teori yang signifikan, dalam rancangan . Studi kasus tunggal ini, seperti yang
diungkapkan oleh Neal Gross memfokuskan pada sebuah sekolah dalam bukunya
implementing organizational innovations (1971). Sekolah tersebut dipilih karena
memiliki sejarah inovasi.3 Sedangkan dalam penelitian ini memfokuskan pada evaluasi
tingkat ketercapaian standar Sekolah Betaraf Internasional ( SBI ) di SMA Negeri 1
Baleendah .
B. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata
atau gambar. Data bisa didapat dari hasil interview, catatan pengamatan lapangan, potret,
tape video, dokumen perorangan, memorandum dan dokumen resmi.4 Data adalah
keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan).5
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.6 Jadi, sumber data itu
menunjukkan asal informasi. Data itu harus diperoleh dari sumber data yang tepat, jika
sumber data tidak tepat, maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan
masalah yang diteliti. 2 Abdul Aziz, Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus: Kumpulan Materi Pelatihan Metode
Kuatitatif (BMPTSI Wilayah VII Jawa Timur, Surabaya, 1998),hlm. 6 3 Robert K.Yin diterjemah oleh Djauzi Muzakir, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta: PT'.
Rajagrapindo Persada, 2002),hlm. 48. 4 Robertl C. Bogdan dan Sari R. Biklen (Qualitalive Research for education : An lntruduction to Theory
and Methods (Boston Allyn and Bacon, 1982), hlm. 2‐3. 5 Wahid murni, Menulis Proposal don Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
Skripsi, Tesis, dan Desertasi (Progam Pascasarjana UIN Malang, 2008), hlm. 31 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
hlm. 107.
113
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
manusia/orang.dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau
informan, adapun kunci informannya (key informant). adalah kepala sekolah
Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus
penelitian, seperti gambar, foto, catatan rapat atau tuiisan-tulisan yang. ada kaitannya
dengan fokus penelitian.
Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek
penelitian ini adalah semuanya diajdikan sumber data primer, yaitu: sumber data yang
diperoleh secara langsung dari lapangan. Sumber primer juga merupakan sumber-sumber
dasar yang mcrupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data
atau sumber primer adalah: catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara,
suatu keterangan oleh saksi mata, keputusan-keputusan rapat, dan sebagainya.7 Data
primer juga dapat dipcrolch dalam bcntuk verbal atau kata-kata serta ucapan lisan dan
prilaku dari subjek (informan).
Data yang akan dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai
dengan fokus penelitian, yaitu tentang perubahan yang dilakukan dalam upaya menuju
R-SMA-BI, evaluasi ketercapaian standar R-SMA-BI, faktor yang menjadi penghambat
dan strategi dalam mempercepat ketercapaian program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional ( R-SMA-BI ) ,di SMA Negeri 1 Baleendah .
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu
wawancara, observasi , dan dokumentasi.
7 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h1m.50
114
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik utama dalam metodologi kualitatif, demikian pula
dalam penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk menangkap makna secara
mendasar dalam interaksi yang spesifik. Menurut Sutrisno Hadi, metode interview
adalah metode untuk megumpulkan data data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada penyelidikan.. Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh data mengenai evaluasi manajemen pengembangan sekolah
menuju SBI
Dalam memilih informan pertama, yang dipilih adalah yang mempunyai kriteria
(1) subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktifitas yang menjadi
sasaran peneliti, (2) subyek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktifitas yang
menjadi sasaran penelitian, (3) subyek yang masih mempunyai waktu untuk dimintai
informasi, . Informannya adalah kepala sekolah sebagai informan kunci dan sebagai
informan tambahan adalah para guru, karyawan, dan siwa.
Data yang akan dicari dari metode wawancara ini diantaranya adalah, rencana
pengembangan sekolah yang bertaraf internasional dan implikasinya seperti pengelolaan
SDM dalam penguasaan pembelajaran berbahasa inggris dan pembelajaran melalui akses
internet dan sikap stakeholders sekolah dalam program R-SMA-BI, serta pengangaran
program pengembangan R-SMA-BI dalam anggaran tahunan.
2. Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data yang dimaksud adalah dengan melakukan
observasi secara sistematis bukan sekedarnya saja. Dalam observasi ini diusahakan
115
mengamati hal yang wajar dan yang sebenarnya terjadi tanpa usaha yang disengaja
untuk memperbaharui, mengatur, atau memanipulasikannya8.
Mengadakan observasi hendaknya dilakukan sesuai kenyataan, melukiskannnya
secara tepat dan cermat terhadap apa yang diarnati, mencatatnya, dan kemudian
mengolahnya dengan baik. Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki9.
Observasi juga dapat diartikan dengan pengamatan dan pencatatan dengan sisternatik
fenornena-fenomena yang diteliti10.
Salah satu teknik observasi yang digunakan adalah observasi menggunakan
checklist tersetandar tentang R-SMA-BI. yang dikembangkan oleh Depdiknas, dalam
hal ini Dirjen Mendikdasmen, Direktorat Pembinaan SMA, yaitu meliputi 200 standar
keterapaian dan sudah terprogram dalam sofware program aplikasi evaluasi. Adapun
standar ketercapaian itu adalah terlampir
Metode observasi juga penulis gunakan untuk memperoleh data tentang keadaan
sarana dan prasarana, kegiatan kependidikan serta keadaan dan proses pengelolaan
rintisan sekolah bertaraf internasional( R SMA BI )
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata asalnya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis, seperti buku-buku, majalah, notulen rapat dan catatan harian.11
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi atau data-data melalui
pengujian arsip dan dokumen-dokumen.12 Strategi dokumentasi juga merupakan teknik 8 S. Nasution, Metode Research: Penelitian Ilrniah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 106 9 Cholid Narkubo, ct.ul., Metodologi Penelilinn (Jakarta; Bumi Aksara, 2003), hlm. 70. 10 Mantra, Ida Bagoes, Filsafat Penelitian dan Metode P'enelitian Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004),hlm. 82 11 Suharsini Ari kunto, Prosedur Penelitian Sua1u Pendekatan Praklik, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006)
hlm.. 158
116
pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian13. Metode pengumpulan data
dengan menggunakan metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data
tentang keadaan lembaga (obyek penelitian) yaitu keberadaan kepala sekolah, keadaan
guru, dan sekolah itu sendiri. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa Metode dokumenter
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya14. Adapun
dalam penelitian ini metode dokumenter digunakan untuk mencari data tentang profil,
visi misi, program-proram, agenda-agenda, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Informan dari penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang
Kurikulum, Kesiswaan, Sarana dan Prasarana, Humas; Koordinator Pelaksana Program,
Guru, Tata Usaha, Bendahara, Laboran, Pustakawan, Teknisi, dan Siswa.
Teknik pemilihan informan tersebut, penulis menggunakan teknik sampling
purfosif dimana peneliti cenderung memilih informan yang memenuhi kriteria-kriteria
tertentu dan dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang akurat
serta mengetahui masalahnya secara mendalam15 . Teknik sampel purpusif tersebut
relevan dengan persyaratan pada penelitian kualitatif yang didalamnya tidak terdapat
sampel acak namun sampel bertujuan (sampling purposif)16 sampel bertujuan adalah
sampel yang diambil berdasarkan adanya tujuan, dan biasanya diambil berdasarkan
beberapa pertimbangan (disebabkan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya) sehingga
tidak bisa mengambil sampel yang lebih luas. 12 Sevilla Consuelo G, Pengantar rLfetode Penelitian (terjemahan), (Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press), 1993),hlm. 85 13 Sukan dan rumidi, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Ga_jah Mada Univercity Press, 2004), hlm.
100 14 Suharsimi Arikk.mto, Prosedur Penelitian. Sucrm Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
236. 15 S. Nasution, Metode Research (Penelitian ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 98 16 Nasution, Metode Research, hlm. 224
117
Penentuan informan-informan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan
sebagai berikut :
1. Kepala sekolah, dapat memberikan informasi tentang segala kebijakan tentang
R-SMA-BI
2. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dapat memberikan informasi tentang segala
hal yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum R-SMA-BI dan teknis
pelaksanaannya dilapangan.
3. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dapat memberikan informasi tentang segala
hal yang terkait dengan kesiswaan, khususnya yang berkaitan dengan pembinaan
pengembangan diri siswa R-SMA-BI
4. Wakil Kepala sekolah bidang sarana prasarana dapat membrikan informasi tentang
pengembangan standar sarana prasarana R-SMA-BI
5. Wakil kepala sekolah bidang humas, dapat memberikan informasi tentang segala hal
yang berkaitan dengan hubungan kemitraan dengan sekolah unggul.
6. Wakil kepala sekolah / Koordinator program R-SMA-BI, dapat mengetahui tentang
segala hal yang berkaiatan dengan segala program R-SMA-BI, khusunya yng
berhubungan dengan pendalaman, peluasan, pengayaan dan penambahan dari
sekolah standar.
7. Kepala urusan tata usaha dapat memeberikan iformasi yang berkaitan dengan seputar
akreditasi sekolah, peningkatan pendidikan guru ke S2. Dan tentang degala hal yang
berkaitan dengan tenaga kependidikan.
8. Guru dapat memberikan informasi tentang segala hal yang berkaiatan tentang proses
pembelajaran di kelas
9. Laboran, dapat memberikan informasi tentang segala hal kondisi laboratorium IPA
dan TIK
118
10. Pustakawan, dapat memberikan informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan
kondisi perputkaan sekolah
11. Bendahara, dapat memebrikan segala hal yang berkaiatan sumber dana sekolah dan
pengalokasiannya (RAPBS)
12. Pengelola TIK sekaligus teknisi, dapat memberikan informasi rencana
pengembangan program aplikasi TIK untuk efektivitas belajar siswa di kelas
13. Siswa dapat memberikan informasi tentang fasilitas yang diberikan sekolah untuk
pengembangan diri siswa.
Untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel mengenai informan
dan materinya sebagai berikut berikut :
Tabel: 3.1 Materi dan Informan Evaluasi penyelenggaraan pelaksanan program RSBI
NO KOMPONEN ASPEK INFORMAN
1 Standar Pengelolaan
1.1 Memenuhi standar pengelolaan Kepsek/Wakasek Sarana/Wakasek Kesis.
1.2 Meraih sertifikat ISO 9001 versi
2000 atau sesudahnya dan ISO 14000.
Wakasek Humas
1.3 Merupakan sekolah. multi-kultural. Wakasek Kesiswaan
1.4 Menjalin hubungan "sister school"
dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri.
Wakasek Humas
1.5 Bebas narkoba dan rokok. Wakasek Kesis
1.6 Bebas kekerasan (bullying). Wakasek Kesis
1.7 Menerapkan prinsip kesetaraan
gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah
Wakasek Kesis
1.8 Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni, dan olahraga.
Wakasek Kesis
119
2 Akreditasi
2.1 Berakreditasi minimal A Kepsek
2.2 Beraktreditasi dari salah satu negara OECD
Kepsek/Koordinator RSBI
3 Standar Kurikulum dan SKL
3.1 Menerapkan KTSP Wakasek Kur
3.2 Memenuhi Standar Isi Wakasek Kur/ Koordinator Pengelola RSBI
3.3 Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan
Wakasek Kur
3.4 Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Pengelola TIK
3.5 Memberikan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara OECD
Koord. Pengelolaan RSBI
3.6 Menerapkan SKS Wakasek Kur
4 Standar Kompetensi Lulusan
Menerapkan standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan
Wakasek Kur.
5 Standar Proses Pembelajaran
5.1 Memenuhi Standar Proses Wakasek Kur./Guru
5.2 Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah lain dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator
Wakasek Kur./Wakasek Kesis./Koord. Pengelola RSBI/ Guru/ Siswa
5.3 Memperkaya denga model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Wakasek Kurikulum/ Koord. Pengelola RSBI
5.4 Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran
Wakasek Kur./ Wakasek Kesiswaan/ Guru/ Siswa
120
5.5 Menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan. Pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali bahasa asing, menggunakan bahasa Indonesia.
Guru/siswa
6 Standar Penilaian Pendidikan
6.1 Memenuhi Standar Penilaian Guru
6.2 Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan
Kepsek/Wakasek Kur/Koord. Pengelola RSBI
7 Standar Tenaga Kependidikan
7.1 Memenuhi standar pendidik Wakasek Kur/ Guru/Ka Tas
7.2 Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK
Wakasek Kur/ Guru/Siswa
7.3 Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika dan ini kejuruan mampu menggunakan pembelajaran berbahasa Inggris
Guru/siswa
7.4 Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK
Wakasek Kur. / Ka TU
7.5 Memenuhi Standar Tenaga Kependidikan
Ka Tas
7.6 Kepala Sekolah berpendidikan minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan Kepala Sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah.
KaTas/ Putakawan/ Teknisi Sumber Belajar /Laboran/Konselor/ Pelatih
7.7 Kepala Sekolah mampu berbahasa
Inggris secara aktif.
Kepsek/Guru/Siswa
7.8 Kepala Sekolah bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, jiwa kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat.
Kepsek/Wakasek
Sarana/Wakasek
Hum/guru/siswa
121
8 Standar Sarana dan Prasarana
8.1 Memenuhi standar sarana dan prasarana
Kepsek/ Wakasek
Sarana/ Ka Tas/
Pustakawan/ laboran/
Guru BK/ Pembina
UKS/ siswa
8.2 Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK.
Wakasek Sarana/Teknisi
8.3 Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
Wakasek
Sarana/Pustakawan/
Teknisi TIK
8.4 Dilengkapi dengan ruang multimedia, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya.
Wakasek Sarana/
Pengelola Teknisi TIK
9 Standar Pembiayaan
9.1 Memenuhi standar pembiayaan Kepsek/ Bendahara
9.2 Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target Indikator Kunci Tambahan
Kepsek/ Bendahara.
Keterangan: Lebih lengkapnya lihat lampiran: 7
Sedangkan untuk memudahkan pemahman dari hasil penelitian ini penulis
paparkan pengkodean dalam tehnik pengumpulan data sekialigus pengkodean
informannya .
122
Tabel:3.2 Kode Informan dan Tehnik Pengumpulan Data
N0 INFORMAN / TEHNIK PENGUMPULAN DATA KODE
1 Kepala sekolah Kepsek
2 Wakil Kepala Sekolah Bidang kurikulum Wakasek.Kur
3 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Waksek Kesis
4 Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Wakasek.Hum
5 Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Wakasek.Sarana
6 Kepala Tatalaksana Ka.Tas
7 Wakil Kepala Sekolah Penjamin Mutu PM.
8 Koordinator Program Koor.Prog
9 Pengelola Teknologi Informasi dan Komunkasi Pengelola TIK
10 Pengelola R-SMA-BI Pengelola RSBI
12 Pengelola Lab Laboran
13 Wawancara Ww
14 Observasi Observ
15 Studi dokumentasi Studi Dok
15 Lampiran Lamp.
D. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang di pahami oleh peneliti.
Kegiatan analisis dilakukan dengan menelaah data, menata data, membagi menjadi
satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesis, mencari pola, menemukan apa yang
bermakna dan apa yang diteliti dan di laporkan secara sistematis. Dalam kaitan itu ada
empat tahap analisis adalah :
1. Analisis Domain
Analisi domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan
relatif menyeluruh tentang apa yang terdapat difokus penelitian. Contoh tentang
perubahan-perubahan yang penting dilakukan dalam upaya menuju R-SMA-BI. maka
123
kita temukan domainnya adalah, pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh SMA
Negeri 1 Baleendah.
2. Analisis Taksonomi
Setelah selesai analisis domain dialukan pengamatan dan wawancara terfokus
berdasarkan fokus penelitian . Contoh : perubahan-perubahan yang penting dilakukan
dalam upaya menuju R-SMA-BI. maka kita temukan domainnya adalah, pengembangan
kurikulum. Maka dari hasil wawancara dan observasi dapat dikembangkan lagi secara
luas bahwa pengembangan kurikulum itu dapat dibedakan menjadi tiga bagaian: 1)
Program Kurikuler, 2) Program Ekstrakurikuler dan 3) Program pengembangan diri.
3. Analsis Komponen
Setelah analsis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk
memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan
kontras17 . Contoh untuk pengembangan program kurikuler bagi sekolah R-SMA-BI
untuk mata pelajaran matematika dan IPA (MIPA) perlu adanya penguatan, pengayaan,
pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang
mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD
dan negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu yang bertaraf
internasional dalam pendidikan. Sedangkan untuk mata pelajaran yang lainnya
disesuaikan dengan sekolah standar nasional (SSN).
4. Analisis Tema
Analisis tema merupakan upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan
lintas domain yang ada18.
17 Moleong Methodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 146. 18 Sanapaih Faisal, Penelitian Kualitatif dasar-dasar dan aplikasi ( Malang:Asih Asah Asuh, 1990), hlm. 106).
124
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu analisis
data selama dilapangan dan analisis data setelah data terkumpul. Analisis data selama
dilapangan tidak dikerjakan setelah pengumpulan data selesai melainkan selama
pengumpulan data berlangsung dan dikerjakan terus menerus sehingga penyusunan
laporan penelitian selesai. Sebagai langkah awal, data yang merupakan hasil wawancara
dengan informan kunci (key informan) dipilih dan diberi kode berdasarkan kesamaan
isu, tema dan masalah yang terkandung didalamnya dengan terus mencari data-data baru.
Sedangkan analisis data setelah terkumpul atau data yang baru diperoleh setelah
pelaksanaan pengumpulan data, maka dianalisis dengan cara membandingkannya dengan
data yang terdahulu.. Dalam hal ini peneliti juga memperhatikan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Analisis selama pengumpulan data, meliputi pengembalian keputusan untuk
membatasi lingkup kajian, pengembalian pertanyaan-pertanyaan analisis,
merencanakan tahapan pengumpulan data dengan hasil pengamatan sebelumnya,
menulis komentar pengamat mengenai gagasan yang muncul, menulis memo bagi
diri sendiri mengenai hal yang dikaji dan menggali sumber-sumber perpustakaan
yang relevan selama penelitian berlangsung
b. Analisis setelah pengumpulan data, adalah mengembangkan kategori koding, dengan
sistem koding yang ditetapkan dan mekanisme kerja terhadap data yang telah
dikumpulkan.
E. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan
dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data
merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data
penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Dalam
125
proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini harus melalui beberapa teknik
pengujian data. Adapun teknik pengecekan keabsahan yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Dalam penelitian kualitatif, peneliti terjun ke lapangan dan ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan subjek penelitian. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam
waktu singkat, akan tetapi memerlukan waktu yang lebih lama dari sekedar untuk
rnelihat dan mengetahui subjek penelitian. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini berarti
peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai data yang dikumpulkan jenuh19.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menentukan data dan informasi yang
relevan dengan persoalan yang sedang dicari oleh peneliti, kernudian peneliti
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3. Trianggulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang satu ke informan
lainnya. Misalnya dari guru yang satu ke guru lainnya, dari kepala sekolah ke wakil
sekolah, dan lain sebagainya. Dalam pengecekan keabsahan data pada penelitian ini,
peneliti juga menggunakan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan data memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagaian bahan
pembanding terhadap data tersebut. Untuk pengecekan keabsahan data melalui
triangulasi data digunakan dua jenis pendekatan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi
metode:
19 Lexy. J. Meloeng, “Metod”e …hlm.. 327
126
a. Triangulasi sumber data yaitu dimana penliti berupaya untuk mengecek keabsahan
data yang didapatkan dari salah satu sumber dengan sumber yang lain . Misalnya
peneliti menggali data tentang fokus pertama, yaitu Perubahan perubahan yang
penting dilakukan dalam upaya menuju R-SMA-BI . Selanjutnya data tersebut dicek
keabsahannya kepada wakasek kurikulum, Wakasek sarana prasarana, pengelola
R-SMA-BI dan dokumen, sehingga sampai ditemukan tingkat akurasi data. Demikian
juga dilakukan terhadap sub fokus penelitian lainnya, atau untuk mencocokan
perolehan data tersebut, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Membandingkan dta hasil pengamatan dengan hasil data wawancara
2). Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi terkait
3). Membandingkan persepektif seseorang dengan pendapat dan pandangan orang
lain.
b. Triangulasi metode adalah upaya untuk mengecek keabsahan data melalui pengecekan
kembali apakah prosedur dan proses pengumpulan data sesuai dengan metode yang
absah. Disamping itu pengecekan data dilakukan secara berulang-ulang . melalui
beberapa metode pengumpulan data.
127
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Perubahan-Perubahan yang Penting dilakukan dalam Upaya Menuju R-SMA-BI
Untuk data fokus pertama ini penulis melakukan penelitian melalui wawancara
dan studi dokumentasi. Wawancara penulis lakukan dengan kepala sekolah dan
wakasek penjaminan mutu sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah yang
dilakukan tanggal 5 juni 2010 adalah sebagai berikut”1 :
“Memang untuk menuju sekolah SBI ini banyak sekali yang harus dilakukan terutama di internal sekolah, semua aspek harus harus dilakukan perubahan yang sangat mendasar dan perubahan itu mengacu pada 8 standar pendidikan, seperti yang tertuang dalam PP RI N0. 19 tahun 2005. (ww.Kepsek. 5 Juni 2010 )
Lebih teknisnya wawancara dengan wakasek penjaminan mutu, hasil
wawancaranya antara lain sebagai berikut2 :
“Perubahan itu kami berpedoman pada buku panduan R-SMA-BI. kami merumuskannya dalam rapat kerja tentang pengemabangan R-SMA-BI dengan pimpinan serta dengan team pengembangan/pengelola R-SMA-BI. Pengembanagan itu meliputi, perubahan visi misi, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pengembangan SDM, sarana prasarana, pembiayaan, manajemen sekolah, , pengembangan kultur sekolah.” (ww/wakasek PM/ 5, juni, 2010)
Adapun untuk mendapatkan data tersebut, dengan yang lebih lengkap, penulis
mengadakan studi dokumentasi3. Dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1 Hasil wawancara dengan kepala sekolah mengnai perubahan-perubahan program sekolah dalam menuju R-SMA-Bi, pada tanggal, 5 Juni 2010.
2 Hasil wawancara dengan Wakasek Penjamin Mutu , mengnai perubahan-perubahan program sekolah dalam menuju R-SMA-Bi, pada tanggal, 5 Juni 2010
3 Hasil studi dokumentasi mengnai perubahan-perubahan program sekolah dalam menuju R-SMA-Bi, pada tanggal, 5 Juni 2010
128
a. Perubahan Visi-Misi
Perubahan yang telah dilakukan oleh sekolah untuk menuju R-SMA-BI meliputi:
1) Perubahan Visi-Misi
Sejak penunjukan menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional,
SMA Negeri 1 Baleendah telah melakukan perubahan visi-misi sekolah.
a. ) Visi
(1). Sekolah yang berkualitas dan mandiri dalam mewujudkan insan yang berbudi pekerti luhur
(2) Sekolah berprestasi dengan peringkat unggul di Jawa Barat
b). Misi
(1) Menyelenggarakan proses belajar dan mengajar yang paripurna , bermutu dan efisien
(2) Menjadi sekolah yang mampu mengelola pendanaannya secara sefektif dan efisien .
(3) Tempat pendidikan guna mewujudkan anak didik yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur
(studi dok, dan Obsrv, Tgl. 6 April 2010)
Sedangkan visi misi stelah perubahan adalah :
a) Visi :
Terwujudnya sekolah bertaraf Internasional, unggul dalam prestasi dan berbudaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai religius, dan berwawasan lingkungan.
b) Misi :
1) Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran 2) Peningkatan pembinaan kesiswaan dan kegiatan ektrakurikuler 3) Meningkatkan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa 4) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana prasarana sekolah 5) Peningkatan pengamalan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan di
sekolah 6) Menumbuhkan kesadaran kehidupan demokrasi 7) Peningkatan hubungan dengan masyarakat melalui konsep manajemen
berbasis sekolah (MBS) (Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 6 April 2010)
129
Perubahan visi-misi ini sesuai dengan tuntutan standar rintisan sekolah
bertaraf internasional yaitu harus memiliki visi-misi sekolah yang dirancang agar
mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan
meningkatkan daya saing global.
b. Pengembangan Kurikulum
Program pengembangan kurikulum meliputi program kurikuler dan program
ekstrakurikuler.
1) Program Kurikuler
a) Mata Pelajaran Matematika dan IPA (MIPA)
Mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi ditambah, diperluas,
diperkaya dan diperdalam melalui :
(1) Penambahan content pembelajaran pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam Standar Isi berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006.
(2) Pemanfaatan TIK dalam mendukung kegiatan pembelajaran didalam dan diluar kelas, antara lain dengan:
(a) Mengembangkan penggunaan bahan ajar elektronik, interaktif maupun non interaktif.
(b) Memanfaatkan penggunaan internet sebagai salahsatu sumber belajar. (c) Memanfaatkan e-mail sebagai sarana kontak komunikasi guru-siswa diluar
kelas/sekolah, termasuk penyampaian tugas-tugas mata pelajaran oleh siswa. (d) Memanfaatkan situs sekolah sebagai sarana penyampaian bahan ajar
tambahan/perluasan dan diskusi interaktif jarak jauh antara siswa dengan siswa maupun dengan guru.
(3) Mengembangkan pembelajaran dan penilaian autentik yang menekankan pada penguasaan implementasi hasil belajar dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dalam hal ini, penilaian dalam bentuk project dan portfolio serta memberikan pelaporan berbentuk karya tulis menjadi keutamaan penilaian standar kompetensi.
(4) Mengutamakan penguasaan kompetensi hasil belajar melalui pengembangan pengalaman belajar dengan pendekatan eksperimentatif yang mengarahkan siswa mendapatkan dan menemukan pengetahuan yang dipelajarinya.
(5) Pembelajaran mengupayakan penggunaan Bahasa Inggris lisan dan tertulis secara bertahap yang mengarah pada penggunaan bahasa pengantar Bahasa Inggris.
(6) Untuk mendukung keempat hal diatas, pembelajaran IPA (Fisika, Kimia, Biologi) ditambah 1 (satu) jam pelajaran, sedangkan pembelajaran Matematika ditambah 2 (dua) jam pelajaran.
130
b) Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan pada penguasaan
komunikasi internasional, lisan maupun tulisan. Mata pelajaran bahasa Inggris
diperluas, diperkaya dan diperdalam dengan menambah 2 (dua) jam pelajaran yang
menekankan pada:
(1) Peningkatan kemampuan bercakap yang internationally accepted dengan mengembangkan pengalaman belajar yang menekankan pada pengalaman penggunaan Bahasa Inggris secara real. Penguasaan kompetensi yang menekankan pada kompetensi lisan (oral) berbahasa Inggris ini ditekankan pada tahun pertama, yakni ketika siswa berada dikelas X (sepuluh).
(2) Peningkatan kemampuan memahami teks tertulis dalam bentuk scientific texts maupun manuals dalam rangka mendukung penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang ditulis dalam bahasa Inggris. Penguasaan kompetensi yang menekankan pada kompetensi tulis (written) berbahasa Inggris ini ditekankan pada tahun kedua, yakni pada saat siswa berada dikelas XI (sebelas).
(3) Peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis Academic English yang digunakan dalam events seperti lecture (perkuliahan), seminar, maupun presentasi bertaraf internasional. Penguasaan kompetensi yang menekankan pada kompetensi academic english ini ditekankan pada tahun ketiga, yakni pada saat siswa berada dikelas XII (duabelas).
(4) Pengembangan pembelajaran dan penilaian autentik yang menekankan pada penguasaan implementasi hasil belajar dalam kehidupan nyata (real) yang sepenuhnya menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris. (Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)
Gambar4.1 Pembelajaran dgn Teaching Assistant dari Prancis
131
c) Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Pembelajaran mata pelajaran TIK diarahkan pada penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi modern. Mata pelajaran TIK diperluas, diperkaya dan
diperdalam dengan menambah 1 (satu) jam pelajaran yang menekankan pada program-
program terapan TIK (TIK)
(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)
d) Mata Pelajaran lain
Mata pelajaran lain dikembangkan sesuai dengan standar isi sesuai dengan
standar nasional pendidikan (SNP) tanpa tambahan jam pelajaran. Pada program
rintisan R-SMA-BI, pengembangan bahan ajar secara lisan dan tulis mengupayakan
penggunaan Bahasa Inggris secara bertahap dan mengarah pada penggunaan bahasa
pengantar Bahasa Inggris.Untuk tiga pengembangan selama tiga tahun ini diharapkan
penggunaan bahsa Inggris di kalangan siswa mencapai 30% dari bahasa
percakapannya sehari-hari baik dikelas maupun diluar kelas. Sedangkan untuk guru
mata pelajaran dikelas diprioritaskan untuk guru mata pelajaran matematika dan IPA
Gambarr 4.2 Pembelajaran di Lab. Komputer
132
(MIPA) dan bahasa Inggris. Sedangkan untuk mata pelajaran selain MIPA dan bahasa
Inggris tidak diproritaskan.
(Ww.guru, siswa dan studi dok, 5 juni 2010)
e) Mata Pelajaran Seni Budaya
Mata pelajaran seni budaya diarahkan pada penguasaan apresiasi, wawasan
dan kompetensi seni budaya lokal (Sunda) yang menekankan pengenalan mendalam
terhadap jatidiri dan nilai-nilai budaya urang sunda dengan tetap menghargai
keragaman budaya bangsa Indonesia dan budaya bangsa-bangsa lain pada umumnya.
Mata pelajaran seni budaya merupakan salah satu pendukung utama ke-khas-an
program SBI di SMAN 1 Baleendah yakni menghasilkan lulusan yang cerdas dan
kompeten dalam berfikir global dengan tetap berbudaya lokal.
(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)
f) Muatan Lokal Bahasa Sunda
Muatan lokal diarahkan pada penguasaan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah
yang akan mengentalkan pendalaman wawasan akan jatidiri sebagai urang sunda.
Muatan lokal mengembangkan pembelajaran dalam bentuk pengalaman belajar yang
meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan, wawasan dan penerapan budaya
sunda.Hal ini diharapkan supaya di era globalisasi ini siswa tidak lupa akan budaya
dan bahasanya sendiri sebagai urang sunda sehingga penyelenggaraan program R-
SMA-BI ini tidak menjadi malapetaka bagi lingkungan sendiri.
(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)
g). Program Ekstra Kurikuler
Program ekstrakurikuler merupakan program pengembangan diri yang
dikembangkan guna mendukung tujuan penyelenggaraan rintisan program Sekolah
Bertaraf Internasional. Program ekstrakurikuler diikuti oleh seluruh siswa SBI sesuai
133
dengan minat dan bakatnya masing-masing. Program ekstra kurikuler (ekskul) terdiri
dari 2 (dua) kelompok yakni:
a) Program Ekstrakurikuler Wajib
Program ekstrakulikuler yang wajib diikuti oleh siswa SBI terdiri dari kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
(1) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) (2) Kelompok Debat Bahasa Inggris (English Debating Society) (3) Komunitas Remaja Berbasis IT (KARBIT) (4) Sanggar Seni Budaya Sunda
(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)
Setiap siswa R-SMA-BI wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KIR dan
minimal salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler diatas setiap semesternya.penilaian
terhadap peserta kegiatan ekstrakurikuler dilakukan selama proses pembelajaran dan
diakhiri dengan expose penguasaan kompetensi pada setiap akhir tahun pelajaran
dalam bentuk pameran pendidikan.
\
(Studi Dok dan Oberv. Tanggal 5 juni 2010)
Gamabar 4.3 : Pembinaan ekstra kurikuler (KIR)
134
b) Program Ekstrakurikuler Pilihan
Program ekstra kurikuler pilihan adalah program ekstrakulikuler selain program
ekstrakulikuler wajib yang diselenggarakan oleh SMAN 1 Baleendah. Kegiatan ekskul
pilihan seperti: Basket, Paduan Suara, Paskibra, Pramuka, dll. dapat diikuti oleh siswa
R-SMA-BI sebagai kegiatan pilihan. Siswa R-SMA-BI tidak wajib mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler pilihan.
(Studi Dok tanggal 5 April, 2010)
c) Program Pengembangan Diri
Program Pendidkian Lingkungan Hidup (PKLH) merupakan program titipan
dari pemerintah supaya masuk dan menjadi program pembelajaran siswa baik di kelas
maupun di luar kelas dan program ini di SMA Negeri 1 Baleendah menjadi bagian dari
program pengembangan diri. Sehingga pelaksanaannya diluar kelas atau menjadi
kegiatan ekstra kulikuler . Adapun alokasi waktunya dihitung setara dengan dua jam
pelajaran perminggu.
(Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)
c. Proses Pembelajaran
Dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, program rintisan R-SMA-BI
SMA Negeri 1 Baleendah menggunakan konsep belajar tuntas (mastery learning) dan
menganut prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:
1) Mengembangkan berbagai pendekatan dan metoda pembelajaran yang dikuatkan melalui penambahan jam pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu dan penyesuaian waktu belajar dalam rangka memberikan penguatan, pengayaan, perluasan, pendalaman, penambahan, dan pengembangan terhadap Standar Nasional Pendidikan.
2) Pro-perubahan: mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru (Joy of Discovery) yang tidak tertambat pada tradisi/kebiasaan proses belajar yang lebih mementingkan ingatan (recall).
3) Menggunakan media pendidikan yang bervariasi dan melibatkan teknologi TIK (Information and Communication Technology) canggih dan mutakhir.
135
4) Mengembangkan proses pembelajaran yang menganut prinsip konstruktivisme yang mendorong: a) keingintahuan (sense of curiosity and wonder). b) keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan baru. c) prioritas pada fasilitas kebebasan dan kreativitas dalam mencari jawaban
atau pengetahuan baru. 5) Menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
(bilingual) yang dirintis secara bertahap. 6) Menggunakan bahan ajar, buku teks, modul, dan lembar kerja siswa (students
worksheet) berbahasa Inggris, sebagian atau seluruhnya. 7) Mengembangkan program remedial untuk menjamin ketuntasan belajar peserta
didik pada setiap jenjang/kelas. 8) (Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)
d. Penilaian
Sistem penilaian yang dikembangkan pada program rintisan R-SMA-BI di
SMAN 1 Baleendah adalah sistem penilaian berbasis kompetensi. Sistem penilaian
dikembangkan berdasarkan konsep mastery (ketuntasan) yang menekankan
penguasaan kompetensi oleh individu pembelajar. Peserta didik secara individual
dituntut menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar berdasarkan indikator
hasil belajar dan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada
masing-masing matapelajaran. Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan minimal
mendapatkan layanan remedial hingga mencapai KKM.
Secara teknis penilaian dikembangkan menggunakan berbagai instrumen
penilaian baik dalam bentuk paper and pencil test maupun non test seperti penggunaan
teknik wawancara, kuis, performen dan portofolio.
Selama proses pembelajaran, setiap mata pelajaran menekankan penggunaan
teknik non test sebagai alat penilaian. Termasuk dalam teknik ini adalah tes performen,
portofolio dan penugasan projek. Sedangkan teknik penilaian paper and pencil lebih
digunakan pada penilaian melalui ulangan.
136
Jenis penilaian yang diselenggarakan pada program rintisan SBI meliputi:
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas.
(Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)
e. Pengembangan SDM
Untuk mendukung keterlaksanaan program rintisan SBI di SMAN 1
Baleendah, upaya pengembangan SDM dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan melalui:
1) Pelatihan TIK bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilingkungan SMAN 1 Baleendah. Yang meliputi penggunaan TIK dalam pembelajaran, pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, dan penggunaan jaringan local area network (LAN) dalam sistem informasi manajemen.
2) Pelatihan Bahasa Inggris bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilingkungan SMAN 1 Baleendah, yang diselenggarakan melalui kerjasama dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten maupun Propinsi dan juga lembaga konsultan pendidikan asing Global Partner.
3) Pelatihan pengembangan pembelajaran dalam bentuk In House Training yang diselenggarakan secara berkala. (Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)
f. Sarana prasarana
Dalam rangka perintisan R-SMA-BI, di SMAN 1 Baleendah terus berusaha
melengkapi berbagai sarana dan prasarana penunjang penyelenggaraan SBI secara
bertahap. Sarana :prasarana yang telah tersedia dan secara bertahap terus
dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya adalah:
1) Setiap ruang kelas SBI dilengkapi dengan:
a) 1 unit komputer canggih berfasilitas internet b) Wireless Router untuk layanan hot spot c) 1 unit pesawat televisi 29 inch d) 1 unit VCD/DVD player e) 1 unit LCD projector (permanen) f) 1 unit big screen projector g) Unit-unit kursi lipat bermeja h) Lemari mini library untuk printed maupun electronic references. i) Locker pribadi siswa
137
Gambar 4.5. Pembelajaran di Lab. IPA
Gambar4.4. Pembelajaran di Lab. Bahasa
j) Dispenser k) Kipas angin
2) Dua unit laboratorium komputer. 3) Ruang multi media. 4) Laboratorium bahasa. 5) Laboratorium IPA (fisika) 6) Laboratorium IPA (biologi dan kimia). 7) Cyber Plasa 8) Perpustakaan. 9) Bahan ajar dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 10) Bahan ajar elektronik (CD/Software pembelajaran). 11) Layanan web site melalui situs sekolah.
(Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)
138
2. Tingkat Ketercapaian Program R-SMA- BI di SMA Negeri 1 Baleendah
Berdasarkan hasil penelitian di SMAN1 Baleendah . dengan memakai
instrumen standar evaluasi ketercapaian R-SMA-BI yang dikembangkan oleh
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas, yang berbentuk software. Adapun Struktur
temuan penelitian dimulai dari ; standar pengelolaan, standar isi, standar kompetensi
lulusan, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana prasarana dan standar pembiayaan.
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi kinerja program R-SMA-BI SMAN 1
Baleendah diperoleh skor hasil penilaian 744 dari total skor maksimum 1000. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam tabel rekapitulasi berikut:
Tabel: 4.1 Rekapitulasi skor per komponen evaluasi kinerja R-SMA-BI
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai Selisih Perolehan
% Keterangan
1 Pengelolaan 205 172 33 84 Tabel 4.2 2 Kurikulum 85 70 15 82 Tabel 4.3
3 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 140 61 79 44 Tabel 4.4
4 Proses Pembelajaran 150 106 44 71 Tabel 4.5 5 Penilaian 50 41 9 82 Tabel 4.6
6 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 175 140 35 80 Tabel 4.7
7 Sarana dan Prasarana 165 130 35 79 Tabel 4.8 8 Pembiayaan 30 24 8 80 Tabel 4.9
Total nilai 1000 744 Rerat: 74,4 %
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
Data hasil evaluasi di atas, apabila diakitkan dengan kriteria mutu R-SMA-BI.
Maka SMA Negeri 1 Baleendah sebagai sekolah rintisan yang bertaraf internasional
tingkat ketercapaiannya masih sangat minim. Hal ini bisa dilihat dari scor perolehan
139
pada masing-masing standar yang belum satupun mendapatkan nilai A4. ( lihat tabel:
4.1 dan gambar: 5.2). Untuk itu penulis akan paparkan penyebab ketidak tercapaian
setiap sub-sub komponen berdasarkan indikator standar ketercapaian R-SMA-BI yang
dikembangkan oleh Depdiknas. Sebagai berikut :
a. Skor Standar Pengelolaaan
Tabel: 4.2 . Skor Hasil Evaluasi Kinerja Pengelolaan
No. Komponen Penilaian Nilai
MaksNilai
%
1 Pengelolaan 205 172 84 1.1 Memenuhi Standar Pengelolaan 125 117 94 1.1.1 Visi - Misi Bercirikan Keunggulan 25 24 96 1.1.2 Visi - Misi Beruraikan Indikator Keunggulan 40 33 83 1.1.3 Tujuan dan Tahapan Mewujudkan Visi-Misi 40 40 100 1.1.4 Memiliki RKJM, RKT, dan Pelaksanaannya 20 20 100 1.2 Mengadopsi dan Mengadaptasi ISO 15 12 80 1.3 Merupakan Sekolah Multi-Kultural 15 11 73 1.4 Menjalin Hubungan “Sister School” . 15 4 27 1.5 Bebas Narkoba dan Rokok 10 10 100 1.6 Bebas kekerasan (bullying) 5 5 100 1.7 Menerapkan Prinsip Kesetaraan Gender 5 5 100 1.8 Berakreditasi A 5 2 40 1.9 Merujuk pada Standar Mutu dari Negara Maju 10 6 60
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
Standar pengelolaan sudah hampir mmenuhi standar mutu R-SMA-BI. Akan
tetapi ada dua sub komponen pengelolaan yang memiliki kontribusi cukup signifikan
terhadap belum tercapainya standar R-SMA-BI yaitu (a) menjalin hubungan dengan
sekolah unggul di negara yang tergabung dalam OECD dan atau negara maju lainnya
dalam bentuk sisters school, (b) merujuk pada standar mutu dari Negara maju .
4 Berdasarkan Kriteria Badan Akreditasi Nasional (BAN) nilai A itu = ≥85 .
140
b. Skor Standar Isi (Kurikulum)
Tabel: 4.3 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Kurikulum
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai
%
2 Kurikulum 85 70 82 2.1 Menerapkan KTSP 25 19 76 2.2 Memenuhi Standar Isi 60 51 85
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
Standar isi/kurikulum tidak ada satupun sub-sub komponponen yang sudah
mencapai nilai A. Hal ini disebabkan oleh penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan belum dilengkapi dengan rujukan kurikulum Negara maju, dan juga
Sekolah belum memenuhi kandungan isi materi pelajaran memenuhi kriteria standar
internasional
c. Skor Standar Kompetensi Lulusan
Tabel: 4.4 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Kompetensi Lulusan
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai
% 3 Standar Kompetensi Lulusan 140 61 44 3.1 Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan 105 44 42
3.2 Menerapkan Sistem Administrasi Akademik BerbasisTIK 15 10 67
3.3 Memberikan Muatan Mata Pelajaran Setara atau Lebih Tinggi dari Sekolah Unggul Negara OECD 10 0 0
3.4 Menerapkan Standar Kelulusan Lebih Tinggi Daripada Standar Kompetensi Lulusan 10 7 70
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
Standar kompetensi lulusan tidak ada satupun susb-sub komponen yang sudah
mencapai nilai A. Hal ini disebabkan oleh :
1) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam pengembangan keimanan, tetakwaan
dan akhlak mulia pada tingkat provinsi, nasional dan internasional;
141
2) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam bidang matematika, kimia, fisika,
biologi, bahasa Inggris dan ekonomi ditingkat provinsi, nasional dan
internasional;
3) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam bidang olahraga ditingkat nasional
dan internasional;
4) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam bidang bahasa Indonesia, astronomi
dan kebumian, karya ilmiah dan prestasi dalam penerapan teknologi ditingkat
kabupaten, provinsi, nasional dan internasional;
5) Sekolah belum menunjukan prestasi dibidang karya kreatif dan inovatif yang
dipamerkan ditingkat kabupaten, provinsi, nasional dan internasional;
6) Sekolah belum menghasilkan lulusan yang mampu berkolaborasi pada taraf
internasional;.
7) Sekolah belum menunjukan lulusan yang setara dengan sekolah unggul;
8) Presentase lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri masih rendah;
9) Sekolah belum mengaflikasikan sistem pengelolaan berbasis TIK dalam
administrasi akademik;
10) Sekolah belum menyatarakan materi sekolah unggul di sekolah salah satu Negara
OECD atau Negara maju lainnya pada bidang MIPA, sosial, Bahasa Inggris dan
TIK;
11) Sekolah belum mengadopsi sistem evaluasi belajar yang relevan dari sekolah
unggul Negara maju;
12) Sekolah belum menunjukan prestasi pada ujian nasioanal dengan nilai rata-rata
diatas standar nasional.
142
d. Skor Standar Proses
Tabel: 4.5 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Proses Pembelajaran
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai
% 4 Proses Pembelajaran 150 106 71
4.1 Memenuhi Standar Proses 90 75 83
4.2
Menjadi teladan bagi sekolah pada pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, jiwa kepemimpinan, jiwa entrepreneurship, patriotis, dan innovator
20 15 70
4.3 Menerapkan Model Sekolah Unggul dari Negara Anggota OECD dan/atau Negara Maju Lainnya 15 6 40
4.4 Menerapkan Pembelajaran Berbasis TIK pada Semua Mata Pelajaran 15 `10 67
4.5 Menggunakan bahasa Inggris dalam Pembelajaran , kecuali bahasa asing, menggunakan bahasa Indonesia.
10 0 0
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
Standar proses tidak ada satu pun sub-sub komponen yang sudah mencapai
nilai A . hal disebabkan oleh :
1) Sekolah belum menerapakan pengelolaan sistem moving class
2) Sekolah belum menerapkan layanan konsultasi mata pelajaran
3) Sekolah belum mempublikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
bisa dibaca oleh sluruh siswa melalui Web.
4) Guru belum bisa menghasilkan tulisan dalam bahasa Inggris
5) Sekolah belum melaksanakan kegiatan belajar mandiri tidak terstruktur, dengan
programnya yang disahkan dalam rapat dewan pendidik .
6) Sekolah belum memiliki standar prosuder operasional tentang kegiatan mandiri
tidak terstruktur
7) Guru belum melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK)
8) Sekolah belum melaksanakan penjaminan mutu proses pembelajaran
143
9) Guru tidak menerima gratifikasi
10) Sekolah belum memiliki komisi disiplin guru
11) Sekolah belum memiliki komisi disiplin siswa
12) Sekolah belum memaksimalkan koperasi siswa
13) Sekolah belum memiliki kegiatan usaha produksi
14) Sekolah belum mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul tingkat
nasional melalui kegiatan pertukaran siswa, pertukaran guru, peningkatan mutu
profesi dan pengemabngan kurikulum
15) Sekolah belum mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul dari Negara
OECD atau Negara maju lainnya
16) Sekolah belum menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata
pelajaran.
17) Siswa belum optimal menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris dalam
pembelajaran
18) Guru belum melaksanakan pembelajaran berbahasa Inggris secara optimal
e. Skor Standar Penilaian
Tabel: 4.6 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Penilaian
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai
% 5 Penilaian 50 41 82 5.1 Memenuhi Standar Penilaian 30 30 100
5.2 Menggunakan Model Penilaian Sekolah Unggul dari Negara Maju yang Mempunyai Keunggulan Tertentu dalam Bidang Pendidikan
20 11 55
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
Standar penilaian sub komponen yang sudah mencapai nilai A adalah
memenuhi standar penilaian dengan sempurna 100%. . Sedangkan sub-sub komponen
144
yang belum mencapai nilai A adalah, menggunakan model penilaian sekolah unggul
dari negara maju yang unggul dalam bidang pendidikan. Hal ini disebabkan oleh:
1) Sekolah belum mengembangkan instrumen penilaian sesuai dengan kebutuhan
siswa masuk perguruan tinggi
2) Sekolah belum melakukan kerjasama dalam meningkatkan standar penilaian
belajar yang setara dengan sekolah unggul/ lembaga dari Negara OECD
3) Sekolah belum memanfaatkan tenaga ahli dalam penjaminan mutu untuk
meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul
bertaraf internasional
f. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel: 4.7 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Tenaga Pendidik dan Kependidikan
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai
% 6 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 175 140 80 6.1 Memenuhi Standar Kompetensi Tenaga Pendidik 25 17 68 6.2 Memfasilitasi Pembelajaran Berbasis TIK 10 10 100
6.3 Mengampu Pembelajaran Berbahasa Inggris Untuk Mata Pelajaran Kelompok Sains dan Matematika
10 9 90
6.4 Minimal 30% Guru Berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang Program Studinya Berakreditasi A
15 12 80
6.5 Memenuhi Standar Tenaga Kependidikan 45 37 82
6.6
Kepala Sekolah Berpendidikan Minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang Program Studinya Berakreditasi A dan Telah Menempuh Pelatihan Kepala Sekolah dari Lembaga Pelatihan Kepala Sekolah yang Diakui Oleh Pemerintah
5 3 60
6.7 Kepala Sekolah Mampu Berbahasa Inggris Secara Aktif 10 7 70
6.8
Kepala Sekolah Bervisi Internasional, Mampu Membangun Jejaring Internasional, Memiliki Kompetensi Manajerial, Serta Jiwa Kepemimpinan dan Entrepreneurship yang Kuat
55 45 82
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
145
Standar pendidik dan tenaga kependidikan ada sub-sub komponen yang sudah
mencapai nilai A yaitu, guru sudah memfasilitasi pembelajaran dengan berbasis TIK.
Sedangkan yang sub-sub yang lainnya belum memenuhi standar tenaga
pendidik. adalah :
1) Belum memenuhi Standar Kompetensi Tenaga Pendidik. Hal ini disebabkan:
a) Guru belum melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) terprogram
b) Prosentase guru yang telah melakukan model perbaikan mengajar melalui
studi program R-SMA-BI masih sangat rendah
2) Belum mencapai 30% Guru Berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang
Program Studinya Berakreditasi A. Hal ini disebabkan oleh :
a) Prosentase guru yang memiliki ijazah pasca sarjana dari program studi yang
berakreditasi A. masih sangat rendah
b) Belum seluruh guru mengikuti diklat pendalaman materi dalam 2 tahun
terakhir.
3) Belum memenuhi Standar Tenaga Kependidikan. Hal ini disebabkan oleh :
a) Prosentase tenaga kependidikan yang berlatar belakang pendidikan masih
sangat rendah.
b) Jumlah tata usaha yang memahami bahasa Inggris sangat rendah, (2 orang).
c) Sekolah belum memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan
perangkat TIK. Paket aplikasi sekolah (PAS).
d) Sekolah belum memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan
perangkat TIK. Flash
e) Sekolah belum memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan
pengelolaan Web
146
4) Kepala Sekolah Berpendidikan Minimal S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang
Program Studinya Berakreditasi A dan Telah Menempuh Pelatihan Kepala
Sekolah dari Lembaga Pelatihan Kepala Sekolah yang Diakui Oleh Pemerintah.
Sub komponen ini belum mencapai nilai A sebab pendidikan kepala
sekolah belum S.3.
5) Kepala Sekolah Mampu Berbahasa Inggris Secara Aktif
Sub komponen ini belum mencapai nilai A. sebab kemampuan berbahasa
Inggris melalui tes TOEFL baru mencapai nilai 451-475. Dan kemampuan surat
menyurat dalam bahasa Inggris belum maksimal.
6) Kepala Sekolah Bervisi Internasional, Mampu Membangun Jejaring Internasional,
Memiliki Kompetensi Manajerial, Serta Jiwa Kepemimpinan dan
Entrepreneurship yang Kuat.
Sub komponen ini belum mencapai nilai disebabkan oleh :
a) Prosentase kontribusi dari produk kewirausahaan pada RAPBS pertahun hanya
2%.
b) Sekolah baru 50% dari kebutuhan dalam membiayai guru melanjutkan
pendidikan.
c) Sekolah belum memfasiltasi guru dalam sarana dan prasarana SIM
administrasi pembelajaran
d) Sekolah belum mempublikasikan karya tulis atau hasil penelitian guru
147
g. Skor Standar Sarana Prasarana
Tabel: 4.8 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Sarana Prasarana
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai
% 7 Sarana dan Prasarana 165 130 79 7.1 Memenuhi Standar Sarana dan Prasarana 140 111 79
7.2 Setiap Ruang Kelas Dilengkapi dengan Sarana Pembelajaran Berbasis TIK 10 9 90
7.3 Perpustakaan Dilengkapi dengan Sarana Digital yang Memberikan Akses ke Sumber Pembelajaran Berbasis TIK Di Seluruh Dunia
5 1 20
7.4 Dilengkapi dengan Ruang Multimedia, Ruang Unjuk Seni Budaya, Fasilitas Olahraga, Klinik, dan Lain Sebagainya
10 9 90
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
Standar sarana prasarana yang sudah memenuhi standar nilai A adalah
Setiap Ruang Kelas Dilengkapi dengan Sarana Pembelajaran Berbasis TIK,
Sedangkan sub-sub komponen yang belum mencapai nilai A adalah :
1) Memenuhi Standar Sarana dan Prasarana Hal ini disebabkan oleh:
a) Luas tanah hanya 1000 m² – 14999 m²
b) Luas bangunan 6381m² – 7089m²
c) Belum dilengkapi hydran
d) Belum dilengkapi pintu darurat
e) Luas ruang kelas 71m² – 75m²
f) Jumlah layanan perpustakaan 8-9 jam
g) Lab fisika tidak dilengkapi bak cuci, kran air dan bahan percobaan
h) Lab bahasa tidak dilengkapi LCD Proyektor
i) Lab computer tidak dilengkapi scener dan printer
j) Ruang kepala sekolah tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV
k) Ruang guru tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV
148
l) Ruang tatausaha tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV
m) Ruang konseling tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV
n) Ruang usaha kesehatan sekolah tidak dilengkapi lemari dokumen, wastafel,
papan statisti dan alat komunikasi
o) Ruang OSIS tidak dilengkapi dengan CCTV
p) Ruang serba guna tidak dilengkapi dengan kedap suara dan CCTV
q) Tempat olahraga siswa berdekatan dengan kelas / ruang belajar
r) Ruang kesenian tidak dilengkapi dengan kedap suara
s) Sekolah hanya memiliki daya listrik 10.000-30.000 waat jam
t) WC siswa tidak sesuai dengan jumlah rombel
2) Perpustakaan Dilengkapi dengan Sarana Digital yang Memberikan Akses ke
Sumber Pembelajaran Berbasis TIK Di Seluruh Dunia. Hal ini disebabkan oleh :
a) Belum dilengkapi dengan katalog digital
b) Belum dilengkapi layanan online database
c) Belum memiliki koleksi kepustakaan digital dalam bentuk jurnal, e-book
d) Siswa belum dapat memanfaatkan bahan pustaka dari luar ruangan
perpustakaan sekolah.
h. Skor Standar Pembiayaan
Tabel: 4.9 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Pembiayaan
No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai
% 8 Pembiayaan 30 24 80 8.1 Memenuhi Standar Pembiayaan 10 9 90
8.2 Menerapkan Model Pembiayaan yang Efisien Untuk Mencapai Berbagai Target Indikator Kunci Tambahan
20 15 75
Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI
149
Standar pembiayaan yang belum mencapai nilai A adalah dalam
menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai beragai target
indikator kunci tambahan. Hal ini disaebabkan oleh :
1) Sekolah belum menerapkan model system layanan online
2) Belum ada layanan bank di sekolah
3) Belum menerapkan layanan pembayaran berbasis computer
4) Sekolah baru mengalokasikan dana bantuan beasiswa sebesar 10 – 12%
3. Hamabatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan R SMA BI
Berdasarkan hasil evaluasi tentang ketercapaian R SMA BI selama
pengembangan tiga tahun yang dumulai dari tahun ajaran 2007-2008 dan dari 200
indikator operasional evaluasi kinerja , diketahui bahwa penyelenggaraan program R-
SMA-BI di SMAN 1 Baleendah mendapatkan skor nilai 744 dari total skor maksimum
1000. Berarti ada selisih 256 yang belum tercapai, hal ini bisa diinterpretasikan bahwa
ada hambatan dalam penyelenggaraan R SMA BI di SMAN 1 Baleendah .
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, wawancara
penulis lakukan dengan kepala sekolah wakasek penjaminan mutu yang sekaligus
sebagai pengelola. Adalah sebagai berikut”5 :
Hambatan sudah jelas ada dan kami hadapi sesuai kemampuan SDM yang ada disekolah, dan hambatan itu merata di setiap aspek delapan komponen Standar nasional pendidikan itu ada, walaupun sekolah kami sudah SSN, tapi karena harus disesuaikan dengan standar R-SMA-BI. maka hambatan-hambatan jelas kelihatan secara kasat mata anatara lain dari sarana, kemampuan berbahasa inggris. (Ww.Kepsek, tanggal 5 April, 2010)
5 Ww.Kesek, Mmengenai hambatan penyelengaraan R-SMA-BI, pada tanggal, 5 April, 2010.
150
Lebih lanjut kepala sekolah menjelaskan6 : Yang paling nampak hambatan-hambatan itu, disamping pada aspek biaya, juga pada sumber daya manusia sekolah pendidik dan tenaga kependidikan yang dituntut untuk memiliki kompetensi tambahan, seperti, penggunaan bahasa bahasa inggris pada saat mengajar, kemampuan information comunication technologi (TIK) dalam pembelajaran dan lemahnya sumber daya manusia untuk hubungan luar negeri,
(Ww.Kepsek, tanggal 5 April, 2010)
Selanjutnya untuk menggali data ini dengan data yang lebih rinci penulis
melakukan wawancara dengan wakasek penjaminan mutu, hasil wawancara anatara
lain sebagai berikut7 :
Aspek-aspek yang masih minim tingkat ketercapaiannya adalah sebagai berikut: yang paling menonjol adalah, pada aspek standar pengelolaan dan aspek sumber daya manusia sekolah untuk mengimplementasikan standar-standar internasional, seperti melakukan hubungan dengan sekolah unggul dari Negara OECD atau Negara maju lainnya, terus mengadakan kerja sama dengan sekolah itu untuk melakukan MoU menjadi sister school dan merujuk pada sekolah unggul dari Negara maju bidang pendidikan, baik standar pembelajarannya, standar penilaiannya ataupun standar yang lainnya. (Ww.Wakasek.PM, tanggal 5 April, 2010)
Dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, maka diperoleh data
bahwa hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan R-SMA-BI di SMA Baleendah
ringkasannya adalah sebagai berikut:”8
Pada standar pengelolaan masih banyak hambatan yang dihadapi hal ini terbukti
dengan banyaknya yang belum tercapai kegiatan antara lain dalam merealisasikan :
a. Menjalin hubungan dengan dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri
atau mengembangkan sister school
6 Hasil wawancara dengan kepala sekolah, mengenai hambatan penyelengaraan R-SMA-BI, pada tanggal, 5 April, 2010
7 Hasil wawancara dengan wakasek bidang penjamin mutu , mengenai hambatan penyelengaraan R-SMA-BI, pada tanggal, 5 April, 2010
8 Hasil wawancara, studi dokumentasi dan observasi, tanggal, 5 april, 2010
151
b. Merujuk pada standar mutu dari salah satu negara maju
c. Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program
studinya berakreditasi A
d. Sekolah belum mendapatkan akreditasi dari sekolah unggul /lembaga pendidikan
dari negara OECD
e. Sekolah belum tersertifikasi dari sekolah unggul atau lembaga pendidikan tingkat
internasional. (Lihat Lmp. 7 dan 8)
(Ww.Wakasek. PM, Wakasek Hum dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)
Pada standar proses hambatan yang dihadapi adalah pada proses pembelajaran
dalam memperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan. (Lihat Lmp. 7 dan 8 )
(Studi.Dok. tanggal 5 April 2010)
Pada standar penilaian, hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan sistem
penilaian atau memperkaya model proses penilaian yang mengacu pada penilaian
sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. (Lihat Lmp 7 dan 8)
(Ww.Wakasek PM, Wakasek kur dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)
Pada bidang standar pendidik adalah penggunaan lesson study. Dalam
pembelajaran untuk mencari solusi dari kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran .
Dalam hal ini Guru di SMA Negeri 1 Baleendah mengalami kesulitan dalam
menerapkan model pembelajaran lesson studi. Disamping itu guru masih mengalami
kesulitan dalam penggunaan bahasa inggris secara maksimal dalam pembelajaran di
dalam kelas. (Lihat Lmp. 7 dan 8)
(Ww. Ka Tas, Wakasek Kur. dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)
152
Pada standar sarana prasarana hambatan yang paling menonjol adalah
meralisasikan perpustakaan.yang memenuhi standar R-SMA-BI. Dalam hal ini Dirjen
Mandikdasmen Direktorat Pembinaan SMA menstandarkan perpustakaan harus
dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran
berbasis TIK di seluruh dunia. Dalam hal ini SMA Negeri 1 Baleendah belum
dilengkapi dengan perpustakaan (digital Library) (Lihat Lmp. 7 dan 8).
(Ww. Wakasek Sar dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)
Hambatan yang dihadapi adalah memenuhi dana pengembangan R SMA BI
secara maksimal. Di luar bantuan pemerintah pusat dan daerah . Dalam hal ini komite
sekolah belum bisa menggali sumber keuangan selain dari orang tua siswa. Misalnya
dunia usaha donatur, alumni yang sudah berhasil dan sumber-sumber lainnya.
Disamping itu masalah yang dihadapi dalam pengadministrasian keuangan belum
menerapkan manajemen keuangan yang efektis dan efisien .(Lihat Lmp. 7 dan 8 )
(Ww. Bendahara dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)
4. Strategi untuk mempercepat pencapaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah
Untuk mendapatkan data tersebut di atas, maka penulis melakukan wawancara,
dan studi dokumentasi. Wawancara penuulis lakukan dengan kepala sekolah dan
wakasek penjamin mutu . sedangkan studi dokumentasi penulis menelusuri dokumen
yang berkaitan dengan strategi percepatan menyelenggarakan R-SMA-BI.
Adapun hasil wawancara dengan kepala sekolah adalah sebagai berikut :
153
Dalam mempercepat ketercapaian standar R-SMA-BI maka kami melakukan berbagai hal antara lain: a) Melakukan sosialisasi tentang R-SMA-BI kepada seluruh stkeholders sekolah terutama kepada guru, karyawan, siswa, komite sekolah dan orang tua siswa bahwa SMA Negeri 1 Baleendah telah ditunjuk untuk menjadi sekolah rintisan bertaraf internasional.2) Seluruh aktivitas pendidikan berporos pada visi dan misi, 3) Meningkatkan efektivitas pengelolaan/manajemen pembelajaran, melalui jangkah menengah dan tahunan. (Ww. Kepsek, Tgl 8 Juli 2010)
Sedangkan wawancara dengan Wakasek penjamin mutu adalah sebagai berikut:
Untuk mempercepat ketercapaian standar R-SMA-BI kami melakukan :1) Peningkatan manajemen mutu pengelolaan sekolah dengan cara, penysunan referensi peningkatan mutu pengelolaan, peningkatan standar mutu perencanaan, peningkatan standar mutu proses, peningkatan standar mutu supervisi, evaluasi dan perbaikan mutu pengelolaan. 2) Meningkatkan manajemen mutu pembelajaran, melalui. Peningkatan standar sumber belajar untuk pendidik dan siswa, peningkatan standar mutu perencanaan, standar mutu pelaksanaan pembelajaran, peningkatan standar mutu evaluasi pembelajaran, dan meningkatkan kesiapan sekolah dalam menggunakan sistem kredit semester pada pelaklsanaan KTSP. (Ww.Wakasek./tgl 8 juli, 2010)
Dari hasil wawancara dari kedua sumber tersebut nampak bahwa usaha sekolah
dalam mengoptimalkan untuk mempercepat ketercapaian standar R-SMA-BI
mengarah pada peningkatan manajemen atau pengelolaan dan peningkatan mutu
pembelajaran.
Sedangkan hasil dari studi dokumentasi, penulis mendapatkan dokumen yang
berkaitan dengan strategi penyelenggaraan R-SMA-BI adalah sebagai berikut:
a. Optimalisasi kinerja pendidik yang memenuhi Standar Pendidik, mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK, serta mengampu pembelajaran sains dengan pengantar Bahasa Inggris dan atau bilingual.
b. Pelaksanaan kinerja kepemimpinan sekolah secara profesional sebagai pemimpin manajerial-administratif dan pemimpin manajerial-edukatif serta memenuhi Standar Kepala Sekolah.
c. Penyelenggaraan Proses Belajar Mengajar yang didukung sarana dan prasarana yang memenuhi Standar Sarana Prasarana.
d. Penerapan manajemen berbasis sekolah yang memenuhi Standar Pengelolaan.
154
e. Penyelenggaraan pembiayaan pendidikan yang sekurang-kurangnya terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. yang memenuhi Standar Pembiayaan.
f. Pencapaian perolehan sertifikat akreditasi “predikat A” dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-SM) serta hasil akreditasi baik dari salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya.
g. Pelaksanaan kurikulum secara tuntas melalui penerapkan KTSP, pemenuhan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan melalui pelaksanaan sistem administrasi akademik berbasis TIK dan pemberian muatan mata pelajaran setara negara anggota OECD atau negara maju lainnya.
h. Pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang memenuhi Standar Proses.
i. Pelaksanaan penilaian kinerja pendidikan yang memenuhi Standar Penilaian (Studi dokumentasi, tgl 5 April, 2010)
Di bawah ini akan penulis paparkan dalam bentuk tabel mengenai kegiatan
yang belum terlaksana atau dalam proses perencanaan dan yang menjadi
penghambatnya. Sebagai berikut :
155
Tabel: 4.10 Faktor-faktor Penghambat Kegiatan yang Belum Terlaksana
N0 Kegiatan Hambatan
1 Menjalin hubungan dengan dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri atau mengembangkan sister school
Kemampuan SDM dibidang human relation terutama ke luar negeri masih sangat minimal
2 Merujuk pada standar mutu dari salah satu negara maju
Belum terjalin hubungan secara formal dengan sekolah salah satu negara maju (sister school)
3 Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A
Keterbatasan dana pendidik untuk melanjutkan masih sangat terbatas dan keterbatasan dana sekolah untuk memberi beasiswa masih sangat minim
4 Sekolah belum mendapatkan akreditasi dari sekolah unggul /lembaga pendidikan dari negara OECD
Kemampuan SDM sekolah dan team khusus untuk mengurus program itu belum ada .
5 Penilaian belum diperkaya dengan standar penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya
Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang masih kurang untuk mengoptimalkan program tersebut
6 Guru belum terbiasa menerapkan model lesson studi dan penggunaan bahasa inggris belum maksimal digunakan di dalam kelas.
Kemampuan SDM guru belum di maksimal
7 Perpustakaan belum dilengkapi dengan sarana digital library yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
Fasilitas masih belum memadai dan budaya baca teks bahasa inggris di guru dan siswa belum tinggi
156
B. Temuan Penelitian .
1. Perubahan yang penting dilakukan dalam upaya mencapai R-SMA-BI
a. Perubahan Visi-Misi yang bercirikan keunggulan sebagaimana yang distandarkan
oleh Depdiknas, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
b. Pengembangan kurikulum yang diarahkan pada penguatan, pengayaan,
pengembangan, perluasan dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan
bertaraf internasional pada negara-negara OECD dan negara-negara maju lainnya
yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan .
c. Pengembangan penilaian dengan berbasis kompetensi dengan memanfaatkan
instrumen penilaian baik pada ranah, kognitif, afektif dan psikomotor
d. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) diarahkan pada peningkatan
kompetensi guru pada bidang TIK, bahasa Inggris dan pembelajaran.
e. Pengembangan sarana prasarana kelas yang berbasis TIK dan peningkatan dan
penambahan laboratorium
2. Ketercapaian R-SMA-BI
f. Ketercapaiam standar pengelolaan baru mencapai 84 %
g. Ketercapaian standar isi baru mencapai 82 %
h. Ketercapaian standar kompetensi lulusan (SKL) baru mencapai 44%
i. Ketercapaian standar proses baru mencapai 71%
j. Ketercapaian standar penilaian baru mencapai 82%
k. Ketercapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan baru mencapai 80%
l. Ketercapaian sarana dan prasarana baru mencapai 79%
m. Ketercapaian pembiayaan baru mencapai 80%
157
Dengan demikian; ketercapaian standar rintisan sekolah bertaraf internasional
(R-SMA-BI) di SMA Negeri 1 Baleendah mencapai 74,4%.
3. Faktor-Faktor yang Menjadi Penghambat dalam Penyelenggaraan R-SMA-BI
a. Sumber daya manusia (SDM) sekolah yang masih rendah untuk penyelenggaraan
rintisan sekolah yang bertaraf internasional (R-SMA-BI)
b. Fasilitas pembelajaran masih belum memadai untuk layanan pembelajaran rinstisan
sekolah yang bertaraf internasional (R-SMA-BI)
4. Strategi Untuk Mempercepat Pencapaian SBI
f. Seluruh aktivitas pendidikan di sekolah beporors pada visi-misi
g. Peningkatan manajemen mutu pengelolaan sekolah
h. Peningkatan manajemen mutu pembelajaran
158
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pada pasal
50 menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Merujuk pada UNESCO (2002) menyatakan bahwa secara universal mutu
pendidikan mencakup 5 komponen kunci yaitu, (1) apa yang siswa peroleh (2)
lingkungan pendidikan (3) isi (4) proses (5) outcome.
Idealnya dalam mengembangkan sekolah bertaraf internasional mampu
menjawab tantangan untuk menghasilkan produk bermutu sehingga jelas perbedaan
antara lulusan SBI dan bukan SBI.
Oleh sebab itu supaya para pengelola pendidikan dalam pengembangan sekolah
bertaraf internasional lebih terarah. perlu merumuskan aspek-aspek berikut ini.
1. Profil lulusan yang diharapkannya disertai dengan indikator dan kriteria mutu.
2. Profil kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang akan diberikan kepada siswa.
3. Profil manusia pada strata sosial yang hendak sekolah wujudkan.
4. Kompetensi guru yang dibutuhkan sekolah.
5. Proses pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan pengembangan.
6. Model latihan atau penilaian yang dapat menantang siswa agar mencapai seperti
yang sekolah harapkan.
7. Profil lingkungan yang mendukung terselenggaranya pembelajaran
159
A. Perubahan yang Penting Dilakukan dalam Upaya Menuju R-SMA-BI
SMA Negeri 1 Baleendah dalam kondisinya saat ini sedang menuju R-SMA-BI
melakukan perubahan-perubahan penting yang meliputi : a) perubahan visi-Misi sekolah
b) pengembangan kurikulum c) proses pembelajaran, d) penilaian, e) pengembangan
sumber daya manusia (SDM), f) sarana prasarana, Sebagaimana yang penulis tunjukan
pada gambar di bawah ini, tampak bahwa perubahan-perubahan yang penting dilakukan
dalam upaya menuju R-SMA-BI yaitu :
Gambar : 5.1 Perubahan-perubahan yang Penting Dilakukan dalam Upaya Menuju R-SMA-BI
Pengembangan Kurikulum Perubahan Visi‐Misi
Pengembangan Penilaian R-SMA-BI
Pengembangan Proses Pembelajaran
Pengembangan SDM Pengembangan Sarana Prasarana
SMA N1 BALEENDA
H
160
Enam perubahan yang penting dilakukan sekolah dalam upaya mengembangkan
sekolah menuju rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI) akan penulis
paparkan sebagai berikut :
1. Perubahan visi-Misi sekolah
Perumusan visi-misi sekolah hendaklah tidak terlepas dari visi-misi pendidikan
nasional, merujuk Sugeng1” Visi harus dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan
dan harapan stakeholders potensial dan kegiatan utama lembaga. artinya visi-misi
pendidikan nasional harus dijadikan pedoman untuk penyusunan visi-misi suatu sekolah .
Adapun visi-misi pendidikan nasional adalah
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan misi pendidikan nasional antara lain:
a. Meningkatkan mutu pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional;
b. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global;
c. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global
Mengacu pada visi pendidikan nasional dan visi Depdiknas, visi SMA rintisan
sekolah bertaraf internasional perlu dirancang agar mencirikan wawasan kebangsaan,
memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global.
Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional
memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan
11 Sugeng Listyo Praboowo, Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah, Uin pres, 2008,
hlm.173
161
sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan
diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain
Selanjutnya visi perlu dijabarkan ke dalam misi SMA bertaraf internasional.
misalnya misi yang menjabarkan visi tersebut di atas misalnya berbunyi ”Berdasarkan
visi tersebut di atas maka sekolah memiliki komitmen untuk (1) menjaga keutuhan
NKRI, (2) membekali dan membina siswa dalam hal budi pekerti luhur dan terpuji sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, (3) memberdayakan potensi kecerdasan siswa
baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) maupun iman dan taqwa
(IMTAQ) serta kecerdasan sosial-emosional, (4) meningkatkan kemampuan daya saing
secara internasional.
Misi yang telah dijabarkan tersebut akan dijadikan dasar rujukan dalam
menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memiliki indikator2
SMART, yaitu spesifik (Specific), dapat diukur (Measurable), dapat dicapai
(Achievable), realistik (Realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan yang jelas (Time
Bound). Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan SMA
bertaraf internasional yang disusun secara cermat, tepat dan futuristik.
Penyelenggaraan SMA bertaraf internasional bertujuan untuk menghasilkan
lulusan yang berstandar nasional dan internasional sekaligus. lulusan yang berstandar
nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20/2003 dan dijabarkan dalam
PP Nomor 19/2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas no. 23/2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Adapun Visi SMA Negeri 1 Baleendah adalah setelah dilakukan revisi dari visi-
misi yng yang sebelumnya adalah sebagai berikut:
2 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 13
162
Terwujudnya sekolah bertarap Internasional, unggul dalam prestasi dan berbudaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai religius, dan berwawasan lingkungan.
Dalam visi SMA Negeri 1 Baleendah terdapat 2 ( dua ) buah kata kunci yakni;
Sekolah Yang Unggul dan Sekolah Yang Berbudaya. Penjelasan kata kunci tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Sekolah Yang Unggul
Yang dimaksud dengan sekolah yang unggul adalah:
1) Sekolah yang mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh anak dengan
berbagai perbedaan bakat, minat kebutuhan belajar;
2) Mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik
menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan;
3) Mampu membangun karakter kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam
diri siswa.
Adapun ciri sekolah yang unggul adalah:
1) Mampu memberikan layanan pendidikan yg efektif, mampu mengoptimalkan dan
menumbuhkembangkan bakat, minat dan potensi siswa;
2) Mampu membangun karakteristik kepribadian yang kokoh;
3) Mampu menjadi tempat penyemaian nilai-nilai baru bagi berkembangnya
masyarakat masa depan ;
b. Sekolah Yang Berbudaya
Unsur penting budaya sekolah, sebagai berikut:
1) Seperangkat norma di sekolah yang menekankan nilai upaya dan prestasi
akademik;
163
2) Terlaksannya seperangkat harapan yang menekankan kepada pentingnya anggota
staf yang bersemangat meraih keunggulan dan murid yang menampilkan
potensinya;
3) Sistem aktifitas simbolik dan sangsi yang mendorong dan upaya penghargaan,
perbaikan, dan pelaksanaan pada saat ketidakteraturan.
Mengingat pentingnya kontribusi budaya sekolah terhadap peningkatan kinerja
sekolah, maka pengembangan budaya sekolah dapat diarahkan kepada prinsip-prinsip
berikut:
a) Adanya penekanan terhadap upaya dan prestasi akademik;
b) Adanya keyakinan bahwa semua murid dapat berprestasi;
c) Pengembangan dan inovasi guru secara terus-menerus;
d) Penciptaan lingkungan belajar yang nyaman dan aman.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, SMA Negeri 1 Baleendah
mengembangkan misi sebagai berikut:
1) Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran;
2) Peningkatan pembinaan kesiswaan dan kegiatan ektrakurikuler;
3) Meningkatkan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa;
4) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana prasarana sekolah;
5) Peningkatan pengamalan nilai-nilai Agama Islam dalam kehidupan di sekolah;
6) Menumbuhkan kesadaran kehidupan demokrasi;
7) Peningkatan hubungan dengan masyarakat melalui konsep mangement berbasis
sekolah (MBS).
Strategi yang digunakan dalam mewujudkan misi tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
164
a.. Penataan Kelembagaan
1) Mewujudkan keteladanan dan kejujuran kepemimpinan;
2) Meningkatkan pembinaan seluruh personal sekolah dalam menegakan disiplin
yang dilandasi keikhlasan dan penuh tanggung jawab;.
3) Pembinaan dan pemberdayaan personal sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme kerja;
4) Optimalisasi penggunaan sumber daya pendidikan secara jujur dan transparan
sesuai dengan aturan;
5) Menumbuhkan partisipasi aktif dalam menjabarkan program sekolah;
6) Meningkatkan kesejahteraan dan penghargaan kepada guru, karyawan dan siswa
berprestasi;
7) Miningkatkan fungsi kehumasan untuk membangun citra sekolah sebagai pusat
pendidikan dan kebudayaan..
b.. Peningkatan Mutu KBM
1) Meningkatkan PBM yang bermuatan IMTAQ.;
2) Meningkatkan partisipasi aktif dalam PBM;
3) Memberdayakan MGMP dan BP/BK untuk meningkatkan profesionalisme dalam
pelayanan pendidikan;.
4) Optimalisasi sarana dan prasarana KBM untuk meningkatkan sistem dan proses
belajar menuju kelas unggulan;.
5) Meningkatkan pembinaan kesiswaan sesuai Visi, Misi dan Strategi sekolah.
c.. Peningkatan Penampilan Fisik Sekolah
1) Mengembangkan penampilan sekolah yang bersih, indah, tertib, aman dan ramah;
165
2) Pengembangan dan penataan sarana/prasarana sekolah untuk meningkatkan
kegairahan dalam bekerja dan belajar;
3) Pengembangan program pemeliharaan dan pengamanan sarana dan prasarana
sekolah;
4) Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana.
d.. Peningkatan Profesi Tenaga Kependidikan
1) Peningkatan efisiensi dan efektivitas supervisi;
2) Mendorong dan memberi kesempatan kepada guru dan tata laksana untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;
3) Pengembangan wawasan kependidikan melalui MGMP, Seminar, Lokakarya,
Penataran, Pendidikan dan latihan, Karya Tulis Ilmiah serta studi banding;
4) Pemberdayaan BP/BK Melalui pembinaan, memberi kesempatan yang seluas-
luasnya kepada semua personal sekolah untuk meningkatkan karir berdasarkan
potensi dan prestasi kerja;.
Berdasarkan visi-misi tersebut berarti SMA Negeri 1 Baleendah, telah berusaha
untuk menyesuaikan dengan visi-misi yang distandarkan oleh Depdiknas sebagai standar
sekolah rintisan bertaraf internasional (R-SMA-BI) yaitu bercirikan keunggulan dan
memiliki prestasi internasional.(tabel 2.1)
2. Pengembangan kurikulum
Dari hasil temuan penulis pengembangan kurikulum yang telah dilakukan
meliputi: penguatan, pengayaan, pengembangan perluasan dan pendalaman mata
pelajaran sins dan teknologi yang tergabung dalam mata pelajaran MIPA. bahasa Ingris
dan teknologi informasi komputer (TIK) .sedangkan untuk mata pelajaran lainnya
166
disesuaikan dengan standar nasional sesuai dengan PP.19 tahun2005. yaitu pada standar
isi dan standar kompetensi lulusan.
Akan tetapi sekolah belum melakukan secara maksimal yang sesuai dengan
standar R-SMA-BI yaitu perangkat kurikulum satuan pendidikan (KTSP) yang ditulis
dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Disamping itu kurikulum yang digunakan
diperkaya dengan cara mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum sekolah pada
Negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan.dan menerapkan
standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.
Mengembangkan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran
sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau negara maju lainnya dalam bentuk3
sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet), dan
bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio
cassette, dan digital video disc. Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta mengembangkan kesiapan sekolah
dalam menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS).
3. Proses pembelajaran,
Dari hasil temuan penulis dilapangan apa yang dilakukan sekolah dalam proses
pembelajaran sudah mengadakan perubahan dan pengembangan secara mendasar antara
lain menggunakan pendekatan mastery learning, mengembangkan proses pembelajaran
yang menganut prinsip kontruksivisme, menggunakan media pendidikan yang bervariasi
dan melibatkan teknologi Information and Comunication Technology (ICT)
Akan tetapi sekolah belum melakukan proses pembelajaran yang maksimal sesuai
dengan standar R-SMA-BI yaitu proses pembelajaran yang diperkaya dengan model
3 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 19
167
pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya
(seperti penerapan standar belajar, standar mengajar: persiapan pembelajaran, pemilihan
bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga
pembelajaran, dan pemilihan sumber belajar). Proses pembelajaran diperkaya pula
dengan, menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika.
Pembelajaran mata pelajaran lainnya kecuali bahasa asing, menggunakan bahasa
Indonesia.
4. Pengemabangan Penilaian
Hasil temuan dilapangan pengembangan penilaian diarahkan pada sistem penilaian
berbasis kompetensi, sitem penilaian berdasarkan konsep mastery (ketuntasan) yang
ditekankan pada penguasaan kompetensi siswa. dengan indikator hasil belajar dan
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dan juga sekolah sudah mengembangkan
instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran
yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif, termasuk
penilaian portofolio.
Akan tetapi sekolah belum mengembangkan penilaian standar penilaian
R-SMA-BI yaitu4 penilaian hasil belajar siswa yang dapat diukur melalui ujian
internasional, yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara
anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian nasional bersifat wajib. Ujian internasional
bersifat pilihan, namun sekolah harus memfasilitasi siswa yang ingin mengikuti ujian
internasional tersebut untuk mendapatkan sertifikat internasional.
4 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 33
168
5. Pengembangan sumber daya manusia (SDM),
Hasil temuan penulis dilapangan menunjukan bahwa, untuk mendukung
penyelenggaraan R-SMA-BI sekolah melakukan pengembangan sumber daya manusia
(SDM) seperti; pelatihan ICT untuk pembelajaran, pelatihan bahasa Inggris dan
pengembangan pembelajaran dalam bentuk In House Training dan sebagainya .
Akan tetapi sekolah belum maksimal dalam mengembangkan SDM sesuai standar
R-SMA-BI yaitu,5 meningkatkan mutu SDM sekolah harus mengembangkan program
peningkatan kompetensi guru melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru minimal
30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya
terakreditasi A.
Selain itu kompetensi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran ditingkatkan
untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada
sekolah unggul bertaraf internasional. Untuk itu sekolah perlu mengembangkan pula
kompetensi bahasa inggris guru dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk guru
kelompok sains dan matematika.
Peningkatan mutu SDM melalui kegiatan pelatihan dalam bentuk, pemagangan,
studi banding, workshop (on the job training atau off the job training) dan seminar yang
dilakukan oleh masing-masing sekolah atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan di
luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan.
Kepala sekolah belum mempunyai visi internasional, yang mampu membangun
jejaring internasional dan entrepreneurship yang kuat dalam memfasilitasi seluruh
anggota komunitas sekolah untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dan
komparatif bertaraf internasional.
5 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 36
169
6. Pengembangan Sarana prasarana,
Hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa sekolah telah banyak melakukan
perombakan sarana prasarana belajar seperti melengkapi sarana prasaran belajar siswa di
kelas yang berbasis ICT. Akan tetapi sekolah belum maksimal dalam pemenuhan sarana
prasarana tersebut sesuai dengan standar R-SMA-BI yaitu6 perpustakaan yang dilengkapi
dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional dan
internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat audio visual.diharapkan
perpustakaan dapat membantu siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam
pengetahuan, melahirkan kreativitas, serta membantu kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler. Kecanggihan teknologi dewasa ini, mengharuskan perpustakaan
dilengkapi dengan fasilitas sistem on line public acses catalog (OPAC) dalam mencari
katalog buku. Ruang perpustakaan harus nyaman, sebaiknya dilengkapi dengan alat
pendingin (AC) yang memadai.
B. Tingkat Ketercapaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah
Temuan penelitian ini berdasarkan hasil penelitian di SMAN1 Baleendah .
dengan memakai instrumen terstandar evaluasi ketercapaian R-SMA-BI yang
dikembangkan oleh Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, yang berbentuk software. Adapun
Struktur temuan penelitian dimulai dari ; standar pengelolaan, standar isi, standar
kompetensi lulusan, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana prasarana dan standar pembiayaan.
6 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 40
170
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi kinerja program R-SMA-BI SMAN 1
Baleendah diperoleh skor hasil penilaian 744 dari total skor maksimum 1000. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam diagram berikut:
Gambar: 5.2 Ketercapaian Standar R-SMA-BI
Tingkat Ketercapaian
Standar R-SMA-BI
Standar Kmp.Lulusan (44%)
Standar Isi/Kurikulum (82%)
Standar Proses (71%)
Standar Pengelolaan (84%)
Standar Penilaian (82%)
Standar Sarana Prasarana (79%)
Standar Pendidik dan Tng.Kepend.(79%)
Standar Pembiayaan (80%)
74.4%
171
Undang-undang Sistem Pendidikan nasional menyatakan bahwa standar adalah
kriteria minimal. Pengertian itu sama dengan definisi menurut kamus7 the free
dictionary.com , standar adalah An acknowledged measure of comparison for
quantitative or qualitative value; a criterion. Menerapkan standar sesuai dengan
maknanya berarti menerapkan kriteria.
Definisi itu mengisyaratkan bahwa dalam mengukur mutu terdapat proses
membandingkan nilai sehingga substansi penerapan standar hendaknya memenuhi dua
kata kunci yaitu kriteria dan pengukuran.
Berdasarkan konsep rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI), dalam
menerapkan standar nasional pendidikan sekolah perlu menetapkan kriteria mutu,
minimal pada 8 standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan dalam peraturan yaitu
standar (1) Pengelolaan (2) isi (3) Kompetensi lulusan , (4) Proses (5) Penilaian (6)
Pendidik dan tenaga Kependidikan (7) Sarana Prasarana (8) pembiayaan.
Dalam penyelenggaraan program R-SMA-BI, selain 8 standar di atas, masih
ditambah pula dengan beberapa standar sesuai dengan Pedoman Penjaminan Mutu
Depdiknas, di antaranya, (9) pengunaan bahasa Inggris sebagai pengantar (10)
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan dan pembelajaran
(11) penerapan standar ISO dalam sistem pengelolaan, (12) kolaborasi antar sekolah
dalam bentuk sister school, (13) meraih prestasi pada kompetisi bertaraf internasional
(14) mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum dari negara OECD.
Menerapkan berbagai komponen di atas merupakan sejumlah kriteria minimal
yang wajib sekolah penuhi. Namun demikian, sekolah dapat menambah komponen lain
7 http://www.mdrc.org/publications, Teknis Administratif Penetapan Standar Pendidikan, Ditulis 28 November 2009 .
172
yang masih mungkin sekolah tambahkan sepanjang sekolah dapat melaksanakan. Artinya
semakin banyak kriteria sekolah terapkan dan berhasil diwujudkannya semakin tinggi
nilainya.
Adapun ketercapaian standar rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI)
di SMA Negeri1 Baleendah,dari delapan komponen menunjukan adanya kecenderungan
ketidak tercapaian berada pada standar tambahan yang menjadikan sekolah itu disebut R-
SMA-BI. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya penulis paparkan analisis dari kedelapan
standar sebagai berikut :
1. Standar Pengelolaan
Pada standar pengelolaan sub komponen yang terendah pada scoree perolehan
adalah pada menjalin hubungan dengan sekolah yang lebih unggul, baik dalam dan luar
negeri atau yang disebut siter school. Sesuai dengan standar sekolah rintisan bertaraf
internasional kegiatan sub komponen ini harus ada sebagaiamana tabel 2.6 Faktor
penyebab dari ketidak tercapaian pada sub komponen ini sebagaimana dari hasil
observasi dan wawancara adalah kemampuan sumber daya manusia (SDM) dibidang
human relation terutama ke luar negeri masih sangat rendah. Kondisi ini menunjukan
perlunya meningkatkan kefektifan manajemen pengelolaan sumber daya manusia di
sekolah. Merujuk Terry (1964) bahwa manajemen sebagai suatu proses terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang
dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya mansuia serta sumber daya (resources) lainnya.
2. Standar isi
Pada standar isi/kurikulum standar R-SMA-BI yang belum tercapai adalah pada
penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) belum dilengkapi dengan
173
rujukan kurikulum Negara maju, dan juga sekolah belum memenuhi kandungan isi
materi pelajaran memenuhi kriteria standar internasional sebagaimana tabel 2.9.
Pengembangan standar isi kurikulum tersebut sangat memungkinkan untuk
dilakukan oleh lemabaga pendidikan akan tetapi tetap harus mengacu kepada standar isi
dan kempetensi nasional . seperti tertuang pada Permendiknas N0.22 tahun 2006 . Untuk
sekolah rintisan bertaraf internasional perlu pengembangan standar isi/kurikulum dari
sekolah unggul dari Negara OECD. Akan tetapi peluang ini belum terlaksana secara
maksimal sebab belum adanya sekolah unggul dari Negara OECD atau Negara maju
lainnya yang dijadikan rujukan atau dijadikan sisters school sehingga sekolah
mengalami kesulitan untuk mengadaptasi dan mengadopsi standar isi/kurikulum sekolah
unggul .
3. Standar Kompetensi Lulusan
Merujuk pada standar kompetensi lulusan R-SMA-BI (tabel: 2.10) Kondisi saat
ini SMA Negeri 1 Baleendah dalam kapasatisnya sebagai sekolah rintisan bertaraf
internasional belum mencapai standar kompetensi lulusan setara dengan kompetensi
lulusan sekolah unggul di Negara OECD dan atau Negara maju lainnya. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi ketidak tercapaian suatu tujuan
pendidikan. Akan tetapi bisa ditarik benang merah dengan analisis keefktifan dengan
menggunakan alur, output, transpormasi, dan input8 faktor output suatu sekolah terkait
dengan input dan proses. Faktor input sekolah meliputi ,(a) pembiayaan pendidikan, (b)
peserta didik, (c) sumber daya manusia, (d) sumber daya alam, (e) kebijakan pendidikan,
(f) teori pendidikan. Dan lain-lain. Sedangkan faktor proses atau transpormasi meliputi,
8 Nanang Fatah, Manajemen Berbasis Sekolah, ( Bandung Rosdakarya, 2000) cet.1 hlm.8
174
(a) kurikulum standar isi, (b)pembelajaran (standar proses) (c) pendidik dan tenaga
kependidikan, (d) pengelolaan, (e) sarana prasarana, (f) penilaian. Dan lain-lain.
Dengan demikian, kefektifan kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan akan
tercapai kalau faktor input dan transpormasi sudah berjalan secara efektif.
4. Standar Proses
Merujuk pada standar proses R-SMA-BI (tabel: 2.12) Kondisi saat ini SMA
Negeri 1 Baleendah dalam kapasatisnya sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional
belum mencapai standar proses setara dengan standar proses sekolah unggul di Negara
OECD dan atau Negara maju lainnya. dan belum menggunakan bahasa Inggris dalam
pembelajaran .Hal lain yang menonjol yang belum dilakukan dalam standar proses ini
adalah pembelajaran dengan menggunakan moving class. Guru belum melakukan
penelitian tindakan kelas (PTK) dalam mencari solusi ketika menghadapi kesulitan
dalam pembelajaran.
Untuk bisa keluar dari permasalahan di atas, maka perlunya adanya tenaga
pendampingan yang professional dari luar, yang tujuannya untuk pemeberdayaan sumber
daya manusia (SDM) sekolah yang sesuai dengan standar R-SMA-BI. Tenaga
pendampingan ini akan berfungsi sebagai tenaga professional yang akan melakukan
monitoring dan evaluasi”9 yang antara lain memonitor proses pembelajaran bilingual
bertaraf internasional yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya
masalah/kendala dalam pembelajaran.
5. Standar Penilaian
Pada standar penilaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah, yang belum
tercapai secara maksimal anatara lain adalah sekolah belum melakukan kerjasama dalam
9 Depdiknas, Panduan. Hlm. 85
175
meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul/ lembaga dari
Negara OECD. Ketidak tercapaian standar penilaian ini karena sekolah sama sekali
belum melakukan kerjasama dengan sekolah unggul dan sekolah juga belum
menggunakan tenaga ahli dalam penjaminan mutu untuk meningkatkan standar penilaian
belajar yang setara dengan sekolah unggul bertaraf internasional.
Berdasarkan analisis penulis ketidak berjalannya suatu program lebih disebabkan
karena kurangnya sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan sepesifik suatu
program atau sumber daya yang ada tidak memiliki kompeten sesuai dengan yang
dibutuhkan. Untuk itu perlunya menata ulang pengelolaan sekolah dengan menjalankan
fungsi-fungsi manajamen secara benar, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya yang
lain sebagaimana yang dikemukakan Terry (1964) bahwa manajemen sebagai suatu
proses terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya
(resources) lainnya.Sumber daya yang lain dimaksudkan,untuk menggantikan kelemahan
sumber daya yang ada di sekolah. Yaitu menggunakan tenaga ahli penjamin mutu dari
luar SDM sekolah.
6. Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik
Pada standar pendidik tingkat ketercapaian sesuai standar R-SMA-BI masih sangat
rendah, sub komponen yang signifikan ada pada belum terbiasanya guru dalam
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk perbaikan pembelajaran dan mayoritas
guru belum memiliki stratra pendidikan S.2 . Sedangkan pada standar tenaga
kependidikan (tatalaksana) kontribusi terbesar ada pada sub komponen kompetensi yang
masih rendah terutama pada penerapan adminstrasi yang mampu mengelola Web, dan
176
belum mampu mengaplikasikan paket aplikasi sekolah (PAS) secara maksimal. Faktor
lain yang cukup memberikan kontribusi terhadap ketidak tercapaian standar R-SMA-BI
adalah kepemimpinan kepala sekolah yang belum maksimal, antara lain belum mampu
membangun jejaring internasional, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship yang
kuat.
Persoalan di atas adalah menyangkut sumber daya manusia (SDM) yang masih
rendah dalam kaitannya dengan standar R-SMA-BI yang belum tercapai seperti di atas.
Akan tetapi kalau Merujuk Deming10 80% dari masalah mutu lebih disebabkan oleh
manajemen dan sisanya 20% disebabkan oleh SDM.11 Hal ini membuktikan bahwa
mutu yang kurang optimal berawal dari manajemen yang tidak profesional. Sedangkan
manajemen sekolah seluruhnya bermuara kepada kepemimpina kepala sekolah. Oleh
sebab itu, perlu adanya reorientasi kepemimpinan kepala sekolah sesuai dengan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin kepala sekolah yang
dikemukakan oleh Peters dan Austins,12 .
7. Standar Sarana Parasarana
Pada standar sarana prasarana R-SMA-BI ada tiga hal yang di jadikan standar
pengembangan yaitu (a) stiap ruang kelas dilengkapi dengan saran pembelajaran berbasis
TIK, (b) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke
sumber pembelajaran berbasis TIK diseluruh dunia, (c) dilengkapi dengan ruang multi
media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik dan lain sebagainya.
Ruang kelas yang berbasis TIK dan sarana pendukung seperti ruang multi
media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga telah memenuhi standar mnimal
10 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management, hal. 494 11 Eti Rochaety, Pontjorini Rahayuningsih dan Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta, bumi Aksara, Cet.2, 2006, hal. 124.
12 Syafarudin, Manajemen mutu terpadu, hlm. 57
177
R-SMA-BI seperti pada tabel 4.7.Akan tetapi untuk sarana parasarana perpustakaan
masih jauh di bawah standar. Hal ini disebabkan oleh fasilitas yang belum memadai.
Dengan demikian perlu adanya upaya untuk melengkapi fasilatas tersebut dengan
segera sebab sarana prasarana atau fasiltas pendidikan seperti perpustakaan akan
berdampak yang sangat sigfnifikan terhadap hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh
Rudi Susilana13. Akan tetapi dalam pengadaan sarana prasarana harus melalui analisis
kebutuhan tujuan pembelajaran sebagaimana yang diekemukakan oleh Romiszowski14
tentang langkah-langkah evaluasi sarana prasarana.
8. Standar Pembiayaan
Standar layanan pembiayaan yang belum tercapai adalah, penerapan sistem
informasi keuangan yang efisien yang indikatornya adalah, (a) sistem layanan online, (b)
layan bank di sekolah, (c) layanan pembayaran berbasis komputer.
Sistem layanan pembiayaan seperti di atas nampaknya harus segera direalisasikan,
untuk efisiensi dan mengurangi kebocoran keuangan sekolah, disamping itu untuk
mempermudah pengontrolan keuangan yang masuk. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Thomah H. Jones. Bahwa, hal yang penting dalam pembiayaan adalah berapa besar
uang yang harus dibelanjakan, dari mana sumber uang diperoleh dan kepada siapa uang
harus dibelanjakan”15. Disamping itu biaya pendidikan itu adalah amanah dari
masyarakat yang harus digunakan sesuai dengan peruntukannya.
C. Faktor yang Menjadi Penghambat dalam Penyelenggaraan R-SMA-BI
Dari hasil temuan penulis ada tujuh (7) faktor yang menjadi faktor penghambat
dalam penyelenggaraan R-SMA-BI. Sebagaimana tabel 4.10 Keseluruhan faktor
13 Rudi Susilana, teknologi pendidikan, hlm. 459-462. 14Romiszowski, The Selection and use, hlm. 144-1448 15 Thomas H Jone, School Finance. hlm. 12
178
penghambat tersebut mengarah pada komponen tambahan dari standar nasional
pendidikan dan dari tujuh tujuh faktor tersebut penulis gambar melalui diagram berikut :
Gambar: 5.3 Sub-sub Komponen yang Menjadi Faktor Penghambat
8 STANDAR PENDIDIKAN 1.Pengelolaan 2.Isi 3.Proses 4.Kompetensi Lulusan 5.Penilaian 6.Pendidik&Tng. Kepend. 7.Sarana Prasarana 8.Pembiayaan
X 1. Pengunaan bahasa Inggris
sebagai pengantar 2. Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pengelolaan dan pembelajaran
3. Penerapan standar ISO dalam sistem pengelolaan,
4. Kolaborasi antar sekolah dalam bentuk sister school,
5. Meraih prestasi pada kompetisi bertaraf internasional
6. Mmengadopsi dan mengadaptasi kurikulum dari negara OECD.
R-SMA-BI
SNP+X
FAKTOR PENGHAMBAT
1. Menjalin hubungan dgn sekolah internasional dan mengembangkan Sisters School 2. Merujuk pada mutu Standar negara maju 3. Guru 30% Berijazah S2//S3 dari perguruan tinggi berakreditasi A 4. Mendapatkan Akreditasi dari sekolah unggul dari Negara anggota OECD 5. Penilaian belum diperkaya dengan standar penilaian sekolah unggul Negara OECD 6. Guru belum terbiasa menerapkan Lesson studi dan menggunakan bhs inggris di
kelas 7. Perpustakaan belum dilengkapi dengan sarana digital library
179
Merujuk pada diagram di atas bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam
pemenuhan standar R-SMA-BI adalah faktor X yang berupa penguatan, pengayaan,
pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang
mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD
atau negara-negara maju lainnya. Hal ini ada korelasi yang signifikan dengan hasil
evaluasi, bahwa sub-sub komponen yang sudah mencapai standar R-SMA-BI adalah
sub-sub komponen SNP. Sedangkan pada sub-sub komponen tambahan (X) belum
mencapai standar R-SMA-BI.
Dengan demikian kondisi di atas sesuai dengan landasan teori bahwa syarat
menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI) itu adalah sekolah yang
sudah memenuhi standar pendidikan nasional atau sudah menjadi sekolah standar
nasional (SSN).16 Sedangkan kriteria Sekolah bertaraf Internasional (R-SMA-SBI),
belum memenuhi standar . Hal ini sesuai dengan teori bahwa sekolah rintisan bertaraf
internasional adalah sekolah nasional yang diperkaya dengan standar salah satu negara
anggota organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan atau
negara maju lainnya17.
D. Perumusan Strategis
Dari hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan strategi dalam mempercepat
pencapaian SBI adalah, sebaiknya sekolah dalam hal ini kepala sekolah mengaplikasikan
dan merumuskan manajemen strategis dalam konteks pendidikan. Manajemen strategis
dalam konteks pendidikan .
16 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 8 17 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 9
180
1. Konsep Strategik dalam Pendidikan
Manajemn strategis adalah suatu proses yang berkesinambungan, komponen yang
ada dalam satu sama lain saling berkaitan. Oleh sebab itu dalam perencanaan,
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan tindakan yang menentukan arahan strategis
lembaga pendidikan diarahkan demi pemenuhan tujuan dan sasaran organisasi dalam
lingkungan yang dinamis merupakan dasar manajemen strategi sebuah kelembagaan
pendidikan. Kepala sekolah dalam tinjauan manajemen strategis merupakan kunci dasar
yang dapat mengarah pada tingkat keberhasilan yang salah satunya dilakukan melalui
berbagai aktivitas efektif, efisien, dan inovatif.
Peran utama pemimpin dalam dunia persekolahan merupakan aktivitas sinergik
yang di dalamnya meliputi pengambilan keputusan, mengelola informasi dan mengelola
orang-orang yang ada dalam sekolah, hal itu perlu perencanaan yang matang . Menurut
M. Fakry18 bahwa; perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan sebagai
keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
2. Manajemen Strategis dalam Proses Pendidikan.
Tahapan-tahapan proses sebagai pendekatan model dapat diuraikan sebagai
berikut:19
a. Merumuskan visi-misi yang melibatkan seluruh unsur stakeholders sekolah baik
internal mapun eskternal. baik primer, skunder ataupun tersier dengan dipimpin
oleh pucuk pimpinan sekolah .
18 Abdul Tholib, Strategi Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah(MPMBS) dengan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu pada Sekolah Menengah Pertama, Disertasi UPI Bandung, 2007.
19 Diadopsi dari Abdul Tholib, Strategi Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis, hlm. 51-52.
181
b. Menyusun analisis SWOT . untuk menentukan masalah serta peluang lingkungan
dan kekuatan serta kelemahan internal dan faktor-faktor lingkungan umum seperti
ekonomi, teknologi, serta kondisi pemerintah yang menimbulkan ancaman dan
peluang bagi sekolah.
c. Analisis kebutuhan mendatang dan lingkungan eksternal dan peluang bagi
sekolah.
d. Analisis kebutuhan mendatang dan lingkungan eksternal serta menetapkan suatu
alat untuk membantu mengikhtisarkan diagnosa lingkungan
e. Analisis kondisi internal yang memberikan kekuatan yang dapat digunakan
perencanaan startegis dan kelemahan yang menghambat strategi atau yang perlu
ditanggulangi
f. Menggambarkan sejumlah alternatif strategis
g. Memperluas pembahasan untuk menguraikan cara-cara pelaksanaan strategi.
h. Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi cara mengajar dalam memilih
alternatif strategi
i. Menguraikan alokasi sumber daya, struktur organisasi dan proses perencanaan
pendidikan dan pengajaran
j. Membahas kebijakan yang harus disusun bagi bidang-bidang fungsionaal dan
asfek-asfek kepemimpinan dalam pelaksanaannya
k. Melakukan umpan balik untuk menentukan apakah strategi itu berjalan dan
mengambil langkah-langkah agar strategi itu berjalan.
3. Kepala sekolah
Sekolah merupakan suatu institusi penyelenggaraan pendidikan tujuannya adalah
tercapainya proses dan output (keluaran) yang dihasilkan bertumpu pada nilai-nilai dan
182
transformasi kependidikan . Oleh karena itu dalam penyelenggaraannya diperlukan suatu
kondisi yang bernuansa kependidikan, termasuk dalam pengelolaan.
Pengelolaan sekolah sangat kompleks dan khas, kompleks berkaitan dengan
keterlibatan personal maupun kelompok baik secara internal maupun eksternal. Adapun
khasnya yakni tujuan yang ingin dicapai berkenaan dengan tuntutan kebutuhan terhadap
pendidikan.
Dengan demikian, diperlukan manajerial, diperlukan manajerial selaras dengan
perkembangan tuntutan masyarakat secara umum. Salah satu komponen strategis dalam
sekolah adalah kepala sekolah. Dalam struiktur organisasi sekolah negeri, kepala sekolah
merupakan jabatan formal.
Dalam menghadapi kompleksitas pada organisasi sekolah, diperlukan personil
yang mempunyai kemampuan untuk meminimalkan kompleksitas maslah. Salah satu
komponen personil yang menjadi tumpuan sekolah adalah kepala sekolah. Kepala
sekolah dituntut mempunyai kemampuan, (a) mencurahkan banyak waktu untuk
pengelolaan dan koordinasi proses belajar mengajar dan (c) berkomunikasi secara teratur
dengan staf, orang tua, siswa dan anggota masyarakat disekitarnya.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan inti dari manajemen sekolah
sebagaimana Siagian”20 Kepemimpinan adalah motor penggerak dari semua sumber-
sumber dan alat-alat (resources) yang tersedia bagi suatu organisasi . Resurces ini
digolongkan kepada dua golongan besar yakni (1) human resources, (2) non human
resources Tugas pimpinan adalah membentuk dan memelihara lingkungan diamana
manusia bekerja sama dalam suatu kelompok yang terorgansisir dengan baik ,
menyelesaikan tugas, mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
20 Siagian Sondang P, Teori dan Praktik Kepemimpinan, (Jakarta, Rieka Cipata 2003) hlm. 6
183
Merujuk Stoner dalam Wahjusumijo menyatakan bahwa:21 Terdapat delapan
macam fungsi seorang manajer yang perlu dilakukan dalam suatu organisasi yaitu :
1. Bekerja dengan dan melalui orang lain
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan
4. Berfikir secara realistik dan konseptual
5. Sebagai juru pengarah
6. Sebagai seorang politisi
7. Sebagai seorang diplomat
8. Pengambil keputusan
Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh Stoner tersebut tentu saja
berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apapun, termasuk kepala sekolah. Sehingga
kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan
kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada pelaksanaannya sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia seperti para guru, staf, siswa, orang
tua siswa dan sarana prasarana serta suasana dan lingkungan dimana sekolah itu berada.
Dengan demikian kepala sekolah merupakan pemain utama dalam proses
manajemen strategis di lingkungan persekolahan dan menjadi kunci dasar yang dapat
mengarah pada tingkat keberhasilan.
Dari hasil temuan dan pembahasan dapat ditarik benang merah secara umum
bahwa, Pengembangan rintisan sekolah bertaraf Internasional (R-SMA-BI) perlu
meningkatkan derajat mutu setiap standar R-SMA-BI dan membenahi manajemen
sekolah, sebab masalah mutu 80% lebih disebabkan oleh manajemen dan sisanya 20%
21 Whjosumijo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Bandung , Ghalia Indonesia) 2003, hlm. 96.
184
disebabkan oleh SDM.22 Hal ini membuktikan bahwa mutu yang kurang optimal
berawal dari manajemen yang tidak profesional
22 Eti Rochaety, Pontjorini Rahayuningsih dan Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta, bumi Aksara, Cet.2, 2006, hal. 124.
185
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini, akan dibahas kesimpulan dan saran berkaitan dengan temuan
penelitian. Kesimpulan diuraikan secara berturut-turut sesuai dengan fokus masalah,
yaitu perubahan-perubahan yang penting dilakukan oleh sekolah, tingkat ketercapaian
R-SMA-BI, hambatan-hambatan penyelenggaraan R-SMA-BI dan perumusan strategi
mempercepat pencapaian SBI. dan saran-saran .
A. Kesimpulan
1. Perubahan -perubahan yang penting dilakukan oleh sekolah dalam mencapai sekolah
bertaraf internasional adalah perubahan pada 8 standar pendidikan nasional yang
disesuaikan dengan standar sekolah internasional, yaitu pengembangan kurikulum,
proses pembelajaran, penilaian, pengembangan SDM, sarana prasarana, pembiayaan,
manajemen sekolah, pembinaan kesiswaan, pengembangan kultur sekolah. Prioritas
utama yang harus perhatikan dalam pengemabngan sekolah menuju SBI ini adalah
pengembangan sumber daya manusia (SDM) sekolah, yang disamping memiliki
kompetensi profesional juga harus memiliki kompetensi human relation Hal ini
dibutuhkan dibutuhkan untuk bisa mengakses ke dunia internasional, khusunya ke
Negara-negara yang memiliki kemajuan atau unggul dibidang pendidikan.
2. SMA Negeri 1 Baleendah telah mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Sedangkan komponen tambahan (X) yang berupa penguatan, pengayaan,
pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang
mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara
OECD dan negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam
bidang pindidikan standar Ketercapaiannya masih sangat rendah.
186
3. Hambatan hambatan penyelenggaraan R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah pada
setiap sub komponenn mengalami hambatan-hambatan, seperti pada standar
pengelolaan, hambatan yang dihadapai adalah, mengimplementasikan menjalin
hubungan dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri atau mengembangkan
sister schoo. merujuk pada standar mutu dari salah satu negara maju,meningkatkan
tingkat pendidikan pendidik minimal 30% guru berpendidikan S2/S3dari perguruan
tinggi yang program studinya berakreditasi A, mengimplementasikan akreditasi dari
sekolah unggul /lembaga pendidikan dari negara OECD atau negara maju lainnya,
dan sekolah belum bisa mengimplementasikan sertifikasi dari sekolah unggul atau
lembaga pendidikan tingkat internasional. Sedangkan pada standar penilaian,
hambatan yang dihadapi yaitu, penilaiann belum diperkaya dengan model proses
penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Pada standar
pendidik guru belum terbiasa menerapkan model lesson studi dan penggunaan
bahasa inggris belum maksimal digunakan di dalam kelas. Pada standar sarana
prasarana hambatan yang paling menonjol adalah perpustakaan belum dilengkapi
dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK
di seluruh dunia. Pada standar pembiayaan hambatan yang dihadapi adalah belum
tepenuhinya dana pengembangan R SMA BI secara maksimal. Disamping itu
masalah yang dihadapi dalam pengadministrasian keuangan belum menerapkan
manajemen keuangan yang efektis dan efisien. Dari seluruh hambatan-hambatan
yanga dihadapai intinya hambatan itu ada pada kemampuan sumber daya manusia
yang masih belum sesuai dengan tuntutan standar kompetensi sekolah bertaraf
internasional (SBI).
187
4. Strategi yang perlu dilakukan sekolah untuk mempercepat pencapaian sekolah
bertaraf internasioal (SBI) adalah, (1) Sekolah perlunya dengan segera dan
berkelanjutan melakukan pengembangan sumber daya manusia, yang berupa
peningkatan kompetensi yang dibutuhkan saat ini seperti, penguasaan bahasa inggris,
penguasaan ICT, kemampuan melakukan hubungan internasional. (2).
Pengembangan kompetensi untuk masa yang akan datang dan menghabiskan waktu
yang cukup lama, seperti, peningkatan sumber daya pendidik atau tenaga
kependidikan kejenjang yang lebih tinggi yaitu, S2 / S3.
B. Saran – Saran
Penulis menemukan bahwa sekolah belum maksimal mendapatkan dukungan
stakeholders sekolah baik stakeholders internal seperti pendidk dan tenaga kependidikan
maupun eksternal. Seperti siswa, orang tua siswa, komite sekolah, pemerintah daerah
dan dunia usaha dan pergurua tinggi sebagai pemakai jasa sekolah.
Kondisi itu merupakan faktor kelemahan yang harus direkayasa oleh sekolah
supaya kelemahan tersebut bukan menjadi faktor ancaman, tetapi menjadi tantangan
yang harus dihadapi sehingga menjadi peluang untuk sekolah dalam mencapai sekolah
yang bertaraf internasional.
Oleh karena itu, pada bagian ini penulis menyarankan kepada pihak manajemen
sekolah untuk memaksimalkan seluruh stakeholders sekolah dijadikan sebagai faktor
kekuatan yang akhirnya menjadi peluang yang besar untuk mencapai sekolah yang
bermutu dan sekolah yang bertaraf internasioal. Anatara lain Dengan cara :
1. Peningkatan sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan secara
menyeluruh dan berkelanjutan baik peningkatan kemampuan atau kompetensi yang
dibutuhkan saat ini, spserti pelatihan bahasa inggris, meningkatkan kemampuan TIK,
kemampuan melakukan hubungan ke lauar negeri (human relation) ataupun
188
peningkatan kemampuan jangka panjang seperti meningkatan stratra pendidikan bagi
pendidik atu tenaga kependidikan kejenjang yang lebih tinggi yaitu S.2 /S.3
2. Memperluas dan meningkatkan peran dan fungsi komite sekolah menjadi fasilitator
untuk memberdayakan stakeholders secara maksimal dan simultan baik siswa, orang
tua siswa , tetapi stakeholders yang lainnya juga seperti dunia usaha dan perguruan
tinggi, untuk diajak bekerja sama mendukung dengan kapasitas dan kamampuannya
masing-masing.
3. Khusus bagi pemerintah daerah kabupaten Bandung yang dalam hal ini dinas
pendidikan dan kebudayaan , diharapkan dukungan yang nyata dan maksimal baik
materi atau non materi, sebab SMA Negeri 1 Baleendah adalah satu-satunya sekolah
rintisan yang bertaraf internasional kabupaten Bandung
189
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Aziz, 1998, Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus: Kumpulan
Materi Pelatihan Metode Kuatitatif , BMPTSI Wilayah VII Jawa Timur, Surabaya
AECT, 1977, The Definition of Educational Technologi, Washington DC.
AECT, 1977, The Definition of Educational Technologi, Washington DC.
Afifudin, 2004 Administrasi Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri
Ahmad Fadli HS, 2002 Organisasi dan Administrasi Kediri : Manhalun Nasiin Press
Ahmad Tafsir, 2009 seminar Pendidikan pada Jurusan Kependidikan Islam. Bruce Shertezer&Shelley Stone, 1981 Fundamential of Guidance, Fout Edition,
USA:1981 Purdue Univewrsity. Cholid Narkubo, ct.ul. 2003, Metodologi Penelilinn , Jakarta; Bumi Aksara, 2003.
Dasar Dan Menengah, Diektorat Pembinan Sekolah Menengah Atas, 2009, Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Betaraf Internasional (R-SM-BI).
David G. Amstrong dan Tom V. Savage, 1983, secondary Education, New York: Macmillan Publishing.
Departemen agama, Al Qur’an dan terjemahnya, 1993, Semarang, PT Cipta Tasik
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, cet. Ke II.
Depdiknas., 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku I Konsep
danPelaksanaan, Dirjen. Dikdasmen.Direktur SLTP. Djam’an dan Udin S. Saefuddin,___________ Masalah Kontemporer Pengelolaan
Sistem Pendidkan Nasional Indonesia, Bandung: Jurusan Adpen.
Djufri Thlib, 2007, Subdirektorat Kelembagaan Direktorat Pembinaan SMA Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional, disampaikan dalam Workshop Asosiasi SBI Provinsi Jawa Barat di Hotel Sofyan Betawi, Menteng Jakarta Pusat, tanggal 29 Maret 2007.
Dokumen program sekolah 2007, tentang kesiapan sekolah menuju sekolah kategori
mandiri.
Dokumen sekolah 2007, tentang dukungan dari Komite Sekolah, atas penyelenggaraan R SMA BI untuk SMA Negeri 1 Baleendah.
190
Dokumen sekolah 2007, tentang surat penetapan mengikuti workshop penyelenggaraan R SMA BI.
Dokumen sekolah 2008, tentang keikutsertaan siswa SMA Negeri 1 Baleendah di olimpiade tingkat kabupaten dan propinsi.
Dokumen sekolah 2008, tentang kesiapan guru dalam penguasaan teknologi informasi. Tahun 2007.
Dokumen sekolah, 2000- 2009, tentang Penerimaan Siswa Baru (PSB) Siswa SMAN 1 Baleendah.
Dokumen sekolah, 2997, tentang penetapan SMA Negeri 1 Baleendah sebagai R-SMA-BI.
E. Mulyasa, 2002 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosdakarya.
Edward Sallis, Total Quality, 2002, Management In Education, Kogan Page. London: Place of Publication.
Edwind Wandt dan Gerald, 1977 Essentials of Educational Evaluation New York , Holt Rinehart and Winston.
Elchanan Cohn, 1979 The Economic of Education an Introduction, Massachussets: Ballinger Publishing Company.
H. A. R. Tilaar, 1994, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung, Remaja Rosdakarya. H. Ramayulis, 2004, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
H.R Bukhori Muslim
Hodge.B.J. William P.A. & L. Gales. 1996, Organizational Strategy. NewJersey:Fifth Edition, Prentice Hall. Englewood Clitts.
http://gurupembaharu.com 2008, panduan_rsmabi.
http://setje.diknas.go.id, 2008, produk hukum/3192008144159 permendiknas 3-2008.pdf
http://ww.iso.org/iso/home.htm.
http://www, Permendiknas, _20_2006.
http://www, Permendiknas, _20_2006.
http://www.depdiknas.co.id/produk_hukum/permen/permen_23_2006.pdf.
191
http://www.depdiknas.go.id/produk_hukum/permen/permen_3_2008.pdf.
http://www.depdiknas.go.id/sejarah kurikulum indonesia/press. http://www.permendiknas.go.idproduk_hukum/permen/permen_20_2006.pdf.
http://www.permendiknas.go.idproduk_hukum/permen/permen_22_2006.pdf.
http://yukbelajar.blogspot.com/2007/12/kaji-ulang-kebijakan-mbs_19.html.
Husaini Usman, 2001, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan.
K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, 1978, Educational Administration, Teory,
Research, and Practice, , New York: Random House.
LEKDIS Standar Nasional Pendidikan PP RI NO. 19 TAHUN 2005.
Lexy J. Moleong, 2004 Methodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda Karya.
Mary Lee Smith & Glass GeneV.1987 Resecarch and Evaluation in Education and the Social Science, Englewood Cliffs New Jersey.
Masnur Muslich, 2007, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta, Bumi Aksara, 2007.
Murtadlo, 2007 Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa melalui Supervisi kelompok, Disertasi, Malang , Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Nanang Fatah, 1996, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya.
P.F. Oliva, Developing the Curriculum,1997, New York, Longman.
Permendiknas thn 2006 Tentang SI & SKL, Jakarta: Sinar Grafika,
R. Ibrahim dan Mohammad Ali, 2007 Evaluasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.
R. S. Zais, Curriculum Priciples and Foundation, 1976, New York, Harper and Row Publisher.
Robert K.Yin diterjemah oleh Djauzi Muzakir, 2002, Studi Kasus Desain dan Metode ,
Jakarta: PT'. Rajagrapindo Persada, 2002.
192
Robert C. Bogdan dan Sari R. Biklen, 1982, Qualitalive Research for education An lntruduction to Theory and Methods, Boston Allyn and Bacon.
Romiszowski, ________The Selection and Use of Intruksional Media, New York Nicholas Pub.
S. Nasution, 2007, Metode Research: Penelitian Ilrniah Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Said Hamid Hasan, 2006, Evaluasi Kurikulum, Bandung: UPI University Press, 2006.
Sanapaih Faisal, 1990 Penelitian Kualitatif dasar-dasar dan aplikasi, Malang Asih Asah Asuh.
Sevilla Consuelo G,1993, Pengantar Metode Penelitian (terjemahan), Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
SMAN 1 Baleendah, 2009, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Baleendah
Kabupaten Bandung. Standar Nasional Pendidikan PP RI N0. NO. 19 TAHUN 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Sugeng Listyo Praboowo,2008 Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah, Uin pres.
Suharsimi Ari kunto, 1997, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek Jakarta:
Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2004 Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi,1987, Bandung Angkasa.
Sukan dan rumidi, Metodologi Penelitian, 2004,Yogyakarta, Gajah Mada Univercity Press.
Sukardi, 2008 Evaluasi Pendidikan, Prinsip & Operasionalnya Yogyakarta: Bumi
Aksara. Syarafuddin,2002, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta, Grasindo.
Thomas H. Jones, 1985 School Finance: Technique and Sosial Policy, London: Collier
MacMilian Publisher. Thomas L. Friedman, 2005, The World is Flat, New York.
193
Tilaar H.A,R. 1994, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, Visidan Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan menuju 2020, jakarta, Grasindo.
Udin Saefuddin Sa’ud dan Mulyani Sumantri, 2007 Pendidikan Dasar dan Menengah,
dalam Ilmu dan Apikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana. Undang-undang N0. 20 tahun 2003, 2006 tentang sistem Pendidikan Nsional, Bandung,
Citra Umbara. Wahdjo Sumidjo, 1993, Motivasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Bumi Aksara.
Wahid murni, 2008, Menulis Proposal don Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Skripsi, Tesis, dan Desertasi Progam Pascasarjana UIN Malang.